Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN


PEMANTAUAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK

OLEH:
KELAS E 2020
KELOMPOK 3
1. ALDILA ZALZHABILA KIFLI (J1A120262)
2. ALLYA ARDETA S.F (J1A120263)
3. ANNISA MIFTAHUL JANNAH (J1A120271)
4. ANNISAH WULANDARI (J1A120272)
5. CAHYANING TEGUH F. (J1A120282)
6. DEFRIYANTI (J1A120286)
7. ERIKA FAHRA AULIA (J1A120292)
8. FATMAWATI (J1A120295)
9. FISSAMAD MUHARAM (J1A120298)
10. HESTI (J1A120300)
11. IRMASARI (J1A120306)
12. JABAL RUDIN (J1A120308)
13. LIDYA MERIANTI (J1A120313)
14. MIFTAHUL FAJRI M. (J1A120320)
15. MUH. FADEL FITRIANSYAH A. (J1A120321)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Dasar Kesehatan Masyarakat Dengan Judul “Pemantauan Kepadatan Jentik
Nyamuk”.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen penanggung jawab mata kuliah
praktikum dasar kesehatan masyarakat, praktikum Kesehatan Lingkungan dan juga
para kakak asdos yang telah membimbing jalannya praktikum, serta rekan-rekan
kelompok yang telah ikut mendukung penyelesaian laporan hasil praktikum ini.
Kami berharap laporan ini dapat menjadi referensi dan menambah
pengetahuan para pembaca. Terlepas dari itu, Kami sangat menyadari bahwa
Laporan Praktikum ini juga masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat lebih baik di masa
depan.

Kendari, 9 Juli 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Dasar Teori ................................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 4
II. ALAT DAN BAHAN.................................................................................. 5
A. Alat ............................................................................................................... 5
B. Bahan............................................................................................................ 6
C. Cara Kerja .................................................................................................... 6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 7
A. Hasil ............................................................................................................. 7
B. Pembahasan ................................................................................................ 13
IV. KESIMPULAN ......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Senter..................................................................................................... 5
Gambar 2. Alat Tulis ............................................................................................... 5
Gambar 3. Buku ...................................................................................................... 5
Gambar 5. Kontainer ............................................................................................... 6

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pemantauan jentik ............................................................................ 7

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Negatif jentik/larva ........................................................................... 17


Lampiran 2. Positif jentik/larva............................................................................. 17
Lampiran 3. Negatif jentik/larva ........................................................................... 18
Lampiran 4. Positif jentik/larva............................................................................. 18
Lampiran 5. Negatif jentik/larva ........................................................................... 19
Lampiran 6. Negatif jentik/larva ........................................................................... 19
Lampiran 7. Posotif jentik/larva ............................................................................ 20
Lampiran 8. Positif jentik/larva............................................................................. 20
Lampiran 9. Positif jentik/larva............................................................................. 21
Lampiran 10. Positif jentik/larva........................................................................... 21
Lampiran 11. Negatif jentik/larva ......................................................................... 22
Lampiran 12. Negatif jentik/larva ......................................................................... 22
Lampiran 13. Negatif jentik/larva ......................................................................... 23
Lampiran 14. Positif jentik/larva.......................................................................... 23
Lampiran 15. Negatif jentik/larva ......................................................................... 24
Lampiran 16. Positif jentik/larva.......................................................................... 24

v
I. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Nama “Jentik” berasal dari gerakannya ketika bergerak di air. Jentik
dalam bahasa lokal dikenal sebagai cuk atau uget-uget. Jentik merupakan tahap
larva pada nyamuk. Nyamuk akan mengeluarkan telurnya di dalam air, setelah
itu telur akan menetas menjadi jentik. Jentik selanjutnya tumbuh menjadi pupa.
Dalam beberapa hari pupa akan tumbuh menjadi nyamuk. Jentik nyamuk
sering ditinggalkan oleh induk nyamuk dewasa di genangan air yang tidak
tertutupi. Dalam sekali bertelur nyamuk dewasa akan menghasilkan 100 butir
telur yang siap menetas menjadi jentik nyamuk. Jentik nyamuk akan menetas
setelah dua hari berada di dalam air, dan akan bertahan sampai 6 bulan di
tempat kering. Adanya jentik nyamuk mengindikasikan terdapatnya nyamuk di
daerah tersebut. (Nurmaladewi, 2022)
Nyamuk merupakan vektor yang menimbulkan dan menularkan penyakit
dalam kehidupan manusia. Tingginya populasi nyamuk ini sangat
membahayakan kehidupan manusia. Keberadaan vektor sebagai suatu yang
merugikan tersebut harus ditanggulangi dengan pengendalian vektor. Di
Indonesia sendiri sebagai daerah tropis merupakan tempat yang sangat baik
untuk perindukkan nyamuk, hal ini dikarenakan suhu, cuaca, serta musim di
Indonesia sangat mendukung dalam proses perkembangbiakan nyamuk
sehingga populasi nyamuk di Indonesia tinggi. Nyamuk yang berkembang di
di daerah Indonesia antara lain nyamuk Anopheles yang menyebabkan malaria
dan Aedes aegepty yang menyebabkan penyakit DBD. Selain Anopheles dan
Aedes aegepty juga ada jenis nyamuk yang lebih mematikan yaitu nyamuk
Culex (Culex tritaeniorhyncus, Culex gelidus, dan Culex vishnui). Hanya
dengan gigitan nyamuk Culex dapat menyebabkan korban mengalami
peradangan otak atau lebih dikenal dengan istilah Japanese Encephalitis (JE).
Untuk melakukan pengendalian terhadap vektor nyamuk perlu dilakukan
identifikasi terhadap nyamuk. Identifikasi yang dapat dilakukan yaitu
mengenai siklus hidup, resting place, kebiasaan hidup, serta bentuk morfologi

1
2

nyamuk. Pengendalian ini sangat penting untuk mengetahui cara pengendalian


yang cocok sesuai dengan karakteristik nyamuk. (Nurmaladewi, 2022)
Surveilans untuk Aedes aegypti sangat penting untuk mengetahui
distribusi, kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor risiko berdasarkan
waktu, dan tempat yang berdasarkan penyebaran dengue serta tingkat
kerentanan terhadap isektisida yang dipakai guna memprioritaskan wilayah
dan musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor. (Nurmaladewi, 2022)
Keberadaan jentik Aedes aegypti disuatu daerah merupakan indikator
terdapatnya populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut.
Penanggulangan penyakit DBD mengalami masalah yang cukup kompleks,
karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti sangat mempengaruhi tingkat kepadatan atau densitas jentik,
densitas jentik sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian kasus demam
berdarah. Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yaitu tempat dimana
nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah dan di
luar rumah. (Ida Rosida, 2018)
Vektor penular DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti yang berkembang
biak pada tempat- tempat penampungan air berupa genangan air yang
tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau di sekitar rumah atau
tempat-tempat umum. Keberadaan Aedes Aegypti pengaruhi oleh faktor
manusia dan lingkungan. Faktor lingkungan yang terkait dengan keberadaan
Aedes Aegypti antara lain, jenis tempat penampungan air (TPA), curah hujan,
suhu udara, kelembaban udara, ketinggian tempat, pengaruh angin, keberadaan
tanaman, dan variasi musim. Sedangkan faktor manusia yang terkait dengan
keberadaan Aedes Aegypti yaitu, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk,
jarak antar rumah, intensitas cahaya dan perilaku PSN DBD. (Saleh et al, 2018)
Pengamatan terhadap vektor DBD sangat penting untuk mengetahui
penyebaran, kepadatan nyamuk, habitat utama jentik nyamuk dan dugaan
risiko terjadinya penularan. Data-data tersebut akan dapat digunakan untuk
memilih tindakan pemberantasan vektor yang tepat dan memantau
efektivitasnya. Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat diketahui
3

dengan melakukan survei nyamuk, survei penangkapan telur dan survei jentik.
(Nurmaladewi, 2022)
Ada dua cara untuk memeriksa jentik yaitu. (Tarigan, 2020)
1. Cara Single Larva
Survei ini dilakukan dengan mengambil ratio jentik di setiap tempat
genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut jenis
jentiknya.
2. Cara Visual
Survei ini cukup dilakukan dengan melihat atau tidaknya jentik
disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Dalam program
pemberantasan penyakit DBD survei jentik yang biasa digunakan adalah
cara visual dan ukuran yang dipakai untuk menghitung kepadatan jentik
Aedes aegypti adalah sebagai berikut:
a. House index (HI) yaitu adalah persentase rumah yang positif jentik
dari seluruh rumah yang diperiksa.
Jumlah rumah yang ditemukan jentik
HI = x100%
Jumlah rumah yang diperika

b. Container Index (CI) yaitu persentase kontainer yang positif jentik


dari seluruh kontainer yang diperiksa.
Jumlah kontainer yang ditemukan jentik
CI = 𝑥100%
Jumlah kontainer yang diperiksa

c. Breteau Index (BI) Jumlah kontainer dengan jentik dari 100 rumah.
Jumlah kontainer denganjentik
BI = x100%
100 rumah yang diperiksa

d. Angka Bebas Jentik (ABJ) presentase rumah/bangunan/tempat umum


yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik.
Jumlah bangunan yang tidak ditemukan jentik
ABJ = Jumlah bangunan yang diperiksa
X100 %

Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukan dengan density


figure. Density figure adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang
merupakan perhitungan dari HI, CI, BI yang di nyatakan dengan skala 1-9
dan dibandingkan dengan tabel larva Index. Apabila angka DF kurang dari
1 menunjukkan risiko penularan rendah, 1 – 5 risiko penularan sedang dan
diatas 5 risiko penularan tinggi.
4

B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Pemantauan Kepadatan Jentik Nyamuk ini adalah
praktikan mampu menganalisis kepadatan jentik nyamuk dengan metode
visual.
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Senter
Senter adalah sebuah alat listrik portabel yang merupakan sumber
cahaya untuk menerangi dan dioperasikan dengan baterai.

Gambar 1. Senter
2. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan pada praktikum ini adalah buku dan
pulpen yang digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan sampel.

Gambar 2. Alat Tulis


3. Buku
Buku adalah alat yang digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan
sampel.

Gambar 3. Buku

5
6

B. Bahan
1. Kontainer
Tempat atau wadah yang dapat menampung air yang mana air
didalamnya tidak dapat mengalir ke tempat lain.

Gambar 4. Kontainer

C. Cara Kerja
1. Periksa setiap kontainer yang dijadikan sebagai tempat pengamatan yaitu
bak air kamar mandi, ember dan baskom di Tipulu, Kecamatan Kendari
barat, Kota Kendari.
2. Setiap container diamati dengan alat bantu senter, apakah didalam
kontainer tersebut terdapat jentik nyamuk
3. Hasil pengamatan jumlah jentik nyamuk yang ada didalam kontainer
dihitung dan dicatat
4. Setelah semua kontainer sudah diamati dan dicatat, kemudian dilakukan
perhitungan House Index (HI), Container Index (CI), Bretau Index (BI),
Angka Bebas Jentik (ABJ), dan Density Figure (DF).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan larva di setiap rumah yang di lakukan di
Kelurahan Kadia, Kecamatan Bende dengan pengambilan sampel sebanyak 75
sampel rumah. Didapatkan hasil dari 75 sampel rumah yang diidentifikasi
terdapat 20 sampel larva Aedes sp, 5 sampel larva Anopheles sp, 1 sampel larva
Culex sp dan 49 sampel rumah yang tidak terdapat larva.
Tabel 1. Hasil pemantauan jentik

Hasil
Hari/ Jenis Jenis Karakteristik
NO Pengamatan Jumlah
tanggal Kontainer Larva Larva
Positif Negatif
1 Selasa/05- Ember ✓
- -
07-22
2 Selasa/05- Selokan ✓
- -
07-22
3 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 penyimpanan bulu sifon lebih
air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal
4 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
5 Selasa/05- Ember ✓
- -
07-22
6 Selasa/05- Tong ✓ Abdomen
07-22 Penyimpanan bagian lateral
Air ditumbuhi bulu
palma. Tidak
mempunyai
Anopheles sifon atau
sp pendek sekali.
Bagian posterior
terdapat lubang
pernapasan
(spirakel) dan
tergal plate di
telinga dorsal.

7
8

7 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,


07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
8 Selasa/05- Ember ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
9 Selasa/05- Kolam Ikan ✓ - -
07-22
10 Selasa/05- Ember ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
11 Selasa/05- Ember ✓
- -
07-22
12 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air dari satu pasang.
Aedes sp
Pelana tidak
menutupi
segmen anal
13 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air dari satu pasang.
Aedes sp
Pelana tidak
menutupi
segmen anal
14 Selasa/05- Ember ✓
- -
07-22
15 Selasa/05- Genangan ✓
- -
07-22 Air
16 Selasa/05- Selokan ✓
- -
07-22
17 Selasa/05- Tong ✓ Abdomen
07-22 Penyimpanan bagian lateral
Air ditumbuhi bulu
palma. Tidak
mempunyai
Anopheles
sifon atau
sp
pendek sekali.
Bagian posterior
terdapat lubang
pernapasan
(spirakel) dan
9

tergal plate di
telinga
18 Selasa/05- Tong ✓ - -
07-22 Penyimpanan
Air
19 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
20 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
21 Selasa/05- Kolam Ikan ✓ - -
07-22
22 Selasa/05- Tong ✓
- -
07-22 penyimpanan
23 Selasa/05- Selokan ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
dari satu pasang.
Aedes sp
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
24 Selasa/05- Ember ✓
- -
07-22
25 Selasa/05- Tong ✓
07-22 penyimpanan - -
air
26 Selasa/05- Bak Mandi ✓ - -
07-22
27 Selasa/05- Bak mandi ✓
- -
07-22
28 Selasa/05- Bak mandi ✓
- -
07-22
29 Selasa/05- Ember ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
30 Selasa/05- Selokan ✓ Sifon pendek,
07-22 Aedes sp bulu sifon lebih
dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
31 Selasa/05- Bak mandi ✓
- -
07-22
10

32 Selasa/05- Tong ✓
07-22 penyimpanan - -
air
33 Selasa/05- Bak Mandi ✓
- -
07-22
34 Selasa/05- Ember ✓
- -
07-22
35 Selasa/05- Bak mandi ✓
- -
07-22
36 Selasa/05- Bak Mandi ✓
- -
07-22
37 Selasa/05- Bak mandi ✓
- -
07-22
38 Selasa/05- Bak mandi ✓
- -
07-22
39 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 penyimpanan bulu sifon lebih
air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
40 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
41 Selasa/05- Bak mandi ✓ -
07-22
42 Selasa/05- Tower Air ✓ -
07-22
43 Selasa/05- Tong ✓ -
07-22 penyimpanan
air
44 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 penyimpanan bulu sifon lebih
air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
45 Selasa/05- Ember ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
46 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
47 Selasa/05- Bak Mandi ✓ -
07-22
48 Selasa/05- Tong ✓ - -
07-22 penyimpanan
air
49 Selasa/05- Tower Air ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
11

Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
50 Selasa/05- Tong ✓ Abdomen
07-22 penyimpanan bagian lateral
air ditumbuhi bulu
palma. Tidak
mempunyai
Anopheles sifon atau
sp pendek sekali.
Bagian posterior
terdapat lubang
pernapasan
(spirakel) dan
tergal plate di
telinga dorsal.
51 Selasa/05- Bak Mandi ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
52 Selasa/05- Bak Mandi ✓ -
07-22
53 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
54 Selasa/05- Tong ✓ -
07-22 Penyimpanan
Air
55 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
56 Selasa/05- Ember ✓ Sifon panjang,
07-22 bulu sifon labih
Culex sp dari satu. Pelana
menutup seluruh
segmen anal.
57 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
58 Selasa/05- Tong ✓ -
07-22 Penyimpanan
Air
59 Selasa/05- Tong ✓ -
07-22 Penyimpanan
Air
60 Selasa/05- Tong ✓ -
07-22 Penyimpanan
Air
12

61 Selasa/05- Tower Air ✓ -


07-22
62 Selasa/05- Tower Air ✓ -
07-22
63 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
64 Selasa/05- Tong ✓ Abdomen
07-22 Penyimpanan bagian lateral
Air ditumbuhi bulu
palma. Tidak
mempunyai
Anopheles sifon atau
sp pendek sekali.
Bagian posterior
terdapat lubang
pernapasan
(spirakel) dan
tergal plate di
telinga dorsal.
65 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
66 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
67 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
68 Selasa/05- Tong ✓ Abdomen
07-22 Penyimpanan bagian lateral
Air ditumbuhi bulu
palma. Tidak
mempunyai
Anopheles sifon atau
sp pendek sekali.
Bagian posterior
terdapat lubang
pernapasan
(spirakel) dan
tergal plate di
telinga dorsal.
69 Selasa/05- Bak Mandi ✓ -
07-22
70 Selasa/05- Tong ✓ -
07-22 Penyimpanan
Air
71 Selasa/05- Bak Mandi ✓ -
07-22
72 Selasa/05- Bak Mandi ✓ Sifon pendek,
07-22 bulu sifon lebih
Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
13

73 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
74 Selasa/05- Tong ✓ Sifon pendek,
07-22 Penyimpanan bulu sifon lebih
Air Aedes sp dari satu pasang.
Pelana tidak
menutupi
segmen anal.
75 Selasa/05- Ember ✓ -
07-22
Total
House Index (HI) 0,34
Container Index (CI) 0,34
Breteau Index (BI) 0,34
Angka Bebas Jentik (ABJ) 0,65
Density Figure (DF)
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemantauan kepadaan jentik yang dilakukan di 75
rumah pada hari selasa 7 juli 2022 di Kelurahan Tipulu dimana untuk jenis
kontainer sebanyak 6 jenis yang terdiri atas bak mandi, tong penyimpanan air,
ember, tower air, selokan, kolam ikan.untuk mengetahui kepadatan jentik
dilakukan dengan menggunakan perhitungan House Index (HI), Container
Index (CI), Breteau Index (BI), Angka Bebas Jentik (ABJ), dan Density Figure
(DF).
Untuk House Index (HI), dimana jumlah rumah yang ditemukan jentik
sebanyak 26 rumah dibagi jumlah rumah yang diperiksa sebyank 75 rumah di
kali 100%, jadi presentase rumah yang positif jentik dari seluruh rumah yang
di periksa yaitu sebesar 0,34.
Untuk Container Index (CI), dimana kontainer yang ditemukan jentik
sebanyak 26 kontainer di bagi 75 kontainer di kali 100%. Jadi presentase
kontainer yang positif jentik dari seluruh kontaner yang diperiksa sebesar 0,34.
Untuk Breteau Index (BI), dimana jumlah kontainer dengan jentik
sebanyak 26 kontainer di bagi 75 rumah yang diperiksa di kali 100%. Jadi
untuk jumlah kontainer dengan jentik dari 75 rumah yaitu sebesar 0,34.
Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ), dimana jumlah bangunan yang tidak
ditemukan jentik sebanyak 49 bangunan dibagi jumlah bangunan yang
diperiksa sebanyak 75 bangunan di kali 100%. Jadi untuk presentase rumah/
14

bangunan/ tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik
sebesar 0,65.

Jadi, dapat di simpulkan dari perhitungan House Index (HI), Container


Index (CI), Breteau Index (BI) bahwa Density Figure (DF) yang dinyatakan
dari skala 1-9 memiliki kepadatan rendah dimana HI, CI, dan BI didapatkan
hasil sebesar 0,34.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemantauan kepadaan jentik yang dilakukan di 75 rumah


pada hari selasa 7 juli 2022 di Kelurahan Tipulu dimana untuk jenis kontainer
sebanyak 6 jenis yang terdiri atas bak mandi,tong penyimpanan air, ember, tower
air, selokan, kolam ikan.untuk mengetahui kepadatan jentik dilakukan dengan
menggunakan perhitungan House Index (HI), Container Index (CI), Breteau Index
(BI), Angka Bebas Jentik (ABJ), dan Density Figure (DF).
1. Untuk House Index (HI), dimana jumlah rumah yang ditemukan jentik
sebanyak 26 rumah dibagi jumlah rumah yang diperiksa sebyank 75 rumah di
kali 100%, jadi presentase rumah yang positif jentik dari seluruh rumah yang
di periksa yaitu sebesar 0,34.
2. Untuk Container Index (CI), dimana kontainer yang ditemukan jentik sebanyak
26 kontainer di bagi 75 kontainer di kali 100%. Jadi presentase kontainer yang
positif jentik dari seluruh kontaner yang diperiksa sebesar 0,34.
3. Untuk Breteau Index (BI), dimana jumlah kontainer dengan jentik sebanyak 26
kontainer di bagi 75 rumah yang diperiksa di kali 100%. Jadi untuk jumlah
kontainer dengan jentik dari 75 rumah yaitu sebesar 0,34.
4. Untuk Angka Bebas Jentik (ABJ), dimana jumlah bangunan yang tidak
ditemukan jentik sebanyak 49 bangunan dibagi jumlah bangunan yang
diperiksa sebanyak 75 bangunan di kali 100%. Jadi untuk presentase rumah/
bangunan/ tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik
sebesar 0,65.
Jadi, dapat di simpulkan dari perhitungan House Index (HI), Container Index
(CI), Breteau Index (BI) bahwa Density Figure (DF) yang dinyatakan dari skala 1-
9 memiliki kepadatan rendah dimana HI, CI, dan BI didapatkan hasil sebesar 0,34.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurmaladewi (2022). Panduan praktikum kesehatan lingkungan

Rosida, I. (2018). Gambaran Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti Ditinjau


dari Tempat Perindukan di Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2 (2), 1-12

Saleh, dkk. (2018). Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan


Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas
Pancana Kab. Barru. Higiene: Jurnal Kesehatan Lingkungan. 4 (2), 93-98

Tarigan, Y. G. (2020). Mengukur Kepadatan Lalat Dan Pemantauan Jentik Nyamuk


di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia. Jurnal Abdimas Mutiara,
1(1), 48-58.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Negatif jentik/larva

Lampiran 2. Positif jentik/larva

17
18

Lampiran 3. Negatif jentik/larva

Lampiran 4. Positif jentik/larva


19

Lampiran 5. Negatif jentik/larva

Lampiran 6. Negatif jentik/larva


20

Lampiran 7. Posotif jentik/larva

Lampiran 8. Positif jentik/larva


21

Lampiran 9. Positif jentik/larva

Lampiran 10. Positif jentik/larva


22

Lampiran 11. Negatif jentik/larva

Lampiran 12. Negatif jentik/larva


23

Lampiran 13. Negatif jentik/larva

Lampiran 14. Positif jentik/larva


24

Lampiran 15. negatif jentik/larva

Lampiran 16. Positif jentik/larva

Anda mungkin juga menyukai