Anda di halaman 1dari 31

SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK BERDASARKAN

INDIKATOR HOUSE INDEX (HI) DI JALAN BRONGGOLAN IIA


SURABAYA

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Pengendalian Vektor

eh:

Oleh:
Kelompok 12-IKM C 2014
1. Safiatur Nur Rohmah 101411131009
2. Rachmawati Maulidhina 101411131033
3. Kharis Putra Indrayatna 101411131067
4. Dwi Elsa Mardiana 101411131100
5. Bernadeta Sekar Putri L. 101411131136
6. Nurul Lailatul B. 101311133162

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan survei kepadatan jentik nyamuk
berdasarkan indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya dengan
lancar dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang tinjauan pustaka tentang vektor nyamuk, hasil
dari survei yang telah dilakukan kelompok, pembahasan dari hasil survei, serta
kesimpulan dan saran yang bisa digunakan untuk menurunkan kepadatan jentik
nyamuk di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah
untuk mempelajari kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house index
(HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya dan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengendalian Vektor di Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan
Bapak dosen selaku pengajar mata kuliah Pengendalian Vektor, pihak masyarakat
di Semolowaru dan pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik serta saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 06 Desember 2016

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jentik Nyamuk...................................................................................4
2.2 Habitat Nyamuk ...............................................................................4
2.3 Jenis Nyamuk ....................................................................................5
2.4 Perbandingan Jenis Nyamuk .............................................................8
2.5 Pengaruh Nyamuk dalam Kesehatan .................................................9
2.6 Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk berdasarkan Indikator
House Index (HI) ...............................................................................11
BAB III METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu Pengamatan ............................................................................13
3.2 Lokasi Pengamatan ...........................................................................13
3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................13
3.4 langkah Kerja ....................................................................................14
3.5 Anggaran Biaya .................................................................................15
3.6 Tabel Pengamatan .............................................................................15
BAB IV HASIL SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK
4.1 Hasil Pengamatan ..............................................................................16
4.2 Cara perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator
house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya ......................17
BAB V PEMBAHASAN SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK
5.1 Jenis jentik nyamuk yang ditemukan di Jalan Bronggolan IIA,

3
Surabaya ...........................................................................................19
5.2 Interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan
indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya .......20
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................................21
6.2 Saran ..................................................................................................21
Daftar Pustaka .....................................................................................................22
Lampiran 1. Dokumentasi Survey Kepadatan Jentik di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya .......................................................................................vi
Lampiran 2. Kontribusi Anggota Kelompok ......................................................ix

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Aedes, Anopheles dan Culex .......................................8


Tabel 2.2 Tabel Density Figure ..........................................................................12
Tabel 3.1 Tabel Pengamatan ...............................................................................15
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengamatan......................................................................16
Tabel 4.2 Persamaan jentik nyamuk dan pupa nyamuk yang diperoleh
dari hasil observasi dengan hasil dari literature..................................17
Tabel 4.3 Tabel Density Figure ..........................................................................18

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan Jentik Nyamuk ...............................................................9

Gambar 3.1 Senter ..............................................................................................13

Gambar 3.2 Lup (Kaca Pembesar) .....................................................................14

Gambar 3.3 Saringan ..........................................................................................14

Gambar 4.1 Kartu Jentik Rumah Bangunan .......................................................18

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan permasalahan yang terjadi
di Indonesia selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 terjadi peningkatan
persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD (Achmadi,
2010). Berdasarkan situasi tersebut WHO menetapkan Indonesia sebagai salah
satu negara hiperendemik dengan jumlah provinsi yang terkena DBD sebanyak
32 dari 33 provinsi di Indonesia (Achmadi dkk,2010).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dan dianggap
sebagai arbovirus (virus yang ditularkan melalui arthropoda). Bila terinfeksi,
nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya, menularkan virus ke individu
rentan selama menggigit dan menghisap darah. Nyamuk jantan akan
menyimpan virus pada nyamuk betina saat melakukan kontak seksual
Selanjutnya, nyamuk betina tersebut akan menularkan virus ke manusia melalui
gigitan (WHO, 1999).
Kasus DBD dilaporkan pertama kali pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Jumlah kasus penyakit tersebut terus meningkat baik dalam jumlah
maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara berkala menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB). 3,6 kejadian luar biasa yang terbesar terjadi pada tahun 1998,
seluruh provinsi melaporkan kasus DBD dengan Incidence rate sebesar 120 per
100.000 penduduk dengan case fatality rate (CFR) sekitar 1,9%. Data kasus
pertahunan memperlihatkan julah kasus DBD meningkat hampir lima tahun
sejak 1968.
Kota surabaya merupakan kota yang beresiko menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti karena mempunyai rata-rata suhu
27,85oC dan kelembapan 75,75%. Antara suhu dan kelembapan saling
memengaruhi untuk perkembangbiakan Aedes aegypti. Dengan demikian,
kondisi iklim (suhu dan kelembapan) ini akan mendukung peningkatan
kepadatan suhu 20-30 oC dengan kelembapan pada kisaran 60-90%, merupakan

7
kondisi optimum untuk tumbuh kembang nyamuk Aedes aigypti. Nyamuk
tersebut berperan pada penularan DBD karena hidup di dalam dan sekitar rumah
masyarakat beraktivitas di siang hari. Faktor iklim, perubahan beraktivitas di
siang hari. (Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 11, Juni 2013).
Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian yang disebabkan DBD
yaitu salah satunya dengan cara pengendalian vektor yang diawali dengan
melakukan identifikasi jentik nyamuk dan menghitung kepadatan populasi
jentik nyamuk AedesAegypty. Dengan demikian dapat dilakukan jenis
pengendalian vektor yang tepat untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aigypty.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diuraikan
rumusan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana cara perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator
house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya?
b. Bagaimana interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan
indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house
index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan
indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
b. Mengetahui interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik
nyamuk dengan indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan
IIA, Surabaya.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:

8
1.4.1 Bagi Masyarakat Semolowaru, Surabaya
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan masyarakat Jalan Bronggolan IIA dalam upaya perbaikan
dan penurunan kepadatan jentik nyamuk di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya sehingga kualitas lingkungannya semakin membaik.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai
perhitungan kepadatan jentik nyamuk, khususnya kepadatan jentik
nyamuk di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
b. Menjadi sarana pembelajaran mahasiswa dalam mengaji suatu
permasalahan kesehatan masyarakat.
1.4.3 Bagi Pembaca
Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan
tindak lanjut serta referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jentik Nyamuk


Nama "jentik" berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Jentik
dalam bahasa lokal dikenal sebagai cuk atau uget-uget. Jentik merupakan tahap
larva pada nyamuk. Nyamuk akan mengelurakan telurnya di dalam air, setelah
itu telur akan menetas menjadi jentik. Jentik selanjutnya tumbuh menjadi pupa.
Dalam beberapa hari pupa akan tumbuh menjadi nyamuk.
Jentik nyamuk sering ditinggalkan oleh induk nyamuk dewasa di
genangan air yang tidak tertutupi. Dalam sekali bertelur nyamuk dewasa akan
menghasilkan 100 butir telur yang siap menetas menjadi jentik nyamuk. Jentik
nyamuk akan menetas setelah dua hari berada di dalam air, dan akan bertahan
sampai 6 bulan di tempat kering. Adanya jentik nyamuk mengindikasikan
terdapatnya nyamuk di daerah tersebut.
Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera.
Kelas ini disebut kelas hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya
morfologi dan susunan tubuh kelas insekta ini sesuai dengan ciri-ciri umum dari
filum arthropoda yaitu kepala, toraks, abdomen dengan bagian tubuhnya
mempunyai batas-batas yang jelas.

2.2 Habitat Nyamuk


Habitat nyamuk Menurut Gandahusada (1998), nyamuk lebih menyukai
tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari,
permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Tempat perindukan
nyamuk (tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di dalam maupun di luar
rumah. Tempat perindukan di dalam rumah yaitu tempat-tempat penampungan
air antara lain bak air mandi, bak air WC, tandon air minum, tempayan, gentong
air, ember, dan lain - lain.
Tempat perindukan di luar rumah antara lain dapat ditemukan di drum,
kaleng bekas, botol bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi air hujan dan
lain-lain. Tempat perindukan nyamuk juga dapat ditemukan pada tempat

10
penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-pelepah daun
(Gandahusada, 1998).

2.3 Jenis Nyamuk


Setiap jenis nyamuk memiliki karakteristik jentik yang berbeda-beda,
misalnya dilihat dari posisi jentik saat beristirahat. Ada berbagai jenis nyamuk
beserta jentik-jentiknya yang berbeda-beda, antara lain:
2.3.1 Aedes Aegepty
Pada fase telur nyamuk Aedes aegepty memiliki ciri-ciri yaitu
telur nyamuk Aedes aegepty berwarna hitam dengan ukuran +0,80 mm.
Telur ini di tempat yang kering dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur
akan menetas menjadi jentik dalam waktu +2 hari setelah terendam air.
Pada fase jentik memiliki ciri-ciri yaitu jentik kecil yang menetas
dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0-1 cm. Jentik
nyamuk Aedes aegeptyi selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya
berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas,
kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan
seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan
permukaan air (bergantung dengan memberntuk posisi vertikal dengan
permukaan air). Biasanya berada di sekitar dinding tempat
penampungan air. Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) jentik sesuai
dengan pertumbuhan jentik yaitu:
a. Jentik instar I, berukuran 1-2 mm, duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.
b. Jentik instar II, berukuran 2,5–3,5 mm, duri belum jelas, corong
kepala mulai menghitam.
c. Jentik instar III, berukuran 4-5 mm, duri dada mulai jelas dan
corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
d. Jentik instar IV, berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.
Jentik nyamuk Aedes aegepty ini banyak ditemukan di
penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas,
kaleng bekas dan lain-lain. Setelah 6-8 hari, jentik akan berkembang/

11
berubah menjadi kepompong. Pada fase kepompong atau pupa
memiliki ciri- ciri yaitu bentuk seperti koma, gerakannya lamban,
sering berada dipermukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk
baru.
2.3.2 Anopheles
Sebelum memasuki fase jentik, dimulai dengan fase telur. Pada
fase telur, telur berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya
konveks dan bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang
pelampung yang terletak pada sebuah lateral sehingga telur dapat
mengapung di permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh
nyamuk betina Anopheles bervariasi, biasanya antara 100-150 butir.
Pada fase jentik saat istirahat, posisinya mengapung sejajar dengan
permukaan air. Telur Anopheles tidak dapat bertahan lama di bawah
permukaan air. Telur Anopheles yang terdapat di bawah permukaan air
dalam waktu lama (melebihi 92 jam) akan gagal menetas.
Telur Anopheles yang menetas dalam 2-3 hari kemudian menjadi
larva. Larva mempunyai lama hidup kurang lebih 7 hari dan bersifat
akuatik yakni mempunyai habitat hidup di air. Stadium larva Anopheles
yang di tempat perindukan tampak mengapung sejajar dengan
permukaan air dan spirakelnya selalu kontak dengan udara luar.
Sesekali larva Anopheles mengadakan gerakan-gerakan turun ke
dalam/bawah untuk menghindari predator/musuh alaminya atau karena
adanya rangsangan di permukaan seperti gerakan-gerakan dan lain-lain.
Perkembangan hidup larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan
yang mengandung makanan antara lain mikroorganisme terutama
bakteri, ragi dan protozoa yang cukup kecil sehingga dapat dengan
mudah masuk mulutnya. Berikut adalah ciri-ciri dari jentik nyamuk
Anopheles:
a. Tidak memiliki siphon
b. Jentik nyamuk Anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor
c. Pada bagian thoraks terdapat stoot spine

12
Pada fase selanjutnya adalah Pupa atau kepompong. Fase ini
merupakan masa tenang. Pada umumnya pupa tidak aktif bila
memasuki stadium ini, pupa nyamuk dapat melakukan gerakan yang
aktif, dan bila sedang tidak aktif maka pupa ini akan berada mengapung
pada permukaan air. Pupa tidak menggunakan rambut dan kait untuk
dapat melekat pada permukaan air, tetapi dengan bantuan dua terompet
yang cukup besar yang berfungsi sebagai spirakel dan dua rambut
panjang stellate yang berada pada segmen satu abdomen (Santoso,
2002). Stadium pupa mempunyai tabung pernapasan (respiratory
trumpet) yang bentuknya lebar dan pendek dan digunakan untuk
pengambilan O2 dari udara (Gandahusada, 1998). Perubahan dari pupa
menjadi dewasa biasanya antara 24 jam sampai dengan 48 jam. Tetapi
hal ini akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan terutama suhu
(Santoso, 2002).
Kelangsungan hidup nyamuk jantan lebih pendek daripada
nyamuk betina. Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,
sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Tempat perindukan
nyamuk Anopheles adalah di sekitar rawa-rawa, sawah, kolam.
2.3.3 Culex
Sebelum memasuki fase jentik (larva), telur nyamuk culex
berbentuk lonjong menyerupai peluru senapan, beropekulum tersusun
seperti bentuk rakit saling melekat satu sama lain, telur biasanya
diletakkan di permukaan air. Pada fase jentik saat istirahat, posisinya
bergantung membentuk sudut lancip. Pada stadium larva nyamuk Culex
memiliki bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen
terakhir dengan rambut siphon yang berkelompok- kelompok dan pada
umumnya jentik nyamuk culex sp. tidak memiliki rambut palma. Jentik
nyamuk culex ini membentuk sudut di tumbuhan air (menggantung).
Pada stadium pupa, air tube berbentuk seperti tabung dengan pasa
paddle tidak berduri. Sedangkan untuk karakteristik nyamuk dewasa
culex, memiliki tubuh berwarna kecokelatan, proboscis berwarna gelap
tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada

13
bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas
dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang
memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap
kecuali pada bagian persendian. (Lestari, 2009).

2.4 Perbandingan Jenis Nyamuk


Tabel 2.1 Perbandingan Aedes, Anopheles dan Culex
Aedes Anopheles Culex
Bentuk lonjong Bentuk seperti Bentuk menyerupai
perahu peluru
Telur Diletakkan satu per Letak satu per satu Letak melekat satu
satu di atas permukaan sama lain
air
Istirahat: Istirahat: Istirahat:
Bergantung dengan Mengapung sejajar Bergantung
membentuk posisi dengan permukaan membentuk sudut
horizontal dengan air
permukaan air
Ciri : spirakel pada Ciri : tidak Ciri : Tidak memiliki
Larva posterior abdomen, memiliki siphon, rambut palma,
tergal plate pada thoraks terdapat Rambut sipon lebih
tengah dorsal stoot spine dari satu kelompok,
abdomen, bulu panjang langsing
plasma pada lateral untuk alat
abdomen pernafasan, Comb
scale beberapa baris

14
Gambar 2.1 Perbedaan Jentik Nyamuk

2.5 Pengaruh Nyamuk dalam Kesehatan


Jentik dari jenis nyamuk yang berbeda- beda ketika dewasa akan
menyebabkan penyakit pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan tergantung
dari jenis nyamuk:
2.5.1 Aedes Aegepty
Jentik nyamuk Aedes aegepty jika berkembang biak menjadi nyamuk
dewasa, akan mengakibatkan penyakit bagi manusia yaitu:
a. Demam berdarah Denguen (DBD)
DBD adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menyebabkan penyakit
seperti flu berat. Nyamuk Aedes aegepty yang menggigit manusia
dan menyebabkan demam berdarah adalah jenis nyamuk betina,
sedangkan nyamuk jantan tidak menggigit manusia. Tanda- tanda
awal adalah seseorang akan tiba- tiba mengalami demam tinggi
disertai kedinginan, sakit di beberapa bagian tubuh, sakit kepala,
dan sakit tenggorokan setelah 3 sampai 4 hari penderita merasa
lebih biak selama beberapa jam sampai dua hari. Kemudian

15
penyakitnya akan kembali selama 1 atau 2 hari, kadang dengan
bintik merah yang dimulai dari tangan dan kaki. Bintik merah
kemudian menyebar ke lengan, kaki, dan badan.
b. Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening
(limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis, dan ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk termasuk nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes
sebagai fektor Whucheria bancrofti tipe pedesaan dan Brugia
malayi.
c. Demam Chikungunya
Demam chikungunya adalah infeksi virus (albovirus) yang
ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti dengan gejala nyeri pada
lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki, ruan
(kumpulan bintik-bintik kemerahan, serta demam mendadak
mencapai 39oC.
d. Demam Kuning (Yellow fever)
Demam kuning adalah penyakit perdarahan akibat virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi oleh virus (arbovirus
dari genus Flavivirus).
2.5.2 Anopheles
Jentik nyamuk anopheles apabila sudah berkembang biak
menjadi dewasa jika menggigit manusia akan mengakibatkan penyakit
malaria. Malaria adalah infeksi darah yang menyebabkan demam panas
tinggi dan kedinginan. Malaria berbahaya bagi anak- anak usia di
bawah 5 tahun, wanita hamil, dan orang penderita HIV/AIDS. Tanda-
tanda seseorang menderita malaria:
a. Tanda pertama adalah rasa kedinginan dan sering sakit kepala.
Penderita menggigil selama 15 menit sampai 1 jam.
b. Kedinginan diikuti dengan demam tinggi. Penderita menjadi lemah
dan kadang- kadang mengigau. Demamnya bisa berlangsung antara
beberapa jam sampai beberapa hari.

16
c. Pada tahap tiga penderita mulai berkeringat dan demamnya
menurun. Setelah demam turun, penderita merasa lemah.
2.5.3 Culex
Jentik nyamuk culex apabila dewasa akan menyebabkan penyakit
kaki gajah (Wucheria brancofti). Penyakit kaki gajah merupakan
penyakit yang disebabkan oleh cacing filariasis, yang ditularkan lewat
vektor nyamuk, salah satunya adalah nyamuk culex. Penyakit kaki
gajah merupakan penykait kronis, dan apabila tidak diobati akan
mengakibatkan kecacatan permanen.
Seseorang bisa tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif, yaitu nyamuk yang mengandung
larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filaria
sewaktu menghisap darah penderita penyakit kaki gajah.
2.6 Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk berdasarkan Indikator House
Index (HI)
House index adalah presentase rumah yang positif jentik dari seluruh
rumah yang diperiksa. House index paling banyak dipakai untuk memantau
tingkat infestasi jentik atau lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu
wilayah tetapi tidak dapat menunjukkan jumlah kontainer yang positif jentik.
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air, yang
mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam kontainer
seringkali ditemukan jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer
digunakan nyamuk untuk perindukan telurnya. Sehingga, rumus dari
perhitungan House Index (HI) adalah:

Jumlah rumah yang ditemukan jentik


𝐻𝑜𝑢𝑠𝑒 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (HI) = x 100%
Jumlah rumah yang dperiksa

Berdasarkan penelitian dan computer survey oleh ahli WHO ditemukan


korelasi antara kepadatan Aedes egypti disuatu daerah dengan kemungkinan
terjadinya demam kuning. Kepadatan populasi Aedes aegypti dinyatakan dalam
skala 1-9 dalam kolom DF. Density figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes

17
aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI dan BI seperti tabel menurut
WHO di bawah ini :
Tabel 2.2 Tabel Density Figure
Density Figure House Index Container Index Breteau Index
(DF) (HI) (CI) (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 77+ 41+ 200+
Sumber: Sumber: publikasi.ftsl.itb.ac.id
Keterangan tabel :
 DF = 1 → kepadatan rendah
 DF = 2 – 5 → kepadatan sedang
 DF = 6 – 9 → kepadatan tinggi
Menurut Depkes tahun 2000 dalam Zulkarnaini, dkk. 2008 menyatakan
angka House Index yang dianggap aman untuk penularan penyakit DBD adalah
<5%. Menurut Kantachuvessiri 2002, dalam Zukkarnaini, dkk. 2008 angka CI
diatas 10% dan angka BI di atas 50% sangat potensial bagi penyebaran penyakit
DBD. Menurut Depkes 1992, dalam Zulkarnaini, dkk., 2008 indikator Angka
Bebas Jentik minimal 95% dimana digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk DBD Namun, dalam survei
kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house index (HI) di Jalan
Bronggolan IIA Surabaya, kelompok 12C hanya berpedoman density figure
pada kolom house index saja karena indikator yang digunakan adalah indikator
house index (HI). Sehingga, dari data diatas didapatkan bahwa berbagai daerah
dengan density figure di atas 5 (house index di atas 28) besar sekali
kemungkinan transmisi penyakit demam kuning (urban yellow fever), DBD
(demam berdarah) dan chikungunya, sedangkan di beberapa daerah dengan
density figure 1 (house index di bawah 4) kemungkinan transmisi demam
kuning dianggap kecil sekali.

18
BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengamatan


Pengamatan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Desember 2016
pukul 09.30-10.30 WIB (selama 60 menit).

3.2 Lokasi Pengamatan


Pengamatan dilakukan di Jl. Bronggalan II A Kelurahan Pacar Kembang
Surabaya. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian di Jl. Bronggalan II A karena
lokasi tersebut merupakan wilayah yang memiliki kader aktif dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk yang dilaksanakan setiap 1 minggu 1 kali,
Sehingga kelompok 12 berkeinginan melakukan pengamatan di Jl. Bronggalan
II A untuk mengetahui apakah lokasi tersebut masih terdapat jentik nyamuk atau
tidak sekaligus mengetahui jenis jentik nyamuk dari hasil pengamatan.

3.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan survei kepadatan jentik
nyamuk berdasarkan indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya adalah sebagai berikut:
Alat :
a. Alat tulis
b. Kertas/ Buku catatan
c. Plastik (wadah untuk jentik)
d. 1 buah Senter

Gambar 3.1 Senter sebagai alat bantu penerangan saat pengamatan

19
e. 1 buah Lup

Gambar 3.2 Lup (Kaca Pembesar) membantuk mengamati jentik agar


lebih jelas dan mudah dilihat
f. 1 buah saringan

Gambar 3.3 Alat Saringan digunakan untuk mengambil jentik dari dalam
bak mandi.
Bahan :
a. Air Bersih
3.4 Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Memeriksa jentik nyamuk di tempat bak mandi menggunakan senter dan
lup (apabila dibutuhkan) di setiap sampel rumah di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya.
c. Mengambil jentik nyamuk di tempat bak mandi menggunakan saringan
di setiap sampel rumah di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
d. Memasukkan jentik nyamuk yang didapat ke dalam plastik yang sudah
diisi dengan air bersih.
e. Mengidentifikasi jentik nyamuk di dalam plastik dengan bantuan alat lup
(jika dibutuhkan).
f. Mencatat hasil identifikasi jentik nyamuk kedalam tabel pengamatan.
g. Menghitung kepadatan nyamuk berdasarkan jenisnya dengan
menggunakan indikator house index (HI).
h. Melakukan interpretasi hasil.

20
3.5 Anggaran Biaya
Pada survei kepadatan jentik nyamuk di Jalan Bronggolan IIA ini,
kelompok 12C hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 10.000,- untuk
membeli bingkisan atau souvenir yang ditujukan kepada responden yang
sudah bersedia rumahnya dijadikan sebaga sampel penelitian dari kelompok
12C. Sedangkan untuk peralatan lainnya seperti Lup, berasal dari anggota
kelompok 12 C sendiri

3.6 Tabel 3.1 Pengamatan


Jenis Jentik
Jumlah Waktu
No. Rumah Alamat yang Keterangan
Jentik Pelaksanaan
Ditemukan
1.
2.
3.
4.
Dst.

Pada tabel 3.1 menjelaskan bahwa ada beberapa yang perlu diisi saat
penelitian berlangsung seperti nama pemilik, alamat, jumlah jentik, jenis jentik
yang ditemukan, keterangan dan waktu pelaksanaan. Tabel 3.1 diisi sesuai dengan
kejadian di Lapangan dan diisi sampai sampel yang sudah ditentukan terselesaikan.

21
BAB IV
HASIL SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK
4.1 Hasil Pengamatan
Survei kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house index (HI) yang
dilakukan dengan bantuan Bu Mantik pada tanggal 3 Desember 2016 di Jalan
Bronggalan IIA, Surabaya diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Jenis
Jumlah Jentik Waktu
No. Rumah Alamat Keterangan
Jentik yang Pengamatan
Ditemukan
Jl. Bronggolan
1. A - Air dalam bak mandi kotor
IIA No.8
Jl. Bronggolan Kondisi bersih karena baru
2. B -
IIA No.12 saja dikuras
Jl. Bronggolan Air bak mandi dalam kondisi
3. C -
IIA No.21 kotor
Bak mandi dalam kondisi
Jl. Bronggolan
4. D - bersih karena jarang
IIA No.35
digunakan dan telah di kuras. Hari Sabtu,
Jl. Bronggolan 3 Desember
5. E - Bersih setelah dikuras
IIA No.45A 2016 Pukul
Jl. Bronggolan Bak mandi dalam kondisi 09.30-10.30
6. F -
IIA No.45 kotor WIB.
Jl. Bronggolan Bak mandi dalam kondisi
7. G -
IIA No.36 kotor
Jl. Bronggolan Aedes
8. H 1
IIA No.49 Aegypti
Jl. Bronggolan Aedes
9. I 1
IIA No.38 Aegypti
Jl. Bronggolan Bak mandi dalam keadaan di
10. J -
IIA No.5 kuras.

22
Tabel 4.2 Persamaan jentik nyamuk dan pupa nyamuk yang diperoleh dari hasil
observasi dengan hasil dari referensi.

Jentik Aedes Kelompok 12C Jentik Aedes dari literature

Pupa Aedes Kelompok 12C Pupa Aedes dari literature

4.2 Cara perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator house index (HI)
di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya
Perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator house index
seharusnya menggunakan sampel sebanyak 100 rumah, namun dalam observasi ini
kelompok 12C hanya mengambil sampel sebanyak 10 rumah sehingga dalam
perhitungan ini, 10 rumah diasumsikan sebanyak 100 rumah. Berikut adalah
perhitungan dari indikator House Index (HI) Jentik Nyamuk Aedes:
=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘
House Index = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

2
= 𝑥 100%
10
= 20 %
Berdasarkan tabel Density Figure diperoleh bahwa DF perumahan Jalan
Bronggalan IIA adalah 4.

23
Tabel 4.3 Tabel Density Figure

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Jl. Bronggolan IIA masih dalam
kategori sedang dikarenakan Perumahan di Jalan Bronggolan IIA tersebut sudah memiliki
program Bu Mantik yang selalu memeriksa keberadaan jentik nyamuk di daerah tersebut
setiap 1 minggu sampai 2 minggu sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kartu
jentik rumah bangunandi setiap rumah di daerah Bronggolan IIA, Surabaya. Berikut
adalah salah satu contoh kartu jentik rumah bangunan di salah satu rumah warga di daerah
tersebut.

Gmabr 4.1 Kartu Jentik Rumah Bangunan

24
BAB V
PEMBAHASAN SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK

5.1 Jenis jentik nyamuk yang ditemukan di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya
Berdasarkan hasil observasi di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya yang
dilakukan dengan pengambilan jentik nyamuk di tempat penampungan air di
kamar mandi responden didapatkan dua buah rumah yang positif adanya jentik
nyamuk. Berdasarkan identifikasi jenis jentik nyamuk yang dilakukan oleh
kelompok 12C ini didapatkan suatu kesimpulan bahwa jentik yang didapatkan
merupakan jenis jentik nyamuk Aedes dengan beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
a. Dari aspek gerakannya
Jentik nyamuk yang kelompok 12C dapatkan bergerak aktif dalam air dan
berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air, sehingga jentik nyamuk
ini terkesan sulit untuk ditangkap ketika sedang bergerak aktif. Oleh karena
itu, kelompok 12C hanya dapat menangkap satu jentik dari rumah kedua
yang positif jentik yaitu di rumah Ibu Nanik karena pada saat itu keberadaan
jentik berada diatas gayung didalam bak mandi sehingga sangat mudah
untuk menangkapnya. Sedangkan untuk rumah pertama yang positif jentik
yaitu di rumah Ibu Yati, kelompok 12C hanya berhasil mengamati jentik
nyamuk Aedes di bak mandi tanpa mengambilnya dikarenakan gerakannya
yang aktif dalam air.
b. Pada waktu istirahat
Pada saat istirahat, jentik nyamuk ini menggambarkan kesamaannya dengan
jentik nyamuk Aedes, yaitu posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan
air (bergantung dengan membentuk posisi vertikal dengan permukaan air).
Hal ini dapat kita lihat perbandingan antara jentik nyamuk Aedes pada
referensi dengan jentik nyamuk Aedes yang diperoleh kelompok 12C pada
gambar dibawah ini:

25
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa jentik nyamuk yang diperoleh
kelompok 12C dengan jentik nyamuk yang diperoleh dari referensi
memiliki persamaan seperti posisi badan yang tegak saat berada didalam air,
namun kelompok 12C merasa kesulitan dalam dokumentasi jentik nyamuk
ketika berada di permukaan air sehingga hanya mendapatkan dokumentasi
jentik nyamuk ketika posisi badan tegak didalam air. Selain itu, ketika
berubah menjadi pupa juga mengalami hal yang sama, yaitu ekor pupa agak
lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak
bertemu dengan ekor.
c. Berdasarkan Tempat Hidup
Kelompok 12C mendapatkan jentik nyamuk yang berasak dari tempat
penampungan air yatu bak mandi. Hal ini sesuai dengan kriteria dari jentik
nyamuk Aedes, dimana jentik nyamuk Aedes aegepty ini banyak ditemukan
di penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng
bekas dan lain-lain.

5.2 Interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator


house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya
Berdasarkan perhitungan kepadatan nyamuk dengan indikator house
index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya dan disesuaikan dengan tabel
density figure dari WHO dapat diinterpretasikan bahwa Perumahan Jalan
Bronggolan IIA tergolong ke dalam daerah dengan density figure 4 dengan hasil
presentasi 20%. Berdasarkan larva index dari WHO daerah dengan density
figure di antara 2-5 menunjukkan bahwa risiko penularan sedang karena
kepadatan populasi nyamuk adalah sedang. Berdasarkan signifikansi
epidemiologi jika DF>1, HI>1 maka menunjukkan bahwa lokasi tersebut
beresiko dalam transmisi penyakit (Queensland Goverment, 2011).
Namun, meskipun daerah Bronggolan IIA, Surabaya termasuk kedalam
kategori sedang hal ini tetap memberikan suatu kesimpulan bahwa daerah
tersebut beresiko dalam transmisi penyakit, terutama adalah penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk Aedes.

28
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dalam observasi yang dilakukan pada 10 rumah di Jalan Bronggalan IIA,
menunjukkan bahwa risiko penularan penyakit akibat vektor nyamuk adalah
sedang, karena kepadatan populasi nyamuk adalah sedang. Maka, berdasarkan
hasil dari observasi tersebut, lokasi tersebut beresiko dalam transmisi penyakit
akibat vektor.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil laporan yang telah kelompok kami buat, saran yang dapat
kami berikan adalah:
1. Menggunakan bubuk abate yang diberikan dengan benar, sehingga
pemberian bubuk abate tidak terbuang begitu saja. Dalam penggunaan
bubuk abate harus diperhatikan tiap tiga bulan sekali dan apabila sebelum
tiga bulan tempat penampungan air dikuras maka larvasida harus ditaburkan
kembali.
2. Melakukan kegiatan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk secara
berkelanjutan dengan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur dan
memanfaatkan kembali) selain itu di dalamnya juga meliputi:
a. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan
b. Menggunakan obat anti nyamuk
c. Menggunakan klambu saat tidur
d. Menanam tanaman pengusir nyamuk
e. Mengatur cahaya dan ventilasi rumah serta mengurangi kebiasaan
menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat
nyamuk.
3. Menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah maupun di dalam rumah,
terutama tempat penampungan air, terutama pada musim penghujan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah [Online]. Didapat


dari: www.depkes.go.id/download.php?file.../buletin-dbd. Diakases pada
tanggal 4 desember 23.55 WIB.
Denny Riyono. 2010. Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit (Malaria, demam
Berdarah, Demam Tulang, Kaki Gajah) di Indonesia [Online]. Didapat dari:
http://www.docstoc.com/docs/112724650/Nyamuk-sebagai-Vektor-
Penyakit. Diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul 13:49 WIB.
Duha, Antony D. 2015. Tugas Makalah Nyamuk [Online]. Didapat dari:
https://www.scribd.com/document/253850639/nyamuk. Diakses pada
tanggal 4 Desember 2016 pukul 23:38 WIB.
Fidiyanto, Ringga. 2013. Model Pengendalian Demam Berdarah Dengue [Online].
Didapat dari: journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/366/365.
Diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul 13.55 WIB.
Lolani, Wahyu Exlesia. -. Laporan Survei Jentik [Online]. Didapat dari:
https://www.academia.edu/8446068/LAPORAN_SURVEI_JENTIK.
Diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul 13:55 WIB.
Nidan, Muhamad. -. Survey Jentik Kelurahan Pasirkaliki Cimahi Utara [Online].
Didapat dari: https://www.academia.edu/21282157/Survey_
Jentik_Kelurahan_Pasirkaliki_Cimahi_Utara. Diakses pada tanggal 30
November 2016 pukul 13:10 WIB.
Putri, Aninditta. 2016. Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan [Online].
Didapat dari: https://www.scribd.com/doc/309953065/jentik-a5-DOCX.
Diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul 13:25 WIB.
Sucirahmalai. 2014. Makalah Perbedaan Vektor Nyamuk [Online]. Didapat dari:
https://www.scribd.com/doc/239038341/Makalah-Perbedaan-Vektor-
Nyamuk. Diakses pada tangga 30 November 2016 pukul 13:18 WIB.
Sunaryo, Nova Pramestuti. -. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam
Berdarah Dengue [Online]. Didapat dari:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:yqBDzt0QAzIJ:jo
urnal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/download/415/412+&cd=1&hl=jv&ct=cl
nk&client=opera. Diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul 13:52
WIB.
Violita, Vina. 2013. Penyebaran, Siklus Hidup Nyamuk Anopheles [Online].
Didapat dari: https://www.scribd.com/doc/180967586/Penyebaran-Siklus-
Hidup-Nyamuk-Anopheles. Diakses pada tanggal 30 November 2016 pukul
13:42 WIB.
Queensland Government. (2011). The Queensland Dengue Management Plan
2010- 2015. Fortitude Valley : Queensland Health.
LAMPIRAN

28
Lampiran 1. Dokumentasi Survey Kepadatan Jentik di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya

1.

Gambar 1. Proses Pengamatan Jentik


Nyamuk di Bak Mandi
Pada gambar 1 mendeskripsikan tentang pengamat yang sedang
mengamati jentik nyamuk di bak mandi. Pengamat pada gambar 5 merupakan
salah satu anggota kelompok 12C. Saat pengamatan berlangsung, ada
beberapa teman yang membatu menerangi bak mandi. Upaya tersebut
dilakukan untuk membantu menemukan jentik dengan cepat.

2.

Gambar 2. Proses Pencatatan Hasil Pengamatan

Pada Gambar 2 medeskripsikan mengenai pencatatan hasil pengamatan


jentik . lembaran tersebut berisi nama, alamat, jumalah jentik, jenis jentik
yang ditemukam, keterangan dan waktu pelaksanaan.

28
3.

Gambar 3. Proses Pemasukan


Jentik Nyamuk kedalam Plastik

Pada gambar 3 mendeskripsikan pengamat yang memasukkan jentik


nyamyk yang ditemukan di bak mandi ke dalam plasik. Jentik yang
ditemukan sebanyak 2 dari 10 bak mandi rumah yang diamati

28
Lampiran 2. Kontribusi Anggota Kelompok
No. Nama NIM Kontribusi
 Dokumentasi saat turlap
 Membantu mencari jentik saat
Safiatur Nur turlap
1. 101411131009
Rohmah  Membawa plastik
 Pembuatan Laporan BAB IV dan
V
 Pembuatan Laporan BAB IV dan
Rachmawati V
2. 101411131033
Maulidhina  Membingkai souvenir
 Sie Persentasi
 Membawa camera, lup,
Kharis Putra  Membantu dokumentasi saat
3. 101411131067
Indrayatna turlap
 Membuat PPT
 Membeli souvenir
 Membawa saringan
 Notulensi saat turlap
Dwi Elsa
4. 101411131100  Membuat BAB II dan III
Mardiana
 Pengepul dan editing Laporan
 Membuat revisi laporan
kelompok
 Mencari jentik saat turlap
Bernadeta Sekar
5. 101411131136  Membuat BAB VI penutup
Putri L.
 Membuatan Vidio
 Pengurusan surat izin ke ketua
RT Jalan Broggalan IIA Surabaya
Nurul Lailatul
6. 101311133162  Pembuatan Laporan BAB I
B.
 Membuat revisi laporan
kelompok

28

Anda mungkin juga menyukai