Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERILAKU SEHAT PASCA


PANDEMI COVID-19
Perspektif Kesehatan Jiwa

Oleh:

NAMA : dr.HAMDA SAWITRI


NIP : 19730702 200604 2 010
PANGKAT DAN GOL : PEMBINA TK. I / IV.b
JABATAN : DOKTER MADYA
UNIT KERJA : PUSKESMAS SITUJUH

KECAMATAN SITUJUH LIMO NAGARI


KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
PERILAKU SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19 ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana perkembangan perilaku hidup sehat pasca pandemi Covid-19 ini. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang wabah penyakit
Coronavirus Disease 19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam membuat tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang wabah penyakit akibat Coronavirus Disease 19
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari, makalah yang Penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Situjuh, 28 Juli 2022

Penulis

dr.HAMDA SAWITRI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI .......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
(PERILAKU SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19) .................................... 5
1 Kenormalan Baru (New Normal) .............................................................5
2 Perilaku Psikososial Pasca Pandemi.........................................................5
3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ...............................................6
4 Faktor Berpengaruh ..................................................................................6
5 Kelompok Berisiko .....................................................................................7
6 Simptoms Psikosomatis .............................................................................7
7 Kesadaran akan COVID-19 ......................................................................8
8 Kesehatan Jiwa Pasca Pandemi ................................................................9
9 Mitigasi Risiko Kesehatan Jiwa ................................................................9
10 Perilaku Sehat (Perspektif Psikiatri) ......................................................10
11 Manajemen Psikososial............................................................................11
12 Niat Perilaku dari Individu .....................................................................11
13 Pengembangan Resiliensi ........................................................................12
14 Elemen Resiliensi ......................................................................................12
15 Kenali Tanda Resiliensi Rendah .............................................................13
16 The Conner-Davidson Resilience Scale ..................................................13
17 The Conner-Davidson Resilience Scale ..................................................14
18 Kunci Mengapai Resiliensi (Pribadi Tangguh) .....................................14
19 Kepribadian yang Resilien ......................................................................15
20 Langkah Mengapai Resiliensi .................................................................15
21 Booster Resiliensi Pasca Pandemi...........................................................16
22 Booster Resiliensi Pasca Pandemi...........................................................16
23 Rencana Self-care untuk Burnout Pekerjaan........................................17
24 Karakteristik Resiliensi ...........................................................................17

ii
25 Karakteristik Resiliensi ...........................................................................18
26 Tips Respons Relaksasi ............................................................................18
27 Take Home Message ................................................................................19
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 20
SUMBER RUJUKAN ......................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Awal tahun ini dunia digegerkan dengan pandemi COVID-19. Hiruk pikuk

dunia seketika senyap berfokus pada upaya menghindari makhluk nano tak kasat

mata yang disebut-sebut menjadi sumber masalah COVID-19, virus SARS-CoV-2.

Setidaknya hingga Mei 2020, ada lebih dari 3 juta kasus positif COVID-19 di

seluruh dunia. Di Indonesia bahkan diketahui bahwa fatality rate atau angka

kematian infeksi SARS-CoV-2 relatif tinggi apabila dibandingkan dengan negara-

negara tetangga. Setidaknya hingga saat ini tercatat sebanyak lebih dari 12.000

kasus positif (PDP) dan lebih dari 800 diantaranya meninggal dunia. Seolah tidak

cukup berdampak pada kesehatan umat manusia, kondisi pandemi ini memaksa

sejumlah negara menerapkan kebijakan yang berdampak besar bagi perekonomian

rakyat dan kondisi sosial budaya di dalam negeri, tidak terkecuali Indonesia. Segala

upaya dikerahkan mulai dari hulu ke hilir, dari sektor ekonomi hingga kesehatan.

Kebijakan work from home, physical distancing, hingga penerapan gaya hidup

bersih dan sehat digalakkan dari tingkat keluarga, RT/RW, kecamatan, kabupaten,

kota, provinsi hingga negara. Situasi yang berubah cepat ini menjadikan banyak

penyesuaian dan merasakan kondisi asing yang baru di maPenulisrakat.

Apabila menilik dari status pandemi yang ditetapkan oleh WHO pada

COVID-19 ini, kita dapat membayangkan betapa pada kehidupan kita (sebelum) ini

adalah kondisi yang sangat ideal bagi penyebaran dan perkembangbiakan virus.

Bagaimana mungkin tindakan sesederhana mencuci tangan dengan sabun dan

1
menggunakan masker menjadi hal yang tiba-tiba spesial di masa sekarang kalau

saja bukan karena keduanya sangat asing dilakukan di masa lalu? Seolah-olah

kebiasaan mencuci tangan adalah suatu terobosan mutakhir yang terasa mewah. Hal

ini menunjukkan betapa kita dahulu terbiasa dengan perilaku kita yang kurang

memperhatikan gaya hidup bersih dan gaya hidup sehat. Sebelumnya, normalnya

orang tidak akan ambil pusing ketika harus bepergian atau berinteraksi dengan

orang lain. Tidak pernah umum dilakukan budaya mencuci tangan selepas

menggunakan atau menyentuh fasilitas umum. Terasa asing melakukan etika batuk

dan bersin yang benar. Bahkan terkesan berlebihan apabila harus menggunakan

masker di tempat-tempat umum. Tapi bisa kita lihat sekarang, dari tukang sapu,

tukang becak, pedagang asongan, sampai para pejabat negara tanpa kecuali ramai-

ramai mengkampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat.

Fenomena yang sama sekali baru bagi penduduk dunia abad ini ternyata

justru menciptakan suatu kondisi normal yang baru. Pepatah every clouds had its

silver lining sangat cocok menggambarkan situasi ini. Mengungkap sisi terang

pandemi COVID-19 tentu saja kita menemukan bahwa masyarakat secara paksa

terdidik untuk menerapkan gaya hidup sehat dan gaya hidup bersih tanpa terkecuali.

Memasak makanan sendiri menjadi lumrah. Menggunakan masker menjadi umum.

Mencuci tangan sebelum makan menjadi kebiasaan. Orang menjadi lebih sadar

untuk menjaga makanan dan memilah jenis makanan yang baik bagi kesehatan

tubuh. Mereka bahkan secara sukarela menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin

berolahraga dan beristirahat cukup demi meningkatkan sistem pertahanan tubuh

alami. Seolah-olah dengan adanya pandemi ini masyarakat justru menjadi lebih

2
mawas dengan istilah-istilah kesehatan yang sebelumnya seringkali terabaikan,

dianggap remeh, atau justru menjadi momok.

Semua orang berharap pandemi ini akan berakhir. Orang sudah mulai jengah

dengan berdiam diri di rumah dan mencari-cari alternatif aktivitas menunggu

semuanya kembali normal. Permasalahannya adalah, bahwa kita perlu

meredefinisikan normal yang baru. Ketika pandemi berakhir, bukan berarti kita

dapat kembali ke pola kehidupan kita yang dulu. Apakah tidak mubadzir menyia-

nyiakan kebiasaan bagus yang sudah terlanjur terbentuk selama masa pandemi ini?

Apabila pandemi berakhir, perlu diketahui bahwa virus-virus penyebab penyakit

COVID-19 tidak berarti lenyap dari muka bumi. Justru akan timbul

ketidakseimbangan alam semesta apabila virus dan bakteri lenyap dari muka bumi

karena toh setiap makhluk di muka bumi pasti memiliki perannya sendiri dalam

menjaga dinamisme harmoni kehidupan. Pada dasarnya bakteri dan virus, materi-

materi mikron dan nano tak kasat mata tersebut sudah ada dari sejak dulu kala, dan

akan terus ada sepanjang kehidupan alam semesta. Hanya karena ukurannya yang

super kecil dan tidak tampak oleh penglihatan manusia, bukan berarti ia lantas tidak

ada. Oleh karenanya kita perlu menyadari bahwa kita tidak pernah aman dari risiko

paparan infeksi virus maupun bakteri selama kita masih sama-sama hidup

berdampingan di alam jagad raya yang sama.

Untuk menjaga kehidupan manusia agar tetap lestari, maka tentunya tidak

ada salahnya dan memang alangkah baiknya jika kondisi new normal yang sekarang

ini berlangsung tetap dijalankan dan dibentuk menjadi kebaisaan. Kondisi ini justru

menaikkan derajat kualitas kehidupan umat manusia secara berjamaah tanpa

3
memandang status negara dan kondisi geografi. Lebih ekstrem lagi, dari pandemi

ini manusia telah diinkubasi untuk menjalani revolusi kehidupan yang serentak dan

komprehensif di segala bidang. Tugas kita selanjutnya adalah menjaga

keberlangsungan kondisi normal yang baru ini secara istiqomah. Konsistensi adalah

kunci, sehingga diperlukan komitmen untuk menjaga keberlangsungan hidup yang

lebih baik bersama-sama. Untuk itu maka semua unsur masyarakat yang kini juga

telah melakukan adaptasi hidup bersih dan sehat ini perlu terus mengembakannya

dengan berbagai program dan kegiatan yang berkelanjutan. Untuk menjaga

keberlanjutannya itu, tidak cukup kiranya kalau hanya diserahkan begitu saja

kepada masyarakat. Perlu dikembangkan program untuk menjaga kesetimbangan

biotik (makhluk hidup) dan abiotik (kehidupan sosial ekonomi) yang saat ini sudah

dirintis bersama, termasuk hubungan dan kepedulian sosial. Semua Lembaga,

misalnya Pendidikan, sosial keagamaan, infrastruktur ekonomi, kesehatan, dan

utamanya pemerintahan harus menyiapkannya dengan baik dalam menyambut

kondisi paska covid-19 ini agar terjaga harmoni kehidupan yang sehat dan

produktif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

(PERILAKU SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19)

1 Kenormalan Baru (New Normal)

a. Penerapan tatanan kebiasaan baru

b. Membangun kembali semangat dan cita-cita masyarakat untuk

mempertahankan kesejahteraannya.

c. Menimbulkan perubahan sosial: pola perilaku dan proses interaksi sosial

masyarakat

d. Penguatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah

e. Melakukan disinfeksi secara berkala

f. Perilaku membeli makanan dan minuman

g. Pembentukan keluarga sehat

h. Penerapan protokol kesehatan

2 Perilaku Psikososial Pasca Pandemi

a. Adaptasi kondisi pandemi global – kemunculan variasi dari varian baru

COVID-19

b. Perilaku adopsi penggunaan mobile banking di kalangan pelajar

c. Aktivitas yang dilakukan mahasiswa: boredhomebody– perubahan pola

belanja

d. Memunculkan jiwa entrepreneur seperti berjualan

e. Food Choice (pemilihan makanan) pada remaja - platform pengiriman

makanan online atau Mobile Food Ordering Applications (MFOA)

5
f. Perubahan keputusan remaja dalam mengkonsumsi makanan yang sehat dan

tidak sehat

g. Fenomena panic buying: minyak goreng, bensin, dan cabe merah

h. Perilaku konsumen: buying frenzies, impulsive buying, dan compulsive

buying

i. Kesadaran akan pentingnya vaksinasi COVID-19

j. Membangun pos penjagaan & pemeriksaan gotong-royong di pintu masuk

desa

3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Persentase PHBS pada masa pandemi COVID-19 di masyarakat *52 –

77.5%

b. Sadar sudah melakukan namun belum dengan cara yang tepat dan baik

c. Mengkonsumsi makanan berbasis tanaman secara teratur

d. Membuat menu makan sehat yang dapat dipilih

e. Penyediaan sarana cuci tangan

f. Mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer

g. Memakai masker saat beraktivitas di luar rumah

h. Menerapkan etika batuk dan bersin

i. Rajin mengonsumsi vitamin - swamedikasi suplemen kesehatan

j. Aktif membantu kesehatan lingkungan di sekitar

k. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari - berjemur pagi

4 Faktor Berpengaruh

a. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan

6
b. Kesadaran diri sendiri sebagai hasil pembelajaran

c. Bentuk dukungan keluarga dan rumah tangga

d. Peran petugas kesehatan – kader dan kegiatan PKK

e. Ketersediaan sarana prasarana

f. Perilaku para tokoh masyarakat dan orangtua

g. Riwayat pernah positif COVID-19

h. Persepsi masyarakat tentang kerentanan mereka terhadap masalah

kesehatan terkait

i. Persepsi yang keliru mengenai COVID-19 dari masyarakat

j. Penyebaran hoaks COVID-19 - stigma bagi orang yang terkait COVID-19

k. Perubahan individu kepada gaya hidup sehat (lifestyle)

5 Kelompok Berisiko

a. Anak yang tinggal di panti asuhan

b. Anak dan remaja di sekolah

c. Kelompok lanjut usia

d. Jenis kelamin perempuan

e. Individu dengan penyakit kronis : diabetes dan HIV AIDS

f. Individu dengan disabilitas mental dan gangguan jiwa

g. Kelompok marjinal: ras minoritas, warna kulit dan imigran

h. Kantong kemiskinan kota (poor urban area) - status sosial ekonomi rendah

i. Tingkat sosio-demografi yang rendah

6 Simptoms Psikosomatis

a. Sekuel persisten dari wabah COVID-19 *27.8% sampai 34.8%

7
b. Hipokortisolisme menjadi faktor risiko

c. Gejala pasca-virus dan gangguan stres pasca-trauma

d. Pasien yang pulih dari COVID-19 – dugaan peradangan atau disfungsi

reversibel pada tingkat kelenjar pituitari

e. Jenis kelamin oerempuan lebih banyak melaporkan keluhan psikosomatis

f. Nyeri otot * Myalgia (4.5% sampai 36%)

g. Fatigue (28% sampai 87%)

h. Headache

i. arthralgia (6.0% sampai 27%)

j. Ketegangan otot

7 Kesadaran akan COVID-19

a. Tahu pasti mengenai penularan dan pencegahan COVID-19

b. Menggunakan masker dan cuci tangan 6 langkah atau pakai sabun

c. Membiasakan makan buah sayur dan menggosok gigi dengan benar

d. Edukasi kesehatan online melalui grup media sosial (interaksi teman

sebaya)

e. Peningkatan literasi kesehatan pada siswa sekolah

f. Penerapan protokol kesehatan selama aktivitas berwisata

g. Pencegahan stunting dengan mengkonsumsi makanan sehat secara

seimbang

h. Konseling berbasis media sosial * cek rutin kesehatan ke puskesmas

i. Pemberdayaan masyarakat melalui budaya hidup sehat secara holistik

j. Promosi kesehatan dengan media leaflet, pemutaran film dan poster

8
k. Pelatihan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) pada anak dengan

menjaga kebersihan pribadi

8 Kesehatan Jiwa Pasca Pandemi

a. Penyuluhan dan pelatihan menjaga kesehatan jiwa keluarga bagi orangtua

murid, caregiver dan guru di sekolah

b. Edukasi kesadaran adaptasi kebiasaan baru berbasis aplikasi permainan

“Healthy Behaviour Quiz”

c. Pemberian makanan sehat tambahan dan souvenir alat kebersihan

d. Kepatuhan diet, mendapatkan vaksinasi, partisipasi dalam program

olahraga teratur

e. Himbauan pemerintah untuk tetap melakukan protokol pencegahan

COVID-19

f. Focus Group Discussion (FGD) tentang strategi jitu hadapi COVID-19

g. Layanan Tele-konseling: Psychological First Aid sebagai konsultasi secara

daring

h. Konsumsi makanan dan motivasi olahraga - senam, jogging dan bersepeda

atau membersihkan rumah dan memasak

9 Mitigasi Risiko Kesehatan Jiwa

a. Kesadaran akan perilaku self harm (menyakiti diri) dan bunuh diri (suicide)

b. Burnout akademik karena proses pembelajaran

c. Penyesuaian terhadap pembukaan kembali (re-opening) sekolah

d. Sosialisasi protokol kesehatan - pertemuan melalui media zoom

e. Mengenali tanda awal dari gejala stress pandemi

9
f. Penggunaan bahasa persuasi pada iklan layanan masyarakat

g. Melakukan olahraga secara teratur * kebugaran fisik dan mental

h. Pengembangan Self-control untuk tidak merokok

i. Mengelola kecemasan dengan latihan relaksasi dan mindfulness

j. Program konseling singkat berfokus solusi: regulasi emosi dan manajemen

amarah

k. Love Cards: Media orangtua menerapkan PHBS dan komunikasi keluarga

10 Perilaku Sehat (Perspektif Psikiatri)

a. Kesehatan jiwa berpengaruh terhadap perilaku sehat pada masyarakat

b. Meningkatkan kualitas hidup dan well-being (kesejahteraan psikologis)

c. Mempromosikan perilaku kesehatan, seperti mengubah keyakinan (belief)

dan perilaku

d. Pencegahan penyakit, misal: melatih profesional kesehatan untuk

meningkatkan keterampilan komunikasi dan melakukan intervensi yang

dapat membantu mencegah penyakit

e. Individu mengadopsi atau tidak mengadopsi perilaku terkait kesehatan

tertentu

f. Jenis keyakinan dan sikap yang harus digunakan dalam memprediksi kelas

perilaku tertentu

g. Motivasi kesehatan umum berupa:kesiapan individu

untuk memperhatikan masalah Kesehatan dan kontrol yang

dirasakan

10
11 Manajemen Psikososial

a. Pengamalan nilai agama dalam mengatasi kemurungan (mood depresi)

b. Merubah kebiasaan masyarakat menjadi perilaku lebih bersih dan sehat

c. Penggunaan sistem pesan teks sebagai layanan masalah kesehatan jiwa

d. Strategi pembangunan aspek kesejahteraan pribadi dalam menghadapi

tekanan akademik

e. Pendekatan Teori Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) untuk

mengatasi kegalauan

f. Konseling berbasis komunitas - menjaga kesehatan dan sistem kekebalan

tubuh

g. Family time – waktu bersama keluarga dan jadwal kegiatan rekreasional

h. Optimalisasi kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kepedulian

keluarga terhadap stres akademik

12 Niat Perilaku dari Individu

a. Mengenali kekuatan (potensi) terhadap diri: sikap, norma subyektif, dan

persepsi kontrol perilaku

b. Sikap individu terhadap perilaku yang ditentukan:

c. (a) keyakinan tentang hasil perilaku, dan (b) evaluasi hasil yang diharapkan

d. Norma subyektif: keyakinan individu terhadap dunia sosialnya

e. Ini ditentukan keyakinan normatif dan motivasi untuk mematuhi

f. Konsep Self-efficacy Bandura – meningkatkan self-esteem individu

g. Kita dapat bertindak secara efektif dan melakukan kontrol atas peristiwa

yang mempengaruhi hidup kita

11
13 Pengembangan Resiliensi

a. New normal adalah suatu aktivitas yang dilakukan karena adanya suatu

perubahan perilaku di tengah pandemi

b. Selalu melakukan penyesuaian diri dan beradaptasi dengan lingkungan

c. Strategi koping dan membangun ketahanan mental - menjaga kebugaran

fisik dan psikologis

d. Agama memiliki peran bermakna sebagai protektif dalam menghadapi

berbagai tantangan kehidupan yang tidak biasa

e. Elemen kunci ketiak hidup sedang tidak baik-baik saja: Keikhlasan,

kesabaran dan ketabahan

f. Rutin untuk berdoa - suasana batin yang tenang dapat meningkatkan

imunitas tubuh

g. Kepatuhan bernuansa ibadah - menjalankan protokol kesehatan sebagai

bagian dari menjalankan ajaran agama

14 Elemen Resiliensi

a. Keberanian

b. Mengelola perasaan

c. Rasa humor

d. Keterampilan akan keterhubungan

e. Pengetahuan akan diri

f. Keterampilan menetapkan tujuan

g. Berpikir Optimis

h. Keterampilan berpikir yang membantu

12
i. Menghindari distorsi kognitif – negative thinking

15 Kenali Tanda Resiliensi Rendah

a. Gejala kontra dari emosi positif

b. Murung

c. Merasa menjadi korban

d. Demoralisasi

e. Kehilangan harapan

f. Rasa terputus dari lingkungan sekitar dan keluarga

g. Kecapekan atau rasa lelah

h. Stress (rasa tertekan)

i. Mudah emosional (sensitif)

j. Sulit untuk konsentrasi atau melanjutkan aktivitas

16 The Conner-Davidson Resilience Scale

a. Mampu beradaptasi dengan perubahan

b. Hubungan yang dekat dan aman

c. Terkadang takdir atau Tuhan dapat membantu

d. Bisa menghadapi apapun yang datang

e. Keberhasilan masa lalu memberikan kepercayaan diri untuk tantangan baru

f. Melihat sisi humornya

g. Memperkuat koping stress

h. Cenderung bangkit kembali setelah sakit atau alami kesulitan

i. Sesuatu terjadi karena ada alasan

j. Melakukan upaya terbaik apapun yang terjadi

13
k. Percaya bahwa kita dapat mencapai tujuan yang ditetapkan

l. Ketika segala sesuatunya terlihat tanpa harapan, kita tidak menyerah

17 The Conner-Davidson Resilience Scale

a. Tahu ke mana harus mencari bantuan.

b. Di bawah tekanan, dapat fokus dan berpikir jernih

c. Lebih suka memimpin dalam pemecahan masalah

d. Tidak mudah putus asa dengan kegagalan

e. Pikirkan diri kita sebagai orang yang kuat

f. Membuat keputusan yang tidak sulit

g. Dapat mengelola perasaan yang tidak menyenangkan

h. Harus bertindak berdasarkan firasat (insting)

i. Memiliki rasa tujuan yang kuat • Dapat mengendalikan hidup

j. Menyukai tantangan.

k. Kita bekerja untuk mencapai semangat tujuan

l. Bangga terhadap pencapaian diri

18 Kunci Mengapai Resiliensi (Pribadi Tangguh)

a. Membangun ketahanan mental dengan memanfaatkan emosi positif

b. Penguatan sumber daya sosial, psikologis dan fisik untuk keterampilan

kendali stress

c. Membangun koneksi dan jaringan dukungan sosial dari kita

d. Menghindari kecenderungan untuk melihat krisis sebagai tantangan yang

tidak dapat diatasi

14
e. Menerima bahwa perubahan adalah bagian alami dan tak terhindarkan dari

kehidupan

f. Bergerak menuju tujuan yang realistis dari kita

g. Mengambil tindakan tegas yang akan membantu hadapi tantangan

h. Mencari peluang untuk penemuan diri

i. Memelihara pandangan positif tentang diri sendiri dan kemampuan yang di

miliki

j. Menjaga segala sesuatunya dalam perspektif dan konteks positif

k. Mempertahankan pandangan hidup yang penuh harapan • Menjaga diri

sendiri

19 Kepribadian yang Resilien

a. Melihat kemunduran sebagai sesuatu yang bersifat tidak kekal

b. Membingkai kembali kemunduran sebagai peluang untuk berkembang

c. Mengakui bahwa distorsi kognitif sebagai keyakinan yang salah

d. Mengelola emosi dan impuls yang kuat

e. Berfokus pada peristiwa yang dapat kita kendalikan

f. Tidak memandang diri pribadi sebagai korban

g. Berkomitmen pada semua aspek dalam kehidupan kita

h. Memiliki pandangan positif terhadap masa depan

i. Mengembangkan prtumbuhan dari mindset

20 Langkah Mengapai Resiliensi

a. Mengenali tanda-tanda stress pada diri pribadi

b. Fokus dalam membangun ketahanan fisik

15
c. Memperkuat respons relaksasi – menenangkan tubuh dan pikiran

d. Melatih rangsang sensorik untuk rileks (taktil, gustatorik, visual, auditorik,

pengecapan)

e. Identifikasi dan gunakan kekuatan dalam diri

f. Meningkatkan emosi positif setiap hari melalui kegembiraan

g. Terlibat dalam kegiatan yang bermakna

h. Lawan pemikiran yang tidak membantu

i. Mencoba untuk bersikap baik kepada diri sendiri

j. Ciptakan komunitas yang peduli: keterhubungan, komunikasi dan resolusi

konflik

21 Booster Resiliensi Pasca Pandemi

a. Mematikan berita dan cari sumber inspirasi lain

b. Membiarkan diri kita mengekspresikan dan merasakan emosi * menangis

c. Berjalan-jalan dan bergerak untuk hormon kesenangan (endorphin)

d. Mengingat saat kita merasa tangguh di masa lalu

e. Berbicara dengan seseorang yang kita cintai dan percayai

f. Meluangkan waktu untuk re-charged: beristirahat dan merenung

g. Pikirkan seseorang yang memancarkan ketahanan dan mencontoh

perilakunya

22 Booster Resiliensi Pasca Pandemi

a. Menghubungkan dengan kekuatan yang tinggi pada diri: relaksasi atau doa

b. Menuliskan pikiran dan perasaan yang dialami

16
c. Terhubung kembali dengan orang lain dan bantu membangun ketahanan

mereka

d. Berbaik hati kepada diri sendiri

e. Mendengarkan musik yang menggugah

f. Lakukan napas dalam

g. Menentukan Tindakan yang menjadi prioritas tertinggi

h. Melatih perhatian penuh dalam kehidupan kita sehari-hari * bersyukur

i. Saat kita mulai percaya untuk dapat bangkit kembali maka segalanya akan

mulai berjalan sesuai keinginan

23 Rencana Self-care untuk Burnout Pekerjaan

a. Latihan olahraga

b. Luangkan waktu untuk menyendiri

c. Terlibat dalam self-talk positif

d. Mencari suasana baru dan pengalaman hidup

e. Belajar dari kegagalan

f. Kembangkan humor dan rasa ingin tahu

g. Memiliki harapan yang realistis untuk diri kita dan klien (pasien) yang

sedang ditangani

24 Karakteristik Resiliensi

a. Melihat perubahan sebagai tantangan atau peluang

b. Komitmen

c. Pengakuan batas untuk mengontrol

d. Melibatkan dukungan orang lain

17
e. Keterikatan yang erat dan aman dengan orang lain

f. Memiliki tujuan pribadi atau kolektif

g. Efikasi Diri

h. Memperkuat efek terhadap stres

25 Karakteristik Resiliensi

a. Keberhasilan masa lalu

b. Rasa kontrol yang realistis/memiliki pilihan yang sesuai

c. Selera humor

d. Pendekatan berorientasi aksi

e. Memiliki kesabaran

f. Toleransi terhadap pengaruh negatif

g. Kemampuan beradaptasi untuk berubah

h. Optimisme

i. Keyakinan

26 Tips Respons Relaksasi

a. Latihan relaksasi sederhana

b. Pernapasan perut dalam

c. Berfokus pada kata yang menenangkan: berdamai atau tenang

d. Memvisualisasikan pemandangan yang tenang: pantai, pegunungan atau

taman yang indah

e. Mengembangkan pemikiran dengan pendekatan mindfulness

f. Membuat mind map (peta pikiran) untuk membuka inspirasi

g. Melakukan aktivitas berdoa secara rutin

18
h. Melakukan aktivitas fisik seperti meditasi, berdzikir, doa rosario, yoga, chi-

qung atau tai-chi

27 Take Home Message

a. Kondisi pandemi membuat individu akan terus selalu melakukan

penyesuaian diri dan adaptasi terhadap lingkungan sekitar

b. Tetap mengamalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam

aktivitas harian di masa pasca pandemi COVID-19

c. Mengembangkan resiliensi untuk membangun ketahanan mental melalui

penerapan tatanan hidup baru (new normal) dengan sinergi keluarga

d. Perilaku sehat secara perspektif psikiatri memiliki 3 komponen utama,

diantaranya: sikap dan belief, norma subyektif dan self esteem, dan persepsi

kontrol perilaku

e. Kekuatan agama (kecerdasan spiritual) menjadi fondasi dan solusi ampuh

dalam upaya bertahan atau bangkit dari hal yang membuat terpuruk atau

situasi sulit

f. Memerlukan booster melalui pendekatan edukasi kesehatan pada tokoh

masyarakat dan individu warga secara berkelanjutan

19
BAB III

KESIMPULAN

1 Penyebaran wabah pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan normal

manusia dan berpotensi sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa

2 Perlu adanya perubahan sikap dari setiap individu dalam menjaga kesehatan

tubuh masing-masing

3 Mengubah kebiasaan negatif menjadi kebiasaan yang berdampak positif bagi

diri sendiri

4 Pola hidup yang baik akan meningkatkan taraf kesehatan dan usia harapan

hidup yang lebih panjang

5 Masyarakat sudah mulai lalai menerapkan protokol kesehatan yang disusun

6 Kesadaran mandiri dari individu akan pentingnya status kesehatan

20
SUMBER RUJUKAN

Systematic Literature Review (SLR) On Mental Health in Malaysia During the


Covid-19 Pandemic
Health system resilience in managing the COVID-19 pandemic: lessons from
Singapore
Riopel L. Resilience Skills, Factors and Strategies of the Resilient Person. 20 Jan
2019
Gross R. Psychology The Science of Mind and Behaviour. 4th Edition. 2001
Green L, Ashton K, Bellis MA, Clemens, and Douglas M. Viewpoint ‘Health in All
Policies’ - A Key Driver for Health and Well-Being in a Post-COVID-
19 Pandemic World. Int. J. Environ. Res. Public Health 2021, 18, 9468
Mujiono K, Katmini. Analysis of Knowledge, Attitude and Motivation Towards
Compliance of Pandemi Covid-19 Health Protocols in Community in
Banter Village, Benjeng District, Gresik Regency. Journal for Quality in
Public Health Vol. 5, No. 1, November 2021, pp: 57-65
Shanbehzadeh S, Tavahomi M, Zanjari N, Ebrahimi-Takamjani I, Amiri-arimi S.
Physical and mental health complications post-COVID-19: Scoping
review. Journal of Psychosomatic Research 147 (2021) 110525
Yenny Y, Istriana E, Kartini K, Ardhanariswara IP, Anggraeni C. Counseling and
Training of Managing Family Mental Health during the COVID-19
Pandemic. Juara, Volume 2, Nomor 2, halaman 188 - 200, Juli 2021
Rajkumar RP. COVID-19, hypocortisolism, and psychosomatic sequelae.
Jawaharla
Institute of Postgraduate Medical Education and Research (JIPMER), Pondicherry,
India
Augustin M. Post-COVID syndrome in non-hospitalised patients with COVID-19:
a longitudinal prospective cohort study. The Lancet Regional Health -
Europe 6 (2021) 100122

21

Anda mungkin juga menyukai