Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

HIV / AIDS

DISUSUN OLEH:

Muhammad Naufal Nabil A.

111 20202138

PEMBIMBING:

dr. Rahma Yusnita

DIBAWAKAN DALAM RANGKA

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa : Nama :

Muhammad Naufal Nabil A.

NIM : 1112022128

Judul : HIV

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang berjudul “HIV” dantelah

disetujui dan dibacakan dihadapan supervisor pembimbing dalam rangka

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Agustus 2023

Dokter Pendidik Klinik, Mahasiswa,

dr. Rahma Yusnita Muhammad Naufal Nabil

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmatdan

Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW

beserta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Kasus ini dengan judul “HIV AIDS” sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan Stase Kepaniteraan Klinik bagian Penyakit Dalam.

Selama persiapan dan penyusunan laporan kasus ini rampung, penulis

mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran,

dan kritik dari berbagai pihak akhirnya Laporan Kasus ini dapat terselesaikan

serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian tulisan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan

kasus ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan

makalah ini. Saya berharap sekiranya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita

semua. Amin.

Makassar, Agustus 2023

Hormat Saya,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2

2.1 Definisi..................................................................................................2

2.2 Etiologi..................................................................................................2

2.3 Cara Penularan HIV/AIDS....................................................................4

2.4 Tanda dan Gejala HIV..........................................................................6

2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS.........................11

2.6 Pencegahan Infeksi HIV Melalui Hubungan Seksual.........................12

2.7 Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah.............................................13

2.8 Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu..................................................14

BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................17

3.1 Identitas Pasien...................................................................................17

3.2 Anamnesis..........................................................................................17

3.2.1 Keluhan Utama.....................................................................17

iv
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang..................................................17

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu.....................................................18

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga..................................................18

3.2.5 Riwayat Pengobatan.............................................................18

3.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi......................................................18

3.3 Pemeriksaan Fisik...............................................................................18

3.3.1 Keadaan Umum....................................................................18

3.3.2 Tanda Vital...........................................................................18

3.3.3 Status Gizi............................................................................18

3.3.4 Status Internus Kepala/Leher................................................19

3.3.5 Pemeriksaan Penunjang.......................................................20

3.4 Diagnosa Medis...................................................................................20

3.5 Penatalaksanaan Komperhensif...........................................................20

3.6 Karakteristik Demografi Keluarga......................................................21

3.7 Diagnostik Holistik.............................................................................21

3.7.1 Aspek Personal.....................................................................21

3.7.2 Aspek Risiko Internal...........................................................21

3.7.3 Aspek Eksternal...................................................................21

3.8 Fungsi Fisilogis (Skor APGAR – Adaptation, Partnership, Growth,

Afection, Resolve)................................................................................23

v
3.9 Fisiologis (APGAR Tn.RP Terhadap Keluarga).................................24

3.10 Fungsi Patologis (SCREEM - Social, Cultural, Religion, Education,

Economic, Medical)............................................................................25

3.11 Struktur Keluarga..............................................................................26

3.12 Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal..............................................27

3.13 Daftar Masalah..................................................................................29

3.13.1 Masalah Medis...................................................................29

3.13.2 Masalah Non Medis...........................................................29

3.14 Edukasi..............................................................................................29

BAB IV Kesimpulan............................................................................................30

vi
BAB I

PENDAHULUAN

HIV merupakan salah satu masalah kesehatan global, di Indonesia jumlah

kasus HIV positif dari tahun ke tahun semakin meningkat dan paling banyak

terjadi pada kelompok usia produktif yaitu usia 25-49 tahun. HIV merupakan

virus yang melemahkan kekebalan tubuh manusia. Kejadian HIV dipengaruhi

oleh banyak faktor yang mendukung penyebaran kasus ini. Tujuan untuk

mengetahui faktor yang berisiko terhadap kejadian HIV di Indonesia.

Metode yang digunakan adalah penelusuran pustaka dengan menelaah

faktor risiko kejadian HIV berdasarkan 10 jurnal kesehatan yang dipublikasikan

10 tahun terakhir sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil jurnal yang telah direview, faktor yang berisiko terhadap kejadian

HIV yaitu jenis kelamin laki-laki OR=1,77, usia <40 tahun OR=7,25, usia

pertama kali menikah <20 tahun OR=5,62, status menikah OR=2,54, pendidikan

rendah OR=4,70, pengetahuan rendah OR=3,32, riwayat konsumsi alkohol

OR=7,65, riwayat tindik jarum tidak steril OR=3,42, riwayat keluarga HIV/AIDS

OR=2,95, riwayat suami HIV/AIDS OR=83,74, riwayat PMS OR= 2,92,

heteroseksual OR=3,15, homoseksual OR=1,97, biseksual OR= 2,08, melakukan

hubungan seksual kombinasi OR=4,89, mempunyai pasangan seksual >1

OR=23,32, hubungan seksual tanpa kondom OR=5,34, penggunaan narkoba

suntik yang bergantian OR=9,3.

Untuk ke depannya, Dinas Kesehatan perlu mengoptimalkan metode

promosi kesehatan kepada pekerja seksual terkait penggunaan kondom,

penyuluhan mengenai HIV pada semua usia, kerjasama antara aktivis peduli HIV,

lembaga swadaya masyarakat (LSM), tenaga medis, dan instansi terkait.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak

sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.

Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin

melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang tidak

segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut

AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir

dari infeksi HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi

sudah hilang sepenuhnya.

2.2 Etiologi Penyakit HIV

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus

yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama

kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada

tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),

sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV)

III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama

virus dirubah menjadi HIV.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam

bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat

2
berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target

virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk

virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat

berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama

dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh

pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif

dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti

(core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris

tersusun atas dua untaian

RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan

beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein

(gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4)

yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan

kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan

seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai

disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya,

tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.

Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah

mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit,

makrotag dan sel glia jaringan otak.

3
2.3 Cara Penularan HIV/AIDS

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada

penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vesikulum yang membawa

agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman

Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel

Lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat

lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat

membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain

adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan

diantaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah penderita. Banyak

cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini

cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :

a. Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual

maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang

paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen

dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap

pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko

penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah

pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow

(1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV

cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada

pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual

4
dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang

berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.

 Heteroseksual

Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama

melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan

penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif

baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak

pasangan dan berganti-ganti.

b. Transmisi Non Seksual

 Transmisi Parenral

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk

lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya

pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan

jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama.

Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang

dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih

dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang

dari 1%.

 Darah/Produk Darah

Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi

di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun

1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat

jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum

5
ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi

darah adalah lebih dari 90%.

c. Transmisi Transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak

mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi

sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan

melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah.

2.4 Tanda dan Gejala HIV/AIDS

Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari

sel yang diinfeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi

(penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam

tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau

merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. setelah beberapa

bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan

terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa

antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa

inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan

pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa Infeksi oleh virus HIV

menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan

daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena

penyakit-penyakit lain sepertI penyakit infeksi yang disebabkan oleh

6
bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker

seperti s arkoma kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi

sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis.

Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang

penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang

ditujukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang

lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain, namun secara umum

dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :

• Rasa lelah dan lesu

• Berat badan menurun secara drastis

• Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam

• Mencret dan kurang nafsu makan

• Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

• Pembengkakan leher dan lipatan paha

• Radang paru-paru

• Kanker kulit

Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2

hal antara lain tumor dan infeksi oportunistik

1. Manifestasi tumor diantaranya :

a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian


kulit dan organ tubuh. Frekuensi kejadiannya

7
36-50% biasanya terjadi pada kelompok
homoseksual, dan jarang terjadi pada
heteroseksual serta jarang menjadi sebab
kematian primer.

b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma


kaposi dan menyerang syaraf, dan bertahan
kurang lebih 1 tahun.

2 Manifestasi Oportunistik diantaranya :

a. Manifestasi pada Paru-paru

1) Pneumonia Pneumocystis (PCP)

Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada

AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan gejala

sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan

demam.

2) Cytomegalo Virus (CMV)

Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai

komensial pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan

pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian

pada 30% penderita AIDS.

3) Mycobacterium Avilum

Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada

stadium akhir dan sulit disembuhkan.

8
4) Mycobacterium Tuberculosis

Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat

menjadimiliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar

paru

5) Manifestasi pada Gastroitestinal

Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan

turun lebih 10% per bulan.

6) Manifestasi Neurologis

Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi

Neurologis, yang biasanya timbul pada fase akhir

penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah

ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan

neuropari perifer.

9
 Stadium HIV/AIDS

Tabel 1.Stadium Klinis HIV/AIDS Menurut WHO

Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan tes HIV

1. pada periode Januari – Maret 2022 (triwulan I) baru mencapai 941.973

orang dari target tes sebanyak 7.191.405 Orang.

2. Temuan Kasus HIV pada triwulan 1 ini sebanyak 10.525 Orang dan yang

mulai pengobatan ARV sebanyak 8.784 orang (83%).

3. Jumlah ODHIV yang memeriksakan Viral load dan virusnya tersupresi

sebanyak 23.075 Orang dari Total ODHIV on ARV yang ada pada bulan

Maret yaitu 160.249 Orang (4,2%).

4. Skrining HIV baru dilakukan pada 590.430 Ibu hamil, dimana 1.360

(0,3%) ibu hamil dinyatakan positif HIV, namun yang mendapatkan

10
pengobatan ARV sebanyak 238 Orang (18%)

5. Ibu hamil di skrining Sifilis sebanyak 273.063, dimana 1.466 (0,5%)

terdiagnosa Sifilis dan 712 (49%) mendapatkan pengobatan.

6. ODHIV yang tidak terdiagnosa TBC diberikan TPT baru mencapai 8%

dan Pasien TB HIV mendapatkan OAT dan ARV mencapai 36%.

7. Kecukupan stok non ARV diperhitungkan sampai dengan pengadaan

tahun berikutnya, sehingga bisa mendukung pelaksanaan program.

2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin

untuk mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk

menanggulangi masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah

dengan upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak terlibat

dalam lingkaran transmisi yang memungkinkan dapat terserang

HIV. Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh

semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS.

Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua

pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS.

Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka

panjang :

1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek

Upaya pencegahan AIDS jangkapendek adalah

dengan KIE memberikan informasi kepada kelompok resiko

tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga

11
dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.

Ada 3 pola Penyebaran HIV/AIDS :

1. Melalui Hubungan Seksual

2. Melalui Darah

3. .Melalaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya

2.6 Pencegahan Infeksi HIV Melalui Hubungan Seksual

HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi

yang terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan

vagina dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual

pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria. Setelah

mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka

upaya Pencegahan adalah dengan cara:

a. Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini

sangat efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab

seks merupakan kebutuhan biologis.

b. Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra

seksual yang setia

c. dan tidak terinfeksi HIV (homogami)

d. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin

e. Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi

tertular AIDS.

f. Tidak melakukan hubungan anogenital.

g. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan

12
seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan

pengidap HIV.

2.7 Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah

Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus

❖ Transfusi darah yang mengandung HIV.

❖ Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato,

tindik) bekas pakai orang yang mengidap HIV tanpa

disterilkan dengan baik.

❖ Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang

yang mengidap virus HIV.

Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui

darah adalah:

 Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas

HIV dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih

belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang

tingi serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di

Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah

hanya dengan uji petik.

 Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk

tidak menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena

menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah

yang dicurigai harus di buang.

13
 Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan

secara baku setiap kali habis dipakai.

 Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita

AIDS harus disterillisasikan secara baku.

 Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan

kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta

menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik

bersama.

 Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable).

 Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

2.8 Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu

Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus

tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi

di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di

lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya

dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang

Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian

besar adalah karena hubungan seksual, terutama dengan orang

asing. Kasus AIDS yang menimpa orang Indonesia adalah

mereka yang pernah ke luar negeri dan mengadakan hubungan

14
seksual dengan orang asing. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV ke istrinya

adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya adalah 8%.

Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko

penularan suami ke istri atau istri ke suami dianggap sama.

Kemungkinan penularan tidak terganggu pada frekuensi

hubungan seksual yang dilakukan suami istri. Mengingat

masalah seksual masih merupakan barang tabu di Indonesia,

karena norma-norma budaya dan agama yang masih kuat,

sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran

virus AIDS. Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab

negara kita merupakan negara terbuka dan tahun 1991 adalah

tahun melewati Indonesia. Upaya jangka panjang yang harus kita

lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS adalah merubah

sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan

norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat

berperilaku seksual yang bertanggung jawab.

Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab

adalah :

a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.

b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual

yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy).

c. Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna

15
susila.

d. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang

mempunyai lebih dari satu mitra seksual.

e. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.

f. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi

tertular AIDS.

g. Tidak melakukan hubungan anogenital.

h. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan

seksual.

Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh

agama, penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa

agama, melalui penyuluhan- penyuluhan tentang AIDS dan lain-

lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-norma

agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab.

Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab

diharapkan mampu mencegah penyebaran penyakit AIDS di

Indonesia.

16
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn RP

Umur : 18 Tahun

Jenis Kelamin : Laki Laki

Alamat : Jl. Nuri Lr.300

Agama : Islam

3.2 Anamnesis

3.2.1 Keluhan Utama

Bercak-bercak merah yang muncul pada dada serta sariawan yang

semakin bertambah banyak pada mulut.

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Pertiwi dengan keluhan bercak-bercak

merah yang muncul pada dada kiri sejal 1 minggu lalu, pasien mengatakan

bercak tersebut muncul secara tiba tiba dan tidak terasa apa-apa. Pada

mulut, pasien mengeluhkan munculnya sariawan dan semakin bertambah

banyak setiap harinya. Batuk tidak ada sesak tidak ada, nyeri dada tidak

ada,nyeri perut tidak ada. Riwayat merokok tidak ada, riwayat penggunaan

tindik/anting tidak ada, riwayat penggunaan jarum suntik tidak ada,

17
riwayat berhubungan seksual ada. Riwayat pengobatan tidak ada, riwayat

penyakit yang sama pada keluarga tidak ada. BAB dan BAK kesan

normal. pemeriksaan Triple eliminasi yaitu SIfilis, Hepatitis B dan HIV.

DItemukan HIV (+).

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat penyakit dahulu

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

3.2.5 Riwayat Pengobatan

Tidak ada riwayat pengobatan

3.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi

Menengah ke bawah

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Keadaan Umum

Tampak sakit sedang /compos mentis /gizi buruk

3.3.2 Tanda Vital

Nadi : 69x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36.5 oC

3.3.3 Status Gizi

Berat Badan : 59 Kg

Tinggi Badan :160 cm

18
IMT : 20 ( BB Normal )

3.3.4 Status Internus Kepala/Leher

a. Mata : Konjungtiva normal, sklera tidak ikterik,

b. Mulut & Leher:

- Pada tenggorokan terdapat sariawan, Tonsil membesar T2

Hiperemis.

- Tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening

c. Toraks

- Pada dada terdapat bercak unilateral disekitar papilla

mammae.

- Paru-Paru: Normochest, simetris, bunyi nafas

vesikuler, Ronki (-), wheezing (-)

19
- Jantung : nyeri tekan(-), thrill jantung (-), bunyi

jantung kesan normal

d. Abdomen

peristaltik (+) kesan normal, pemeriksaan raba dan

pemeriksaan ketuk tidak dilakukan.

e. Ekstremitas

Akral hangat, edema (-).

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang

o Tes HIV = + (positif)

o Hepatitis B = - (Negatif)

o Sifilis = - (negatif)

3.4 Diagnosa Medis

HIV + Herpes Zoster

3.5 Penatalaksanaan Komperhensif

Farmakologi Awal

 Acyclovir 400 2x5

 Acyclovir krim

20
 Cotrimoxazole 480 mg 2x1

3.6 Karakteristik Demografi Keluarga

No Nama kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Penderit KET

a klinik

1. Tn.A kepala L 44 SMP Pegawai


-
keluarga

2. Ny.M Ibu P 44 SMA Penjual kue -

3. Tn.RP Pasien p 18 SMA IRT HIV


(anak)

 Nama Kepala Keluarga : Tn.A

 Alamat Lengkap : Jl. Nuri Lr 300

 Bentuk Keluarga : Nuclear Family (Keluarga Inti)

3.7 Diagnostik Holistik

3.7.1 Aspek Personal

a. Alasan Kedatangan : pasien datang ke puskesmas untuk

memeriksakan kesehatannya karena keluhan yang dirasakan tak

kunjung membaik.

b. Kekhawatiran : Keluhan yang dirasakan bertambah parah

c. Persepsi : Adanya infeksi pada dirinya

d. Harapan : Dapat Terkontrol Penyakit

e. Aspek Klinik : HIV AIDS + Herpes Zoster.

3.7.2 Aspek Risiko Internal

Pengetahuan yang kurang mengenai penyakit HIV

3.7.3 Aspek Eksternal

21
Tidak Ada
No Fungsi Isian

1. Biologis Anggota Keluarga

Ayah(Kepala Keluarga), Ibu,Anak

Bentuk keluarga pada pasien ini adalah

Nuclear Family (Keluarg Inti)

Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal.

Penyakit yang Pernah Diderita: Tidak ada

Penyakit yang Diderita Saat Ini : HIV

Riwayat Konsumsi Obat: Tidak ada

2. Sosial Kedudukan sosial bermasyarakat : warga biasa

Keaktifan dalam kegiatan masyarakat : Sikap pasien dan

keluarganya ditengah masyarakat sangat baik. Dimana pasien dan

keluaganya saling mengenal dan sangat

akrab dengan tetangga

3. Psikologis Penderita tinggal di rumah sendiri

Hubungan antar anggota keluarga : Hubungan dengan

keluarga baik.

Penyelesaian masalah dalam keluarga : Pasien masih tinggal dan

dirawat oleh orangtuanya serta masih menjadi tanggung jawab

orangtuanya

4. Ekonomi dan Penghasilan utama keluarga dari : Ayah pasien

Pemenuhan Pekerjaan Ibu pasien : Penjual Kue Sehari-hari

Kebutuhan makan dengan : Nasi, ikan, tempe dan sayur

Biaya Berobat : Pasien KIS

22
3.8 Fungsi Fisiologis (Skor APGAR – Adaptation, partnership, Growth,

Affection, Resolve)

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score.

APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga

ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap

hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score

meliputi:

1. Adaptation

Dalam menghadapi masalah, Tn.RP selalu dibantu oleh

ibunya dalam memecahkan masalah bersama anggota keluarga yang

lain seperti saudaranya

2. Partnership

Dalam memecahkan masalah,Tn.RP selalu dibantu dan

ditemani oleh ibunya

3. Growth

Tn.RP mendapat dukungan dari ibunya

4. Affection

Antar anggota keluarga saling mendukung, memperhatikan

dan, menunjukkan kasih sayang satu sama lain

5. Resolve

Tn.RP merasa cukup dalam mengkomunikasikan

permasalahan yang ada dalam keluarga

23
3.9 Fisiologis (APGAR Tn.RP Terhadap Keluarga)

Terdapat interpretasi penilaian yaitu:

<3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat tinggi 4-6

menandakan disfungsi keluarga sedang 7-10 menandakan tidak ada

disfungsi keluargaTotal : 10

Nama Anggota Keluarga : Tn.RP Sering Kadang Jarang

Posisi Dalam Keluarga : Anak 2 1 o

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga √


A

saya bila saya menghadap masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas √


P

dan membagi masalah dengan saya

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan √

mendukung keinginan saya untuk melakukan

G kegiatan baru atau arah hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya √

mengekspresikan kasih sayang dan merespon

A emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi √

waktu bersama- sama

24
3.10 Fungsi Patologis (SCREEM – Social, Cultural, Religion, Education,

Economic, Medical).

Fungsi patologis dari keluarga Tn.RP (pasien) dinilai dengan

menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut.

SUMBER PATOLOGIS KET

Social Ikut berpatisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Baik

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat dari

sikap pasien dan keluarganya yang menghargai

Culture adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari Baik

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama baik Baik

Ekonomi keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan makan


Economic Cukup
sehari-hari

Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup


Educational Cukup

Keluarga ini mengganggap pemeriksaan rutin kesehatan sebagai


Medical Baik
kebutuhan

Kesimpulan:

Dalam keluarga pasien Tn.RP tidak terdapat gangguan pada fungsi patologisnya.

Pasien dengan tetangga saling mengenal dan hidup rukun dalam bertetangga.

25
3.11 Struktur Keluarga

Keterangan :

= Ayah

= Ibu

= Pasien

Pola Interaksi Keluarga

Informasi pada pola interaksi keluarga

Ny. M
Tn.A

Tn.RP

Keterangan

: Hubungan Baik antar anggota keluarga

26
3.12 Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal

Keadaan Rumah dan Lingkungan

a. Ukuran Rumah 5 x 10 m2

b. Ruang Tamu 1 Ruang Tamu

c. Ruang Keluarga 1 Ruang Keluarga

d. Kamar Tidur 2 kamar tidur

e. Kamar Mandi 1 Kamar mandi

f. Dapur 1 Dapur

g. Dinding Rumah Tembok

h. Ventilasi Rumah Kurang baik

i. Lantai Rumah Semen dan tikar plastik

j. Sumur/Sumber air PDAM

k. Septik tank Di samping rumah

l. Tempat pembuangan sampah Di depan rumah

27
Tampakan Bagian Depan

28
3.13 Daftar Masalah

3.13.1 Masalah Medis

Penderita adalah seorang perempuan berusia 34 tahun, dengan

Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut yang ingin melakukan

pemeriksaan namun saat dilakukan pemeriksaan Triple eliminasi

didapatkan HIV.

3.13.2 Masalah Non Medis

kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit yang diderita.

3.14 Edukasi

Promotif

o Menjelaskan mengenai penyakit HIV AIDS .

Preventif

o Gunakan masker atau menutup mulut sewaktu batuk dan bersin

Tidak meludah disembarang tempat.

o Makan makanan bergizi.

o Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat .

Kuratif

o Minum obat yang teratur, perbanyak minum air dan istirahat yang

cukup.

29
BAB IV

KESIMPULAN

HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan internasional yang perlu segera

ditanggulangi. HIV/AIDS berkembang secara pandemi hampir di setiap

negara di Dunia, termasuk Indonesia.

Epidemi yang terjadi meliputi penyakit (AIDS), virus (HIV) dan

epidemi reaksi / dampak negatif diberbagai bidang seperti kesehatan,

sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan demografi.

Sampai saat ini obat dan vaksin untuk menaggulangi HIV/AIDS

belum ditemukan. Untuk itu alternatif lain yang lebih mendekati dalam

upaya pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilakukan oleh semua pihak

asal mengetahui cara-cara penularan HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS

dapat terjadi melalui hubungan seksual, parental dan transplasental,

sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan untuk merubah perilaku

seksual masyarakat (terutama yang memilikiki resiko tinggi), menghindari

infeksi melalui donor darah, dan upaya pencegahan infeksi perinatal

sebelum ibu hamil. Perubahan perilaku dilakukan dengan penyuluhan

kesehatan.

30

Anda mungkin juga menyukai