Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

PRAKTIKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


“PENCAHAYAAN”

OLEH:
KELAS REGULER E 2020
KELOMPOK 2
ASRI WAHYUNI J1A120277
ASRIANINGSI J1A120278
ASTRID NURANDINA MADANI J1A120279
AVILIA MALANI J1A120280
CAHYANING TEGUH FITRIA J1A120282
CHAERUNISA ALHABSYI J1A120283
DEA RISKA ANANDA J1A120284
DEBI MUTIARA CAHYANI J1A120285
DEFRIYANTI J1A120286
DELIYANTI J1A120287
DENISHA ANINDITA MATARI J1A120288
DEWI KUMALA SARI J1A120289
DINDA J1A120290
ELVA NANDA WULANDARI J1A120291
ERIKA FAHRA AULIA J1A120292

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Dasar Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Pemeriksaan intensitas Pencahayaan”.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampuh mata kuliah praktikum
dasar kesehatan masyarakat dan juga para kakak asdos yang telah membimbing
jalannya praktikum kesehatan keselamatan kerja (Pemeriksaan intensitas
Pencahayaan) tersebut, serta rekan-rekan kelompok yang telah ikut mendukung
penyelesaian laporan hasil praktikum ini.
Kami berharap laporan ini dapat menjadi referensi dan menambah
pengetahuan para pembaca. Terlepas dari itu, senada dengan kalimat yang
menyatakan bahwa tiada gading yang tak retak. Kami sangat menyadari bahwa
Laporan Praktikum ini juga masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat lebih baik di masa
depan.

Kendari, 21 Maret 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum...................................................................................... 2
C. Prinsip Alat Kerja ..................................................................................... 2
D. Manfaat Praktikum.................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
A. Definisi Pencahayaan ................................................................................ 3
B. Pencahayaan Di Tempat Kerja.................................................................. 3
C. Jenis jenis pencahayaan ............................................................................ 4
D. Syarat Pencahayaan Yang Baik ................................................................ 5
BAB III METODE PERCOBAAN .................................................................... 10
A. Alat & Bahan .......................................................................................... 10
E. Prosedur Kerja ........................................................................................ 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 14
A. Hasil ......................................................................................................... 14
B. Pembahasan............................................................................................. 18
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 19
A. Kesimpulan ............................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Luxmeter lutron LX-101A .................................................................. 10


Gambar 2. Buku tulis ............................................................................................ 10
Gambar 3. Tali rafia .............................................................................................. 11
Gambar 4. Spidol .................................................................................................. 11
Gambar 5. Lampu.................................................................................................. 11
Gambar 6. Kalkulator ............................................................................................ 12

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Denah Titik Sampling Pencahayaan Umum ........................................... 14


Tabel 2. Hasil rata-rata pengukuran intensitas pencahayaan ................................ 15
Tabel 3. Denah Titik Sampling Pencahayaan Lokal ............................................. 17
Tabel 4. Hasil rata-rata pengukuran intensitas pencahayaan ................................ 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum masuk pada filosofi K3, perlu dipahami mengenai pengertian
kesehatan dan keselamatan kerja atau sering disingkat dengan K3. Pengertian
K3 yang akan dibahas adalah menurut World Health Organization (WHO) dan
International Labour Organization (ILO) (ILO, 2013).
Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan
keselamatan kerja atau Occupational Safety and Health adalah meningkatan
dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap
pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu
kesehatan, menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang
sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan
kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya
(ILO, 2013).
Menurut Suma’mur Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang
ada di tempat kerja, penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan
mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-
keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat
penglihatandan meningkatkan kecelakaan kerja (Herlina, 2017).
Dengan demikian dilakukannya praktikum ini. Untuk mengetahui
iluminasi di suatu area maka perlu dilakukan pengukuran dan perhitungan.
Perhitungan illuminasi pada suatu titik dipengaruhi oleh total arus cahaya yang
sesuai dan area yang luas. Selain itu, juga dipengaruhi oleh intensitas distribusi
cahaya luminer, efisiensi, bentuk, ukuran ruang, pantulan permukaan, dan
ketinggian lampu di area ruangan (Herlina, 2017).

1
2

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pengukuran intensitas pencahayaan adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pengukuran intensitas penerangan
umum.
2. Mahasiswa mampu untuk melakukan intensitas penerangan lokal.
3. Mahasiswa mampu untuk melakukan penilaian dari hasil data
pencahayaan yang diperoleh.

C. Prinsip Alat Kerja


Prinsip kerja alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila kena cahaya
menghasilkan arus listrik yang dapat dilihat pada display Lux meter.

D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum pengukuran intensitas pencahayaan adalah
sebagai berikut:
1. Pratikan dapat mengetahui cara pengukuran intensitas penerangan umum.
2. Praktikan dapat mengetahui cara pengukuran intensitas penerangan lokal.
3. Praktikan mampu melakukan penilaian dari hasil data pencahayaan yang
telah diperoleh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pencahayaan
Cahaya merupakan sumber energi pada proses fotosintesis, tetapi energi
yang diberikan oleh cahaya bergantung pada kualitas cahaya, intensitas cahaya
dan fotoperiod. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas
manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-
objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat (Muyassaroh dkk, 2018).
Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang ada di tempat kerja,
penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan
berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di
daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatandan
meningkatkan kecelakaan kerja. Penerangan yang baik adalah penerangan
yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya
secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Naimah, 2021).

B. Pencahayaan Di Tempat Kerja


Pencahayaan di tempat kerja adalah untuk menerangi obyek pekerjaan
agar terlihat jelas, mudah dan dikerjakan dengan cepat dan produktivitas dapat
meningkat. Pencahayaan yang intensitasnya rendah akan menimbulkan
kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal disekitar mata (Naimah, 2021).
Standar pencahayaan ruangan berdasarkan Occupational Safety and
Health Administration (OSHA), adalah 250 Lux dan berdasarkan National
Environmental Quality Standards (NEQS) adalah 300 Lux. Hal itu serupa
dengan penelitian Putra yang menyatakan bahwa tingkat kuat penerangan

3
4

(iluminasi) pada area produksi dengan jenis pekerjaan rutin adalah 300 lux.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Industri,
intensitas minimal untuk pekerjaan rutin dengan menggunakan mesin seperti
menjahit adalah 300-500 lux.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata karena
adanya efesiensi kerja mata yang berkurang, keluhan pegal di sekitar mata serta
sakit kepala di sekitar mata. Keluhan pada area mata banyak dikeluhkan pada
pekerja perkantoran dengan menggunakan komputer. Tidak hanya pekerja di
perkantoran saja yang merasakan hal tersebut, kondisi tersebut juga dirasakan
oleh civitas akademika seperti mahasiswa-mahasiswa yang dengan jurusan
atau program studi yang berhubungan dengan komputer seperti bidang IT,
desain visual, arsitek, perkantoran dan lain-lain, juga termasuk staf dan jabatan
di perguruan tinggi yang juga menghabiskan waktu bekerjanya banyak di
dalam ruangan (Herlina, 2017).

C. Jenis jenis pencahayaan


Menurut standar pencahayaan buatan Dep. PU (1981). Pada umumnya
terdapat dua jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan umum dan pencahayaan
lokal.
1. Pencahayaan umum, yaitu pencahayaan secara umum dengan
memperhatikan karakteristik dan bentuk fisik ruangan, tingkat
pencahayaan yang diinginkan dan instalasi yang dipergunakan.
Pencahayaan diseluruh area tempat kerja.
2. Pencahayaan lokal, biasanya lebih mengkonsentrasikan cahaya pada
tempat tertentu. Pencahayaan di tempat obyek kerja, baik berupa meja
kerja maupun peralatan.
5

D. Syarat Pencahayaan Yang Baik (peraturan menteri perburuhan No 7


Tahun 1964)
Dalam peraturan meteri perburuan nomor 7 tahun 1964 tentang syarat-
syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, terdapat
sebagai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Pasal 10
a. Jarak antara gedung-gedung atau bangunan-bangunan lainnya harus
sedemikian rupa sehingga tidak menggangu masuknya cahaya siang
ketempat kerja.
b. Setiap tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup untuk
melakukan pekerjaan.
2. Pasal 11
a. Jendela-jendela, lobang-lobang atau dinding kaca yang dimaksudkan
untuk memasukkan cahaya harus selalu bersih dan luas seluruhnya
harus 1/6 dari pada luas lantai kantor tempat kerja.
b. Dalam hal yang memaksa luas yang dimaksud dalam 2.a. dapat
dikurangi sampai 1/10 x luas kantor/ tempat kerja.
c. Jendela-jendela, lobang-lobang atau dinding kaca harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga memberikan penyebaran cahaya yang
merata.
d. Bila ada penyinaran matahari langsung yang menimpa para pekerja,
maka harus diadakan tindakan untuk menghalanginya.
e. Apabila jendela hanya satu-satunya sebagai sumber penerangan
cahaya matahari, maka jarak jendela dan lantai tidak boleh melebihi
1,2 m.
f. Jendela-jendela itu harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan cahaya siang mencapai dinding tempat kerja yang
terletak diseberang.
6

3. Pasal 12
a. Dalam hal cahaya matahari tidak mencukupi atau tidak dapat
dipergunakan, harus diadakan penerangan dengan jalan lain sebagai
tambahan atau pengganti cahaya matahari.
b. Untuk pekerjaan yang dilakukan pada malam hari harus diadakan
penerangan buatan yang aman dan cukup intensitasnya.
c. Penerangan dengan jalan lain itu tidak boleh menyebabkan panas yang
berlebih-lebihan atau merubah susunan udara.
d. Apabila penerangan buatan menyebabkan kenaikan suhu di tempat
kerja lain, maka suhu itu tidak boleh naik melebihi 32C. Dalam hal
itu, harus dilakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi
kenaikan suhu tersebut (peredaran angin,dll).
e. Sumber penerangan yang menimbulkan asap atau gas sisa sedapat
mungkin di hindarkan dari semua tempat kerja. Sumber penerangan
semacam ini hanya di pergunakan dalam keadaan darurat.
f. Sumber cahaya yang dipergunakan harus menghasilkan kadar
penerangan yang tetap dan menyebar serata mungkin dan tidak boleh
berkedip-kedip.
g. Sumber cahaya yang dipergunakan tidak boleh menyebabkan sinar
yang menyilaukan atau bayangan-bayangan atau kontras yang
menganggu pekerjaan.
h. Apabila bahan dari alat-alat yang di pergunakan menyebabkan sinar
yang menganggu tersebut, atau mengurangi pengaruhnya terhadap
mata.
4. Pasal 13
a. Tiap-tiap tempat kerja yang di pergunakan malam hari harus selalu
menyediakan alat penerangan darurat.
b. Alat penerangan darurat itu harus mempunyai sumber tenaga listrik
yang bebas dari instalasi listrik umum.
c. Alat penerangan darurat tersebut harus di tempatkan pada tempat-
tempat yang tidak mungkin menimbulkan cahaya.
7

d. Jalan-jalan keluar seperti pintu,ganggang dan lain-lain harus


mempunyai alat penerangan darurat, dan di beri tanda pengenal
dengan cat lumineus, bahan-bahan refleksi atau bahan-bahan
fluoresensi.
5. Pasal 14
Kadar penerangan di ukur dengan alat pengukuran cahaya yang baik
tinggi tempat kerja yang sebenarnya atau tinggi perut untuk penerangan
umum (plesminas 1 meter).
a. Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux.
b. Penerangan untuk halaman dan jalan dalam lingkungan perusahaan
harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux.
c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang membeda
bedakan barang kasar seperti:
1) Mengerjakan bahan-bahan yang besar
2) Mengerjakan barang atau abu
3) Menyisikan barang-barang yang besar
4) Mengerjakan bahan tanah atau batu
5) Ganggang atau tangga di dalam gedung yang selalu di pakai:
6) Gedung- gedung untuk menyimpan barang besar atau kasar
7) Harus paling sedikit mempunyai kekuatan 50 lux
d. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan-pekerjaan yang
membedakan barang-barang kecil secara sepintas selalu seperti:
1) Pemasangan yang kasar ;
2) Pengerjakan barang besi dan bajai yang lemah yang setengah
selesai (semipiniset);
3) Penggilingan padi ;
4) Pengupasan pengambilan dan penyisihan bahan kapas
5) Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat
dengan diatas ;
a) Kamar mesin dan uap ;
b) Alat pengangkut orang dan bahan ;
8

c) Ruangan -ruangan penerimaan dan pengiriman dengan kapal;


d) Tempat penyimpanan barang-barang sedang dan kecil ;
e) Kakus, tempat mandi urinoir ;
Harus paling sedikit mempunyai kekuatan 100 lux.
e. Peneragan yang cukup untuk pekerjaan yang membeda- bedakan
baran- barang kecil yang agak di teliti seperti :
1) Pemangan alat-alat yang sedang ;
2) Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar ;
3) Pemeriksaan atau percobaan terhadap barang-barang ;
4) Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda ;
5) Perusahaan dan pengawan bahan-bahan makanan dalam
kaleng;
6) Pembungkusan dagung ;
7) Pengerjakan kayu ;
8) Melapis perabot ;
Harus paling sedikit mempunyai kekuatan 200 lux
f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan pembedaan yang teliti
dari pada barang-barang kecil dan harus seperti :
1) Pekerjaan mesin yang teliti ;
2) Pemeriksaan yang teliti ;
3) Percobaan-percobaan yang teliti dan halus ;
4) Pembuatan tepung ;
5) Penyelesaian kulit dan penerimaan bahan katun atau wool
berwarna muda ;
6) Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca;
7) Pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat ;
Harus paling sedikit mempumyai kekuatan 300 lux.
g. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan
barang-barang yang terlalu halus dengan kontraks yang sangat luas
untuk waktu yang lama seperti :
1) Pemasangan yang ekstra halus (arloji dll) ;
9

2) Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul) ;


3) Percobaan alat-alat ekstra halus ;
4) Tukang las dan intan ;
5) Penilaian dan penyisihan hasil pembakau ;
6) Penyusunan huruf dan pemeriksaan kopi dalam pencetakan ;
7) Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua ;
Harus mempunyai kekuatan palimg sedikit 2000 lux.
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat & Bahan


1. Alat
a. Luxmeter lutron LX-101A
Luxmeter lutron LX-101A ini digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya dalam ruangan.

Gambar 1. Luxmeter Lutron Type LX-101A


b. Alat tulis
Alat tulis ini digunakan untuk mencatat data-data hasil
pengukuran intensitas cahaya sebelum diolah dan dihitung rata-rata
intensitas cahayanya.

Gambar 2. Buku tulis

10
11

c. Tali rafia
Tali rafia digunakan untuk membagi ruangan dan
mendapatkan titik yang mewakili luas ruangan kemudian
mendapatkan titik-titik diagonal pengukuran intensitas cahaya.

Gambar 3. Tali rafia


d. Spidol
Spidol ini digunakan untuk membuat tanda garis pada lantai
yang akan di buatkan 25 titik diagonal.

Gambar 4. Spidol
e. Lampu
Lampu dalam praktikum digunakan sebagai alat yang akan
di ukur intensitas pencahayannya.

Gambar 5. Lampu
12

f. Kalkulator
Kalkulator adalah alat bantu hitung elektronik yang masih
sederhana dibandingkan dengan komputer. Kalkulator dapat
membantu seseorang untuk yang mengalami kesulitan dalam
menghitung.

Gambar 6. Kalkulator

2. Subjek penelitian
a. Cahaya lampu di beberapa titik ruangan belajar mahasiswa.
b. Intensitas cahaya di meja kerja.

B. Prosedur Kerja
1. Cara kerja alat
a. Pindahkan tombol Off/On ke posisi On.
b. Pilih range pada range A (jika pengukuran <2000 Lux harus
menggunakan “Range A”, jika nilai pengukuran antara 2000 sampai
19.900 Lux harus memilih “Range B”, jika lebih dari 20.000 Lux harus
memilih “Range C”.
c. Tahan “sensor cahaya” dengan tangan dan hadapkan kearah cahaya.
d. Jika layar luxmeter sudah menunjukan angka digital yang stabil,
catatlah angka tersebut.
13

2. Pengukuran
a. Pengukuran intensitas penerangan umum
1) Luas ruangan belajar dibagi menjadi 25 titik diagonal dengan
ukuran 1,6cm x 1,48cm yang mewakili 3cm2.
2) Pengukuran di lakukan pada tittik sampling yang berada di tengah
titik diagonal kemudian photo cell di hadapkan ke sumber cahaya
dan di pegang kurang lebih 80cm dari lantai.
3) Hasil akan muncul di display, kemudian di catat.
4) Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada titik yang sama.
5) Di lanjutkan pada titik kedua dan selanjutnya.
6) Di hitung hasil pengukuran dengan rumus berikut:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑙𝑢𝑥)


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘

b. Pengukuran intensitas penerangan lokal

1) Dilakukan di meja yang biasa digunakan untuk melakukan


aktivitas kerja dengan lebar 20cm x 30cm.
2) Alat di letakkan di tengah-tengah bagian meja.
3) Lihat angka pada display jika telah stabil maka lakukan
pengukuran. Catat angka yang ada pada display.
4) Pengukuran intensitas cahaya di meja kerja dilakukan sebanyak 3
kali pada setiap titik diagonal.
5) Kemudian hitung hasil pengukuran setiap titik untuk mendapatkan
nilai rata-rata pencahayaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pencahayaan umum
a. Nama Ruangan: Salah satu ruang belajar mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo.
b. Jenis aktivitas/unit kerja/ruang kerja: Pengukuran pencahayaan
c. Tenaga Kerja: 16 orang
d. Jenis Pencahayaan : Buatan/campuran
e. Waktu Praktikum : Selasa 15 Maret 2022, pukul 10.37-11.00 WITA
Denah 25 titik pengukuran intensitas pencahayaan umum:

L= 8 m

25 16 15 6 5

23 17 14 7 4
P= 7,4 m

23 18 13 8 3

22 19 12 9 2

21 20 11 10 1

Tabel 1. Denah Titik Sampling Pencahayaan Umum.

14
15

Berikut ini adalah hasil pengukuran nilai rata-rata intensitas pencahayaan di


25 titik sampling.
Titik Hasil pengukuran Rerata Keterangan
ke- I II III
1. 89 lux 141 lux 76 lux 306 lux Memenuhi
Syarat
2. 105 lux 150 lux 114 lux 369 lux Memenuhi
Syarat
3. 103 lux 121 lux 137 lux 361 lux Memenuhi
Syarat
4 94 lux 122 lux 111 lux 327 lux Memenuhi
Syarat
6 168 lux 127 lux 84 lux 379 lux Memenuhi
Syarat
7 132 lux 167 lux 132 lux 431 lux Memenuhi
Syarat
8 136 lux 175 lux 136 lux 447 lux Memenuhi
Syarat
9 175 lux 183 lux 144 lux 502 lux Memenuhi
Syarat
10 132 lux 119 lux 218 lux 469 lux Memenuhi
Syarat
11 118 lux 132 lux 100 lux 350 lux Memenuhi
Syarat
12 163 lux 130 lux 171 lux 464 lux Memenuhi
Syarat
13 143 lux 120 lux 188 lux 451 lux Memenuhi
Syarat
14 159 lux 148 lux 181 lux 488 lux Memenuhi
Syarat
15 119 lux 106 lux 93 lux 318 lux Memenuhi
Syarat
16 112 lux 143 lux 88 lux 343 lux Memenuhi
Syarat
17 185 lux 197 lux 173 lux 555 lux Memenuhi
Syarat
18 116 lux 188 lux 198 lux 502 lux Memenuhi
Syarat
19 143 lux 129 lux 198 lux 470 lux Memenuhi
Syarat

20 148 lux 118 lux 85 lux 351 lux Memenuhi


Syarat
16

Ttitk Hasil Pengukuran Rerata Keterangan


Ke- I II III
21 98 lux 229 lux 87 lux 414 lux Memenuhi
Syarat

22 154 lux 347 lux 111 lux 612 lux Melebihi


syarat

23 199 lux 140 lux 115 lux 454 lux Memenuhi


Syarat

Memenuhi
24 326 lux 139 lux 52 lux 517 lux Syarat

25 251 lux 77 lux 184 lux 512 lux Memenuhi


Syarat

Jumlah 361,041
lux
Tabel 2. Hasil rata-rata pengukuran intensitas pencahayaan.

Berikut ini perhitungan hasil rata-rata pencahayaan umum:

Diketahui :
Jumlah penerangan = 361,041 Lux
Jumlah titik = 25 Titik
Ditanyakan:
Intensitas penerangan =…..?
Penyelesaian:
jumlah intensitas penerangan (lux)
intensitas pencahayaan =
jumlah titik

10.693 Lux
=
25
= 427, 72 lux
17

2. Pencahayaan lokal
a. Lokasi praktikum : Salah satu meja kerja di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo.
b. Jenis aktivitas/unit kerja/ruang kerja: Pengukuran pencahayaan
c. Tenaga Kerja: 16 orang
d. Jenis Pencahayaan : Buatan/campuran
e. Waktu Praktikum : Selasa 15 Maret 2022, pukul 10.37-11.00 WITA
Denah 4 titik pengukuran intensitas pencahayaan lokal:

L= 40 cm

1 2

3 4 P= 60 cm

Tabel 3. Denah Titik Sampling Pencahayaan Lokal

Berikut ini adalah hasil pengukuran dan nilai rata-rata 4 titik pencahayaan lokal:
Titik Hasil pengukuran Rerata Keterangan
ke- I II III
1. 178 280 lux 387 lux 845 lux Secara
lux umum
2. 186 288 lux 399 lux 873 lux memenuhi
lux syarat
3. 117 119 lux 108 lux 344 lux
lux
4. 109 104 lux 105 lux 318 lux
lux
Rerata 2.380 lux

Tabel 4. Hasil rata-rata pengukuran intensitas pencahayaan


18

Berikut ini hasil perhitungan rata-rata pencahayaan lokal:

Diketahui:
Jumlah penerangan = 2.380 Lux
Jumlah titik = 4 Titik
Ditanyakan:
Intensitas penerangan =…..?
Penyelesaian:
jumlah intensitas penerangan (lux)
Intensitas pencahayaan =
jumlah titik

2.380 lux
=
4
= 595 lux

B. Pembahasan
1. Pencahayaan Umum
Standar pencahayaan ruangan berdasarkan peraturan pemerintah
yang telah di tetapkan adalah 300 Lux sehingga data yang kami peroleh
sebagai berikut: Hasil rerata pada 25 titik pencahayaan umum yaitu 427,72
lux. Sehingga intensitas pencahayaan umum dapat di katakan memenuhi
syarat standar pencahayaan.
2. Pencahayaan Lokal
Standar pencahayaan ruangan berdasarkan peraturan pemerintah
yang telah di tetapkan adalah 300 Lux sehingga data yang kami peroleh
sebagai berikut: hasil pengukuran rerata pada 4 titik pencahayaan lokal
yaitu 595 lux. Sehingga intensitas pencahayaan lokal dapat dikatakan
memenuhi syarat standar pencahayaan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak saja sangat penting dalam
meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi
jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas
keberlanjutan produktifitas kerja.
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan
merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Alat Ukur pencahayaan Lux meter adalah sebuah alat pengukuran
intensitas cahaya yang dinyatakan dalam satuan Lux. Lux adalah satuan
intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen.
Prinsip kerja alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila kena cahaya
menghasilkan arus listrik yang dapat dilihat pada display Lux meter.
Berdasarkan Peraturan pemerintah yang telah di tetapkan mengeai Nilai
Ambang Batas pencahayaan yaitu 300 lux,di dapatkan hasil pengukuran
intensitas pencahayaan umum yaitu 427,72 sehingga nilai tersebut memenuhi
nilai ambang batas pencahayaan pada regulasi di atas. Sedangkan hasil
pengukuran intensitas pencahayaan lokal yaitu 595 lux juga telah memenuhi
Nilai Ambang Batas pencahayaan. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa pencahayaan lokal dan pencahayaan umum
baik untuk kesehatan dan kenyamanan mata pekerja ataupun orang yang berada
pada ruangan tersebut. sehingga pencahayaan lokal tersebut dapat di katakan
tidak baik untuk kesehatan dan keselamatan kerja orang yang bekerja pada
bidang tersebut.

19
20

B. Saran
1. Bagi praktikan, kedepannya dalam melakukan percobaan harus teliti dan
efisien dalam mengamati waktu dan hasil pengukuran intensitas cahaya
yang terjadi.
2. Instrumen yang digunakan praktikan kurang memadai sehingga akurasi
dalam proses penelitian dapat terganggu, diharapkan adanya pemenuhan
fasilitas penelitian bagi lembaga terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Insani, Y. dan Nurmulia W.N. 2018. Hubungan Jarak Mata Dan Intensitas
Pencahayaan Terhadap Computer Vision Syndrome. Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS.Dr.Soetomo. Vol. 4 (2):153-162

ILO. 2013. Modul 5 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Indonesian


Labour Office.

Muyassaroh, Dewi, R.K., & Anggorowati, D. 2018. Kultivasi Mikroalga Spirulina


platensis dengan Variasi Pencahayaan Menggunakan Lampu TL dan
Matahari. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)
di Yogyakarta Tanggal 15 September 2018. IST AKPRIND, Yogyakarta,
pp. 381 – 386.

Naimah, K. 2021. Analisa konsumsi energi dan sistem pencahayaan gedung c


institut teknologi sumatera. Journal of Energy and Electrical Engineering,
2 (2).

Pratiwi, Arum Dian. 2020. Panduan Praktikum Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3). Kendari.

21
LAMPIRAN

A. Dokumentasi pengukuran pencahayaan umum

PU 1 PU 2 PU 3-5 PU 6-8

PU 9-11 PU 12-15 PU 16 PU 17

PU 18 PU 19 PU 20 PU 21

PU 22-23 PU 24-25

Pengukuran intensitas pencahayaan umum di 25 titik sampling.

22
23

B. Dokumentasi pengukuran pencahayaaan lokal

PU 1 PU 2

PU 4 PU 4
Pengukuran intensitas pencahayaan lokal pada 4 titik sampling.

Anda mungkin juga menyukai