Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELIMINASI AKIBAT PATOLOGIS


SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM PERKEMIHAN: DIARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah KMB I


Dosen Mata Ajar : Brigita Ayu, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:
2B Keperawatan
Khalizta Florenita 21 / 3120203636
Khansa Sabrina 22 / 3120203637
Kharisma Ade Naimah 23 / 3120203638
M Faqih Kurniawan 24 / 3120203639
Nur Fatimah 25 / 3120203640
Nurul Minarni 26 / 3120203641
Raden Roro Dwi Lestari 27 / 3120203642
Rahmad Dwi Laksono 28 / 3120203643
Randi Safria 29 / 3120203644
Ria Vebiyanti 30 / 3120203645

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi Tugas Kelompok untuk Mata Kuliah KMB I, dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan
dan Sistem Perkemihan: Diare” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Brigita Ayu,
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah KMB I. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
Kami menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk
perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Yogyakarta, 5 Desember 2021

Kelompok 3

II
DAFTAR ISI

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan kondisi dimana seseorang individu kehilangan cairan dan
elektrolit yang terjadi karena frekuensi lebih banyak dari biasanya (Lebih dari 3
kali dalam sehari). Diare merupakan Buang air besar yang encer dan lebih sering
dari biasanya. Diare umumnya terjadi karena akibat mengonsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi virus,bakteri atau parasit.
Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor di antaranya di sebabkan oleh
factor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis.
Sebagian besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi. Sehingga
menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. tanda dan gejala diare pada orang
dewasa biasanya di tandai dengan konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi
defekasi semakin sering, muntah (umumnya tidak lama) , demam (mungkin ada,
mungkin tidak), kram abdomen, membrane mukosa kering, berat badan menurun.
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang
tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat derastis dibandingkan
dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang.
Angka kejadian diare di Indonesia masih tinggi, angka kejadian diare yang di
tandai perubahan konsistensi tinja dan peningkatan frekuensi berak di sebagian
besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.
Dalam hal ini peran perawat sangat penting untuk mencegah terjadinya
diare berkepanjangan serta mencegah terjadinya kekurangan cairan, seorang
perawat dapat mengkaji penyebab diare, dan memantau asupan makanan yang
masuk kepada pasien, serta memantau intake dan outputpasien dan membantu
mengkosumsi obat-obatan anti diare dengan cara yang tepat.

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Kasus
Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Perkemihan: Diare

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. R dengan Kasus
Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Perkemihan: Diare
b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada Tn. R dengan Kasus
Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Perkemihan: Diare
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pada Tn. R dengan Kasus
Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Perkemihan: Diare
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. R dengan Kasus
Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Perkemihan: Diare
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. R dengan Kasus
Gangguan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Pencernaan dan Sistem
Perkemihan: Diare

5
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa - sisa metabolisme tubuh
baik yang melalui ginjal berupa urine maupun gastrointestinal yang berupa
fekal atau fases. Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seseorang
mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya
orang yang yang mengalami gangguan elimiasi urine akan dilakukan
katerisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra dengan tujuan untuk mengeluarkan urine. Sistem
perkemihan merupakan sistem yang menjamin tubuh terbebas dari racun.
Sehingga jikalau sistem perkemihan terganggu ini akan berdampak kepada
organ dan sistem organ yang lainnya.
Eliminsi fekal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
diatur oleh gastrointestinl bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
Eliminasi fekal adalah sampah produk pencernaan tubuh dengan hasil berupa
fases. Defekasi merupakan keluarnya fases dari anus dan rektum.
Salah satu masalah yang ditimbulkan dari gangguan eliminasi patologis
sistem pencernaan dan perkemihan adalah diare. Diare merupakan kondisi
dimana seseorang individu kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi
karena frekuensi lebih banyak dari biasanya (Lebih dari 3 kali dalam sehari).
Diare merupakan Buang air besar yang encer dan lebih sering dari biasanya.
Diare umumnya terjadi karena akibat mengonsumsi makanan dan minuman
yang terkontaminasi virus,bakteri atau parasit.

2. Etiologi
Etiologi Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi
malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal
dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental
adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis

6
media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis.
Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). pada
anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan
protein. Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi
meliputi rasa takut dan cemas.
Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi
dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh: Infeksi virus,
kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella, salmonella,
golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B. Cereus,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-
bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup). gangguan
saraf, alergi, hawa dingin dan sebagainya. Defisiensi imun SIGA
(secretory imonolbulin A) yang terutama mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri atau flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh: Malabsorbsi
makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT). vitamin dan mineral.
Kurang kalori protein. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

3. Manifestasi Klinis
Menurut staf pengajar IKA FKUI (2000: 285), manifestasi klinik diare
adalah sebagai berikut: 1. Anak cengeng dan gelisah 2. Suhu tubuh
meningkat 3. Tinja cair, warna kehijau-hijauan, disertai lendir atau darah 4.
Anus dan daerah sekitarnya lecet 5. Muntah 6. Berat badan menurun 7.
Dehidrasi a). Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dan BB, turgor masih
baik, penderita belum jatuh dalam keadaan pre syok, haus. b). Dehidrasi
sedang : kehilangan cairan 5-8% dari BB, turgor kulit menurun, UUB cekung,
mata cowong, nadi cepat, nafas cepat dan dalam (kusmoul), penderita jatuh
pada pre syok/syok. 4 c). Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10 % dari BB,
turgor jelek, kesadaran turun (apatis sampai koma), otot kaku, sianosis, nadi
cepat, nafas cepat dan dalam, penderita jatuh pada pre syok/syok.

7
4. Patofisiologi
Sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa dapat menyebabkan
gastroenteritis. Pada diare bayi yang paling sering patogen adalah virus dan
entero patogenik, Ecoli. Pada orang dewasa terdapat perbedaan yang
berkaitan dengan umur, apakah infeksi di daerah tropik dan faktor presipitasi
seperti pengorbanan antibiotik yang terdahulu atau imun. Enterokolitis
menyebabkan kram dan diare. Sedangkan gastro entero kolitis menimbulkan
mual, muntah dan kram.
Dua cara utama dimana organisme patogen menyebabkan diare : Invasi
bakteri pada mukosa kolon menyebabkan peradangan ulserasi. Hal ini
menyebabkan diare berdarah dengan pasasi mucus dan nanah (sering disebut
disentri). Sekresi entero toksin bakterial menyebabkan sekresi air dan
elektrolit dengan diare berair yang banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan
sesudah kolonisasi bakteri (tanpa invasi) pada usus halus (masa inkubasi 6-24
jam). Enterotoksin ini mungkin masuk ke dalam karena makanan yang
terkontaminasi kurang dimasak terutama oleh pencemaran makanan
stafilokoki (Carpenito, 2000: 188).

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare adalah :
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum.
c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain yaitu :
a. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula
juga ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab
dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.
b. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD),
elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai
kejang ).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.

8
d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

6. Komplikasi
Komplikasi eliminasi fekal ( Saryono dan Widianti, 2010 ) :
a. Konstipasi
Menurunnya frekuensi BAB di sertai dengan pengeluaran feses
berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air yang
diserap.Penyebabnya kebiasaan BAB tidak teratur, diet tidak
edukat,meningatnya setres psikologi, kurang aktifitas, obat-obatan
( kodein, morfin, anti kolinergik )
b. Impaksi
Akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang
keras di rectum tidak bisa di keluarkan, tumpukan feses samapi pada
kolon sigmod. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak
sadar.
c. Diare
Seiring dengan cairan dan feses yang tidak terbentuk.
d. Inkotinensia fekal
Keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi sprinkter anal, traa spinal cord dan tumor springster dan eksternal.
e. Flatulens
Meunpuknya gas pada lumen intestinal dinding usus merengang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan ram. Biasanya gas keluar melalui
mulut ( sendawa ) atau anus ( flatus ). Hal-hal yang menyebankan
peningatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan.
f. Hemoroid
Dilatasi vena pada dinding rectum ( bias internal atau eksternal ). Hal
ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gag jantung dan
penyakit hati menahun. Pendarahan terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang, jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka
pasien merasa panas dan gatal.

9
7. Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2014), penatalaksanaan medis pada pasien diare
meliputi : pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan. Pemberian cairan
pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut
b. Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) diberikan
tergantung berat/ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya
1) Dehidrasi ringan, 1 jam pertama 25-50 ml / kg BB / hari, kemudian
125 ml / kg BB / oral.
2) Dehidrasi sedang, 1 jam pertama 50-100 ml / kg BB / oral kemudian
125 ml / kg BB / hari
3) Dehidrasi berat, 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg
BB / menit ( inperset 1 ml : 20 tetesan), 16 jam berikutnya 105 ml /
kg BB oralit per oral
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dan
sebagainya)
1) Obat anti sekresi , Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan minimum 30
mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
2) Obat spasmolitik, umunya obat spasmolitik seperti papaverin
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak
diberikan lagi.

10
3) Antibiotic, Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada
penyebabnya yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan
tetrasikin 25-50mg/ kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila
terdapat penyakit seperti faringitis, bronchitis.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Gambaran Kasus
Dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Desember 2021 jam 13.00 WIB. Di
Ruang Melati RSUD Bina Bangsa. Pasien Tn. R umur 45 tahun. Riwayat
kesehatan pasien dengan keluhan utama mengatakan mual, muntah. Riwayat
penyakit sekarang pada tanggal 4 Desember 2021, pasien BAB cair 4-5 kali
perhari, warna kekuningan kemudian diperiksa ke dokter tetapi belum sembuh,
dan pada tanggal 5 Desember 20212 oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD Bina
Bangsa dengan keluhan mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari,
konsistensi cair, warna kekuningan kemudian pasien dianjurkan mondok dan
dirawat di bangsal Melati dan pada saat dikaji pada tanggal 5 Desember 2021
pasien mengatakan mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari, konsistensi
cair, warna kekuningan.

B. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. R
b. No.RM : 1828273
c. Umur : 45 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Swasta
h. Goldar : AB
i. Alamat : Gunung Agung
j. Tgl. MRS : 5 Desember 2021
k. Tgl. Pengkajian : 5 Desember 2021

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Ny. D
b. Usia : 40 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan

12
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Hubungan Dengan Pasien : Istri
f. Agama : Islam

3. Riwayat sakit dan kesehatan


a. Keluhan utama : pasien mengatakan mual, muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang : pada tanggal 4 Desember 2021, pasien
BAB cair 4-5 kali perhari, warna kekuningan kemudian diperiksa ke
dokter tetapi belum sembuh, dan pada tanggal 5 Desember 20212 oleh
keluarga dibawa ke IGD RSUD Bina Bangsa dengan keluhan mual,
muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari, konsistensi cair, warna
kekuningan kemudian pasien dianjurkan mondok dan dirawat di bangsal
Melati dan pada saat dikaji pada tanggal 5 Desember 2021 pasien
mengatakan mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali perhari,
konsistensi cair, warna kekuningan.
c. Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan dahulu pernah sakit tifus
pada tahun 2019.

4. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran umum : compos mentis
c. Vital sign : TD=130/80, N=80x/menit, S=37°C, RR=22x/menit
d. Kepala : bentuk kepala mesochephal, rambut hitam pendek, tidak
berketombe, tidak ada benjolan
e. Mata : penglihatan normal, konjungvita anemis, mata simetris kanan dan
kiri, sklera ikteris, dapat membedakan warna, dapat melihat dengan jelas
dalam jarak + 6 m
f. Wajah : pucat
g. Telinga : simetris, tidak ada serumen, bersih, bila ditanya dapat
menjawab dengan jelas
h. Mulut : mukosa kering, pengecapan normal
i. Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri telan
j. Paru-paru : Pengembangan dada kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri
tekan, suara perkusi : sonor, auskultasi:vesikuler

13
k. Jantung : ictus codis tidak tampak, ictus cordis tidak teraba, pekak,
reguler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar
l. Abdomen : simetris kanan dan kiri, terdengar peristatik usus 26 x/menit,
suara tympani, tidak ada nyeri tekan
m. Genetalia : bersih, tidak terpasang kateter
n. Anus : tidak ada benjolan.
o. Ekstremitas atas kiri gerakan terbatas karena terpasang infus 0,7 %
sodium chlorida 20 tpm.
p. Kulit : warna kulit sawo matang, turgor jelek, kulit kering.

5. Fokus pengkajian :
a. Pola nutrisi
Pola makan sebelum sakit pasien makan habis 1 porsi 3 x sehari
dengan makan nasi dengan lauk bervariasi, selama sakit pasien hanya
habis 2-3 sendok dari porsi RS karena pasien bila makan merasa mual
dan nafsu makan menurun. Pola minum sebelum sakit pasien minum
habis + 8 gelas ( + 2000 cc ), selama sakit pasien minum air putih habis +
4 gelas ( + 1000 cc )/ hari.
b. Pola eliminasi
Pola eliminasi selama sakit pasien BAB 4-5 x/hari dengan
konsistensi cair, bau khas feces, BAK 5-6 X perhari dengan bau urine
seperti obat.
c. Pola aktivitas
Pola gerak sebelum sakit pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa
bantuan, selama sakit pasien tidak dapat bergerak bebas karena
kelemahan fisik, pola pemeliharaan postur tubuh sebelum sakit pasien
dapat berjalan, lari, berolahraga, selama sakit pasien hanya berada di
tempat tidur dengan berganti posisi duduk dan berbaring.
d. Pola istirahat tidur
Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien tidur + 8-9 jam
perhari, selama sakit pasien tidur nyenyak karena terganggu dengan
lingkungan sekitar terlalu gaduh / ramai pada saat jam kunjung pasien,
pola menghindari bahaya sebelum sakit pasien dapat menjaga diri sendiri

14
tanpa bantuan, selama sakit pasien dijaga pasien keluarga dan mengikuti
saran dokter dan tim medis.
e. Pola kebersihan diri
Pola berpakaian dan kebersihan tubuh sebelum sakit pasien 2x
sehari, ganti baju 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas 2x seminggu
dengan sendiri, selama sakit pasien disibin 2x sehari, ganti baju 1x sehari,
gosok gigi 2x sehari dengan dibantu keluarga.
f. Pola keyakinan spiritual
Pola beribadah sebelum sakit pasien menjalankan sholat 5 waktu
secara rutin dengan berdiri, selama sakit pasien menjalankan sholat 5
waktu secara rutin di tempat tidur.

C. Pengelompokan Data
N Data subjektif Data objektif
O
1. - Pasien mengatakan - Pasien tampak lemas
mual muntah.

- TTV
TD : 130/80mmhg
N : 80x/menit
R : 22x/menit
S : 37°C

- Pasien mengatakan - Pola Aktifitas


kebutuhan sehari hari
dibantu keluarga. 1. Berpindah Mandiri 0
2. Mandi Di bantu 2
keluarga
3. Ke toilet Di bantu 2
keluarga
4. Makan Sendiri/di 1
bantu
keluarga
5. Berpakaian Di bantu 2
keluarga
Total 7

15
D. Analisis Data
Data Masalah Penyebab
1 DS : Klien mengatakan Gangguan keseimbangan Outputnyang berlebihan
. berak kuning kehijauan cairan
bercampur lendir.
DO : Turgo kulit
menurun, mulut kering,
malas makan.
2 DS : Pasien Gangguan rasa nyaman Hiperperistaltik
. mengatakan bahwa (nyeri)
mengalami perut
kembung.
DO : Setelah dilakukan
perkusi diketahui klien
distensi, klien tampak
menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/menit
Skala nyeri :
P : Sebelum dan
sesudah BAB
Q : nyeri seperti
teremas
R : pada regio
epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
3 DS : Klien mengatakan Gangguan pola eliminasi Infeksi bakteri
. bahwa klien BAB BAB
berkali-kali.
DO : Klien tampak
lemas, mata cowong.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik
3. Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri
F. Nursing Care Plan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah 1.Pantau tanda kekuragan 1.Menentukan intervensi
keseimbanga dilakukan cairan. selanjutnya.
n cairan b/d tindakan asuhan 2. Observasi/catat hasil 2. Mengetahui keseimbangan
output yang keperawatan 2 x intake output cairan. cairan.
berlebihan. 24 jam dengan 3. Anjurkan klien untuk 3. Mengurangi kehilangan
tujuan volume banyak minum. cairan.
cairan dan 4. Jelaskan pda keluarga 4. Meningkatkan partisipasi
elektrolit dalam pasien tanda kekurangan dalam perawatan.

16
tubuh seimbang cairan. 5. Mengganti cairan yang
(kurangnya 5. Berikan terapi sesuai keluar dan mengatasi diare.
cairan dan advis : Infus RL 15 tpm.
elektrolit
terpenuhi).
Dengan kriteria
Hasil :
 Turgo
kulit
cepat
kembali.
 Mata
kembali
normal.
 Membra
n
mukosa
basah.
 Intake
output
seimban
g.
2. Gangguan Setelah 1.Teliti keluhan nyeri, 1. Identifikasi karakterristik
rasa nyaman dilakukan catat intensitasnya nyeri & faktor yang
( nyeri ) b/d tindakan asuhan (dengan skala 0-10). berhubungan merupakan
hiperperistalti keperawatan 2 x 2. Anjurkan klien untuk suatu hal yang amat penting
k. 24 jam dengan menghindari allergen. untuk memilih intervensi
tujuan rasa 3. Lakukan kompres yang cocok & untuk
nayaman hangat pada daerah perut. mengevaluasi ke efektifan
terpenuhi, klien 4. Kolaborasi dengan dari terapi yang diberikan.
terbebas dari farmasi. 2. Mengurangi bertambah
distensi beratnya penyakit.
abdomen. 3. Dengan kompres hangat,
Dengan kriteria distensi abdomen akan
hasil : mengalami relaksasi, pada
 Klien kasus peradangan
tidak akut/peritonitis akan
menyerin menyebabkan infeksi.
gai
kesakitan
.
 Klien
mengung
kapkan
Verbal
(-)
Wajah
rileks
Skala
nyeri 0-

17
3.
3. Gangguan Setelah 1.Mengobservasi TTV 1. Kehilangan cairan yang
eliminasi dilakukan 2. Jelaskan pada pasien aktif secara terus menerus
BAB : diare tindakan asuhan tentang penyebeb dari akan mempengaruhi TTV.
b/d infeksi keperawatan 2 x diarenya. 2. Klien dapat mengetahui
bakteri 24 jam dengan 3. Pantau lekosit setiap penyebab dai diarenya.
tujuan kosistensi harinya. 3. Untuk mengetahui
BAB lembek, 4. Kolaborasi konsul ahli konsistensi dan frekuensi
frekuensi 1 kali gizi untuk memberikan BAB.
perhari. Dengan diet sesuai kebutuhan 4. Metode makan dan
kriteria hasil : klien. kebutuhan kalori didasarkan
 Tnda – pada kebutuhan.
tanda
vital
dalam
batas
normal
(N:
80x/meni
t, S:
37°C,
RR:
22x/meni
t)

E. Implementasi keperawatan
No Diagnose keperwatan implementasi
1. Gangguan 1. Mengkaji keluhan pasien.
keseimbangan cairan 2. Mengobservasi TTV setiap 8 jam.
b/d output yang 3. Memasang infus Rl 15 tpm.
berlebihan. 4. Memberikan oabat.
5. Menganjurkan untuk klien banayk minum.
2. Gangguan rasa 1. Menganjurkan klien untuk istirahat dan melakukan kompres
nyaman ( nyeri ) b/d hangat pada daerah perut.
hiperperistaltik. 2. Mengobservasi TTV.
3. Mengkaji pola eliminasi klien.
4. Observasi hasil intake output cairan.
5. Menganjurkan makan dalam porsi sedikit tapi sering.
3. Gangguan eliminasi 1. Jelaskan pada keluarga tanda-tanda kekurangan cairan.
BAB : diare b/d 2. Memberikan obat
infeksi bakteri 3. Mengobservasi TTV.
4. Menganjurkan makan dalam porsi dikit tapi sering.
5. Mengobservasi tanta-tanda dheidrasi.

F . evaluasi

18
No Diagnosa keperawatan Evaluasi hasil
1. Gangguan keseimbangan cairan b/d S : Klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali, sudah
output yang berlebihan. mulai berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak sampai
muntah.
O : - Klien BAB 2x/hari
- Turgo kulit kembali <1 detik.
- Mata tidak cowong.
- Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi
makanannya.
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian.
P:1.Intervensi dilanjutkan kaji intak output cairan setiap 8jam .
2.Pantau tanda-tanda dheidrasi.
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d S : Klien mengatakan bahwa BAB sudah lembek 1-2/hari mual
hiperperistaltik. sudah berkurang , tidak muntah lagi.
O : - Klien BAB 1-2x/sehari, kosistensi sedikit lunak.
- Klien tidak muntah.
- Turgo kulit kembali <1 detik.
- Mata tidak cowong.
- Mukosa mulut tidak kering.
- Klien minum 1000cc/hari.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan.
3. Gangguan eliminasi BAB : diare b/d
infeksi bakteri S : Kien mengatakan bahwa perutnya sudah tidak sakit.
O : - Skala nyeri 0
- Klien tidak menyeringis kesakitan.

S : Klien mengatakan sudah tidak merasa mual dan muntah,


konsistensi BAB lunak.
O: - Klien BAB dengan kostitensi BAB lunak.
- Klien tidak merasa mual dab muntah.
- Klien menghabiskan porsi makannya dan minum kurang
lebih 1500cc/hari.
- Jumlah lekosit normal.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nalurita, G. (2019). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Eliminasi Urine pada


Kasus Perioperatif Benigna Prostat Hyperplasia Terhadap Tn.S di Ruang Bedah
RSD Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara (Doctoral
Dissertation,Poltekes Tanjungkarang).

19
Rohmatul, F., Darsini, D.,dkk. (2020). Modul Pembelajaran Keperawatan Medikal
Bedah II.

Nining Elsih, P. (2019). Asuhan Keperawatan pada An. H dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Diare di Ruang Perawatan Anak RSUD Kota Baubau (dectoral
dessertation, Poltekes Kemenkes Kendari).

Arsurya, Y., Rini, E. A., & Abdiana, A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
tentang Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong
Gadang Kecamatan Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2). 452.
https://doi.org/10.25077/jka. või2.720

Rosa Indri Sari, 2016. (2016). Pengobatan diare., ROSA INDRA SARI Fakultas Iimu
Kesehatan UMP, 2016. 6-32.

Saryono dan Widianti, A. T, ( 2010 ). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia


( KDM ). Yogyakarta : Nuha Medika.

Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai