Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TETANUS

Disusun Oleh :
1. SALMA SALSABILAH
2. YEYEN DESTIANA
3. TARA PUTRI PALIDA
4. FATHIYYATUSHOLIHAH
5. PUTRI DILANTI
6. SUSILAWATI
7. JELSA ENGGRAINI
8. APRILLA PRATIWI
9. CHENI ANCA SAVIRA
10. LADILA RIZKY JULIANTI
11. DHEA RUSMI
12. ELERI CAHAYA
13. LIDYA PUSPITASARI
14. MARYAMI
15. MERISA PUTRI
16. LINSA SUHARNI
17. ROSANTO
18. SELVIA YANTI
19. RAFLLIA PRINCESTI A

Dosen Pengampuh :

Ns. Feni Eka Dianti, S. Kep, M. Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA 2020/2021
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tetanus
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah dan askep ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi alam
pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Bengkulu, 1 Februari 2022


Penyusun

Kelompok 1

2
Daftar Isi

Conte

Kata Pengantar......................................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan Umum............................................................................................................................5
C. Tujuan Khusus...........................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................................................6
A. Definisi......................................................................................................................................6
B. Etiologi......................................................................................................................................6
C. Klasifikasi..................................................................................................................................6
D. Patofisologi................................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................................9
F. Penatalaksanaan.......................................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................12
A. Pengkajian...............................................................................................................................12
B. Analisis Data...........................................................................................................................12
C. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................13
D. Intervensi.................................................................................................................................13
E. Implementasi Keperawatan......................................................................................................16
F. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................................16
BAB IV...............................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum diimunisasi, orang yang
diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi lengkap tetapi tidak memperoleh imunitas
yang cukup, karena tidak melakukan booster secara berkala.Tetanus merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang terjadi diseluruh dunia. Diperkirakan angka kejadian
pertahunnya sekitar satu jutakasus dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6%
hingga 60%. Padatahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke
WHO.Berdasarkan data dari WHO, penelitian yang dilakukan oleh Stanfielddan Galazka,
dan data dari Vietnam diperkirakan insidens tetanus diseluruh dunia adalah sekitar
700.000 - 1.000.000 kasus per tahun. Selama20 tahun terakhir, insidens tetanus telah
menurun seiring dengan peningkatan cakupan imunisasi. Namun demikian, hampir semua
negaratidak memiliki kebijakan bagi orang yang telah divaksinasi yang lahirsebelum
program imunisasi diberlakukan ataupun penyediaan boosteryang diperlukan untuk
perlindungan jangka lama, serta pada orang-orangyang lupa melakukan jadwal imunisasi.
Di Amerika Serikat, tetanussudah jarang ditemukan. Tetanus neonatorum menyebabkan
50%kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angkakejadian 6-7/100
kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiranhidup di pedesaan. Sedangkan
angka kejadian tetanus pada anak di rumahsakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada
kelompok 5-9 tahun, 30%kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok >10 tahun, dan sisanya
pada bayi<12 bulan.Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar
penyebab kematian pada anak. Meskipun insidens tetanus saat ini sudah menurun, namun
kisaran tertinggi angka kematian dapat mencapai angka 60%. Selain itu, meskipun angka
terjadinya telah menurun setiap tahunnya, namun penyakit ini masih belum dapat
dimusnahkan meskipun penceghan dengan imunisasi sudah diterapkan secara luas
diseluruh dunia. Oleh karna itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
serta pencegahan tetanus guna menurunkan angka kematian penderita tetanus, khususnya
pada anak.

4
B. Tujuan Umum
Diharapkan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakittetanus yang
dapat dicegah dengan imunisasi.

C. Tujuan Khusus
1. Memahami definisi penyakit tetanus
2. Memahami etiologi penyakit tetanus
3. Mengetahui klasifikasi dari tetanus
4. Mengetahui patofisiologi dari tetanus
5. Mengetahui manifestasi klinis dari klien dengan tetanus
6. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan tetanus
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah dan memperdalam
pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus
sehingga dapat menerapkan langsung asuhan keperawatan pada klien.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksinkuman Clostridium
tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara paroksisme dan diikuti kekuatan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus ototini tampak pada otot maseter dan otot-otot rangka
(Batticaca, FransiscaB, 2008:126).
Tetanus Neonatorum adalah penyakit infeksi pada neonates yangdisebabkan oleh
spora tetanus yang masuk melalui tali pusat, karena perawatan/tindakan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan (Nugroho,2011:83).Tetanus adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan exotoksin (Suriadi, 2010:247).

B. Etiologi
Clostridium tetani merupakan basil berbentuk batang yang bersifat anaerob,
membentuk spora (tahan panas), gram positif,mengeluarkan eksotosin yang bersifat
neurotoksin (yang efeknyamengurangi aktivitas kendali SSP), patogenesis bersimbiosis
dengan mikroorganisme piogenik (pyogenic) Basil ini banyak ditemukan pada kotoran
kuda, usus kuda, dan tanah yang dipupuk kotoran kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat
pada luka dalam, luka tusuk, luka dengan jaringan mati (corpus alienum) karena
merupakan kondisi yang baik untuk proliferasi anaerob. Luka dengan infeksi piogenik
dimana bakteri piogenik mengonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana menjadi
anaerob yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca, FransiscaB, 2008).

C. Klasifikasi
Menurut Nugroho, 2011:83, terdapat klasifikasi menurut gejala :
- Stadium 1 : tanpa kejang tonik umum, trismus 3 cm
- Stadium 2 : kejang tonik umum bila dirangsang, trismus 3 cm atau lebih kecil
- Stadium 3 : kejang tonik umum spontan, trismus 1 cm

D. Patofisologi
Pada dasarnya tetanus adalah penyakit yang terjadi akibat pencemaran lingkungan
oleh bahan biologis (spora) sehingga upaya kausal menurunkan attack rate adalah dengan
cara mengubah lingkungan fisik atau biologik. Port d’entree tak selalu dapat diketahui
dengan pasti, namun diduga melalui :

6
1. Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang,luka bakar
yang luas.
2. Luka operasi, luka yang tidak dibersihkan (debridement) dengan baik.
3. Otitis media, karies gigi, luka kronik.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan puntung tali pusat dengan
kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan, dan daun-daunan merupakan
penyebab utama masuknya spora pada puntung tali pusat yang menyebabkan
terjadinya kasus tetanus neonatorum.

Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yangmasuk ke dalam
tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi anaerob),
sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini
tidak mencetuskan reaksi inflamasi.

Gejala klinis sepenuhnya disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh selvegetatif
yang sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua eksotoksin,yaitu tetanospasmin dan
tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisistetapi tidak berperan dalam penyakit
ini. Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin melepaskan
pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di otot rangka, (2) medula
spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem saraf simpatis.

Diperkirakan dosis letal minimum pada manusia sebesar 2,5nanogram per


kilogram berat badan (satu nanogram = satu milyar gram),atau 175 nanogram pada
orang dengan berat badan 70 kg.

Hipotesis bahwa toksin pada awalnya merambat dari tempat luka lewat motor end
plate dan aksis selinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan
menyebar ke susuna saraf pusat lebih bnayak dianut dari pada lewat pembuluh limfe
dan darah. Pengakutan toksin ini melalui saraf motorik, terutama serabut motorik.
Reseptor khusus pada ganglion menyebabkan fragmen C toksin tetanus menempel
erat dan kemudian melalui proses perlekatan dan intrenalisasi, toksin diangkut ke
arah sel secara ekstra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membran dan
gangguan enzim yang menyebabkan kolin – esterase tidak aktif, sehingga kadar
asetilkolin menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. Toksin menyeybakan
blokade pada simpul yang menyalurkan implus pada tonus otot, sehingga tonus otot

7
meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bil tonus makin menigkat akan
menimbulkan spasme terutama pada otot yang besar.

Dampak toksin antara lain :

1. Dampak pada ganglion prasumsum tulang belakang disebabkan karena


eksotosin memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan
koordinasi implus sehingga otot tonus menigkat dan otot menjadi kaku.
2. Dampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada gangliosida
serebri diduga menyebakan kekakuan dan spasme yang khas pada tetanus.
3. Dampak pada saraf otonom, terutama mengenai saraf simpatis dan
menimbulkan gejala keringat yang berlebihan, hipertermia, hipotensi,
hipertensi, aritmia, heart block, takikardi.

Berdasarkan suryadi (2010: 2017), menjelaskan patofisiologi tetanus sebagai


berikut:
1. Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; Luka tetusuk
paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor
dan pada bayi dapat melalui tali pusat.
2. Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu tetanus pasmin yang
merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan plasme otot, dan mempengaruih sistem syarat pusat.
kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak siknifikan.
3. Exsotoksin yang dihasilkan mencapai pada sistem sarat pusat melewati akson
neuron atau sistem paskuler. kuman ini menjadi terikat pada sel saraf atau
jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh anti toxsin spesifik.
Namun toxsin yang bebas dalam predaran darah sangat mudah dinetralkan
oleh arititoksin.
4. Hipotesa cara absorb dan cara bekerjanya toksin ; adalah pertama toksin
diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke
korno anterior susunan saraf pusat. Kedua toksin diabsorbsi oleh susunan
limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah ateri kemudian masuk ke dalam
susunan saraf pusat.
5. toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot menjadi
kejang dan mudah sekali terangsang.

8
6. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang sering
terjadi adalah 14 hari. sedangkan untuk neunates biasanya 5 sampai 14 hari.

E. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau
hingga beberapa bulan). Hal ini secara langsung berhubungan dengan jarak dari tempat
masuknya kuman C. tetani (tempatluka) ke Susunan Saraf Pusat (SSP); secara umum
semakin besar jarak antara tempat luka dengan SSP, masa inkubasi akan semakin
lama.Semakin pendek masa inkubasi, akan semakin tinggi kemungkinan terjadinya
kematian.Ada empat bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni :
1. Generalized tetanus (Tetanus umum)
Tetanus umum merupakan bentuk yang sering ditemukan. Derajat luka
bervariasi, mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang
terkontaminasi. Masa inkubasi sekitar 7-21 hari, sebagian besar tergantung dari
jarak luka dengan SSP. Penyakit ini biasanya memiliki pola yang desendens. Tanda
pertama berupa trismus/lock jaw, diikuti dengan kekakuan pada leher, kesulitan
menelan, dan spasme pada ototabdomen. Gejala utama berupa trismus terjadi
sekitar 75% kasus,seringkali ditemukan oleh dokter gigi dan dokter bedah mulut.
Gambaran klinis lainnya meliputi iritabilitas, gelisah,hiperhidrosis dan
disfagiadengan hidrofobia, hipersalivasi dan spasme otot punggung. Manifestasi
dini ini merefleksikan otot bulbar dan paraspinal, mungkin karena dipersarafi oleh
akson pendek. Spasme dapat terjadi berulang kali dan berlangsung hingga beberapa
menit. Spasme dapat berlangsung hingga 3-4 minggu. Pemulihan sempurna
memerlukan waktu hingga beberapa bulan.
2. Localized tetanus (Tetanus lokal)
Tetanus lokal terjadi pada ektremitas dengan luka yang terkontaminasi serta
memiliki derajat yang bervariasi. Bentuk ini merupakan tetanus yang tidak umum
dan memiliki prognosis yang baik.Spasme dapat terjadi hingga beberapa minggu
sebelum akhirnya menghilang secara bertahap. Tetanus lokal dapat mendahului
tetanus umum tetapi dengan derajat yang lebih ringan. Hanya sekitar 1% kasus
yang menyebabkan kematian.
3. Cephalic tetanus (Tetanus sefalik)
Tetanus sefalik umumnya terjadi setelah trauma kepala atau terjadi setelah
infeksi telinga tengah. Gejala terdiri dari disfungsi saraf kranialis motorik

9
(seringkali pada saraf fasialis). Gejala dapat berupatetanus lokal hingga tetanus
umum. Bentuk tetanus ini memiliki masa inkubasi 1-2 hari. Prognosis biasanya
buruk.
4. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum terjadi pada
negara yang belum berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian
neonatus. Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
untuk memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi sekitar
3-10 hari. Neonatus biasanyagelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut mencucu dan
spasme berat.Angka mortalitas dapat melebihi 70%.

Derajat Manifestasi klinis


I : ringan Trismus ringan – sedang ; spastisitas umum tanpa
spasme atau gangguan pernafasan ; tanpa
disfasgia atau dispagia ringan.
II : sedang Trismus sedang ; rigiditas dengan spasme ringan
sampai sednag dalam waktu singkat ; laju napas
lebih dari 30 x/menit ; disfagia ringan.
III : berat Trismus berat ; spastisitas umum ; spasmenya
lama ; laju napas > 40x/menit ; laju nadi >
120x/menit apneic spell, disfagia berat.
IV : sangat berat (derajat III + gangguan otonom termasuk
kardiovaskuler). Hipertensi berat dan takikardia
yang dapat diselang selingb dengan hipotensi
relatif dan bradikardi, dan salh satu keadaan
tersebut dapat menetap.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan tetanus ada 2 macam yaitu farmakologi dan non-
farmakologi.
1. Farmakologi
1. Antitoksin
Antitoksin 20.000 1u/ 1.M/5 hari. pemberian baru diberikan setelah dipastikan
tidak ada reaksi hipersensitivitas.

10
2. Anti kejang (antikonvulsan)
Fenobarbital (luminal) : 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikanmula-mula 60-
100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6x30 mg/hari (max.200mg/hari). Klorpromasin:
3x25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6mg/kg BB.
Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.
3. Antibiotic: penizilin procain 1juta 1u/hari atau tetrasifilin1gr/hari/1.V. Dapat
memusnahkan tetani tetapi tidakmempengaruhi proses neurologiknya.
2. Non farmakologi
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
2. Diet TKTP. Pemberian tergantung kemampuan menelan. Bilatrismus,
diberikan lewat sonde parenteral.
3. Isolasi pada ruang yang tenang, bebas dari rangsangan luar.
4. Memberikan penjelasan terkait dengan pentingnya imunisasi tetanus

11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama klien : Alasan klien datang ke rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu : Biasanya berhubungan dengan masalah
kessehatan klien sekarang ditanyakan kepada orangtua atau penanggung
jawabnya.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien : Tampak sakit ringan atau sedang atau berat.
b. Sirkulasi takikardi
c. Respirasi : Takipneu,pernafasan dangkal.
d. Aktivitas dan istirahat : malaise (kelelahan)
e. Eliminasi : Konstipasi(sembelit ) pada awal,diare kadang-kadang.
f. Distensi abdomen,nyeri tekan/nyeri lepas,kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
g. Nyeri absomen disekitar epigastrium dan umbi likus, yang meningkat berat
dan terlokasi pada titik emc burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau napas dalam. Nyeri pada kuadrat kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan / posisi duduk tegak.
h. Demam lebih dari 38 derajat celcius
i. Data psikologis klien tampak gelisah
j. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
k. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita nyeri
pada daerah prolitotomi
l. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat

B. Analisis Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS:pasien mengatakan badan panas Proses penyakit Hipertermi
DO:
 suhu tubuh diatas normal
 Kulit merah
 Takikardi

12
 Kejang
 Takipnea
2 DS:pasien mengeluh nyeri Agen pencendera Nyeri akut
DO: fisik
 Tampak meringis
 Gelisah
 Bersikap protektif (misalnya
waspada,menghindari nyeri )
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisik

D. Intervensi
NO DIAGNO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
SA DAN
KRITERIA
HASIL
1 Hipertermi Setelah Observasi :
dilakukan  Untuk
intevrensi  Identifikasi penyebab mengetahui
keperawatan hipertermi penyebab
selama 2x 24  Monitor suhu tubuh hipertemi
jam  Monitor kadar elektrolit  Mengetahui
diharapkan  Monitor haluaran urin suhu tubuh
termogulasi  Monitor komplikasi  Mengetahui
membaik akibat hipertermi kadar
dengan eletrolit
kriteria hasil : terapeutik  Mengetaui
 Kulit  Menyediakan haluaran urin
merah tempat yang  Mengetahui
menur dingin komplikasi
un  Longgarkan atau akibat
 Takikr lepaskan hipertermi
di pakaian  Memberikan
menur  Basahi dan tempat yang
un kipasi nyaman
 Takipn permukaan  Memberikan
ea tubuh sirkulasi
menur

13
un  Berikan cairan udara yang
 Suhu oral baik pada
tubuh  Ganti linen pasien
memb setiap hari atau  Menurunkan
aik lebih sering jika suhu tubuh
 Kejang mengalami pada pasien
menur hiperhidrosis  Untuk
un (keringat menambah
berlebih ) cairan tubuh
Hindari pada pasien
pemberian  Untuk
antipereutik memberikan
seperti aspirin rasa nyaman
 Berikan oksigen pada pasien
bila perlu  Membantu
edukasi pemulihan
kondisi
 Anjurkan tirah baring kesehatan
pasien
Kolaborasi  Memberikan
 Kolaborasi pemberian obat penurun
cairan dan elektrolit panas pada
intravena jika perlu pasien

2 NYERI  Tujua  OBSERVASI :  Dengan


AKUT n dan  Identifikasi lokasi mengidentifi
kriteri  Identifikasi skala nyeri kasi dapat
a  Identifikasi respon membantu
hasil: nyeri non verbal perawat
 Setela  Identifikasi faktor yang untuk
h di keyakinan tentang nyeri berfokus
lakuka  Identifikasi pada
n pengetahuan budaya penyebab
tindak terhadap respon nyeri nyeri
an  Identifikasi pengaruh  Mengetahui
2x24 nyeri pada kualitas skala nyeri
jam di hidup klien dapat
harapk  Monitor keberhasilan membantu
an trapi komplementer perawat
nyeri yang sudah di berikan untuk tingkat
berkur nyeri klien
 Monitor efek samping
ang  Mengidentifi
pengguna analgetik.
Denga kasi respon
n nyeri non
 TERAPEUTIK:
kriteri verbal klien
 Berikan teknik non
a dapat
farmakologis untuk
hasil: mengetahui

14
 Merin mengurangi rasa nyeri seberapa kuat
gis  Kontrol lingkungan nyeri yg
mengh yang memperberat rasa dirasakan
ilang nyeri oleh klien
 Tingk  Fasilitasi istirahat dan  Mengetahui
at tidur. faktor
nyeri  4.pertimbangan jenis tentang nyeri
hilang dan sumber nyeri dalam  Mengetahui
 Tidak pemilihan strategi pengetahuan
gelisa merendahkan nyeri. terhadap
 Tidak respon nyeri
bersik  EDUKASI:  Mengetahui
ap  Jelaskan penyebab pengaruh
protek priode dan pemicu nyeri pada
tif nyeri klien
 5.  Jelaskan strategi  Mengetahui
Kesuli meredakan nyeri keberhasilan
tan  Ajurkan memonitor terapi
tidur nyeri secara mandiri komplemente
menur  Ajurkan menggunakan r yang sudah
un analgetik secara tepat di berikan
 Ajarkan teknik non kepada klien
farmakologis untuk  Mengetahui
mengurangi rasa nyeri efek samping
obat
 KOLABORASI:  Memberikan
 Kolaborasi pemberian klien
analgetik jika perlu melakukan
teknik non
farmakologis
 Membantu
klien istirahat
dan tidur
 Mengetahui
jenis dan
sumber nyeri
yang di alami
klien
 Mengetahui
penyebab
priode pada
klien
 Mengetahui
strategi
meredakan
nyeri pada
klien
 Membantu
rasa nyeri

15
secara
mandiri
 Membantu
klien
melakukan
analgetik
 Membantu
klien untuk
melakukan
teknik non
farmakologis
 17.
Pemberian
analgetik
dapat
memblok
nyeri pada
susunan saraf
pusat

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah sebuah kegiatan
atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil mencapai tujuan atau
tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil akhir dengan apa yang
seharusnya dicapai

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium
tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara paroksisme dan diikuti kekuatan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus ototini tampak pada otot maseter dan otot-otot rangka.
Tetanus salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tetanus dapat
terjadi pada orang yang belum diimunisasi, orang yang diimunisasi sebagian, atau telah
diimunisasi lengkap tetapi tidak memperoleh imunitas yang cukup, karena tidak
melakukan booster secara berkala.

B. Saran
Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan informasi bagi masyarakat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan tetanus.

17
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
SistemPersarafan. Jakarta: Salemba Medika
Adams. R.D,dkk : Tetanus in : Principles of New'ology,McGraw-Hill,ed 1997, 1205 -
1207.Barkin, R. M.; Pichichero, M. E. Diphteria
Tetanus Vaccine Teactogenicity of Cimmercial Products. Pediatricas 1979; 63:256
Behrman.E.Richard : Tetanus, chapter 193, edition 15 th, Nelson, W.B.Saunders
Company,1996, 815 -817.
Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
DalamFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam , Jakarta Universitas Indonesia Press, 1990
Thedore.R, Ilmu Bedah, Jakarta, EGC, 1993Maryln Doengoes, Nursing Care Plan, Edisi III,
Philadelpia, 1993Selekta, Kapita. 2010. Edisi 3. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FakultasKedokteran Universitas Indonesia
Marlyn Doengoes, Nursing care Plan, 1993

18

Anda mungkin juga menyukai