Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA AIDS

OLEH :

KELOMPOK VII KELAS B13 A

I MADE BUDI SUKARYA (203221120)


DEWA AYU PUTU DIAN NOVITAYANTI (203221121)
I GUSTI PUTU ARDANA (203221122)
NI LUH MAMIK DAMIASIH (203221123)
NI PUTU WISMA DEWI (203221124)
LUH KOMANG TRI MAHAYANI (203221125)
TUT WURI UMBARWATI (203221126)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Laporan Pendahuluan dan
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Remaja Aids". Makalah ini kami tulis berdasarkan
beberapa sumber.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak lain
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini masih ada beberapa hal yang belum mencapai titik
sempurna dan masih memiliki beberapa kekurangan, baik segi penulisan dan penyajian.
Untuk itu, kami sangat berterima kasih jika ada pendapat, saran, maupun kritik yang
bertujuan untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat dan mampu digunakan sebagai suatu penunjang dalam proses
pembelajaran.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 20 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2Tujuan Khusus ............................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 4
2.1 Konsep Remaja ....................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Remaja .............................................................................. 4
2.1.2 Perubahan yang terjadi pada masa Remaja .................................... 7
2.1.3 Permasalahan Remaja .................................................................. 10
2.2 Konsep AIDS ................................................................................... ......13
2.2.1 Pengertian AIDS ........................................................................... 13
2.2.2 Penyebab AIDS ............................................................................ 14
2.2.3 Patofisiologis ................................................................................ 15
2.2.4 Tanda dan Gejala .......................................................................... 17
2.2.5 Komplikasi ................................................................................... 19
2.2.6 Cara Penularan ............................................................................. 20
2.2.7 Faktor Resiko ............................................................................... 20
2.2.8 Tindakan Pencegahan ................................................................... 20
2.2.9 Penatalaksanaan ........................................................................... 21
2.3 Konsep Teori Askep Komunitas ........................................................... 22
2.3.1 Pengkajian ...................................................................................... 22
2.3.2 Diagnosa ......................................................................................... 26
2.3.3 Intervensi ...................................................................................... 27
BAB III PENUTUP ................................................................................... 37
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 37
3.2 Saran ...................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini Indonesia mengalami masalah kesehatan masyarakat yang sangat
kompleks dan menjadi beban ganda dalam pembiayaan pembangunan bidang
kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit
infeksi menular seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
malaria, diare dan penyakit kulit. Namun demikian, pada waktu yang bersamaan
terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh
darah, serta diabetes mellitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi
emerging diseases seperti demam berdarah dengue, HIV/AIDS, chikungunya, Severe
Acute Respiratory Syndrom(SARS). Dengan demikian telah terjadi transisi
epidemiologi sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burdens).
Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyakit kompleks yang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) merupakan bentuk lanjutan dari infeksi HIV di mana pasien telah
mengembangkan infeksi oportunistik atau kanker jenis tertentu dan / atau jumlah sel
CD4 + T telah turun di bawah 200 / uL. Lebih dari 40 juta orang di seluruh dunia
terinfeksi HIV, dengan sekitar 14.000 infeksi baru setiap hari. Penyakit ini
menyebabkan 3 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun, 95% dari mereka di
negara-negara berkembang. pengelolaan yang optimal dari human immunodeficiency
virus membutuhkan kepatuhan yang ketat terhadap pengobatan antiretroviral (ART)
rejimen yang sangat aktif, namun kompleksitas rejimen tersebut (misalnya, beban pil,
kebutuhan pangan, interaksi obat, dan efek samping yang parah) membatasi
pengobatan yang efektif. Namun, lebih banyak pasien dengan HIV yang bertahan
hidup hari ini karena obat ini. Hal ini memungkinkan studi lebih lanjut dari efek
samping umumnya terkait. Ini dapat mempengaruhi semua sistem tubuh dan berkisar
dari toksisitas serius untuk acara tidak nyaman tetapi dikelola. Buku ini mengulas
beberapa metabolik terkait ART dan komplikasi neurologis.
HIV dan AIDS tidaklah sama AIDS singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan
tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh

1
menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem
kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada
biasanya.Maraknya penyebaran HIV/AIDS ini merisaukan banyak pihak baik yang
terlibat langsung maupun tidak langsung. Penyebarannya begitu cepat terjadi melalui
cara penyebaran yang mudah juga dan terkadang tidak disadari oleh korban yang akan
terjangkit. Kesadaran yang rendah di antara korban pengidap HIV/AIDS ini juga
dipengaruhi oleh sempitnya pengetahuan masyarakat tentang cara mengenali cirri
fisik dari penderita. Bukan hanya itu, minat masyarakat untuk melakukan uji
kesehatan dank e-anti-an HIV/AIDS juga dinilai sangat kurang dianggap penting oleh
kalangan masyarakat, hal ini mungkin dipengaruhi oleh kurangnya penyebaran
informasi mengenai HIV/AIDS itu sendiri.
HIV/AIDS sudah menjadi terror bagi korban dan masyarakat di sekitarnya.
Hal ini juga turut mempengaruhi proses sosial di lingkungan masyarakat. Ada banyak
aspek-aspek di lingkungan masyarakat yang terkena dampak dari fenomena maraknya
HIV/AIDS ini, diantaranya aspk politik, aspek ekonomi, aspek sosial, serta aspek
budaya. Dampak-dampak ini harus disadari oleh masyarakat agar masyarakat dapat
mengerti betapa perlunya pengetahuan dan penanganan dari HIV/AIDS. Dampak-
dampak ini lah yang harus ditangani oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
penanganan korban HIV/AIDS itu sendiri, tanpa terkecuali oleh Pekrja Sosial. Oleh
karena itulah, disini penulis akan membahas dan mengetahui tentang bagaimana
dampak HIV/AIDS di beberapa aspek yang ada di masyarakat seperti yang telah
disebutkan di atas.

1.2 Rumusan Masalah


Melihat peningkatan jumlah penderita yang terjadi, maka dari itu penulis ingin
mendalami lebih lanjut mengenal asuhan keperawatan komunitas remaja pada klien
AIDS dengan mengetahui kajian teorinya.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari tugas ini penulis mampu menjelaskan tentang konsep
asuhan keperawatan komunitas remaja dengan masalah AIDS serta memberikan
pemahaman pada penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah sesuai dengan
kenyataan yang ada di lahan.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan tugas ini meliputi penulis mampu :
a. Mengetahui Konsep Dasar Remaja
b. Mengetahui Konsep dasar penyakit AIDS
c. Mengetahuai Konsep dasar asuhan keperawatan komunitas

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan
komunitas remaja dengan masalah AIDS serta mampu menerapkan dalam keperawatan
komunitas dengan pendekatan Student Center Learning.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP REMAJA
2.1.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau
kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial(TP-KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu
dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir
usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun.
Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami
pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap
menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa,
meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola
perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung
karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dandewasa.
1) Karakteristik MasaRemaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik
yang khas jika dibanding dengan periode- periode perkembangan lainnya. Menurut
Aulia (2006) rinciannya adalah sebagaiberikut:
a. Masa remaja adalah periode yang penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan
dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini
pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis
individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan
penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri
secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan

4
minta yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat- sifat kekanak-
kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk
menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama
peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas
mengani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu
menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku
sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk
berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku
terlalu dewasa untukusianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik
yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang
juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini
yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai
kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh
lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan
pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja
merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah usia bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak
laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama,
pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua
atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali
menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan
kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri

Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting
bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara
dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara
remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status,

5
seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah usia yangditakutkan

Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan.
Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku
remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat
para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan
meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidakrealistis

Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis,


mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan
bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya,
aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi
keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin
marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat merekacapai.
h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara
hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi
bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan
berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai
untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status
orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan
melakukan hubungan seksual.
1) Tugas Perkembangan MasaRemaja

Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui


sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan perilaku orang
dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
a. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jeniskelamin
b. Mencapai peran sosial feminin ataumaskulin
c. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secaraefektif
d. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secarasosial
e. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasalainnya
f. Mempersiapkan untuk karirekonomi

6
g. Memperiapkan untuk menikah danberkeluarga
h. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku

2.1.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja


1. Perubahan Fisik Masa Remaja

a. Tinggi badan

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan
bagi anak laki-laki satu tahun lebih dari usiatersebut.

b. Berat badan

Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi badan,
hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.

c. Proporsi tubuh

Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal : badan lebih
lebar dan lebih kuat.

d. Organ seksual

Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada periode
remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun
kemudian

e. Karakteristik sex sekunder

Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa


pada periode remaja akhir.
2. Emosionalitas Masa Remaja

Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan
dalam emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal yang
dapat disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut
sebagai masa “storm and stres” dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional
yang dihasilkan dari perubahan fisik danhormonal.
Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak
irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia

7
yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah
gembira, dan meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi
kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu merasakhawatir. Hal yang paling
membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan seperti anak-anak atau
pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspresi kemarahannya mungkin berupa
mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga
cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka yang
memiliki materilebih.
3. Perubahan Sosial pada remaja

Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada jenis kelamin yang
berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang
dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah. Pada masa ini remaja paling banyak
menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama dengan teman sebaya mereka,
sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap,
cara bicara, minat, penampilan, dan perilakuremaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam
sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai
keterlibatan lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara
umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu,
perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman,
dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai- nilai yang
sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi
mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa
ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer dan
disukai oleh lingkungannya.
4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah padaremaja

Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada
remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru
yang menyertainya. Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan
dengan perubahan tersebut, berikut adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri
yang salah pada remaja:
a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikansekolah.

8
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atasdirinya.

c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan


dengan standar kelompok.

d. Homesickness

e. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir


ketidakpuasan dari kehidupan sehari-hari.
f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya ngompol,
ngamuk pada saat marah danlain-lain.
g. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti rasionalisasi, proyeksi,
fantasi, dan displacement.

2.1.3 Permasalahan Remaja

1. Remaja dan Rokok

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat


tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok
sendiri maupun orang- orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.

Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk


mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan
(reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma
(permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan
merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada
kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Penyebab
remaja merokok, antara lain :
a. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak- anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih
mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari

9
lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar psikologi, 1999:294).
b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka


semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama
remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja
tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua
menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-
kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non
perokok (Al Bachri,1991).
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun
satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan
(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi
pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah(Atkinson,1999).
d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran


bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahunIX,1991).
2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras danNarkoba

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalah gunaan
narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70%
diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.

a. Narkoba

Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Aditif berbahaya


lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik
secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran,
suasana hati atau perasaan,dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan

10
ketergantungan (adiksi)fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan
penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk dicoba-
coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan maka
narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan
kecanduan.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja
tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti
dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber
daya manusia bagibangsa.

3. Remaja dan Penyimpangan Seksual

Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar
mereka tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman
maka banyak pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang
kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau
pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus
ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang
menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika.
Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri
remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu
pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun mengalami perkembangan dan
pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus
media informasibaik. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian
pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja
sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada

11
seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan.
Namun, alasan-alasannya tidaksepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang
sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak
terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidapHIV/AIDS.

2.2 KONSEP AIDS


2.2.1 Pengertian
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome,
yaitu menurunya kekebalan tubuh terhadap penyakit karena infeksi virus HIV
(Human Immunodeviciency Virus) (Djoerban & Djazuli, 2006). Dari keterangan
tersebut jelas bahwa sebelum seseorang menderita AIDS dalam tubuhnya, terlebih
dahulu terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh. Akibat kerusakan kekebalan tubuh
tersebut tubuh penderita menjadi peka terhadap infeksi kuman yang dalam keadaan
normal sebenarnya tidak berbahaya. Infeksi kuman bentuk ini disebut infeksi
oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang timbul karena mikroba yang
berasal dari luar tubuh maupun dalm tubuh manusia, namun dalam keadaan normal
terkendali oleh kekebalan tubuh (Yunihastuti, 2005).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia.Virus inilah yang
menyebabkan AIDS (AcquiredImmune Deficiency Syndrome) (Brooks,2004).
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit
yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan
air susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.
(Nursalam,2007).
AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome. Acquired
berarti diperoleh karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain yang
sudah terinfeksi. Jadi AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan

12
system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Gallant. J
2010).

2.2.2 Penyebab
Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai
retro virus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 diAfrika ditemukan lagi retro virus baru
yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV AIDS
disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua cairan tubuh (semen,
ludah, secret vagina, urine, ASI dan airmata). Virus ini masuk kedalam pembuluh darah
kemudian menyerang sel darah putih jenis Lymphosittepatnyasel Thelper CD4.
penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui cara sebagai berikut:

1. Hubungan seksual (homoseksual, biseksual, dan hetero-seksual) yang tidak


amanPartner seks dari penderitaHIV/AIDS.
2. Penerima darah atau produk darah (transfuse) yang tercemarHIV
3. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan
luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah
dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara tersebut dapat menularkan HIV karena
terjadi kontakdarah.
4. Ibu positif HIV kepada bayi yang dikandungnya. Cara penularan ini dapat
terjadisaat:
a. Antenatal, yaitu melalui plasenta selama bayi dalam kandungan.
b. Intranatal, yaitu saat proses persalinan, dimana bayi terpapar oleh darah ibu atau
cairan vagina.
c. Postnatal, yaitu melalui air susuibu.

2.2.3 Patofisiologi
Menurut Depkes RI (2003) Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama
melalui perantara darah, semen dan secret vagina. Sebagian besar (75 %) penularan
terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retro virus yang mempunyai materi
genetic RNA. Bilamana virus masuk kedalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA
virus diubah menjadi oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA

13
pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya
diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setelah virus memasuki tubuh, virus akan
menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD 4. Kelompok terbesar yang mempunyai
molekul CD 4 adalah limfosit T4 yang mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-
sel target lain adalah monosit, makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler
pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, selretina, sel servik suteri dan sel-
selmikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan
replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
Setelah mengikat molekul CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA
yangbaru terbentuk saling bergabung dan masuk kedalam sel target dan membentuk
provirus. Provirus dapat menghasilkan protein virus baru, yang bekerja menyerupai
pabrik untuk virus-virus baru. Sel target normal akan membelah dan memperbanyak
diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga ikut menyebarkan anak-
anaknya. Secara klinis, ini berarti orang tersebut terinfeksi untuk seumur
hidupnya.Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi
diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen,
sitokin (TNF alfa atau interleukin1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus
(CMV), virus Epstein-Bar, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat
sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi
dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas kedalam
plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4 lainnya. Karena proses infeksi dan
pengambil alihan sel T4 mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini
memungkinkan berkembangnya neoplasma dan infeksi opportunistik.
Sesudah infeksi inisial, kurang lebih25% dari sel-sel kelenjar limfe akan
terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan
infeksi HIV, tempat primernya adalah jaringan limfoid, kecepatan produksi HIV
diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut.
Jika orang tersebut tidak sedang tidak menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan
dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat jika penderitanya
sedang menghadapi infeksi lain atau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat
menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah
terinfeksiHIV. Kejadian awal yang timbul setelah terinfeksi HIV disebut sindrom retro
viral akut atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan CD4
(Cluster Differential Four) dan peningkatan kadar RNA Nu-HIV dalam plasma. CD4

14
secara perlahan akan menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang
lebih cepat pada 1,5-2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral Load
(jumlah virus HIV dalam darah) akancepat meningkat pada awal terinfeksi dan
kemudian turun pada suatu level titik tertentu maka viral load secara perlahan
meningkat. Pada fase akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3
kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan
muncul komplikasi neurologis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV rata-rata
kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun.

2.2.4 Tanda dan gejala


1. Stadium1: Periode Jendela
Sejak HIV masuk kedalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat sulit dikenal
karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan
sendi, nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai tes
antibody terhadap HIV menjadi positif disebut periode jendela, lama, periode
jendela antara3-8 minggu bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati Meluas Persistent
c. Skala Aktivitas I: asimtomatis, aktivitasnormal
d. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
e. Test HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus ini

2. Stadium 2 : HIV Positif (tanpa gejala)


Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukkan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tetapi jika diperiksa darahnya
akan menunjukan seropositif kelompok ini sangat berbahaya karena dapat
menularkan HIV ke orang lain.
a. Berat badan menurun<10% dari BB semula
b. Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti dermatitis seboroik, infeksi jamur
kuku, ulkus oral yang rekuren, Cheilitisangularis
c. Herpeszoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterial
e. Skala Aktivitas 2 : simtomatis, aktivitas normal
f. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang

15
g. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya
rata-rata 8 tahun (di Negara berkembang lebihpendek).
3. Stadium 3 : HIV Positif (muncul gejala)
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung
lebih 1 bulan biasanya disertai demam, diare, berkeringat pada malam hari, lesu
dan berat badan menurun pada kelompok ini sering disertai infeksi jamur kandida
sekitar mulut dan herpes zoster.
a. Berat badan menurun > 10% dari BBsemula
b. Diare kronis yangberulang
c. Demam tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan) > 1bulan
d. Kandidiasis oral(thrus)
e. Hairy leukoplakiaoral
f. TB paru, dalam 1 tahun terakhir
g. Infeksi bakteri berat (pneumonia,pyomiositis)
h. Sistem kekebalan tubuh semakin menurun
i. Skala aktivitas 3: selama 1 bulan terakhir tinggal ditempat tidur <50%
4. Stadium 4: AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit saraf dan
penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pada stadium AIDS antara lain:
a. Gejala utama ataumayor
- Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terusmenerus.
- HIV wasting syndrome (BB turun 10% ditambah diare kronik > 1 bulan atau
demam > 1 bulan yang tidak disebabkan penyakit lain).
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
- EnsepalopatiHIV.
b. Gejala tambahan atauminor
- Batuk kronis selama lebih dari 1bulan.
- Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candidaalbicans.
- Infeksi jamur berulang pada alat kelaminwanita.
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruhtubuh.
- Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal
diseluruhtubuh.(Nursalam, 2007).

16
2.2.5 Komplikasi
Menurut Gunawan (2006), komplikasi dari penyakit HIV/AIDS menyerang
paling banyak pada bagian tubuh seperti:
1. Oral lesi Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia, herpes simpleks, sarcoma
kaposi, HPV oral, gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral, penurunan berat
badan, keletihan, dan cacat.
2. Neurologik Pada neurologik, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia
AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfagia, dan isolasi
sosial. Enselopaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensepalitis. Dengan efek seperti sakit
kepala, malaise demam, paralise, total/parsial, infrak serebral kornea sifilis
meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti:
diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma
kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi Infeksi karena pneumocitis, carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,
keletihan, dan gagal nafas.
5. Dermatologik Lesi kulit stafilokukus, virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri,
gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
6. Sensorik Pada bagian sensorik virus menyebabkan pandangan pada sarcoma
kaposis pada konjuntiva berefek kebutaan. Pendengaran pada otitis eksternal dan
otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

17
2.2.6 Cara Penularannya
Cairan tubuh yang potensial menjadi media penularan HIV adalah darah,
cairan mani, cairan vagina, dan di dalam air susu ibu (ASI). Pada umumnya resiko
penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual (homoseksualitas maupun
heteroseksualitas). Penularan melalui darah 15 biasanya dengan perantara transfusi
darah/produk darah, alat suntik atau alat medis lain (narkoba, tato), perinatal (ibu
hamil ke janin) (Nursalam, 2006). Penyebaran virus HIV dapat melalui aktivitas yang
melibatkan kontak dengan cairan tubuh (Farnan & Enriquez, 2012). Secara lebih
terperinci, virus ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh, semen, vagina, air susu ibu,
serebrospinal, sinoval, dan amnion (Ahluwalia, 2005)

2.2.7 Faktor Resiko


Faktor risiko penularannya HIV/AIDS yang terjadi, yaitu :
a. Hubungan seksual secara heteroseksualitas maupun homoseksualitas.
b. Penggunaan jarum suntik.
c. Parenatal dan perinatal dari ibu kepada anaknya (Guerrant el. al, 2011 & Volberding
et. al, 2008).

2.2.8 Tindakan pencegahan


Menurut Widoyono (2005), tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
menghindari hubungan seksual dengan penderita HIV atau penderita AIDS, mencegah
hubungan dengan pasangan yang bergontaganti atau dengan orang yang mempunyai
banyak pasangan, menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat
suntik, melarang orangorang yang termasuk ke dalam kelompok beresiko tinggi untuk
melakukan donor darah, memberikan transfusi darah hanya untuk pasien yang
benarbenar memerlukan, dan memastikan sterilitas alat suntik. 16 HIV dan AIDS
adalah penyakit menular yang bisa dicegah. HIV tidak menular melalui jabat tangan,
berciuman, menggunakan peralatan makan, kerja sama, berbagi ruangan, gigitan
nyamuk, dan kontak sosial biasa.

2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanan atau pengobatan untuk pasien dengan HIV AIDS tidak hanya
mencakup pada pemberian terapi obat, tetapi juga termasuk dalam pencegahan, terapi
fisik, dan fisiologis

18
1.Non-farmakologi
a. Fisik
Aspek fisik pada HIV (klien terinfeksi HIV) adalah pemenuhan kebutuhan fisik
sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi:
1) Universalprecaution
Tindakan pengendalian fisik sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua klien setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam
rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi.
2. Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV/AIDS sangat membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah
yang lebih banyak dari biasanya diperoleh dari makanan sehari-hari. Sebagian besar
ODHA akan mengalami defisiensi vitamin sehinggamemerlukan makanan tambahan
3. Aktivitas danIstirahat
a. Manfaat olahraga terhadap imunitastubuh
Hampirsemuaorganmeresponstressolahraga. Pada keadaan akut,olahraga akan
berefek buruk pada kesehatan, olahraga yang dilakukan secarateratur
menimbulkan adaptasi organ tubuh yang berefek menyehatkan.
b. Psikologis (strategikoping)
Mekanisme koping terbentuk melalui proses dan mengingat. Belajar yang
dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh
internal dan eksternal.
c. Sosial
Dukungan sosial sangat diperlukan PHIV yang kondisinya sudah sangat parah.
Individu yang termasuk dalam dan memberikan dukungan sosial meliputi
pasangan (suami/istri, orang tua, anak, sanak keluarga, teman,tim kesehatan,
atasan, dan konselor).
4.Farmakologis
Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam
tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat
disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut pengobatannya tidak dilakukan dengan
standar medis, tetapi dengan pengobatan alternative atau pengobatan lainnya. Obat-
obat yang digunakan adalah untuk menahan penyebaran HIV dalam tubuh tetapi
tidak menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Untuk menahan lajunya tahap
perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah Antiretroviral dan infeksi

19
oportunistik waktumemulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama
karena obat ARV akan diberikan dalam jangka panjang.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja DenganHIV/AIDS


2.3.1 Pengkajian

Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client pada


kelompok remaja :
1. Data inti, terdiri dari:

a. Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi


perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah, semakin
melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut pada diriremaja.
b. Demografi

c. Vitalstatistic:

1) Kelahiran

2) Mortalitas

Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia 15-19 berjumlah


151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%)

Bukan karena penyakit :

a. Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan Kesehatan


Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu
orang pertahun

b. Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2-5 kali
resiko kematian ketika persalinan dibandingkan dengan wanita yang telah
berusia 18-25 tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor
lain. Ahmad (2004) dari laporan Save the Children : 1 dari 10 persalinan
dialami oleh ibu yang masih anak2, berusia 11-12 tahun menyebabkan
komplikasi kehamilan dan persalinan membunuh 70,000 remaja puteri
tiaptahun

20
3) Morbiditas
Bukan karena penyakit

1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO),


kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang pertahun
2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak
diinginkan. Survey di Negara-negara berkembang hamper 60 %
kehamilan dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal
pada tahun 2006, SLTP dan SLTA menempati urutan pertama dengan
73.253 kasus, SDdengan8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus
(anonim,2007)
d. Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara lain :
orang tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan tidak
punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan ekonomi yang
kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Perbedaan tipe
keluarga dapat mempengaruhi pembentukan kepribadianremaja.
e. Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada pula
remaja yang sudahmenikah.
f. Kelompok etnis
g. Nilai dan keyakinan:
2. Komponen sub sistem, terdiri dari:

a. Lingkungan fisik, Pengkajian lingkungan fisik


1) Perumahan danLingkungan
2) Lingkunganterbuka
3) Batas
4) Kebiasaan tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid, warung-
warung pinggir jalan dan lain-lain
5) Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji, kursus, dan lain-
lain), negatif (merokok, mencoba narkoba, tawuran, berkelahi, membolos,
nongkrong, minum alkohol, free sex, danlain-lain)
6) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang menyebabkan
sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya ditunjukkan dengan sikap
:ngebut-ngebutan

21
7) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat pelayanan KRR di
sekolah (meliputi : informasi akurat PMS, kontrasepsi, keterampilan remaja
menghadapi tekanan kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja),
pelatihan kader remaja untuk menjadi edukator dan pemberi dukungan
8) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di mall, pasar, pusat
perbelanjaan
9) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara,pura
10) Politik : poster tentang narkoba, free sex,aborsi
11) Media : TV, radio, koran, majalah, papanpengumuman
12) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen dan anak
jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi ekonomi yang sulit dan bahkan
ada remaja yang kabur dari rumahnya karena perseteruan denagn orang tua
sehingga menjadiglandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial:Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas,
posyanduremaja. Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang
berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual bertanggung jawab dan
PMS
c. Ekonomi

Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki penghasilan sendiri


dan masih bergantung pada orang tua. Namun ada sebagian remaja yang
mempunyai pekerjaan sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun
kebanyakan penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uangsaku.

Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki pekerjaan karena


mereka masih sekolah. Namun, ada pula remaja yang putus sekolah (kebanyakan
karena masalah ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa
dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran, pelayan restoran,
mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi PSK, dan lain- lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh remaja adalah
sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil dan sepeda mini. Dan sering
pula remaja kurang memperhatikan keamanan dirinya karena sering mengebut
saat mengendarai kendaraaanmereka.
e. Politik dan pemerintahan

Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja, antara lain:

22
Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS
f. Komunikasi

Komunikasi formal : Koran, Radio,TV

Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang narkoba, free sex,


merokok),internet
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP, dan SMA.
Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah untuk kesehatan remaja.
Selain itu pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) telah dilakukan atas
dukungan Depkes dan WHO di sekolah dan lembagapendidikan.
h. Rekreasi:

Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik yang positif
maupun negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, les pelajaran
tambahan, les minat dan bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain. Negatif :
nongkrong sampai malam, main game sampai larut malam. Media hiburan yang
digunakan remaja, misalnya mall, tempat rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet,
dan lain-lain.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :

1. Penggunaan NAPZA di kalangan remaja

2. Resiko penyimpangan seksual

3. Resiko tinggi konflik keluarga

4. Resiko terjadi kenakalan pada Remaja

5. Gangguan citra tubuh

6. Perilakudestruktif

7. Perubahan pemeliharaan kesehatan

8. Depresi

9. Nutrisikurang/lebih

10. Resiko cedera

23
11. Kurang Perawatan diri

12. Kurangpengetahuan

Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :

1. Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di Banjar X, Desa Y,


Kelurahan Z Denpasar Utara berhubungan dengan
a. kurangnya kasih sayang dari orangtua

b. dasar-dasar agama yangkurang

2. Resiko terjadinya kenakalan remaja di Banjar X, Desa Y, Kelurahan Z Denpasar


Utara berhubungan dengan:
a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah- msalah
kenakalan remaja danakibatnya.
b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukankegiatan
c. Resiko cedera pada remaja di Banjar X, Desa Y, Kelurahan Z Denpasar
Utaraberhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya
kebut-kebutan dijalanraya

3. Potensial dukungan LSM di Banjar X, Desa Y, Kelurahan Z Denpasar Utara untuk


memaksimalkan potensi yang dimiliki remaja

2.3.3 Intervensi Keperawatan

1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja


Intervensi yang dilakukan :

a. Pada Klien:

Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah ketergantungan


Intervensi :

 Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan


motivasi berhenti, dan cara mengontrolkeinginan

 Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang dapat memberi
pengaruh yangburuk

 Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrolkeinginan

24
 Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok

 Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitasagamanya


b. Pada Keluarga :

Tujuan:

 Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti


menggunakan NAPZA

 Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untukberhenti

 Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klienNAPZA

 Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perludirujuk Intervensi:

 Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dankeluarga

 Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat klien

 Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau keterganungan zat


(tanda gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan danrehabilitasi)

 Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS

 Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar terbuka


padakeluarganya

 Memperhatikan pergaulanklien

 Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja dan tugas


perkembangan remaja

c. Pada Masyarakat:

Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai keadaan klien yang
sedang menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :

 Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien NAPZA


ketika sudah kembali dimasyarakat

25
 Pendidikan kesehatan tentang obat danpenggunaannya

 Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja dalam


karangtaruna
 Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual
Intervensi yang dilakukan:
a. Pada Klien:

Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual Intervensi :


 Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
psikologis dan sosialremaja
 Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari free sex
bagi kehidupan sosial
 Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman yang dapat
memberi dampak yangburuk
 Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang perasaannya
 Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akandilaluinya
 Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan
situasi etis untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggungjawab
 Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitasagamanya

b. Pada Keluarga

Tujuan:
 Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapiklien

 Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja

Intervensi:
 Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
psikologis dan sosialremaja
 Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi remaja
sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang
dimilikikeluarga.
 Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yangdibutuhkan

26
 Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang sebagian besar
merupakan dampak dari penyimpangan sex agar dapat bertanggungjawab
 Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang
akan dilalui olehremaja
c. PadaMasyarakat

Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan remaja

Intervensi :
 Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
akibat penyimpangansex
 RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00) untuk remaja
berada di luar rumah sehingga meminimalisasi kegiatan remaja yang kurang
bermanfaat yang dapat memberikan dampak yangburuk
 Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk melakukan berbagai
kegiatan positif melalui karangtaruna
3. Masalah Keperawatan : Resikocedera

a. Pada Klien:

Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas)

Intervensi :
 Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan akibatnya
jikadilanggar
 Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat kecelakaan
lalulintas
 Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalulintas

 Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut pengaman dalam


berkendara
b. Pada Keluarga

Tujuan :

Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan kendaraan bermotor untuk remaja

Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang bahaya berkendara


kebut-kebutan

27
Intervensi :

 Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya berkendara


kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu lintas
 Diskusi tentang pentingnya memakai helm saatberkendara

 Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya (misalnya


anak berteman dengan gengmotor)
c. PadaMasyarakat

Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja

Intervensi :

Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang cara
berkendara yang baik dan dampak melanggar peraturan lalu lintas

Intervensi dari Pemerintah

1) Melalui Puskesmas

a.Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja(PKPR)

Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR
adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Tujuan
umum dari adanya program ini adalah Optimalisasi pelayanan kesehatan
remaja di Puskesmas

Tujuan umumnya yakni:


 Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas
 Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan
masalah kesehatan khusus padaremaja.
 Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kesehatan remaja.

28
Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di Puskesmas

1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:

a. Gambaran remaja di wilayah kerja:

 Jumlah remaja, pendidikan,pekerjaan.

 Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan lainnya.


 Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalah-
gunaanNAPZA
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai berhubungan
dengan perilaku berisiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan
pelayanan apa yang dikehendaki
c. Jenis upaya kesehatan remaja yangada

d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana termasuk buku-buku pedoman


tentang kesehatan remaja. Metoda kajian adalah dengan mengambil data
sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta, dan wawancara
dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak langsung (orang tua, guru,
pengurus asrama remaja dan sebagainya).
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk menentukan:
1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat pendidikan dan
permasalahan yang dihadapi
2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah remaja di
wilayah kerja.jenis pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan remaja
diwilayahnya
3. Kelompok sasaran prioritas yang akandiintervensi

4. Terobosan dan inovasikegiatan

5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannyaPKPR

6. Strategi menjalinkemitraan

7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian hari.

2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional)

a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)

29
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah suatu wadah kegiatan
program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga
Bagi Remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama
generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik minat remaja
datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama
yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat.

Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi PKBR,
Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life Skills), pelayanan
konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu, juga dikembangkan kegiatan-
kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai
Tegar Remaja dalam rangka tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga Kecil
BahagiaSejahtera.

Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian


informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills),
pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, serta
kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.

PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi seperti tingkat


desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Artinya PIK Remaja
dapat melayani remaja lainnya yang berada di luar lokasi wilayah administrasinya.
PIK Remaja dalam penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi
pembinanya seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja
Pesantren, dan lain-lain.

Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya komitmen dan


mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan
mempergunakan modul dan kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN
atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi,
Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan KonselorSebaya.

Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang


tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan dukungan dan aktif
membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) atau organisasi kepemudaan/remaja lainnya, seperti:

30
1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan SKPDKB
2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi masyarakat (seperti:
pengurus masjid, partor, pendeta, pedande, bukisu) dan pimpinan kelompok dan
organisasipemuda.
3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, danTV)
4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok pesantren,
komitesekolah.

5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis ta’lim, programPKK.
6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna, pramuka,
remajamasjid/gereja/vihara.
b. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan

Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia Sehat 2010 di
atur oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45
tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib di
selenggarakan di sekolah.Program ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar
peserta didik melalui peningkatan derajat kesehatan. Dan tujuan khusus dari
programini:
1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yangsehat

2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku


masyarakat sekolah yangsehat
3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan masyarakatsekolah
c. Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN)
Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg kompeten dalam berpartisipasi
mengenali keberadaan dan dampaknapza
Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK, Tenaga kesehatan
(perawatkomunitas), LSM-LSM dan BNP.
Kegiatan :

1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif)

2. Supply Control (Pengawasan, Pemberantasan, Harm Reduction)

31
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran perawat komunitas dalam pemberian asuhan pada klien aids yaitu
dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui
praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif)
dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau
memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis
institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh
program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana
baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu
didinkes dan puskesmas. Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal
pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan genetika. Kalangan ilmuwan umumnya berpendapat bahwa determinan
utama dari derajat kesehatan masyarakat tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah
perilaku masyarakat. Peran perawat komunitas dalam pemeberian asuhan pada klien
aids, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berperan yaitu dengan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masihbanyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja dengan HIV/AIDS dapat
terus dikembangkan dan diterapkan dalam bidangkeperawatan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Achjar Komang Ayu Henny. 2011. Teori & Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas.
Jakarta: EGC.

Bhatt NV. Anxiety Disorders. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/2862


27-overview#a2 diakses pada tanggal 18 November 2020.

Brooks G.F. Butel J.S., Morse S.A. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi
Kedokteran. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc.

Fallen.R & K.Dwi Budi. 2010. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika

Freitas-Ferrari MC, Hallak JE, Trzesniak C, Filho AS, Machado-de-Sousa JP, Chagas MH.
2010. Neuroimaging in social anxiety disorder: a systematic review of the literature.
Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry.; 34 (4): 565-580

Gallant,J.2010.100TanyaJawabMengenaiHIVdanAIDS.Jakarta:IndeksRidhaN.

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta:Balai Penerbit FKUI

IPKKI. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas
dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat.
Jakarta: UI-Press.

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta:
EGC

Nursalam, & Kurniawati Ninuk,D. 2007.Asuhan Keperawatan pada Pasien


TerinfeksiHIV/AIDS.Jakarta:PenerbitSalembaMedika.
Achir Yani. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : FIK UI
Aulia Iskandarsyah. (2006). Remaja Dan Permasalahannya Perspektif Psikologi terhadap
Permasalahan Remaja dalan Bidang Pendidikan. Jatinangor : FPsi UNPAD

33
Efri Widianti. (2007). Makalah Remaja dan Permasalahannya : Bahaya Merokok,
Penyimpangan seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras
Narkoba. Jatinangor : FIK UNPAD
Imami Nur. (2000). Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencegah Kematian
Perinatal.
Jusuf Tjahjo. (2009). Intervensi Komunitas untuk Menghentikan Perilaku Merokok Remaja.
Jakarta : FPsi Univ.Satya Wacana
Komisi Penanggulangan AIDS . (2007). Strategi Nasional PEnanggulangan HIV AIDS 2007-
2010.
Lembaga Indonesia Untuk Pengembangan Manusia UNAIR. (2007). Program Pengembangan
Remaja Melalui Sekolah Unggul. Surabaya : Pascasarjana UNAIR
Outlook Vol.16 Ed.Januari Hal.1-8. (2000). Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun
Perubahan yang Bermakna
Sofia Retnowati. (2008). Remaja dan Permasalahannya. Jogjakarta : FPsi UGM

34

Anda mungkin juga menyukai