Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

HIDUP SEHAT PASCA PANDEMI


COVID-19 SUDUT PANDANG INTERNIS
DAN KESEHATAN JIWA

Oleh:

dr. HAMDA SAWITRI


19730702 200604 2 010

PUSKESMAS SITUJUH
KECAMATAN SITUJUH LIMO NAGARI
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

NAMA : dr. HAMDA SAWITRI


NIP : 19730702 200604 2 010
Unit Kerja : Puskesmas Situjuh, Kecamatan Situjuh Limo Nagari,
Kabupaten Lima Puluh Kota

Makalah ini dengan judul HIDUP SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19


SUDUT PANDANG INTERNIS DAN KESEHATAN JIWA telah diperiksa
dan disetujui sebagai syarat bahan DUPAK Periode Januari s/d Juni 2022.

Situjuh, 30 Juni 2022

Ketua Tim Penilai PAK Dokter Kepala Puskesmas Situjuh


Kabupaten Lima Puluh Kota Kecamatan Situjuh Limo Nagari

( dr. H. IZA ) ( dr. SILVIA ROSJA )


NIP. 19701217 200212 1 002 NIP. 19840409 2014 07 2 001

Mengetahui:
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota

( dr. H. ADEL NOFIARMAN )


NIP. 19650914 199803 1 002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai HIDUP
SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19 SUDUT PANDANG INTERNIS DAN
KESEHATAN JIWA ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana perkembangan perilaku hidup sehat pasca pandemi Covid-19 ini. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang wabah penyakit
Coronavirus Disease 19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis serta sebagai salah
syarat untuk kenaikan pangkat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam membuat makalah ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang wabah penyakit akibat Coronavirus Disease 19
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah yang Penulis stulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Situjuh, 30 Juni 2022

Penulis

dr. HAMDA SAWITRI

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... I
KATA PENGANTAR ............................................................................................ II
DAFTAR ISI ......................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. SUDUT PANDANG INTERNIS ................................................................ 4
1 Kasus Covid-19 Nasional ............................................................................ 4
2 Peningkatan Kasus Harian Nasional ........................................................... 4
3 Varian Omicron ( B.1.1.529 ) .................................................................... 4
4 Data Interim Sub-Var. BA.4 dan BA.5 ....................................................... 5
5 9 Organ Tubuh Terdampak Covid-19 ......................................................... 6
6 Gizi 7
7. Kurang Energi Protein (KEP) ..................................................................... 8
8. Jenis KEP .................................................................................................... 8
9. Penyebaran Penyakit Infeksi ....................................................................... 8
10. Prinsip Protokol Kesehatan ......................................................................... 9
9. Menjaga Kesehatan Mental selama Pandemi ............................................ 11
11. Terapkan PHBS ......................................................................................... 12
12. Penyakit yang Bisa Muncul Akibat Tidak ber PHBS ............................... 16
13. Salah satu Cara PHBS ............................................................................... 16
14. 6 Langkah Mencuci Tangan ...................................................................... 17
B. SUDUT PANDANG KESEHATAN JIWA ............................................. 18
2. Kenormalan Baru (New Normal) .............................................................. 18
3. Perilaku Psikososial Pasca Pandemi ......................................................... 18
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ................................................. 19
5. Faktor Berpengaruh ................................................................................... 19
6. Kelompok Berisiko ................................................................................... 19
7. Simptoms Psikosomatis............................................................................. 20
8. Kesadaran akan COVID-19 ...................................................................... 20

iii
9. Kesehatan Jiwa Pasca Pandemi ................................................................. 21
10. Mitigasi Risiko Kesehatan Jiwa ................................................................ 21
11. Perilaku Sehat (Perspektif Psikiatri) ......................................................... 22
12. Manajemen Psikososial ............................................................................. 22
13. Niat Perilaku dari Individu ........................................................................ 22
14. Pengembangan Resiliensi .......................................................................... 23
15. Elemen Resiliensi ...................................................................................... 23
16. Kenali Tanda Resiliensi Rendah ............................................................... 24
17. The Conner-Davidson Resilience Scale .................................................... 24
18. Kunci Mengapai Resiliensi (Pribadi Tangguh) ......................................... 25
19. Kepribadian yang Resilien ........................................................................ 25
20. Langkah Mengapai Resiliensi ................................................................... 26
21. Booster Resiliensi Pasca Pandemi ............................................................. 26
22. Rencana Self-care untuk Burnout Pekerjaan ............................................. 27
23. Karakteristik Resiliensi ............................................................................. 27
24. Karakteristik Resiliensi ............................................................................. 27
25. Tips Respons Relaksasi ............................................................................. 28
26. Take Home Message ................................................................................. 28
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 29
A. Kesimpulan................................................................................................ 29
B. Saran ......................................................................................................... 29
SUMBER RUJUKAN........................................................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Awal tahun ini dunia digegerkan dengan pandemi COVID-19. Hiruk pikuk
dunia seketika senyap berfokus pada upaya menghindari makhluk nano tak kasat
mata yang disebut-sebut menjadi sumber masalah COVID-19, virus SARS-CoV-2.
Setidaknya hingga Mei 2020, ada lebih dari 3 juta kasus positif COVID-19 di
seluruh dunia. Di Indonesia bahkan diketahui bahwa fatality rate atau angka
kematian infeksi SARS-CoV-2 relatif tinggi apabila dibandingkan dengan negara-
negara tetangga. Setidaknya hingga saat ini tercatat sebanyak lebih dari 12.000
kasus positif (PDP) dan lebih dari 800 diantaranya meninggal dunia. Seolah tidak
cukup berdampak pada kesehatan umat manusia, kondisi pandemi ini memaksa
sejumlah negara menerapkan kebijakan yang berdampak besar bagi perekonomian
rakyat dan kondisi sosial budaya di dalam negeri, tidak terkecuali Indonesia. Segala
upaya dikerahkan mulai dari hulu ke hilir, dari sektor ekonomi hingga kesehatan.
Kebijakan work from home, physical distancing, hingga penerapan gaya hidup
bersih dan sehat digalakkan dari tingkat keluarga, RT/RW, kecamatan, kabupaten,
kota, provinsi hingga negara. Situasi yang berubah cepat ini menjadikan banyak
penyesuaian dan merasakan kondisi asing yang baru di maPenulisrakat.
Apabila menilik dari status pandemi yang ditetapkan oleh WHO pada
COVID-19 ini, kita dapat membayangkan betapa pada kehidupan kita (sebelum) ini
adalah kondisi yang sangat ideal bagi penyebaran dan perkembangbiakan virus.
Bagaimana mungkin tindakan sesederhana mencuci tangan dengan sabun dan
menggunakan masker menjadi hal yang tiba-tiba spesial di masa sekarang kalau
saja bukan karena keduanya sangat asing dilakukan di masa lalu? Seolah-olah
kebiasaan mencuci tangan adalah suatu terobosan mutakhir yang terasa mewah. Hal
ini menunjukkan betapa kita dahulu terbiasa dengan perilaku kita yang kurang
memperhatikan gaya hidup bersih dan gaya hidup sehat. Sebelumnya, normalnya
orang tidak akan ambil pusing ketika harus bepergian atau berinteraksi dengan
orang lain. Tidak pernah umum dilakukan budaya mencuci tangan selepas
menggunakan atau menyentuh fasilitas umum. Terasa asing melakukan etika batuk

1
dan bersin yang benar. Bahkan terkesan berlebihan apabila harus menggunakan
masker di tempat-tempat umum. Tapi bisa kita lihat sekarang, dari tukang sapu,
tukang becak, pedagang asongan, sampai para pejabat negara tanpa kecuali ramai-
ramai mengkampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat.
Fenomena yang sama sekali baru bagi penduduk dunia abad ini ternyata
justru menciptakan suatu kondisi normal yang baru. Pepatah every clouds had its
silver lining sangat cocok menggambarkan situasi ini. Mengungkap sisi terang
pandemi COVID-19 tentu saja kita menemukan bahwa masyarakat secara paksa
terdidik untuk menerapkan gaya hidup sehat dan gaya hidup bersih tanpa terkecuali.
Memasak makanan sendiri menjadi lumrah. Menggunakan masker menjadi umum.
Mencuci tangan sebelum makan menjadi kebiasaan. Orang menjadi lebih sadar
untuk menjaga makanan dan memilah jenis makanan yang baik bagi kesehatan
tubuh. Mereka bahkan secara sukarela menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin
berolahraga dan beristirahat cukup demi meningkatkan sistem pertahanan tubuh
alami. Seolah-olah dengan adanya pandemi ini masyarakat justru menjadi lebih
mawas dengan istilah-istilah kesehatan yang sebelumnya seringkali terabaikan,
dianggap remeh, atau justru menjadi momok.
Semua orang berharap pandemi ini akan berakhir. Orang sudah mulai jengah
dengan berdiam diri di rumah dan mencari-cari alternatif aktivitas menunggu
semuanya kembali normal. Permasalahannya adalah, bahwa kita perlu
meredefinisikan normal yang baru. Ketika pandemi berakhir, bukan berarti kita
dapat kembali ke pola kehidupan kita yang dulu. Apakah tidak mubadzir menyia-
nyiakan kebiasaan bagus yang sudah terlanjur terbentuk selama masa pandemi ini?
Apabila pandemi berakhir, perlu diketahui bahwa virus-virus penyebab penyakit
COVID-19 tidak berarti lenyap dari muka bumi. Justru akan timbul
ketidakseimbangan alam semesta apabila virus dan bakteri lenyap dari muka bumi
karena toh setiap makhluk di muka bumi pasti memiliki perannya sendiri dalam
menjaga dinamisme harmoni kehidupan. Pada dasarnya bakteri dan virus, materi-
materi mikron dan nano tak kasat mata tersebut sudah ada dari sejak dulu kala, dan
akan terus ada sepanjang kehidupan alam semesta. Hanya karena ukurannya yang
super kecil dan tidak tampak oleh penglihatan manusia, bukan berarti ia lantas tidak

2
ada. Oleh karenanya kita perlu menyadari bahwa kita tidak pernah aman dari risiko
paparan infeksi virus maupun bakteri selama kita masih sama-sama hidup
berdampingan di alam jagad raya yang sama.
Untuk menjaga kehidupan manusia agar tetap lestari, maka tentunya tidak
ada salahnya dan memang alangkah baiknya jika kondisi new normal yang sekarang
ini berlangsung tetap dijalankan dan dibentuk menjadi kebaisaan. Kondisi ini justru
menaikkan derajat kualitas kehidupan umat manusia secara berjamaah tanpa
memandang status negara dan kondisi geografi. Lebih ekstrem lagi, dari pandemi
ini manusia telah diinkubasi untuk menjalani revolusi kehidupan yang serentak dan
komprehensif di segala bidang. Tugas kita selanjutnya adalah menjaga
keberlangsungan kondisi normal yang baru ini secara istiqomah. Konsistensi adalah
kunci, sehingga diperlukan komitmen untuk menjaga keberlangsungan hidup yang
lebih baik bersama-sama. Untuk itu maka semua unsur masyarakat yang kini juga
telah melakukan adaptasi hidup bersih dan sehat ini perlu terus mengembakannya
dengan berbagai program dan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk menjaga
keberlanjutannya itu, tidak cukup kiranya kalau hanya diserahkan begitu saja
kepada masyarakat. Perlu dikembangkan program untuk menjaga kesetimbangan
biotik (makhluk hidup) dan abiotik (kehidupan sosial ekonomi) yang saat ini sudah
dirintis bersama, termasuk hubungan dan kepedulian sosial. Semua Lembaga,
misalnya Pendidikan, sosial keagamaan, infrastruktur ekonomi, kesehatan, dan
utamanya pemerintahan harus menyiapkannya dengan baik dalam menyambut
kondisi paska covid-19 ini agar terjaga harmoni kehidupan yang sehat dan
produktif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SUDUT PANDANG INTERNIS


1 Kasus Covid-19 Nasional

2 Peningkatan Kasus Harian Nasional

3 Varian Omicron ( B.1.1.529 )


a. Ditetapkan sebagai Variants of Concern (VOC) oleh WHO pada 26
November 2021, 2 hari setelah ditetapkannya varian ini sebagai Variants
under Monitoring (VUM)
b. Memiliki 45-52 mutasi asam amino,
c. Termasuk 26-32 mutasi di protein Spike
d. Beberapa mutasi tersebut diduga berhubungan dengan kemampuan
immune escape dan penularan yang lebih tinggi, tetapi masih diperlukan
data lebih banyak

4
e. Tidak memiliki perubahan pada RdRp G671S yang berkaitan dengan
penurunan Ct value pada varian Delta
4 Data Interim Sub-Var. BA.4 dan BA.5

a. BA.4 dan BA.5 pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan masing-masing


pada Januari dan Februari 2022
b. BA.4 pada tanggal 10 Januari 2022 di Limpopo, Afrika Selatan
c. BA.5 pada tanggal 25 Februari 2022 di KwaZulu-Natal, Afrika Selatan
d. BA.4 dan BA.5 memiliki banyak mutasi yang sama dengan varian Omicron
asli, tetapi memiliki lebih banyak kesamaan dengan varian BA.2
e. Kedua varian mengandung substitusi asam amino L452R, F486V, dan
R493Q dalam spike receptor binding domain dibandingkan dengan BA.2.
f. Mutasi L452R, yang juga terdeteksi pada varian Delta diperkirakan
membuat virus lebih menular dan menghindari penghancuran sebagian oleh
sel-sel imun
g. Mutasi F486V juga membantu menghindari pengenalan sistem imun

5
5 9 Organ Tubuh Terdampak Covid-19

a. Konsep Dasar Ilmu Penyakit


Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran
yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap
seseorang. Ilmu yang mempelajari tentang penyakit disebut patolog.
b. Jenis Penyakit
1) Penyakit Infeksi
Penyakit Infeksi terdiri dari dua macam, yaitu:
a) Penyakit Menular
Penyakit ini digolongkan kepada dua jenis yaitu
communicable desease (penyakit yang dapat dicegah) seperti
dipteri. Dan non-Communicable desease (penyakit yang tidak dapat
dilakukan pencegahan seperti imunisasi)

6
b) Penyakit infeksi yang tidak menular. Seperti jerawat, bisul, dll.
2) Penyakit non-Infeksi
Penyakit non-infeksi bisa disebabakan oleh: Degeneratif,
penyakit yang timbul karena menurunnya fungsi alat tubuh. Seperti
kanker, jantung, hipertensi, diabetes, dll. Hubungannya dengan proses
metabolic (kemampuan pemecahan dari zat-zat gizi) seperti, penyakit
diabetes, tyroid. Gizi
6 Gizi
Asupan makanan yang memenuhi kandungan gizi seimbang bagi anak
usia dini merupakan kunci penting bagi pertumbuhan anak, demi terciptanya
generasi penerus yang lebih berkualitas. Penyakit non-infeksi yang disebabkan
oleh gizi bisa dikarenakan kekurangan gizi atau kelebihan gizi. Penyakit karena
kekurangan gizi misalnya gizi buruk, kwarsiorkor, marasmus, anemia, kurang
vitamin a, dll.
a. Gizi Buruk
Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dalam
waktu yag cukup lama, yang ditandai dengan berat badan menurut umur
(BB/U) berada pada <-3 SD tabel baku WHO-NCHS atau tanda-tanda klinis
gizi buruk yaitu marasmus dan kwashiorkor
b. Gejala Gizi Buruk
1) Marasmus dengan tanda-tanda tubuh sangat kurus, tampak tulang
terbungkus kulit, perut cekung, iga gambang/tulang rusuk menonjol,
wajah seperti orang tua (monkey face), mata tidak bercahaya, rambut
kusam, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada, penyakit infeksi umumnya bersifat kronis
(diare kronik atau konstipasi)
2) Kwashiorkor dengan tanda-tanda tubuh edema di seluruh tubuh
terutama kaki, otot mengecil, wajah membulat dan sembab (moon face),
pandangan sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah
dicabut tanpa terasa sakit, apatis dan rewel, kelainan kulit berupa bercak

7
merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas, penyakit infeksi biasanya bersifat akut (anemia dan
diare)
7. Kurang Energi Protein (KEP)
Menurut catatan Biro Statistik tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi
protein penduduk sehari berasal dari padi-padian. Bahan makanan hewani aya
akan protein bermutu tinggi, tetapi hanya 18,4% konsumsi protein rata-rata
penduduk Indonesia. Secara nasional konsumsi protein rata-rata penduduk
Indonesia adalah 48,7 gram per hari
8. Jenis KEP
a. Kwarsiorkor (kekurangan protein yang menmunjukan oedema pada muka
dan perut)
b. Istilah kwarsiorkor pertama dikenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun
1993 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa
Ghana kwarsiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak
kedua sedang ditunggu kelahirannya. Kwarsiorkor dapat terjadi pada
konsumsi energi yang cukup atau lebih.
c. Gejalanya: pertumbuhan terhambat, otot-otot berkurang dan melemah,
edema, muka bulat seperti bulan (moonface) dan gangguan psikomotor.
Edema terjadi pada perut, kaki, dan tangan. Anak apatis, tidak ada nafsu
makan, tidak bergembira dan sering merengek
9. Penyebaran Penyakit Infeksi
a. Melalui hewan ke manusia : rabies, flu burung
b. Melalui air : diare
c. Melalui udara : virus Flu burung, TB (Tubercullosa)
d. Melalui tanah : metazoa (cacing kemih)
e. Kontak langsung: kulit dengan kulit
f. Melalui virus: meningitis (selaput mata), influenza, kulit dan kelamin

8
10. Prinsip Protokol Kesehatan

a. Menjaga Kebersihan

9
b. Makanan dengan Gizi Seimbang

c. Menjaga Kebersihan Lingkungan

10
d. Olahraga Teratur

e. Hindari Rokok dan Asap

9. Menjaga Kesehatan Mental selama Pandemi


a. Kurangi Asupan Berita yang topiknya mengganggu
b. Habiskan Waktu Bersama Keluarga
c. Bercerita untuk membuat hati menjadi tenang
d. Konsumsi Buah dan Sayur
e. Luangkan Waktu untuk Berolahraga
f. Lakukan Hobi
g. Self-talk

11
10. Terapkan PHBS Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

11. Terapkan PHBS


a. Pengertian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena
kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu
menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif
dalam aktivitas masyarakat
b. Tatanan PHBS

12
1) PHBS Rumah Tangga
2) PHBS Sekolah
3) PHBS Lingkungan
4) PHBS Tempat Kerja
5) PHBS Sarana Kesehatan
c. Manfaat PHBS

1) Di sekolah, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga


dapat mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
2) Di tempat kerja, mendukung kesehatan pekerja sehingga menciptakan
lingkungan kerja yang positif dan produktif.
3) Di keluarga, rumah tangga atau tepat tinggal lainnya, seluruh anggota
rumah tangga/tempat tinggal bisa tumbuh dan berkembang dengan
sehat, serta meningkatkan kesejahteraan.
4) Di masyarakat, meminimalisir penyebaran penyakit dan
mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas kesehatan.
d. Indikator PHBS
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan yang dimaksud disini adalah
dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini
dikarenakan masih ada kelompok masyarakat yang
masih mengandalkan tenaga non medis untuk
membantu persalinan, seperti dukun bayi (paraji). Selain tidak aman dan
penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi (paraji)
inipun dikhawatirkan berisiko.

13
2) Memberi bayi ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif
Seorang ibu perlu memberikan ASI ekslulsif pada
bayi, yaitu pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain, sejak kelahiran hingga usia
enam bulan.
3) Menimbang bayi dan anak sampai dengan usia 6 tahun secara rutin
setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita setiap bulan
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
tersebut setiap bulan. penimbangan ini dilaksanakan
di Posyandu (Pos Pelayana Terpadu) mulai usia 1
bulan hingga 5 tahun. setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di
buku KMS (Kartu Menuju Sehat). dari catatan KMS dapat diketahui dan
dipantau perkembangan dari bayi dan balita tersebut.
e. Menggunakan Air Bersih
Menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari
seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air
minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman
dan bakteri yang dapat menyebabkan berbgaia macam
penyakit.
f. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan benar
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat
menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan terbebas
dari kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan
melakukan aktivitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang
dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun
sebelum menyusui bayi. Pada situasi berkembangnya virus korona seperti
saat ini, cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir adalah
keharusan. Mencuci tangan harus memperhatikan aturan dengan
membersihkan seluruh bagian dari tangan.

14
g. Gunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa
syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak
berbau, tidak dapat dijamah oleh hewan seperti serangga dan tikus, tidak
mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap Pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang
cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih yang
memadai.
h. Memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu secara rutin
Lakukan pemeriksaan jentik berkala 9PJB) di lingkungan
rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat
perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti
bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, talang air, dan media penyimpan
lainnya yang menampung air. kegiatan ini dianjurkan dilakukan secara
teratur setiap minggu dan konsisten. Selain itu juga perlu dilakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M (Menguras,
Mengubur, Menutup) dan melakukan fogging di tempat-tempat yang
dimungkinkan adanya jentik nyamuk secara berkala.
i. Makan makanan yang sehat dan bergizi
Dianjurkan agar keluarga mengkonsumsi jenis makanan yang
bersih dan sehat seperti mengandung banyak vitamin, serat,
mineral dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh serta
bermanfaat bagi kesehatan.
j. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Melakukan aktivitas fisik, baik berupa olahraga maupun
kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting
bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan

15
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni
olahraga ringan, jalna kaki, jongging, berkebun, dan lain-lainnya.
k. Tidak Merokok
Hindari merokok asap rokok dapat mencemari kualitas
udara yang dihirup. Di dalam satu puntung rokok yang
diisip, akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia
berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon
monoksida (CO).
12. Penyakit yang Bisa Muncul Akibat Tidak ber PHBS
a. Demam Berdarah (DBD)
b. Infeksi menular seksual
c. Leptospirosis (penyakit tikus)
13. Salah satu Cara PHBS

Perilaku mencuci tangan dilakukan untuk menjaga kebersihan


tangan dari kotoran dan kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Kotoran dan
bakteri yang menempel pada tangan dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit seperti penyakit diare, kecacingan, dan infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA), kurang gizi.

16
14. 6 Langkah Mencuci Tangan

a. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan dosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
d. Bersikan ujung jari secara bergantian dengan posisi saing mengunci.
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas
dengan air berish dan keringkan.

17
B. SUDUT PANDANG KESEHATAN JIWA
2. Kenormalan Baru (New Normal)
a. Penerapan tatanan kebiasaan baru
b. Membangun kembali semangat dan cita-cita masyarakat untuk
mempertahankan kesejahteraannya.
c. Menimbulkan perubahan sosial: pola perilaku dan proses interaksi sosial
masyarakat
d. Penguatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah
e. Melakukan disinfeksi secara berkala
f. Perilaku membeli makanan dan minuman
g. Pembentukan keluarga sehat
h. Penerapan protokol kesehatan
3. Perilaku Psikososial Pasca Pandemi
a. Adaptasi kondisi pandemi global – kemunculan variasi dari varian baru
COVID-19
b. Perilaku adopsi penggunaan mobile banking di kalangan pelajar
c. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa: boredhomebody– perubahan pola
belanja
d. Memunculkan jiwa entrepreneur seperti berjualan
e. Food Choice (pemilihan makanan) pada remaja - platform pengiriman
makanan online atau Mobile Food Ordering Applications (MFOA)
f. Perubahan keputusan remaja dalam mengkonsumsi makanan yang sehat dan
tidak sehat
g. Fenomena panic buying: minyak goreng, bensin, dan cabe merah
h. Perilaku konsumen: buying frenzies, impulsive buying, dan compulsive
buying
i. Kesadaran akan pentingnya vaksinasi COVID-19
j. Membangun pos penjagaan & pemeriksaan gotong-royong di pintu masuk
desa

18
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Persentase PHBS pada masa pandemi COVID-19 di masyarakat *52 –
77.5%
b. Sadar sudah melakukan namun belum dengan cara yang tepat dan baik
c. Mengkonsumsi makanan berbasis tanaman secara teratur
d. Membuat menu makan sehat yang dapat dipilih
e. Penyediaan sarana cuci tangan
f. Mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer
g. Memakai masker saat beraktivitas di luar rumah
h. Menerapkan etika batuk dan bersin
i. Rajin mengonsumsi vitamin - swamedikasi suplemen kesehatan
j. Aktif membantu kesehatan lingkungan di sekitar
k. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari - berjemur pagi
5. Faktor Berpengaruh
a. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan
b. Kesadaran diri sendiri sebagai hasil pembelajaran
c. Bentuk dukungan keluarga dan rumah tangga
d. Peran petugas kesehatan – kader dan kegiatan PKK
e. Ketersediaan sarana prasarana
f. Perilaku para tokoh masyarakat dan orangtua
g. Riwayat pernah positif COVID-19
h. Persepsi masyarakat tentang kerentanan mereka terhadap masalah
kesehatan terkait
i. Persepsi yang keliru mengenai COVID-19 dari masyarakat
j. Penyebaran hoaks COVID-19 - stigma bagi orang yang terkait COVID-19
k. Perubahan individu kepada gaya hidup sehat (lifestyle)
6. Kelompok Berisiko
a. Anak yang tinggal di panti asuhan
b. Anak dan remaja di sekolah
c. Kelompok lanjut usia
d. Jenis kelamin perempuan

19
e. Individu dengan penyakit kronis : diabetes dan HIV AIDS
f. Individu dengan disabilitas mental dan gangguan jiwa
g. Kelompok marjinal: ras minoritas, warna kulit dan imigran
h. Kantong kemiskinan kota (poor urban area) - status sosial ekonomi rendah
i. Tingkat sosio-demografi yang rendah
7. Simptoms Psikosomatis
a. Sekuel persisten dari wabah COVID-19 *27.8% sampai 34.8%
b. Hipokortisolisme menjadi faktor risiko
c. Gejala pasca-virus dan gangguan stres pasca-trauma
d. Pasien yang pulih dari COVID-19 – dugaan peradangan atau disfungsi
reversibel pada tingkat kelenjar pituitari
e. Jenis kelamin oerempuan lebih banyak melaporkan keluhan psikosomatis
f. Nyeri otot * Myalgia (4.5% sampai 36%)
g. Fatigue (28% sampai 87%)
h. Headache
i. arthralgia (6.0% sampai 27%)
j. Ketegangan otot
8. Kesadaran akan COVID-19
a. Tahu pasti mengenai penularan dan pencegahan COVID-19
b. Menggunakan masker dan cuci tangan 6 langkah atau pakai sabun
c. Membiasakan makan buah sayur dan menggosok gigi dengan benar
d. Edukasi kesehatan online melalui grup media sosial (interaksi teman
sebaya)
e. Peningkatan literasi kesehatan pada siswa sekolah
f. Penerapan protokol kesehatan selama aktivitas berwisata
g. Pencegahan stunting dengan mengkonsumsi makanan sehat secara
seimbang
h. Konseling berbasis media sosial * cek rutin kesehatan ke puskesmas
i. Pemberdayaan masyarakat melalui budaya hidup sehat secara holistik
j. Promosi kesehatan dengan media leaflet, pemutaran film dan poster

20
k. Pelatihan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) pada anak dengan
menjaga kebersihan pribadi
9. Kesehatan Jiwa Pasca Pandemi
a. Penyuluhan dan pelatihan menjaga kesehatan jiwa keluarga bagi orangtua
murid, caregiver dan guru di sekolah
b. Edukasi kesadaran adaptasi kebiasaan baru berbasis aplikasi permainan
“Healthy Behaviour Quiz”
c. Pemberian makanan sehat tambahan dan souvenir alat kebersihan
d. Kepatuhan diet, mendapatkan vaksinasi, partisipasi dalam program
olahraga teratur
e. Himbauan pemerintah untuk tetap melakukan protokol pencegahan
COVID-19
f. Focus Group Discussion (FGD) tentang strategi jitu hadapi COVID-19
g. Layanan Tele-konseling: Psychological First Aid sebagai konsultasi secara
daring
h. Konsumsi makanan dan motivasi olahraga - senam, jogging dan bersepeda
atau membersihkan rumah dan memasak
10. Mitigasi Risiko Kesehatan Jiwa
a. Kesadaran akan perilaku self harm (menyakiti diri) dan bunuh diri (suicide)
b. Burnout akademik karena proses pembelajaran
c. Penyesuaian terhadap pembukaan kembali (re-opening) sekolah
d. Sosialisasi protokol kesehatan - pertemuan melalui media zoom
e. Mengenali tanda awal dari gejala stress pandemi
f. Penggunaan bahasa persuasi pada iklan layanan masyarakat
g. Melakukan olahraga secara teratur * kebugaran fisik dan mental
h. Pengembangan Self-control untuk tidak merokok
i. Mengelola kecemasan dengan latihan relaksasi dan mindfulness
j. Program konseling singkat berfokus solusi: regulasi emosi dan manajemen
amarah
k. Love Cards: Media orangtua menerapkan PHBS dan komunikasi keluarga

21
11. Perilaku Sehat (Perspektif Psikiatri)
a. Kesehatan jiwa berpengaruh terhadap perilaku sehat pada masyarakat
b. Meningkatkan kualitas hidup dan well-being (kesejahteraan psikologis)
c. Mempromosikan perilaku kesehatan, seperti mengubah keyakinan (belief)
dan perilaku
d. Pencegahan penyakit, misal: melatih profesional kesehatan untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi dan melakukan intervensi yang
dapat membantu mencegah penyakit
e. Individu mengadopsi atau tidak mengadopsi perilaku terkait kesehatan
tertentu
f. Jenis keyakinan dan sikap yang harus digunakan dalam memprediksi kelas
perilaku tertentu
g. Motivasi kesehatan umum berupa:kesiapan individu untuk
memperhatikan masalah Kesehatan dan kontrol yang dirasakan
12. Manajemen Psikososial
a. Pengamalan nilai agama dalam mengatasi kemurungan (mood depresi)
b. Merubah kebiasaan masyarakat menjadi perilaku lebih bersih dan sehat
c. Penggunaan sistem pesan teks sebagai layanan masalah kesehatan jiwa
d. Strategi pembangunan aspek kesejahteraan pribadi dalam menghadapi
tekanan akademik
e. Pendekatan Teori Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) untuk
mengatasi kegalauan
f. Konseling berbasis komunitas - menjaga kesehatan dan sistem kekebalan
tubuh
g. Family time – waktu bersama keluarga dan jadwal kegiatan rekreasional
h. Optimalisasi kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kepedulian
keluarga terhadap stres akademik
13. Niat Perilaku dari Individu
a. Mengenali kekuatan (potensi) terhadap diri: sikap, norma subyektif, dan
persepsi kontrol perilaku
b. Sikap individu terhadap perilaku yang ditentukan:

22
c. (a) keyakinan tentang hasil perilaku, dan (b) evaluasi hasil yang diharapkan
d. Norma subyektif: keyakinan individu terhadap dunia sosialnya
e. Ini ditentukan keyakinan normatif dan motivasi untuk mematuhi
f. Konsep Self-efficacy Bandura – meningkatkan self-esteem individu
g. Kita dapat bertindak secara efektif dan melakukan kontrol atas peristiwa
yang mempengaruhi hidup kita
14. Pengembangan Resiliensi
a. New normal adalah suatu aktivitas yang dilakukan karena adanya suatu
perubahan perilaku di tengah pandemi
b. Selalu melakukan penyesuaian diri dan beradaptasi dengan lingkungan
c. Strategi koping dan membangun ketahanan mental - menjaga kebugaran
fisik dan psikologis
d. Agama memiliki peran bermakna sebagai protektif dalam menghadapi
berbagai tantangan kehidupan yang tidak biasa
e. Elemen kunci ketiak hidup sedang tidak baik-baik saja: Keikhlasan,
kesabaran dan ketabahan
f. Rutin untuk berdoa - suasana batin yang tenang dapat meningkatkan
imunitas tubuh
g. Kepatuhan bernuansa ibadah - menjalankan protokol kesehatan sebagai
bagian dari menjalankan ajaran agama
15. Elemen Resiliensi
a. Keberanian
b. Mengelola perasaan
c. Rasa humor
d. Keterampilan akan keterhubungan
e. Pengetahuan akan diri
f. Keterampilan menetapkan tujuan
g. Berpikir Optimis
h. Keterampilan berpikir yang membantu
i. Menghindari distorsi kognitif – negative thinking

23
16. Kenali Tanda Resiliensi Rendah
a. Gejala kontra dari emosi positif
b. Murung
c. Merasa menjadi korban
d. Demoralisasi
e. Kehilangan harapan
f. Rasa terputus dari lingkungan sekitar dan keluarga
g. Kecapekan atau rasa lelah
h. Stress (rasa tertekan)
i. Mudah emosional (sensitif)
j. Sulit untuk konsentrasi atau melanjutkan aktivitas
17. The Conner-Davidson Resilience Scale
a. Mampu beradaptasi dengan perubahan
b. Hubungan yang dekat dan aman
c. Terkadang takdir atau Tuhan dapat membantu
d. Bisa menghadapi apapun yang datang
e. Keberhasilan masa lalu memberikan kepercayaan diri untuk tantangan baru
f. Melihat sisi humornya
g. Memperkuat koping stress
h. Cenderung bangkit kembali setelah sakit atau alami kesulitan
i. Sesuatu terjadi karena ada alasan
j. Melakukan upaya terbaik apapun yang terjadi
k. Percaya bahwa kita dapat mencapai tujuan yang ditetapkan
l. Ketika segala sesuatunya terlihat tanpa harapan, kita tidak menyerah
m. Tahu ke mana harus mencari bantuan.
n. Di bawah tekanan, dapat fokus dan berpikir jernih
o. Lebih suka memimpin dalam pemecahan masalah
p. Tidak mudah putus asa dengan kegagalan
q. Pikirkan diri kita sebagai orang yang kuat
r. Membuat keputusan yang tidak sulit
s. Dapat mengelola perasaan yang tidak menyenangkan

24
t. Harus bertindak berdasarkan firasat (insting)
u. Memiliki rasa tujuan yang kuat • Dapat mengendalikan hidup
v. Menyukai tantangan.
w. Kita bekerja untuk mencapai semangat tujuan
x. Bangga terhadap pencapaian diri
18. Kunci Mengapai Resiliensi (Pribadi Tangguh)
a. Membangun ketahanan mental dengan memanfaatkan emosi positif
b. Penguatan sumber daya sosial, psikologis dan fisik untuk keterampilan
kendali stress
c. Membangun koneksi dan jaringan dukungan sosial dari kita
d. Menghindari kecenderungan untuk melihat krisis sebagai tantangan yang
tidak dapat diatasi
e. Menerima bahwa perubahan adalah bagian alami dan tak terhindarkan dari
kehidupan
f. Bergerak menuju tujuan yang realistis dari kita
g. Mengambil tindakan tegas yang akan membantu hadapi tantangan
h. Mencari peluang untuk penemuan diri
i. Memelihara pandangan positif tentang diri sendiri dan kemampuan yang di
miliki
j. Menjaga segala sesuatunya dalam perspektif dan konteks positif
k. Mempertahankan pandangan hidup yang penuh harapan • Menjaga diri
sendiri
19. Kepribadian yang Resilien
a. Melihat kemunduran sebagai sesuatu yang bersifat tidak kekal
b. Membingkai kembali kemunduran sebagai peluang untuk berkembang
c. Mengakui bahwa distorsi kognitif sebagai keyakinan yang salah
d. Mengelola emosi dan impuls yang kuat
e. Berfokus pada peristiwa yang dapat kita kendalikan
f. Tidak memandang diri pribadi sebagai korban
g. Berkomitmen pada semua aspek dalam kehidupan kita
h. Memiliki pandangan positif terhadap masa depan

25
i. Mengembangkan prtumbuhan dari mindset
20. Langkah Mengapai Resiliensi
a. Mengenali tanda-tanda stress pada diri pribadi
b. Fokus dalam membangun ketahanan fisik
c. Memperkuat respons relaksasi – menenangkan tubuh dan pikiran
d. Melatih rangsang sensorik untuk rileks (taktil, gustatorik, visual, auditorik,
pengecapan)
e. Identifikasi dan gunakan kekuatan dalam diri
f. Meningkatkan emosi positif setiap hari melalui kegembiraan
g. Terlibat dalam kegiatan yang bermakna
h. Lawan pemikiran yang tidak membantu
i. Mencoba untuk bersikap baik kepada diri sendiri
j. Ciptakan komunitas yang peduli: keterhubungan, komunikasi dan resolusi
konflik
21. Booster Resiliensi Pasca Pandemi
a. Mematikan berita dan cari sumber inspirasi lain
b. Membiarkan diri kita mengekspresikan dan merasakan emosi * menangis
c. Berjalan-jalan dan bergerak untuk hormon kesenangan (endorphin)
d. Mengingat saat kita merasa tangguh di masa lalu
e. Berbicara dengan seseorang yang kita cintai dan percayai
f. Meluangkan waktu untuk re-charged: beristirahat dan merenung
g. Pikirkan seseorang yang memancarkan ketahanan dan mencontoh
perilakunya
h. Menghubungkan dengan kekuatan yang tinggi pada diri: relaksasi atau doa
i. Menuliskan pikiran dan perasaan yang dialami
j. Terhubung kembali dengan orang lain dan bantu membangun ketahanan
mereka
k. Berbaik hati kepada diri sendiri
l. Mendengarkan musik yang menggugah
m. Lakukan napas dalam
n. Menentukan Tindakan yang menjadi prioritas tertinggi

26
o. Melatih perhatian penuh dalam kehidupan kita sehari-hari * bersyukur
p. Saat kita mulai percaya untuk dapat bangkit kembali maka segalanya akan
mulai berjalan sesuai keinginan
22. Rencana Self-care untuk Burnout Pekerjaan
a. Latihan olahraga
b. Luangkan waktu untuk menyendiri
c. Terlibat dalam self-talk positif
d. Mencari suasana baru dan pengalaman hidup
e. Belajar dari kegagalan
f. Kembangkan humor dan rasa ingin tahu
g. Memiliki harapan yang realistis untuk diri kita dan klien (pasien) yang
sedang ditangani
23. Karakteristik Resiliensi
a. Melihat perubahan sebagai tantangan atau peluang
b. Komitmen
c. Pengakuan batas untuk mengontrol
d. Melibatkan dukungan orang lain
e. Keterikatan yang erat dan aman dengan orang lain
f. Memiliki tujuan pribadi atau kolektif
g. Efikasi Diri
h. Memperkuat efek terhadap stres
24. Karakteristik Resiliensi
a. Keberhasilan masa lalu
b. Rasa kontrol yang realistis/memiliki pilihan yang sesuai
c. Selera humor
d. Pendekatan berorientasi aksi
e. Memiliki kesabaran
f. Toleransi terhadap pengaruh negatif
g. Kemampuan beradaptasi untuk berubah
h. Optimisme
i. Keyakinan

27
25. Tips Respons Relaksasi
a. Latihan relaksasi sederhana
b. Pernapasan perut dalam
c. Berfokus pada kata yang menenangkan: berdamai atau tenang
d. Memvisualisasikan pemandangan yang tenang: pantai, pegunungan atau
taman yang indah
e. Mengembangkan pemikiran dengan pendekatan mindfulness
f. Membuat mind map (peta pikiran) untuk membuka inspirasi
g. Melakukan aktivitas berdoa secara rutin
h. Melakukan aktivitas fisik seperti meditasi, berdzikir, doa rosario, yoga, chi-
qung atau tai-chi
26. Take Home Message
a. Kondisi pandemi membuat individu akan terus selalu melakukan
penyesuaian diri dan adaptasi terhadap lingkungan sekitar
b. Tetap mengamalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam
aktivitas harian di masa pasca pandemi COVID-19
c. Mengembangkan resiliensi untuk membangun ketahanan mental melalui
penerapan tatanan hidup baru (new normal) dengan sinergi keluarga
d. Perilaku sehat secara perspektif psikiatri memiliki 3 komponen utama,
diantaranya: sikap dan belief, norma subyektif dan self esteem, dan persepsi
kontrol perilaku
e. Kekuatan agama (kecerdasan spiritual) menjadi fondasi dan solusi ampuh
dalam upaya bertahan atau bangkit dari hal yang membuat terpuruk atau
situasi sulit
f. Memerlukan booster melalui pendekatan edukasi kesehatan pada tokoh
masyarakat dan individu warga secara berkelanjutan

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1 Penyebaran wabah pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan normal
manusia dan berpotensi sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa
2 Perlu adanya perubahan sikap dari setiap individu dalam menjaga kesehatan
tubuh masing-masing
3 Mengubah kebiasaan negatif menjadi kebiasaan yang berdampak positif
bagi diri sendiri
4 Pola hidup yang baik akan meningkatkan taraf kesehatan dan usia harapan
hidup yang lebih panjang
5 Masyarakat sudah mulai lalai menerapkan protokol kesehatan yang disusun
6 Kesadaran mandiri dari individu akan pentingnya status kesehatan

B. Saran
1. Agar tiap rumah tangga tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat.
2. Agar dapat ditingkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam
lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya.
3. Agar memberdayakan para pekerja, pemilik dan pengelola usaha/kantor,
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
4. Agar dapat pola hidup sehat di rumah sakit dapat diwujudkan melalui
perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi
sehat dengan meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas
kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

29
SUMBER RUJUKAN

Systematic Literature Review (SLR) On Mental Health in Malaysia During the


Covid-19 Pandemic
Health system resilience in managing the COVID-19 pandemic: lessons from
Singapore
Riopel L. Resilience Skills, Factors and Strategies of the Resilient Person. 20 Jan
2019
Gross R. Psychology The Science of Mind and Behaviour. 4th Edition. 2001
Green L, Ashton K, Bellis MA, Clemens, and Douglas M. Viewpoint ‘Health in All
Policies’ - A Key Driver for Health and Well-Being in a Post-COVID-
19 Pandemic World. Int. J. Environ. Res. Public Health 2021, 18, 9468
Mujiono K, Katmini. Analysis of Knowledge, Attitude and Motivation Towards
Compliance of Pandemi Covid-19 Health Protocols in Community in
Banter Village, Benjeng District, Gresik Regency. Journal for Quality in
Public Health Vol. 5, No. 1, November 2021, pp: 57-65
Shanbehzadeh S, Tavahomi M, Zanjari N, Ebrahimi-Takamjani I, Amiri-arimi S.
Physical and mental health complications post-COVID-19: Scoping
review. Journal of Psychosomatic Research 147 (2021) 110525
Yenny Y, Istriana E, Kartini K, Ardhanariswara IP, Anggraeni C. Counseling and
Training of Managing Family Mental Health during the COVID-19
Pandemic. Juara, Volume 2, Nomor 2, halaman 188 - 200, Juli 2021
Rajkumar RP. COVID-19, hypocortisolism, and psychosomatic sequelae.
Jawaharla
Institute of Postgraduate Medical Education and Research (JIPMER), Pondicherry,
India
Augustin M. Post-COVID syndrome in non-hospitalised patients with COVID-19:
a longitudinal prospective cohort study. The Lancet Regional Health -
Europe 6 (2021) 100122

30

Anda mungkin juga menyukai