Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI PASIEN HIV AIDS DI RUMAH SAKIT


UMUM dr DRADJATPRAWIRANEGARA SERANG

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 Psikologi

APRIZKYA PUTRI MAHARANI


20190701088

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................5
2.1 Penerimaan Diri .......................................................................................5
2.1.1 Definisi Penerimaan Diri................................................................5
2.1.2 Aspek-Aspek Penerimaan Diri .......................................................6
2.1.3 Faktor-Faktor Penerimaan Diri ......................................................7
2.2 HIV/AIDS ................................................................................................7
2.2.1 Definisi HIV/AIDS ........................................................................7
2.2.2 Ciri-Ciri HIV/AIDS .......................................................................8
2.2 Kerangka Berfikir ....................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................11
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................11
3.2 Populasi dan Sampel ..............................................................................11
3.2.1 Populasi ........................................................................................11
3.2.2 Sampel ..........................................................................................11
3.3 Definisi Variable ....................................................................................12
3.3.1 Definisi Konseptual Penerimaan Diri ..........................................12
3.3.2 Definisi Operasional Penerimaan Diri .........................................12
3.4 Instrumen Penelitian ..............................................................................12
3.4.1 Skala Alat Ukur Penerimaan Diri ................................................12
3.4.2 Teknik Skoring .............................................................................13
3.4.3 Kisi-kisi Alat Ukur .......................................................................13

ii
3.5 Uji Reabilitas dan Validitas ...................................................................15
3.5.1 Uji Validitas .................................................................................15
3.5.2 Uji Reabilitas................................................................................15
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................16
3.6.1 Analisis Data Deskriptif ...............................................................16
3.6.2 Z-scroce ........................................................................................16
3.6.3 Crosstab .......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18
LAMPIRAN ...........................................................................................................20

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Teknik Skoring Pernyataan Penerimaan diri .........................................13


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Alat Ukur Penerimaan Diri ....................................................14
Tabel 3.3 Tingkat Reliabilitas Item ........................................................................15

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian .............................................................10

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada saat ini berita mengenai infeksi HIV (Human Immunodeficiency
Virus) atau AIDS (Acquired Deficiency Syndrom) sudah menjadi konsumsi
public dan menjadi sorotan berita di sosial media maupun televisi. Pada tahun
1981, Ketika AIDS pertama kali dikenal kan di Amerika Serikat , terdapat kurang
lebih dari 60 kasus yang telah dilaporkan. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan bisa dapat
menimbulkan AIDS sehingga tubuh bisa mudah di serang penyakit yang dapat
berakibat fatal.
Menurut Hasan (2008), diantara berbagai virus yang ada dan dikenal saat
ini, yang dianggap paling berbahaya adalah HIV (Human Immuno Deficiency
Virus) yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Deficiency Syndrom). Virus
ini berbeda dengan virus virus lainnya , mikro organisme ini secara total dapat
melumpuhkan aktivitas sistem kekebalan manusia. HIV menyebabkan kerusakan
yang belum dapat diperbaiki pada tubuh manusia yang disebabkan karena
rusaknya sistem kekebalan, yang membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap
penyakit yang masuk, dan mengakibatkan kondisi yang sangat berbahaya. Hasan
(2008) menyatakan bahwa individu yang mempunyai status dirinya sebagai
ODHA memiliki 3 tantangan utama yaitu menghadapi reaksi terhadap penyakit
yang mengandung stigma, kemungkinan waktu kehidupannya sangat terbatas serta
mengembangkan strategi untuk mempertahankan kondisi fisik dan emosi. Namun,
kebanyakan individu yang memiliki status positive sebagai ODHA bertahan hidup
dengan baik untuk menghadapi penyakitnya.
Di Indonesia penyebaran virus HIV/AIDS terbagi menjadi dua kelompok
utama, yaitu melalui hubungan seksual yang tidak aman dan penggunaan
narkotika suntik secara bergantian. Selain berhubungan seksual HIV bisa menular
melalui transfusi darah, ibu kepada bayi, baik saat kehamilan,melahirkan atau saat
menyusui, berbagai jarum suntik bisa saat menindik atau menato, berbagai
suntikam terutana bagi para pengguna narkotika suntik, selain itu juga berbagi alat
bantu seks dengan ODHA (Alodokter.com).
Individu yang terkena positive HIV/AIDS harus bisa bertahan dari
ketakutan akan berbagai prasangka masyarakat umum, terutama jika mereka gay
atau pengguna jarum suntik narkoba karena biasanya karena hal itu masyarakat
menyalahkan korban yang terpapar virus HIV/AIDS. Karena masyarakat juga
secara irasional takut tertular oleh virus seumur hidup ini,meskipun mereka tidak
secara langsung kontak fisik dengan ODHA. Penolakan ini yang memberikan
perasaan tidak nyaman kepada setiap ODHA,karena akan berpengaruh pada

1
2

Kesehatan fisik dan psikologisnya.


Menurut Ridha (2012) penerimaan diri lebih bersifat suatu proses dalam
hidup sepanjang hayat manusia. Dalam proses penerimaan diri dapat saja muncul
konflik, tekanan, frustasi, yang menyebabkan remaja terdorong untuk meneliti
berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan.
Tentama (2012) menjelaskan bahwa pentingnya penerimaan diri bagi individu
agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, penyesuaian ada lingkungan
mempunyai manfaat bagi dirinya untuk berfikir secara positif mengenai kedaan
diri, orang lain, dan lingkungan. Salah satu faktor pemicu penerimaan diri
individu adalah berfikir positif terhadap hal yang dialaminya, Selain para ahli
diatas, Bernard (2013) juga mengungkapkan bahwa penerimaan diri sebagai
kekuatan karakter yang mendasar untuk perjalanan menuju aktualisasi diri,
kebahagiaan, pemenuhan, pencerahan, dan perdamaian
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten telah mencatat
sebanyak 13.670 kasus HIV/AIDS di seluruh Banten hingga Maret 2022.
Berdasarkan data dari Dinkes Banten, total temuan kasus sebanyak 13.670
tersebut tersebar di delapan Kabupaten dan Kota dengan jumlah kasus terbanyak
di Kabupaten Tangerang. Secara rinci, Kabupaten Tangerang 4.363 kasus, Kota
Tangerang ada 3.497 kasus, Kota Tangerang Selatan 1.799 kasus, Kabupaten
Serang 1.664 kasus. Kemudian Kota Cilegon 940 kasus, Kabupaten Lebak 613
kasus, Kota Serang 460 kasus, dan Kabupaten Pandeglang 334 kasus.
Selain itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang Ahmad
Hasanuddin bahwa kasus Lelaki seks dengan Lelaki (LSL) dan wanita penjaga
seks komersial (WPSK) di Kota Serang lebih tinggi dari tahun tahun
sebelumnya.”Tahun ini menjadi paling banyak,” katanya. Berdasarkan data
Komisi Penanggulangan AIDS(KPA) Kota Serang. sejak januari hingga Oktober
2022 terdapat 58 warga Kota Serang terjangkit virus HIV/AIDS. Penyebab
penularan HIV didominasi perilaku seks menyimpang seperti LSL. Individu yang
terjangkit didominasi lelaki dengan usia 15-25 tahun. Adapun upaya penanganan
yang dilakukan, untuk HIV/AIDS pihaknya melakukan tracing dan testing pada
warga yang berisiko tinggi seperti lelaki seks dengan lelaki (LSL).Para pelaku
LSL akan diberikan konseling serta penanganan dengan pemberian obat
antiretroviral (ARV) di Rumah Sakit Dradjat Prawiranegara (RSDP) Serang.
"Karena kita tahu pencegahan itu lebih efektif dibandingkan mengobati," katanya
Berdasarkan hasil wawancara di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara
Serang pada tanggal 13 Juni 2023 dengan pasien berinisial F usia 18 tahun. Ia
tidak dapat menerima dirinya dengan baik dan tidak bisa menerima apa yang telah
di diagnosa pada dirinya. Dengan memiliki ciri- ciri yang dialami ,ia tidak
bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tidak bisa menerima akan adanya virus
yang sudah ada didalam dirinya, menganggap dirinya aneh, mempunyai
3

kepercayaan yang menurun, tidak punya pendirian terhadap tindakan untuk


dirinya sendiri.
“Ketika saya mendapatkan diagnosis bahwa saya positive HIV/AIDS saya
merasa berbeda dengan orang disekitar saya, saya juga merasa malu untuk
memberitahu kepada keluarga saya dengan apa yang sudah terjadi kepada diri
saya, saya merasa takut keluarga saya tidak menerima keberadaan diri saya
disini”. Ungkap salah satu pasien HIV/AIDS yang sulit untuk menerima dirinya
sendiri dengan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hasil wawancara di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara
Serang pada tanggal 13 Juni 2023 dengan pasien berinisial S usia 22 tahun. Ia
tidak dapat menerima dirinya dengan baik dengan apa yang sedang dialami
dirinya. Dengan memiliki ciri ciri yang dialami, tidak memiliki kepercayaan pada
dirinya, memiliki pendirian yang cukup rendah, tidak bisa menerima akan virus
yang ada didalam tubuhnya, merasa dirinya tidak memiliki kelebihan apapun.
“ Saat saya pertama kali disuruh untuk cek lab untuk pemeriksaan
HIV/AIDS dan ternyata saya di diagnosa positive HIV/AIDS saya langsung tidak
percaya pada diri saya sendiri, saya merasa saya tidak memiliki kelebihan, selain
itu juga saya merasakan takut jika lingkungan keluarga, teman , bahkan
lingkungan masyarakat akan menjauhi saya dan berfikir aneh tentang diri saya”.
Ungkap salah satu pasien HIV/AIDS yang sulit untuk menerima dirinya sendiri
denga napa yang telah terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hasil wawancara di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara
Serang pada tanggal 14 Juni 2023 dengan pasien berinisial A usia 28 tahun.
Pasien mampu mengambarkan penerimaan dirinya dengan baik. Adapun ciri-ciri
yaitu dapat menghargai dirinya sendiri, dapat bertanggung jawab atas apa yang
telah dilakukan, menyadari akan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam
dirinya, dan percaya diri akan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri.
“ Saat saya menerima hasil dan mendapatkan diagnose positive HIV/AIDS
saya awal merasa saya tidak dapat menerima diri saya dengan baik, tetapi ketika
saya mendapatkan konseling dan berusaha menerima apa yang telah diberikan
saya terus menjalani kehidupan saya seperti biasanya saja, saya juga
mengembangkan kelebihan yang saya punya sehingga saya dapat menjalani
kehidupan yang semestinya, selain itu juga ketika saya menerima apa yang telah
terjadi saya merasa saya lebih menghargai diri saya sendiri”. Ungkap salah satu
pasien HIV/AIDS yang dapat menerima dirinya dengan baik dan dapat berdamai
dengan dirinya sendiri.
Dari ketiga contoh kasus diatas terlihat bahwa pasien F dan S merasa aneh
pada dirinya akan virus HIV/AIDS yang sudah ada di dalam tubuhnya selama
seumur hidup. Hal ini menunjukkan bahwa F dan S dilihat dari aspek-aspek
seperti yang dialami, tidak memiliki kepercayaan pada dirinya, memiliki pendirian
4

yang cukup rendah, tidak bisa menerima akan virus yang ada didalam tubuhnya,
merasa dirinya tidak memiliki kelebihan apapun, menganggap dirinya aneh dan
menganggap dirinya selalu bersalah. Tetapi pasien A lebih bisa menerima dirinya
terlihat dari aspek-aspek seperti dapat menghargai dirinya sendiri, dapat
bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, menyadari akan kelebihan dan
kekurangan yang ada dalam dirinya, dan percaya diri akan kemampuan yang
dimiliki oleh dirinya sendiri.
Maka dari itu dari hasil pemaparan atau fenomena maka peneliti ingin
melihat sejauh mana gambaran penerimaan diri pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit
dr Dradjat Prawiranegara Serang. Karena masih banyak diantara pasien dirumah
sakit tidak menerima dirinya akan sebuah virus yang sudah mulai aktif di dalam
tubuhnya dan pasien harus menerima akan ketergantungan obat seumur hidupnya
dan ada beberapa pasien yang dapat menerima baik dengan penyakit yang telah
didiagnosa pada dirinya. Selain itu juga kurangnya dukungan sosial bahkan
dukungan keluarga terhadap pasien yang sudah mendapatkan diagnosa
HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya peneliti ingin mengetahui bagaimana
gambaran penerimaan diri terhadap individu yang dinyatakan positive HIV/AIDS
yang terdapat di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui Gambaran Penerimaan diri pada pasien HIV/AIDS yang
terjadi di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang
2. Mengetahui Gambaran Penerimaan diri pada pasien HIV/AIDS yang ada
di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang berdasarkan data-data
penunjang.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pengetahuan serta dapat menambah kontribusi ilmiah, khususnya dalam
penelitian di bidang psikologi mengenai Gambaran Penerimaan diri Pasien
HIV/AIDS di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang
2. Manfaat Praktis
Ada pun manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat
memberikan informasi dan sebagai bahan acuan mengenai Gambaran
Penerimaan diri Pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit dr Dradjat
Prawiranegara Serang.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Penerimaan Diri


2.1.1 Definisi Penerimaan Diri
Hurlock (2009) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan suatu
kondisi ketika seorang individu yang memiliki kemampuan untuk menerima
segala bentuk karakteristik yang ada pada dirinya. Individu yang dianggap mampu
menerima dirinya sendiri adalah individu yang tidak memiliki masalah dengan
dirinya, sehingga individu akan mempunyai peluang dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Hurlock (1974) juga mendefinisikan self acceptance sebagai
“the degree to which an individual having considered his personal characteristics,
is able and willing to live with them” yaitu derajat dimana seseorang telah mem-
pertimbangkan karakteristik personalnya, merasa mampu serta bersedia hidup
dengan karakteristiknya tersebut.
Santrock (2007) menjelaskan penerimaan diri merupakan suatu kesadaran
untuk menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri pada remaja tidak berarti
menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa berusaha mengembangkan diri lebih
lanjut. Proses bagaimana seorang individu mendapat keseimbangan diri dalam
memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya.
Self acceptance (penerimaan diri) merupakan suatu kepuasan seorang
individu atau kebahagiaan individu mengenai dirinya serta berfikir akan
kebutuhan untuk memiliki sebuah mental yang sehat. Lalu penerimaan diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah berpikir positif dan rasa
rendah diri. Ketika individu dapat berpikir positif dengan baik maka penerimaan
dirinya akan semakin baik, sedangkan ketika individu tidak dapat berpikir positif
dengan baik maka penerimaan dirinya semakin buruk (Tentama, 2010: Tentama,
2014). Untuk faktor rasa rendah diri juga pengaruhnya besar bagi penerimaan diri.
Ketika individu memiliki rasa rendah diri yang tinggi maka akan sulit menerima
dirinya dan ketika individu memiliki rasa rendah diri yang rendah bahkan selalu
berpikir optimis maka individu akan mudah menerima diri (Tentama, 2011).
Definisi penerimaan diri menurut Sheerer yang telah dimodifikasi oleh
Berger yaitu nilai-nilai standar diri yang tidak dipengaruhi lingkungan luar.
Kenyakinan dalam menjalani sebuah hidup, dapat bertanggung jawab terhadap
apa yang sedang dilakukan, selain itu dapat menerima kritik dan saran dari luar,
tidak menyalahkan diri atas perasaan terhadap orang lain, tidak ingin orang lain
menolak dalam kondisi apapun, tidak menganggap dirinya beda dari orang lain
dan tidak rendah diri.
Berdasarkan dari beberapa pengertian tokoh diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan suatu sikap positif yang

5
6

dimiliki individu atas keadaan yang ada didalam dirinya sendiri, bisa menerima
baik atas kekurangan-kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki dan juga
Individu yang bisa menerima dirinya sendiri dan dapat memahami karakteristik
dirinya dan mampu menerima segala kondisi yang dimilikinya. Pada dasarnya
seorang individu bisa menerima dirinya sendiri harus memiliki hubungan yang
realistis antara keadaan yang terjadi pada diriya dengan keinginannya termasuk
mengembangkan bakat dan potensinya untuk dijadikan sesuatu yang berguna atas
dirinya.

2.1.2 Aspek-Aspek Penerimaan Diri


Aspek-Aspek Penerimaan diri menurut Cronbach, (1963) yakni :
a. Perasaan Sederajat
Individu yang merasa dirinya berharga sebagai manusia yang
sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai orang
yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa dirinya
mempunyai kelemahan dan kelebihan sama seperti halnya orang lain.
b. Percaya Kemampuan
Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi
kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu yang percaya diri, lebih suka
mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi keburukannya dari
pada ingin menjadi orang lain, oleh karena itu individu puas menjadi diri
sendiri.
c. Bertanggung Jawab
Individu yang berani memikul tanggung jawab terhadap
perilakunya. Sikap ini tampak dari perilaku individu yang mau menerima
kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan yang berharga untuk
mengembangkan diri.
d. Orientasu keluar diri
Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada kedalam
diri, tidak malu yang menyebabkan individu lebih suka memperhatikan
dan toleran terhadap orang lain sehingga akan mendapatkan penerimaan
sosial dari lingkungannya.
e. Berpendirian
Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap
conform terhadap tekanan sosial. Individu yang mampu menerima diri
mempunyai sikap dan percaya diri yang menurut pada tindakannya sendiri
dari pada mengikuti konvensi dan standar dari orang lain serta mempunyai
ide aspirasi dan pengharapan sendiri.
7

f. Menyadari keterbatasan
Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasan dan
kelebihannya yang dimiliki. Individu cenderung mempunyai penilaian
yang realistic tentang kelebihan dan kekurangannya.
g. Menerima sifat kemanusiaan
Individu tidak menyangkal impuls dan emosinya atau merasa
bersalah karenanya. Individu yang mengenali perasaan marah, takut, dan
cemas tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang harus diingkari atau
ditutup

2.1.3 Faktor-Faktor Penerimaan Diri


Menurut Hurlock (2002) ada beberapa faktor yang membentuk
penerimaan diri seseorang, yaitu (hlm 235):
a. Ide-ide yang realistik dan dapat dicapai. Kalau tidak, ia pasti akan
mengalami kegagalan dan bersamaan dengan itu mengalami perasaan tidak
mampu, rendah diri dan bahkan menyerah bila ia menimpakan
kegagalannya pada orang lain.
b. Penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahan. Perbedaan
yang mencolok antara kepribadian yang sebenarnya dengan ego ideal akan
menimbulkan kecemasan, perasaan kurang enak, tidak bahagia dan
kecenderungan menggunakan reaksi-reaksi bertahan.
c. Konsep diri. Individu memandang diri sendiri dalam cara yang konsisten,
tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain. Ini juga
meningkatkan harga diri dan memperkecil perasaan tidak mampu.
d. Merasa puas dengan apa yang telah dicapai dan bersedia memperbaiki
prestasi- prestasi dibidang yang dianggap kurang.

2.2 HIV/AIDS
2.2.1 Definisi HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus
yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immune Deficiency Syndrom yang berarti kumpulan gejala penyakit akibat dari
menurunnya kekebalan tubuh yang sifatnya diperoleh (bukan bawaan). HIV
dalam tubuh manusia hanya berada di sel darah putih tertentu yaitu sel T4 yang
terdapat pada cairan tubuh (Rosyida, 2019).
Bedanya virus HIV dengan virus lain, HIV dapat memproduksi selnya
sendiri dalam cairan darah manusia, yaitu pada sel darah putih. Sel-sel darah putih
yang biasanya dapat melawan segala virus, lain halnya dengan virus HIV, virus
ini justru dapat memproduksi sel sendiri untuk merusak sel darah putih (Harahap
2008, 42).
8

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome


muncul setelah HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, selama 5-10
tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh akan lemah dan satu atau lebih penyakit
dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh, beberapa penyakit bisa
menjadi lebih berat daripada biasanya (Kristiano & Astuti, 2019).
Menurut Sarafino E (2011, 27), virus HIV akan berkembang lebih cepat
menjadi AIDS apabila individu tidak menjaga kesehatannya.

2.2.2 Ciri-Ciri HIV/AIDS


Tanda dan Gejala HIV/AIDS Perjalanan alamiah dan stadium infeksi HIV
terdapat tiga fase menurut Kementerian Kesehatan (2015), sebagai berikut:
1. Fase I : masa jendela (window period) Tubuh sudah terinfeksi HIV pada
fase ini, namun pada pemeriksaan darahnya masih belum ditemukan
antibodi anti-HIV. Pada masa jendela yang biasanya berlangsung sekitar
dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal ini, penderita sangat
mudah menularkan HIV kepada orang lain. Sekitar 30-50% orang
mengalami gejala infeksi akut berupa demam, nyeri tenggorokan,
pembesaran kelenjar getah bening, ruam kulit, nyeri sendi, sakit kepala,
bisa disertai batuk seperti gejala flu pada umumnya yang akan mereda dan
sembuh dengan atau tanpa pengobatan. Fase “flu-like syndrome” ini
terjadi akibat 11 serokonversi dalam darah,saat replika virus terjadi sangat
hebat pada infeksi primer HIV.
2. Fase II : masa laten Pada fase ini, bisa tanpa gejala/tanda (asimtomatik)
hingga gejala ringan. Tes darah terhadap HIV menunjukkan hasil yang
positif, walaupun gejala penyakit belum timbul. Penderita pada fase ini
tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain. Masa tanpa gejala rata-
rata berlangsung selama 2-3 tahun; sedangkan masa dengan gejala
ringan dapat berlangsung selama 5-8 tahun, ditandai oleh berbagai
radang kulit seperti ketombe, folikulitis yang hilang- timbul walaupun
diobati.
3. Fase III : masa AIDS Pada fase ini merupakan fase dimana terminal
infeksi HIV dengan kekebalan tubuh yang telah menurun drastis
sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi oportunistik,
berupa peradangan berbagai mukosa, misalnya infeksi jamur di imulut,
kerongkongan, dan paru-paru. Infeksi TB banyak ditemukan di paru-
paru dan organ lain di luar paru-paru. Sering ditemukan diare kronis
dan penurunan berat badan sampai lebih dari 10% dari berat awal.
Menurut Rohiman (2020), pada fase AIDS gangguan syaraf juga sering
dilaporkan, diantaranya: hilangnya ketajaman daya ingat, timbulnya gejala
gangguan mental (dementia), dan perubahan perilaku secara progresif. Disfungsi
9

kognitif sering terjadi, dengan tanda awal diantaranya adalah tremor (gemetar
tubuh) serta kelambanan bergerak.
Hilangnya kemampuan melihat dan paraplegia (kelumpuhan kaki) juga
bisa timbul di fase ini. Perjalanan cepat atau lamanya perkembangan HIV pada
seorang pengidap HIV sangatlah bersifat individual. Setiap orang sangat mungkin
mengalami kejadian atau gejala yang berlainan.
Secara umum, pesatnya perkembangan dari HIV positif ke arah AIDS
tergantung pada berbagai faktor: riwayat medis, status kekebalan tubuh atau
imunitas, adanya infeksi lain, perawatan yang diperoleh dan lain-lain.
Di samping itu, gizi dan kebersihan lingkungan hidupnya juga
berpengaruh pada taraf kesehatannya secara umum. Polusi udara dan udara yang
lembab tanpa ventilasi yang memadai, dapat dengan cepat menurunkan kesehatan
paru-paru pengidap HIV. Pola makan yang kurang sehat dan gizi yang buruk juga
dapat memperburuk kesehatan dari orang yang HIV positif.

2.2 Kerangka Berfikir


Penerimaan diri sangat penting karena menurut Hurlock (2009)
menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan suatu kondisi ketika seorang
individu yang memiliki kemampuan untuk menerima segala bentuk karakteristik
yang ada pada dirinya. Individu yang dianggap mampu menerima dirinya sendiri
adalah individu yang tidak memiliki masalah dengan dirinya, sehingga individu
akan mempunyai peluang dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Karena tidak semua individu dapat menerima dirinya dengan baik, masih
banyak pasien yang tidak menerima dirinya terutama pasien yang pertama kali
mendapatkan diagnosis dengan positive HIV/AIDS . Masih ada beberapa pasien di
Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang ketika pertama kali mendapatkan
diagnose positive HIV/AIDS mereka merasa dirinya tidak percaya diri, memiliki
kepercayaan diri yang menurun, selain itu juga mereka tidak mempunyai tanggung
jawab terhadap dirinya sendiri, tidak bisa mengkontrol perasaan marah, takut,
cemas, dan juga merasa dirinya tidak memiliki sebuah kelebihan.
Penerimaan diri yang baik dapat membuat seseorang lebih menghargai
dirinya dan kemampuan yang dimiliki. Seorang individu yang bisa menghargai
dirinya sendiri akan paham dimana letak kelebihan dan kekurangannya. Dengan
pemahaman tersebut menjadikan kekurangan apa saja yang perlu ia perbaiki dan
kelebihan apa saja yang harus dikembangkan. Hal ini juga terjadi pada pasien
HIV/AIDS Rumah Sakit dr Dradjat Prawiramegara Serang. Pasien yang sudah
dinyatakan positive HIV/AIDS dapat menerima kekurangan yang telah dimiliki
dan selalu mengembangkan kelebihan yang ada di dalam dirinya. Hal ini dapat
membuat pasien lebih yakin dengan dirinya sendiri dan semakin percaya diri
dalam hal-hal yang menjadi kelebihannya.
10

Kemampuan penerimaan diri pasien positive HIV/AIDS yang dimiliki


seseorang berbeda beda tingkatannya. Sebab ada beberapa pasien yang dapat
menerima dirinya secara positive dan secara negative. Pasien dengan diagnose
HIV/AIDS dengan penerimaan diri yang tinggi mereka lebih menghargai dirinya
sendiri, dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, dapat menyadari
kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, selain itu juga percaya dengan
kemampuan yang dimiliki oleh dirinya sendiri.
Begitupun sebaliknya, pasien HIV/AIDS yang memiliki penerimaan diri
yang rendah, pasien akan sulit menerima dirinya sendiri, menganggap apa yang
terjadi pada dirinya tidak sesuai, menganggap dirinya aneh, mempunyai
kepercayaan yang menurun, tidak memiliki pendirian terhadap tindakan dirinya
sendiri.

Pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit dr Dradjat


Prawiranegara Serang

Penerimaan Diri Pasien HIV/AIDS

Penerimaan Diri

a. Perasaan Sederajat
b. Percaya Kemampuan
c. Bertanggung Jawab
d. Orientasi Keluar Diri
e. Bependirian
f. Menyadari keterbatasan
g. Menerima Sifat Kemanusiaan

Penerimaan Diri Tinggi Penerimaan Diri Rendah

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang bertujuan
membuat gambar tentang suatu keadaan secara objektif dengan menggunakan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta menampilkan
hasilnya (Arikunto, 2006). Dalam hal ini, penelitian tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis, melainkan hanya menggambarkan mengenai suatu variabel,
gejala atau keadaan. Penyajian hasil analisisnya berupa frekuensi dan persentase
yang menggunakan tabel frekuensi dan grafik untuk memberikan kejelasan pada
data yang disajikan (Azwar, 2016).
Berdasarkan hal itu, peneliti memilih deskriptif kuantitatif yang
diupayakan oleh adanya tujuan penelitian yang ingin mengetahui mengenai
Penerimaan Diri Pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara
Serang.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan suatu wialayah atau tempat yang
ingin di teliti oleh peneliti. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik hasil kesimpulannya
(Sugiyono 2011). Pada penelitian ini, Adapun yang menjadi populasi adalah
pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum dr Dradjat Prawiranegara Serang,
berdasarkan data dari Rumah Sakit tercatat sebanyak 440 pasien HIV/AIDS di
Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara.

3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah Bidang atau wakil populasi yang
di teliti. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah
teknik probabilitas dengan cara random sampling (Metode Sampel Acak
Sederhana), yaitu dengan metode pemilihan sampel di mana setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut:
n=
Keterangan :
n = banyaknya sampel
N = banyaknya populasi

11
12

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan


sampel yang masih dapat ditolerir, yaitu 0,1 atau 10%.
Dengan populasi (N) sebanyak 440 dengan tingkat kesalahan (e) sebesar
10% maka jumlah sampel adalah sebagai berikut:

n= = = = 81,481 atau 82 orang

Berdasarkan jumlah populasi yaitu sebanyak 440 pasien HIV/AIDS di


Rumah Sakit dr Dradjat Prawiranegara Serang dengan tingkat kesalahan 10%
maka sampel yang didapatkan sebanyak 81,481 atau dibulatkan menjadi 82
responden.

3.3 Definisi Variable


3.3.1 Definisi Konseptual Penerimaan Diri
Hurlock (2009) menyatakan bahwa penerimaan diri merupakan suatu
kondisi ketika seorang individu yang memiliki kemampuan untuk menerima
segala bentuk karakteristik yang ada pada dirinya. Individu yang dianggap mampu
menerima dirinya sendiri adalah individu yang tidak memiliki masalah dengan
dirinya, sehingga individu akan mempunyai peluang dalam beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.

3.3.2 Definisi Operasional Penerimaan Diri


Definisi operasional dari Penerimaan Diri adalah skor total dari
pengukuran aspek penerimaan diri yang meliputi kesadaran diri untuk menghargai
karakter positif yang merupakan suatu kemampuan memandang peristiwa positif,
yang ditandai: keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi
kehidupan, menerima pujian secara positif, dan mengetahui kelebihan diri dan
mengembangkannya secara positif, selain itu menyikapi peristiwa negative
dengan tetap bangga menerima dirinya tanpa syarat merupakan kemampuan
dalam menerima peristiwa sebagaimana dan memperlakukannya secara baik
disertai rasa senang dan bangga dan terus mengusahakan kemajuannya. Sementara
itu, seseorang yang memiliki penerimaan diri yang positif dapat menerima dirinya
secara penuh sedangkan semakin rendah skor maka semakin rendah pula
penerimaan diri yang dialami pasien.

3.4 Instrumen Penelitian


3.4.1 Skala Alat Ukur Penerimaan Diri
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah skala penerimaan diri. Dalam penelitian ini peneliti ini menggunakan
13

instrumen berupa angket. Yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh


jawaban dari responden. Angket yang digunakan bersifat langsung dan tertutup.
Bersifat langsung karena angket diisi langsung oleh responden atau tidak dapat
diwakili. Bersifat tertutup karena pernyataan yang disusun oleh peneliti
mempunyai jawaban yang telah di sediakan.
Item terbagi dua, yaitu favorable yang mendukung pernyataan dan
unfavorable yang tidak mendukung. Terdapat empat pilihan jawaban untuk
mengukur penerimaan diri, diantaranya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai
5. Bobot penilaian favorable yaitu: SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan
bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS = 1, S = 2, TS = 3, dan
STS = 4.

3.4.2 Teknik Skoring


Terdapat beberapa ketentuan skoring yang didasarkan pada aspek variable.
Pembobotan skor pada dimensi yang mengungkap penampilan diri untuk item
yang favorable yang mendukung pernyataan dan unfavorable yang tidak
mendukung. Terdapat empat pilihan jawaban untuk mengukur penerimaan diri,
diantaranya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS). Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian
favorable yaitu: SS = 4, S = 3,TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan bobot penilaian
untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS = 1, S = 2, TS = 3, dan STS = 4.

Tabel 3.1
Teknik Skoring Pernyataan Penerimaan diri
Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1

3.4.3 Kisi-kisi Alat Ukur


Alat ukur dalam penelitian ini akan memodifikasi alat ukur dari Penelitian
Rezki Haris Ilhami (2020) dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial dan
Penerimaan Diri terhadap Kepercayaan diri anggota komunitas Psychoworld”
Berdasarkan uji validitas uang telah dilakukan untuk variable penerimaan diri,
dari 20 aitem terdapat 4 aitem yang gugur dan 16 aitem yang valid Cronbach
Alpha 0,846. Ketika memodifikasi, peneliti menambahkan 30 butir aitem,
sehingga total aitem ada 50 butir. Aitem tersebut diantaranya 1,2,3,4, 5, 6, 7, 8, 9,
14

10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
50. Sehingga diperoleh 50 aitem terdiri 25 aitem Favorable dan 25 Unfavorable.
Berikut blue print alat ukur Penerimaan diri yang telah dimodifikasi.

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Alat Ukur Penerimaan Diri
Item Item
No Aspek Indikator Jumlah
Favorable Unfavorable
Tidak membeda-
bedakandirinya 1, 4 3, 8, 9
dengan orang lain
Perasaan
1 Tidak merasa 10
sederajat
rendah diri dengan
2, 7, 11 13, 18
kekurangan yang
dimiliki
Puas dengan
5, 6 10,12,16
kondisi diri
Berorientasi Memiliki sudut
2 10
Keluar pandang luas
15, 17, 19 21,24
tentang hal-
haldiluar dirinya
Memiliki prinsip
14, 22 20,31,30
yang kuat
Teguh
3 Tidak mudah
pendirian
terpengaruholeh 35,23,33 25,38 10
orang lain
Mampu
mengembangkan 27, 29, 30 26, 32
Menerima diri
4 kekurangan dan 10
kelebihan diri Mampu menerima
kelebihan dan 28, 36 40, 43,47
kekurangandiri
Mampu 39, 41, 42 45, 48
memaklumi hal-
hal yang bersifat
manusiawi seperti
Menerima sifat
5 lupa, melakukan 10
kemanusiaan 49,50 31, 33, 34
kesalahan, dan
perubahan emosi
karena situasi
tertentu
TOTAL 25 25 50
15

3.5 Uji Reabilitas dan Validitas


3.5.1 Uji Validitas
Instrumen alat ukur harus yang berkualitas baik dalam menangkap data
yang telah diperoleh. Kualitas tersebut telah ditentukan oleh validitas dan
relabialitas dari alat ukurnya. Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan instrument dalam melakukan fungsinya (Azwar, 2016). Dalam hal ini,
instrument dapat dinyatakan valid jika nilai koefisien korelasinya lebih besar atau
sama dengan 0,30 (Sugiyono, 2015) . Uji validitas pada penelitian ini digunakan
Teknikstatistic product moment person dengan rumus:
. - .
ryx =
√ -( ] ( . )-

Keterangan
𝑟𝑥𝑦 : angka indeks korelasi product moment
N : jumlah sampel
∑XY : jumlah hasil perkalian antara X dan Y
∑X : jumlah seluruh skor X
∑Y : jumlah seluruh skor Y

3.5.2 Uji Reabilitas


Uji Reabilitas adalah kemampuan alat ukur yang menghasilkan skor
dengan eror yang kecil. Penelitian yang realibel hasilnya akan tetap sama apabila
diukur pada waktu yang berbeda (Azwar, 2016). Berdasarkan itu, reabilitas
merujuk pada sebuah kepercayaan atau konsistensi hasil ukur mengandung makna
seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Reabilitas dapat diukur melalui
komputasi dua macam statistic, yaitu koefisien reabilitas dan eror srandar dalam
pengukuran. Azwar (2016) menyebutkan bahwa rentang koefisien reliabilitas
berada pada angka 0 sampai 1,00. Semakin besar koefisien reliabilitas berarti
semakin kecil kesalahan pengukuran yang berarti alat ukur reliabel, begitu pun
sebaliknya (Azwar, 2016). Reliabilitas diuji dengan rumus alpha cronbach. Lebih
jelasnya, Sugiyono (2015) mengelompokkan koefisien korelasi ke dalam tabel
yang dapat menjadi pedoman untuk mengetahui tingkatreliabilitas alat ukur.

Tabel 3.3
Tingkat Reliabilitas Item
Tingkat Reliabilitas Nilai Koefisien
Sangat tinggi 0,800 – 1,00
Tinggi 0,600 – 0,800
Sedang 0,400 – 0,600
Rendah 0,200 – 0,400
Sangat rendah -1,00 – 0,200
16

3.6 Teknik Analisis Data


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran
variable penerimaan diri pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit dr Dradjat
Prawiranegara Serang. Berdasarkan hal itu, Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis data, crosstab dan z-score.

3.6.1 Analisis Data Deskriptif


Menurut Sugiyono (2015) analisis deskriptid merupakan analisis statistic
yang mendeskripsikan atau menggambarkan sebuah data yang telah terkumpul
sebagaimana dengan adanya tanpa bermaksud membuat sebuah kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data deskriptif dapat berupa
penyajian data melalui table, grafik, diagram lingkaran, perhitungan modus,
median, mean (pengukuran tendensi sentral), desil, persentil, perhitungan
penyebaran data melalui rata-rata dan standar devisiasi, perhitungan presentase.
Analisis deskriptif yang diolah dalam penelitian ini merupakan hasil data
responden berdasarkan demografi yang didapatkan. Rumus perhitungan

Keterangan:
P : Persentase subjek pada kategori tertentu
F : Σ Sampel dengan karakteristik tertentu
n : Σ Sampel total

3.6.2 Z-scroce
Z-score atau nilai standar adalah suatu bilangan yang menunjukkan
seberapa jauh suatu nilai (x) menyimpang dari mean (x) dalam satuan SD
(Standar Deviasi). Nilai standar ini akan memberikan satuan baku dan dapat
digunakan sebagai ukuran untuk membandingkan dua gejala atau lebih
(Winarsunu, 2015). Berikut adalah rumus perhitungan Z-score:
̅

Keterangan:
Z : z-score
X : Nilai subjek
X : Nilai rata-rata (mean)SD: Standar Deviasi
Pada alat ukur terdapat 2 aspek, yaitu kesadaran diri untuk menghargai
karakter positif dan menyikapi peristiwa negative dengan tetap bangga menerima
dirinya tanpa syarat. Untuk mengetahui dimensi dominan pada responden, maka z-
score dihitung dari masing-masing skor responden.
17

3.6.3 Crosstab
Analisis crosstab atau tabulasi silang merupakan analisis yang digunakan
untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara variabel satu dengan
lainnya, yang dinyatakan dalam bentuk baris dan kolom. Ciri dari penggunaan
crosstab yaitu data input berasal dari data yang berskala nominal atau. Hasil
dalam analisis crosstab dapat menunjukkan bagaimana karakteristik sampel
penelitian dari hasil penyilangan variabel dan data penunjang.
18

DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. (2021, 10 25). HIV dan AIDS. https://www.alodokter.com/hiv-aids.


Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Astuti, K. &. (2023, 06 17). Mengenal HIV & AIDS. diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/337049851_MENGENAL_HIV_
AI.
Azwar, S. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Banten, D. (2017, 12 27). Warga Banten Meninggal karena HIV/AIDS.
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/729/355-Warga-Banten-
Meninggal-Karena-HIVAIDS.html.
Bernard, M. (2013). Theory,Pratice and Research London;Springer New York
HeidelBerg Dordrech. The Strength of Self-Acceptence.
Cronbach, L. (1963). Educational Psychology. New york: Harcourt,Brace &
Word, inc.
Hasan, A. (2008). Psikologi Islam Jakarta. Rajawali Pers.
Hurlock, E. B. (1974). Personality Development. New Delhi: McGrawHill. inc.
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Pekembangan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembang. suatu perkembangan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kemenkes. (2015). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis
dari Ibu ke Anak bagi Tenaga Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Ridha, M. (2012). Hubungan antara body image dengan penerimaan diri pada
mahasiswa aceh di Yogyakarta, Jurnal Empathy 1 (1), 111-121.
Rohiman, M. (2020). HIV Dan AIDS Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Kelas XI. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rosyida, D. A. (2019). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.
Yogyakarta: PT.Pustaka Baru.
Santrock, J. (2007). Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
19

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.


Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tentama, F. (2010). Berpikir positive dan penerimaan diri pada remaja
penyandang cacat tubuh akibat kecelakaan.h. Humanitas, VII(1), 66-75.
Tentama, F. (2011). Hubungan inferiorotas dengan self-acceptance pada
penyandang tunadaksa. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian
Dosen Kopertis Wilayah V Yogyakarta. Yogyakarta:Koperitis Wilayah V.
Tentama, F. (2014). Hubungan positive thingking dengan self-acceptence pada
difabel (bawaan lahir) di SLB Negeri 3 Yogyakarta. Jurnal Psikologi
Integratif 2(2), 1-7.
20

LAMPIRAN

FORMULIR DATA DIRI RESPONDEN

Nama inisial :
Jenis Kelamin : L / P (lingkarin salah satu)
Umur :
Domisili saat ini :
Pendidikan Terakhir/ saat ini :

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Isilah dengan jujur sesuai kondisi yang sedang dirasakan saat ini. Berilah tanda
ceklis (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban sesuai dengan pernyataan
berikut:
Keterangan:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Semua data pribadi yang Saudara/i cantumkan dalam kuesioner ini akan
dirahasiakan dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian.

LAMPIRAN ALAT UKUR

Contoh :

Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
X Saya mempunyai rasa empati √
Y Saya dapat mengkontrol emosi √
21

SELAMAT MENGERJAKAN
Pilihan Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Saya dapat menerima diri dengan baik
2. Saya mampu bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar denganbaik
3. Saya selalu memikirkan hal positif
4. Saya mudah bergaul dengan orang secara baik
5. Saya merasa canggung apabila mengobrol dengan
orang lain
6. Saya sulit terbuka dengan orang lain
7. Setiap orang berhak mendapat perlakuan adil

8. saya merasa orang lain lebih baik dari saya ketika


meraihkesuksesan
9. Saya merasa rendah diri dengan keadaan saya
sekarang
10. Orang-orang di sekitar saya menghargai dan
menghormati saya
11. Saya menganggap diri saya tidak mempunyai
kesempatandalam hal apapun
12. Saya menggangap diri saya aneh
13. Saya bersyukur dengan kelebihan yang saya punya
14. Saya mampu dan yakin untuk menghadapo segala
tantangan yang ada di hidup saya
15. Saya menyadari kekurangan dalam diri saya tanpa
melupakankelebihan yang saya miliki
16. Saya merasa malu akan kekurangan yang saya
miliki
17. Saya berusaha mengembangkan bakat yang saya
milikidengan keadaan saya saat ini
18. Saya percaya dengan kemampuan yang saya miliki
19. Saya merasa lebih sering malu ketika sedang
bermainbersama teman
20. Kehadiran saya tidak diterima baik dengan orang
lain
21. Saya merasa orang lain tidak menerima saya karna
latarbelakang saya
22. Saya selalu merasa tidak pantas bergaul dengan
teman saya yang tidak memiliki latar belakang
seperti saya
23. Saya mempertimbangkan akibat dari tindakan yang
sayalakukan
22

24. Saya dapat bertanggung jawab dengan apa yang


saya lakukan
25. Saya mengambil keputusan tanpa memikirikan
resiko yangakan saya hadapi
26. Saya merasa malu dengan keadaan yang sedang
saya alamisaat ini
27. Kekurangan yang ada di dalam diri saya menjadi
penghambatsaya dalam mengembangkan bakat
saya
28. Saya merasa tidak percaya diri dengan kemampuan
yangsaya miliki sehingga bergantung kepada orang
lain
29. Saya merasa orang lain menjauh ketika mengetahui
yangsaya alami
30. Saya memilih menyendiri ketika saya merasa
sedih/marah
31. Saya lebih memilih menjahui orang yang
mengkritik sayadari pada saya di kritik
32. Saya merasa diri saya tidak normal
33. Saya merasa senang jika ada yang mau menerima
apayang sedang saya alami
34. Saya mampu terbuka dengan orang lain
35. Saya merasa menghadapi masalah yang saya alami
dengan kemarahan hanya dapat merugikan saya
36. Saya dapat memaafkan diri saya
37. Saya merasa kurang beruntung seperti orang lain
38. Saya selalu merasa sedih jika saya memikirkan
sesuatuyang sedang saya alami sekarang
39. Saya dapat menerima diri saya ketika orang lain
berbicarahal negative tentang apa yang saya alami
40. Saya dapat memaafkan orang lain yang telah
melakukankesalahan terhadap saya
41. Saya mengasingkan diri ketika mengetahui apa
yangsedang saya alami
42. Saya memiliki rasa percaya diri yang tinggi
43. Saya mampu menerima pendapat orang lain
44. Saya mampu menyadari perasaan diri saya
sesungguhnya
45. Saya mempunyai kesempatan untuk menggapai
cita-cita
46. Saya menceritakan masalah saya yang saya alami
ketikadirasa masalah tersebut berat bagi saya
47. Saya dapat bangkit ketika saya mendengar sesuatu
yangmembuat saya sedih
23

48. Saya larut dalam kesedihan ketika saya mengetahui


apayang saya alami
49. Saya berusaha menutupi apa yang saya alami dari
oranglain
50. Saya lebih suka mendengarkan pendapat orang lain
karena saya tidak yakin dengan kemampuan diri
saya

Anda mungkin juga menyukai