OLEH :
KELAS REGULER E 2020
KELOMPOK 1
1. AMBARWATI S. J1A120264
2. ANISA RINADIAN SIREGAR J1A120270
3. ANUGERAH FEBRYAN ALGHI J1A120274
4. ASRI WAHYUNI J1A120277
5. AVILIA MALANI J1A120280
6. DEBI MUTIARA CAHYANI J1A120285
7. DEWI KUMALA SARI J1A120289
8. DINDA J1A120290
9. FADHILAH HAMIATUL UMMAH J1A120293
10. FATMAZUNA BAMBANG J1A120296
11. IKA ADITIYA J1A120303
12. IRAWAN ANGKASA PUTRA J1A120305
13. LEONEFRI BU’TU SIRAPPA J1A120312
14. LISMA J1A120316
15. MELINDA RAHMADANI J1A120319
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah praktikum dasar kesehatan masyarakat, praktikum kesehatan
lingkungan.
Terlebih dahulu kami mengucapkan Terima kepada ibu dosen pengampuh
dan kakak – kakak asisten dosen yang telah membimbing kami dalam jalannya
praktikum. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar dapat lebih baik lagi ke depannya.
Semoga laporan praktikum bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
A. Alat ............................................................................................................. 12
B. Bahan.......................................................................................................... 15
C. Cara kerja ................................................................................................... 16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 17
A. Hasil ........................................................................................................... 17
B. Pembahasan ................................................................................................ 22
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22
LAMPIRAN ......................................................................................................... 23
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mikroskop ....................................................................................................... 12
Gambar 2. Lup .................................................................................................................. 12
Gambar 3. Object Glass .................................................................................................... 13
Gambar 4. Fiber glass....................................................................................................... 13
Gambar 5. Pipet tetes ....................................................................................................... 14
Gambar 6. Pipet Plastic .................................................................................................... 14
Gambar 7. Cawan Petri ..................................................................................................... 14
Gambar 8. Wadah Larva ................................................................................................... 15
Gambar 9. Tisu.................................................................................................................. 15
Gambar 10. Jentik Nyamuk .............................................................................................. 16
Gambar 11. Alkohol.......................................................................................................... 16
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Vektor (Nyamuk)
Penyakit menular berbasis vektor adalah salah satu masalah kesehatan
yang sering dijumpai di sebagian kabupaten/kota di Indonesia. Tidak jarang
penyakit menular berbasis vektor dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) hingga angka kematian yang cukup tinggi. Indonesia merupakan
negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban dan curah hujan yang
relatif tinggi sehingga berpotensi untuk meningkatkan populasi vektor.
Nyamuk merupakan serangga vektor utama penyebab berbagai penyakit
tropis penting di Indonesia seperti malaria, DBD, chikungunya, filariasis
limfatik dan Japanese encephalitis (Sianipar et al., 2018).
Menurut Harbach (2007), klasifikasi nyamuk dalam Famili Culicidae
dibagi menjadi dua subfamili yaitu Anophelinae yang terdiri dari 3 genus
dan Culicinae yang terdiri dari 41 genus. Famili Culicidae termasuk
kelompok nyamuk yang banyak ditemukan pada daerah beriklim tropis di
seluruh dunia karena keanekaragamannya yang berlimpah. Jenis nyamuk
yang sudah diketahui hingga saat ini yaitu mencapai 3.490 jenis. Genus-
genus nyamuk yang dapat berkembang dengan baik di hutan tropis, salah
satunya Indonesia dan termasuk dalam genus terbesar serta berperan sebagai
vektor penyakit yaitu Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, Caquillettidia,
dan Culiseta (Nurmaladewi, 2022).
Morfologi Serangga terbang ini memiliki tubuh yang relatif kecil dan
lunak, antena pendek, panjang tubuh 3-6 mm, bentuk tubuh langsing,
tungkai panjang, dengan berat tubuh 2-2,5 mg. Serangga terbang ini
memiliki tipe alat mulut penusuk penghisap. Larva bersifat akuatik dan
mempunyai siphon atau tabung pernafasan atau sepasang spirakel di ujung
abdomen, tubuh larva seringkali tertutup oleh rambut rambut keras yang
1
2
panjang dan pupa berbentuk oval dengan ujung abdomen seperti ekor.
Ukuran telur memiliki panjang 0,5-0,8 mm (Nurmaladewi, 2022).
2. Siklus Hidup Nyamuk
a. Telur
Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air
satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur Anopheles
mempunyai alat pengapung. Nyamuk Culex akan meletakkan telur di
atas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit
sehingga mampu mengapung. Nyamuk Aedes meletak telur dan
menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada
permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air
dan tempatnya. Sedangkan nyamuk Mansonia meletakkan telurnya
menempel telurnya menempel pada tumbuh - tumbuhan air, dan
diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bunga. Stadium
telur ini memakan waktu 12 hari. (Nurmaladewi, 2022)
b. Larva/Jentik
Ada berbagai jenis nyamuk beserta larva yang berbeda-beda,
antara lain. (Nurmaladewi, 2022)
1) Larva Aedes sp.
Larva nyamuk memerlukan air untuk kehidupannya, larva
tumbuh melalui 4 tahap instar dan pergantian tiap instar didahului
oleh proses pengelupasan kulit (ecdysis). Larva instar IV hidup lebih
lama dibandingkan instar I, II dan III karena pada instar IV terjadi
pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta
persiapan pertumbuhan pupa. Pengelupasan kulit yang terjadi pada
instar IV merupakan awal terjadinya metamorfosa menjadi bentuk
pupa. (Nurmaladewi, 2022)
Larva Aedes sp mempunyai siphon (trompet) pada segmen
abdomen VIII, ujung siphon tanpa katup penembus, sewaktu
istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Siphon dengan
satu berkas rambut pektin. Pada Ae. aegypti memiliki sisir (comb
3
scale) pada siphon terdapat pada segmen VIII dengan duri samping
(lateral spine dan median spine) sementara Ae. albopictus yang
membedakan dari Ae. aegypti adalah sisir (pecten tooth) pada siphon
terdapat pada segmen VIII tanpa duri samping (basal denticale).
Larva dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-
8 hari dan berubah menjadi pupa. (Nurmaladewi, 2022)
Pada fase larva memiliki ciri-ciri yaitu larva kecil yang
menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0-1 cm.
Larva nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan
dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air (bergantung dengan membentuk posisi
vertikal dengan permukaan air). Biasanya berada di sekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari larva itu akan
berkembang/berubah menjadi kepompong. Larva nyamuk Aedes
aegypti banyak ditemukan di penampungan air bersih seperti bak
mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Pada fase
kepompong atau pupa memiliki ciri-ciri yaitu bentuk seperti koma,
gerakannya lamban, sering berada dipermukaan air. Setelah 1-2 hari
akan menjadi nyamuk baru. (Nurmaladewi, 2022)
2) Larva Culex sp.
Larva nyamuk memerlukan air untuk kehidupannya, larva
tumbuh melalui 4 tahap instar dan pergantian tiap instar di dahului
oleh proses pengelupasan kulit (ecdysis). Larva instar IV hidup lebih
lama dibandingkan instar I, II dan III karena pada instar IV terjadi
pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta
persiapan pertumbuhan pupa. Pengelupasan kulit yang terjadi pada
instar IV merupakan awal terjadinya metamorfosa menjadi bentuk
pupa. Identifikasi untuk larva/jentik, bagian utama yang diamati
adalah pada siphon/corong udara langsing dan kecil yang terdapat
4
B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Identifikasi Larva Nyamuk ini adalah praktikan
mampu mengidentifikasi larva nyamuk dengan metode visual.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Mikroskop
Miskroskop digunakan untuk mengamati benda yang sangat kecil dan
benda yang tidak tampak oleh indra penglihatan secara langsung.
Gambar 1. Mikroskop
2. Lup
Lup digunakan untuk melihat benda-benda yang berukuran kecil atau
komponen-komponen kecil sehingga tampak besar.
Gambar 2. Lup
12
13
3. Object Glass
Object glass berfungsi guna menjadi tempat obyek yang akan diamati
sehingga obyek akan lebih jelas ketika diamati.
8. Wadah Larva
Wadah larva ini digunakan sebagai tempat penyimpanan larva.
Gambar 9. Tisu
B. Bahan
1. Jentik Nyamuk
Jentik nyamuk merupakan sampel yang di gunakan dalam praktikum
ini untuk mengetahui jenis larva nyamuk.
16
C. Cara kerja
1. Pindahkan air sampel yang mengandung larva nyamuk ke dalam cawan
petri, usahakan air sampel tidak terlalu banyak.
2. Ambil alcohol menggunakan pipet tetes, kemudian teteskan sebanyak 35
tetes kedalam cawan petri, diamkan 2 menit sampai larvanya mati.
3. Pindahkan larva yang sudah mati menggunakan pipet plastik kedalam gelas
objek, tambahkan setetes air, kemudian ditutup menggunakan fiberglass.
4. Letakan gelas obyek di tempat yang telah tersedia pada mikroskop,
kemudian atur cahaya dengan pembesaran 4 x 10.
5. Amati dan identifikasi larva.
6. Buat gambar larva nyamuk yang diamati.
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan terhadap 20 sampel larva nyamuk
yang telah diamati menggunakan mikroskop didapatkan hasil sebagai berikut:
2. Sampel 2 Anopheles
3. Sampel 3 Culex
18
5. Sampel 5 Anopheles
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi larva nyamuk yang
dilaksanakan pada hari sabtu, 2 Juli 2022 di dalam ruangan laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, didapatkan hasil yaitu
dari 20 sampel yang di identifikasi didapatkan 3 jenis larva nyamuk yaitu aedes
aegypti sp, culex sp, dan Anopheles sp dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Larva Aedes aegypti sp.
Larva nyamuk Aedes aegypti sp letak badan megapung pada
permukaan air dengan membentuk sudut, morfologinya memiliki sifon
pendek, bulu siphon lebih dari satu pasang, pelana tidak menutupi segmen
anal. Larva Aedes aegypti sp mempunyai siphon (trompet) pada segmen
abdomen VIII, ujung sifon tanpa katup penembus, sewaktu istirahat
membentuk sudut dengan permukaan air. Siphon dengan satu berkas rambut
pektin. Pada Ae. aegypty memiliki sisir (comb scale) pada siphon terdapat
23
pada segmen VIII dengan duri samping (lateral spine dan median spine)
sementara Ae. albopictus yang membedakan dari Ae. aegypti adalah sisir
(pecten tooth) pada siphon terdapat pada segmen VIII tanpa duri samping
(basal denticale). Larva dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam
waktu 6-8 hari dan berubah menjadi pupa. (Nurmaladewi, 2022)
Pada fase larva nyamuk Aedes aegypty memiliki ciri-ciri yaitu larva
kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0-1
cm. Larva nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan
seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan
permukaan air (bergantung dengan memberntuk posisi vertikal dengan
permukaan air). (Nurmaladewi, 2022)
2. Larva Culex sp
Larva nyamuk Culex sp letak badan mengapung pada permukaan air
dengan membentuk sudut, morfologinya memiliki siphon yang panjang,
pelana menutup seluruh segmen awal. Larva nyamuk memerlukan air untuk
kehidupannya, larva tumbuh melalui 4 tahap instar dan pergantian tiap instar
di dahului oleh proses pengelupasan kulit (ecdysis). Larva instar IV hidup
lebih lama dibandingkan instar I, II dan III karena pada instar IV terjadi
pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta persiapan
pertumbuhan pupa. Pengelupasan kulit yang terjadi pada instar IV
merupakan awal terjadinya metamorfosa menjadi bentuk pupa. Identifikasi
untuk larva/jentik, bagian utama yang diamati adalah pada shipon/corong
udara langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir dengan
rambut siphon yang berkelompok- kelompok. Genus Culex shipon terdapat
lebih dari 1 tuf dan terdapat acus (pada pangkal shipon). (Nurmaladewi,
2022)
3. Larva Anopheles sp
Larva nyamuk Anopheles sp letaknya mengapung sejajar dengan
permukaan air, morfologinya memilikii abdomen bagian lateral ditumbuhi
24
bulu palma, tidak mempunyai siphon atau pendek sekali, bagian posterior
terdapat lubang pernapasan (spirakel) dan tergal plate ditelinga dorsal.
Larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan (siphon) dan untuk
posisi badan mereka sejajar dipermukaan air, karena larva Anopheles
bernafas dengan lubang angin pada perut. Mereka hanya menyelam
dibawah permukaan air ketika terganggu. (Nurmaladewi, 2022)
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi larva nyamuk yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juli 2022 di dalam ruangan laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo didapatkan hasil yaitu
dari 20 sampel yang diidentifikasi didapatkan 3 jenis larva nyamuk yaitu aedes
aegypti sp, culex sp, dan Anopheles sp.
Larva nyamuk Aedes sp letak badan mengapung pada permukaan air
dengan membentuk sudut, morfologinya memiliki siphon pendek, bulu siphon
lebih dari satu pasang, pelana tidak menutupi segmen anal. Larva nyamuk Culex
sp letak badan mengapung pada permukaan air dengan membentuk sudut,
morfologinya memiliki siphon yang panjang, pelana menutup seluruh segmen
awal. Larva nyamuk Anopheles sp letaknya mengapung sejajar dengan
permukaan air, morfologinya memilikii abdomen bagian lateral ditumbuhi bulu
palma, tidak mempunyai siphon atau pendek sekali, bagian posterior terdapat
lubang pernapasan (spirakel) dan tergal plate ditelinga dorsal.
B. Saran
Setelah laporan ini tersusun diharapkan para pembaca dan pelaku
kesehatan dapat meningkatkan wawasan serta edukasinya, serta dengan
membaca laporan ini sehingga dapat mempermudah dalam penyusunan detail
program identifikasi larva nyamuk dengan baik. Dengan demikian diharapkan
jumlah penyebaran larva nyamuk pada masyarakat berkurang dan dapat
meningkatkan kesadarannya dengan menerapkan PHBS dengan baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
23
24