Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

Dosen Pengampu : Ns. Monalisa, S.Kep, M.Kep

Kelompok 1 :

1. Desy Lestari 7. Lia Lastari


2. Hanifa Hendrian 8. Tri Okta Darmariansyah
3. Oktavia Dwi Saputri 9. Wanda Ferolita
4. Nadya Dwi Oktari 10. Alfi Rizkyani
5. Ranny Fradini 11. Raudahtul Fitri Aulya A
6. Putri Regina 12. Khoirunnisa

TK.2A

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
2021/2022
1
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Gastritis.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti mata
kuliah Dokumentasi Keperawatan. Adapun penulisan tugas makalah ini
bertujuan untuk membahas tentang Teori Asuhan Keperawatan Gastritis.

Terselesaikannya tugas makalah ini tentu saja bukan hanya karena


kemampuan kami. Namun, karena adanya dukungan dan bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Monalisa, S.Kep, M.Kep sebagai Dosen pengampu mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan.
2. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Jambi Prodi D3 Keperawatan.
3. Teman-teman sekelompok atas kerjasamanya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami selaku penulis menyadari bahwa


dalam Penulisan makalah ini pengetahuan dan pengalaman kami masih
terbatas sehingga makalah yang kami buat masih kurang sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif dari
berbagai pihak, Kami berharap makalah ini dapat lebih baik dan bermanfaat
bagi pembaca.

10 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 5

1. Latar Belakang ............................................................................................ 5


2. Tujuan ......................................................................................................... 5
3. Manfaat ....................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................ 7

1. Pengertian ................................................................................................... 7
2. Fisiologi ....................................................................................................... 11
3. Etiologi ......................................................................................................... 20
4. Manifestasi klinis ......................................................................................... 21
5. Patofisiologi ................................................................................................. 22
6. Penatalaksanaan ........................................................................................ 25

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 28

a. Pengkajian .................................................................................................. 28
b. Analisa Data ................................................................................................ 41
c. Diagnosis Keperawatan ............................................................................. 44
d. Intervensi Keperawatan .............................................................................. 44
e. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 44
f. Evaluasi ....................................................................................................... 45

BAB IV ASKEP .......................................................................................................48

1. Kasus ......................................................................................................... 48
2. Pengkajian ..................................................................................................48
3. Analisa Data ................................................................................................53
4. Diagnosis Keperawatan ..............................................................................57
5. Intervensi Keperawatan ..............................................................................58
3
6. Implementasi ...............................................................................................62
7. Evaluasi ....................................................................................................... 68

BAB V PENUTUP ..................................................................................................71


1. Kesimpulan ................................................................................................71
2. Saran ..........................................................................................................71

DAFTAR RUJUKAN ...............................................................................................72

4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gastritis umumnya dikenal dengan istilah sakit “maag” atau nyeri ulu
hati terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang dapat
mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung hingga terlepasnya
epitel mukosa supersial yang dapat menjadi penyebab utama pada
gangguan saluran cerna. Pelepasan epitel dapat merangsang untuk
timbulnya proses inflamasi pada lambung ditandai dengan rasa mual dan
muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau sakit
kepala.
Sebagian besar masyarakat masih menganggap gastritis sebagai
penyakit yang ringan dan memiliki gejala yang sering banyak orang
rasakan, namun hanya menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa
bahkan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui pasien
terdiagnosis gastritis atau tidak. Gastritis yang dibiarkan akan bertambah
parah dan menyebabkan asam lambung meningkat kemudian membuat
luka atau ulkus yang sering dikenal sebagai tukak lambung bahkan bisa
disertai dengan muntah darah. Hal ini dapat mengakibatkan fungsi lambung
rusak dan dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker lambung.
(Sulastri, dkk 2012) .
Gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur
meliputi frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. (Fithra, 2014). Pola
makan yang tidak teratur disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Sedangkan faktor
eksternal meliputi ekonomi, sosial budaya, lingkungan sosial, pengetahuan,
media atau periklanan. (Putri, 2013).

5
2. Tujuan
 Mengetahui tentang Konsep Penyakit Gastritis.
 Mengetahui bentuk Asuhan Keperawatan Gastritis.
 Mengetahui Asuhan Keperawatan pasien yang didiagnosa
mengalami Gastritis.
3. Manfaat

Makalah ini dibuat untuk memudahkan proses pembelajaran dan


mengetahui konsep penyakit dan juga asuhan keperawatan Gastritis bagi
pembaca.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KonsepDasar
2.1.1 Pengertian
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009).
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan
atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus
dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan
kronik (Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini mengakibatkan sel
darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan
endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto
memperlihatkan iregularitas mukosa(Wibowo,2007).

2.1.2 Anatomi danFisiologi

7
a. Anatomi
Gambar 2.1. Anatomi Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang


dapat mekar paling banyak terutama didaerah epigaster, dan
sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikal.
Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di
depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundusuteri.

Secara anatomis lambung terdiri dari :

1. Fundus Fentrikuli, bagian yang menonjol keatas


terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh
berisigas.
2. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan
pada bagian bawah kurvanturaminor.
3. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk spinterpilorus.
4. KurvaturaMinor,terdapatsebelahkananlambungterbentangdari
osteum lkardiak sampai ke pilorus.
5. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari pada kurvantura minor
terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus
fentrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limpa.
6. Osteum Kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus
bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat

8
orifisium pilorik(Setiadi, 2007).

Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan


limfa menempel pada sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung
dilindungi oleh sfingter yang mengatur pemasukan dan
pengeluaran. Sfingter kardia atau sfingter esofagus bawah,
mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah
refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah
lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama
daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi makanan
masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini
akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam
lambung. Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena
dapat mengalami stenosis ( penyempitan pilorus yang
menyumbat ) sebagai komplikasi dari penyakit tukak lambung.
Stenosis pilorus atau pilorospasme terjadi bila serat-serat otot
disekelilingnya mengalami hipertropi atau spasme sehingga
sfingter gagal berelaksasi untuk mengalirkan makanan dari
lambung ke dalam duodenum.

Lambung terdiri atas empat bagian yaitu :

a. Tunika serosa atau lapisanluar


Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan
peritonium viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung
dan duodenum dan terus memanjang kearah hati,
membentuk omentum minus. Lipatan peritonium yang keluar
dari satu organ menuju ke organ lain disebut sebagai
ligamentum. Omentum minor terdiri atas ligamentum
hepatogastrikum dan hepatoduodenalis , menyokong
lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada
kurvatura mayor, peritonium terus ke bawah membentuk
omentum mayus, yang menutupi usus halus dari depan
seperti apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat
9
yang sering terjadi penimbunan cairan ( pseudokista
pankreatikum ) akibat komplikasi pankreatitis akut.

b. Lapisan berotot ( Muskularis )


Tersusun dari tiga lapis otot polos
yaitu:
1) Lapisan longitudinal, yang paling luar terbentang dari
esofagus ke bawah dan terutama melewati kurvatura
minor danmayor.
2) Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan
yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk
otot sfingter dan berada dibawah lapisanpertama.
3) Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan
lanjutan lapisan otot sirkuler esofagus dan paling tebal
pada daerah fundus dan terbentang sampaipilorus.
c. Lapisansubmukosa
Terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan
lapisan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini
memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan
peristaltik. Lapisan ini mengandung pleksus saraf dan saluran
limfe.

d. Lapisanmukosa
Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan
longitudinal yang disebut rugae. Ada beberapa tipe kelenjar
pada lapisan ini yaitu:

1) Kelenjar kardia, berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini


mensekresikanmukus.
2) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada
hampir seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki
tiga tipe utama sel yaitu:
 Sel-sel zimogenik atau chief cell, mensekresikan
pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam
suasanaasam.
10
 Sel-sel parietal, mensekresikan asam hidroklorida
dan faktor instrinsik. Faktor instrinsik diperlukan
untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus.
Kekurangan faktor instrinsik akan mengakibatkan
anemiapernisiosa.
 Sel-sel mukus ( leher ), di temukan di leher fundus
atau kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini
mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi
oleh sel G yang terletak pada daerah pilorus lambung.
Gastrin merangsang kelenjar gastrik untuk
menghasilkan asam hidrokloridadan pepsinogen.
Substansi lain yang di sekresikan oleh lambung enzim
dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium,
kalium, dan klorida(Price, 2005).
Struktur syaraf penyokong lambung :Persyarafan lambung
sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan
duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus.
Trunkus vagus mencabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik, dan
seliaka.

Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus major


dan ganglia seliakum. Serabut-serabut eferen menghantarkan
impuls nyeri yang di rangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan
peradangan, dan di rasakan di daerah epigastrium. Serabut-
serabut eferen simpatis menghambat pergerakan dan sekresi
lambung. Pleksus saraf mesentenikus ( auerbach ) dan submukosa
( meissner ) membentuk persarafan intrinsik dinding lambung dan
mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa
lambung.Komponen vaskularisasi pada lambung : Seluruh suplai
darah di lambung dan pankreas ( serta hati, empedu dan limfa )
terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang
mempercabangkan cabang-cabang yang ensuplai kurvatura minor
dan mayor. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah

11
arteria gastroduodenalis dan arteria pankreatikoduodenalis (
retroduodenalis ) yang berjalan sepanjang bulbus posterior
duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi
arteri ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung
dan duodenum, serta yang berasal dari pankreas, limpa dan
bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena
porta(Price,2005)

b. Fisiologi

Saluran gastrointestinal (GI) merupakan serangkaian organ


muskular berongga yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput
lendir). Tujuan kerja organ ini adalah mengabsorbsi cairan dan
nutrisi, menyiapkan makanan untuk diabsorbsi dan digunakan oleh
sel-sel tubuh, serta menyediakan tempat penyimpanan feses
sementara. Saluran GI mengabsorbsi dalam jumlah besar
sehingga fungsi utama sistem GI adalah membuat keseimbangan
cairan, selain menelan cairan dan makanan, saluran GI juga
menerima banyak sekresi dari organ-organ, seperti kandung
empedu dan pankreas. Setiap kondisi yang serius mengganggu
absorbsi atau sekresi normal cairan GI,dapat menyebabkan
ketidakseimbangancairan.

Sistem pencernaan ( mulai dari mulut sampai anus)


berfungsi sebagai berikut :

1. Mulut
Saluran GI secara mekanisme dan kimiawi memecah
nutrisi ke ukuran dan bentuk yang sesuai. Semua organ
pencernaan bekerja sama untuk memastikan bahwa masa atau
bolus makanan mencapai daerah absobrsi nutrisi dengan aman
dan efektif. Pencernaan kimiawi dan mekanisme dimulai dari
mulut. Gigi mengunyah makanan, memecahnya menjadi
berukuran yang dapat ditelan. Sekresi saliva mengandung enzim,
seperti ptialin, yang mengawali pencernaan unsur- unsur

12
makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus
makanan di dalam mulut sehingga lebih mudah di
telan(Potter&Perry, 2005).

2. Faring(tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan organ mulut
dengan kerongkongan. Di dalam lengkung faring terdapat
tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
yang letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, di
depan ruas tulang belakang.

Jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi


penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke
leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke
belakang dari jalan nafas dan didepan dari ruas tulang
belakang.Makanan melewati epiglotis lateral melalui ressus
preformis masuk ke esofagus tanpa membahayakan jalan
udara. Gerakan menelan mencegah masuknya makanan ke
jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara di tutup
sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi
secara bersamaan(Setiadi,2007).

3. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan
diameter sekitar 2,54 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak di bawah lambung. Esofagus berawal pada area
laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esofagus.
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang
punggung setelah melalui torak menembus diafragma masuk
ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.Lapisan
terdiri dari empat lapis yaitu mucosa, submucosa, otot
(longitudinal dan sirkuler), dan jaringan ikat renggang.
13
Makanan atau bolus berjalan dalam esofagus karena gerakan
peristaltik, yang berlangsung hanya beberapa detik
saja(Setiadi,2007).

Begitu makanan memasukibagian atas esofagus,


makanan- makanan berjalan melalui sfingter esofagus bagian
atas, yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara
memasuki esofagus dan makanan mengalami refluks
(bergerak ke belakang) kembali ke tenggorok. Bolus makanan
menelusuri esofagus yang panjangnya kira-kira 25 cm.
Makanan didorong oleh gerakan peristaltik lambat yang di
hasilkan oleh kontraksi involunter dan relaksasi otot halus
secara bergantian. Pada saat bagian esofagus berkontraksi
diatas bolus makanan, otot sirkular di bawah (atau di depan)
bolus berelaksasi. Kontraksi-relaksasi otot halus yang saling
bergantian ini mendorong makanan menuju gelombang
berikutnya.Dalam 15 detik, bolus makanan bergerak menuruni
esofagus dan mencapai sfingter esofagus bagian bawah.
Sfingter esofagus bagian bawah terletak diantara esofagus dan
lambung. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan sfingter
esofagus bagian bawah meliputi antasid, yang meminimalkan
refluks, dan nikotin serta makanan berlemak, yang
meningkatkan refluk(Potter,2005)

4. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri
dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragmadi depan
pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.

Getah cerna lambung yang dihasilkan antara lain:

a) Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi


asam amino (albumin danpepton)

14
b) Asam garam (HCI), fungsinya mengasamkan
makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan dan
membuat suasana asam pada pepsinogen
sehingga menjadipepsin.
c) Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan
susu dan membentuk kasein dari kasinogen
(kasinogen dan protein susu)
d) Lapisan lambung, jumlahnya sedikit yang
memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang getahlambung Digesti dalam lambung
diantaranya :
 Digesti protein, pepsinogen yang dieksresi oleh
sel chief diubah menjadi pepsin oleh asam klorida
yang disekresi oleh sel parietal. Pepsin
menghidrolisis protein menjadi polipeptida. Dan
pepsin adalah enzim yang hanya bekerja dengan
PH dibawah5
 Lemak, enzim lipase yang disekresi oleh selchief
menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan
gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar PH
yangrendah.
e) Karbohidrat, enzim amilase dalam saliva yang
menghidrolisis zat tepung bekerja pada PH netral. Enzim
ini terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam
lambung sampai asiditas lambung menembus bolus.
Lambung tidak mensekresi enzim untuk
mencernakarbohidrat.
Didalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara
mekanis dan kimiawi dipecah untuk dicerna dan di absorbsi.
Lambung menyekresi asam hidroklorida (HCI), leher, enzim
pepsin, dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCI mempengaruhi
keasaman lambung dan keseimbanga asam-basa tubuh. HCI
membantu mencampur dan memecah makanan di lambung.
15
Lendir melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktifitas
enzim. Pepsin mencerna protein, walaupun tidak banyak
pencernaan yang berlangsung dilambung. Faktor intrinsik adalah
komponen penting yang di butuhkan untuk absorbsi vitamin
B12didalam usus dan selanjutnya untuk pembentukan sel darah
merah normal. Kekurangan faktor intrinsik ini mengakibatkan
anemia pernisiosa.Sebelum makanan meninggalkan lambung,
makanan diubah menjadi makanan semicair yang disebut kimus.
Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorbsi dari pada makanan
padat. Klien yang sebagian lambungnya diangkat atau yang
memiliki pengosongan lambung yang cepat(seperti pada gastritis)
dapat mengalami masalahpencernaan yang serius karena
makanan tidak dipecah menjadi kimus(Potter, 2005)

5. Usushalus
Saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar,
yang merupakan tuba terlilit yang merentang dari sfingter
pylorus sampai katupileosekal, tempatnya menyatu dengan
usus besar. fungsi usus halus terdiri dari :

a) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna


untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-
saluran limfe dengan proses sebagai berikut:
1) Menyerap protein dalam membentuk asamamino
2) Karbohidrat diserap dalam bentukmonosakarida
b) Secara selektif mengabsorbsi produk digesti dan juga
air, garam danvitamin.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan
getah usus yang menyempurnakan makanan :

 Enterokinase, mengaktifkan enzim tripsinogen


pankreasmenjadi tripsin yang kemudian mengurai protein
dan peptida yang lebih kecil.
 Aminopeptidase, Tetrapeptidase, dan Dipeptidase yang

16
mengurai peptida menjadi asam aminobebas.
 Amilase usus, yang menghidrolisis zat
tepungmenjadiDisakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa)
 Maltase, isomaltase, lactase dan sukraseyang memecah
disakarida maltosa, laktosa, dan sukrosa menjadi
monosakarida.
 Lipase usus yang memecah monogliserida menjadi
asam lemak dangliserol
 Erepsin, menyempurnakan pencernaan prtein menjadi
asam amino. g) Laktase, mengubah laktase
menjadimonodakarida
 Maltosa, mengubah maltosa menjadimonosakrida
 Sukrosa, mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
(Setiadi, 2007)
Selama proses pencernaan normal, kimus meninggalkan
lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan
sebuah saluran dengan diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6
m. Usus halus di bagi menjadi tiga bagian : duodenum,
jejunum, ileum. Kimus bercampur dengan enzim-enzim
pencernaan ( misal empedu dan amilase ) saat berjalan melalui
usus halus. Segmentasi mengaduk kimus, memecah makanan
lebih lanjut untuk dicerna. Pada saat kimus bercampur,
gerakan peristaltik berikutnya sementara berhenti sehingga
memungkinkan absorbsi. Kimus berjalan perlahan melalui usus
halus untuk memungkinkanabsorbsi.

Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi dadalam usus


halus. Enzim dari pankreas (misal amilase) dan empedu dari
kandung empedu dilepaskan kedalam duodenum. Enzim di
dalam usus halus memecah lemak, protein, dan karbohidrat
menjadi unsur-unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsi
oleh duodenum dan jejunum.

17
Ileum mengabsorbsi vitamin-vitamin tertentu, zat besi, dan garam
empedu. Apabila fungsi ileum terganggu, proses pencernaan
akan mengalami perubahan besar. Inflamasi, reseksi bedah,
atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik, mengurangi area
absorbsi, atau menghambat aliran kimus (Potter, 2005).

6. Ususbesar
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses
pencernaan, karena sebagai tempat pembuangan, maka diusus
besarsebagian nutrien telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya
menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Biasanya memerlukan
waktu dua sampai lima hari untuk menempuh ujung saluran
pencernaan. Dua sampai enam jam di lambung, enam sampai
delapan jam diusus halus, dan sisa waktunya diususbesar.

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya


berkaitan dengan proses ahir isi usus, fungsi usus besar adalah :

 Menyerap air dan elektrolit 80% sampai 90% dari


makanan dan mengubah dari cairan menjadimassa.
 Tempat tinggal sejumlah bakteri E. colli, yang mampu
mencerna kecil selulosa dan memproduksi sedikit
kalori nutrien bagi tubuh setiaphari.
 Memproduksi vitamin antara lain vitamin K, ribovlafin,
dan tiamin serta berbagai gas.
 Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam
tumbuh- tumbuhan, buah-buahan, dan sayuran hijau.
(Setiadi,2007)
Usus besar dibagi menjadi tiga, antara lain :

a) Sekum,
Kimus yang tidak diabsorbsi memasuki sekum
melalui katup ileosekal. Katup ini merupakan lapisan otot
sirkular yang mencegah regurgitasi dan kembalinya isi
kolon ke usus halus.
18
b) Kolon
Walupun kimus yang berair memasuki kolon, volume air
menurun saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon
dibagi menjadi kolon asenden, kolon tranversal, kolon
desenden, dan kolon sigmoid. Kolon di bangun oleh
jaringan otot, yang memungkinkanya menampung dan
mengeliminasi produk buangan dalam jumlah
besar.Kolon mempunyai empat fungsi yang saling
berkaitan : absorbsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Sejumlah besar volume air., natrium dan klorida
diabsorbsi oleh kolon setiaphari. Pada waktu
makanan bergerak melalui kolon, terjadi kontraksi
haustral. Kontraksi ini sama dengan kontraksi
segmental usus halus, tetapi berlangsung lebih lama
sampai 5 menit. Kontraksi membentuk kantung
berukuran besar didinding kolon, menyediakan
daerah permukaan yang luas untuk
absorbsi.Sebanyak 2,5 liter air dapat diabsorbsi oleh
kolon dalam 24 jam. Rata-rata 55 mEq natrium dan 23
mEq klorida diabsorbsi setiap hari. Jumlah air yang
diabsorbsi dari kimus bergantung pada kecepatan
pergerakan isikolon. Kimusdalam kondisi normal bersifat
lunak, berbentuk masa. Apabila kecepatan kontraksi
peristaltik berlangsung dengan cepat secara abnormal,
waktu untuk absorbsi air berkurang sehingga feses akan
menjadi encer. Apabila kontraksi peristaltik melambat, air
akan terus diabsorbsi sehingga terbentuk masa feses
yang keras, mengakibatkan konstipasi.

Kolon melindungi dirinya dengan melepaskan suplai


lendir. Lendir dalam kondisinormal berwarna jernih
sampai buram dengan konsistensi berserabut. Lendir
melumasi kolon, mencegah trauma pada dinding bagian
dalamnya. Lubrikasi terutama penting pada ujung distal
19
kolon, tempat isi kolon menjadi lebih kering dan lebih
keras.Fungsi sekresi kolon membantu keseimbangan
asam-basa. Bikarbonat disekresi untuk mengganti
klorida. Sekitar 4 sampai 9 mEq kalium dilepaskan
setiap hari oleh usus besar. Perubahan serius pada
fungsi kolon, seperti diare, dapat mengakibatkan
ketidak seimbanganelektrolit.

Ahirnya, kolon mengeliminasikan produk buangan dan gas


(flatus). Flatus timbul akibat menelan gas, difusi gas dari
aliran darah ke dalam usus, dan kerja bakteri pada
karbohidrat yang tidak dapat diabsorbsi. Fermentasi
karbohidrat (seperti yang terjadi pada kubis dan
bawang) menghasilkan gas didalam usus, yang dapat
menstimulasiperistaltik. Orang dewasa dalam kondisi
normal menghasilkan 400 sampai 700 ml flatus setiap
hari.Kontraksi peristaltik yang lambat menggerakan isi
usus ke kolon. Isi usus adalah stimulus utama untuk
terjadinya kontraksi. Produk buangan dan gas
memberikan tekanan pada dinding kolon. Lapisan otot
meregang,menstimulasi reflek yang menimbulkan
kontraksi. Gerakan peristaltik masamendorong makanan
yang tidak tercerna menuju rektum. Gerakan ini hanya
terjadi tiga sampai empat kali sehari, tidak seperti
gelombang peristaltis yang seering timbul didalam usus
halus.

c) Rektum
Produk buangan yang mencapai bagian kolon
sigmoid, disebut feses. Sigmoid menyimpan feses sampai
beberapa saat sebelum defekasi.dalam kondisi normal,
rektum tidak berisi feses sampai defekasi. Rektum
dibangun oleh lipatan-lipatan jaringan vertikal dan
tranversal. Setiap lipatan vertikal berisi sebuah arteri dan

20
lebih dari satu vena.

Apabila masa feses atau gas bergerak ke dalam rektum


untuk membuat dindingnya berdistensi, maka proses
defekasi dimulai. Proses ini melibatkan kontrol volunter
dan kontrol involunter. Sfingter interna adalah sebuah otot
polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Saat
rektum mengalami distensi, saraf sensorik dstimulasi dan
membawa impuls-impuls yang menyebabkan relaksasi
sfingter interna, memungkinkan lebih banyak feses yang
memasuki rektum.Pada saat yang sama, impuls bergerak
ke otak untuk menciptakan suatu kesadaran bahwa
individu perlu melakukan defekasi.(Potter,2005)

7. Defekasi
Menurut Setiadi ( 2007), defekasi sebagian merupakan
refleks, sebagian lagi merupakan aktivitas volunter ( yaitu
dengan mengejan terjadi kontraksi diafragma dan otot
abdominal untuk meningkatkan tekanan intra abdominal)

Komposisi feses mengandung :

a) Air mencapai 75% sampai80%


b) Sepertiga materi padatnya adalahbakteri
c) Dan sisanya yang 2% sampai 3% adalah nitrogen, zat
sisa organik dan anorganik dari sekresi pencernaan,
serta mucusdan lemak.
d) Feses juga mengandung sejumlah bakteri kasar, atau
serat dan selulosa yang tidaktercerna.
e) Warna coklat berasal dari pigmenempeduf) Dan bau
berasal dari kerjabakteri.

2.1.1 Etiologi
Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain :

21
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS
(indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide,
steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-
deoxyuriine),salisilat,dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa
lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dangin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii,
streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium
spesies, E. coli, tuberculosis, dan secondarysyphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, danphycomycos
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat, dan refluks usus-lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan
berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan
alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosalambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu
( komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim
gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambungsehingga
menimbulkan respon peradanganmukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan
aliran darah kelambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan
umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respon peradangan pada mukosa lambung.

2.1.2 ManifestasiKlinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut, gambaran klinismeliputi:


a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan

22
dapatmenimbulkan hemoragi.
b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit
kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai
muntah dancegukan.
c) Beberapa pasien menunjukkanasimptomatik.
d) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang
mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah
mencapaiusus.
e) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari,
meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai
3 hari. (Smeltzer, 2001)
2. GastritisKronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik
kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe
B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri
ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau
mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare,2001)

2.1.3 Patofisiologi disertai Web of Caution(WOC)


1. GastritisAkut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun
asam.Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung
akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus
mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon
mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa

23
gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl,
terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena
kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung
akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan.
Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi
memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson,2000)

2. GastritisKronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri
helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis dapat
diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut
sebagai gastritis autoimun)

diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan


infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun
seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus
dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis )
mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat
duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet
seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan
dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.
(Smeltzer dan Bare,2001)

WOC Gastritis

24
( 2000 ) sebagai berikut :

1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagianatas


2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yanghiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asamhidroklorida
2.2 Pemeriksaan Penunjang
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan(
untuk perdarahan gastritis,2010) danDoenges
dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan atau derajat ulkus jaringan ataucidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa
karena erosi tidak pernah melewati mukosamuskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan
adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster,
contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan
asam noktura penyebab ulkusduodenal.
7. Feses: tes feses akan positifH. Pylory Kreatinin :
biasanya tidak meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.
8. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati
beratmenganggu metabolisme dan eksresi urea atau
transfusi darah lengkap dan jumlah besardiberikan.
9. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal
terhadap simpanan cairantubuh.
10. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan
gasterberat atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan
kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusidarah.
Amilase serum: meningkat dengan ulkusduodenal, kadar rendah
diduga gastritis.

2.1.4 Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada gastritis meliputi:
a) Antikoagulan: bila ada pendarahan padalambung
b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan
elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan
keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
25
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida
danistirahat.
c) Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat
pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan
iritasilambung.
d) Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung
dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi
kembali asam dan pepsin yang menyebabkaniritasi.
e) Pembedahan: untuk mengangkat gangrene
dan perforasi, Gastrojejunuskopi/reseksi lambung:
mengatasi obstruksi pilorus. (Dermawan,2010)

2. Penatalaksanaan secara keperawatanmeliputi:


a. Tirahbaring
b. Menguran stress
c. Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian
diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang
sudahdihaluskan

seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah


12

– 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan


secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus
menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak.
(Dermawan,2010)

3. Penatalaksanaan pada gastritis secara medismeliputi:


Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien
untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
26
mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam
atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agenpenyebab.

Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum


( missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali,
digunakan jus lemon encer atau cuka encer.

Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari


karena bahayaperforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,


antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin
diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk
mengangkatgangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi
atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet
pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic
( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto
bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12yang disebabkan oleh adanya antibody
terhadap faktor instrinsik(Smeltzer,2001)

a) Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis
menurut Dermawan ( 2010) adalah:Perdarahan saluran cerna
bagian atas Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena
gangguan absorbs vitamain B12.

27
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan


dan proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari pasien
(data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan yang ada
(data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat
catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis
yaitu sebagai berikut :

1. Data Dasar (IdentitasKlien)

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku,

28
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnosa medis. Data dasar pada pasien dengan
gastritis yaitu :

a) Umur : Menurut Wahyu dkk (2015) usia

26-36 tahun mempunyai resiko lebih tinggi

terkenagastritis.

b) Jenis kelamin: Perempuan mempunyai resiko

lebih tinggi daripada laki-laki untuk kejadian

gastritis (Wahyu, dkk, 2015).

c) Alamat, agama, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, tanggal pengkajian,

diagnosa medis (Sukarmin,2012).

2. KeluhanUtama

29
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama

merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan

kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada

pasien gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri

epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan

menyebabkan keluhan-keluhan lain yang menyertai (Sukarmin, 2013).

3. Riwayat PenyakitSekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan

klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit. Pada

gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah.

Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan sesudah makan,

setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol.

Gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum

terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang dirasakan

berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri tekan pada

abdomen (Margareth, 2012).

4. Riwayat PenyakitDahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien

yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin

dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat

ini. Pada beberapa keadaan apakah ada

30
riwayat penyakit lambung sebelumnya, pola makan tidak teratur atau

pembedahan lambung (Sukarmin, 2013).

5. Riwayat KesehatanKeluarga

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan

adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga,

penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada

pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala serupa,

penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita

pasien.Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga

dengan pola makan, misalnya minum-minuman yang panas, bumbu

penyedap terlalu banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan,

penggunanaan obat-obatan, alkohol, dan rokok (Sukarmin,2013).

6. RiwayatPsikososial

Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi

masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan cara klien

menerima keadaannya (Sukarmin, 2013).

7. Genogram

Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui dengan

kebutuhan.Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua

generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi

keatas (Sukarmin,2013).

8. Pola KebiasaanSehari-Hari

31
Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan sehari-hari pada pasien

gastritis, yaitu:

a. PolaNutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah diet

khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet sebelumnya, nafsu

makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-mual,

muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya

kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat

masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan zat gizinya,

dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien gastritis cenderung menurun

akibat mual dan muntah, bisa juga karena terjadinya perdarahan

salurancerna.

b. PolaEliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan

defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria,

retensi, inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal,

dan lain-lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan mengalami susah

BAB, distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi

(perubahan diet, dan penggunaanantasida).

c. Pola Istirahat dan Tidur

Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu ditanyakan adalah

jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang,

32
apakah merasa tenang setelah tidur, adakah masalah selama tidur,

apakah terbangun dini hari, insomnia atau mimpi buruk. Pada pasien

dengan gastritis, adanya keluhan tidak dapat beristirahat, sering

terbangun pada malam hari karena nyeri atau regurtisasimakanan.

d. PolaAktivitas/Latihan
Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan kemampuan dalam

menata diri, apabila tingkat kemampuannya 0 berarti mandiri, 1 =

menggunakan alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang

dengan peralatan, 4 = ketergantungan/tidak mampu. Yang dimaksud

aktivitas sehari-hari antara lain seperti makan, mandi, berpakaian,

toileting, tingkat mobilitas ditempat tidur, berpindah, berjalan, berbelanja,

berjalan, memasak, kekuatan otot, kemampuan ROM (Range of Motion),

dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami penurunan

kekuatan otot ekstremitas, kelemahan karena asupan nutrisi yang tidak

adekuat meningkatkan resiko kebutuhan energi menurun.

e. PolaKognisi-Perceptual
Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar bercinta,

berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada respon, cara bicara

normal atau tidak, bicara berputar-putar atau juga afasia, kemampuan

komunikasi, kemampuan mengerti, penglihatan, adanya persepsi sensori

(nyeri), penciuman, dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya

mengalami depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya

(pada gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada

epigastrik dan nyeri ulu hati).

33
f. Pola Toleransi-KopingStress
Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping mekanisme yang

digunakan pada saat terjadinya masalah atau kebiasaan menggunakan koping

mekanisme serta tingkat toleransi stress yang pernah dimiliki. Pada pasien

gastritis, biasanya mengalami stress berat baik emosional maupun fisik, emosi

labil.

g. Pola Persepsi Diri/KonsepKoping


Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya dari masalah

yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan, atau penilaian terhadap diri

mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri, dan identitas tentang

dirinya. Pada pasien gastritis, biasanya pasien mengalami kecemasan

dikarenakan nyeri, mual, dan muntah..

h. Pola SeksualReproduktif
Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini dapat ditanyakan

periode menstruasi terakhir, masalah menstruasi, masalah pap smear,

pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan dan masalah seksual yang

berhubungan dengan penyakit..

34
i. Pola Hubungan danPeran
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan,

kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga dan

gangguan terhadap peran yang dilakukan. Pada pasien gastritis,

biasanya tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung, namun bila bisa

menyesuaikan tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan

anggotakeluarga.

j. Pola Nilai danKeyakinan


Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit

serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain- lain.Pada pasien gastritis,

tergantung pada kebiasaan, ajaran, dan aturan dari agama yang

dianutnya.

9. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki

dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien

gastritis meliputi:

a. KeadaanUmum
1) Tanda-tandavital

35
a) Tekanan darah mengalami hipotensi

(termasuk postural)

b) Takikardia, disritmia

(hipovolemia/hipoksemia), kelemahan/nadi

periferlemah.

c) Pengisian kapiler

lambat/perlahan

(vasokonstriksi).

d) Pada respirasi tidak mengalamigangguan.

2) Kesadaran

Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari

cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai

koma (tergantung pada volume

sirkulasi/oksigenasi)

b. Pemeriksaan Fisik Head toToe

1) Kepala danMuka

Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi),

wajah berkerut (Sukarmin, 2013).

2) Mata

Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis

(penurunan oksigen ke jaringan), konjungtiva


36
pucat dan kering (Sukarmin, 2013).

3) Mulut danFaring

Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel

mukosa), bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau

mulut

37
tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan

personal hygiene) (Sukarmin, 2013).

4) Abdomen

a) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas,

kering, lembab, besar dan bentuk abdomen

rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut

sampai dada sering merubah posisi,

menandakan pasien nyeri.

b) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering

hiperaktif selama perdarahan, dan hipoaktif

setelahperdarahan.

c) Perkusi : Pada penderita gastritis suara

abdomen yang ditemukan hypertimpani

(bising ususmeningkat).

d) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding

abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan pada

regio epigastik (terjadi karena distruksi asam

lambung) (Doengoes,2014).

5) Integumen

Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada

jumlah kehilangan darah), kelemahan

kulit/membran mukosa berkeringan

(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon

psikologik) (Doengoes, 2014).

38
2.1.2 PemeriksaanPenunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Priyanto (2009) yang

ditemukan pada pasien gastritis, yaitu :

10. Endoscopy

Endoscopy adalah salah satu prosedur pemeriksaan

medis untuk melihat kondisi saluran pencernaan dengan

menggunakan alat endoskop yang merupakan suatu alat

yang berbentuk selang elastis dengan lampu dan kamera

optik di ujungnya. Kamera akan menangkap setiap objek

yang dituju dan ditampilkan di monitor. Pada pasien

dengan gastriti, pada pemeriksaan endoscopyakan

tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan

letaknya tersebar.

11. PemeriksaanHistopatologi

Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan dari

jaringan tubuh manusia, dimana jaringan itu dilakukan

pemeriksaan dan pemotongan makroskopis, diproses

sampai siap menjadi slideatau preparat yang kemudian

dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk

penentuan diagnosis. Pada pasien gastritis, akan tampak

kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati

mukosa muskularis.

12. PemeriksaanLaboratorium

39
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan

prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan

atau sampel dari pasien dalam bentuk darah, sputum

(dahak), urine (air kencing),kerokan kulit,dan cairan

tubuh lainnya dengan tujuan untuk membantu

menegakkan diagnosis penyakit. Pada klien dengan

gastritis kronik, kadar serum vitamin B12 nilai normalnya

200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah

merupakan anemia megalostatik. Darah lengkap,

diperiksa kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit,

leukosit, dan albumin.

13. AnalisaGaster

Untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, biasanya sekresi

HCl menurun.

14. Gastrocopy

Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan),

mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil

jaringan untuk biopsi.

2.1.2 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan pengembangan daya pikir

dan penalaran data keperawatan sesuai dengan kaidah-

kaidah dalam ilmu keperawatan untuk mendapatkan sebuah

kesimpulan untuk membahas permasalahan keperawatan

40
(Ali, 2012).

Analisa data yang diperoleh pada gastritis dengan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

yaitu :

1. DataSubjektif

Diperleh dari hasil pengkajian terhadap pasien gastritis

dengan teknik wawancara, data ini berupa keluhan atau

persepsi subjektif pasien pada status kesehatannya. Data

subjektif pada pasien gastritis, yaitu nyeri

epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa

lambung dan menyebabkan keluhan- keluhan lain yang

menyertai (Sukarmin, 2013).

1. DataObjektif

Pada pasien gastritis dengan masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

dilakukan dengan pendekatan ABCD yaitu

Anthropometric measurement, Biochemical data, Clinical

sign of nutrional status, Dietary history (Sukarmin, 2013).

a) Antrhopometricmeasurement, meliputi BB, TB, LK,

LILA,IMT.

b) Biochemical data, meliputi data laboratorium yang

abnormal.

c) Clinical sign of nutrional status, meliputi tanda-tanda

41
klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, congjungtiva

anemis/tidak.

1) Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), mata

cekung (penurunan cairan tubuh), anemis

(penurunan oksigen ke jaringan), mukosa bibir

kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir

pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap

(penurunan hidrasi bibir dan personalhygiene).

d) Dietary history, meliputi bagaimana asupan nutrisi

pasien sebelum kunjungan dan saat kunjungan.

Nafsu makanpada pasien gastritis cenderung

menurun akibat mual dan muntah, bisa juga karena

terjadinya perdarahan saluran cerna.

2.1.3 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien

gastritis menurut Bulecheck, M Gloria, dkk (2016) adalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

2.1.4 IntervensiKeperawatan

Intervensi adalah kegiatan implementasi dari perencanaan

intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional

(Nursalam,2008).

2.1.5 ImplementasiKeperawatan

Implementasi adalah perencanaan dari rencana

42
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap

implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan

ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan (Nursalam, 2008). Menurut Doengoes (2014),

implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang

dilakasanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana

tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan

keperawatan, yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik

komunikasi terapeutik, serta penjelasan untuk setiap

tindakanyang

diberikan kepada pasien. Dalam melakukan tindakan khusunya

pada pasien gastritis implementasi keperawatan (NIC/Nursing

Intervensions Calssification) yaitu Manajemen Nutrisi seperti

memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, menganjurkan

pasien untuk meningkatkan protein, menganjurkan pasien

untuk meningkatkan intake makanan yang adekuat, dan

berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Yang kedua dengan

Monitor Nutrisi seperti memonitor adanya penurunan berat

badan, memonitor mual dan muntah, memonitor kadar albumin,

total protein, Hb, dan Ht, serta memonitor kalori dan

intakenutrisi.

2.1.6 EvaluasiKeperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai


43
efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan

terus menerus pada respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi

menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan

setiap selesai tindakan keperawatan, dan evaluasi hasil atau

sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada

tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan (Nursalam,

2011). Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen

yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa

keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisa data

(pembandingan data dengan teori), planning (perencanaan)

(Asmadi, 2008)

a. S(Subjektif)

Data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis

(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung. Pada

pasien gastritis akan mengalami nafsu makan menurun,

mual muntah sebelum makan dan sesudah makan.

b. O(Objektif)

Data objektif berisi data dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik. Pada pasien gastritis, akan mengalami

penurunan nafsu makan dan beratbadan.

c. A(Assasment/Analisis)

Intepretasi dari data subjektif dan data objektif.Analisis

44
merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang

masih terjadi atau dapat juga dituliskan masalah/diagnosis

baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien

yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan

objektif.

d. P (Planning)

Planning merupakan rencana dari tindakan yang akan

diberikan termasuk mandiri, kolaborasi, diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut. Pada

pasien dengan gastritis dapat dilakukan intervensi lanjutan

yaitu mengkaji pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

45
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Kasus

Klien berinsial Ny. A no.regester 00282 umur 48 tahun, jenis kelamin perempuan
beragama islam, pendidikan S1, pekerjaan PNS, status perkawinan sudah kawin,
suku/bangsa melayu, di temani Suami Tn. K, Umur 55 Tahun, Agama Islam, Pendidikan
S1, Pekerjaan PNS, Alamat Rumah Sungai Bengkal Tebo Ilir, biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS. Klien masuk tanggal 11 maret 2019, klien rawat jalan diagnosa
medis gastritis akut. dengan keluhan nyeri pada ulu hati (skala nyeri : 6) dan diserta
mual, muntah. Klien mengatakan nyeri terjadi sejak dua hari yang lalu dan terjadi saat
telat makan dan makan makanan keras yaitu ubi kayu. Klien tampak meringis, kondisi
pasien lemah, kesadaran kompos mentis. Klien berusaha mengatasi nyeri dengan
minum air gula dan obat antasida, namun hanya berefek sementara saja. Klien
mengatakan tidak pernah operasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya, klien tidak
memiliki riwayat alergi dengan obat-obatan, dalam keluarga tidk ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit seperti yang dia rasakan, tidak pula ada riwayat keturunan
maupun penyakit menular. Obat- obatan yang pernah dikonsumsi adalah antasida,
setelah sakit ditemukan porsi makan tidak dihabiskan (hanya ½ porsi),klien telat makan.
Kebiasaan minum air putih Normal. Minuman yang disukai adalah teh. BAK normal,
adanya penurunan nafsu makan, frekuensi bab 1 kali sehari dengan konsistensi lunak,
Berat badan:38,8kg,Tinggi badan :158cm, skelera mata berwarna putih, konjugtiva
anemis, kelopak mata membuka spontan, penglihatan, pendengaran dan penciuman
baik, orientasi baik., akral dingin, capilary refill < 3 detik, pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 88 kali permenit,
pernapasan 20 kali permenit dan suhu 36,4°C. Pemeriksaan laboratorium :PLT :
80,WBC : 3,1,LED : 2.3, Terapi/pengobatan injeksi ranitidin 1 ampul/8jam, omeprazole,
subsalicylate, amoxicillin,IV dan vitamin B6 2 x1 sehari.

I. Pengkajian

1. Identitas klien

A. Nama Ibu : Ny. A

B. No. Register 00282


46
C. Tanggal pengkajian : 11 Maret 2019

D. Umur : 48 Tahun

E. Agama : Islam

F. Pendidikan : S1

G. Pekerjaaan : PNS

H. Suku/Bangsa : Melayu

I. Alamat Rumah : Sungai Bengkal Tebo Ilir

2. Identitas penanggung jawab

A. Nama Suami : Tn. K

B. Umur : 55 Tahun

C. Agama : Islam

D. Pendidikan : S1

E. Pekerjaan : PNS

F. Alamat Rumah : Sungai Bengkal Tebo Ilir

II. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri pada ulu hati (skala nyeri :6) dan diserta mual, muntah

b. Riwayat penyakit

Nyeri pada ulu hati (skala nyeri : 6) dan diserta mual, muntah, Klien mengatakan
nyeri terjadi sejak dua hari yang lalu dan terjadi saat telat makan dan makan
makanan keras yaitu ubi kayu. Klien tampak meringis, kondisi pasien lemah,
kesadaran kompos mentis.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

47
Klien mengatakan tidak pernah operasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya, klien
tidak memiliki riwayat alergi dengan obat-obatan, dalam keluarga tidk ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dia rasakan, tidak pula ada riwayat
keturunan maupun penyakit menular. Obat- obatan yang pernah dikonsumsi adalah
antasida.

III. Genogram

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital :

- Tekanan Darah : 110/60 mmHg

- Nadi : 88 x/menit

- Pernafasan : 20 x/menit

- Suhu : 36,4°C

2. Berat Badan : 38,8 kg

3. Tinggi Badan : 158 cm


48
4. Status fisik

a. Keadaan umum : Lemah

b. Tingkat kesadaran : CM

5. Pemeriksaan pernapasan (B1 : breathing) : inspeksi dada hasilnya simetris antara


kanan dan kiri, hidung simetris, lidah ada serat dan cairan, tidak ada pernapasan
cuping hidung, auskultasi tidak ditemukan suara napas tambahan

6. Pemeriksaan cardiovaskuler (B2 : Bleeding) : pemeriksaan palpasi tidak ada nyeri


tekan, perkusi kesan redup pada daerah jantung, tidak ada pembesaran jantunng,
tidak ada benjoaln , suara jantung normal, akral dingin, capilary refill < 3 detik

7. Pemeriksaan persarafan (B3 : Brain) : GCS : 15 (E4V5M6), ekspresi wajah nampak


meringis, skelera mata berwarna putih, konjugtiva anemis, kelopak mata membuka
spontan, penglihatan, pendengaran dan penciuman baik, orientasi baik

8. Pemeriksaan Eliminasi (B4 : Bladder) : tidak ada ditemukan kelainan

9. Pemeriksaan eliminasi alvi (B5 : Bowel) : hasil pemeriksaan ditemukan ada


penurunan nafsu makan, frekuensi bab 1 kali sehari dengan konsistensi lunak

10. Pemeriksaan tulang, otot dan integumen (B6 : Bone): tidak ditemukn hematom,
pergerakan sendi normal, tidak ada kelemahan otot, tidak ada nyeri, tidak ada
fraktur dan tidak menggunakan alat bantu mobilitas.

V. Pola aktifitas sehari sehari Dalam pemeriksaan ini ditemukan pola aktifitas klien setelah
sakit ditemukan porsi makan tidak dihabiskan (hanya ½ porsi). Kebiasaan minum air putih
normal, Minuman yang disukai adalah teh. Aktivitas dan istrahat klien mengatakan tidak
ada gangguan.

VI. Data penujang

a. Diagnose medis : Gastritis akut

b. Pemeriksaan laboratorium :PLT : 80,WBC : 3,1,LED : 2.3

c. Therapy / pengobatan : injeksi ranitidin 1 ampul/8jam, omeprazole, amoxicillin,IV dan


vitamin B6 2 x1 sehari.

49
2. Analisa Data

No. Data Faktor yang Masalah


berhubungan

1. Ds: Agens cedera Nyeri akut


biologis,
-klien mengeluh
peningkatan
nyeri pada ulu
asam lambung
hati

-klien mengatakan
skala nyeri 6

-klien mengatakan
nyeri terasa sejak
2 hari yang lalu

-klien mengatakan
nyeri bila makan
makanan keras
seperti ubi kayu

-klien mengatakan
berusaha
mengatasi nyeri
dengan minum
air gula dan obat
antasida, namun
hanya berefek
sementara

-klien mengatakan
50
tidak pernah
operasi dan
mengalami sakit
seperti ini
sebelumnya

Do:

-klien tampak
meringis

-klien tampak lemah

-nafsu makan klien


menurun

2. Ds: Perubahan Disfungsi motilitas


kebiasaan makan gastrointestinal
-klien mengatakan
kadang nyeri
dibagian perut

-klien mengeluh
mual

-klien mengeluh ingin


muntah

Do:

-bising usus
hiperaktif

-klien mengalami
penurunan nafsu
makan selama

51
sakit

-klien hanya
menghabiskan
1/2 porsi makan
saat sakit

-BB 38,8 kg

3. Ds: Faktor biologis, Ketidakseimbangan


mual, muntah nutrisi :kurang dari
-klien mengeluh
kebutuhan tubuh
nyeri dibagian ulu
hati

-klien mengeluh
mual

-klien mengeluh ingin


muntah

Do:

-klien mengalami
penurunan nafsu
makan

-klien hanya
menghabiskan
1/2 porsi makan
saat sakit

-konjungtiva anemis

-Bb 38,8kg

52
4. Ds: Peningkatan Mual
asam lambung
-klien mengeluh
mual

-klien mengeluh ingin


muntah

Do:

-klien tampak lemas

-klien mengalami
penurunan nafsu
makan

-klien hanya
menghabiskan
1/2 porsi saat
sakit

-konjungtiva anemis

-BB 38,8kg

53
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Paraf

1. Nyeri akut

Domain 12 kelas 1 kode diagnosis 00132

2. Disfungsi motilitas gastrointestinal

Domain 3 kelas 2 kode diagnosis 00196

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari


kebutuhan tubuh

Domain 2 kelas 1 kode diagnosis 00002

4. Mual

Domain 12 kelas 1 kode diagnosis 00134

54
4. Intervensi

DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
NO. INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN HASIL

1. Nyeri akut NOC : NIC :


Domain 12 kelas 1 Setelah dilakukan tindakan • Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yaitu
meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan
kode diagnosis 00132 keperawatan. Tingkat nyeri cukup
kualitas intensitas serta apa yang mengurangi
berat (2) ditingkatkan (5) tidak ada nyeri dan faktor yang memicu
nyeri. • Identifikasi intensitas nyeri selama melakukan
aktivitas
Domain V : kondisi kesehatan yang
diterima • Berikan pemberian obat analgesic

Kelas V : status gejala • Lakukan intervensi non farmakologis untuk


penyebab nyeri dan apa yang diinginkan pasien
2102 tingkat nyeri dengan tepat
Kriteria hasil:
• Nyeri ulu hati tidak ada (5)
• Panjangnya episode nyeri
ringan (4)
• Mual tidak ada (5)
• Nafsu makan meningkat
• Ekspresi wajah meringgis tidak
55
ada (5)
• Pasien tidak lemas
• Tekanan darah dalam rentang
normal 90/60-120/80 mmHg

2. Disfungsi motilitas NOC : NIC :


gastrointestinal
Setelah di lakukan kontrol di poli 1. lapor peningkatan frekuensi bising usus bernada
Domain 3 kelas 2 kode sebanyak 3x di harapkan motilitas tinggi
gastrointestinal kembali normal.
diagnosis 00196 2. lapor berkurangnya bising usus
3. monitor adanya tanda dan gejala, konstipasi, dan
Domain 3 : eliminasi dan impaksi
pertukaran
4. dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi mual
Kelas 2 : difusi motilitas sendiri
gastrointestinal
5. lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk
1015 fungsi gastrointestinal frekuensi, durasi, tingkat keparahan
2102 tingkat nyeri 6. identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
atau berkontribusi terhadap mual
2107 keparahan mual dan muntah
7. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang bersifat
Kriteria hasil : personal yang memicu atau meningkatkan mual
 toleransi terhadap makanan 8. Timbang berat badan klien
tidak terganggu (5)
9. Monitor diet dan asupan kalori
 nafsu makan tidak terganggu
(5) 10. Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas
akhir-akhir ini

56
 bising usus tidak terganggu (5)

 nyeri yang di laporkan ringan


(4)

 panjang nya episode nyeri


tidak berat

 frekuensi mual tidak ada (5)

 frekuensi muntah tidak ada (5)

3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
keperawatan. Status nutrisi dan untuk memenuhi kebutuhan gizi
Domain 3 kelas 1 kode nafsu makan tidak terganggu (5).
diagnosis 00002 2. Identifikasi adanya alergi dan intoleransi makanan
Domain II : kesehatan fisiologis yang dimiliki pasien
Kelas K : pencernaan dan nutrisi 3. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
yaitu membahas pedoman diet dan piramida makanan
1014 nafsu makan yang sesuai
1004 status nutrisi 4. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau
piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi
Kriteria hasil :
kebutuhan nutrisi dan referensinya misalnya piramida
• Keinginan untuk makan tidak panduan makanan
terganggu (5)
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
• Asupan gizi, makanan, dan cairan dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
tidak terganggu (5)
6. Beri obat-obatan sebelum makan seperti penghilang
• Berat badan dalam rentang ideal rasa sakit
39,4 kg-49,3 kg
57
• Tidak ada nyeri ulu hati, mual, 7. Anjurkan pasien untuk duduk pada Posisi tegak di
dan muntah kursi, saat makan
• Frekuensi makan tidak terganggu 8. Sajikan makanan dengan cara yang benar dan pada
(5) suhu yang paling cocok
• Konjungtiva bewarna kemerahan 9. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi,
10. Anjurkan makan makanan tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi
11. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan
asupan makanan dengan buku harian makanan

4. Mual NOC : NIC :


Domain 12 kelas 1 Setelah dilakukan kontrol di poli 1. Dorong klien untuk belajar strategi mengatasi mual
kode diagnosis 00134 sebanyak 3x di harapakn mual klien sendiri
tidak ada.
2. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk
Domain 12 : kenyamanan frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan
Kelas 1 : mual 3. Evaluasi dampak dari pengalaman mual pada
kualitas hidup
1014 nafsu makan
4. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
1618 kontrol mual dan muntah atau berkontribusi terhadap mual
2107 keparahan mual dan muntah 5. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang bersifat
personal yang memicu atau meningkatkan mual
Kriteria hasil :
6. Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi
o hasrat/keinginan untuk makan
dan kalori
tidak terganggu (5)
7. Berikan informasi mengenai mual
o energi untuk makan tidak

58
terganggu (5) 8. Timbang berat badan klien
o intake nutrisi tidak terganggu (5) 9. Monitor tugor kulit dan mobilitas

o klien mampu mendeskripsikan 10. Monitor adanya mual muntah


faktor-faktor penyebab mual dan
muntah secara konsisten (5) 11. Monitor diet dan asupan kalori

o klien mampu menghindari 12. Identifikasi perubahan nafsu makan dan aktivitas
akhir-akhir ini
faktor-faktor penyebab bila
mungkin terjadi mual muntah 13. Tentukan pola makan
secara konsisten (5)
o klien mampu secara konsisten
(5) melaporkan mual
dan,muntah-muntah, dan muntah
yang terkontrol
o frekuensi mual tidak ada (5)

o intensitas mual tidak ada (5)

o frekuensi muntah tidak ada (5)

o intensitas muntah tidak ada (5)

59
5. Implementasi

N0. Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi paraf


Keperawatan

1. Senin / 11 maret Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri


komprehensif yaitu meliputi
2019 Domain 12 kelas 1 kode lokasi, karakteristik, durasi,
diagnosis 00132 frekuensi dan kualitas
intensitas serta apa yang
mengurangi nyeri dan faktor
yang memicu
Hasil :terdapat nyeri di ulu
hati, nyeri dirasakan cukup
berat, nyeri timbul saat
pasien telat makan dan
memakan makanan keras.
2. mengidentifikasi intensitas
nyeri selama melakukan
aktivitas
Hasil :skala nyeri yang di
rasakan 6
3. memberikan obat injeksi
ranitidine 1 ampul,
omeprazole, antasida,
amocilin.
Hasil : setelah 20 menit
nyeri mulai berkurang.
4. Memberikan kompres
hangat untuk meredakan
nyeri dengan teknik
nonfarmakologi.
Hasil :pasien merasa lebih
nyaman.

2. Senin / 11 maret Disfungsi motilitas 1. Melapor peningkatan


gastrointestinal frekuensi bising usus
2019
bernada tinggi
Domain 3 kelas 2 kode
2. Melapor berkurangnya
diagnosis 00196
bising usus
3. Memonitor adanya tanda
dan gejala, konstipasi, dan
60
impaksi
4. Mendorong pasien untuk
belajar strategi mengatasi
mual sendiri
Hasil :pasien sudah bisa
mengatasi mualnya dengan
sendiri.
5. Melakukan penilaian
lengkap terhadap mual,
termasuk frekuensi, durasi,
tingkat keparahan
Hasil :mual yang dirasakan
pasien sedang.
6. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi terhadap mual
Hasil :mual disebabkan
karena asam lambung naik.
7. Mengurangi atau hilangkan
faktor-faktor yang bersifat
personal yang memicu atau
meningkatkan mual
Hasil : pasien merasakan
nyaman.
8. Menimbang berat badan
klien
Hasil: berat badan
pasien38,8 kg
9. Memonitor diet dan asupan
kalori
Hasil : pasien makan
dengan setengah porsi.
10. Mengidentifikasi perubahan
nafsu makan dan aktivitas
akhir-akhir ini
Hasil :asam lambung
pasien naik.

61
3. Senin/ 11 maret 2019 Ketidakseimbangan 1. Menentukan status gizi
nutrisi: kurang dari pasien dan kemampuan
kebutuhan tubuh pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
Domain 3 kelas 1 kode
Hasil : kebutuhan gizi pasien
diagnosis 00002
mulai mencukupi.
2. Mengidentifikasi adanya
alergi dan intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
Hasil :pasien tidak memiliki
alergi
3. Menginstruksikan pasien
mengenai kebutuhan nutrisi
yaitu membahas pedoman
diet dan piramida makanan
yang sesuai
Hasil: Pasien tampak
memahami intruksi yang
diberikan mengenai
kebutuhan nutrisi
4. Membantu pasien dalam
menentukan pedoman atau
piramida makanan yang paling
cocok dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi dan
referensinya misalnya
piramida panduan makanan
Hasil :pasien mengetahui
makan yang cocok untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
dan referensinya.
5. Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
gizi
Hasil :jumlah kalori 2.250 kkal
dan makan makanan tinggi
serat.
6. Memberikan vitamin
7. Menganjurkan pasien untuk
duduk pada Posisi tegak di
62
kursi, saat makan
8. menyajikan makanan
dengan cara yang benar dan
pada suhu yang paling cocok
Hasil :pasien mulai mau
makan dan nutrisi membaik
9. Menawarkan makanan
ringan yang padat gizi,
Hasil :gizi mulai membaik
10. Menganjurkan makan
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi
Hasil :pasien tidak mengalami
konstipasi.
11. menganjurkan pasien
untuk memantau kalori dan
asupan makanan dengan
buku harian makanan

Hasil :pasien bisa sendiri


memantau kalori dan asupan
makanan nya sendiri.

4. Senin / 11 maret Mual 1. Mendorong klien untuk


belajar strategi mengatasi
2019 Domain 12 kelas 1 kode mual sendiri
diagnosis 00134
Hasil :klien sudah mengetahui
strategi mengatasi mual
sendiri.
2. Melakukan penilaian
lengkap terhadap mual,
termasuk frekuensi, durasi,
dan tingkat keparahan
Hasil : mual yang dirasakan
pasien sedang.
3. Mengevaluasi dampak dari
pengalaman mual pada
63
kualitas hidup
4. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi terhadap mual
Hasil : mual disebabkan
karena asam lambung naik.
5. Mengurangi atau hilangkan
faktor-faktor yang bersifat
personal yang memicu atau
meningkatkan mual
Hasil : pasien merasakan
nyaman.
6. Memonitor asupan
makanan terhadap kandungan
gizi dan kalori
Hasil :
7. Memberikan informasi
mengenai mual
Hasil :pasien tampak
mengetahui mengenai mual
8. Menimbang berat badan
klien
Hasil : berat badan pasien38,8
kg
9. Memonitor tugor kulit dan
mobilitas
Hasil :tugor kulit pasien dan
mobilitas baik
10. Memonitor adanya mual
muntah
11. Memonitor diet dan
asupan kalori
Hasil : pasien makan dengan
setengah porsi.
12. Mengidentifikasi
perubahan nafsu makan dan
64
aktivitas akhir-akhir ini
Hasil : asam lambung pasien
naik.
13. Menentukan pola makan
Hasil :pasien tidak tampak
mual

65
6. Evaluasi

Diagnosa Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf


Keperawatan

Nyeri akut b.d 15 maret s:


Agens cedera 2019 / 10.00
-klien masih mengeluh nyeri pada ulu hati
biologis , WIB
peningkatan asam -klien mengatakan masih terasa nyeri bila makan
lambung makanan keras seperti ubi kayu

-klien mengatakan berusaha mengatasi nyeri


dengan minum air gula dan obat antasida, namun
hanya berefek sementara

O:

-klien masih tampak meringis

-klien tidak tampak lemah lagi

-nafsu makan klien bertambah

A : masalah Mulai teratasi

P : intervensi dilanjutkan

Disfungsi motilitas 15 maret S:


gastrointestinal b.d 2019 / 10.05
-klien mengatakan terkadang masih terasa nyeri
Perubahan WIB
dibagian perut
kebiasaan makan
-klien tidak mengeluh mual lagi

-klien tidak mengeluh ingin muntah lagi

O:

-bising usus hiperaktif

-nafsu makan klien mulai bertambah

66
-klien menghabiskan makan lebih dari ½ S :

-klien mengatakan terkadang masih terasa nyeri


dibagian perut

-klien tidak mengeluh mual lagi

-klien tidak mengeluh ingin muntah lagi

O:

-bising usus hiperaktif

-nafsu makan klien mulai bertambah

-klien menghabiskan makan lebih dari ½ porsi

-BB 38,8 kg

A : masalah mulai teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Ketidakseimbangan 15 maret S:
nutrisi :kurang dari 2019/ 10.10
-klien mengeluh nyeri dibagian ulu hati
kebutuhan tubuh b.d WIB
faktor biologis, -klien tidak mengeluh mual lagi
mual, muntah
-klien tidak mengeluh muntah lagi

O:

- nafsu makan klien bertambah

-klien tampak menghabisakan lebih dari


setengah porsi makan

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

67
Mual b.d 15 maret
Peningkatan asam 2019/ 10.15
S:
lambung
-klien tidak mengeluh mual lagi

-klien tidak mengeluh muntah lagi

O:

- klien tidak tampak lemas

- klien tampak menghabisakan lebih dari


setengah porsi makan

-BB 38,8kg

S:

-klien tidak mengeluh mual lagi

-klien tidak mengeluh muntah lagi

O:

- klien tidak tampak lemas

- klien tampak menghabisakan lebih dari


setengah porsi makan

-BB 38,8kg

A : masalah teratasi

P :intervensi dihentikan

68
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Gastritis
umumnya dikenal dengan istilah sakit “maag” atau nyeri ulu hati. Gastritis dapat
disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur meliputi frekuensi makan, jenis dan
jumlah makanan. Gastritis ada dua jenis yaitu akut dan kronik.
2. Saran

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat dan dapat dipahami bagi pembaca.
Khususnya sebagai calon perawat hendaknya dapat memberikan penyuluhan dan
informasi kepada masyarakat mengenai ini, sehingga masyarakat memiliki
pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda yang akan muncul ketika seseorang
mengalami gastritis serta pemahaman mengenai pencegahan gastritis.

69
DAFTAR RUJUKAN

http://repo.stikesperintis.ac.id/176/1/58%20NELVAWATI.pdf ,diakses 10 September 2021

https://hellosehat.com/pencernaan/maag/gastritis-akut/, diakses 10 september 2021

https://www.alodokter.com/gastritis,diakses 10 september 2021

https://www.halodoc.com/kesehatan/gastritis,diakses 10 september 2021

70

Anda mungkin juga menyukai