Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada By.E dengan Diagnosa Medis Asfiksia di
Ruang Gincu 2 RSUD Kab.Indramayu” guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................3
ii
iii
F. Catatan Perkembangan..............................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................44
A. Analisis Penyakit (Disease Analyse).........................................................44
B. Analisis Diagnosa Keperawatan(Nursing Diagnose Analyse)..................45
C. Analisis Intervensi Keperawatan (Nursing Intervention Analyse)............47
D. Analisis Implementasi Keperawatan (Nursing Implementation Analyse).
...................................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa neonatus merupakan awal pertumbuhan serta perkembangan
setelah bayi tersebut lahir. Dimana masa ini adalah masa terjadinya kehidupan
yang baru dalam ekstrauteri, dengan terjadinya proses adaptasi semua system
organ tubuh. Proses adaptasi ini dimulai dari aktivitas pernapasan yang disertai
pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali/menit. (Fida dan
Maya, 2012).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan
zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2014). Asfiksia ini dapat terjadi karena
adanya gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan
pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita
ibu dalam persalinan (Marwiyah, 2016).
1
STIKes Indramayu
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam kasus ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak
Pada By.E dengan Diagnosa Asfiksia diruang Gincu 2 RSUD Kabupaten
Indramayu?”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Asfiksia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
Asfiksia.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada pasien Asfiksia.
c. Mampu merumuskan perencanaan secara tepat pada pasien dengan
Asfiksia.
d. Mampu merumuskan Implementasi secara tepat pada pasien dengan
Asfiksia.
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Asfiksia.
2
3
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Asfiksia agar dapat dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan keadaan/kondisi
pasien.
2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan pada pasien dengan
Asfiksia dapat menjadi referensi tambahan dalam mengembangkan keilmuan,
serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam penegakkan diagnosa dan
intervensi yang tepat.
3. Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan dengan adanyaasuhan keperawatan pada pasien dengan
Asfiksia dapat menjadi informasi tambahan dalam ilmu keperawatan bagi
akademisi dalam mengembangkan keilmuan.
3
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama
kehamilan atau persalinan.
Asfiksia dalam Kehamilan dapat disebabkan oleh: Penyakit infeksi akut atau
kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, cacat
bawaan atau trauma.
Asfiksia dalam Persalinan dapat disebabkan oleh : Partus lama, Ruptura uteri
yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta, prolapsus,
pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya, plasenta,
solusia plasenta, placenta (serotinus) (NANDA Nic Noc, 2015)
B. ETIOLOGI
Menurut NANDA Nic Noc (2015), asfiksia dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu :
1) Faktor Ibu
a. Hipoksia Ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.
b. Gangguan aliran darah fetus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada :
Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri, Hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan, Hipertensi pada penyakit toksemia,
eklamsia, dll.Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati,ketuban pecah dini,
infeksi.
4
5
2) Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya abruption plasenta, solusio plasenta.
3) Faktor Fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin. Selain itu factor
asfiksia dapat dipengaruhi meconium kental, prematuritas, dan persalinan ganda.
4) Faktor Lama Persalinan
Persalinan yang lama,VE, kelainan letak, serta operasi Caesar
5) Faktor Neonatus
Depresi pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anestesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara
langsung, trauma pada saat persalinan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan
intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia
atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Rustam (2011) dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Asfiksia ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
b) Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat jika frekuensi
detak jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis,
reflek iritabilitas tidak ada.
c) Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
5
6
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi
lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia
berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
6
7
E. MANIFESTASI KLINIS
7
8
F. PENATALAKSAAN MEDIS
Menurut Aziz Hidayat (2009), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai
tingkatan asfiksia, antara lain :
1. Asfiksia Ringan (Apgar score 7-10)
Bayi dibungkus dengan kain hangat, Bersihkan jalan napas dengan
menghisap lendir pada hidung kemudian mulut, Bersihkan badan dan tali
pusat, Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke
dalam inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
Bersihkan jalan napas, Berikan oksigen 2 liter per menit, Rangsang
pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada reaksi bantu
pernapasan dengan melalui masker (ambubag), Bila bayi sudah mulai
bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak
6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara
8
9
G. PENGKAJIAN
Asuhan Keperawatan asfiksia pada bayi baru lahir yaitu meliputi
pengkajian keperawatan, diagnos keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan, serta discharge planning.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : tingkat keparahan penyakit, kesadaran, status nutrisi,
postur/aktivitas anak, dan temuan fisis sekilas yang prominen dari organ/sistem,
seperti ikterus, sianosis, anemi, dispneu, dehidrasi, dan lain-lain.
b. Tanda vital : suhu tubuh, laju nadi, tekanan darah, dan laju nafas.
c. Data antropometri : berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, tebal lapisan
lemak bawah kulit, serta lingkar lengan atas.
2. Pemeriksaan Organ
a. Kulit : warna, ruam kulit, lesi, petekie, pigmentasi, hiper/hipohidrolisis,
dan angiektasis.
b. Kepala : bentuk, ubun-ubun besar, sutura, keadaan rambut, dan bentuk
wajah apakah simestris kanan atau kiri.
c. Mata : ketajaman dan lapangan penglihatan, hipertelorisme, supersilia,
silia, esksoptalmus, strabismus, nitagmus, miosis, midriasis, konjungtiva palpebra,
sclera kuning, reflek cahaya direk/indirek, dan pemeriksaan retina dngan
funduskopi.
d. Hidung : bentuk, nafas cuping hidung, sianosis, dan sekresi.
9
10
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosisa asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2010),
yaitu:
a) Denyut Jantung Bayi
Frekuensi denyut jantung normal pada bayi yaitu sekitar 120 dan
160 kali selama satu menit. Apabila frekuensi denyut jantung turun sampai
dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini
merupakan tanda bahaya bagi bayi.
10
11
I. ANALISA DATA
Data Senjang Etiologi / Masalah
No.
DS dan DO Penyebab Keperawatan
1. DS : dipsnea, ortopnea Asfiksia Bersihan jalan
DO : ↓ nafas tidak efektif
- Batuk tidak efektif Paru paru terisi (D0001)
- Tidak mampu batuk cairan
- Sputum berlebih ↓
- Mengi, whezing, Bersihan jalan
dan ronchi nafas tidak efektif
11
12
suhu tubuh
- Cedera otak akut
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak
sesuai suhu
lingkungan
- Proses penyakit
- Perubahan laju
metabolisme
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas d.d Dipsnea,
dan sianosis
12
13
No Perencanaan Keperawatan
Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah di lakukan tindakan ...x24 jam 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 1. Untuk mengetahui pola nafas pasien
diharapkan masalah bersihan jalan nafas kedalaman, dan usaha nafas) 2. Untuk mengetahui bunyi nafas
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi nafas 3. Untuk mengeluarkan sputum
3. Monitor sputum 4. Untuk mengurangi sesak nafas
Indikator IR ER 4. Lakukan suction 5. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
Mengi 3 5 5. Berikan oksigen bayi
whezing 3 5 6. Anjurkan asupan 200 ml/hari 6. Untuk mengencerkan sputum, dan
mekonium 3 5 7. Kolaborasi pemberian meredakan sesak nafas
bronkodilator, mukolitik, jika
perlu.
8. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit, jika perlu
2 Setelah di lakukan tindakan ...x24 jam 1. Monitor efektifitas terapi oksigen 1. Untuk mengetahui efektifitas terapi
diharapkan masalah gangguan 2. Bersihkan sekret pada mulut dan oksigen
pertukaran gas dapat teratasi dengan hidung 2. Untuk membersihkan secret
kriteria hasil: 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas 3. Untuk mempertahankan kepatenan
4. Ajarkan pasien dan keluarga jalan nafs
Indikator IR ER menggunakan oksegien 4. Agar keluarga dan pasien dapat
dipsnea 3 5 5. Kolaborasi penentuan obrit o2 melakukan terapi oksigen
13
14
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS
IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah Ibu
Nomor RM : 154367
Nama : By. E
Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 16-12-2021
Jenis Kelamin :L
Alamat : Losarang
Tanggal Masuk RS : 16-12-2021
Tanggal Pengkajian : 23-12-2021 Jam : 10.00
Bayi lahir pada tanggal 16 desember 2021 pada pukul 14.30 dengan riwayat kelahiran KPD + IVH dengan
berat badan 3050 gram, usia kehamilan 39 minggu, nilai apgar skore 1/3, reflek menelan dan menghisap
lemah, hasil pengkajian didapatkan bayi mengalami sesak nafas dengan frekuensi RR 70x/menit, terpasang
alat bantu pernafasan oksigen nasal kanul 2 liter, nafas cepat, adanya retraksi dinding dada, terpasang
umbilical infus D10%, bayi dibedong dan diselimuti, bibir tampak kering, terpasang OGT, turgor kulit kurang
elastis dengan nilai > 3 detik, S = 35,8 c, akral teraba dingin, SPO 96%, dan Nadi 130x/menit, terdapat
pernafasan cuping hidung
Frekuensi Jantung Tidak ada √kurang dari 100 lebih dari 100 1 menit pertama : 2
Usaha napas Tidak ada √Lambat Menangis kuat
Tonus otot 5 menit pertama : 3
√Lemah Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif
Refleks 10 menit pertama :…...
Warna Tidak bereaksi Gerakan sedikit √Reaksi melawan
√Biru atau pucat √Tubuh kemerahan, tangan Kemerahan 15 menit pertama :…...
dan kaki biru
Jenis diet:
Kebutuhan kalori sesuai BB sekarang = 50-60 Kkal/KgBB/hari x 3,1 Kg = 155/24kkal/hari = 6,4 kkal/jam
Jenis nutrisi
16
17
√ASI Susu formula Kombinasi ASI dan susu formula HMF Nasi
TIM Bubur Di puasakan
Cara pemberian nutrisi
Menyusui langsung √OGT/NGT Gelas/cup feeder √Botol
Di puasakan
Masalah pemberian makan
Status Cairan
Total Output
Balance cairan
Keluhan BAK
17
18
4. Abdomen 1. Inspeksi
Tali Pusat : Basah √ Kering Berbau Warna Keluaran Cairan
Distensi Abdomen : Ya √ Tidak
Bentuk: Simetris
Hepatomegali Ya √ Tidak Spelenomegali Ya √Tidak, Lainnya
2. Auskultasi: Bising usus = 10x/menit
3. Palpasi
Supel Ya √ Tidak
Hepatomegali : Ya √ Tidak; Spleenomegali : Ya √ Tidak
Teraba Masa : Ya √ Tidak Turgor Kulit : Lambat √ Cepat
4. Perkusi:√ Tympani Hypertimpani
5. Ekstremitas dan Pergerakan: √ Bebas Terbatas ;
Muskuloskeletal Kelainan tulang Ya √ Tidak, Jika kelainan, sebutkan.......
Spina bifida √ Normal Abnormal, sebutkan
Tonus otot…………………………………
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kelainan lainnya: Ya √ Tidak, Sebutkan:................
6. Kulit dan kuku
Warna Kulit √Pink Pucat Kuning Mottled kulit tipis nampak pembuluh darah
Sianosis √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Ptekie √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Kemerahan √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Tanda lahir √ Tidak Ya, Lokasi………………………
Turgor kulit Elastis √Tidak elastis
18
19
Penilaian Ikterus
Neonatorum dengan Kramer
Derajat Ikterik:
7. Anus dan Genitalia Anomalirectal: Ya, √Tidak
Kebersihan:√ Bersih Kurang Bersih
Laki-Laki / Perempuan (coret yang bukan pilihan)
√ Normal Abnormalitas lain, Sebutkan..................................
Anus :
Defekasi
√Melalui anus
Frekuensi 1x
Konsistensi Lembek
Stoma …………………..............
1. Konsep diri :
2. Dampak Hospitalisasi
19
20
1. Pengasuh
√Ayah √Ibu Nenek Orang Lain Pengasuh lain
2. Hubungan dengan pengasuh
Dukungan
Harmonis Tidak harmonis
Sibling Keluarga Lain Teman sebaya
3. Keterlibatan Orangtua Saat Anak Dirawat
Merawat Menggendong Berkunjung
BerbicaraMendongeng/bercerita
4. Perkembangan sosial:
Peran dalam keluarga:
Keterlibatan anak dalam kegiatan masyarakat
………………………………………………………………………….
..................................................................................................................
..................................................................................................................
Lingkungan Internal
RIWAYAT KELAHIRAN YANG LALU
Tanggal/
Jenis Komplikasi Lain
N Tahun Penyakit Jenis
Kelam BBL Keadaan Bayi Kehamilan/ –
o. Kelahira Waktu Hamil Persalinan
in Persalinan Lain
n
Ekst Forceps
Ekst Vacum
Anak Hidup
Perdarahan
Lahir mati
Hipertensi
Sungsang
Eklampsi
Lain-lain
Lain-lain
Lain-lain
Diabetes
Spontan
Abortus
Jantung
28 Hari
Infeksi
1 Hari
Sifilis
KPD
CPD
SC
1 23 tahun ♀ √ √
16-12- 3050
2 lk √
2021 gr √
20
21
21
22
Down Score:
Nilai 0 1 2 skor
Frekuensi < 60 x/menit √ 60 – 80 x/menit 80 x/menit 1
nafas (70 x/menit)
Retraksi Tidak ada √ Retraksi ringan - Retraksi berat 1
Sianosis Tidak ada √ Hilang dengan O2- Menetap dengan 1
O2
Air entry Ada - √ Menurun Tidak terdengar 0
(udara masuk)
Merintih Tidak ada √ Terdengar dengan Terdengar tanpa 0
stetoskop- alat bantu
Total skor 5
Skor < 4 : gangguan pernapasan ringan
Skor 4-5 : gangguan pernapasan sedang√
Skor ≥ 6 : gangguan pernapasan berat (pemeriksaan AGD harus dilakukan)
Riwayat Imunisasi
√BCG Lainnya :……………………………….
DPT1 DPT2 DPT3
Hepatitis1 Hep2 Hep3 Hep4
Polio1 Polio2 Polio3 Polio4
Campak
22
23
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
- Leukosit : 24.000/µ (Normal)
- Eritrosit : 5.3 10^6/µ (Normal)
- Haemoglobin : 19.0 g/dl (Normal)
- Hematokrit : 57.8% (Normal)
- Trombosit : 257.000 (Normal)
- MCU : 102 Fl (Normal)
- MCH : 35.6 pg (Normal)
- MCHC : 32.9 g/dl (Normal)
- RDW : 12.2% (Menurun)
3. Pengkajian risiko infeksi
Penggunaan peralatan medis: Tidak √Ya √NGT/OGT, √IVFD, dipasang di umbilikal
Ventilator, Neonatal CPAP, √Oksigen, Jenis: Nasal kanul, jumlah: 1 l/menit
Respon Inflamasi
1. Kemerahan
2. Bengkak
3. Panas
23
24
4. Bau
5. Pengeluaran
6. Penurunan fungsi
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
√ Tidak, Ada, lokasi ……………………………….
Respon Stres
1. Nyeri
Skala nyeri : ……………………
Penilaian nyeri
Instrumen Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
Lokasi : ………………………...
Ekspresi wajah
0 : Otot relaks Wajah tenang, ekspresi netral √
Frekuensi : …………………….
1 : Meringis Otot wajah tegang, alis berkerut (ekspresi wajah negative)
Tangisan Interpretasi skor skala nyeri NIPS
Durasi : ………………………...
0 : Tidak menangis Tenang, tidak menangis :
1 : Merengek Mengerang lemah, intermiten √
2 : Menangis keras Menangis kencang, melengking terus menerus - Skor 0 Tidak perlu intervensi
(catatan : menangis tanpa suara diberi skor bila bayi diintubasi) - Skor 1-3 Intervensi non-
Pola napas farmakologis
0 : Relaks Bernapas biasa - Skor 4-5 Terapi analgetik non-
1 : Perubahan napas Tarikan ireguler, lebih cepat dibanding biasa, menahan napas, opioid
tersedak √ - Skor 6-7 Terapi opioid
Tungkai
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa √
1 :Fleksi/ekstensi Tegang kaku
Lengan V
0 : Relaks Tidak ada kekuatan otot, gerakan tungkai biasa √
1 : Fleksi/ekstensi Tegang kaku
Tingkat kesadaran
0 : Tidur/bangun Tenang tidur lelap atau bangun √
1 : Gelisah Sadarataugelisah
Keterangan:
Refleks
24
25
4. Vit K
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d tampak sesak, RR : 70x/m, SPO 96%, terpasang
nasal kanul 2 l, dan terdapat retraksi dinding dada
2. Termogulasi tidak efektif b.d fluktuasi suhu lingkungan d.d kulit tampak hangat, suhu fluktuatif dengan
S : 35,8°c
3. Risiko defisit nutrisi
Tgl 23 Desember
2021 Pukul 10.00 WIB
Perawat Yang Mengkaji
(Kelompok 5)
B. Analisa Data
25
26
26
D. Intervensi Keperawatan
Kedalaman 3 5
nafas
23-12- 3 Setelah dilakukan tindakan kep Regulasi Temperatur 1. Mengetahui suhu bayi Kelomp
2021 selama 3x24 jam termogulasi 1. Monitor suhu bayi sampai stabil 2. Untuk menyesuaikan ok 5
tidak efektif dapat teratasi 2. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan bayi
10.10 dengan hasil kebutuhan 3. Untuk mengetahui
WIB 3. Jelaskan cara pencegahan pencegahan hipotermi
Indikator IR ER
Suhu 3 5 hipotermi karena terpapar udara
tubuh dingin 4. Untuk mengurangi panas
Frekuensi 3 5 4. Kolaborasi pemberian PCT
nadi
28
Menggigil 3 5
Suhu kulit 3 5
No Tanggal Tanggal
Implementasi keperawatan Paraf Evaluasi Paraf
Dx Jam Jam
1 23-12- 1. Memonitor frekuensi, irama, Kelompok 23-12- S :- Kelompok
2021 kedalaman, dan upaya nafas 2021 O:
5 5
R : - Frekuensi Napas - Bayi tampak sesak
10.15 68x/menit 11.00
- RR 68x/menit
- Irama napas reguler
- napas dangkal cepat - Irama napas reguler
28
29
29
30
lingkungan sesuai
kebutuhan
- Kolaborasi pemberian
Paracetamol jika perlu
1. Memposisikan OGT S:- Kelompok
R : OGT tepat dilambung O : Bayi dipasang OGT
5
2. Mengecek residu setiap 6 A : Masalah belum teratasi
jam P : Lanjutkan intervensi
R: Residu -
3. Menggunakan teknik bersih
dalam pemberian nutrisi
R : menggunakan teknik
bersih
4. Berkolaborasi pemberian
susu
R : bayi diberi susu
F. Catatan Perkembangan
30
31
TTD/ Nama
No. Dx Kep Tgl/ Jam Catatan Perkembangan
Jelas
1 24/12/2021 S : - Kelompok 5
Pola Napas 09.00 WIB O:
- Bayi tampak masih sesak
Tidak Efektif
- RR 65x/menit
(D.0005) - SPO2 97%
- Terdapat retraksi dada
- Nafas cepat
- Pernafasan cuping hidung
- Terpasang oksigen 2 liter
31
32
32
33
15.00 WIB S : -
O:
- Bayi tampak masih sesak
- RR 65x/menit
- SPO2 97%
- Terdapat retraksi dada
- Nafas cepat
- Terpasang oksigen 2 liter
33
34
P : Pertahankan intervensi
R:-
34
35
21.00 WIB S : -
O:
- Bayi tampak sesak berkurang
- RR 62x/menit
- SPO2 97%
- Terdapat retraksi dada
- Nafas cepat
- Terpasang oksigen 2 liter
35
36
R:-
36
37
2 24/12/2021 S :-
Termoregulasi 09.00 WIB O :
Tidak Efektif - Suhu bayi fluktuatif dengan 36,4°c
(D.0149) - Akral teraba dingin
A : Termoregulasi belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi (1,2,4)
I :
09.15 WIB - Memonitor suhu bayi sampai stabil
09.15 WIB
- Menyesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan
09.15 WIB Kelompok 5
- Kolaborasi memberikan Paracetamol jika perlu
14.00 WIB
E:
S :-
O:
- Suhu bayi fluktuatif dengan 36,4°c
- Akral teraba dingin
A :Termoregulasi belum teratasi
P :Lanjutkan Intervensi
R:-
15.00 WIB S :- Kelompok 5
37
38
O:
- Suhu bayi fluktuatif dengan 36,8°c
- Bayi teraba hangat
A :Termoregulasi belum teratasi
P :Lanjutkan Intervensi (1,2,4)
I :
- Memonitor suhu bayi sampai stabil
15.15 WIB
15.15 WIB - Menyesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan
15.15 WIB
- Kolaborasi memberikan Paracetamol jika perlu
21.00 WIB E :
S :-
O:
- Suhu bayi fluktuatif dengan 36,6 °c
- Bayi teraba hangat
A :Termoregulasi belum teratasi
P :Lanjutkan Intervensi
R:-
38
39
21.00 WIB S :-
O:
- Suhu bayi fluktuatif dengan 36,8 °c
- Bayi tampak hangat
A :Termoregulasi belum teratasi
P :Lanjutkan Intervensi
I :
22.00 WIB - Memonitor suhu bayi sampai stabil
22.00 WIB
- Menyesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan
22.00 WIB Kelompok 5
- Kolaborasi memberikan Paracetamol jika perlu
25/12/2021 E :
07.00 WIB S :-
O:
- Suhu bayi fluktuatif dengan 36,5°c
- Bayi teraba tidak terlalu hangat
A : Termoregulasi teratasi
P : Hentikan Intervensi
R:-
3. S:- Kelompok 5
Risiko Defisit
39
40
Nutrisi O:
- Reflek hisap menelan masi lemah
- Bayi terpasang OGT
- Terpasang infus umbilikal
A : Masalah belum terasi
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Memonitor residu setiap 6 jam
- Memeriksa OGT dengan cara menginspeksi atau mengecek
residu
- Kolaborasi pemberian susu
E : S :-
O:
- bayi terpasang OGT
- residu 1 cc warna putih keruh berlendir
- terpasang infus D10%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
R :-
40
41
S:-
O:
- Reflek hisap menelan sedikit menguat
- Bayi sudah tidak terpasang OGT Kelompok 5
- Terpasang infus umbilikal
A : Masalah terasi
P : Hentikan Intervensi
41
BAB IV
PEMBAHASAN
42
Haemoglobin : 19.0 g/dl (Normal), Hematokrit : 57.8% (Normal), Trombosit
: 257.000 (Normal), MCU : 102 Fl (Normal), MCH : 35.6 pg (Normal), MCHC
: 32.9 g/dl (Normal), RDW: 12.2% (Menurun).
B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok. Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa pertama Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d
tampak sesak, RR : 70x/m, terpasang nasal kanul 2 liter, SPO2 96%, dan terdapat
retraksi dinding dada, pernafasan cuping hidung.
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat. Adapun batasan karakteristik dari diagnosis pola
napas tidak efektif dengan data mayor adalah dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal. Sedangkan data
minor adalah ortopnea, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun
dan ekskursi dada berubah (SDKI, 2017).
Diagnosa yang pertama yang penulis ambil adalah pola napas tidak efektif,
alasan penulis menegakan diagnose ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnose dapat ditegakan. Berdasarkan data diatas yang ditemukan pada pasien
data objektif diantaranya tampak sesak, adanya penggunaan otot bantu
pernapasan, terdapat retraksi dinding dada dan terpasang nasal kanul dengan RR
70x/menit sehingga penulis mengangkat diagnosa pola napas tidak efektif sebagai
diagnosa pertama.
Diagnosa kedua Termogulasi tidak efektif b.d fluktuasi suhu lingkungan
d.d akral teraba dingin, suhu fluktuatif dengan S : 35,8°c. Termogulasi tidak
efektif adalah kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
43
Adapun batasan karakteristik dari diagnosis termogulasi tidak efektif dengan data
mayor objektif adalah kulit dingin/hangat, mengigil, suhu tubuh fluktuatif.
Adapun data objektif dengan data minor adalah piloereksi, pengisian kapiler >3
detik, TD meningkat, pucat, Frekuensi nafas meningkat, takikardi, kejang, kulit
kemerahan, dasar kuku sianosis (SDKI, 2017)
Diagnosa yang kedua yang penulis ambil adalah termogulasi tidak efektif,
alasan penulis menegakan diagnose ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnose dapat ditegakan.
Dan diagnosa ketiga Risiko defisit nutrisi dd. Reflek hisap dan menelan
lemah, terpasang OGT BB 3050 gram, PB : 45 cm, LK : 31 cm, LLA : 39 cm,
LD : 28 cm. Risiko defisit nutrisi adalah beresikon mengalami asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Adapun faktor risiko adalah
ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme,
faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis. Stress,
keengganan untuk makan) (SDKI,2017).
Diagnosa yang ketiga yang penulis ambil adalah Risiko defisit nutrisi,
alasan penulis menegakan diagnose ini adalah karena sangat mendukung. Menurut
SDKI (2017) dalam menegakan diagnose perlu adanya 80% data mayor agar
diagnose dapat ditegakan.
44
Tahap perencanaan berfokus pada memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan
dan kriteria hasil, membuat instruksi keperawatan, dan mendokumentasikan
rencana asuhan keperawatan. Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan
keperawatan adalah meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan
keperawatan, memberikan asuhan secara langsung dan di dokumentasikan, catatan
dapat digunakan untuk evaluasi penelitian dan aspek legal serta sebagai
dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2009).
Dalam penulisan makalah ini penulis membuat 3 intervensi sesuai dengan
diagnosa yang penulis tegakkan yaitu :
Diagnosa pertama yaitu Pola nafas tidsak efektif b.d hambatan upaya nafas
d.d tampak sesak, RR : 70x/m, penggunaan otot bantu pernafasan dan terdapat
retraksi dinding dada. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan pola nafas tidak efektif pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil
adalah sesak berkurang, penggunaan otot bantu pernapasan berkurang, frekuensi
nafas membaik kedalaman napas berkurang. Selanjutnya akan diuraikan
intervensi, yaitu Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
rasionalnya untuk mengetahui frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas; Atur
interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien untuk mengetur interval
pemantauan respirasi; Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan untuk
menjelaskan prosedur dan tujuan pemantauan; Kolaborasi pemberian O2
rasionalnya untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Diagnosa kedua yaitu Termogulasi tidak efektif b.d fluktuasi suhu
lingkungan d.d kulit tampak hangat, suhu fluktuatif dengan S : 37,2°c. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan termoregulasi tidak
efektif dengan Kriteri hasil : suhu tubuh membaik, frekuensi nadi membaik, suhu
kulit membaik, memnggil berkurang. Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu
Monitor suhu bayi sampai stabil rasionalnya adalah Untuk mengetahui suhu bayi;
Sesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan rasionalnya adalah untuk
menyesuaikan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi; Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar udara dingin rasionalnya adalah untuk mengetahui
45
pencegahan hipotermi; Kolaborasi Kolaborasi pemberian PCT rasionalnya adalah
untuk mengurangi panas.
Diagnosa ketiga yaitu risiko defisit nutrisi dd. Reflek hisap dan menelan
lemah, terpasang OGT BB 3050 gram, PB : 45 cm, LK : 31 cm, LLA : 39 cm,
LD : 28 cm. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan risiko defisit nutrisi dengan Kriteri hasil : sulit menghisap, sulit
menelan, mukosa bibir baik, Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu :periksa
posisi OGT, dengan cara mengauskultasi, memonitor residu setiap 6 jam,
tingkatkan teknik bersih dalam pemberian nutrisi, kolaborasi pemberian susu.
46
2. Termogulasi tidak efektif b.d fluktuasi suhu lingkungan d.d kulit tampak
hangat, suhu fluktuatif dengan S : 35,8°c
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu memonitor suhu
bayi tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui perubahan suhu pada bayi.
Hasil yang didapat suhu bayi fluktuatif dengan S : 35,8 °c
Implementasi yang kedua adalah menyesuaikan suhu lingkungan sesuai
kebutuhan tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah perubahan suhu pada
bayi. Hasil yang didapat bayi tampak hangat.
3. Risiko defisit nutrisi dd. Reflek hisap dan menelan lemah, terpasang OGT
BB 3050 gram, PB : 45 cm, LK : 31 cm, LLA : 39 cm, LD : 28 cm
Implentasi untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu memeriksa posisi
OGT dengan cara mengauskultasi tindakan tersebut dilakukan untuk mengecek
posisi OGT, memonitor residu setiap 6 jam tindakan tersebut dilakukan untuk
mengetahui cairan residu, tingkatkan teknik bersih dalam pemberian nutrisi
tindakan tersebut dilakukan untuk menjaga kebersihan, kolaborasi pemberian susu
tindakan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hikposia yang progresif karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 saat janin
diuterus hipoksia, bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2
selama kehamilan/persalinan, akan terjadi Asfiksia. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dna gangguan ini dapat reversibel atau tidak tergantung dari
BB dan lamanya Asfiksia.
B. Saran
Sebagai perawat sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan
Asfiksia maka diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian
asuhan keperawatan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh
persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan
membawa konsekuensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada
setiap individu.
2. Untuk merencanakan asuhan keperawatan yang tepat untuk seseorang.
Harus mengadakan pendekatan melalui karakteristik individu yang
mempersepsikan dalam situasi yang memunyai makna bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
49