Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSIP

SELULITIS PEDIS

Oleh:

dr. Stephanus P.S.N.Ombo

Pembimbing :

dr. Junaidi, M.Biomed, Sp.B, FINACS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

JAYAWIJAYA-PAPUA

2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh; dengan mengucap


syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka atas rahmat-Nya akhirnya penulis
dapat menyusun Laporan Kasus ini dengan lancar. Laporan Kasus adalah salah
satu tugas yang harus dipenuhi peserta Program Internship Dokter Indonesia. Pada
kesempatan kali ini, Laporan Kasus yang penulis susun berjudul “(SELULITIS)”.

Tentunya dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat


rintangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan beberapa pihak rintangan dan
hambatan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus ini.

Tentunya penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari
kata sempurna, baik itu dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan
saran-saran yang membangun dari pembaca tentunya sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya.

Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat menjadi manfaat bagi
pembaca terkhusus rekan sesama peserta Program Internship Dokter Indonesia
lainnya.
Wamena, 25 Maret 2022

Dr. Stephanus Ombo

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………… 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI ……………………………………… 7

2.2 ETIOLOGI ……………………………………… 9

2.3 EPIDEMIOLOGI ……………………………………… 11

2.4 FAKTOR PREDISPOSISI ……………………………………… 11

2.5 KLASIFIKASI ……………………………………… 12

2.6 GEJALA KLINIS ……………………………………… 13

2.7 PATOGENESIS ……………………………………… 14

2.8 DIAGNOSIS BANDING ……………………………………… 15

2.9 DIAGNOSIS ……………………………………… 16

2.10 TATA LAKSANA ……………………………………… 18

2.11 KOMPLIKASI ……………………………………… 19

2.12 PROGNOSIS ……………………………………… 19

BAB III LAPORAN KASUS

3.1 IDENSTITAS ………………………………………. 20

3.2 ANAMNESA ………………………………………. 20

3.3 PEMERIKSAAN FISIK ………………………………………. 21

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG ………………………………………. 23

3.4.1 LABORATORIUM ………………………………………. 23

3.4.2 RADIOLOGI ………………………………………. 23

3.5 DIAGNOSA BANDING ………………………………………. 25

3.6 DIAGNOSIS KERJA ………………………………………. 25

3
3.7 TATA LAKSANA ……………………………………… 26

3.8 PROGNOSIS ……………………………………… 26

3.9 FOLLOW UP ……………………………………… 26

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN ……………………………………… 31

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN ……………………………………… 35

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… 36

4
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau


oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus
dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis
merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor
predisposisi pioderma adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh,
dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis
yang akan dibahas pada referat ini1.

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan


subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh
getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit sistemik.
Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat predileksinya di tungkai
bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti
tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor),
dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut1.

Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah


studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus
per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan
usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat
kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit
yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan pada
tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus1,2 .

Data rumah sakit di Inggris melaporkan kejadian selulitis sebanyak 69.576


kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di tungkai menduduki peringkat pertama
dengan jumlah 58.824 kasus. Di Indonesia sendiri, terkhusus pada RSUP Sanglah
Denpasar pada periode 2009-2011 terdapat 78 pasien dengan infeksi jaringan

5
lunak yang dirawat inap, yang terdiri dari 35 pasien selulitis dan 43 pasien
erusipelas1.

Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis2

Terapi untuk selilitis diperlukan antibiotik sistemik dengan pilihan AB


lini pertama ialah flikloksasilin dan golongan penisilin, jika alergi dapat
diberikan golongan makrolid atau klindamisin. Topikal diberikan kompres
terbuka dengan larutan antiseptik untuk. Anti histamin diberikan untuk
mengurangi rasa gatal 1,2.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PIODERMA
A. DEFINISI
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Staphyloccoccus, Streptococcus, atau oleh kedua-duanya1.

B. ETIOLOGI
Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B
Hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan
penghuni normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi1.

C. FAKTOR PREDISPOSISI1
a. Higiene yang kurang
b. Menurunnya daya tahan
c. Telah ada penyakit lain di kulit

D. KLASIFIKASI1
1. Pioderma primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal
2. Pioderma Sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit lain.

E. BENTUK-BENTUK PIODERMA1
1. Impetigo
2. Folikulitis
3. Furunkel/Karbunkel
4. Ektima
5. Pionikia
6. Erisipelas

7
7. Selulitis
8. Flegmon
9. Ulkus Piogenik
10. Abses Multipel Kelenjar Keringat
11. Hidraadenitis
12. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

II. SELULITIS
A. DEFINISI

Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi
menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis.Infeksi ini biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta
hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat
disebabkan oleh Haemophilus influenza, keadaan anak akan tampak sakit berat,
sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakterimia dan
septikemia. Terdapat tanda-tanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti
eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala
sistemik seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih. Selulitis yang
mengalami supurasi disebut flegmon, sedangkan bentuk selulitis superfisial yang
mengenai pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus
grup A disebut erisepelas. Tidak ada perbedaan yang bersifat absolut antara
selulitis dan erisepelas yang disebabkan oleh Streptokokus1,2,3.

Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik.


Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat
dalam memberikan pengobatan4.

8
Gambar 1. Anatomy Kulit dan Jaringan Lunak Serta Beberapa Tipe Infeksi pada
Kulit dan Jaringan Lunak

(Dikutip dari : Fitzpatrick, 2008 )

B. ETIOLOGI

Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus


aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis
pada anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta
hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus
group B adalah penyebab yang jarang pada selulitis. Selulitis pada orang dewasa
imunokompeten banyak disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan
Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus
biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram positif dan
gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur
eksternal maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier
kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah (buku
kuning). Onset timbulnya penyakit ini pada semua usia4,5.

9
Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)
(Dikutip dari : Fitzpatrick, 2008 )

10
C. EPIDEMIOLOGI

Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun
dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas
masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring
meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin2.

D. FATOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes


melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek. Selulitis
umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain,
namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama pada
pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau hipostatik1,2

11
E. KLASIFIKASI

Tabel 2 : Klasifikasi Eron yang di Adaptasi dari CREST Guidline 2006

(Dikutip dari Sullivan et all, 2018 )

12
F. GEJALA KLINIS

Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua


bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas tidak jelas, nyeri tekan dan
bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar
luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-
kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan
yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren)5,6.

Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil,


dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor
(eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak
merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak
meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau
jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan
limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan
leukositosis4,5,6.

Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal
berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat,
sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan
mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat
gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala
akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat
yang sama dapat terjadi elefantiasis3,4.

Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada
orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat
seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di
lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut
(jika disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis
bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis
rekurens5,6.

13
Gambar 2. Eritema, edema yang berbatas tidak jelas pada pipi dan ekstremitas.
Pada beberapa kasus juga timbul bula

(Dikutip dari : Fitzpatrick, 2008 )

G. PATOGENESIS

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada


permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang yang menderita diabetes
mellitus yang pengobatannya tidak adekuat5,6.

Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-


jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida,
14
fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran
sel5,6.

H. DIAGNOSA BANDING

Deep thrombo phlebitis, dermatitits statis, dermatitis kontak, giant urticaria,


insect bite (respons hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodosum, eritema
migran (Lyme borreliosis), perivascular herpes zooster, acute Gout, Wells
syndrome (selulitis eosinofilik), pyoderma gangrenosum, Kawasaki disease6.

Gambar 3 Deep tromboplebitis

(dikutip dari : Djuanda Adhi, 2008)

Gambar 4. Erisepelas

(Dikutip dari : Djuanda Adhi, 2008)

15
Gambar 5. Gout arthritis

(Dikutip dari : Djuanda Adhi, 2008)

I. DIAGNOSA

Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi
septikemia. Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik
dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan
septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau
merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang
disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi selulitis
terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri3,4,5,6.

16
Gejala dan tanda Selulitis
Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi
Tabel 3. Gejala dan tanda selulitis
Dikutip dari : (Dikutip dari Sullivan et all, 2018 )

Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada


sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah
lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia
juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive protein
(CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan
rumah sakit dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur
darah tidak terlalu penting dan efektif3,4,5,6.

17
J. PENGOBATAN

Pengobatan Umum
 Istirahatkan tungkai bawah
 Tinggikan kaki yang diserang
 Jangan menggaruk lesi

Pengobatan Khusus

Terapi topikal yang dapat diberikan pada pasien selulitis berupa kompres
terbuka dengan larutan antiseptik seperti kompres NaCl 0,9% yang digunakan
untuk kompres bersifat normal secara fisiologik untuk melembabkan lesi dan
lingkungan sekitar lesi untuk penyembuhan1.

Pasien dengan selulitis biasanya memerlukan pemberian antibiotic sistemik.


Pemberian antibiotic oral adekuat dapat dilakukan terhadap pasien tanpa gejala
sistemik. Pemberian antibiotic intravena dilakukan pada pasien yang tidak
merespon dengan antibiotic oral, adanya tanda infeksi sistemik. Pasien yang
dicurigai mengalami nekrosis dan infeksi yang dalam dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan pembedahan dan debridement5,6.

Selulitis harus di terapi menggunakan agen yang aktif melawan


streptococcus. Guidline dari UK CREST menyarankan pemberian agen anti
streptococcal bersamaan dengan anti staphylococcal seperti flukoksasilin. Pasien
dengan infeksi berat atau dengan nekrosis memerlukan pemberian antibiotic
spectrum luas yang dapat mengkover stafilokokus, streptokokus, gram negative
seperti klindamisin6.

18
Tabel 4 . Rekomendasi terapi oral dan intravena pada selulitis
(Dikutip dari Sullivan et all, 2018 )

Durasi maksimal pemberian antibiotic masih belum jelas. Kasus selulitis


tanpa komplikasi paling banyak diberikan antibiotic dalam 1-2 minggu6.

K. KOMPLIKASI

Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada


selulitis dapat berupa gangren, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah
dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis5.

L. PROGNOSIS

Selulitis bukan suatu enyakit yang mengancam nyawa namun dapat


berkembang menjadi sepsis bila tidak diberikan pengobatan segera, sehingga
prognosis nya tergantung pada waktu dan ketepatan pengobatan6.

19
BAB III

LAPORAN KASUS

Tanggal MRS : 11 Desember 2021

Nama : Tn.G.A

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Bangsa/ Suku : Papua

Agama : Kristen

Pekerjaan : Petani

ANAMNESA

Keluhan Utama : bengkak pada kaki kiri

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Kaki bengkak dan nyeri dirasakan kurang lebih 2 minggu ini,


awalnya pasien terkena batu pada telapak kaki dan menjadi luka kecil
namun dibiarkan. Beberapa hari kemudian, muncul kemerahan muncul di
punggung kaki kiri , kulit kemerahan ini lama-lama menjadi bengkak, terasa
panas dan nyeri sehingga pasien sulit untuk berjalan, selain itu mulai
muncul luka baru di punggung kaki kiri. Kemudian pasien membelah bagian
kaki yang luka dengan silet di telapak kaki dan punggung kaki. Keluhan
penyerta lain seperti demam di sangkal. Pasien mengaku berjalan tanpa alas
kaki.

20
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak dijumpai

Riwayat penyakit Terdahulu : DM (-), HT(-) Jantung (-)

Riwayat Pemakaian Obat :-

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi/irama : 88 x/menit / irama teratur

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,9 oC

VAS : 7/10

Kepala : Normosefal

Mata : Konjungtiva palpebral pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor,

reflek cahaya (+/+) diameter pupil 3-3mm, pergerakan mata baik ke segala arah.

Hidung : Napas cuping hidung (-)

Telinga : Nyeri tarik aurikula (-), Nyeri tekan tragus (-), pendengaran baik

Mulut : Bibir pucat (-), mulut kering (-), atrofi papil (-), hipertrofi gingiva

(-), gusi berdarah (-), faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran tiroid (-), Pembesaran KGB (-)

Thoraks

21
Paru

Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus cordis tak teraba

Perkusi : dalam batas normal

Auskultasi : irama murni, teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Nyeri tekan region abdomen ( - )

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) N

Ekstremitas : Akral hangat (+), CRT < 2 detik, edema (-), ptechiae (-), pucat (-)

Status Lokalis R Pedis Sinistra

Look : tampak luka terbuka pada punggung kaki dan telapak kaki,
macula hiperpigmentasi batas tidak jelas. edema (+), darah (-), nanah (+)
abses (+)

Feel : Nyeri tekan (+) teraba hangat (+)

Move : ROM terbatas nyeri

22
Laboratorium :

Darah Lengkap :

WBC : 13.900

PLT : 301.000

HB : 14.6

GDS : 102

GDP : 68

Asam urat : 7,2

Kolesterol :192

RADIOLOGI

23
Interpretasi :

Soft tissue swelling disertai emfisematous subcutis diregio pedis sinistra


mengarah gambaran selulitis

FOTO KLINIS

24
DIAGNOSA BANDING

1. Erisipelas
2. DVT
3. Gout Arthritis

DIAGNOSA SEMENTARA

Selulitis + Abses R. Pedis Sinistra

PENATALAKSANAAN

Umum : Memberikan edukasi pada pasien untuk beristirahat serta tungkai


bawah dan kaki yang diserang ditinggikan.

Khusus :

- IVFD Nacl 0,9% 20 tpm

25
- Inj. Metronidazole 3x500mg
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj.antrain 3x1 amp
- Inj. Ranitidine 2x1amp

RROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Functionam :Bonam

Quo ad Sanationam : Bonam

FOLLOW UP

Tgl 13-12-2021 S: nyeri kaki kiri


O: Ku : Baik Kes :CM
Status lokalis
Look : tampak luka terbuka pada punggung kaki
dan telapak kaki, macula hiperpigmentasi batas tidak jelas.
edema (+), darah (-), nanah (+) abses (+)
Feel : Nyeri tekan (+) teraba hangat (+)
Move : ROM terbatas nyeri

A: Abses Regio pedis (S) + selulitis

26
P: IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Metronidazole 3x500mg
Inj. Antrain 3x1 ampul
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
Pro debridement 14-12-2021
Tgl 14-12-2021 Pasien menjalani prosedur Debridement Necrotomy
Di dapati multiple chamber abces, Abces (+) Pus (+) 5-10cc

Instruksi Post Operasi


Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Metronidazole 3x500mg
Inj. Antrain 3x1 ampul
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
Inj. Dexametasone 3x1 amp
Ondansentron 2x1 amp
GV 1x1
mobilisasi
Tgl 15-12-2021 S: Nyeri kaki kiri
O: Ku : Baik Kes :CM

27
Status lokalis
Look : tampak luka terbuka pada punggung kaki
dan telapak kaki, macula hiperpigmentasi batas tidak jelas.
Edema (+) terpasang drain (+)
Feel : Nyeri tekan (+) teraba hangat (+)
Move : ROM terbatas nyeri

A: Abses Regio pedis (S) + selulitis


P: IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Metronidazole 3x500mg
Inj. Antrain 3x1 ampul
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
Inj. Dexamethasone 3x1 amp
Inj. Ondacentron 3x1 amp

Tgl 16-12-2021 S: Nyeri kaki kiri


O: Ku : Baik Kes :CM

28
Status lokalis
Look : tampak luka terbuka pada punggung kaki
dan telapak kaki, macula hiperpigmentasi batas tidak jelas.
Edema (+) terpasang drain (+)
Feel : Nyeri tekan (+) teraba hangat (+)
Move : ROM terbatas nyeri

A: Abses Regio pedis (S) + selulitis


P: IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Metronidazole 3x500mg
Inj. Antrain 3x1 ampul
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
Inj. Dexamethasone 3x1 amp
Inj. Ondacentron 3x1 amp

Tgl 17-12-2021 S: Nyeri kaki kiri


O: Ku : Baik Kes :CM

Status lokalis
Look : tampak luka terbuka pada punggung kaki
dan telapak kaki, macula hiperpigmentasi batas tidak jelas.
Edema (+) terpasang drain (+)
Feel : Nyeri tekan (+) teraba hangat (+)
Move : ROM terbatas nyeri

A: Abses Regio pedis (S) + selulitis


P: IVFD Nacl 0,9% 20 tpm

29
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Metronidazole 3x500mg
Inj. Antrain 3x1 ampul
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
Inj. Dexamethasone 3x1 amp
Inj. Ondacentron 3x1 amp (STOP)

18-12-2021 BPL

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

Diagnosa pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan


dermatologi dan pemeriksaan laboratorium.

Dijumpai : Teori:

30
Dari anamnesa: Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya
infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai
Awal mula kaki kiri mengalami luka kecil
dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri
namun tidak diobati. Awalnya Kulit
tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan
kemerahan dan menjadi bengkak yang
kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar
nyeri dan panas pada telapak kaki kiri
luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu
yang dialami kurang lebih 2 minggu
ini. Pada pasien ini tidak dapati gejala .Pada orang dengan imunokompeten infeksi
penyerta seperti demam dan lesu. didahului rusaknya barrier kulit.

Faktor Predisposisi : Faktor predisposisi :

Di dapati bahwa factor hygine yang - Diabetes Melitus


kurang pada pasien ini karena tidak - Malnutrisi
segera diobati setelah terluka, tidak - Hygine buruk
menggunakan alas kaki serta pasien - Penurunan daya tahan tubuh
mencoba mengiris luka yang bengkak
dengan silet.

Dijumpai: Teori:

31
Pemeriksaan dermatologi: Efloresensi selulitis ditemukan macula
eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak
Dijumpai ruam berupa makula
jelas, edema, infiltrate dan teraba panas, dapat
hiperpigmentasi ( awalnya berwarna
disertai demam dan malaise.
kemerahan) dengan penyebaran difus, tepi
tidak meninggi batas tidak jelas, teraba
hangat, edema, Fluktuatif, disertai ulkus

Penunjang :
Temuan pada pasien:
Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit
darah lengkap dan di dapati leukositosis berat,. ESR dan C-reactive protein (CRP) juga
13.900. Dilakukan pemeriksaan Asam urat sering meningkat terutama penyakit yang
5,2 mg/dl, GDS : 102 GDP : 62 cholesterol membutuhkan perawatan rumah sakit dalam
total 192 waktu lama.

Dilakukan pula pemeriksaan foto x-ray


pedis sinistra dengan kesan Soft tissue
swelling disertai emfisematous subcutis
diregio pedis sinistra mengarah gambaran
selulitis

32
Dijumpai: Teori:

Berdasarkan anamnesa dan status Hal ini dis esuaikan dengan kepustakaan.
dermatologi maka diagnosis banding pada
Erisipelas peradangan akut yang lebih
pasien adalah Erisipelas, DVT dan gout
superfisial dari selulitis (menyerang epidermis
arthritis. Diagnosa sementara pasien ini
dan dermis) serta mengenai kelenjar limfe
adalah Selulitis.
dermis dengan gejala kulit eritem berwarna
merah cerah, berbatas tegas, nyeri tekan dan
pinggir meninggi disertai tanda radang akut.

DVT (Tromosis Vena Dalam) pengumpulan


darah yang terjadi di pembuluh darah balik,
keluhan utama pasien biasanya kaki yang
bengkak dan nyeri dengan tanda-tanda klinis
edem tungkai unilateral, eritema, hangat, nyeri
dapat diraba P. Darah superfisial dan tanda
homan positif

Gout Arthritis ditandai dengan bengkak yang


fokal dan eritem biasanya terbatas pada sendi.
Biasanya terdapat riwayat gout atau
pembentukan tofus dan peningkatan serum
asam urat.

33
Dijumpai: Teori:

Penatalaksanaan farmakologi menggunakan Pasien dengan selulitis biasanya


memerlukan pemberian antibiotic sistemik.
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Pemberian antibiotic oral adekuat dapat
Metronidazol 3x500mg iv diberikan terhadap pasien tanpa gejala
sistemik. Pemberian antibiotic intravena
Antrain 3x1 ampul iv
dilakukan pada pasien yang tidak merespon
Ranitidine 2x1 ampul iv dengan antibiotic oral, adanya tanda infeksi
sistemik. Pasien yang dicurigai mengalami
Pasien juga menjalani prosedur
nekrosis dan infeksi yang dalam dapat
debridement karena sudah terjadi abses dan
dipertimbangkan untuk dilakukan
kecurigaan terjadi infeksi di bagian dalam
pembedahan dan debridement.
jaringan.

Tabel 5. Rekomendasi terapi oral dan intravena pada selulitis

(Dikutip dari Sullivan et all, 2018 )

34
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas,dapat disimpulkan bahwa penyakit selulitis


adalah salah satu bentuk dari pioderma diamana selilitis merupakan peradangan
akut yang terutama menyerang dermis dan jaringan subkutis yang biasanya
didahului oleh adanya luka atau trauma.

Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri


Streptoccocus dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah
superfisial. Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun
pembuluh getah bening. Daerah predileksi yang sering terkena yaitu wajah, badan,
genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan klinis
selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema,
infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor
predisposisi dan komplikasi yang ada.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008
2. Clinical Resources Effi ciency Support Team (CREST). Guidelines on the
management of cellulitis in adults. Belfast: CREST. 2005
3. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition.
New York: McGrawHill: 2008
4. Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United
State of America.
5. Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales,
Cardiff, UK. 1708
6. Sullivan, Tadhg and Eoghan de BarraB. C. Diagnosis and Management of
Cellulitis Clinical Medicine : 2018

36

Anda mungkin juga menyukai