eh:
Oleh:
Kelompok 12-IKM C 2014
1. Safiatur Nur Rohmah 101411131009
2. Rachmawati Maulidhina 101411131033
3. Kharis Putra Indrayatna 101411131067
4. Dwi Elsa Mardiana 101411131100
5. Bernadeta Sekar Putri L. 101411131136
6. Nurul Lailatul B. 101311133162
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan survei kepadatan jentik nyamuk
berdasarkan indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya dengan
lancar dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang tinjauan pustaka tentang vektor nyamuk, hasil
dari survei yang telah dilakukan kelompok, pembahasan dari hasil survei, serta
kesimpulan dan saran yang bisa digunakan untuk menurunkan kepadatan jentik
nyamuk di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
Adapun maksud dan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah
untuk mempelajari kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house index
(HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya dan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengendalian Vektor di Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan
Bapak dosen selaku pengajar mata kuliah Pengendalian Vektor, pihak masyarakat
di Semolowaru dan pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik serta saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
Surabaya ...........................................................................................19
5.2 Interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan
indikator house index (HI) di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya .......20
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan........................................................................................21
6.2 Saran ..................................................................................................21
Daftar Pustaka .....................................................................................................22
Lampiran 1. Dokumentasi Survey Kepadatan Jentik di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya .......................................................................................vi
Lampiran 2. Kontribusi Anggota Kelompok ......................................................ix
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
kondisi optimum untuk tumbuh kembang nyamuk Aedes aigypti. Nyamuk
tersebut berperan pada penularan DBD karena hidup di dalam dan sekitar rumah
masyarakat beraktivitas di siang hari. Faktor iklim, perubahan beraktivitas di
siang hari. (Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 11, Juni 2013).
Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian yang disebabkan DBD
yaitu salah satunya dengan cara pengendalian vektor yang diawali dengan
melakukan identifikasi jentik nyamuk dan menghitung kepadatan populasi
jentik nyamuk AedesAegypty. Dengan demikian dapat dilakukan jenis
pengendalian vektor yang tepat untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aigypty.
8
1.4.1 Bagi Masyarakat Semolowaru, Surabaya
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan masyarakat Jalan Bronggolan IIA dalam upaya perbaikan
dan penurunan kepadatan jentik nyamuk di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya sehingga kualitas lingkungannya semakin membaik.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai
perhitungan kepadatan jentik nyamuk, khususnya kepadatan jentik
nyamuk di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
b. Menjadi sarana pembelajaran mahasiswa dalam mengaji suatu
permasalahan kesehatan masyarakat.
1.4.3 Bagi Pembaca
Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan
tindak lanjut serta referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-pelepah daun
(Gandahusada, 1998).
11
berubah menjadi kepompong. Pada fase kepompong atau pupa
memiliki ciri- ciri yaitu bentuk seperti koma, gerakannya lamban,
sering berada dipermukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk
baru.
2.3.2 Anopheles
Sebelum memasuki fase jentik, dimulai dengan fase telur. Pada
fase telur, telur berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya
konveks dan bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang
pelampung yang terletak pada sebuah lateral sehingga telur dapat
mengapung di permukaan air. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh
nyamuk betina Anopheles bervariasi, biasanya antara 100-150 butir.
Pada fase jentik saat istirahat, posisinya mengapung sejajar dengan
permukaan air. Telur Anopheles tidak dapat bertahan lama di bawah
permukaan air. Telur Anopheles yang terdapat di bawah permukaan air
dalam waktu lama (melebihi 92 jam) akan gagal menetas.
Telur Anopheles yang menetas dalam 2-3 hari kemudian menjadi
larva. Larva mempunyai lama hidup kurang lebih 7 hari dan bersifat
akuatik yakni mempunyai habitat hidup di air. Stadium larva Anopheles
yang di tempat perindukan tampak mengapung sejajar dengan
permukaan air dan spirakelnya selalu kontak dengan udara luar.
Sesekali larva Anopheles mengadakan gerakan-gerakan turun ke
dalam/bawah untuk menghindari predator/musuh alaminya atau karena
adanya rangsangan di permukaan seperti gerakan-gerakan dan lain-lain.
Perkembangan hidup larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan
yang mengandung makanan antara lain mikroorganisme terutama
bakteri, ragi dan protozoa yang cukup kecil sehingga dapat dengan
mudah masuk mulutnya. Berikut adalah ciri-ciri dari jentik nyamuk
Anopheles:
a. Tidak memiliki siphon
b. Jentik nyamuk Anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor
c. Pada bagian thoraks terdapat stoot spine
12
Pada fase selanjutnya adalah Pupa atau kepompong. Fase ini
merupakan masa tenang. Pada umumnya pupa tidak aktif bila
memasuki stadium ini, pupa nyamuk dapat melakukan gerakan yang
aktif, dan bila sedang tidak aktif maka pupa ini akan berada mengapung
pada permukaan air. Pupa tidak menggunakan rambut dan kait untuk
dapat melekat pada permukaan air, tetapi dengan bantuan dua terompet
yang cukup besar yang berfungsi sebagai spirakel dan dua rambut
panjang stellate yang berada pada segmen satu abdomen (Santoso,
2002). Stadium pupa mempunyai tabung pernapasan (respiratory
trumpet) yang bentuknya lebar dan pendek dan digunakan untuk
pengambilan O2 dari udara (Gandahusada, 1998). Perubahan dari pupa
menjadi dewasa biasanya antara 24 jam sampai dengan 48 jam. Tetapi
hal ini akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan terutama suhu
(Santoso, 2002).
Kelangsungan hidup nyamuk jantan lebih pendek daripada
nyamuk betina. Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,
sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Tempat perindukan
nyamuk Anopheles adalah di sekitar rawa-rawa, sawah, kolam.
2.3.3 Culex
Sebelum memasuki fase jentik (larva), telur nyamuk culex
berbentuk lonjong menyerupai peluru senapan, beropekulum tersusun
seperti bentuk rakit saling melekat satu sama lain, telur biasanya
diletakkan di permukaan air. Pada fase jentik saat istirahat, posisinya
bergantung membentuk sudut lancip. Pada stadium larva nyamuk Culex
memiliki bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen
terakhir dengan rambut siphon yang berkelompok- kelompok dan pada
umumnya jentik nyamuk culex sp. tidak memiliki rambut palma. Jentik
nyamuk culex ini membentuk sudut di tumbuhan air (menggantung).
Pada stadium pupa, air tube berbentuk seperti tabung dengan pasa
paddle tidak berduri. Sedangkan untuk karakteristik nyamuk dewasa
culex, memiliki tubuh berwarna kecokelatan, proboscis berwarna gelap
tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada
13
bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas
dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang
memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap
kecuali pada bagian persendian. (Lestari, 2009).
14
Gambar 2.1 Perbedaan Jentik Nyamuk
15
penyakitnya akan kembali selama 1 atau 2 hari, kadang dengan
bintik merah yang dimulai dari tangan dan kaki. Bintik merah
kemudian menyebar ke lengan, kaki, dan badan.
b. Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening
(limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis, dan ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk termasuk nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes
sebagai fektor Whucheria bancrofti tipe pedesaan dan Brugia
malayi.
c. Demam Chikungunya
Demam chikungunya adalah infeksi virus (albovirus) yang
ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti dengan gejala nyeri pada
lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki, ruan
(kumpulan bintik-bintik kemerahan, serta demam mendadak
mencapai 39oC.
d. Demam Kuning (Yellow fever)
Demam kuning adalah penyakit perdarahan akibat virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi oleh virus (arbovirus
dari genus Flavivirus).
2.5.2 Anopheles
Jentik nyamuk anopheles apabila sudah berkembang biak
menjadi dewasa jika menggigit manusia akan mengakibatkan penyakit
malaria. Malaria adalah infeksi darah yang menyebabkan demam panas
tinggi dan kedinginan. Malaria berbahaya bagi anak- anak usia di
bawah 5 tahun, wanita hamil, dan orang penderita HIV/AIDS. Tanda-
tanda seseorang menderita malaria:
a. Tanda pertama adalah rasa kedinginan dan sering sakit kepala.
Penderita menggigil selama 15 menit sampai 1 jam.
b. Kedinginan diikuti dengan demam tinggi. Penderita menjadi lemah
dan kadang- kadang mengigau. Demamnya bisa berlangsung antara
beberapa jam sampai beberapa hari.
16
c. Pada tahap tiga penderita mulai berkeringat dan demamnya
menurun. Setelah demam turun, penderita merasa lemah.
2.5.3 Culex
Jentik nyamuk culex apabila dewasa akan menyebabkan penyakit
kaki gajah (Wucheria brancofti). Penyakit kaki gajah merupakan
penyakit yang disebabkan oleh cacing filariasis, yang ditularkan lewat
vektor nyamuk, salah satunya adalah nyamuk culex. Penyakit kaki
gajah merupakan penykait kronis, dan apabila tidak diobati akan
mengakibatkan kecacatan permanen.
Seseorang bisa tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif, yaitu nyamuk yang mengandung
larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filaria
sewaktu menghisap darah penderita penyakit kaki gajah.
2.6 Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk berdasarkan Indikator House
Index (HI)
House index adalah presentase rumah yang positif jentik dari seluruh
rumah yang diperiksa. House index paling banyak dipakai untuk memantau
tingkat infestasi jentik atau lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu
wilayah tetapi tidak dapat menunjukkan jumlah kontainer yang positif jentik.
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung air, yang
mana air didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain. Dalam kontainer
seringkali ditemukan jentik-jentik nyamuk karena biasanya kontainer
digunakan nyamuk untuk perindukan telurnya. Sehingga, rumus dari
perhitungan House Index (HI) adalah:
17
aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI dan BI seperti tabel menurut
WHO di bawah ini :
Tabel 2.2 Tabel Density Figure
Density Figure House Index Container Index Breteau Index
(DF) (HI) (CI) (BI)
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 77+ 41+ 200+
Sumber: Sumber: publikasi.ftsl.itb.ac.id
Keterangan tabel :
DF = 1 → kepadatan rendah
DF = 2 – 5 → kepadatan sedang
DF = 6 – 9 → kepadatan tinggi
Menurut Depkes tahun 2000 dalam Zulkarnaini, dkk. 2008 menyatakan
angka House Index yang dianggap aman untuk penularan penyakit DBD adalah
<5%. Menurut Kantachuvessiri 2002, dalam Zukkarnaini, dkk. 2008 angka CI
diatas 10% dan angka BI di atas 50% sangat potensial bagi penyebaran penyakit
DBD. Menurut Depkes 1992, dalam Zulkarnaini, dkk., 2008 indikator Angka
Bebas Jentik minimal 95% dimana digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk DBD Namun, dalam survei
kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house index (HI) di Jalan
Bronggolan IIA Surabaya, kelompok 12C hanya berpedoman density figure
pada kolom house index saja karena indikator yang digunakan adalah indikator
house index (HI). Sehingga, dari data diatas didapatkan bahwa berbagai daerah
dengan density figure di atas 5 (house index di atas 28) besar sekali
kemungkinan transmisi penyakit demam kuning (urban yellow fever), DBD
(demam berdarah) dan chikungunya, sedangkan di beberapa daerah dengan
density figure 1 (house index di bawah 4) kemungkinan transmisi demam
kuning dianggap kecil sekali.
18
BAB III
METODE PENGAMATAN
19
e. 1 buah Lup
Gambar 3.3 Alat Saringan digunakan untuk mengambil jentik dari dalam
bak mandi.
Bahan :
a. Air Bersih
3.4 Langkah Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Memeriksa jentik nyamuk di tempat bak mandi menggunakan senter dan
lup (apabila dibutuhkan) di setiap sampel rumah di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya.
c. Mengambil jentik nyamuk di tempat bak mandi menggunakan saringan
di setiap sampel rumah di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya.
d. Memasukkan jentik nyamuk yang didapat ke dalam plastik yang sudah
diisi dengan air bersih.
e. Mengidentifikasi jentik nyamuk di dalam plastik dengan bantuan alat lup
(jika dibutuhkan).
f. Mencatat hasil identifikasi jentik nyamuk kedalam tabel pengamatan.
g. Menghitung kepadatan nyamuk berdasarkan jenisnya dengan
menggunakan indikator house index (HI).
h. Melakukan interpretasi hasil.
20
3.5 Anggaran Biaya
Pada survei kepadatan jentik nyamuk di Jalan Bronggolan IIA ini,
kelompok 12C hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 10.000,- untuk
membeli bingkisan atau souvenir yang ditujukan kepada responden yang
sudah bersedia rumahnya dijadikan sebaga sampel penelitian dari kelompok
12C. Sedangkan untuk peralatan lainnya seperti Lup, berasal dari anggota
kelompok 12 C sendiri
Pada tabel 3.1 menjelaskan bahwa ada beberapa yang perlu diisi saat
penelitian berlangsung seperti nama pemilik, alamat, jumlah jentik, jenis jentik
yang ditemukan, keterangan dan waktu pelaksanaan. Tabel 3.1 diisi sesuai dengan
kejadian di Lapangan dan diisi sampai sampel yang sudah ditentukan terselesaikan.
21
BAB IV
HASIL SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK
4.1 Hasil Pengamatan
Survei kepadatan jentik nyamuk berdasarkan indikator house index (HI) yang
dilakukan dengan bantuan Bu Mantik pada tanggal 3 Desember 2016 di Jalan
Bronggalan IIA, Surabaya diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Jenis
Jumlah Jentik Waktu
No. Rumah Alamat Keterangan
Jentik yang Pengamatan
Ditemukan
Jl. Bronggolan
1. A - Air dalam bak mandi kotor
IIA No.8
Jl. Bronggolan Kondisi bersih karena baru
2. B -
IIA No.12 saja dikuras
Jl. Bronggolan Air bak mandi dalam kondisi
3. C -
IIA No.21 kotor
Bak mandi dalam kondisi
Jl. Bronggolan
4. D - bersih karena jarang
IIA No.35
digunakan dan telah di kuras. Hari Sabtu,
Jl. Bronggolan 3 Desember
5. E - Bersih setelah dikuras
IIA No.45A 2016 Pukul
Jl. Bronggolan Bak mandi dalam kondisi 09.30-10.30
6. F -
IIA No.45 kotor WIB.
Jl. Bronggolan Bak mandi dalam kondisi
7. G -
IIA No.36 kotor
Jl. Bronggolan Aedes
8. H 1
IIA No.49 Aegypti
Jl. Bronggolan Aedes
9. I 1
IIA No.38 Aegypti
Jl. Bronggolan Bak mandi dalam keadaan di
10. J -
IIA No.5 kuras.
22
Tabel 4.2 Persamaan jentik nyamuk dan pupa nyamuk yang diperoleh dari hasil
observasi dengan hasil dari referensi.
4.2 Cara perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator house index (HI)
di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya
Perhitungan kepadatan jentik nyamuk dengan indikator house index
seharusnya menggunakan sampel sebanyak 100 rumah, namun dalam observasi ini
kelompok 12C hanya mengambil sampel sebanyak 10 rumah sehingga dalam
perhitungan ini, 10 rumah diasumsikan sebanyak 100 rumah. Berikut adalah
perhitungan dari indikator House Index (HI) Jentik Nyamuk Aedes:
=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘
House Index = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
2
= 𝑥 100%
10
= 20 %
Berdasarkan tabel Density Figure diperoleh bahwa DF perumahan Jalan
Bronggalan IIA adalah 4.
23
Tabel 4.3 Tabel Density Figure
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Jl. Bronggolan IIA masih dalam
kategori sedang dikarenakan Perumahan di Jalan Bronggolan IIA tersebut sudah memiliki
program Bu Mantik yang selalu memeriksa keberadaan jentik nyamuk di daerah tersebut
setiap 1 minggu sampai 2 minggu sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kartu
jentik rumah bangunandi setiap rumah di daerah Bronggolan IIA, Surabaya. Berikut
adalah salah satu contoh kartu jentik rumah bangunan di salah satu rumah warga di daerah
tersebut.
24
BAB V
PEMBAHASAN SURVEI KEPADATAN JENTIK NYAMUK
5.1 Jenis jentik nyamuk yang ditemukan di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya
Berdasarkan hasil observasi di Jalan Bronggolan IIA, Surabaya yang
dilakukan dengan pengambilan jentik nyamuk di tempat penampungan air di
kamar mandi responden didapatkan dua buah rumah yang positif adanya jentik
nyamuk. Berdasarkan identifikasi jenis jentik nyamuk yang dilakukan oleh
kelompok 12C ini didapatkan suatu kesimpulan bahwa jentik yang didapatkan
merupakan jenis jentik nyamuk Aedes dengan beberapa pertimbangan sebagai
berikut:
a. Dari aspek gerakannya
Jentik nyamuk yang kelompok 12C dapatkan bergerak aktif dalam air dan
berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air, sehingga jentik nyamuk
ini terkesan sulit untuk ditangkap ketika sedang bergerak aktif. Oleh karena
itu, kelompok 12C hanya dapat menangkap satu jentik dari rumah kedua
yang positif jentik yaitu di rumah Ibu Nanik karena pada saat itu keberadaan
jentik berada diatas gayung didalam bak mandi sehingga sangat mudah
untuk menangkapnya. Sedangkan untuk rumah pertama yang positif jentik
yaitu di rumah Ibu Yati, kelompok 12C hanya berhasil mengamati jentik
nyamuk Aedes di bak mandi tanpa mengambilnya dikarenakan gerakannya
yang aktif dalam air.
b. Pada waktu istirahat
Pada saat istirahat, jentik nyamuk ini menggambarkan kesamaannya dengan
jentik nyamuk Aedes, yaitu posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan
air (bergantung dengan membentuk posisi vertikal dengan permukaan air).
Hal ini dapat kita lihat perbandingan antara jentik nyamuk Aedes pada
referensi dengan jentik nyamuk Aedes yang diperoleh kelompok 12C pada
gambar dibawah ini:
25
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa jentik nyamuk yang diperoleh
kelompok 12C dengan jentik nyamuk yang diperoleh dari referensi
memiliki persamaan seperti posisi badan yang tegak saat berada didalam air,
namun kelompok 12C merasa kesulitan dalam dokumentasi jentik nyamuk
ketika berada di permukaan air sehingga hanya mendapatkan dokumentasi
jentik nyamuk ketika posisi badan tegak didalam air. Selain itu, ketika
berubah menjadi pupa juga mengalami hal yang sama, yaitu ekor pupa agak
lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak
bertemu dengan ekor.
c. Berdasarkan Tempat Hidup
Kelompok 12C mendapatkan jentik nyamuk yang berasak dari tempat
penampungan air yatu bak mandi. Hal ini sesuai dengan kriteria dari jentik
nyamuk Aedes, dimana jentik nyamuk Aedes aegepty ini banyak ditemukan
di penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng
bekas dan lain-lain.
28
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dalam observasi yang dilakukan pada 10 rumah di Jalan Bronggalan IIA,
menunjukkan bahwa risiko penularan penyakit akibat vektor nyamuk adalah
sedang, karena kepadatan populasi nyamuk adalah sedang. Maka, berdasarkan
hasil dari observasi tersebut, lokasi tersebut beresiko dalam transmisi penyakit
akibat vektor.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil laporan yang telah kelompok kami buat, saran yang dapat
kami berikan adalah:
1. Menggunakan bubuk abate yang diberikan dengan benar, sehingga
pemberian bubuk abate tidak terbuang begitu saja. Dalam penggunaan
bubuk abate harus diperhatikan tiap tiga bulan sekali dan apabila sebelum
tiga bulan tempat penampungan air dikuras maka larvasida harus ditaburkan
kembali.
2. Melakukan kegiatan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk secara
berkelanjutan dengan 3M Plus (menguras, menutup, mengubur dan
memanfaatkan kembali) selain itu di dalamnya juga meliputi:
a. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan
b. Menggunakan obat anti nyamuk
c. Menggunakan klambu saat tidur
d. Menanam tanaman pengusir nyamuk
e. Mengatur cahaya dan ventilasi rumah serta mengurangi kebiasaan
menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat
nyamuk.
3. Menjaga kebersihan lingkungan di sekitar rumah maupun di dalam rumah,
terutama tempat penampungan air, terutama pada musim penghujan.
28
DAFTAR PUSTAKA
28
Lampiran 1. Dokumentasi Survey Kepadatan Jentik di Jalan Bronggolan IIA,
Surabaya
1.
2.
28
3.
28
Lampiran 2. Kontribusi Anggota Kelompok
No. Nama NIM Kontribusi
Dokumentasi saat turlap
Membantu mencari jentik saat
Safiatur Nur turlap
1. 101411131009
Rohmah Membawa plastik
Pembuatan Laporan BAB IV dan
V
Pembuatan Laporan BAB IV dan
Rachmawati V
2. 101411131033
Maulidhina Membingkai souvenir
Sie Persentasi
Membawa camera, lup,
Kharis Putra Membantu dokumentasi saat
3. 101411131067
Indrayatna turlap
Membuat PPT
Membeli souvenir
Membawa saringan
Notulensi saat turlap
Dwi Elsa
4. 101411131100 Membuat BAB II dan III
Mardiana
Pengepul dan editing Laporan
Membuat revisi laporan
kelompok
Mencari jentik saat turlap
Bernadeta Sekar
5. 101411131136 Membuat BAB VI penutup
Putri L.
Membuatan Vidio
Pengurusan surat izin ke ketua
RT Jalan Broggalan IIA Surabaya
Nurul Lailatul
6. 101311133162 Pembuatan Laporan BAB I
B.
Membuat revisi laporan
kelompok
28