Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI AKIBAT


PATOLOGIS SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM METABOLIK:
GASTRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah KMB I


Dosen Mata Ajar : Brigita Ayu, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:
2B Keperawatan
Khalizta Florenita 21 / 3120203636
Khansa Sabrina 22 / 3120203637
Kharisma Ade Naimah 23 / 3120203638
M Faqih Kurniawan 24 / 3120203639
Nur Fatimah 25 / 3120203640
Nurul Minarni 26 / 3120203641
Raden Roro Dwi Lestari 27 / 3120203642
Rahmad Dwi Laksono 28 / 3120203643
Randi Safria 29 / 3120203644
Ria Vebiyanti 30 / 3120203645

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi Tugas Kelompok untuk Mata Kuliah
KMB I, dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi Akibat Patologis
Sistem Pencernaan dan Sistem Metabolik: Gastritis” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Brigita Ayu,
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah KMB I. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
Kami menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Yogyakarta, 5 Desember 2021

Kelompok 3

II
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............................................................................................... I
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................4
B. TUJUAN.......................................................................................................5
1. Tujuan Umum......................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus........................................................................................ 5
BAB II......................................................................................................................6
KONSEP DASAR KEPERAWATAN.................................................................... 6
A. Konsep Dasar Gangguan.............................................................................. 6
1. Definisi....................................................................................................6
2. Etiologi....................................................................................................6
3. Manifestasi Klinis................................................................................... 8
4. Patofisiologi............................................................................................ 8
5. Pathway...................................................................................................9
6. Penatalaksanaan Medis........................................................................... 9
7. Penatalaksanaan Keperawatan.............................................................. 10
B. Konsep Dasar Penyakit...............................................................................11
1. Definisi..................................................................................................11
2. Etiologi..................................................................................................11
3. Manifestasi Klinis................................................................................. 12
4. Patofisiologi.......................................................................................... 12
5. Pathway.................................................................................................14
6. Komplikasi............................................................................................14
7. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 15
8. Penatalaksanaan.................................................................................... 16
BAB III...................................................................................................................19
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................19
A. Gambaran Kasus.........................................................................................19
B. Pengkajian...................................................................................................19
C. Pengelompokan Data.................................................................................. 22
D. Analisis Data...............................................................................................23
E. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 24
F. Nursing Care Plan....................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 30

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung yang menyebabkan nyeri pada bagian perut. Gastritis dari bahasa
Yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Kasus gastritis banyak dijumpai pada remaja
menuju dewasa. Khususnya pada kalangan mahasiswa, yang disebabkan oleh
pola makan yang tidak teratur, gaya hidup yang salah, dan meningkatnya
aktivitas sehingga berpengaruh pada pola makan.
Penyebab gastritis antara lain infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun,
namun biasanya gastritis disebabkan akibat infeksi bakteri yaitu Helicobacter
Pylory. Bakteri tersebut merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di
lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi sejak anak-anak dan dapat
menyebabkan penyakit lambung kronis.
Gejala umum gastritis yaitu rasa tidak nyaman pada perut, perut terasa
kembung, sakit kepala, mual dan muntah, rasa tidak nyaman di epigastrium,
nausea, perih, hilang nafsu makan, bersendawa, kembung, demam, menggigil,
dan cegukan (hiccups). Apabila gastritis dibiarkan, maka dapat berakibat
luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung dan daat disertai
muntah darah.
Menurut WHO yang telah melakukan penelitian pada 8 negara dunia
mendapatkan hasil presentase angka gastritis tertinggi di dunia yaitu Amerika
dengan presentase 47%, kemudian diikuti India 43%, lalu beberapa presentase
dari negara lainnya, Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%,
Prancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (WHO, 2015). Menurut Kemenkes RI ,
presentase gastritis tertinggi di Indonesia adalah kota Medan dengan
presentase 91,6%.

4
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah sebagai
edukator, advokat, konselor, manajer, koordinator, penelitian. Sebagai
edukator perawat membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan mengenai penyakit gastritis, sehingga klien dapat melakukan
pencegahan gastritis tidak kambuh berulang dan melakukan pencegahan
komplikasi– komplikasi yang dapat terjadi akibat dari gastritis. Perawat juga
berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan secara komprehensif yang
sesuai dengan standar operasional prosedur.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan
Kasus Gangguan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Metabolik: Gastritis

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. A dengan
Kasus Gangguan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan
Sistem Metabolik: Gastritis.
b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada Ny. A dengan Kasus
Gangguan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Metabolik: Gastritis.
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada Ny. A dengan Kasus
Gangguan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Metabolik: Gastritis.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. A dengan
Kasus Gangguan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan
Sistem Metabolik: Gastritis.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. A dengan Kasus
Gangguan Nutrisi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Metabolik: Gastritis.

5
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Gangguan


1. Definisi
Nutrisi atau gizi merupakan substansi organic yang dibutuhkan
organisme untuk fungsi normal dari system tubuh, pertumbuhan,
pemeliharaan dan kesehatan. Nutrisi adalah elemen yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh yang akan dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh. Kebutuhan energy bisa didapatkan dari berbagi macam nutrisi,
antara lain : karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin dan mineral. Tubuh
manusia memerlukan energy guna mendukung aktivitas sehari-harinya.
Ketika energy tubuh seseorang terpenuhi lengkap dengan asuapan kalori
pada makanan, maka berat badan tidak akan berubah. Namun, jika energy
tubuh seseorang melebihi kebuuhan energy, maka berat badan akan naik.
Nutrisi adalah Proses pengambilan zat-zat makanan penting dengan kata
lain nutrient adalah apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh
menggunakannya. Zat makanan atau sering disebut dengan nutrient yang
didapat dari pemasukan makanan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan tubuh, pemeliharaan fungsi tubuh. Nutrient akan
dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi energy berupa ATP
(Adenosin Triphospat) untuk seluruh aktivitas tubuh.
Gangguan nutrisi atau yang sering disebut dengan malnutrisi adalah
gangguan kesehatan yang terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan asupan
nutrisi yang cukup. Sehingga tubuh tidak bisa menjalankan fungsinya
dengan semestinya.

2. Etiologi
Tidak mampu dalam memasukan ,mencerna,mengabsorbsi
makanan karena faktor biologi, psikolog atau ekonomi.

6
Faktor - faktor yang mempengaruhi
a. Fisiologis (intake nutrient)
1. Kemampuan mendapat dan mengolah makan
2. Pengetahuan
3. Gangguan menelan
4. Perasaan tidak nyaman
5. Anoreksia
6. Nausea dan vomitus
7. Intake kalori dan lemak yang berlebihan
b. Kemampuan mencerna nutrient
1. Obstruksi saluran cerna
2. Malaborbsi nutrient
3. DM
c. Kebutuhanan metabolisme
1. Pertumbuhan
2. Stres
3. Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
4. Kanker
d. Gaya hidup dan kebiasaan, kebiasaan makan yang baik perlu
diterapakan pada usia toddler
e. Kebudayaan dan kepercayaan, kebudayaan orang asia lebih memilih
padi sebagai makanan pokok
f. Sumber ekonomi
g. Tinggal sendiri, seseorang yang hidup sendirian sering tidak
memperdulikan memasak untuk menyediakan makananya
h. Kelemahan fisik, contohnya atritis atau cidera serebrovaskular (CVA)
yang menyebabkan kesulitan ubntuk berbelanja dan masak. Mereka
tidak mampu menyedikan makanan sendiri
i. Kehilangan, terutama pada pria lansia yang tidak pernah memasak
untuk mereka sendiri. Mereka biasanya tidak memahami menilai
suatu makanan yang gizinya seimbang

7
j. Depresi, menyebabkan kehilangan nafsu makan
k. Pendapatan yang rendah, ketidakmampuan untuk membeli makanan
yang bergizi
l. Penyakit saluran pencernaan
m. Obat

3. Manifestasi Klinis
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, tanda dan
gejala yang muncul pada diagnosa keperawatan defisit nutrisi dibagi
menjadi dua yaitu gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor.
Gejala dan tanda mayor yaitu berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, sedangkan gejala dan tanda minor yaitu cepat
kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun,
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok
berlebihan dan diare (PPNI, 2017). Penyebab utama penurunan berat
badan pada PPOK adalah hilangnya nafsu makan dan penurunan asupan
makanan yang luar biasa khususnya pada pasien dengan PPOK
eksaserbasi akut. Otot pernapasan melemah karena penurunan asupan
makanan dan peningkatan konsumsi energi (İliaz et al., 2016).

4. Patofisiologi
Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui
infeksi Rotavirus. Zat enterotoksin yang dikeluarkan virus ini akan
menyebabkanterjadinya lisis sel enterosit traktus gastrointestinal. Transisi
penyakit iniumunya melalui rute fekal – oral dari makanan dan minuman
yang terkontaminasi agen kasual penyakit. Rotavirus yang masuk ke
dalam mulut akan menginfeksi lapisan mukosa usus kecil, bereplikasi,
kemudian virions akan dilepaskan ke dalam lumen usus, dan melanjutkan
replikasi pada area lebih distal dari usus kecil (Jahja, 2017).

8
5. Pathway

Pola makan tidak teratur, tidak nafsu makan, mual,

Berkurangnya pemasukan makanan Berlebihnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung Zat makanan tersimpan di jaringan adipose


dipakai sebagai energi

Erosi pada lambung (gesekan)


Berat tubuh meningkat

Produksi HCL meningkat


Kelebihan Nutrisi

Asam lambung refleks

Berkurangnya pemasukan makanan

Intake makanan tidak


adekuat

Kekurangan Nutrisi

6. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system
pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total
diberikan apabila klien mampu menelan makanan atau mengalami
gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke
usus halus terganggu.
Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui selang
nasogastrik dan selang pemberian makan berukuran kecil atau
melalui selang gastrostomi atau yeyunostomi.

9
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN) juga disebut sebagai nutrisi parenteral
total (TPN) atau hiperalimentasi intravena, diberikan jika saluran
gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti
melalui kateter vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein,
elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan
semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat
hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran
tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah pasien. (Kozier, 2011,
hlm 784-801)

7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai
pasien yang disesuaikan dengan kondisi pasien
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan
pasien yang anoreksik
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman
sesaat sebelum atau setelah makan
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari pengelihatan
dan bau yang tidak enak.
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan ; istirahat bila mengalami keletihan
6) Kurangi stress psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
8) Membantu pasien makan
9) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
dengan kondisi

10
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Ditandai dengan nyeri pada daerah perut. Disertai dengan mual dan
muntah yang dapat berujung pada perdarahan saluran cerna yang berupa
ulkus peptikum, bahkan dapat menyebabkan perporasi pada lambung
apabila tidak segera dilakukan tindakan keperawatan.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering
diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak
dan cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh
penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi.
Ditandai dengan mukosa memerah, edematosa dan ditutupi oleh
mucus yang melekat, erosi kecil dan perdarahan sering timbul. Gastritis
biasanya menghilang bila agen penyebabnya dibuang. Makanan dan
cairan sebaiknya tidak diberikan sampai peradangan dan muntah muntah
mereda. Bila muntah terus menetap, mungkin perlu memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan infus intravena.

2. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori dan
pada awalnya infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi
akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik.
Ada tiga jenis penyakit gastritis yaitu:
a. Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut. Gastritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan
diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang
terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain
termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.

11
b. Gastritis Kronis adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak
maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni
pada tempat dengan asam lambung yang pekat.
c. Gastritis Bacterial disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh
refluks dari duodenum.

3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
a. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
1) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan
hemoragi.
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
3) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
4) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi
tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
5) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun
6) nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
b. Gastritis Kronis, Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus
asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada
gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ),
nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau
mual dan muntah.

4. Patofisiologi
a. Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan
mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2
hal yang akan terjadi :

12
1) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi
lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa
HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL
sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan
tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan
terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
2) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi,
jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung
dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi
mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung.
Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah
maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.
b. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang
berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-
ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel
chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL.
Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

13
5. Pathway

6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita gastritis adalah :
a. Gastritis Akut , Terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian
atas berupa hematomesis dan melena dapat berakhir sebagai syok
hemoragik. Khusus untuk perdarahan saluran cerna bagian atas,
perlu dibedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang
diperhatikan hampir sama, namun pada tukak peptic penyebab
utamanya adalah infeksi Helicobater pylori, sebesar 100%25 pada
tukak duodenum dan 60 – 90% pada tukak lambung. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan endoskopi.
b. Gastritis Kronik, Komplikasi yang muncul pada gastritis kronik
adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Pada penderita gastritis

14
kronik dapat terjadi atrofi lambung menyebabkan gangguan
penyerapan terutama vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan
anemia perniosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa
antibody terhadap faktor intrinsik. Penderita anemia perniosa
biasanya mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik dalam serum
atau cairan gasternya. Selain vitamin B12, penyerapan besi juga
dapat terganggu. Gastritis kronik antrum pylorus dapat menyebabkan
penyempitan daerah antrum pylorus.

7. Pemeriksaan Penunjang
Jika seseorang merasakan nyeri pada perut sebelah atas disertai
mual dan gejalanya menetap maka dokter akan menduganya gastritis. Bila
seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya anti bakteri
Helycobacter pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat
gastritis.
b. Pemeriksaan Pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi Helycobacter
pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat Helycobacter pylori dalam
feces atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

15
d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada
saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan
akibat menelan ondoskop.
e. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen

8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan pada gastritis meliputi :
1. Antikoagulan : bila ada perdarahan pada lambung
2. Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit
diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan
cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak
parah diobat dengan antasida dan istirahat

16
3. Histonin : ranitidin dapat diberikan untuk menghambat
pembentukkan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi
lambung
4. Sulcralfate : diberikan untuk melindungi mukosa lambung
dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali
asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi
5. Pembedahan : untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.

b. Penatalaksanaan medis
Gastritis akut diatasi dengan meninstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal
atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat
asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab.
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (misal :
alumunium hiroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus
lemon encer atau cuka encer.Bila korosi luas atau berat, emetik, dan
lafase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin
diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk
mengangkat jaringan perforasi. Gastristis kronis diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress
dan memulai farmakoterapi. (Smeltzer, 2001)

17
c. Pencegahan
1. Hindari minuman beralkohol karena dapat mengiritasi lambung
sehingga terjadi inflamasi
2. Hindari merokok dan kurangi konsumsi kopi karena dapat
menganggu lapisan dinding lambung sehingga lambung lebih
mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus. Rokok juga dapat
meningkatkan asam lambung dan memperlambat
penyembuhahjn luka
3. Atasi stress sebaik mungkin
4. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari
sayur dan buah yang bersifat asam
5. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks
(aliran balik) asam lambung
6. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran
makan melalui usus
7. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk
sementara waktu kurangi konsumsi makanan tinggi serat, seperti
pisang, kacang-kacangan, dan kentang
8. Makan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa
makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan
dan rileks. (Hardi & Huda,2015)

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus
Pada tanggal 1 November 2021, pukul 09.00 WIB. Klien masuk rumah
sakit diantar oleh suaminya dengan keluhan utama klien mengatakan nyeri
pada ulu hati. Nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Riwayat keluhan utama
yaitu klien mengatakan nyeri pada saat klien mengonsumsi makanan yang
asam dan pedas. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan hilang
timbul. Dirasakan pada area perut kiri atas, dengan skala nyeri 7. Upaya yang
telah dilakukan klien untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan mengurangi
bergerak dan memperbanyak minum air. Namun, hal tersebut hanya bersifat
sementara. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan
diagnosa pasien menderita gastritis.

B. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Nama : Ny. A
b. No.RM : 213xxx
c. Umur : 30 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Goldar :A
i. Alamat : Jl. Wates Km.7
j. Tgl. MRS : 1 November 2021
k. Tgl. Pengkajian : 1 November 2021

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Tn. R

19
b. Usia : 35 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Hubungan Dengan Pasien : Suami

3. Riwayat sakit dan kesehatan


a. Keluhan utama : nyeri pada ulu hati sejak 3 hari yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang : pasien mengatakan nyeri ulu hati,
seperti tertusuk tusuk, sering terasa mual dan muntah
c. Riwayat penyakit dahulu : pernah mengalami penyakit yang sama

4. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran umum : compos mentis
c. Vital sign : TD=110/70, N=88x/menit, S=36,9°C, RR=20x/menit
d. Kepala : oval, rambut bersih
e. Mata : penglihatan normal, konjungvita anemis
f. Telinga : simetris
g. Mulut : mukosa lembab, pengecapan normal

5. Fokus pengkajian :
a. Pola nutrisi
Pola makan klien sebelum sakit 3xsehari dengan porsi sedang,
habis 1 porsi. Sedangkan frekuensi makan selama dirawat 3xsehari
tidak dihabiskan. Jenis menu nasi, lauk, sayur, dan buah yang
disediakan rumah sakit. Klien tidak memiliki alergi pada makanan.
Untuk pola minum klien sebelum sakit, klien minum 4-6 gelas/hari
dihabiskan, jenis minuman klien air putih dan teh, Sedangkan pola
minum saat sakit minum klien 6-7 gelas/hari dihabiskan, jenis
minuman air putih. Klien sering merasa mual dan ingin muntah.
b. Pola eliminasi

20
BAK klien sebelum sakit dengan frekuensi 3-5x/hari warna
kekuningan, bau khas. Setelah masuk rumah sakit frekuensi BAK 4-
5x/hari, warna kekuningan, bau khas. Tidak ada masalah BAK. Klien
mengatakan BAB sebelum sakit 2x/hari, warna kuning kecoklatan,
bau khas, konsistensi lunak. Setelah masuk rumah sakit frekuensi
BAB klien 1x/hari bahkan tidak BAB dalam sehari, warna kuning
kecoklatan, bau khas, konsistensi lunak. Klien mengatakan tidak
nafsu makan.
c. Pola latihan aktivitas
Pergerakan sendi klien terbatas dengan kekuatan otot kiri dan
kanan 5/5, tonus ototnya baik. Ekstremitas atas tidak ada nyeri otot,
tidak ada nyeri persedian, tidak ada fraktur dan tidak menggunakan
alat bantu. Ekstremitas bawah tidak ada nyeri otot dan persendian,
tidak ada fraktur dan tidak menggunakan alat bantu. Klien
mengatakan kesulitan untuk bergerak karena merasakan nyeri pada
abdomen, klien mengatakan nyeri abdomen saat bergerak.
d. Pola istirahat tidur
Klien tidur siang selama 1 jam, untuk waktunya tidak menentu.
Untuk tidur malam selama 8 jam dari pukul 21.00-05.00 WIB.
Namun terkadang klien terbangun ketika nyeri abdomen terasa hebat
dan kembali tidur ketika sudah reda.
e. Pola kebersihan diri
Klien mengatakan selama di rawat dalam membersihkan badan
hanya dengan mengelap basah, gosok gigi satu kali sehari, dan ganti
pakaian dibantu keluarga. Klien mengatakan untuk aktivitas ke toilet
dibantu oleh keluarga.
f. Pola keyakinan dan spiritual
Klien mengatakan selama sakit, klien sama sekali tidak
mengeluh tentang penyakitnya. Keluarga klien yakin bahwa Allah
SWT akan menyembuhkan penyakitnya.

21
C. Pengelompokan Data
Data subjektif Data objektif

-Pasien mengatakan nyeri pada ulung -pasien tampak cemas


hati pasien mengatakan nyeri di rasakan
3 hari sebelum masuk di rs
-TTV

TD : 110/70mmhg
-P : nyeri di perut
N : 88x/menit
Q : seperti di tusuk tusuk
R : 20x/menit
R : perut kiri atas
S : 30.9 C
S : sekala 7

T : hilang timbul
-Pola aktifitas

1 Berpindah Mandiri 0
- pasien mengatakan kebutuhan sehari
hari di bantu oleh keluarga 2 mandi Di bantu 2
keluarga

3 Ke toilet Di bantu 2
keluarga

4 Makan Mandiri / di 1
bantu keluarga

5 Berpakaian Di bantu 2
keluarga

total 7

22
D. Analisis Data
Data Masalah Penyebab

1. DS : Nyeri akut Agen biologis (iritasi


Pasien mengatakan mukosa lambung)
nyeri pada ulung hati
O : pasien mengatakan
nyeri di rasakan 3 hari
sebelum masuk di rs
P : pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Q : pasen mengatakan
nyeri seperti di tusuk
tusuk
R : Pasien mengatakan
nyeri di rasakan di
bagian perut kiri atas
S : Pasien mengatakan
sekala 7
T : pasien berusaha
mengurangi gerakan
dan memper banyak
meminum air agar
nyeri tidak terasa
DO :
- pasien tampak
meringis
-TTV
TD :110/70mmhg
N : 88x/ menit

23
R :20x/ menit
S : 36,9 C

2. DS : pasien Efek agen formologis Gangguan mobilitas fisik


mengatakan kebutuhan
sehari hari di bantu
oleh keluarga

DO : pasien tampak
kesulitan untuk
bergerak

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen biologis (iritasi mukosa lambung)
2. Efek agen formologis berhubungan dengan Gangguan mobilitas fisik

24
F. Nursing Care Plan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi

1 Tanggal 2 November Tanggal 2 November Tanggal 2 Tanggal 2 Tanggal 2 Tanggal 2 November


. 2021 2021 November 2021 November 2021 November 2021 2021
Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB
1. Observasi
Nyeri akut Setelah di lakukan tingkat nyeri klien 1.Mengidentifikasi 1.Mengukur S : Pasien mengatakan
berhubungan dengan tindakan kepeawatan secara nyeri untuk tanda – tanda nyeri berkurang skala
Agen cidera biologis selama 2 x 24 jam konferhensif baik melakukan vital pasien nyeri 5.
(iritasi mukosa diharapakan nyeri meliputi frekuensi, intervensi - TD : 110/70 O : Pasien terlihat lebih
lambung ). berkurang atau hilang lokasi, 2.mengetahui mmHg tenang dan nyaman
dengan kriteria hasil : intensitas, reaksi. perkembangan -Nadi: A : Masalah
1. Klien mengatakan rasa 2. Observasi kondisi klien. 88x/menit keperawatan nyeri.
nyeri berkurang atau tanda- tanda vital 3.mengurangi rasa -Respirasi : belum terarasi
hilang. 3. Ajarkan teknik nyeri yang di 24x/menit P : pertahankan
2. Tekanan darah 110/70 relaksasi rasakan - Suhu : 36,1˚C Intervensi.
mmHg nafas dalam. 4.membantu 2. Memberikan
3. Nadi 88-100x/menit 4. Edukasi menjaga klien dan lingkungan

25
4. Respirasi 20x/menit keluarga untuk mengambil yang nyaman
5. Nyeri 0-7 memberikan keputusan. -Pasien
6. Wajah klien tampak suasana nyaman. 5.memberikan tersenyum
menahan nyeri. 5. Jelaskan sebab - informasi kepada 3.
sebab nyeri klien tentang nyeri Mengobservasi
kepada klien. yang di pasien
6. Kelola obat rasakan secaranon verbal
analgesik 6.Membantu - Pasien tertidur.
diberikan pada mengurangi nyeri
pukul 08.00, yang di rasakan.
16.00, 24.00 WIB.

26
2 Tanggal 2 November Tanggal 2 November Tanggal 2 Tanggal 2 Tanggal 2 Tanggal 2
. 2021 2021 November 2021 November 2021 November 2021 November 2021
Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB Jam 10.00 WIB
Ketidakseimbanagan Setelah di lakukan 1.Observasi 1.Mengetahui 1. Mengobservasi S :
nutrisi kurang dari tindakan kepeerwatan kebutuhan nutrisi keadaan pasien keadaan umum Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh selam 2 x 24 jam pasien seperti sejauh mana nafsu pasien. Lemas Pasien
berhubungan dengan diharapkan makan dan makan pasien. 2. Mengobservasi mengatakan
Menurunnya nafsu diharapakan minum 2.Mengetahui kebutuhan nutrisi perut terasa mual
makan mual, muntah klien dapat 2.Kaji nafsu terjadinya pasien. O : Pasien terlihat
menunjukkan tidak makan klien saat perubahan pola 3.Menganjurkan menahan sakit
adanya pemberian diit. makan dan sebagai untuk tidak makan Pasien terlihat
tanda-tanda 3.Kaji hal-hal yang bahan untuk makanan yang mengkerutkan dahi
ketidakseimbangan menyebabkan melaksanakan mengandung asam Pasien.
nutrisi klien malas intervensi. untuk menghindari A : Masalah
kurang dari makan 3.Mendeteksi mual, muntah. keperawatan resiko
kebutuhan dengan 4.Anjurkan klien secara diri dan 4.Memberi ketidakseimbangan
kriteria untuk makan tepat agar mencari makanan yang nutrisi belum
: porsi sedikit tapi intervensi terpilih ( sudah di teratasi.
1. Nafsu makan baik. sering. yang cepat dan kosulkan dengan P: Lanjutkan

27
2. Porsi makan 5.Anjurkan dan tepat untuk ahli gizi ). Intervensi.
Dihabiskan. ajarkan penanggulangannya 5. Memberikan
3. Berat badan normal, melakukan . informasi tentang
sesuai dengan tinggi kebersihan mulut 4. Porsi yang kebutuhan nutrisi.
badan. sebelum makan. sedikit tapi sering
6.Kolaborasi membantu menjaga
dengan tim gizi pemasukan dan
dalam pemberian rangsangan
nutrisi makanan. mual/muntah.
5. Menimbulkan
rasa segar,
mengurangi rasa
tidak
nyaman, sehingga
berefek
meningkatkan
nafsu makan.
6. Makanan Tinggi
Kalori Tinggi

28
Protein dapat
mengganti kalori,
protein.

29
DAFTAR PUSTAKA

Krisnansari, D. (2010). Nutrisi Dan Gizi Buruk. Mandala Of Health, 4(1), 60-68.
Kozier. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik
(7 ed., Vol 1). Jakarta: EGC.

Perry, Potter. (2009). Fundamental Of Nursing Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba


Medika.
Krisnansari, D. (2010). Nutrisi Dan Gizi Buruk. Mandala Of Health, 4(1), 60-68.
Nurfika, V. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengue Hemorragic Fever
Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan
Tubuh Di Ruang Asoka Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan
(Doctoral Dissertation, stikes Insan Cendekia Medika Jombang)

30

Anda mungkin juga menyukai