Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KEGIATAN KULIAH

CURRENT ISSUE PENYAKIT MENULAR


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO

PROBLEM SOLVING CYCLE


KEJADIAN PENYAKIT MENULAR
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU LOR
KOTA SEMARANG TAHUN 2015
PENYUSUN:
NAMA NIM
SYARA OCTAVIANA HAFSHOH (25010113140322)
ASTRI ADITYA (25010113130326)
FATIMA ANGGI (25010113130328)
LAURA NATALIA (25010113130337)
LIWANTI SUBAGIO (25010113130346)
DHARURENDRA NEGARA (25010113140351)
SARAH AYU TIFANA (25010113130358)
AULIA GITA SAFITRI (25010113140366)
NURUL DESITA SARI (25010113130375)
MULYADI (25010115183028)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG TAHUN 2015
LAPORAN KEGIATAN KULIAH
CURRENT ISSUE PENYAKIT MENULAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PROBLEM SOLVING CYCLE
KEJADIAN PENYAKIT MENULAR
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU LOR
KOTA SEMARANG TAHUN 2015

Penerapan Problem Solving Cycle terhadap


Penyakit Herpes Zoster

Telah dipertahankan di depan Penguji dan dinyatakan

Telah memenuhi syarat untuk diterima

Semarang, 29 November 2015

Menyetujui,

Dosen Pendamping,

(Nikie AstorinaYunita Dewanti, SKM. M.Kes)

NIP. 198806142014042001

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
DAFTAR TABEL..............................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................7
A. Latar Belakang.................................................................................................7
B. Tujuan...............................................................................................................8
C. Manfaat.............................................................................................................8
BAB II METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................10
A. Metode dan Desain.......................................................................................10
B. Populasi dan Sampel....................................................................................10
C. Jenis Data.......................................................................................................11
D. Tahapan Proses Problem Solving Cycle Masalah Penyakit Menular.....12
E. Kerangka Akar Faktor Risiko Masalah Penyakit Menular............................14
F. Identifikasi Faktor Risiko Masalah Penyakit Menular...................................15
G. Alternatif Penyelesaian Masalah.................................................................16
H. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data.........................................................17
I. Pengolahan dan Analisis Data.........................................................................18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................20
A. Gambaran Umum Puskesmas Bulu Lor.....................................................20
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................22
C. Penentuan Prioritas Masalah.......................................................................24
D. Tahap Penyusunan Akar Masalah...............................................................26
E. Analisis Kuisioner..............................................................................................28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................36
1. Kesimpulan.........................................................................................................36
2. Saran...................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................37
LAMPIRAN.....................................................................................................................38

3
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Menular di Wilayah Kerja Bulu Lor..........................21

Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode MCUA..........................23

Tabel 3.3. Distribusi Perilaku Responden............................................................28

Tabel 3.4. Distribusi Lingkungan Responden.......................................................28

Tabel 3.5. Distribusi Pelayanan Kesehatan Responden......................................29

Tabel 3.6. Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Perilaku.............................29

Tabel 3.7. Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Lingkungan.......................30

Tabel 3.8. Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Pelayanan Kesehatan......30

Tabel 3.9. Metode CARL Analisis Solusi..............................................................33

4
DAFTAR GAMBAR

Grafik 3.1 Kejadian Herpes Zoster di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Tahun
2012 2015.........................................................................................................22

Grafik 3.2 Kejadian Lepra/Morbus Hansen di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor
Tahun 2012 2015.............................................................................................22

Grafik 3.3 Kejadian Shigellosis di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Tahun 2012
2015.........................................................................................................23

5
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit menular merupakan penyakit yang ditularkan melalui berbagai


media. Penyakit menular menjadi masalah kesehatan yang besar hampir di
semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya relative
tinggi dalam waktu relative yang singkat. Penyakit menular umumnya bersifat
akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit menular
masih diprioritaskan karena mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan
wabah dan menimbulkan kerugian yang besar.

Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang bervariasi


mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme yang paling
kompleks yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia (Noor, 1997: 39).
Dimana proses agent penyakit dalam menyebabkan penyakit pada manusia
memerlukan berbagai cara penularan khusus (mode of transmission) serta
adanya sumber penularan (reservoir) penyakit seperti manusia, binatang.......
(Noor, 1997: 39).

Puskesmas Bulu Lor berada di Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang


Utara. Wilayah kerja Puskesmas sesuai SK walikota, membawahi 5 kelurahan.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Bulu Lor, sampai
saat ini jenis penyakit menular yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Bulu Lor
masih cukup banyak. Beberapa jenis penyakit tersebut adalah sebagai berikut:
Batuk, Diare dan Gastroenteritris, Konjungtivitas, Tipus perut ( Typoid ), TB Paru,
Herpes zoster, Varisela / Chicken Fox, Shigellosis, Lepra, Campak / Measles

Mahasiswa sebagai agent of change dan problem solver memiliki kewajiban


untuk berpartisipasi secara aktif dalam memberikan solusi bagi masalah penyakit
menular tersebut. Oleh karena itu, penulis melakukan analisis dan pemecahan
masalah penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan
Semarang Utara, Kota Semarang. Pemecahan masalah hanya dilakukan
terhadap satu penyakit prioritas agar efektif dan efisien

6
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan tahapan Problem Solving Cycle dalam
menyelesaikan permasalahan penyakit menular di wilayah kerja
Puskesmas Bulu Lor, Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi 10 besar masalah penyakit menular berdasarkan
data sekunder
2. Menentukan prioritas masalah dengan menggunakan teknik Multiple
Criteria Utility Assessment (MCUA)
3. Menganalisis akar penyebab masalah menggunakan fish bone
diagram
4. Melakukan pengembangan instrumen pengumpulan data
5. Melakukan pengumpulan data primer
6. Menganalisis data primer untuk mendapatkan akar penyebab
masalah
7. Menentukan prioritas penyebab masalah dengan menggunakan
metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA)
8. Mengidentifikasi dan menganalisis alternatif solusi
C. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor
Sebagai bahan informasi mengenai masalah penyakit menular serta
pemecahannya di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor, sehingga sebagai fakultas
kesehatan masyarakat dapat memberikan upaya promotif dan
preventif terhadap masalah tersebut
3. Bagi mahasiswa
Mengetahui dan Menerapan tahapan Problem Splving Cycle dalam
menyelesaikan permasalahan penyakit menular yang ada di
Puskesmas Bulu Lor, Kota Semarang.
4. Bagi Puskesmas Bulu Lor dan Dinas Kesehatan Kota Semarang
Mendapatkan informasi mengenai alternatif solusi yang dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah penyakit menular di wilayah
kerja instansi tersebut

7
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain

Metode dan desain studi yang digunakan dalam kegiatan kuliah Current
Issue Penyakit Menular adalah studi Cross Sectional dengan pendekatan
Retrospective. Survey Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi
pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya
(Notoatmodjo, 2002). Penelitian Cross Sectional adalah penelitian observaional
dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan
sekali waktu pada saat yang bersamaan. Populasinya adalah semua responden
baik yang mempunyai kriteria variabel bebas dan variabel tergantung maupun
tidak. Selain dengan metode Cross Sectional juga menggunakan metode studi
pustaka, observasi, research dan diskusi dalam kelompok. Kedua metode
tersebut diharapkan dapat saling melengkapi untuk mengidentifikasi
permasalahan kesehatan sesuai dengan konsep H.L. Blum. Metode tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah kesehatan serta
memberikan alternatif pemecahan masalah dengan siklus pemecahan
masalah (Problem Solving Cycle).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003). Populasi dalam
kegiatan ini adalah 190 penduduk cakupan wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor,

8
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang yang meliputi Kelurahan Bulu Lor
yang terkena penyakit Herpes Zoster.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan cluster sampling.
Sampel dipilih secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi
secara ilmiah. Cara ini dinilai sangat efisien bila populasi tersebar luas. Berikut ini
adalah cara perhitungan sampel (Solvin, 1960).

Rumus:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

D = presisi (5%)

Selain rumus diatas, Frankel dan Wallen (1993) menyarankan besar


sampel minimum untuk :

* Penelitian deskriptif sebanyak 100

* Penelitian korelasional sebanyak 50

* Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group

* Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group

C. Jenis Data

Data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :

1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh


peneliti sebagai obyek penulisan (Umar, 2003). Data primer dalam kegiatan ini
berasal dari hasil wawancara dengan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang yang sekaligus berperan
sebagai responden.

9
2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui
dokumen (Sugiyono, 2005). Data sekunder dalam kegiatan ini berasal dari data
topografi dan monografi dari Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
Data sekunder juga didapat dari Puskesmas Bulu Lor dari tahun 2012-2015,
serta key person yang meliputi Kepala Kelurahan dan petugas Puskesmas
Bulu Lor.

D. Tahapan Proses Problem Solving Cycle Masalah Penyakit


Menular

Langkah pemecahan masalah kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut


(Musthofa, 2009):

1. Identifikasi Masalah

Hal pertama kali yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah


kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara,
Kota Semarang adalah mencari data sekunder ke Puskesmas Bulu Lor (berupa
profil kesehatan dan data penyakit menular). Setelah data sekunder didapatkan,
kemudian dicocokkan dengan data primer yang didapatkan dari wawancara
terhadap Key Person (Kepala Kelurahan dan petugas Puskesmas) untuk
meyakinkan bahwa masalah tersebut sampai sekarang masih menjadi
permasalahan di masyarakat. Masalah dapat dilihat dengan cara menganalisis
kesenjangan (Gap Analysis) dan kecenderungan (Trend Analysis) berdasarkan
data data yang relevan dengan kasus selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan
data sekunder dari Puskesmas Bulu Lor di dapatkan sepuluh penyakit menular
selanjutnya diprioritaskan lagi menjadi tiga besar penyakit.

2. Prioritas Masalah

Dari 3 penyakit yang sudah terpilih tersebut diprioritaskan lagi menjadi 1


masalah dengan mempertimbangkan aspek aspek kegawatan masalah,
besarnya masalah, dan tren. Dalam menganalisis prioritas masalah kesehatan
tersebut digunakan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA).

Multiple Criteria Utility Assesment atau MCUA adalah pendekatan yang


menggunakan beberapa kriteria dan bobot masing-masing kriteria ini dalam

10
mempertimbangkan apakah masalah kesehatan masyarakat yang telah
diidentifikasi menjadi prioritas masalah kesehatan yang dihadapi (Mustofu, 2009).

Langkah-langkah (Mustofu, 2009):

1 Menetapkan Kriteria

Kriteria yang dapat disepakati dalam menentukan pemilihan masalah


pelayanan publik antara lain: besar masalah dari pelayanan publik itu sendiri;
kegawatan atau keseriusan dari masalah pelayanan publik yang ada;
kemudahan dalam menanggulangi masalah tersebut.

2 Melakukan Pembobotan Kriteria

Lakukanlah pembobotan atau penentuan kepentingan relatif dari setiap


kriteria yang telah dipilih, artinya kriteria mana yang dianggap yang
terpenting, itu yang diberi bobot tertinggi dan yang kurang penting diberi
bobot yang terendah. Misalnya kisaran pembobotannya 1-10 (pembobotan
secara mutlak), artinya bobot yang terendah 1 sedang yang tertinggi 10.
Hanya satu kriteria yang akan diberi kriteria tertinggi dan hanya satu pula
kriteria yang akan diberi kriteria terendah. Mengenai kisaran pemberian bobot
ini tergantung dari kesepakatan kelompok (tentunya berdasarkan data atau
fakta yang ada). Bobot kriteria juga dapat diberikan dengan memberikan
persentase masing-masing kriteria, kriteria yang dianggap penting diberikan
persentase besar dan sebaliknya, dan jika dijumlah bobot relatif masing-
masing kriteria mencapai 100 %.

3 Membuat Skor Masing-masing Kriteria Terhadap Masing-masing Masalah

Setiap Kriteria diberi skor terhadap masing-masing Masalah artinya


estimasi berapa besarnya pengaruh masalah terhadap Kriteria ini, apabila
pengaruhnya besar, maka diberi skor yang lebih tinggi, sedang apabila
dianggap pengaruhnya kurang, maka diberi skor yang lebih kecil, misalnya
kisaran angka pemberian skor 1-10, 1-7, 1-5. Skor tersebut bisa dianalogikan
mulai dari sangat besar diberikan skor 5, besar diberikan skor 4, cukup besar
diberikan skor 3, kurang besar diberikan skor 2 dan tidak besar diberikan skor
1.

4 Mengalikan Skor dengan Bobot (S x B)

11
Kalikan masing-masing skor dengan bobot pada kriteria yang telah
diberikan pada masing-masing kolom masalah pelayanan publik. Dengan
demikian akan didapatkan nilai SKOR kali BOBOT untuk masing-masing
kriteria dan masalah. Jumlahkanlah hasil perkalian tersebut untuk masing-
masing masalah pelayanan publik, dengan jalan menjumlahkan ke bawah
dan masalah pelayanan publik dengan jumlah perkalian tertinggi yang akan
dipilih menjadi Prioritas Masalah Pelayanan Publik yang akan dilakukan
pemecahan.

5 Pemberian Skor dan Bobot tidak Mencapai Konsensus

Apabila dalam kelompok tidak mencapai konsensus dalam pemberian


nilai skor dan bobot kriteria maka perhitungan skor dan bobot dapat dilakukan
dengan menghitung rata-rata hitung dari nilai-nilai yang diberikan oleh
masing-masing anggota kelompok.

Penggunaan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) adalah


berupa sebuah tabel yang berisi (pada baris atau horizontal) bersisi kriteria dan
jumlah total untuk memprioritaskan masalah. Sedangkan kolom atau vertikal
berisi nilai, bobot, jenis penyakit serta kolom dikalikan bobot. Keputusan
mendapatkan prioritas utama permasalahan. Kriteria yang digunakan dalam
memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi:

1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah kesehatan maka nilai


bobotnya semakin tinggi).

2. Besar/ jumlah (semakin banyak yang menderita akibat karena suatu


masalah kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).

3. Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya


semakin tinggi)

E. Kerangka Akar Faktor Risiko Masalah Penyakit Menular

Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) merupakan analisis sebab


akibat yang dikembangkan oleh Dr. KaoruIshikawa yang menggambarkan
permasalahan dan penyebabnya dalam suatukerangka tulang ikan. Metode
fishbone merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis akar penyebab
masalah, misalnya dengan mengacu pada konsep H.L Blum (Asmoko,

12
Widyaiswara Muda pada Balai Diklat Kepemimpinan, Pusdiklat Pengembangan
SDM, BPPK, Magelang).

Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan


sebagai berikut (Asmoko, Widyaiswara Muda pada Balai Diklat Kepemimpinan,
Pusdiklat Pengembangan SDM, BPPK, Magelang):

1. Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone


meliputi kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala
ikan ini nantinya akan digunakan untuk menyatakan masalah utama.
Bagian kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk menuliskan
kelompok penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang
akan digunakan untuk menyatakan penyebab masalah.

2. Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara


kondisi yang ada dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969
dalam Robbins dan Coulter, 2012). Masalah juga dapat didefinisikan
sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja sekarang dengan
kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada
bagian kanan dari Diagram Fishbone atau ditempatkan pada kepala ikan.

3. Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang


berpengaruh atau berakibat pada permasalahan. Langkah ini dapat
dilakukan dengan teknik brainstorming.

4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab


masalah. Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan, misal dengan
pendekatan teori H.L. Blum, yakni kategori lingkungan, perilaku
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan genetik.

5. Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui,


kita dapat menggambarkannya dalam Diagram Fishbone. Contoh
Diagram Fishbone berikut permasalahan penyakit menular di wilayah
kerja Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.

F. Identifikasi Faktor Risiko Masalah Penyakit Menular

Untuk memenuhi ketepatan data serta kelengkapan data terkait faktor


risiko masalah penyakit menular, maka perlu dilakukan adanya survey
(wawancara) mencari data primer dari masyarakat untuk mengidentifikasi

13
faktor risiko masalah penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor,
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Kegiatan identifikasi faktor
risiko masalah kesehatan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
menggunakan instrumen survey yang valid dan reliabel berdasarkan kerangka
akar faktor risiko masalah penyakit menular. Pendekatan kuantitatif hanya
untuk penegasan.

Langkah yang dilakukan terkait kegiatan survey (wawancara) adalah


pembuatan instrumen yang dibuat dengan pendekatan teori H.L Blum
selanjutnya instrumen berupa kuesioner digunakan sebagai acuan dalam survey
(wawancara).

Setelah mengetahui faktor risiko penyakit menular dari hasil survey maka
diprioritaskan dengan menggunakan tabel MCUA faktor resiko masalah.
Tahaptahap pembuatan MCUA prioritas faktor resiko sama dengan tahap
prioritas masalah kesehatan yang telah dibahas sebelumnya.

G. Alternatif Penyelesaian Masalah

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi alternatif penyelesaian


masalah adalah dengan cara brainstorming dan penggunaan how-how
diagram. Selanjutnya dianalisis menggunakan Force Field Analysis. Langkah-
langkah dalam membuat force field analysis (Elsass, 1994):

a. Melakukan brainstorming untuk mencari solusi dari penyebab masalah


yang ada berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan literature yang
ada.

b. Melakukan penyaringan terhadap solusi yang sudah ditemukan agar


dapat diimplementasikan oleh sektor kesehatan maupun sektor terkait.

c. Tulis dan klasifikasikan solusi ke dalam kategori-kategori yang spesifik


sehingga komprehensif.

d. Memasukkan solusi ke dalam diagram how-how.

e. Membuat diagram force field untuk menganalisis kelayakan tiap alternatif


solusi.

f. Diagram force field terdapat sisi kiri untuk faktor penghambat beserta
skornya, tengah merupakan alternatif solusi yang akan diuji

14
kelayakannya, dan sisi sebelah kanan merupakan faktor pendukung
beserta skornya.

g. Melakukan pembuatan kriteria yang feasible dan efektif terkait alternatif


solusi yang diberikan.

h. Menuliskan pada sisi sebelah kiri mengenai faktor atau hal apa saja yang
menghambat solusi.

i. Pada sisi sebelah kanan, tuliskan faktor atau hal apa saja yang
mendukung solusi.

j. Menentukan skor untuk penilaian faktor penghambat atau pendukung


(skor 1-4). Jika skor besar pada sisi sebelah kiri berarti faktor tersebut
memiliki hambatan tinggi dalam solusi. Sebaliknya jika pada sisi sebelah
kiri skornya rendah berarti faktor tersebut memiliki hambatan yang rendah
dalam solusi. Demikian pula dengan skor untuk faktor pendukung, skor
besar berarti faktor tersebut mendukung alternatif solusi, demikian pula
sebaliknya.

k. Skor atau bobot pada sisi kiri dijumlahkan dan sisi kanan juga
dijumlahkan ke bawah.

l. Setiap alternatif solusi silahkan dianalisis kelayakannya menggunakan


force field analysis.

m. Keputusan menentukan prioritas solusi didasarkan pada alternatif solusi


yang mempunyai jumlah skor faktor pendukung terbesar.

H. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

1. Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor,


Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, yang mencakup Kelurahan Bulu Lor.

2. Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan Semarang


Utara, Kota Semarang dilakukan pada bulan November-Desember 2015.

15
I. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses pemasukan data (input),


transformasi data (recode, transform), penyajian data dan intepretasi data (baik
secara deskriptif maupun inferensial). Pengolahan data menggunakan
beberapa tahapan, yaitu (Chandra, 1996):

a. Penyuntingan dan pembersihan

Penyuntingan (editing) dan pembersihan (cleaning) adalah suatu


proses memeriksa kelengkapan kuesioner, urutan logis pengisian
kuesioner, konsistensi jawaban responden serta melakukan perbaikan
apabila ada kesalahan dalam pengisian serta diperlukan untuk
melakukan perbaikan. Penyuntingan setelah kuesioner sudah diisi,
setelah kegiatan pengambilan data di lapangan.

b. Pemberian kode

Pemberian kode (coding) dilakukan dengan tujuan untuk


memudahkan proses pemasukan data. Dengan memberikan kode
maka petugas pemasukan data hanya memasukkan kode-kode
jawaban kuisioner yang sudah matang. Misalnya apabila jawaban
responden termasuk dalam kategori buruk akan diberi kode 1,
sedangkan bila jawaban responden termasuk dalam kategori baik
akan diberi kode 2, data yang dimasukkan cukup 1 atau 2.

c. Pemasukan data

Setelah kuisioner diteliti atau disunting dan diberi kode maka


proses pengolahan data yaitu memasukkan data ke dalam aplikasi
komputer. Aplikasi komputer yang sering digunakan yaitu SPSS.
Aplikasi ini bisa menangani pengolahan data mulai dari pemasukan
data, penyuntingan maupun sampai pada analisis statistik deskriptif
maupun inferensial.

d. Tabulasi

16
Mengelompokkan data atau menyusun data secara deskriptif ke
dalam tabel yang telah dibuat sesuai tujuan.

e. Mendeskripsikan Data

Membaca hasil dan mengubahnya menjadi bentuk yang mudah


dipahami baik berupa tabel, grafik, dan presentase. Analisis bisa
langsung disajikan ataupun diceritaka agar lebih mudah dipahami.

f. Interpretasi Data

Menghubungkan hasil data frekuensi terbesar dengan teori H.L.


Blum (Pelayanan Kesehatan, Perilaku, dan Lingkungan). Untuk
selanjutnya dapat direncanakan alternatif penyelesaian masalah
penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan
Semarang Utara, Kota Semarang.

2. Analisis Data

Setelah mengolah data, proses selanjutnya yang dilakukan ialah


menganalisis data. Analisis data yang dilakukan ialah analisis deskriptif, dimana
ditentukan ratio, proporsi, serta persentase dengan menggunakan alat bantu
statistik yakni membuat tabel distribusi frekuensi. Dan juga dilakukan analisis
data primer yang diolah dengan menggunakan program SPSS 22 untuk
mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Untuk kemudian selanjutnya
memberikan gambaran tentang hubungan antara lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan dengan masalah penyakit menular di wilayah kerja
Puskesmas Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.

17
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Bulu Lor

Puskesmas Bulu Lor berada di Kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarang


Utara. Wilayah kerja Puskesmas sesuai SK walikota, membawahi 5 kelurahan.
dengan luas wilayah sekitar : 319.22 Ha. Adapun batas wilayah kerja Puskesmas
Bulu Lor adalah :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa

2. Selatan : Wilayah Puskesmas Krobokan.

3. Timur : Wilayah Puskesmas Poncol

4. Barat : Wilayah Puskesmas Bandarharjo

Wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor merupakan daerah dataran rendah ditepi
Laut Jawa, sering terjadi rob pada musim tertentu dan banjir pada musim hujan,
bahkan bisa terjadi secara bergantian antara rob dan banjir yang bisa mencapai
ketinggian maksimum. Wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor meliputi 5 (lima)
Kelurahan, 40 RW, 327 RT. 5 kelurahan tersebut antara lain :

1. Kelurahan Bulu Lor ; Jumlah RW : 11, Jumlah RT : 79

2. Kelurahan Plombokan ; Jumlah RW : 5, Jumlah RT : 46

3. Kelurahan Purwosari ; Jumlah RW : 6, Jumlah RT :48

4. Kelurahan Panggung Kidul ; Jumlah RW : 4, Jumlah RT : 29

5. Kelurahan Panggung Lor ; Jumlah RW : 14, Jumlah RT : 125

Menurut data dari Puskesmas Bulu Lor, jumlah penduduk sampai dengan
Februari tahun 2009 adalah 51.912 jiwa, dengan laki laki berjumlah 25.220
jiwadan perempuan berjumlah 26.692 jiwa. Jumlah Penduduk miskin di
Puskesmas Bulu Lor sebanyak 9.796 jiwa dan penduduk yang mempunyai
jamkesmas sebanyak 7.282 jiwa. Berdasarkan data hingga Februari tahun 2009,
jumlah Ibu Hamil sebanyak 1.007 jiwa, jumlah Ibu menyusui sebanyak 961 jiwa,

18
jumlah bayi sebanyak 745 jiwa, jumlah balita sebanyak 3.069 jiwa, jumlah lanjut
usia sebanyak 10.849, dan jumlah kader kesehatan sebanyak 323 orang.

Menurut data dari Puskesmas Bulu Lor terdapat beberapa penyakit pada
Tahun 2015 yaitu Abses, Furunkel, dan Karbonikel kutan, Akne, Anencefali dan
malformasi sejenis, anuria dan oligouria,apendisitis akut,asfiksia, asfiksia waktu
lahir, batu ginjal dan ureter, batu saluran kemih bawah, batuk, bengkak, massa
atau benjolan kulit, blastomikosis, campak/measles/rubiola/morbili, cedera akibat
gigitan dan serangan anjing, cedera akibat gigitan tikus,cedera pada kepala
lainnya yang tidak spesifik, demam berdarah, demam tifoid/paratifoid, demam
tifus, demam yang sebabnya tidak diketahui, denyut jantung tidaknormal,
dermatitis atopik, dermatitis kontak alergik, dermatitis kontak iritan, dermatitis
lainnya, diare dan gastroentritis oleh penyebab infeksi tertentu, difteri,
endometriosis, enteritis regional, epilepsi,episode depresif, erosi dan ektropion
serviks, fraktur anggota gerak atas, fraktur anggota gerak bawah, fraktur tulang
bahu dan lengan atas, fraktur tulang rusuk, fribosis dan sirosis, gagal ginjal
kronik, gangguan alat kelamin laki, gangguan anxietas fobik, gangguan bola
mata, gangguan radang lainnya pada vulva dan perinium, gangguan cium dan
pengecapan, gangguan fungsi cerna lainnya, gangguan fungsi lambung,
gangguan kepribadian khas, gangguan kornea lain, gangguan kuku, gangguan
lain konjungtiva, gangguan lain mata dan adneksa, gangguan lain retina,
gangguan lain telinga luar, gangguan mental dan perilaku akibat zat multipel dan
psikoaktif lainnya, gangguan mental organik atau simtomatik YTT, gangguan
pasca tindakan pada susunan saraf YTK, gangguan payudara dan laktasi yang
berhubungan dengan persalinan, gangguan payudara lainnya, gangguan penis
lainnya, gangguan perkembangan dan erupsi gigi, gangguan perkembangan
motorik khas, gangguan radang panggul, gangguan refraksi dan akomodasi,
gangguan saraf fasial, gangguan saraf otak lainnya, gangguan saraf trigeminus,
gangguan sistem kemih lainnya, gangguan tidur, gangguan tidur nonorganik,
gangguan usus lainnya, gangguan visual, gangguan sistem lakrimal, gastritis dan
duodenitis, gejala dan tanda lainnya yang melibatkan sistem cerna dan
abdomen, gigi impaksi, gigitan atau serangan serangga yang tidak berbisa,
glaukoma, haid berlebih, sering dan teratur, Haid tidak ada, sedikit atau jarang,
Hasil pemeriksaan ditemukan dalam darah obat, bahan bahan, Hepatitis B akut,
Hepatitis B kronik, Hepatitis Viral, Hepatitis Viral yang tidak dapat di spesifikasi,
Herpes Zoster, Infeksi cacing pipih lainnya,Infeksi gonokok, Leptospirosis,

19
Meningitis, Penyakit HIV yang tidak dapat di spesifikasi, Rubela, Skabies,
Tuberkulosis.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisis data sekunder
mengenai kejadian penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor.
Analisis yang dilakukan adalah analisis tren yaitu dengan melihat kecenderungan
kejadian 10 penyakit menular pada kurun waktu 3-5 tahun terakhir yaitu 2012 -
agustus 2015. Berikut ini adalah tabel kejadian sepuluh penyakit menular di
wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor

No. JENIS PENYAKIT TOTAL KASUS /


TAHUN 2015
1. Batuk 1170
2. Diare dan Gastroenteritris 595
3. Konjungtivitas 351
4. Tipus perut ( Typoid ) 200
5. TB Paru 199
6. Herpes zoster 190
7. Varisela / Chicken Fox 61
8. Shigellosis 59
9. Lepra 24
10. Campak / Measles 12

Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Menular di Wilayah Kerja Bulu Lor

Berdasarkan sepuluh kejadian penyakit menular di Puskesmas Bulu Lor,


kemudian diambil tiga penyakit menular yang memiliki kecendurungan tren dan
besar kasus tertinggi selama tiga tahun. Ketiga penyakit tersebut adalah Herpes
Zoster, Lepra, dan Shigellosis.

1. Herpes Zoster

20
Gambar 3.1 Kejadian Herpes Zoster di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor 2012-
2015

Kejadian Herpes Zoster di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor pada tahun
2012 ke tahun 2013 sempat mengalami penurunan dari yang sebelumnya 105
kasus menjadi 20 kasus. Namun pada tahun 2013 hingga tahun 2015, kejadian
herpes zoster mengalami peningkatan secara drastis menjadi 190 kasus.

2. Lepra/Morbus Hansen

Grafik 3.2 Kejadian Lepra/Morbus Hansen di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor
Tahun 2012 2015

21
Kejadian Lepra/Morbus Hansen di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Tahun
2012 2015. Kasus menurun pada tahun 2012 (59 kasus) ke tahun 2014 (15
Kasus) meningkat lagi pada tahun 2015 yaitu 24 kasus.

3. Shigellosis

Grafik 3.3 Kejadian Shigellosis di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Tahun 2012
2015

Kejadian Shigellosis di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor Tahun 2012


2015. Kasus menurun pada tahun 2012 (73 kasus) ke tahun 2014 (35 Kasus)
meningkat lagi pada tahun 2015 yaitu 59 kasus.

C. Penentuan Prioritas Masalah

Tahap kedua dalam problem solving cycle adalah menentukan prioritas


masalah. Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode
Multiple Criteria Utility Assesment (MCUA). Berikut adalah pembobotan dengan
menggunakan metode MCUA pada tiga penyakit terpilih :

Permasalahan Kesehatan
Kriteria Bobot Herpes Zoster Lepra Shigellosis
Skor SxB Skor SxB Skor SxB
Besar 30% 1 0,3 1 0,3 1 0,3
Kegawatan 40% 4 1,6 3 1,2 3 1,2
Trend 30% 3 0,9 1 0,3 2 0,6
Jumlah S x B 100% 2,8 1,8 2,1

22
Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode MCUA

Keterangan :

a. Besar

Nilai berdasarkan jumlah kasus terakhir yaitu jumlah kasus tahun 2015.
Pembagian range: Range= (jumlah kasus tertinggi-kasus terendah)/5= (1170-
12)/ 5=231.6

1: Jumlah kasus 12 244

2 : jumlah kasus 245 - 477

3 : jumlah kasus 478 - 710

4 :Jumlah kasus 711 - 943

5 :Jumlah kasus 944 - 1170

b. Kegawatan

1 : Tidak gawat

2 : Kurang gawat

3 : Cukup gawat

4 : Gawat

5 : Sangat gawat

c. Trend

Data keseluruhan dari 3 masalah yang diprioritaskan meningkat maka nilai


trend akan dilihat dari kenaikan kasus tertinggi pada masalah apa dari nilai 5
sampai kenaikan terendah pada nilai 1, kenaikan kasus tertinggi sementara 185
akan dibagi dalam 5 range

1 : Kenaikan 1 35 kasus

2 : Kenaikan 36 70 kasus

3 : kenaikan 71 106 kasus

4 : kenaikan 107 142 kasus

23
5 : kenaikan 143 185 kasus

Kriteria yang digunakan dalam metode Multiple Criteria Utility Assesment


(MCUA) untuk memilih masalah prioritas kesehatan yang ada meliputi :

1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah, maka skornya semakin tinggi)

2. Besar (semakin banyak yang menderita akibat suatu masalah kesehatan,


maka skornya semakin tinggi)

3. Trend (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, maka skornya


semakin tinggi)

Penentuan skor masing-masing kriteria diperoleh dari kesepakatan anggota


kelompok dengan range nilai 1-5.Berdasarkan pemberian bobot (nilai) pada
masing-masing masalah, maka diperoleh prioritas masalahnya sebagai berikut:

Prioritas I : Herpes Zoster

Prioritas II : Shigellosis

Prioritas III : Lepra

D. Tahap Penyusunan Akar Masalah

Berdasarkan teori HL Blum, kejadian herpes zoster diebabkan oleh tiga


faktor yaitu faktor perilaku, faktor genetik serta faktor lingkungan.

24
25
E. Analisis Kuisioner
1. Gambaran Responden
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada responden yang
berjumlah 50 responden yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor,
Semarang. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 5-14 tahun sebesar 4%; 10% berusia 15-24 tahun; 18%
berusia 25-34 tahun; 34% berusia 35-44 tahun; 22% berusia 45-54 tahun; 10%
berusia 55-64 tahun; dan 2% berusia 65-74 tahun. Sebagian besar berjenis
kelamin perempuan dengan presentase sebesar 76% dan responden berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 24%. Sebagian besar pendidikan responden di
wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor berpendidikan terakhir SD yaitu sebesar 28%;
SMP (28%); SMA/Sederajat (34%); S1 (6%); dan yang tidak bersekolah sebesar
4%. Jika dilihat dari pekerjaannya, sebagian besar respondennya adalah ibu
rumah tangga sebesar 46%; Swasta (20%); Wirausaha (18%); pelajar (10%);
PNS (2%), PRT (2%), dan Tidak Bekerja (2%). Sumber air di tempat tinggal
responden sebagian besar menggunakan PAM (64%), yang menggunakan
sumur sebanyak 28%, PAM dan sumur (6%), dan yang menggunakan sumur bor
(2%).
Dalam memperoleh informasi tentang penyakit Herpes Zoster ini
menggunakan teori HL. Bloom yang terdiri dari empat variabel yaitu
pengetahuan, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan
hasil kuisioner yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa 55% responden di
wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor memiliki pengetahuan cukup mengenai
Herpes Zoster. Dilihat dari perilaku sebesar 65% responden memiliki perilaku
yang cukup baik dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Herpes
Zoster. Dilihat dari segi lingkungan 68% responden memiliki lingkungan yang
baik, sedangkan dilihat dari segi pelayanan kesehatan sebesar 52%
dikategorikan ke dalam kondisi cukup baik. Dalam pengkategorian mengunakan
interval pada masing-masing variabel. Klasifikasi tersebut dikatakan kurang
apabila pada interval 0-33%, cukup pada interval 34-66%, dan baik pada interval
67-100%.
Kendala yang kami temukan saat melakukan pengambilan data kuisioner
adalah tidak ketersediaan responden untuk melakukan wawancara, responden
sedang tidak berada di rumah, data tidak lengkap dan tidak sesuai dengan
keadaan lapangan.
2. Analisis Kuisioner berdasarkan Teori HL Blum
Varabel Perilaku

26
Berikut merupakan analisis data berdasarkan variabel perilaku. Gambaran
perilaku responden dapat dilihat pada tabel.

Kategori Perilaku N %

Kurang (skor 0-33) 0 0%


Cukup (skor 34-66) 25 50 %
Baik (skor 67-100) 25 50 %
Total 50 100 %
Tabel 3.3. Distribusi Perilaku Responden

Berdasarkan analisis pada variabel perilaku di dapatkan hasil sebesar 50%


responden memiliki perilaku dengan kategorik baik dan cukup baik, seperti tidak
memakai barang pribadi seperti handuk, baju, dll secara bergantian; rutin
membuang sampah; rutin mengganti seprei; menjemur tempat tidur, bantal,
guling, dll; sedangkan untuk kategori kurang sebesar 0 %

Variabel Lingkungan

Berikut merupakan analisis data berdasarkan variabel lingkungan.


Gambaran lingkungan sekitar responden dapat dilihat pada tabel.

Kategori Lingkungan N %
Kurang (skor 0-33) 0 0%
Cukup (skor 34-66) 16 32 %
Baik (skor 67-100) 34 68 %
Total 50 100%

Tabel 3.4. Distribusi Lingkungan Responden

Berdasarkan analisis pada variabel perilaku di dapatkan hasil bahwa


responden yang memiliki lingkungan dengan kategorik baik sebanyak 68 %,
untuk kategori cukup bsik sebesar 32%, sedangkan untuk kategori kurang
sebesar 0 %.

Variabel Pelayanan Kesehatan

27
Berikut merupakan analisis data berdasarkan variabel pelayanan kesehatan.
Gambaran pelayanan kesehatan di wilayah tempat tinggal responden dapat
dilihat pada tabel dibawah ini

Kategori Pelayanan Kesehatan N %


Kurang (skor 0-33) 1 2%
Cukup (skor 34-66) 46 92 %
Baik (skor 67-100) 3 6%
Total 50 100%
Tabel 3.5. Distribusi Pelayanan Kesehatan Responden
Berdasarkan analisis pada variabel lingkungan di dapatkan hasil sebesar 92
% dengan kategori cukup baik, 6% dengan kategori baik dan 2% pada kategori
kurang. Berdasarkan hasil wawancara kuesioner dengan responden didapatkan
bahwa 88% responden mengetahui letak puskesmas terdekat dengan pelayanan
puskesmas yang sudah baik dan 92% responden langsung berobat ke
puskesmas saat merasa mengalami gejala herpes, serta 90% responden
menyatakan bahwa tidak ada program penyuluhan dan pemberian informasi dari
puskesmas mengenai untuk Herpes Zoster sedangkan 10% responden lainnya
diberikan informasi mengenai Herpes Zoster saat melakukan pengobatan di
puskesmas.
3. Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan data dari hasil kuisioner, proporsi penyebab terjadinya penyakit


Herpes Zoster di wilayah Puskesmas Bulu Lor dengan menggunakan teori HL
Blum adalah sebagai berikut.

a. Perilaku

Persentase
No Penyebab
(%)
Melakukan kontak fisik dengan penderita
1. 64
herpes zoster
Tidak mencuci tangan setelah menggaruk
2. 56
ruam
Tidur bersebelahan dengan penderita herpes
3. 46
zoster
Tabel 3.6. Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Perilaku

Berdasarkan data didapatkan bahwa penyebab penyakit Herpes Zoster di


wilayah Puskesmas Bulu Lor, dilihat dari variabel perilaku tertinggi adalah

28
Melakukan kontak fisik dengan penderita herpes zoster sebesar 64 %. Selain itu,
penyakit herpes zoster juga disebabkan oleh perilaku tidak mencuci tangan
setelah menggaruk ruam sebesar 56%, perilaku tidur bersebelahan dengan
penderita herpes zoster sebesar 46 %.
b. Lingkungan

Persentase
No Penyebab
(%)
1. Berada di lingkungan penderita herpes zoster 44
Tabel 3.7. Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Lingkungan

Berdasarkan data didapatkan bahwa penyebab penyakit Herpes Zoster di


wilayah Puskesmas Bulu Lor, variabel lingkungan tertinggi adalah berada di
lingkungan penderita herpes zoster sebesar 44%

c. Pelayanan Kesehatan

Persentase
No Penyebab
(%)
Tidak adanya program penyuluhan dari
1 90
Puskesmas mengenai herpes zoster
Tabel 3.8. Analisis Penyebab Masalah Berdasarkan Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan data didapatkan bahwa penyebab penyakit Herpes Zoster di


wilayah Puskesmas Bulu Lor, variabel pelayanan kesehatan tertinggi adalah
tidak adanya program penyuluhan dari Puskesmas mengenai herpes zoster
sebesar 90%.
4. Prioritas Penyebab Utama dalam Masalah
Untuk menetapkan solusi untuk menyelesaikan masalah kesehatan
diperlukan penetapan prioritas penyebab utama dari berbagai penyebab masalah
yang ada. Berdasarkan analisis penyebab masalah dengan menggunakan teori
H.L. Blum didapatkan beberapa penyebab penyakit Herpes Zoster di wilayah
Puskesmas Bulu Lor. Penyebab masalah tersebut kemudian diprioritaskan
melalui voting terbobot.
Prioritas Penyebab Masalah melalui voting

29
Kriteria Skor (1-5) :
1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 : Sedang
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi
Prioritas Penyebab Masalah
1 : Tidak adanya program penyuluhan dari puskesmas mengenai herpes
zoster
2 : Melakukan kontak fisik dengan penderita herpes zoster
3 : Tidur bersebelahan dengan penderita herpes zoster
2. Identifikasi Alternatif Solusi

Setelah penyebab penyakit Herpes Zoster ditetapkan, maka langkah


selanjutnya dibuat rencana cara atau alternatif pemecahan masalah atau solusi.
Salah satu metode identifikasi alternatif solusi yang dapat digunakan adalah
how-how diagram. Berikut identifikasi solusi berdasarkan prioritas penyebab
penyakit herpes zoster di wilayah Puskesmas Bulu Lor dengan metode how-how
diagram.

How-How Diagram untuk Mencari Alternatif Solusi

30
Pelatihan dan
peningkatan
kemampuan
bagi petugas
kesehatan

Tidak adanya

Memberikan program Kunjungan


informasi penyuluhan dari ke rumah
melalui media puskesmas warga untuk
cetak yang ada mengenai herpes memberikan
di Puskesmas
zoster informasi

Mengadakan
pertemuan
warga secara
rutin 2 minggu
sekali untuk
sosialisasi

3. Prioritas Alternatif Solusi


Setelah mengungkapkan berbagai alternatif solusi, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan alternatif solusi yang utama. Dalam tahap ini dapat
menggunakan metode CARL. Metode CARL merupakan metode yang cukup
baru di kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang
harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)

A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau


tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi
serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

R = Readines yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,


seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.

31
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian


dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya.Bila ada beberapa pendapat tentang nilai
skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil perkalian: C x A x R x L

Total
No Alternatif Solusi C A R L Urutan
Nilai
Pelatihan dan
1 peningkatan kemampuan 6 6 8 7 2016 2
bagi petugas kesehatan
Kunjungan ke rumah
2 warga untuk memberikan 6 5 7 6 1260 3
informasi

Mengadakan pertemuan
warga secara rutin 2
3 6 8 7 8 2688 1
minggu sekali untuk
sosialisasi
Memberikan informasi
4 melalui media cetak yang 6 6 5 5 900 4
ada di Puskesmas
Tabel 3.9. Metode CARL Analisis Solusi

Berdasarkan analisis prioritas solusi menggunakan metode CARL, maka


diketahui solusi yang memiliki skor terbesar dan menjadi solusi utama dalam
permasalahan tersebut ialah Mengadakan pertemuan warga secara rutin 2
minggu sekali untuk sosialisasi.

4. Kelayakan Implementasi Solusi


Dalam merencanakan implementasi dan solusi terpilih, dapat
menggunakan metode analisis medan daya (Force Field Analysis) untuk
mengidentifikasi potensi (sumber daya) yang ada untuk kelayakan. Dengan
pendekatan ini akan teridentifikasi kelayakan dari solusi yang ada untuk
mengatasi penyebab atau faktor resiko kesehatan masyarakat yang dihadapi.
Dalam hal ini metode analisis medan daya (Force Field Analysis) akan digunakan
untuk mengidentifikasi alternatif solusi dari masalah penyakit Herpes Zoster di
wilayah Puskesmas Bulu Lor yaitu dengan mengadakan pertemuan warga
secara rutin 2 minggu sekali untuk sosialisasi.
Diagram Force Field Analysis (FFA)
Diadakan Pertemuan Warga secara Rutin 2 Minggu Sekali untuk Sosialisasi

32
Skor Faktor Penghambat Faktor Pendukung Skor

Mengadakan pertemuan warga secara


rutin 2 minggu sekali untuk sosialisasi
4 Jumlah kader masih Warga terbuka 5
kurang terhadap masukan
pengetahuan
3 Fasilitas kurang Warga rajin 4
mendukung memeriksakan
kesehatan
3 Sulit menemukan Jarak antar rumah 4
waktu untuk bertemu warga cukup dekat
dengan warga sekitar
3 Kurangnya Mayoritas warga 3
ketersediaan tempat adalah ibu rumah
untuk melakukan tangga
pelatihan kader
masyarakat.
13 Jumlah Jumlah 16

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa alternatif solusi


mengadakan pertemuan warga secara rutin 2 minggu sekali untuk sosialisasi
memiliki faktor pendukung tertinggi yaitu warga terbuka terhadap masukan
pengetahuan, serta faktor penghambat yaitu Jumlah kader masih kurang.
Berdasarkan analisis kelayakan implementasi diatas dengan capaian faktor
pendukung lebih besar daripada faktor penghambat, maka kegiatan pertemuan
warga secara rutin untuk sosialisasi dinilai layak untuk diimplementasikan.

33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Masih banyak pengetahuan warga atau masyarakat puskesmas Bulu Lor
yang masih belum tahu apa itu herpes. Dari segi perilaku sudah cukup baik.
Dari sumber air yang mereka gunakan kebanyakan menggunakan PAM.
Tetapi masih banyak anggota keluarga yang tidur bersebelahan dengan
penderita herpes.

2. Saran
Sebaiknya petugas puskesmas melakukan penyuluhan tentang herpes
karena masih cukup banyak warga yang belum mengetahui herpes dan
diadakan vaksinisasi terhadap herpes.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Semarang, Jawa Tengah

Noor. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta: Penerbit. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo,S.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Sastroasmoro, Sudigdo, dkk. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Jakarta: Sagung Seto

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis, Edisi 1. Bandung : Alfabeta

Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Oraganisasi Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama, 2003

35
LAMPIRAN

KUISIONER
Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Status Menikah :
KUISIONER

1. Pengetahuan

Petunjuk Pengisian: Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar.
Berilah tanda silang (x) atau lingkari pada pilihan yang tersedia.

1. Penyakit Herpes Simpleks adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi


Herpes simpleks virus.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
2. Penyakit Herpes Simpleks ditandai dengan vesikel berkelompok di atas kulit
yang sembab dan eritematosa.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
3. Penyakit Herpes Simpleks dapat menyerang pria dan wanita.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
4. Herpes simpleks virus terbagi dua tipe: tipe I dan tipe II.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
5. Gejala klinis yang ditimbulkan pada infeksi primer berupa rasa gatal, rasa
terbakar, eritema, malaise, demam dan nyeri otot.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
6. Penggunaan sarung tangan saat memeriksa pasien dapat mencegah
penularan herpes simpleks.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu

36
7. Kontak seksual dengan cara oral-genital dapat menularkan herpes simpleks.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
8. Herpes simpleks dapat menyerang ibu hamil dan bayi yang baru lahir.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
9. Ibu hamil pada trimester ketiga berpotensi terkena herpes simpleks.
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu

10. Herpes juga bisa diakibatkan oleh hewan peliharaan.


a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu

2. Lingkungan
1. Memiliki tempat pembuangan sampah minimal 1 di rumah.
a. Ya
b. Tidak
2. Membuang sampah selalu di tempatnya.
a. Ya
b. Tidak

3. Menyapu rumah minimal 1 kali dalam sehari


a. Ya
b. Tidak
4. Menyikat kamar mandi minimal 1 kali dalam kurun waktu 2 hari
a. Ya
b. Tidak
5. Membereskan kamar setiap hari
a. Ya
b. Tidak
6. Membersihkan gorong-gorong rumah (jika ada) minimal 1 minggu
sekali.
a. Ya
b. Tidak
7. Membersihkan lemari baju minimal 1 kali seminggu
a. Ya
b. Tidak
8. Memiliki penampungan air
a. Ya
b. Tidak
9. Membersihkan penampungan air minimal 1 kali setiap minggunya
a. Ya
b. Tidak

3. Pelayanan Kesehatan
1. Setiap ada keluhan kesehatan langsung pergi ke puskesmas
a. Ya

37
b. Tidak
2. Pelayanan puskesmas Bulu Lor sangat baik
a. Ya
b. Tidak
3. Ada penyuluhan Herpes di Puskesmas
a. Ya
b. Tidak

4. Pergi ke pusksesmas menggunakan kendaraan pribadi


a. Ya
b. Tidak

4. Lingkungan

Petunjuk Pengisian: Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar.
Berilah tanda silang (x) atau lingkari pada pilihan yang tersedia.

1. Apa sumber air yang anda gunakan sehari-hari?


1. PAM 2. Sumur 3. Mata air 4. Sungai 5. Lainnya
Jika anda menggunakan sumur, berapa jarak antara sumur dan
jamban atau septic tank? _____________ m
2. Apakah Anda memiliki Septic Tank di rumah?
1. YA 2. TIDAK
3. Bagaimana keadaan ventilasi di rumah Anda?
1. Baik 2. Cukup 3. Buruk
4. Bagaimana keadaan kelembaban di rumah Anda?
1. Sangat Lembab 2. Normal 3. Kering
5. Apakah Anda memiliki Tempat sampah yang layak?
1. YA 2. TIDAK
6. Apakah Anda rutin membersihkan tempat sampah?
1. YA 2. TIDAK
7. Apakah Anda rutin membersihkan bak kamar mandi?
1. YA 2. TIDAK
8. Apakah disekitar rumah Anda banyak terdapat genangan air yang
sudah lama tidak dibersihkan?
1. YA 2. TIDAK
9. Apakah Anda berada di lingkungan penderita herpes zooster?
1. YA 2. TIDAK
10. Apakah Anda berinteraksi setiap hari dengan penderita herpes
zooster?
1. YA 2. TIDAK
11. Apakah lokasi tempat tinggal Anda dekat dengan pabrik?
1. YA 2. TIDAK
12. Apakah Anda membersihkan bak kamar mandi minimal seminggu
sekali?
1. YA 2. TIDAK
13. Apakah disekitar rumah Anda terdapat kolam kecil?
1. YA 2. TIDAK
14. Bagaimana kondisi selokan di sekitar rumah Anda?

38
1. Baik 2. Cukup 3.Kotor
15. Apakah Anda membersihkan tempat sampah setiap hari?
1. YA 2. TIDAK
16. Bagaimana keadaan lemari pakaian Anda?
1. Lembab 2. Normal 3. Lainnya

5. Pelayanan Kesehatan

Petunjuk Pengisian: isilah dengan checklist atau tanda centang (V)


pada jawaban yang anda anggap benar dan tepat.

No. Pertanyaan Ya Tidak


1 Apakah Anda mengetahui puskesmas terdekat dari rumah
Anda?
Jika YA, dimana?
2 Apakah Anda langsung berobat ke puskesmas / rumah sakit
ketika merasa mengalami gejala herpes zooster?
3 Apakah Anda pernah melakukan vaksinisasi untuk
mencegah herpes zoster?
4 Apakah Anda pernah memperoleh imunisasi varisela (cacar
air)?
5 Apakah Anda merasa puas dengan pelayanan tenaga
kesehatan di tempat layanan kesehatan terdekat?
6. Apakah Anda merasa puas dengan fasilitas yang disediakan
oleh layanan kesehatan terdekat?
7. Apakah Anda dianjurkan untuk melakukan pengobatan
chemotherapy?
8. Apakah Anda sering mengikuti penyuluhan tentang penyakit
herpes zooster?
9. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan pemberdayaan
yang diselenggarakan oleh layanan kesehatan untuk
pencegahan herpes zooster?
10. Apakah Anda memiliki sarana transportasi untuk mencapai
layanan kesehatan terdekat?
Jika YA, Sebutkan!

6. Perilaku

39
Petunjuk Pengisian: isilah dengan checklist atau tanda centang (V)
pada jawaban yang anda anggap benar dan tepat.

No. Pertanyaan Ya Tidak


1 Apakah Anda berbagi pemakaian barang pribadi
(handuk,baju,dll) dengan kerabat Anda?
2 Apakah Anda tetap melakukan kontak fisik (berjabat
tangan,dll) dengan penderita herpes zooster?
3 Apakah Anda pernah tidur bersebelahan dengan penderita
herpes zooster?
4 Apakah Anda selalu mecuci peralatan makan yang Anda
pakai bersama dengan penderita penyakit herpes zooster?
5 Apakah Anda sering menggaruk ruam di tubuh Anda?
6 Apakah Anda selalu mencuci tangan setelah menggaruk
ruam di tubuh Anda?
7. Apakah Anda mengajak anggota keluarga Anda untuk
mengikuti penyuluhan Herpes?
8. Apakah Anda melakukan Abstinence hubungan seksual
selama terkena penyakit herpes zooster
9. Apakah Anda mencuci pakaian sendiri?
Jika TIDAK, sebutkan!
10. Apakah Anda rutin menjemur tempat tidur, bantal, bantal
guling,dll?
11. Apakah Anda rutin mengganti seprei?
12. Apakah Anda memiliki hewan peliharaan?
Jika YA, Sebutkan!

7. Genetik

Petunjuk Pengisian: Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar.

Berilah tanda silang (x) atau lingkari pada pilihan yang tersedia.

1. Apakah Anda mempunyai riwayat keluarga penderita herpes zooster?


1. YA 2. TIDAK
2. Jika jawaban pertanyaan diatas YA, siapa?

40

Anda mungkin juga menyukai