Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI LARVA NYAMUK

OLEH :
KELAS REGULER E 2020
KELOMPOK 1

1. AMBARWATI S. J1A120264
2. ANISA RINADIAN SIREGAR J1A120270
3. ANUGERAH FEBRYAN ALGHI J1A120274
4. ASRI WAHYUNI J1A120277
5. AVILIA MALANI J1A120280
6. DEBI MUTIARA CAHYANI J1A120285
7. DEWI KUMALA SARI J1A120289
8. DINDA J1A120290
9. FADHILAH HAMIATUL UMMAH J1A120293
10. FATMAZUNA BAMBANG J1A120296
11. IKA ADITIYA J1A120303
12. IRAWAN ANGKASA PUTRA J1A120305
13. LEONEFRI BU’TU SIRAPPA J1A120312
14. LISMA J1A120316
15. MELINDA RAHMADANI J1A120319

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah praktikum dasar kesehatan masyarakat, praktikum kesehatan
lingkungan.
Terlebih dahulu kami mengucapkan Terima kepada ibu dosen pengampuh
dan kakak – kakak asisten dosen yang telah membimbing kami dalam jalannya
praktikum. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar dapat lebih baik lagi ke depannya.
Semoga laporan praktikum bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kendari, 6 Juli 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Dasar Teori ................................................................................................... 1


B. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 6
BAB II ALAT DAN BAHAN ............................................................................ 12

A. Alat ............................................................................................................. 12
B. Bahan.......................................................................................................... 15
C. Cara kerja ................................................................................................... 16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 17

A. Hasil ........................................................................................................... 17
B. Pembahasan ................................................................................................ 22
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 22

A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

LAMPIRAN ......................................................................................................... 23

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mikroskop ....................................................................................................... 12
Gambar 2. Lup .................................................................................................................. 12
Gambar 3. Object Glass .................................................................................................... 13
Gambar 4. Fiber glass....................................................................................................... 13
Gambar 5. Pipet tetes ....................................................................................................... 14
Gambar 6. Pipet Plastic .................................................................................................... 14
Gambar 7. Cawan Petri ..................................................................................................... 14
Gambar 8. Wadah Larva ................................................................................................... 15
Gambar 9. Tisu.................................................................................................................. 15
Gambar 10. Jentik Nyamuk .............................................................................................. 16
Gambar 11. Alkohol.......................................................................................................... 16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Larva Nyamuk Dengan Menggunakan Mikroskop .............. 17

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penangkapan Jentik Nyamuk............................................................ 23


Lampiran 2. Pengambilan Air Sampel .................................................................. 23
Lampiran 3. Pemindahan Air Sampel ke Cawan Petri .......................................... 23
Lampiran 4. Penambahan Kloroform Ke Cawan Petri ......................................... 24
Lampiran 5. Pemindahan Larva ke Gelas Objek .................................................. 24
Lampiran 6. Pengamatan dan Pegidentifikasian Larva ......................................... 24

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
1. Vektor (Nyamuk)
Penyakit menular berbasis vektor adalah salah satu masalah kesehatan
yang sering dijumpai di sebagian kabupaten/kota di Indonesia. Tidak jarang
penyakit menular berbasis vektor dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) hingga angka kematian yang cukup tinggi. Indonesia merupakan
negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban dan curah hujan yang
relatif tinggi sehingga berpotensi untuk meningkatkan populasi vektor.
Nyamuk merupakan serangga vektor utama penyebab berbagai penyakit
tropis penting di Indonesia seperti malaria, DBD, chikungunya, filariasis
limfatik dan Japanese encephalitis (Sianipar et al., 2018).
Menurut Harbach (2007), klasifikasi nyamuk dalam Famili Culicidae
dibagi menjadi dua subfamili yaitu Anophelinae yang terdiri dari 3 genus
dan Culicinae yang terdiri dari 41 genus. Famili Culicidae termasuk
kelompok nyamuk yang banyak ditemukan pada daerah beriklim tropis di
seluruh dunia karena keanekaragamannya yang berlimpah. Jenis nyamuk
yang sudah diketahui hingga saat ini yaitu mencapai 3.490 jenis. Genus-
genus nyamuk yang dapat berkembang dengan baik di hutan tropis, salah
satunya Indonesia dan termasuk dalam genus terbesar serta berperan sebagai
vektor penyakit yaitu Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, Caquillettidia,
dan Culiseta (Nurmaladewi, 2022).
Morfologi Serangga terbang ini memiliki tubuh yang relatif kecil dan
lunak, antena pendek, panjang tubuh 3-6 mm, bentuk tubuh langsing,
tungkai panjang, dengan berat tubuh 2-2,5 mg. Serangga terbang ini
memiliki tipe alat mulut penusuk penghisap. Larva bersifat akuatik dan
mempunyai siphon atau tabung pernafasan atau sepasang spirakel di ujung
abdomen, tubuh larva seringkali tertutup oleh rambut rambut keras yang

1
2

panjang dan pupa berbentuk oval dengan ujung abdomen seperti ekor.
Ukuran telur memiliki panjang 0,5-0,8 mm (Nurmaladewi, 2022).
2. Siklus Hidup Nyamuk
a. Telur
Nyamuk Anopheles akan meletakkan telurnya di permukaan air
satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur Anopheles
mempunyai alat pengapung. Nyamuk Culex akan meletakkan telur di
atas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit
sehingga mampu mengapung. Nyamuk Aedes meletak telur dan
menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada
permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas permukaan air
dan tempatnya. Sedangkan nyamuk Mansonia meletakkan telurnya
menempel telurnya menempel pada tumbuh - tumbuhan air, dan
diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bunga. Stadium
telur ini memakan waktu 12 hari. (Nurmaladewi, 2022)
b. Larva/Jentik
Ada berbagai jenis nyamuk beserta larva yang berbeda-beda,
antara lain. (Nurmaladewi, 2022)
1) Larva Aedes sp.
Larva nyamuk memerlukan air untuk kehidupannya, larva
tumbuh melalui 4 tahap instar dan pergantian tiap instar didahului
oleh proses pengelupasan kulit (ecdysis). Larva instar IV hidup lebih
lama dibandingkan instar I, II dan III karena pada instar IV terjadi
pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta
persiapan pertumbuhan pupa. Pengelupasan kulit yang terjadi pada
instar IV merupakan awal terjadinya metamorfosa menjadi bentuk
pupa. (Nurmaladewi, 2022)
Larva Aedes sp mempunyai siphon (trompet) pada segmen
abdomen VIII, ujung siphon tanpa katup penembus, sewaktu
istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Siphon dengan
satu berkas rambut pektin. Pada Ae. aegypti memiliki sisir (comb
3

scale) pada siphon terdapat pada segmen VIII dengan duri samping
(lateral spine dan median spine) sementara Ae. albopictus yang
membedakan dari Ae. aegypti adalah sisir (pecten tooth) pada siphon
terdapat pada segmen VIII tanpa duri samping (basal denticale).
Larva dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-
8 hari dan berubah menjadi pupa. (Nurmaladewi, 2022)
Pada fase larva memiliki ciri-ciri yaitu larva kecil yang
menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0-1 cm.
Larva nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan
dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus
dengan permukaan air (bergantung dengan membentuk posisi
vertikal dengan permukaan air). Biasanya berada di sekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari larva itu akan
berkembang/berubah menjadi kepompong. Larva nyamuk Aedes
aegypti banyak ditemukan di penampungan air bersih seperti bak
mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Pada fase
kepompong atau pupa memiliki ciri-ciri yaitu bentuk seperti koma,
gerakannya lamban, sering berada dipermukaan air. Setelah 1-2 hari
akan menjadi nyamuk baru. (Nurmaladewi, 2022)
2) Larva Culex sp.
Larva nyamuk memerlukan air untuk kehidupannya, larva
tumbuh melalui 4 tahap instar dan pergantian tiap instar di dahului
oleh proses pengelupasan kulit (ecdysis). Larva instar IV hidup lebih
lama dibandingkan instar I, II dan III karena pada instar IV terjadi
pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta
persiapan pertumbuhan pupa. Pengelupasan kulit yang terjadi pada
instar IV merupakan awal terjadinya metamorfosa menjadi bentuk
pupa. Identifikasi untuk larva/jentik, bagian utama yang diamati
adalah pada siphon/corong udara langsing dan kecil yang terdapat
4

pada abdomen terakhir dengan rambut siphon yang berkelompok-


kelompok. Genus Culex shipon terdapat lebih dari 1 tuf dan terdapat
acus (pada pangkal siphon). (Nurmaladewi, 2022)
3) Larva Anopheles sp.
Larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan
(siphon) dan untuk posisi badan mereka sejajar dipermukaan air,
karena larva Anopheles bernafas dengan lubang angin pada perut.
Mereka hanya menyelam dibawah permukaan air ketika terganggu.
Larva memerlukan makan pada alga, bakteri dan mikroorganisme
lainnya dipermukaan air. Ada 4 tahapan dalam perkembangbiakan
larva atau disebut instar. Pada akhir masa setiap instar, larva akan
berganti kulit, melepaskan kerangka luar atau kulitnya, agar dapat
tumbuh lebih leluasa. Panjang instar-1 adalah sekitar 1 mm,
sedangkan instar ke-4 panjang badannya sekitar 5-8 mm. Sesudah
instar ke-4 berakhir, larva akan mengalami metamorfosis dan
berubah bentuk menjadi kepompong atau pupa. Tahapan dari instar
1 sampai instar 4 berlangsung selama waktu antara 8 dan 12 hari.
(Nurmaladewi, 2022)
Larva memiliki 9 segmen, segmen pertama sampai segmen ke
tujuh terdapat bulu kipas (palmate hairs) dan pada segmen pertama
hingga segmen kedelapan juga terdapat tergal plate berbentuk oval.
Stadium larva Anopheles yang di tempat perindukan tampak
mengapung sejajar dengan permukaan air dan spirakelnya selalu
kontak dengan udara luar. Sekali-sekali larva Anopheles
mengadakan gerakan-gerakan turun ke dalam/bawah untuk
menghindari predator/musuh alaminya atau karena adanya
rangsangan di permukaan seperti gerakan-gerakan dan lain-lain.
Perkembangan hidup larva nyamuk memerlukan kondisi lingkungan
yang mengandung makanan antara lain mikroorganisme terutama
bakteri, ragi dan protozoa yang cukup kecil sehingga dapat dengan
mudah masuk mulutnya. (Nurmaladewi, 2022)
5

4) Larva Mansonia sp.


Mansonia merupakan vektor utama penyakit filariasis di
Provinsi Jambi selain Anopheles, Aedes, Culex dan Armigeres yang
menjadi vektor potensial. Mansonia merupakan genus nyamuk yang
pada umumnya memiliki habitat di air tergenang atau pada rawa-
rawa terbuka yang banyak ditumbuhi tanaman air. Larva/jentik
memiliki kait (saw) untuk mengambil/mendapatkan oksigen dari
jaringan tanaman tersebut. Panjang tubuh larva dewasa (instar IV)
antara 9-10 mm dengan warna larva coklat tua sampai hitam.
(Nurmaladewi 2022)
Larva Ma. Uniformis dapat juga hidup terbenam dalam suat
massa ikatan sebagai sampah disekitar sistem perakaran tumbuhan
air dan memakan segala macam partikel organik yang ada
disekitarnya. (Nurmaladewi , 2022)
c. Pupa (Kepompong)
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di
dalam air, pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong
memakan waktu lebih kurang 12 hari. (Nurmaladewi, 2022)
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk
jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk
betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang,
sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina
keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum
mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin.
Nyamuk betina membutuhkan darah untuk proses reproduksi seperti
pembentukan telur, sedangkan nyamuk jantan senang tetap tinggal
didaerah dekat perindukannya, atau di tumbuh-tumbuhan. Nyamuk
memiliki jarak terbang yang berbeda-beda tergantung jenis spesiesnya.
Misalnya nyamuk Anopheles bisa mencapai jarak terbang hingga 3 km.
6

Selain itu, hal tersebut dipengaruhi oleh kelembaban udara. Penyebaran


dari nyamuk itu sendiri bisa bersifat aktif maupun pasif. Nyamuk juga
memiliki waktu yang spesifik dalam mencari mangsa. Misalnya nyamuk
Anopheles, Culex dan Mansonia menyukai senja hingga fajar dalam
mencari mangsanya, sedangkan nyamuk Aedes aegypti mencari mangsa
di siang hari. (Nurmaladewi, 2022)

B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Identifikasi Larva Nyamuk ini adalah praktikan
mampu mengidentifikasi larva nyamuk dengan metode visual.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Mikroskop
Miskroskop digunakan untuk mengamati benda yang sangat kecil dan
benda yang tidak tampak oleh indra penglihatan secara langsung.

Gambar 1. Mikroskop
2. Lup
Lup digunakan untuk melihat benda-benda yang berukuran kecil atau
komponen-komponen kecil sehingga tampak besar.

Gambar 2. Lup

12
13

3. Object Glass
Object glass berfungsi guna menjadi tempat obyek yang akan diamati
sehingga obyek akan lebih jelas ketika diamati.

Gambar 3. Object Glass


4. Fiberglass
Fiberglass digunakan untuk menutup larva yang sudah mati.

Gambar 4. Fiber glass


5. Pipet tetes
Fungsi pipet tetes sebagai saluran tunggal yang biasa digunakan di
laboratorium biologi dan kimia untuk memindahkan cairan dengan volume
kecil, dan merupakan alat ukur untuk memindahkan cairan dari wadah
aslinya ke wadah lain dalam jarak tertentu.
14

Gambar 5. Pipet tetes


6. Pipet Plastik
Pipet plastik ini digunakan sebagai alat untuk memindahkan obyek
kedalam wadah.

Gambar 6. Pipet Plastic


7. Cawan Petri
Cawan petri ini digunakan sebagai wadah penyimpanan objek.

Gambar 7. Cawan Petri


15

8. Wadah Larva
Wadah larva ini digunakan sebagai tempat penyimpanan larva.

Gambar 8. Wadah Larva


9. Tissue
Tissue digunakan untuk melap alat yang sudah di cuci.

Gambar 9. Tisu

B. Bahan
1. Jentik Nyamuk
Jentik nyamuk merupakan sampel yang di gunakan dalam praktikum
ini untuk mengetahui jenis larva nyamuk.
16

Gambar 10. Jentik Nyamuk


2. Alcohol
Alcohol merupakan sebagai pengganti clorofrom untuk membius
larva nyamuk.

Gambar 11. Alcohol

C. Cara kerja
1. Pindahkan air sampel yang mengandung larva nyamuk ke dalam cawan
petri, usahakan air sampel tidak terlalu banyak.
2. Ambil alcohol menggunakan pipet tetes, kemudian teteskan sebanyak 35
tetes kedalam cawan petri, diamkan 2 menit sampai larvanya mati.
3. Pindahkan larva yang sudah mati menggunakan pipet plastik kedalam gelas
objek, tambahkan setetes air, kemudian ditutup menggunakan fiberglass.
4. Letakan gelas obyek di tempat yang telah tersedia pada mikroskop,
kemudian atur cahaya dengan pembesaran 4 x 10.
5. Amati dan identifikasi larva.
6. Buat gambar larva nyamuk yang diamati.
17

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan terhadap 20 sampel larva nyamuk
yang telah diamati menggunakan mikroskop didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Larva Nyamuk Dengan Menggunakan Mikroskop

No Kode sampel Hasil Pengamatan Keterangan Jenis


Larva
1. Sampel 1 Culex

2. Sampel 2 Anopheles

3. Sampel 3 Culex
18

4. Sampel 4 Aedes aegypti

5. Sampel 5 Anopheles

6. Sampel 6 Aedes aegypti

7. Sampel 7 Aedes aegypti


19

8. Sampel 8 Aedes aegypti

9. Sampel 9 Aedes aegypti

10. Sampel 10 Culex

11. Sampel 11 Anopheles


20

12. Sampel 12 Aedes aegypti

13. Sampel 13 Aedes aegypti

14. Sampel 14 Anopheles


21

15. Sampel 15 Aedes aegypti

16. Sampel 16 Culex

17. Sampel 17 Culex

18. Sampel 18 Culex


22

19. Sampel 19 Culex

20. Sampel 20 Aedes aegypti

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi larva nyamuk yang
dilaksanakan pada hari sabtu, 2 Juli 2022 di dalam ruangan laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, didapatkan hasil yaitu
dari 20 sampel yang di identifikasi didapatkan 3 jenis larva nyamuk yaitu aedes
aegypti sp, culex sp, dan Anopheles sp dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Larva Aedes aegypti sp.
Larva nyamuk Aedes aegypti sp letak badan megapung pada
permukaan air dengan membentuk sudut, morfologinya memiliki sifon
pendek, bulu siphon lebih dari satu pasang, pelana tidak menutupi segmen
anal. Larva Aedes aegypti sp mempunyai siphon (trompet) pada segmen
abdomen VIII, ujung sifon tanpa katup penembus, sewaktu istirahat
membentuk sudut dengan permukaan air. Siphon dengan satu berkas rambut
pektin. Pada Ae. aegypty memiliki sisir (comb scale) pada siphon terdapat
23

pada segmen VIII dengan duri samping (lateral spine dan median spine)
sementara Ae. albopictus yang membedakan dari Ae. aegypti adalah sisir
(pecten tooth) pada siphon terdapat pada segmen VIII tanpa duri samping
(basal denticale). Larva dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam
waktu 6-8 hari dan berubah menjadi pupa. (Nurmaladewi, 2022)
Pada fase larva nyamuk Aedes aegypty memiliki ciri-ciri yaitu larva
kecil yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjangnya 0-1
cm. Larva nyamuk Aedes aegypti selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan
seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan
permukaan air (bergantung dengan memberntuk posisi vertikal dengan
permukaan air). (Nurmaladewi, 2022)
2. Larva Culex sp
Larva nyamuk Culex sp letak badan mengapung pada permukaan air
dengan membentuk sudut, morfologinya memiliki siphon yang panjang,
pelana menutup seluruh segmen awal. Larva nyamuk memerlukan air untuk
kehidupannya, larva tumbuh melalui 4 tahap instar dan pergantian tiap instar
di dahului oleh proses pengelupasan kulit (ecdysis). Larva instar IV hidup
lebih lama dibandingkan instar I, II dan III karena pada instar IV terjadi
pertumbuhan beberapa calon organ untuk nyamuk dewasa serta persiapan
pertumbuhan pupa. Pengelupasan kulit yang terjadi pada instar IV
merupakan awal terjadinya metamorfosa menjadi bentuk pupa. Identifikasi
untuk larva/jentik, bagian utama yang diamati adalah pada shipon/corong
udara langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir dengan
rambut siphon yang berkelompok- kelompok. Genus Culex shipon terdapat
lebih dari 1 tuf dan terdapat acus (pada pangkal shipon). (Nurmaladewi,
2022)
3. Larva Anopheles sp
Larva nyamuk Anopheles sp letaknya mengapung sejajar dengan
permukaan air, morfologinya memilikii abdomen bagian lateral ditumbuhi
24

bulu palma, tidak mempunyai siphon atau pendek sekali, bagian posterior
terdapat lubang pernapasan (spirakel) dan tergal plate ditelinga dorsal.
Larva Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan (siphon) dan untuk
posisi badan mereka sejajar dipermukaan air, karena larva Anopheles
bernafas dengan lubang angin pada perut. Mereka hanya menyelam
dibawah permukaan air ketika terganggu. (Nurmaladewi, 2022)
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi larva nyamuk yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juli 2022 di dalam ruangan laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo didapatkan hasil yaitu
dari 20 sampel yang diidentifikasi didapatkan 3 jenis larva nyamuk yaitu aedes
aegypti sp, culex sp, dan Anopheles sp.
Larva nyamuk Aedes sp letak badan mengapung pada permukaan air
dengan membentuk sudut, morfologinya memiliki siphon pendek, bulu siphon
lebih dari satu pasang, pelana tidak menutupi segmen anal. Larva nyamuk Culex
sp letak badan mengapung pada permukaan air dengan membentuk sudut,
morfologinya memiliki siphon yang panjang, pelana menutup seluruh segmen
awal. Larva nyamuk Anopheles sp letaknya mengapung sejajar dengan
permukaan air, morfologinya memilikii abdomen bagian lateral ditumbuhi bulu
palma, tidak mempunyai siphon atau pendek sekali, bagian posterior terdapat
lubang pernapasan (spirakel) dan tergal plate ditelinga dorsal.
B. Saran
Setelah laporan ini tersusun diharapkan para pembaca dan pelaku
kesehatan dapat meningkatkan wawasan serta edukasinya, serta dengan
membaca laporan ini sehingga dapat mempermudah dalam penyusunan detail
program identifikasi larva nyamuk dengan baik. Dengan demikian diharapkan
jumlah penyebaran larva nyamuk pada masyarakat berkurang dan dapat
meningkatkan kesadarannya dengan menerapkan PHBS dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nurmaladewi. (2022). Panduan Praktikum Kesehatan Lingkungan. Kendari:


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
Sianipar, M. Y., Anwar, C., & Handayani, D. (2018). Identifikasi larva nyamuk di
tempat penampungan air serta pengetahuan, sikap dan tindakan petugas
kebersihan tentang perkembangbiakan nyamuk di taman wisata sejarah bukit
siguntang palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 5(2), 78–88.

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penangkapan Jentik Nyamuk

Lampiran 2. Pengambilan Air Sampel

Lampiran 3. Pemindahan Air Sampel ke Cawan Petri

23
24

Lampiran 4. Penambahan Kloroform Ke Cawan Petri

Lampiran 5. Pemindahan Larva ke Gelas Objek

Lampiran 6. Pengamatan dan Pegidentifikasian Larva

Anda mungkin juga menyukai