Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

“Tn S” DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI RUANG WIJAYA


KUSUMA RSUD WONOSARI

Dosen Pembimbing: Eva Nurlina, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :

Kharisma Ade Naimah

3120203637

2B Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA

2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan padan Tn.S dengan Gangguan Mobilitas Fisik di Ruang


Wijaya Kusuma RSUD Wonosari. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
individu Praktik Klinik Keperawatan Dasar pada semester III, pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Praktikan

(Kharisma Ade Naimah)

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Retno Untari, S.Kep.,Ns) (Eva Nurlita, M.Kep., Sp.Kom)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh
individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan
sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas
(DeLaune & Ladner, 2011). Kehilangan kapasitas dalam melakukan
gerakan akan menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan
seseorang (Amidei, 2012). Gangguan dalam mobilisasi sering disebut
dengan Immobilisasi. Imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan
seseorang untuk bergerak dengan bebas. Berman et al menyebutkan bahwa
tanda-tanda yang paling jelas dari akibat imobilitas yang berkepanjangan
dapat menyerang pada sistem-sistem pada tubuh, seperti pada sistem
muskuloskeletal yang dapat mengakibatkan disuse athrophy, kontraktur,
kekakuan serta nyeri sendi dengan efek yang muncul dapat diamati bahkan
dengan hitungan hari. Perry & Potter (2006) juga menyebutkan bahwa
dampak akibat gangguan dalam mobilisasi fisik dapat menyebabkan klien
mengalami tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat
bantu eksternal (gifs, atau traksi rangka), pembatasan gerak volunteer,
bahkan kehilangan fungsi motorik. Peran perawat dalam menangani pasien
dengan gangguan mobilisasi fisik adalah dengan melakukan terapi latihan.
Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang
pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara
aktif maupun pasif (Damping, 2012). DeLaune & Ladner (2011)
menyebutkan bahwa manfaat dari terapi latihan dapat mengurangi nyeri 1.

B. Tujuan
1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan


mobilitas fisik
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mamou melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
mobilitas fisik meliputi:
b. Mampu melakukan pengkajian
c. Mempu menentukan diagnose
d. Mampu melakukan intervensi
e. Mampu melakukan implementasi
f. Mampu melakukan evaluasi
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
gangguan mobilitas fisik atau immobilisasi merupakan suatu kedaaan
dimana individu yang mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010). Ada lagi yang
menyebutkan bahwa gangguan mobilitas fisik merupakan suatu kondisi
yang relatif dimana individu tidak hanya mengalami penurunan aktivitas
dari kebiasaan normalnya kehilangan tetapi juga kemampuan geraknya
secara total (Ernawati, 2012). Kemudian, Widuri (2010) juga
menyebutkan bahwa gangguan mobilitas fisik atau imobilitas merupakan
keadaan dimana kondisi yang mengganggu pergerakannya, seperti trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya. Tidak hanya itu, imobilitas atau gangguan mobilitas adalah
keterbatasan fisik tubuh baik satu maupun lebih ekstremitas secara mandiri
dan terarah (Nurarif A.H & Kusuma H, 2015).

B. Etiologi
Penyebab dari gangguan mobilitas fisik yaitu, penurunan kekuatan otot,
kekakuan sendi, gangguan musculoskeletal, nyeri dan salah satu yang
terkait dengan gangguan mobilitas fisik yaitu osteoarthritis yang
merupakan peradangan pada sendi yang menyebabkan nyeri pada sendi
(PPNI, 2016).

C. Manifestasi klinis
Latihan yang dilakukan untuk pasien mobilitas aktivitas yaitu ambulasi,
ambulasi sendiri adalah suatu kegiatan berjalan yang bergerak dari satu
tempat ke tempat yang lebih baik menggunakan alat bantu jalan maupun
tanpa alat bantu jalan atau Tindakan yang dapat diberikan apabila pasien
sudah mampu mobilisasi dan transfer secara mandiri.

D. Patofisiologi
Neuromuskular berupa sistem otot, skeletal, sendi, ligamen, tendon,
kartilago, dan saraf sangat mempengaruhi mobilisasi. Gerakan tulang
diatur otot skeletal karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagi sistem pengungkit. Tipe kontraksi otot ada
dua, yaitu isotonik dan isometrik. Peningkatan tekanan otot menyebabkan
otot memendek pada kontraksi isotonik. Selanjutnya, pada kontraksi
isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi
tidak terjadi pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya
menganjurkan pasien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter
merupakan gerakan kombinasi antara kontraksi isotonik dan kontraksi
isometrik. Perawat harus memperhatikan adanya peningkatan energi,
seperti peningkatan kecepatan pernapasan, fluktuasi irama jantung, dan
tekanan darah yang dikarenakan pada latihan isometrik pemakaian energi
meningkat. Hal ini menjadi kontraindikasi pada pasien yang memiliki
penyakit seperti infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik.
Kepribadian dan suasana hati seseorang digambarkan melalui postur dan
gerakan otot yang tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan kelompok otot tergantung tonus otot
dan aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot sendiri merupakan suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang. Kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot
dapat mempertahankan ketegangan. Immobilisasi menyebabkan aktivitas
dan tonus otot menjadi berkurang. Rangka pendukung tubuh yang terdiri
dari 12 empat tipe tulang, seperti panjang, pendek, pipih, dan irreguler
disebut skeletal. Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
13 organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan
dalam pembentukan sel darah merah (Potter dan Perry, 2012).
E. Anatomi
Tulang (Rangka) Tulang adalah salah satu alat gerak tubuh yang dibentuk
oleh unsur kalsium dalam bentuk garam yang direkatkan oleh kalogen.
Tulang termasuk alat gerak pasif, artinya tulang digerakkan oleh otot yang
merupakan alat gerak aktif. Tulang sendiri tidak hanya berfungsi sebagai
alat gerak. Tulang juga menjadi komponen yang sangat penting dalam
menyangga tubuh sekaligus melindungi organ-organ vital manusia.
Berdasarkan Modul IPA Paket B tentang Gerak dalam Kehidupan, struktur
tulang adalah sebagai berikut: Periosteum Periosteum adalah lapisan
terluar atau membran yang menutupi tulang. Membran ini punya peran
penting dalam pertumbuhan maupun perbaikan tulang. Pada lapisan
periosteum terdapat pembuluh darah kecil yang fungsinya membawa zat
makanan dalam tulang. Tulang kompak/tulang keras Tulang kompak ini
berada di bawah membran periosteum dan mengandung sel-sel tulang,
pembuluh darah, zat kapur, fosfor, dan serabut elastis. Serabut elastis ini
punya peran penting karena berfungsi mempertahankan kekuatan tulang
agar tidak rapuh dan tidak mudah patah. Tulang spons Tulang spons
berada di bagian tengah sekaligus ujung tulang. Disebut spons karena
tulang ini berongga/tidak padat sehingga menyerupai spons. Tulang
panjang/tulang pipa Tulang panjang memiliki saluran berisi jaringan
lemak yang biasa disebut sumsum. Bagian ujungnya tertutup oleh jaringan
tebal dan lunak yang disebut tulang rawan atau kartilago. Sumsum tulang
Sumsum adalah bagian dalam tulang yang mengandung banyak lemak.
Sumsum juga berfungsi sebagai penghasil sel darah pada tubuh manusia.
Baca juga: Cabang Ilmu Biologi dari A-Z: Agronomi, Biokimia, sampai
Zoologi Dikutip dari Modul Biologi tentang Sistem Gerak dan Sirkulasi,
tulang pada tubuh manusia memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1.
Tulang berfungsi memberikan bentuk tubuh 2. Menahan sekaligus
menegakkan tubuh manusia 3. Tulang menjadi tempat melekatnya otot
(otot rangka) 4. Tulang berfungsi melindungi organ-organ vital di dalam
tubuh, contohnya organ jantung, otak, dan paru-paru 5. Tulang berfungsi
sebagai alat gerak. Tulang baru akan bergerak ketika dikehendaki otot 6.
Sebagai penghasil sel darah di dalam sumsum tulang. Otot Otot adalah alat
gerak aktif yang menempel pada tulang. Otot inilah yang menggerakkan
tulang sehingga tubuh manusia bisa melakukan suatu gerakan.
Berdasarkan jenisnya, otot terbagi menjadi 3, yaitu: Otot polos Otot ini
bekerja di luar kesadaran manusia atau tidak diperintah oleh otak. Otot
berinti satu ini terdapat dalam saluran pencernaan, pembuluh darah, hingga
dinding rahim. Otot lurik Otot ini berinti banyak dan menutupi rangka
sehingga sering disebut sebagai otot rangka. Otot lurik bekerja atas
kesadaran atau diperintah oleh otak. Otot jantung Sesuai namanya, otot ini
berada di organ jantung. Otot ini bekerja di luar kesadaran dan tidak
menurut perintah otak. Berdasarkan buku modul Sistem Gerak pada
Manusia, struktur otot terdiri dari serabut yang apabila dilihat dari
mikroskop akan tampak bergaris-garis. Setiap serabutnya mengandung
ribuan benang bernama miofibril. Miofibril mengndung filamen protein,
sedangkan filamen protein terbagi menjadi 2 jenis, yaitu aktin dan miosin.
Dikutip dari situs Healthline, fungsi otot adalah sebagai berikut: Berfungsi
sebagai alat gerak aktif. Berperan penting dalam sirkulasi darah. Otot
jantung berfungsi memompa darah, sedangkan otot halus di arteri dan
vena berperan dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Membantu
sistem pernafasan manusia dengan melibatkan otot diafragma. Membantu
sistem pencernaan Berperan dalam sistem pembuangan urin. Otot halus
membantu melancarkan buang air kecil. Membantu persalinan pada
wanita. Otot-otot halus pada sistem reproduksi akan berkontraksi untuk
mendorong bayi. Berperan dalam menjaga stabilitas tubuh. Membentuk
postur tubuh manusia. Berperan dalam hal penglihatan. Mata terdiri dari
otot-otot yang bekerja sama untuk menunjang indera penglihatan. Sendi
Sistem rangka manusia terdiri dari banyak tulang yang terhubung satu
sama lain oleh persendian sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan.
Jadi, sendi dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya dua tulang atau
lebih yang mendukung sistem gerak pada manusia. Dilansir laman
Healthline, struktur sendi terdiri dari tulang rawan yang memungkinkan
tulang/rangka manusia dapat bergerak dengan mudah. Sendi juga dilapisi
membran bernama sinovium yang menghasilkan cairan kental untuk
membantu menjaga kesehatan tulang rawan. Secara garis besar, sendi
berfungsi untuk menghubungkan tulang dalam sistem rangka manusia,
menahan beban, sekaligus mendukung sistem gerak tubuh. Berdasarkan
arah atau jenis gerakan, sendi terbagi menjadi 5 macam, yaitu: 1. Sendi
peluru Berfungsi membantu tulang agar bergerak bebas ke arah manapun.
Contohnya sendi antara tulang lengan atas dan tulang belikat. 2. Sendi
engsel Berfungsi membantu pergerakan ke depan atau ke belakang seperti
engsel pintu. Contohnya sendi pada siku tangan. 3. Sendi putar Contohnya
sendi antara tulang tengkorak dan leher, sehingga kepala bisa melakukan
gerakan memutar, mengangguk, atau menggeleng. 4. Sendi pelana
Berfungsi membantu gerakan ke samping dan ke depan, terdapat pada
pangkal ibu jari. 5. Sendi geser Berfungsi menghubungkan dua tulang
berpermukaan datar agar bisa bergerak ke depan dan ke belakang.
Contohnya tulang pergelangan tangan, kaki, dan tulang belakang.

E. Pemeriksaaan penunjang

EKG menghasilkan rekaman listrik jantung, mendeteksi transmisi implus


dan posisi liatrik jantung

Pemeriksaan stress Latihan, digunakan untuk mmengekuasi respond


jantung terhadip stress fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi
tentang respon miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
menentukan keadekuatan aliran darah coroner
Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi:
pemeriksaan fungsi paru dan Analisa gas darah.

F. Komplikasi
Menurut Garrison (dalam Bakara D.M & Warsito S, 2016) gangguan
mobilitas fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus,
orthostatic hypotension, deep vein thrombosis, serta kontraktur. Selain itu,
komplikasi yang dapat terjadi adalah pembekuan darah yang mudah
terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan daan
pembengkaan.

G. Penatalaksanaan mobilitas fisik


Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan
mobilitas fisik, antara lain : 21 a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan
kebutuhan pasien, seperti memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims,
posisi trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan
posisi litotomi. b. Ambulasi dini Salah satu tindakan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi
duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan
yang lainnya. c. Melakukan aktivitas sehari-hari. Melakukan aktivitas
sehari-hari dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, dan kemampuan
sendi agar mudah bergerak, serta mingkatkan fungsi kardiovaskular.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan NANDA. 2011. NANDA International: Diagnosa
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.

Potter & Ferry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang


Selatan : Binarupa aksara publisher.

Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai