Oleh:
Usulan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Diploma-III Teknologi Laboratorium Medis
Oleh:
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
Pembimbing
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................... 3
1. Tujuan umum ........................................................................................................... 3
2. Tujuan khusus .......................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Demam Berdarah Dengue............................................................................. 5
B. Etiologi Demam Berdarah Dengue ................................................................................. 6
C. Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue ............................................................... 6
D. Perantara Demam Berdarah Dengue ............................................................................... 7
E. Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti.................................................................................. 9
F. Daur Hidup Nyamuk Aedes Aegypti ............................................................................. 10
G. Tempat Perkembangbiakan Aedes Aegypti ................................................................... 12
H. Tanda dan Gejala .......................................................................................................... 13
I. Penularan....................................................................................................................... 16
L. Pelaksanaan Pemberantasan DBD ................................................................................ 23
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kasus Demam Berdarah Dengue beberapa Kecamatan di Kota Kupang Tahun
2019 ......................................................................................................... 3
Tabel 2.1 Perbedaan larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus. .......................... 29
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk jenis penyakit arbovirus yang ditularkan
oleh dua jenis vektor nyamuk yaitu Aedes aegypti dan Aedes Albopictus dan merupakan
masalah utama penyakit di dunia, terutama di negara tropis. Sampai tahun 2009, sekitar 2-
5 miliar orang yang tinggal di lebih 100 negara endemik, terutama daerah tropis yang rentan
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyataka n negara tropis
berisiko terinfeksi virus dengue dengan 96 juta kasus berasal dari 128 negara tropis. Angka
tersebut menjadikan negara tropis penyumbang kasus terbesar kejadian DBD. Di Asia
Tenggara terjadi kematian rata-rata 1682 jiwa/tahun karena DBD. Pada peringatan ASEAN
Dengue Day (ADD) tahun 2016 WHO juga melaporkan bahwa Asia Pasifik menanggung
75% dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010. Tahun 2019, Kepulauan
Solomon melaporkan wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) terdapat lebih dari 7.000
kasus dan wabah wilayah Afrika, Burkina Faso 1.061 kasus yang dilaporkan.(Ismah et al.,
2021)
Trend kasus DBD di Indonesia dari tahun 2002-2014 menunjukkan bahwa kasus
terbanyak terjadi pada tahun 2007 dengan incidence rate (IR) sebesar 71,78 per 100.000
penduduk. Kasus DBD kemudian mengalami penurunan sangat signifikan menjadi 27,67
per 100.000 penduduk pada tahun 2011,namun meningkat kembali tahun 2012- 2014
dengan angka insidens masing- masing 37,2 dan 39,8 per 100.000 penduduk. Secara
nasional angka kematian mengalami penurunan kurang dari 1% sejak tahun 2008. Case
Fatality Rate (CFR) tahun 2005 mengalami penurunan, hingga tahun 2010 namun, kembali
1
meningkat pada tahun 2011 hingga 2014 mencapai 0,9%. Penyakit ini sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah dan termasuk dalam 5 penyakit dengan
frekuensi KLB tertinggi. Wilayah dengan kasus DBD terbanyak yaitu Jawa Timur (2.657
kasus) kemudian Jawa Barat (2.008 kasus) lalu Nusa Tenggara Timur di urutan ke- tiga
Data profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan
bahwa kasus DBD di Provinsi NTT dalam periode 4 (empat) tahun terakhir mengalami
fluktuasi sejak tahun 2014-2017. Kasus DBD pada tahun 2014 sebesar 487 kasus (10 per
100.000 penduduk), pada tahun 2015 meningkat menjadi 665 kasus (13 per 100.000
penduduk), pada tahun 2016 meningkat lagi menjadi 1.213 (23,3 per 100.000 penduduk)
dan pada tahun 2017 mengalami penurunan jumlah kasus DBD sebanyak 542 kasus (10,3
per 100.000 penduduk). Jika dikaitkan dengan capaian Renstra Dinkes NTT pada tahun
2017, belum mencapai target yang seharusnya sebesar 8/100.000. Hal ini menggambarkan
bahwa upaya pencegahan penyakit DBD belum optimal, dan berpotensi untuk
Di daerah NTT sendiri Kota Kupang merupakan daerah dengan tingkat mobilitas
penduduk yang tinggi. Kota Kupang mempunyai 6 wilayah Kecamatan yang terdiri atas 51
Kelurahan yang merupakan wilayah endemik DBD dengan kejadian kasus setiap tahunnya
merata pada seluruh wilayah kecamatan. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Kupang
(2014) selama lima tahun terakhir (2008-2012) sebelum pemekaran wilayah Kecamatan
dari 4 kecamatan menjadi 6 kecamatan pada tahun 2008 angka kesakitan penyakit DBD
cenderung berfluktuasi dari 646 kasus (IR 14,7) pada tahun 2009 kemudian mengalami
penurunan signifikan menjadi 260 kasus (IR 5,98) pada tahun 2010 dan pada tahun 2011
2
naik lagi menjadi 511 kasus (IR 11,76) dan tahun 2012 menurun lagi menjadi 120 kasus
Vektor utama yang berperan dalam penyebaran penyakit DBD adalah nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis.
Nyamuk Aedes aegypti hidup di sekitar permukiman manusia, di dalam dan di luar rumah
terutama di daerah perkotaan dan berkembang biak dalam berbagai macam penampungan
air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari sinar
matahari. Vektor Aedes aegypti merupakan nyamuk yang dapat memindahkan dan menjadi
vektor, meminimalisir kontak antara manusia dengan sumber penular dapat dikendalikan
secara lebih rasional, efektif, dan efisien (Said, 2012). Pengendalian vektor dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengasapan (untuk
nyamuk dewasa) dan penggunaan bubuk abate (untuk larva) untuk menghilangkan tempat
Lingkungan yang lembab,memiliki intensitas curah hujan yang tinggi,dan pada genangan
air dalam rumah maupun luar rumah.Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah sanitasi lingkungan yang buruk, hygiene
masyarakat yang kurang sehat, seperti tidur pada siang hari, kebiasaan menggantung
Penyakit DBD dapat dicegah dengan cara mengendalikan vektornya, yaitu aedes
aegypti dan pendistribusian penyakit DBD itu sendiri pada suatu wilayah. Kebersihan
nyamuk (PSN) demam berdarah dengue merupakan cara-cara yang dapat digunakan untuk
3
pengendalian nyamuk tersebut. (Sucipto, 2011). Kegiatan- kegiatan tersebut meliputi
pembersihan jentik dengan program pemberantasan sarang nyamuk dan menggunakan ikan
(ikan kepala timah, cupang, sepat) serta pencegahan gigitan nyamuk dengan menggunakan
kelambu, obat nyamuk, repellent serta tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang,
mengantung baju) dan penyemprotan atau fogging (pengasapan), serta program yang
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut tentang “Faktor Resiko Demam Berdarah Dengue di RW 07 Kelurahan Oebufu
Kota Kupang”
B. Rumusan Masalah
Apa saja Faktor Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Oebufu Kota
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk diketahui faktor resiko kejadian demam berdarah dengue di wilayah Kelurahan
2. Tujuan Khusus
Kupang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
2. Bagi Mahasiswa
4
Sarana penerapan ilmu yang telah penulis peroleh selama menempuh Pendidikan di
bidang Parasitologi.
3. Bagi Masyarakat
jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit DBD di Kelurahan Oebufu Kota
Kupang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang
disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai
dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan.
Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (Depkes RI, 2013).
5
DBD merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, ditandai dengan demam mendadak selama 2-7 hari
tanpa penyebab yang jelas disertai dengan lemah, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda
perdarahan di kulit berupa bintik merah, lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-
kadang disertai dengan mimisan (epistaksis), bercak darah, muntah darah, kesadaran
menurun (delirium) atau renjatan (syok) (Depkes RI, 2010). Tidak semua yang terinfeksi
virus dengue akan menujukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi
demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali
tanpa gejala sakit (asimtomatik), sebagian lagi akan menderita demam dengue saja tidak
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe
(Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam grup B Arthropod Borne
Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul
Terdapat 4 gejala utama penyakit DBD yaitu demam tinggi, fenomena pendarahan,
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari kemudian
turun menjadi suhu normal atau lebih rendah demam berdarah dapat disertai dengan
gejala nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, nyeri kepala serta rasa lemah.
6
2. Pendarahan
Biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan pada umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa hasil uji tourniquet, pendarahan mudah terjadi pada tempat
fungsi vena, perdarahan pada kulit (petekie) dan ruam (purpura), selain itu juga di
jumpai pendarahan dari hidung (epistaksis) dan pendarahan pada gusi (gingivitis),
muntahan isi lambung yang bercampur darah (hematemesis), serta tinja berwarna gelap
(melena).
3. Hepatomegali
pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, nyeri tekanan sering ditemukan
tanpa di sertai kulit menguning akibat penumpukan bilirubin dalam darah (ikterus).
4. Rejatan (syok)
a. Kulit dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki.
Pada penderita penyakit DBD dapat ditemukan gejala-gejala klinis dan laboratorium,
1. Kriteria klinis
a. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat antara 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40o c. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu
7
makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang serta rasa sakit
daerah bola mata (retro orbital) dan wajah yang kemerah-merahan (flusing).
pada kulit seperti tes Rumple leed (+), serta BAB berdarah berwarna kehitaman
(melena).
d. Kegagalan sirkulasi darah yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan
cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran
2. Kriteria Laboratoris
atau lebih, ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratoris. Kriteria
a. Derajat 1: badan panas selama 5-7 hari, gejala umum tidak khas.
b. Derajat 2: seperti derajat 1, disertai pendarahan spontan pada kulit berupa ptekiae
dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis), buang air besar
c. Derajat 3: ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut nadi teraba
lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi selisih antara tekanan darah sistolik
8
dan diastolik menyempit (<120 mmHg). DBD derajat 3 merupakan peringatan awal
d. Derajat 4: denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung
140x/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh berkeringat, kulit
membiru (purpura). DBD derajat 4 merupakan manifestasi syok, yang sering kali
Cara penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara vektor
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue pada waktu menghisap
darah penderita DBD atau carrier, jika nyamuk ini menggigit orang lain, maka virus
dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang
tersebut dapat menderita sakit DBD. Virus DBD memperbanyak diri dalam tubuh manusia
dan akan ada dalam darah selama satu minggu (Kemenkes RI, 2011).
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari sebelum demam, bila
penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap
masuk ke dalam lambung nyamuk selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan
setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada
orang lain (masa inkubasi intrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit
sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya
(proboacis). Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke
orang lain.
2. Masa inkubasi
9
Masa inkubasi penyakit DBD berkisar antara 3-15 hari, umumnya 5-8 hari
dimulai dengan demam tinggi yang tiba-tiba sakit kepala yang kuat, sakit pada bola
mata dan sakit yang menyeluruh pada otot, sendi dan punggung, menggigil dapat
dijumpai masa krisis mulai menurun pada hari ke 5 atau ke 6 sesudah demam kadang-
kadang temperatur tubuh menurun menjadi normal pada masa demam disebut saddle
Pada hari ke 3 atau ke 5 bercak merah pertama pada dada, pinggul, perut, kemudian
menyebar ke lengan kaki dan muka, jumlah trombosit di bawah 150.000/mm, biasanya
ditentukan hari ke 3 sampai hari ke 7 sakit (dalam keadaan normal jumlahnya berkisar
antara 200.000 - 400.000 tiap mikro liter darah). Dijumpai kadar sel darah putih rendah
dalam darah yang dapat mengganggu kemampuan untuk melawan infeksi (leukopenia)
pada masa akut dari penyakit, darah ini kembali normal setelah satu minggu. Separuh
dari kasus menunjukan gejala-gejala awal 6-12 jam sebelum demam berupa lemah,
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk sebagai
penularnya, oleh karena itu tempat potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:
beberapa tipe virus DBD yang cukup besar seperti: Sekolah, Rumah sakit atau
Dalam upaya pencegahan DBD keluarga sebagai salah satu manifestasi kelompok
merupakan unit kelompok terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
10
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karna
pertalian darah dan ikatan keluarga atau adopsi dimana satu dengan lainnya saling
tempat genangan air serta memberikan bubuk abate) yang dilakukan keluarga di rumah
tentunya akan berakibat positif dalam program pencegahan DBD (Kemenkes RI, 2011).
b. Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas di sekitar rumah dan lain
sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu atau ikan cupang), dan bakteri. Upaya pengendalian secara biologis juga dapat
11
Beberapa agent biologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan
populasi vektor DBD adalah dari kelompok bakteri, predator seperti ikan pemakan
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi juga masih sering digunakan baik bagi program
secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan cakupan akan mampu mengendalikan
vektor dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan orga nisme yang bukan
sasaran.
Insektisida untuk pengendalian DBD harus digunakan dengan bijak dan merupakan
media yang ampuh untuk pengendalian vektor (Sukowati, 2010). Cara pengendalian ini
antara lain dengan: pengasapan atau fogging dengan menggunakan malathion dan
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas yang disebut dengan “3M plus”, yaitu (Menutup,
Menguras, Mengubur), selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
12
a. Mengganti cairan dengan minum yang banyak penambah cairan tubuh melalui infus
yang berlebihan.
b. Memberikan obat-obatan.
c. Bila suhu > 40°C berikan antiseptik, sebaiknya memberikan parasetamol daripada
aspirin.
b. Antiseptik (paracetamol) 3x1 tablet untuk dewasa 10-15 mg/kg untuk anak anak
atau pendarahan.
c. Kompres hangat.
2) Kosongkan mulut.
3) Longgarkan pakaian.
4) Tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang jika 2 hari panas tidak
turun atau timbul gejala lanjut seperti pendarahan dikulit (seperti bekas gigitan
H. Pengertian Aedes sp
Nyamuk spesies Aedes merupakan vektor penyebar virus dengue penyebab penyakit
DBD yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus, namun dalam penularan virus dengue
nyamuk Aedes aegypti lebih berperan dari pada nyamuk Aedes albopictus karena habitat
13
Aedes aegypti lebih dekat dengan lingkungan hidup manusia daripada habitat nyamuk
metamorfosis sempurna (holometabola) yang terdiri dari 4 (empat) stadium yaitu telur,
larva, pupa, nyamuk dewasa. Stadium telur hingga pupa hidup di dalam air sedangkan
stadium nyamuk hidup di lingkungan udara, darat dan sesekali di air untuk membasahi
sayapnya dan untuk meletakan telurnya bagi nyamuk Aedes sp betina. Kondisi
lingkungan optimum siklus hidup nyamuk Aedes sp di tempuh dalam waktu sekitar 7
hingga 9 hari dengan perincian 1 hingga 2 hari stadium telur, 3 hingga 4 hari stadium
larva dan 2 hari merupakan stadium pupa. Siklus hidup stadium telur larva dan pupa
terjadi di lingkungan air sedangkan stadium nyamuk dewasa terjadi di udara dan darat.
Dalam kondisi temperatur yang rendah siklus hidup nyamuk dapat berlangsung lebih
lama (Amalia, 2015). Siklus hidup dari nyamuk dapat dilihat pada gambar:
14
a. Pengendalian vektor secara kimiawi dengan menggunakan insektisida yang dapat
dewasa dapat diaplikasikan dalam bentuk spray sedangkan insektisida untuk larva
walaupun pada akhirnya nyamuk Aedes sp berkopulasi namun telur yang dihasilkan
tidak fertil.
cupang yang di taruh di tempat-tempat penampungan air yang dapat menjadi tempat
pertumbuhan larva.
lingkungan rumah.
agar nyamuk maupun larva Aedes sp tidak kontak dengan manusia misalnya dengan
memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, serta melakukan gerakan 3M
tempat bertelur dan berkembang biak nyamuk Aedes sp, mengubur barang-barang
yang dapat menimbun air hujan yang dikhawatirkan dapat digunakan sebagai
15
I. Pengertian Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger
mosquito karena nyamuk ini mempunyai ciri khas yang berupa adanya garis- garis dan
bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam yang terdapat pada kaki dan
tubuhnya (Wati, 2010). Penyebaran nyamuk Aedes aegypti tersebar luas khususnya tersebar
pada daerah tropis dan subtropik (Martina, 2015). Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor utama dalam penyebaran penyakit DBD. Populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat
antara bulan September hingga November dengan puncaknya antara bulan Maret hingga
penyakit DBD, nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang hidup di permukiman
air yang jernih. Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal yaitu melakukan aktivitas secara
aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan virus dengue dilakukan oleh nyamuk betina
karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah sebagai asupan protein untuk
memproduksi telur. Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap sari bunga sebagai asupan
(Milatti, 2010):
Kingdom : Animalia
Philum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
16
Famili : Culicinae
Genus : Aedes
Nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur 10-100 kali dalam jangka waktu 4-
5 hari dan dapat menghasilkan telur antara 300-700 butir telur. Telur nyamuk Aedes
aegypti menetas 1-2 hari setelah telur dikeluarkan oleh induk telur nyamuk Aedes
aegypti. Telur Aedes aegypti berbentuk oval dan berwarna coklat kehitaman di
letakkan memisah satu persatu di permukaan air dan menempel pada tempat
perindukannya. Telur Aedes aegypti diletakkan ditempat yang lembab dan tidak
terkena paparan sinar matahari langsung dan sedikit mengandung air. Telur di
tempat yang kering tanpa air dapat bertahan sampai 6 bulan pada suhu minus 2 o
celcius hingga 42o celcius dan apabila tergenang air maka telur dapat menetas (Eka,
2013).
Pada stadium larva mempunyai empat tingkatan hidup yang berbeda yang
disebut dengan instar. Larva instar I mempunyai ukuran paling kecil yaitu berkisar
1-2 mm atau satu sampai dua hari setelah telur menetas, belum terlihat jelas duri-
duri pada dada (spinae) dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva
5 mm dan berumur dua sampai tiga hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae)
pada dada masih belum jelas dan corong pernapasan (siphon) sudah mulai
menghitam. Larva nyamuk Aedes aegypti instar III berukuran antara 4-5 mm
berumur tiga sampai empat hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada
17
sudah mulai terlihat jelas dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman. Larva
nyamuk Aedes aegypti instar IV mempunyai bentuk dan ukuran yang lebih mudah
diamati karena sudah mempunyai susunan tubuh yang lengkap (Wati, 2010).
yaitu temperatur, tempat perindukan, keadaan air dan kandungan zat makanan yang
membutuhkan air dan mengambil makanan melalui mulut dan kulit tubuhnya
1). Ciri-ciri larva Aedes aegypti menurut (Eka, 2013) antara lain:
a). Berenang bebas di air tidak melekat pada akar tanaman air.
d). Banyak di jumpai pada genangan air dengan tempat tertentu semisal pada
2). Ciri-ciri larva Aedes aegypti secara mikroskopis menurut Prayuda (2014: 14)
antara lain:
a) Morfologi kepala larva yang ditemukan yaitu terdapat rambut-rambut halus dan
b) Morfologi bentuk badan larva yang ditemukan yaitu beruas dan lonjong.
akan menjadi nyamuk setelah 1-2 hari setelah melewati stadium pupa lalu menjadi
nyamuk dewasa jantan atau betina dan terbang meninggalkan air (Wisnutanaya,
18
2013).
4) Berukuran lebih besar dan lebih ramping daripada ukuran larva Aedes aegypti.
5) Gerakan pupa Aedes aegypti lambat dan sering berada di permukaan air.
rata rata nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik bintik putih pada bagian
badan dan kaki. Pada saat hinggap di suatu tempat tubuh nyamuk Aedes aegypti
membedakan jenis kelamin nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina dapat diamati
dari antena Aedes aegypti betina mempunyai bulu yang tidak lebat yang disebut
dengan pilose, sedangkan Aedes aegypti jantan mempunyai bulu pada antena yang
lebat yang disebut dengan plumose. Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap
darah manusia yang bertujuan sebagai sumber protein untuk mematangkan telur
(Eka, 2013).
19
4. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah
5. Di dalam rumah: bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, dan
lainnya.
pinggir hutan sehingga sering disebut dengan nyamuk kebun. Nyamuk Aedes albopictus
dapat berkembang biak pada lubang pohon yang berair dan meletakkan telurnya di atas
Golongan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Culicinae
Genus : Aedes
dalam batang pohon mempunyai bentuk tidak berpelampung dan lonjong. Setelah
2 hari telur menjadi larva dengan panjang sekitar 1 mm, dan akan terus bertambah
panjang sesuai dengan tingkatan instar hingga 5 mm pada instar 3 pada hari ke 4
dan mempunyai sifon berambut dan akan terlihat pada larva instar III (Budidarma,
20
2011).
Pada stadium pupa sebagian kecil tubuh pupa melakukan kontak dengan
segitiga dan pada stadium pupa tidak melakukan aktivitas makan apapun hingga
dekat inang nyamuk Aedes albopictus betina untuk memudahkan nyamuk Aedes
biakan telur nyamuk. Untuk membedakan nyamuk Aedes albopictus jantan dan
betina dapat diamati pada bulu yang terletak pada dadanya. Nyamuk Aedes
albopictus betina mempunyai sedikit bulu pada dadanya yang disebut dengan
pilose, sedangkan pada nyamuk Aedes albopictus jantan mempunyai banyak bulu
Untuk mengetahui perbedaan antara telur nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
21
2. Gambar larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Gambar 3. LarvaAedes aegypti (gigi-gigi sisir dalam satu baris) dan larva Aedes
albopictus (ada seperti sisir dalam satu baris) (Cutwa, 2014)
Siphon Bentuk siphon besar dan pendek Bentuk siphon besar dan
yang berwarna gelap terdapat pendek yang terdapat
pada abdomen terakhir. pada abdomen terakhir.
Gigi sisir Pada segmen ke-8 terdapat Memiliki gigi sisir yang
deretan sisir sebanyak 8-12 buah berbentuk runcing.
bentuknya seperti mahkota.
22
Gambar 4. Pupa Aedes aegypti (dayung pupa terdapat unggul) dan Aedes
albopictus (dayung pupa terdapat bulu) (Cutwa, 2014)
Gambar 5. Nyamuk dewasa Aedes aegypti (toraks berbentuk piala dan kaki berwarna
belang - belang) dan Aedes albopictus (toraks terdapat simbul garis putih
dan terdapat belang hitam putih pada kaki) (Cutwa, 2014)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perempuan yang mengurus
seluruh keperluan rumah tangga, seorang istri yang pekerjaan utamanya adalah
mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja di Kantor. Menurut
pendapat Walker dan Thompson, ibu rumah tangga adalah wanita yang telah menikah dan
tidak bekerja, menghabiskan sebagian waktunya untuk mengurus rumah tangga dan mau
tidak mau setiap hari akan menjumpai suasana yang sama serta tugas–tugas rutin, ibu
rumah tangga memiliki peran utama yang dilakonkan sesuai dengan fitrah kewanitaan
23
(hamil, menyusui, membina anak, membesarkan anak) merupakan inti aktivitasnya.
M.
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo, 2010). Respon ini terbentuk dua macam
yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang
terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan
bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Triwibowo,
2015).
Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus maka
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
metode Deskriptif Kuantitatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta
25
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kelurahan Oebufu Kota Kupang pada bulan
C. Variabel Penelitian
D. Populasi
F. Definisi Operasional
G. Prosedur Penelitian
H. Analis Hasil
26