Pembimbing
dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes
Disusun oleh :
M Eko Andry Setyawan J510185107
Setiadi J510185106
Femina Putri M J510185108
Vesty Anggraini H J510185116
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS BENDOSARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RENDAHNYA PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS DI
PUSKESMAS BENDOSARI TAHUN 2019
Yang diajukan oleh:
M Eko Andry Setyawan J510185107
Setiadi J510185106
Femina Putri M J510185108
Vesty Anggraini H J510185116
Pembimbing
Penguji
Penguji
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat Program...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Demam Berdarah Dengue (DBD).................................................................5
B. Vektor..........................................................................................................10
C. Pengendalian Vektor DBD..........................................................................11
D. Jenis dan Aplikasi Insektisida untuk Pengendalian Vektor DBD...............13
E. Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan DBD...........................................15
F. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD..........................19
G. Upaya Inovasi Puskesmas Bendosari..........................................................28
H. Menetapkan Prioritas Masalah....................................................................28
BAB III METODE PENERAPAN KEGIATAN...................................................30
A. Gambaran Umum Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo...............30
B. Manajemen Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue.................35
BAB IV PEMECAHAN MASALAH....................................................................40
A. Hasil Kinerja Puskesmas Bendosari...........................................................40
B. Penentuan Prioritas Masalah.......................................................................40
C. Analisis Penyebab Masalah........................................................................44
C. Rencana Pemecahan Masalah.....................................................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................54
A. Kesimpulan.................................................................................................54
B. Saran............................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kesehatan........................................................................33
Tabel 2. Hasil Kinerja Puskesmas Bendosari Januari-Juni 2009...........................40
Tabel 3. Penentuan prioritas masalah....................................................................41
Tabel 4. Angka Bebas Jentik Puskesmas Bendosari tahun 2016-Juni 2019..........41
Tabel 5. Jumlah kasus DBD Puskesmas Bendosari Tahun 2016-Mei 2019..........42
Tabel 6. Angka Kesakitan DBD Puskesmas Bendosari Tahun 2016-Mei 2019....42
Tabel 7. Korelasi Peningkatan ABJ dengan Penurunan Kasus DBD....................43
Tabel 8. Analisa SWOT.........................................................................................47
Tabel 9. Daftar Pemecahan Masalah......................................................................49
Tabel 10. Program CABE ANTIK.........................................................................53
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi Infeksi Dengue.....................................................................7
Gambar 2. Daur Hidup Nyamuk............................................................................11
YGambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Bendosari..................................................31
Gambar 4. Bagan Standar Operasional Prosedur Penanggulangan Fokus DBD...39
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur “CABE ANTIK”................................59
Lampiran 2. Stiker “Awas SAJEN”.......................................................................63
Y
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular kronis
yang telah lama dikenal di masyarakat. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia
terinfeksi kuman TB. Jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada
wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah
Mediterania Timur (17%).1
Prevalensi TB di Indonesia dan negara berkembang lainnya cukup
tinggi. Pada tahun 2006, terdapat > 600.000 kasus baru di Indonesia. TB
umumnya menyerang masyarakat usia produktif (15–55 tahun) dan sosial
ekonomi rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya
manusia yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara. 2 Angka
kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan
terjadi > 100.000 kematian per tahun. Tingginya angka kematian akibat
TB diakibatkan oleh kurangnya kontrol masyarakat terhadap pengobatan
TB yang disebabkan rendahnya sikap serta pengetahuan masyarakat
terhadap pengobatan TB. Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua
pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini.3
Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus sebesar 660,000
dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah
kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
Penemuan kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2017 (data per 17 Mei 2018). Prevalensi tuberkulosis per 100.000
penduduk pada tahun 2019 sebesar 245. Pencapaian Case Detection Rate
(CDR) di Jawa Tengah tahun 2008-2017 masih dibawah target yang
ditetapkan sebesar 70%.4
Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit yang sulit
ditanggulangi di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Pemerintah
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penguraian dalam latar belakang masalah tersebut di
atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana upaya dalam penemuan kasus baru penderita
tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo
untuk menurunkan angka penderita Tuberkulosis (TB)?”
3
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui manajemen pengendalian penularan penyakit TB
dengan meningkatkan penemuan kasus baru penderita TB di
Puskesmas Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cakupan angka penemuan kasus baru Tuberkulosis di
wilayah kerja Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
b. Mengetahui permasalahan penemuan kasus baru Tuberkulosis di
wilayah kerja Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
c. Menyusun perumusan penyelesaian masalah penemuan kasus baru
Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Bendosari Kabupaten
Sukoharjo.
d. Menyusun solusi permasalahan penemuan kasus baru Tuberkulosis
di wilayah kerja Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
D. MANFAAT PROGRAM
1. Bagi Mahasiswa
a. Penelitian ini dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai
upaya peningkatan angka penemuan kasus baru Tuberkulosis di
Puskesmas Bendosari.
b. Memberikan kontribusi melalui ide dan program kerja yang
melibatkan multisectoral di wilayah kerja Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo.
2. Bagi Puskesmas Bendosari
a. Penelitian ini dapat menjadi inovasi baru dalam upaya
penemuan kasus baru Tuberkulosis di Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo.
b.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Definisi tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).6 Definisi kasus
TB adalah sebagai berikut:
a. Kasus TB definitif adalah kasus dengan salah satu spesimen biologis
positif dengan pemeriksaan mikroskopis apusan dahak, biakan atau
diagnostik cepat yg telah disetujui oleh WHO.
b. Kasus TB diagnosis klinis adalah kasus TB yang tidak dapat
memenuhi kriteria konfirmasi bakteriologis walau telah diupayakan
maksimal tetapi ditegakkan diagnosis TB aktif oleh klinisi yang
memutuskan untuk memberikan pengobatan TB berdasarkan foto
thoraks yang abnormal, histologi sugestif dan kasus ekstra paru.
c. Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda sugestif TB.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan
nodus limfe. Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Gejala umum TB adalah
batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernafasan seperti
sesak nafas, nyeri dada, batuk darah dan atau gejala tambahan seperti
menurunnya nafsu makan, penurunana berat badan, keringat malam dan
mudah lelah.6
a. Sumber penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang
mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila
seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang
infeksius. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500 M.tuberculosis.
Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500 –
1.000.000 M.tuberculosis.7
b. Perjalanan alamiah TB pada manusia.
Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit.Tahapan
tersebut meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan
meninggal dunia
3. Faktor risiko
Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari:7
a) Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
b) Lamanya waktu sejak terinfeksi
c) Usia seseorang yang terinfeksi
d) Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya
tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB
Aktif (sakit TB).
e) Infeksi HIV. Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10%
diantaranya akan menjadi sakit TB. Namun pada seorang
dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB. Orang
dengan HIV berisiko 20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan
dengan orang yang tidak terinfeksi HIV, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
1) Meninggal dunia
Faktor risiko kematian karena TB:7
a) Akibat dari keterlambatan diagnosis
b) Pengobatan tidak adekuat.
c) Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
penyerta.
4. Patogenesis tuberkulosis
Perjalanan infeksi tuberkulosis paru terjadi melalui 5 stage:8
a. Kuman TB masuk ke alveoli difagositosis oleh makrofag yang
umumnya dapat dihancurkan. Bila daya bunuh makrofag rendah,
kuman TB akan berproliferasi dalam sitoplasma makrofag dan
menyebabkan lisis. Pada stage ini belum ada pertumbuhan kuman.8
b. Stage simbiosis, kuman tumbuh dalam non-activated macrophage yang
gagal mendestruksi kuman hingga makrofag hancur. Kemudian
makrofag lain akan memfagositosis kuman TB tersebut yang berada di
tempat radang. Lama kelamaan akan makin banyak kkuman TB dan
makrofag yang berkumpul di lesi.8
c. Terjadi nekrosis kaseosa. Pada stage ini delayed type of hypersensitivity
merupakan respon imun yang mampu menghancurkan makrofag berisi
kuman. Respon ini terbentuk 4-8 minggu dari awal infeksi. Dalam
kaseosa, kuman ekstraseluler tidak bisa tumbuh, dikelilingi non-
activated macrophage, dan partly activated macrophage. Pertumbuhan
kuman terhenti, namun respon DTH menyebabkan perluasan sentral
kaseus dan progresifitas penyakit. Pada keadaan ini kuman tidak
sensitif terhadap terapi.8
d. Respon imun cell mediated immunity (CMI) mengaktifkan makrofag
yang mampu memfagositosis dan menghancurkan kuman. Activated
macrophage menyelimuti tepi kaseous untuk mencegah terlepasnya
kuman. Jika CMI lemah, kuman akan dapat berkembang biak di
dalamnya dan selanjutnya dihanjurkan oleh respon imun DTH sehingga
nekrosis kaseosa menjadi semakin luas. Kuman TB yang terlepas akan
masuk dalam kelenjar limfe trakheobronkhial dan menyebar ke organ
lain.8
e. Terjadi pencairan sentral kaseous dimana untuk pertama kalinya terjadi
multiplikasi kuman TB ekstraseluler yang dapat mencapai jumlah besar.
Dengan progresifitas penyakit terjadi perlunakan nekrosis kaseosa,
membentuk kavitas dan erosi dinsing bronkus. Kuman TB masuk ke
bronkus dan menyebar ke bagian paru lain dan jaringan sekitarnya.8
5. Manifestasi klinis
a. Gejala klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB,
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-
lain.9,10,11
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai
tergantung dari organ yang terlibat. Kelainan paru pada umumnya
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen
posterior, serta daerah apex lobus inferior.12
Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara
napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada perkusi ditemukan
pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak
terdengar pada sisi yang terdapat cairan.12
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar
getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”.12
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak selain berfungsi untuk menegakkan
diagnosis, juga untuk menentukan potensi penularan dan menilai
keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang
dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP):7
a) S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes.
b) P (Pagi): dahak ditampung pada pagi segera setelah bangun
tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di bangsal rawat
inap bilamana pasien menjalani rawat inap.
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert
MTB/RIF. TCM merupakan sarana untuk penegakan diagnosis,
namun tidak dapat dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan.7
3) Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat
(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth
Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis
(M.tb).7
Pemeriksaan tersebut diatas dilakukan disarana laboratorium
yang terpantau mutunya. Dalam menjamin hasil pemeriksaan
laboratorium, diperlukan contoh uji dahak yang berkualitas. Pada
faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan
TCM, biakan, dan uji kepekaan, diperlukan sistem transportasi contoh
uji. Hal ini bertujuan untuk menjangkau pasien yang membutuhkan
akses terhadap pemeriksaan tersebut serta mengurangi risiko
penularan jika pasien bepergian langsung ke laboratorium.7
b. Pemeriksaan penunjang lainnya
1) Pemeriksaan foto toraks
1) Kategori 1: 2RHZE/4(RH)3
Obat kategori ini diperuntukan untuk pasien baru TB paru
BTA positif, pasien baru TB paru BTA negatif foto thorax positif,
dan pasien TB ekstra paru. 9,13
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
2) Kategori 2: 2RHZE/(RHZE)/5(RH)3E3
Tahap
intensif 2 bulan 1 1 3 3 - 0.75 gr 56
(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
harian)
Tahap
lanjutan
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
(dosis 3x
seminggu)
Intensif 1 bulan 1 1 3 3 28
Keterangan: 9,13
a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah
sakit
b. Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
c. Anak dengan BB > 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
d. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
e. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
a. Indikator Dampak
Merupakan indikator yang menggambarkan keseluruhan dampak
atau manfaat kegiatan penanggulangan TB. Indikator ini akan diukur dan di
analisis di tingkat pusat secara berkala. Yang termasuk indikator dampak
adalah:
1) Angka Prevalensi TB
2) Angka Insidensi TB
3) Angka Mortalitas TB
b. Indikator Utama
Indikator utama digunakan untuk menilai pencapaian strategi
nasional penanggulangan TB di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan
Pusat. Adapun indikatornya adalah:
D. Analisa Indikator
Indikator yang harus dianalisa secara rutin (triwulan dan tahunan) adalah
sebagai berikut;
a. Indikator Dampak
1) Angka kesakitan (insiden) karena TB
Insiden adalah jumlah kasus TB baru dan kambuh yang muncul
selama periode waktu tertentu. Angka ini menggambarkan jumlah kasus
TB di populasi, tidak hanya kasus TB yang datang ke pelayanan kesehatan
dan dilaporkan ke program. Angka ini biasanya diperoleh melalui
penelitian cohort atau pemodelan (modelling) yang dilakukan setiap tahun
oleh WHO.7,9
2) Angka kematian (mortalitas) karena TB
Mortalitas karena TB adalah jumlah kematian yang disebabkan
oleh TB pada orang dengan HIV negatif sesuai dengan revisi terakhir dari
ICD-10 (international classification of diseases). Kematian TB di antara
orang dengan HIV positif diklasifikasikan sebagai kematian HIV. Oleh
karena itu, perkiraan kematian TB pada orang dengan HIV positif
ditampilkan terpisah dari dengan orang HIV negatif. 7,9 Angka ini biasanya
diperoleh melalui data dari Global Report. 7,9
Catatan:
Angka ini berbeda dengan data yang dilaporkan pada hasil akhir
pengobatan di laporan TB.08. Pada laporan TB.08, kasus TB yang
meninggal dapat karena sebab apapun yang terjadi selama pengobatan TB
sedangkan mortalitas TB merupakan jumlah kematian karena TB yang
terjadi di populasi. 7,9
b. Indikator Utama
1) Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang
diobati adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di
antara perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden). 7
Rumus:
BAB III
METODE PENERAPAN KEGIATAN
PENANGGUNGJAWAB UKM
PENANGGUNGJAWAB UKP KEFARMASIN DAN LA PENANGGUNGJAWAB JARINGAN PEL PUSKESMAS DAN
SRI HARYANTI,S.ST
dr.RAHARDI JEJARING FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
drg.IKA KUSUMAWATI
…...............................
PELAYANAN KESEHATAN KIA – KB BERSIFAT UKM PELAYANAN SERTIFIKASI,REGISTRASI,FARMAMIN 1.PENGELOLA PELAY PENDAFTARAN: WALINEM
5. PENGELOLA PELAY KIA-KB BERSIFAT UKP: PENNY
1. ..............................................
TUTI DEVIANTI,S.ST ENI UMARNINGSIHWATI,A.Md.Keb
S,SST,MSi
1.Petugas IBU : Sri Mardijanti,A.Md.Keb 3. BIDAN DESA
1.
2.Petugas Anak : Tuti Devianti,S.ST WAHYU P,A.Md.Keb
PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN 1. .PENGELOLA PELAY GAWAT DARURAT: ATIK,S.Skep.NS
6.
DWI SUSANTI,AMKL
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL ..............................................
1.Pelayanan KesLing : Dwi Susanti,AMKL
KOMPLEMENTER 1.
2. Pelayanan Kesehatan Olah Raga : Nathanael Y,AMK 7..PENGELOLA PELAY GIZI BERSIFAT UKP: EFRIANA AYU PENGELOLA JEJARING FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
SAFITRI H,AMFis
3.Pelayanan Kesehatn Kerja : Setyo Asmorowati, ,S.Gz ENI UMARNINGSIHWATI,A.Md.Keb
PELAYANAN GIZI BERSIFAT UKM PELAYANAN KESEHATAN INDRA .8. PENGELOLA PELAY PERSALINAN : TRI WARSA Amd.Keb.
ENDANG S.W SUWANTI, AMKep
1.
9. PENGELOLA PELAY KEFARMASIAN : AYU WANDIRA S,AMF
PEL KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
PENGELOLA PELAYANAN & PENGENDALIAN PENYAKIT
JUWARIYAH, AMKG
RETNO ISWONINGRUM,A.Md.Keb 1.
1.Pelaksana surveilen & SKD KLB: Nunuk W,AMK 10. PENGELOLA PELAY LABORATORIUM : ARIS WIRADI
2.Pelaksana Imunisasi : Etik S,A.Md.Keb
3.Pelaksan Kesehatan Haji : Panti W,S.Kep 1.
4.P2 Tb.Ispa,diare,Thypoid: Widayati, AMK 11.. PENGELOLA PELAY FISIOTERAPI : SAFITRI H,AMFis
5. P2 HIV, IMS, Hepatitis, Kusta ; Nunuk W,AMK
6.P2B2 : Retno I,A.Md.Keb
1.
7.PTM :Atik S,S,Kep,Ns
8.Kesehatan Jiwa: Sudartik,S.Kep.Ns
PANTI W.S.Kep
7
SRI MARDIJANTI,A.Md.Keb
4. Jumlah tenaga kesehatan
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kesehatan
2. Pendeskripsian data
Data primer yang terkumpul dianalisa untuk mengetahui pencapaian
deteksi dini penyebaran TB dengan skrining TB di wilayah Puskesmas
Bendosari Sukoharjo.
D. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam laporan ini adalah analisis fishbone.
Analisis fishbone berarti analisis tulang ikan disebut juga dengan fishbone
diagram, cause effect diagram, atau ishikawa diagram. Analisis ini
merupakan alat yang umum digunakan untuk membantu organisasi
memecahkan masalah dengan melakukan analisis sebab dan akibat dari
suatu keadaan dalam sebuah diagram yang terlihat seperti sebuah tulang
ikan.
40
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Kriteria
No Urgensi Keseriusan Perkembangan Total
Masalah
Gambar 14. Bagan diagram Fish Bone masalah cakupan penderita tuberkulosis yang rendah di wilayah Puskesmas Bendosari Sukoharjo
MANUSIA METODE
Tenaga medis yang kurang dalam Kegiatan yang masih kurang dalam melaksanakan skrining TB
melaksanakan skrining TB
- Kegiatan terlaksana hanya apabila ada laporan gejala TB
oleh kader setempat
kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang penyebab dan gejala TB - Kurangnya kegiatan penyuluhan tentang
penyakit TB
Masih terdapat stigmatisasi dan
diskriminasi masyarakat terhadap
penderita TB Cakupan
penderita TB
di wilayah
Bendosari
rendah
LINGKUNGAN
SARANA
63
Keterangan :
1. Manusia
a. Kurangnya tenaga medis dalam melaksanakan skrining tuberkulosis
b. Masih terdapat stigmatisasi dan diskriminasi masyarakat terhadap
penderita tuberkulosis
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab dan gejala
tuberkulosis serta program pemerintah tentang pengobatan tuberkulosis
2. Metode
a. Kegiatan yang masih kurang dalam melaksanakan skrining tuberkulosis
b. Kegiatan terlaksana hanya apabila ada pelaporan gejala tuberkulosis oleh
kader desa setempat
c. Kurangnya kegiatan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis
3. Sarana
a. Kurangnya media promosi seperti poster dan banner tentang tuberkulosis
64
65
Kriteria efektivitas :
1. M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
2. I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
3. V = Vulnerability (sensitivitas jalan keluar)
Kriteria penilaian efektifitas :
1. = tidak efektif
2. = agak efektif
3. = cukup efektif
4. = efektif
5. = paling efektif
Kriteria efisiensi :
C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak
efisien). Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan pemecahan masalah
adalah sebagai berikut :
1) Membekali dan menggerakkan kader denganpemberian motivasi,
pengetahuan, pelatihan dan dukungan terhadap program penanggulangan
DBD
2) Menggerakkan secara langsung masyarakat untuk melakukan PSN minimal 1
minggu sekali melalui program MINGGU BATIK, apabila di rumahnya masih
didapatkan jentik nyamuk maka akan diberikan sanksi dengan menempelkan
stiker khusus pada rumahnya yang menunjukkan bahwa rumahnya belum
bebas jentik
3) Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya PSN sebagai penanggulangan
DBD dan memberikan edukasi pada masyarakat tentang deteksi dini DBD
melalui penyuluhan dan penyebaran leaflet, sticker dan atau poster pada
tempat yang strategis
65
66
66
67
67
68
i. Big Goal dari program SERABI bukan hanya untuk menemukan kasus
baru TB saja, harapannya tujuan akhir dari program ini adalah untuk
menghapuskan penularan TB di Bendosari. Skemanya, SERABI
penemuan kasus TB baru pengobatan TB hingga tuntas tidak ada
penularan TB baru Bendosari Bebas TB.
Ta
Tabel 10. Program “SERABI” (SayEmbaRa DesA Bebas TuberculosIs)
DI KECAMATAN BENDOSARI
68
69
69
70
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Manajemen pengendalian penyakit DBD yang telah dilakukan
Puskesmas Bendosari antara lain: penyelidikan epidemiologis,
penanggulangan fokus, pemberantasan nyamuk (3M dan 3M plus) dan
pemeriksaan jentik berkala.
2. Perencanaan sudah dilakukan, namun pelaksanaan pengendalian
penyakit demam berdarah dengue di puskesmas Bendosari belum
berjalan efektif, dilihat dari ABJ yang belum mencapai target, dan IR
yang masih tinggi.
3. Prioritas masalah penyakit DBD di Bendosari adalah tingkat kesadaran
masyarakat yang rendah mengenai PSN.
4. Beberapa alternatif pemecahan masalah pengendalian penyakit DBD di
Bendosari yaitu membekali dan menggerakkan kader dengan
pemberian motivasi, pengetahuan, pelatihan dan dukungan terhadap
program penanggulangan DBD, menggerakkan secara langsung
masyarakat untuk melakukan PSN minimal 1 minggu sekali melalui
program MINGGU BATIK, apabila di rumahnya masih didapatkan
jentik nyamuk maka akan diberikan sanksi dengan menempelkan stiker
khusus pada rumahnya yang menunjukkan bahwa rumahnya belum
bebas jentik, memberikan penyuluhan mengenai pentingnya PSN
sebagai penanggulangan DBD dan memberikan edukasi pada
masyarakat tentang deteksi dini DBD melalui penyuluhan dan
penyebaran leaflet, sticker dan atau poster pada tempat yang strategis,
dan meningkatkan komunikasi antara puskesmas, kader, perangkat
desa, pokja desa, dan masyarakat agar program penanggulangan DBD
dapat terlaksana secara optimal.
71
72
B. Saran
1. Melakukan pembekalan dan menggerakkan kader dengan pemberian
motivasi, pengetahuan, pelatihan dan dukungan terhadap program
penanggulangan DBD secara berkala.
2. Menggerakkan secara langsung masyarakat untuk melakukan PSN
minimal 1 minggu sekali melalui program MINGGU BATIK
3. Memberikan penyuluhan secara berkelanjutan mengenai pentingnya
PSN sebagai penanggulangan DBD dan memberikan edukasi pada
masyarakat tentang deteksi dini DBD melalui penyuluhan dan
penyebaran leaflet, sticker dan atau poster pada tempat yang strategis
4. Meningkatkan komunikasi antara puskesmas, kader, perangkat desa,
pokja desa, dan masyarakat agar programpenanggulangan DBD dapat
terlaksana secara optimal.
72
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Jakarta:
Depkes RI.
Dirjen P2PL Kemkes RI. 2019. Data Kasus Demam Berdarah Dengue di
Indonesia Tahun 2018. Available at : http://www.depkes.go.id.
Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls. 2004. Diagnosis dan Tata
Laksana Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of
Pediatrics Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
Available at http://www.puskel.com/9-macam-kader-kesehatan-
dalam-pelayanan-puskesmas/
Available at
http://www.searo.who.int/entity/vector_borne_tropical_diseases/docu
ments/SEAROTPS60/en/
74
Lampiran 1. Standar Operasional Prosedur “CABE ANTIK”
2. Tujuan Meningkatkan Angka Bebas Jentik sebesar > 95% dan mengurangi
angka kesakitan dan kematian DBD dengan memaksimalkan peran
masyarakat di Kecamatan Bendosari melalui bimbingan dan
monitoring oleh petugas Puskesmas dan kader jumantik.
75
7. Evaluasi rumah yang belum bebas jentik dilakukan setiap
bulan oleh kader
8. Rumah dengan jentik diberikan edukasi dan sticker “Awas
SAJEN”
9. Hasil pemantauan jentik selanjutnya dicantumkan pada
sticker “Awas SAJEN”
76
LEM CANTIK (Lomba Mencari Jentik)
Puskesmas Bendosari, Sukoharjo
77
9. Indikator penilaian berupa
a. Kelengkapan form pemantauan jentik berkala
beserta hasilnya selama 6 bulan terakhir
b. Hasil grebek jentik oleh tim penilai
c. Rumah tanpa stiker “Awas Sajen”
d. Keaktifan kader dalam kegiatan PJB selama 6
bulan terakhir
e. Jumlah jentik ditemukan oleh kader
78
LAMPIRAN
Lembar Kuisioner
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
11. Apabila ada tetangga/keluarga yang menderita penyakit TB, apa yang anda
lakukan:
a. Menjauhinya
b. Membawanya berobat
c. Tidak peduli
80