Anda di halaman 1dari 50

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI III

” ANALISIS EFEK OBAT ANTIHIPERKOLESTROLEMIA PADA


HEWAN UJI “

LAPORAN PRAKTIKUM

“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Nilai Praktikum


Farmakologi & Toksikologi”

OLEH
KELOMPOK : III (TIGA)
KELAS : A-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : MAGVIRA PANAI

LABORATORIUM FARMAKOLOGI & FARMASI KLINIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI III


” ANALISIS EFEK OBAT ANTIHIPERKOLESTROLEMIA PADA HEWAN
UJI ”

OLEH
KELOMPOK: III (TIGA)
KELAS: A- S1 FARMASI 2021

1. HARRY HIDAYATULLAH PADE (821421054)


2. NURMIATI I. PANU (821421003)
3. TRISTA ISMAIL (821421014)
4. GITA FRANDIKA DJAFAR (821421022)
5. NABILAH AULIA IBRAHIM (821421075)

Gorontalo, November 2023


Nilai
Mengetahui,
Asisten

MAGVIRA PANAI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum Farmakologi dan Toksikologi percobaan “Analisis Efek Obat
Antihiperkolestrolemia Pada Hewan Uji”. Shalawat serta salam tidak lupa pula
disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat
menuju jalan kebahagiaan dan keberkahan di dunia dan di akhirat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Asisten Laboratorium yang telah
berperan dalam Pembimbingan Laporan pada percobaan “Analisis Efek Obat
Diuretik Pada Hewan Uji”, serta teman-teman kelompok yang ikut berpartisipasi
dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
isi maupun dari segi metodologi dan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2023

Kelompok III
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................3
1.4 Maksud Percobaan...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
2.1 Dasar Teori..............................................................................................4
2.2 Uraian Bahan.........................................................................................10
2.3 Uraian Obat...........................................................................................11
2.4 Uraian Hewan........................................................................................22
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................24
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................24
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................24
3.3 Cara Kerja..............................................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................26
4.1 Hasil.......................................................................................................26
4.2 Pembahasan...........................................................................................26
BAB V PENUTUP............................................................................................32
5.1 Kesimpulan............................................................................................32
5.2 Saran......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................37

3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mencit (Mus Muculus).......................................................................22

4
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Data...............................................................................................25

5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur kerja....................................................................................36
Lampiran 2. Perhitungan Dosis..............................................................................37
Lampiran 3. Perhitungan Dosis..............................................................................40

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, angka kejadian penyakit tidak menular terus meningkat.
Data Kementerian Kesehatan RI (2019) menyatakan bahwa persentase penyakit
tidak menular mencapai angka 69,91%. Riskesdas, 2018 (Riset Kesehatan Dasar)
menunjukkan bahwa dibandingkan Riskesdas 2013 prevalensi penyakit tidak
menular mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular yang dimaksud antara
lain: penyakit kanker kenaikan dari 1,4% menjadi 1,8%; stroke angka 7% menjadi
10,9%; gagal ginjal kronik dari 2% menjadi 3,8%; Diabetes Melitus dari 6,9%
menjadi 8,5% dan hipertensi dari 25,8% menjadi 34,1%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2003, menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus di
dunia adalah 5,1% atau sekitar 194 juta penduduk menderita diabetes mellitus
pada kelompok umur 20 sampai 79 tahun. Angka ini diperkirakan akan meningkat
menjadi sekitar 333 juta orang pada tahun 2025 atau prevalensi sekitar 6,3%
populasi dewasa dunia. Dari sepuluh besar negara dengan penyakit Diabetes
Melitus, Indonesia menduduki peringkat keempat, dengan prevalensi 8,6% dari
total populasi terhadap kasus Diabetes Melitus tipe 2. Tahun 2000 hingga 2030
diperkirakan akan terjadi peningkatan 8,4 menjadi 21,3 juta jiwa.
World Health Organization (WHO, 2016) mendeskripsikan Diabetes
Melitus sebagai suatu jenis penyakit kronis dimana insulin tidak cukup diproduksi
oleh pankreas atau saat insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak efektif diserap.
Gula dalam darah atau glukosa diatur oleh hormon insulin. Hiperglikemia kronik
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah. Diperkirakan di usia kurang dari 70 tahun terdapat angka 2,2 juta
kematian yang diakibatkan oleh Diabetes Melitus. Bahkan akan terus terjadi
peningkatan sebesar 600 juta jiwa pada tahun 2035.
Menurut data (WHO, 2022), sekitar 422 juta orang di dunia menderita
Diabetes Melitus. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh World Helath

7
Organization (WHO), diabetes akan menjadi salah satu dari 10 besar penyebab
kematian di seluruh dunia pada tahun 2022. Wilayah Asia Tenggara dimana
Indonesia berada, menempati peringkat ke-3 dengan prevalensi sebesar 11,3%.
Indonesia menduduki peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita
DM tertinggi. World Health Organization (WHO) memperkirakan tingginya
jumlah penderita DM di Indonesia yaitu sebesar 8,4 juta pada tahun 2000
mengalami lonjakan sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Salah satu upaya dalam
penanganan hiperglikemik yang disebabkan oleh Diabetes Melitus yakni dengan
penggunaan OHO (Obat Hipoglikemik Oral).
OHO (Obat Hipoglikemik Oral) terutama ditujukan untuk membantu
penanganan pasien DM tipe 2, di antaranya; golongan Sulfonilurea, golongan
Glinid, golongan Biguanide, golongan Thiazolidinedione, golongan α-
glukosidase-inhibitors, golongan Sodium Glucose Cotransporter-2 Inhibitors
(SGLT 2), golongan Dipeptidyl Peptidase-4 Inhibitors (DPP-4) serta golongan
Glucagon-like Peptide 1 (GLP-1). Bagi pasien penderita DM ringan, yang kendali
glukosa darahnya tercapai dengan OHO sebelum di rawat, terapi OHO dapat
diteruskan tanpa harus menggantinya dengan insulin. Dengan adanya berbagai
jenis Obat Hipoglikemik Oral ini, maka harus dilakukan penelitian lebih lanjut
dalam penggunaannya sehingga dapat menghasilkan efektivitas yang diinginkan
serta mengurangi efek yang tidak diinginkan. Ilmu yang mempelajari hal ini
disebut dengan farmakologi dan toksikologi.
Farmakologi dan toksikologi yang memiliki fokus yang berbeda dalam
penelitian dan aplikasi. Farmakologi mempelajari cara obat-obatan bekerja pada
organisme hidup. Tujuannya untuk memahami efek obat-obatan pada tubuh
manusia, termasuk mekanisme aksi, farmakokinetika (absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan eliminasi obat), dan interaksi obat. Sedangkan ilmu toksikologi
memiliki tujuan untuk mengenal dan mengkaji mekanisme efek toksik bahan
kimia terhadap makhluk hidup agar manusia dapat menggunakan dan hidup
berdampingan dengan toksik tanpa menimbulkan efek yang merugikan seperti
gangguan kesehatan atau rusaknya lingkungan hidup.

8
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dilakukan percobaan mengenai
analisis efek obat hipoglikemik oral pada hewan uji dengan menggunakan
beberapa obat yakni Glibenklamid, Metformin, Acarbose dan kelompok lainnya
digunakan sebagai kontrol negatif menggunakan Na-CMC yang dilakukan dengan
menggunakan mencit (Mus musculus) sebagai hewan uji.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum kali ini, antara lain:
1. Bagaimana pengaruh obat hipoglikemik oral terhadap hewan uji?
2. Bagaimana hasil dari analisis uji efektivitas obat hipoglikemik oral
terhadap hewan uji?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini, antara lain:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana pengaruh
obat hipoglikemik oral terhadap hewan uji
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui hasil dari analisis uji efektivitas obat
hipoglikemik oral terhadap hewan uji
1.4 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum kali ini, antara lain yaitu mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh obat hipoglikemik oral terhadap hewan uji mahasiswa dapat
mengetahui hasil dari analisis uji efektivitas terhadap obat hipoglikemik oral
terhadap hewan uji.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Kolesterol
Kolesterol adalah lemak yang terdapat dalam aliran darah atau berada
dalam sel tubuh, yang sebenarnya dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dan
sebagai bahan baku beberapa hormon. Sebagian besar dari 80% kolesterol dalam
tubuh diproduksi secara alami di hati. Sedangkan sebagian kecil sekitar 20%
kolesterol berasal dari makanan yang dikonsumsi seperti produk yang berasal dari
hewan, seperti daging, telur, dan susu. Kolesterol total mencakup kolesterol LDL,
HDL, dan trigliserida (Octaviani, 2021).
Kolesterol penting untuk melindungi setiap sel di dalam tubuh manusia.
Tanpa adanya kolesterol, membran sel di dalam tubuh dapat dengan mudah untuk
pecah. Kolesterol juga dibutuhkan untuk pembuatan hormon berbasis steroid,
terutama hormon seks, seperti testosteron dan progesteron (Rusilanti, 2014).
Kolesterol total adalah jumlah kolesterol yang dibawa dalam semua
partikel pembawa kolesterol dalam darah, termasuk HDL, LDL, dan VLDL.
Sekitar ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung partikel
LDL, dimana LDL bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh
(Hardinsyah & Supariasa, 2016).
Kolesterol berasal dari makanan produk hewani berupa kolesterol ester
dan kolesterol bebas. Kolesterol yang masuk kedalam tubuh diabsorpsi dari usus
yang kemudian dimasukkan kedalam kilomikron yang dibentuk didalam mukosa
usus kemudian diangkut menuju hati. Dari hati, kolesterol dibawa oleh Very Low
Density Lipoprotein (VLDL) untuk kemudian membentuk kolesterol LDL. LDL
akan membawa kolesterol dari hati menuju keseluruh tubuh. Jika terjadi LDL
berlebih dalam darah, maka HDL akan mengangkut kelebihan kolesterol tersebut
kembali menuju ke hati agar terjadi metabolisme kembali dan bisa disebarkan
keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah (Octaviani, 2021).

10
1.1.2 Hiperlipediemia
Hiperlipidemia adalah kondisi dimana adanya peningkatan salah satu atau
semua lipid di dalam aliran darah (plasma). Lipid plasma ini terdiri dari
kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid dan trigliserida (TGA). Lipid ini akan
diangkut di dalam plasma darah sebagai lipoprotein. Hiperlipidemia secara umum
dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu hiperkolesterolemia, hipertrigliserida atau
campuran keduanya (Sarwindah, 2020).
Saat ini penyakit hiperlipidemia termasuk penyebab kematian pada
penduduk indonsia. Yang dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia yaitu
keadaan dimana kadar lemak darah naik. Kondisi hiperlipidemia bila
berkelanjutan memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai
penyempitan dan pengerasa pembuluh darah arteri). Pada sebagian besar penderita
hiperlipidemia dapat dikontrol dengan diet dan olahraga. Namun bisa juga dengan
bantuan obat penurun kadar lipid dara atau antihiperlipidemia (Sarwindah, 2020).
2.1.3 Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana meningkatnya konsentrasi
kolesterol dalam darah yang melebihi batas normal. Hiperkolesterolemia
merupakan tingginya fraksi lemak darah yang berupa peningkatan kadar
kolesterol total, peningkatan kadar kolesterol LDL, dan penurunan kadar
kolesterol HDL. Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur
pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang
menyebabkan lesi, plak, oklusi dan emboli. Selain itu kolesterol juga diduga
bertanggung jawab atas peningkatan stress oksidatif (Gyuton & Hall, 2013).
Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang terjadi
secara primer atau sekunder akibat berbagai penyakit yang dapat berkontribusi
terhadap berbagai jenis penyakit. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan
hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia. Hiperkolesterolemia dapat terjadi akibat
kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam jangka panjang akan
mempercepat kejadian aterosklerosis (Bantas et al., 2013).
Hiperlipidemia adalah kondisi dimana adanya peningkatan salah satu atau
semua lipid di dalam aliran darah (plasma). Lipid plasma ini terdiri dari

11
kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid dan trigliserida (TGA). Lipid ini akan
diangkut di dalam plasma darah sebagai lipoprotein. Hiperlipidemia secara umum
dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu hiperkolesterolemia, hipertrigliserida atau
campuran keduanya (Sarwindah, 2020).
2.1.4 Etiologi Hiperkolesterolemia
Menurut Pujani (2022), tingginya kadar kolesterol darah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:
1. Usia dan jenis kelamin
Pada usia anak-anak hingga menjelang puber biasanya kadar kolesterol
meningkat drastis sampai level tertentu namun akan kembali ke kadar normal.
Anak-anak yang memiliki kadar kolesterol tidak normal biasanya dikarenakan
anak tersebut mengalami obesitas. Pada usia puber/naik remaja pria biasanya
memiliki tingkat kolesterol lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini dikarenakan
hormon estrogen pada wanita berperan dalam menjaga level HDL tetap tinggi.
Namun setelah mengalami menopause wanita akan kehilangan hormon estrogen
dan menyebabkan kadar HDL turun kemudian LDL meningkat. Pada saat
menginjak usia dewasa kadar kolesterol dalam tubuh akan meningkat lagi, hal ini
dikarenakan pola makan dan gangguan keseimbangan pada sistem metabolisme.
2. Genetik
Faktor genetik salah satu hal yang berperan penting dalam menentukan
kadar kolesterol dalam darah. Jika dalam keluarga memiliki riwayat
hiperkolesterol maka ada kemungkinan anggota keluarga lain juga memiliki
resiko hiperkolesterol juga, sehingga resiko terkena PJK akan tinggi pula. Maka
dari itu untuk mencegah hiperkolesterol ini ada baiknya menjaga pola hidup tetap
sehat.
3. Pola makan
Lemak jenuh adalah penyebab utama dalam peningkatan kolesterol dalam
darah terutama LDL. Maka dari itu pola makan yang sehat dan mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh. Bila jenis makanan tersebut
terus-menerus dikonsumsi dalam jangka panjang, kadar kolesterol dalam tubuh

12
akan meningkat. Maka dari itu imbangi dengan makanan yang kaya serat untuk
membantu menghalangi penyerapan lemak jenuh dalam usus.
4. Gaya hidup
Gaya hidup yang buruk seperti jarang bergerak atau jarang berolahraga
dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol juga merupakan salah satu gaya hidup yang patut dihindari karena dapat
meningkatkan kolesterol dalam darah.
5. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok sudah bukan hal yang tabu lagi bagi masyarakat
Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang melakukan kebiasaan merokok,
padahal merokok adalah salah satu awal mula dari timbulnya beberapa penyakit
berbahaya. Rokok adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kadar
kolesterol dalam darah. Rokok dapat mengurangi kadar kolesterol baik/High
Density Lipoprotein (HDL) dan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak di
dinding pembuluh darah arteri jantung. Peningkatan kadar kolesterol total dapat
dipengaruhi oleh lamanya dan banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi setiap
hari, zat kimia yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan kadar LDL dan
menurunkan kadar HDL. Kandungan nikotin pada rokok dapat meningkatkan
kadar kolesterol total karena nikotin menyebabkan meningkatnya sekresi dari
katekolamin sehingga meningkatkan lipolisis.
2.1.5 Patofisiologi Hiperkolesterolemia
Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal dari
makanan akan mengalami proses pencernaan di dalam usus menjadi asam lemak
bebas, trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol. Kemudian diserap dalam bentuk
kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju hati dan dipilah-pilah
menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol dibuang ke empedu sebagai asam empedu
dan sebagian lagi bersama dengan trigliserida akan bersekutu dengan protein
(apoprotein) dan membentuk VLDL, selanjutnya akan dipecah oleh enzim
lipoprotein menjadi IDL yang tidak dapat bertahan selama 2-6 jam karena
langsung akan diubah menjadi LDL (Gyuton & Hall, 2013).

13
Pembentukan LDL oleh reseptor ini penting dalam pengontrolan kolesterol
darah. Di samping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat
merusak LDL. Melalui jalur sel-sel perusak ini molekul LDL dioksidasi, sehingga
tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak
terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak. Bila hal ini terjadi
selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah
dan membentuk plak. Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-
sel otot dan kalsium. Hal ini yang kemudian dapat berkembang menjadi
aterosklerosis (Gyuton & Hall, 2013).
2.1.6 Penatalaksanaan Hiperkolesterolemia
Menurut PERKENI (2019), tatalaksana hiperkolesterolemia dapat
dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi:
1. Terapi Farmakologi
Berikut ini merupakan golongan obat yang biasa digunakan dalam terapi
untuk menurunkan kadar kolesterol:
a) Statin
Statin merupakan penghambat kompetitif HMG-CoA reduktase, suatu
enzim yang mengontrol biosintesis kolesterol. Senyawa tersebut adalah
analog struktural dari HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-
coenzymeA). Ada beberapa penghambat HMG-CoA reduktase yang
dikenal antara lain: lovastatin, atorvastatin, fluvastatin, pravastatin,
simvastatin, dan rosuvastatin. Obat tersebut sangat efektif dalam
menurunkan kadar LDL kolesterol plasma.
b) Derivat asam fibrat
Obat ini memiliki empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, sipro fibrat,
dan fenofibrat. Obat ini dapat menurunkan trigliserida plasma, selain
menurunkan sintesis trigliserida di hati, obat ini juga dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL. Efek samping dari obat ini dapat menyebabkan
keluhan gastrointestinal, rash, pusing, dan peningkatan kadar transaminase
serta fosfatase alkali.
c) Asam nikotinat

14
Asam nikotinat dapat menurunkan sintesis hepatik VLDL sehingga
akhirnya dapat menurunkan sintesis LDL. Pemberian obat ini juga dapat
meningkatkan kolesterol HDL dengan cara mengurangi katabolisme HDL.
Efek samping yang paling berbahaya adalah gangguan fungsi hati yang
ditandai dengan peningkatan kadar fosfatase alkali dan transaminase.
d) Ezetimibe
Obat ini bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan kolesterol, baik
yang berasal dari makanan maupun asam empedu di usus halus. Ezetimibe
yang merupakan inhibitor absorpsi kolesterol menurunkan LDL ketika
ditambahkan pada pengobatan dengan statin.
e) Asam lemak omega-3
Untuk mekanisme kerja asam lemak omega-3 masih belum jelas diuraikan,
akan tetapi asam lemak ini berpotensi dalam menurunkan trigliserida,
menimbulkan efek seperti efek antitrombotik, penghambat perkembangan
aterosklerosis, relaksasi endotel, sedikit efek anti hipertensi dan penurunan
aritmia ventrikular.
2. Terapi Non-farmakologi
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup
untuk mencegah hiperkolesterolemia yaitu dengan:
a) Mengurangi asupan lemak jenuh
Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
dalam darah. Makanan tinggi kolesterol dapat ditemukan pada makanan yang
berasal dari hewan, seperti daging dan produk susu, sehingga makanan jenis ini
sebaiknya
dikurangi untuk menjaga kadar kolesterol dalam darah tetap normal. Lemak jenuh
merupakan komponen utama makanan yang menentukan kadar LDL serum.
Pengaruh lemak jenuh terhadap kolesterol total dalam serum telah banyak diteliti.
Analisis dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1%
kalori dari lemak jenuh akan disertai peningkatan LDL serum sebesar 2%.
Sebaliknya, penurunan 1% asupan lemak jenuh dapat menurunkan kadar LDL
serum sebesar 2%.

15
b) Memilih sumber makanan yang dapat menurunkan kolesterol
Merekomendasikan untuk memilih buah-buahan (≥2 kali/hari) sayur (≥ 3
kali/hari) gandum terutama gandum utuh (≥6 kali/hari) dan makanan yang rendah
lemak seperti susu rendah lemak dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam
darah. Diet serat larut seperti oatmeal, kacang-kacangan, jeruk strawberrry dan
apel.
c) Penurunan berat badan
Obesitas berkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya hiperlipidemia,
CHD, sindrom metabolik, hipertensi,, stroke, diabetes mellitus, serta keganasan.
Panduan dari ATP III menekankan penurunan berat badan pada pasien obesitas
sebagai bagian dari intervensi penurunan berat badan.
d) Meningkatkan aktifitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik diketahui dapat menurunkan faktor resiko penyakit
pembuluh perifer dan arteri koroner, termasuk obesitas, stress fisiologis, kontrol
glikemik yang lemah dan hipertensi. Latihan fisik juga dapat meningkatkan
sirkulasi HDL dan fungsi jantung serta pembuluh darah (Stapleton dkk, 2010).
Sebagai contoh, berjalan cepat selama 30 menit tiga sampai empat kali dalam
seminggu dapat berpengaruh pada kadar kolesterol. Akan tetapi, pasien dengan
nyeri dan/atau diduga menderita penyakit jantung harus berkonsultasi dengan
dokter sebelum memulai latihan fisik.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 2014; Pubchem 2023)
Nama resmi : ETANOL
Nama lain : Alcohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus Struktur :
H H

H – C – C – OH

H H
Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak benwarna;

16
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°C, mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Khasiat : Sebagai antiseptik dan disinfektan
Kegunaan : Sebagai pembersih alat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
2.2.2 Na-CMC (Dirjen POM, 2014; Pubchem, 2021)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHIL CELLULOSE
Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa
Rumus molekul : C8H15NaO8
Rumus Struktur :

Berat molekul : 262.19 g/mol


Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih sampai
krem, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
higroskopis.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol
(95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik
lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Sebagai penstabil, emulsi, pengental dan bahan
Kegunaan : pengikat
Digunakan sebagai zat pembawa
2.3 Uraian Obat
2.3.1 Atorvastatin (Dirjen POM, 2020; Pubchem, 2023: Lidnsey et al, 2022)

17
Nama Resmi : ATORVASTATIN
Nama Lain : Atorvastatin, atorvastatin calcium, atorvastatin
calcium anhydrous, fastor, trufaz, atorvastatin
calcium hydrate.
Rumus molekul : C33H35FN2O5
Rumus Struktur :

Berat molekul : 558.6 g/mol


Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih.
Kelarutan : Tidak larut hingga sangat sukar larut dalam air,
dalam dapar fosfat pH 7,4 dan dalam
asetonitril; larut hingga mudah larut dalam
metanol; sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam larutan pH 4 dan lebih kecil.
Indikasi : Dikombinasikan dengan modifikasi pola
makan, atorvastatin disetujui FDA untuk
mencegah kejadian kardiovaskular pada pasien
dengan faktor risiko jantung dan juga pasien
dengan profil lipid abnormal.
Kontraindikasi : Kontraindikasi atorvastatin termasuk pasien
dengan hipersensitivitas terhadap salah satu
komponennya.
Farmakologi : Atorvastatin menurunkan kolesterol dalam
plasma dan menurunkan kadar lipoprotein
dengan cara menghambat HMG-CoA reductase
dan menghambat sintesis kolesterol di hati,
serta meningkatkan reseptor LDL pada
permukaan sel hati, sehingga terjadi
peningkatan ambilan dan katabolisme

18
kolesterol LDL.
Farmakokinetik : Atorvastatin cepat diserap setelah pemberian
oral dengan konsentrasi plasma puncak pada 1
sampai 2 jam. Atorvastatin sangat terikat pada
protein plasma (lebih dari 98%) dan memiliki
volume distribusi sekitar 380 liter. Atorvastatin
dimetabolisme oleh sitokrom P450 3A4
(CYP3A4) menjadi metabolit orto- dan para-
hidroksilasi aktif. Atorvastatin dan
metabolitnya dieliminasi dalam empedu.
Farmakodinamik : Atorvastatin dan metabolit aktifnya semuanya
aktif secara farmakologis. Hati adalah organ
target utama, yang merupakan tempat utama
sintesis kolesterol dan pembersihan LDL.
Tingkat penurunan LDL tergantung pada dosis
obat dan bukan pada konsentrasi obat dalam
plasma. Oleh karena itu, rejimen dosis individu
harus didasarkan pada respons terapeutik.
Dosis : Atorvastatin tersedia dalam bentuk tablet
kalsium atorvastatin dengan dosis 10, 20, 40,
dan 80 mg.
Efek samping : Efek samping yang umum terjadi pada pasien
yang memakai atorvastatin termasuk arthralgia,
dispepsia, diare, mual, nasofaringitis, insomnia,
infeksi saluran kemih, dan nyeri pada
ekstremitas.
Interaksi Obat : Penggunaan atorvastatin dengan inhibitor
CYP3A4 yang kuat dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi plasma, yang dapat
meningkatkan efek samping, termasuk miopati.
Inhibitor OATP1B1 dapat meningkatkan

19
bioavailabilitas atorvastatin. Penginduksi
CYP3A4 dapat menyebabkan penurunan
konsentrasi atorvastatin plasma. Pasien yang
memakai digoksin harus menjalani pemantauan
saat memulai atorvastatin karena konsentrasi
digoksin dalam plasma dapat meningkat.
Atorvastatin juga dapat meningkatkan
konsentrasi obat norethindrone dan etinil
estradiol.
Onset dan Durasi : Onset atorvastatin adalah 3–5 hari dengan
durasi kerja 48–72 jam.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya dan kelembapan, atau dalam wadah
tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai sampel obat hiperkolesterolemia oral

2.3.2 Fenofibrat (Dirjen POM, 2020; Uyun, 2018; Jung, 2018; Shidu, 2023)
Nama Resmi : FENOFIBRATE
Nama Lain : Isopropil 2-[p-(p-klorobenzoil)fenoksi]-2-metil
propanoat [49562-28-9]
Rumus Molekul : C20H21ClO4
Berat Molekul : 360,83g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga praktis putih.


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut
dalam metilen klorida; sukar larut dalam etanol.
Indikasi : Indikasi pengobatan hipertrigliseridemia,

20
hiperkolesterolemia primer, atau dislipidemia
campuran. Ini mengurangi lipoprotein densitas
rendah, trigliserida, dan kolesterol total
sekaligus meningkatkan kolesterol lipoprotein
densitas tinggi pada orang dewasa.
Kontraindikasi : Fenofibrate dikontraindikasikan untuk pasien
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
fenofibrate, penyakit hati, disfungsi ginjal berat,
penyakit kandung empedu yang sudah ada
sebelumnya, atau menyusui
Onset dan Durasi : Onset kerjanya cepat (1,5 jam), dan efeknya
bertahan hingga 16-20 jam.
Farmakologi : Mekanisme kerja fenofibrate yaitu mengaktifkan
peroxisome proliferator-activated receptor α
(PPARα) yang mengatur metabolisme lipid.
PPARα yang aktif akan menstimulasi ekspresi
gen untuk mengkode berbagai enzim yang
mengatur asam lemak dan metabolisme
lipoprotein.
Dosis : Fenofibrate tablet 145 mg atau 160 mg dosisnya
adalah 145–160 mg, 1 kali sehari.
Efek Samping : Efek samping yang mungkin timbul setelah
mengonsumsi fenofibrate antara lain mual atau
muntah, diare, sembelit, heartburn, sakit kepala,
nyeri pada punggung, lengan, atau kaki, dan
hidung tersumbat atau meler
Farmakodinamik : Fibrat seperti fenofibrate mengaktifkan
peroxisome proliferator-activated receptor alpha
(PPAR-alpha), yang meningkatkan regulasi
lipoprotein lipase, menginduksi sintesis high-
density lipoprotein (HDL), dan menurunkan

21
produksi apolipoprotein C di hati. Fibrat pada
akhirnya meningkatkan pembersihan partikel
kaya trigliserida dan katabolisme plasma. Fibrat
juga meningkatkan oksidasi asam lemak melalui
asil KoA sintetase dan enzim lainnya, sehingga
selanjutnya mengurangi sintesis trigliserida.
Hasil akhirnya adalah penurunan kadar
trigliserida plasma dan lipoprotein densitas
sangat rendah (VLDL) secara keseluruhan.
Farmakokinetik : Fenofibrate diserap dengan baik (sekitar 60%)
setelah pemberian oral dengan waktu
konsentrasi plasma puncak mencapai 4 hingga 8
jam. Ini adalah obat yang sangat terikat dengan
protein (99%), dan konsentrasi stabilnya dicapai
dalam waktu lima hari setelah pemberian. Ini
dihidrolisis menjadi metabolit primer, asam
fenofibrat, yang selanjutnya dikonjugasikan
dengan asam glukuronat. Fenofibrate memiliki
waktu paruh terminal 20 hingga 23 jam. Sekitar
60% dari dosis diekskresikan melalui urin, dan
sekitar 25% diekskresikan melalui feses
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari
cahaya pada suhu ruang.
Kegunaan : Sebagai sampel obat hiperkolestrolemia
2.3.3 Gemfibrozil (Dirjen POM, 2020; Kim K. et al, 2017)
Nama Resmi : GEMFIBROZILUM
Nama Lain : Gemfibrozil
Rumus Molekul : C15H22O3
Berat Molekul : 250,34 g/mol

22
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur padat serupa lilin, putih


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol,
dalam metanol, dan dalam kloroform.
Indikasi : Gemfibrozil adalah agen asam fibrat (fibrate) yang
disetujui oleh badan FDA untuk menangani
pengobatan hipertrigliseridemia (khususnya pada
hiperlipidemia tipe IV dan V)
Kontraindikasi : Kontraindikasi penggunaan gemfibrozil antara lain
disfungsi hati atau ginjal berat (termasuk sirosis
bilier primer), adanya kolelitiasis, kelainan
kandung empedu, serta hipersensitivitas.
Farmakologi : Mekanisme kerja gemfibrozil menyiratkan aktivasi
peroxisome proliferator-activated receptor-alpha
(PPAR-alpha), menghasilkan perubahan dalam
metabolisme lipid, akibatnya menurunkan kadar
trigliserida plasma dan meningkatkan high-density
lipoprotein (HDL).
Farmakokinetik : Gemfibrozil diberikan secara oral, dalam dua dosis
terbagi, hampir 30 menit sebelum sarapan atau
makan malam. Gemfibrozil sebagian besar terikat
pada protein (99%). Ini dimetabolisme di hati
menjadi metabolit tidak aktif, dan diekskresikan
melalui urin (70%) dan feses (6%).
Farmakodinamik : Gemfibrozil merupakan zat pengatur lipid yang
tergolong turunan asam fibrat. Gemfibrozil
mencegah akumulasi lipoprotein abnormal pada
hewan yang diberi diet kolesterol tinggi,
menggeser kolesterol dari lipoprotein densitas

23
rendah ke lipoprotein densitas lebih tinggi sehingga
profil lipid, lipoprotein, dan apolipoprotein yang
dihasilkan menyerupai hewan yang diberi diet
normal.
Dosis : 600 mg 2 kali sehari, 30 menit sebelum makan.
Dosis 900 mg diberikan pada pasien yang intoleran
pada dosis normal. Dosis maksimal: 1.500 mg per
hari.
Interaksi Obat : Penurunan efektivitas gemfibrozil jika digunakan
bersama cholestyramine. Peningkatan risiko
terjadinya kadar gula dalam darah terlalu rendah
(hipoglikemia) jika digunakan bersama
Efek Samping : Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah
kelelahan, ruam, fibrilasi atrium, eksim, sakit perut,
mual, muntah, diare, vertigo, sembelit, dan sakit
kepala.
Onset Dan Durasi : Onset 50-60 menit, durasi 12 jam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel obat hiperkolestrolemia
2.3.4 Simvastatin (Dirjen POM, 2020; Talreja et,al, 2023)
Nama Resmi : SIMVASTATIN
Nama Lain : Asam 2,2-dimetilbutirat, 8 ester dengan (4R,6R
heksahidro-8-hidroksi-2,6-dimetil-1-naftil]etil]
tetrahidro-4-hidroksi-2H-piran-2-on
Rumus molekul : C25H38O5
Rumus Struktur :

Berat molekul : 418,57g/mol


Pemerian : Serbuk putih sampai hampir putih.

24
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam
kloroform, dalam metanol dan dalam
etanol;agak sukar larut dalam propilen glikol;
sangat sukar larut dalam n-heksana
Indikasi : Simvastatin adalah penghambat reduktase
HMG-CoA oral yang diindikasikan sebagai
tambahan untuk diet, olahraga, penurunan berat
badan, dan mungkin obat lain sebagai bagian
dari keseluruhan program penurun lipid dan
kesehatan kardiovaskular.Simvastatin mem-
bantu menurunkan produksi kolesterol dan
mengurangi komplikasi terkait dislipidemia.
Kontraindikasi : Pasien dengan kontraindikasi terhadap
farmakoterapi simvastatin termasuk pasien
dengan penyakit hati aktif, termasuk pasien
dengan peningkatan enzim hati, wanita hamil,
dan wanita yang mungkin hamil atau sedang
menyusui. Penggunaan bersamaan dengan
obat-obatan tertentu juga merupakan
kontraindikasi dengan simvastatin, dan profil
obat harus ditinjau secara cermat sebelum
memulai.
Farmakologi : Simvastatin menargetkan produksi kolesterol.
Biosintesis molekul ini terdiri dari jalur multi-
langkah. Langkah pembatas laju pada jalur ini
melibatkan enzim reduktase 3-hidroksi-3-
metilglutaril-CoA (HMG-CoA). Menggunakan
asetil-KoA sebagai substrat, asam mevalonat
terbentuk, dan reaksi selanjutnya mengarah
pada pembentukan kolesterol. Simvastatin
bertindak pada langkah pembatas laju dan

25
berfungsi sebagai penghambat reduktase HMG-
CoA, sehingga menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol.
Farmakokinetik : Simvastatin diserap dari saluran pencernaan
dan harus dihidrolisis menjadi bentuk asam β-
hidroksi aktifnya. Metabolit aktif lainnya telah
terdeteksi dan sejumlah metabolit tidak aktif
juga terbentuk. Simvastatin adalah substrat
untuk isoenzim sitokrom P450 CYP3A4 dan
mengalami metabolisme lintas pertama yang
ekstensif di hati, tempat kerja utamanya.
Kurang dari 5% dosis oral dilaporkan mencapai
sirkulasi sebagai metabolit aktif. Simvastatin
dan metabolit asam β-hidroksinya sekitar 95%
terikat pada protein plasma. Simvastatin
terutama diekskresikan melalui feses melalui
empedu sebagai metabolit. Sekitar 10 sampai
15% ditemukan dalam urin, terutama dalam
bentuk tidak aktif. Waktu paruh metabolit asam
β-hidroksi aktif adalah 1,9 jam.
Farmakodinamik : Simvastatin adalah obat pengatur lipid; ini
adalah penghambat kompetitif 3-hidroksi-3-
metilglutaril koenzim A reduktase (HMG-CoA
reduktase), enzim penentu laju sintesis
kolesterol. Penghambatan HMG-CoA
reduktase menyebabkan penurunan sintesis
kolesterol di hati dan menurunkan konsentrasi
kolesterol intraseluler; Hal ini merangsang
peningkatan reseptor kolesterol low-density
lipoprotein (LDL) pada membran hepatosit,
sehingga meningkatkan pembersihan LDL dari

26
sirkulasi
Dosis : Simvastatin diberikan secara oral dan dosisnya
berkisar antara 5 hingga 80 mg setiap hari.
Untuk pengobatan hiperlipidemia, dosis awal
yang biasa adalah 10 sampai 20 mg di malam
hari; dosis awal 40 mg dapat digunakan pada
pasien yang memerlukan penurunan kolesterol
dalam jumlah besar atau yang memiliki risiko
kardiovaskular tinggi. Dosis dapat disesuaikan
dengan interval minimal 4 minggu hingga
maksimal 80 mg sekali sehari pada malam hari.
Efek samping : Efek samping yang umum terjadi adalah sakit
kepala, mialgia, sakit perut, maag, konstipasi,
infeksi saluran pernapasan atas, peningkatan
AST atau ALT, dan gangguan kontrol glukosa
serum.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus
cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel obat hiperkolestrolemia

27
2.4 Uraian Hewan
2.4.1 Mencit (Mus musculus)
1. Klasifikasi
Menurut Rahmad Darmawan (2014), Klasifikasi dari mencit adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae Gambar 2.1
Genus : Mus Mencit (Mus musculus)
Spesies : musculus Sumber data: Data Primer
2. Morfologi yang diolah, 2023
Dilihat dari bentuk luarnya, mencit (Mus musculus) tampak praktis dan
efisien untuk penelitian-penelitian dalam laboratorium yang ruangannya terbatas.
Luas permukaan tubuhnya 36 cm2 pada berat badan 20 gram. Bobot pada waktu
lahir berkisar antara 0,5 – 1,5 gram yang akan meningkat sampai lebih kurang 40
gram pada umur 70 hari atau 2 bulan. Berat badan mencit (Mus musculus) jantan
dewasa berkisar antara 20-40 gram dan mencit (Mus musculus) betina dewasa 25-
40 gram (Rahmad Darmawan, 2014).
Mencit (Mus musculus) putih memiliki bulu pendek halus berwarna putih
serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang daripada badan dan
kepala. Lama hidup mencit (Mus musculus) satu sampai tiga tahun, dengan masa
kebuntingan yang pendek (18-21 hari) dan masa aktifitas reproduksi yang lama
(2-14 bulan) sepanjang hidupnya. Mencit (Mus musculus) mecapai dewasa pada
umur 35 hari dan dikawinkan pada umur delapan minggu (jantan dan betina).
Siklus reproduksi mencit (Mus musculus) bersifat poliestrus dimana siklus estrus
berlangsung sampai lima hari dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit (Mus
musculus) jantan dewasa memiliki berat 20-40 gram sedangkan mencit (Mus
musculus) betina dewasa 18-35 gram. Hewan ini dapat hidup pada temperatur
30ºC (Rahmad Darmawan, 2014)

28
3. Sifat hewan coba
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan nokturnal yang sering
melakukan aktivitasnya pada malam hari. Perilaku mencit (Mus musculus)
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal seperti seks,
perbedaan umur, hormon, kehamilan, dan penyakit. Sedangkan faktor eksternal
seperti makanan, minuman, dan lingkungan disekitarnya (Purwo dkk, 2018).
4. Habitat Hewan Coba
Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan mamalia yang diduga
berasal dan tersebar dari wilayah mediteranian China. Mencit (Mus musculus)
memiliki habitat yang berada di sekitar manusia dan cukup tersebar luas. Mencit
(Mus musculus) adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Mencit (Mus
musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit
(Mus musculus) mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan
pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil 8
lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari (Purwo dkk, 2018).

29
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmakologi dan Toksikologi percobaan Analisis Efek Obat
Antihiperkolesterolemia Pada Hewan Uji ini dilaksanakan pada hari Minggu, 12
November 2023 pukul 11.00-14.00 WITA. Percobaan ini bertempat di
Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinis, Jurusan Farmasi, Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu batang
pengaduk, blender, gelas kimia, gelas ukur, gunting, kolesterol test, kandang
mencit, lumpang alu, penangas, sonde mencit, stopwatch, sudip, timbangan
analitik, timbangan berat badan, dan wadah pengamatan
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan kali ini, yaitu alkohol 70%,
aluminium foil, aquadest, dispo 1 mL dan 5 mL, hati ayam, kapas, kertas
perkamen, minyak jelanta, Na-CMC, tablet atorvastatin, tablet fenofibrat, tablet
gemfobrozil, tablet simvastatin, telur puyuh dan tisu.
3.2.3 Hewan Uji
Adapun hewan uji yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu mencit
(Mus musculus).
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja pembuatan Na-CMC
1. Disiapakan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
3. Dimasukkan 50 mL aquadest, lalu 1 gram Na-CMC dan digerus
4. Ditambahkan sedikit demi sedikit 50 mL aquadest ke dalam lumpang
5. Digerus sampai campuran homogen

30
3.3.2 Pemberian Obat Antikolesterolemia Pada Mencit (Mus musculus)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan seekor mencit (Mus musculus)
3. Ditimbang berat badan setiap mencit (Mus musculus)
4. Diukur kadar kolesterol mencit (Mus musculus) dengan menggunting ujung
ekor mencit lalu darah yang keluar diteteskan pada strip kolesterol dan
dicatat hasilnya
5. Diinduksi mencit (Mus musculus) dengan bahan campuran yang dapat
meningkatkan kadar kolesterol ( minyak jelantan, hati ayam, dan telur puyu)
selama 6 hari
6. Ditimbang kembali berat badan mencit (Mus musculus) setelah pemberian
induksi
7. Dihitung dosis obat antikolesterolemia sesuai dengan berat badan mencit
(Mus musculus)
8. Dipuasakan mencit (Mus musculus) semalamam (12 jam) sebelum
perlakuan
9. Dibuat suspensi obat dengan Na-CMC sebagai suspending agent
10. Dilarutkan obat antikolesterolemia dalam gelas beakar yang berisi Na-CMC
11. Diukur kembali kadar kolesterol menggunakan alat lalu dicatat hasilnya
12. Disonde mencit dengan larutan Na-CMC yang telah dicampurkan dengan
obat antikolesterolemia secara oral
13. Dilakukan tes kadar kolesterol setelah pemberian obat pada jam ke 2,4, dan
ke 8

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil percobaan
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Kadar Kolesterol

Kelompok Berat Kadar Kolesterol (mg/dL)


Badan Sebelum Sesudah Menit ke
Induksi Induksi 2 4 8
Atorvastatin 27 gram 119 mg/dL 142 mg/dL 262 224 194
calsium mg/dL mg/dL mg/dL
Simvastatin 32 gram 102 mgdL 105 mg/dL - -mg/ -
mg/dL dL mg/dL
Gemfibrozil 26 gram 107 mg/dL 111 mg/dL 102 100 89
mg/dL mg/dL mg/dL
Phenobarbital 32 gram 118 mg/dL 127 mg/dL 108 - -
mg/dL mg/dL mg/dL
Sumber data: Data Primer yang diolah, 2023
4.2 Pembahasan
Hiperkolesterolemia adalah kondisi berbahaya yang ditandai dengan
tingginya kadar kolesterol dalam darah. Bila tidak ditangani, kolesterol dapat
menumpuk serta mempersempit pembuluh darah. Akibatnya, penderita berisiko
terserang penyakit jantung koroner. Pencegahan hiperkolestrolemia bisa dengan
cara menjalankan pola makan sehat dengan gizi seimbang, Mengelola stres, rutin
berolahraga, setidaknya 30 menit perhari, mengurangi konsumsi makanan yang
dapat memicu peningkatan kolesterol dan memperbanyak konsumsi makanan
penurun kolesterol serta dengan terapi obat antikolestrolemia (Lentera, 2015).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan “Analisis Efek Obat
Antikolesterolemia Pada Hewan Uji”. Menurut Nurliyah (2017),

32
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu jenis penyakit metabolik, yang ditandai
meningkatnya kadar kolesterol dan Low Density Lipoprotein melebihi normal.
Adapun tujuan praktikum kali ini, untuk mengetahui pengaruh obat
Antikolesterolemia terhadap hewan uji dari segi cara pemberian obat dan dosis.
Percobaan yang dilakukan ini menggunakan beberapa alat dan bahan. Dimana alat
yang digunakan yaitu TCU Test, batang pengaduk, gelas ukur, gunting, lumpang
& alu, sonde, stopwatch, timbangan BB dan wadah pengamatan. Bahan yang
digunakan yaitu alkohol 70%, atorvastatin, alluminium foil, aquadest, dispo 1 mL,
5 ml & 10 ml, fenofibrate, gemfibrozil, mencit (Mus musculus), minyak hewan,
Na-CMC, sinvastatin, telur puyuh dan tisu.
Ditimbang mencit yang memenuhi syarat percobaan menggunakan timbang.
Dimana mencit (Mus musculus) yang digunakan pada praktikum ini dengan jenis
mencit (Mus musculus) jantan. Penggunaan mencit (Mus musculus) jantan karena
mencit (Mus musculus) betina lebih mudah stress yang dapat mengganggu pada
saat proses praktikum. Pemilihan hewan coba tersebut dikarenakan mencit
merupakan hewan yang sering digunakan dalam penelitian, literaturnya banyak di
publikasikan, mudah penanganannya, mudah beradaptasi, cepat berkembang biak,
karena perriode kehamilan yang pendek, perawatannya murah dan biasa dijadikan
model penelitian untuk berbagai jenis penyakit pada manusia. Dibandingkan
dengan tikus mencit lebih mudah dalam penanganannya serta lebih ekonomis
untuk skala praktikum. Tikus berukuran lebih besar dan lebih cerdas daripada
mencit (Sri Rejeki dkk., 2019).
Dibuat larutan lemak tinggi menggunakan telur puyuh & lemak hewan.
Pembuatan larutan ini bertujuan untuk dapat meningkatkan kadar kolesterol
hewan uji. Dengan peningkatan kadar kolesterol ini, maka dapat dilihat efek dari
larutan uji yang nantinya akan diberikan. Menurut Nugroho (2022), kuning telur
puyuh dan lemak hewan mampu meningkatkan kadar kolestrol di dalam darah.
Kuning telur puyuh memiliki kandungan lemak yang cukup besar yaitu 11,1%.
Diukur kadar kolestrol mencit (Mus musculus) sebelum diinduksi dengan
cara diambil darah mencit (Mus musculus) melalui pembuluh darah yang ada di
ekor mencit (Mus musculus). Pengukuran yang dilakukan dapat menegetahui

33
kadar kolesterol sebelum pemberian larutan uji. Menurut Winarsi (2013),
pengambilan darah melalui vena lateralis karena darah yang dibutuhkan dalam
pengujian ini tidak banyak, sehingga diambil darah melalui vena lateralis yang
menghasilkan darah dalam jumlah yang sedikit. Mencit (Mus musculus) yang
akan digunakan pada percobaan harus dipuasakan terlebih dahulu selama kurang
lebih 12 jam. Tujuan dipuasakan mencit agar tidak mempengaruhi proses
metabolisme obat yang dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan. Dalam
penelitian Dytha, dkk (2020), sebelum melakukan pengujian efek diuretik mencit
dipuasakan terlebih dahulu selama 12-18 jam dengan tujuan agar kondisi hewan
uji sama dan mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap absorpsi
sampel yang diberikan.
Masing-masing obat yang akan diberikan ke mencit (Mus musculus)
dihitung konversi dosis sesuai dengan rute yang akan diberikan. Tujuan dilakukan
penimbangan dan perhitungan konversi dosis obat ke mencit (Mus musculus) agar
obat yang diberikan ke mencit (Mus musculus) bersifat aman dan tidak menjadi
toksik. Menurut Heru (2021), dosis obat ke mencit (Mus musculus) perlu
dikonversikan karena mencit (Mus musculus) memiliki berat badan, metabolisme,
dan sensitivitas yang berbeda dengan manusia. Dengan mengkonversi dosis obat,
peneliti dapat menentukan dosis yang sesuai dan aman untuk mencit (Mus
musculus), serta membandingkan efek obat pada mencit (Mus musculus) dengan
manusia.
Masing-masing mencit dihitung kadar kolesterol dalam darah dan diberi
induksi kuning telur dan lemak hewan selama 6 hari sebelum praktikum secara
oral sebanyak 1 mL. Dalam penelitian Samsul, dkk (2016), induksi
hiperkolesterolemik dilakukan dengan memberikan kuning telur puyuh, pakan
ayam broiler dan pemberian PTU. Tujuan dari pemberian ini yaitu untuk membuat
mencit hiperkolesterol.
Pada kelompok kami yaitu kelompok 3 diberikan tablet atorvastatin.
Menurut Haryanti, V. A., & Sutrisna, D. D. E. (2018), Atorvastatin merupakan
salah satu jenis obat dari golongan statin. Statin dalam menurunkan kadar
kolesterol LDL dengan cara menghambat sintesis kolesterol yang merangsang

34
peningkatan LDL dari plasma. Sebelum pemberian obat, mencit terlebih dahulu
diukur kadar kolestrol darah sebelum induksi bahan campuran tinggi lemak
dengan menggunakan alat kolestrol. Hasil yang diperoleh yaitu 114 mg/dL.
Kemudian, diukur kadar kolestrol darah mencit setelah diinduksi. Hasil yang
diperoleh yaitu kadar kolestrol darah 143 mg/dL. Lalu, diberikan obat atorvastatin
secara oral dan diukur kembali kadar kolestrol darah pada mencit setiap 2 jam
sekali. Hasil yang diperoleh yaitu kadar kolestrol darah setelah pemberian obat
berturut-turut 262 mg/dL, 224 mg/dL dan 194 mg/dL.
Pada kelompok satu obat yang diberikan diberikan tablet gemfibrozil.
Menurut K Pate (2023), Gemfibrozil merupakan obat generik yang digunakan
untuk terapi sistemik dalam mengatasi hiperkolesterol dan hipertrigliserid dalam
darah. Gemfibrozil adalah turunan benzena dari asam valerat yang termasuk
dalam kelas obat yang dikenal sebagai fibrat. Gemfibrozil memiliki mekanisme
menghambat lipolisis perifer dan menurunkan ekstraksi asam lemak bebas di hati
pada manusia telah terbukti menurunkan sintesis trigliserida hati. Gemfibrozil
mengurangi perkembangan VLDL dengan menghambat sintesis apolipoprotein B,
pembawa VLDL, dan dengan meningkatkan pembersihannya. Sebelum pemberian
obat, mencit terlebih dahulu diukur kadar kolestrol darah sebelum induksi bahan
campuran tinggi lemak dengan menggunakan alat kolestrol. Hasil yang diperoleh
yaitu 107 mg/dL. Kemudian, diukur kadar kolestrol darah mencit setelah
diinduksi. Hasil yang diperoleh yaitu kadar kolestrol darah 111mg/dL. Lalu,
diberikan obat gemfibrozil secara oral dan diukur kembali kadar kolestrol darah
setiap 2 jam sekali. Hasil yang diperoleh yaitu kadar kolestrol darah setelah
pemberian obat berturut-turut 102 mg/dL, 100 mg/dL dan 109 mg/dL.
Pada kelompok dua diberikan tablet Fenofibrate. Menurut Disnaya (2017),
Asam fenofibrat digunakan sebagai obat dislipidemia melalui mekanisme
meningkatkan HDL-C serta menurunkan produksi apo CIII dan trigliserida dari
plasma. Mekanisme aksi asam fenofibrat sebagai terapi dislipidemia yaitu
merangsang peningkatan produksi lipase lipoprotein dan mengurangi apo C-III
yang merupakan inhibitor dari lipoprotein lipase sehingga meningkatkan
penyerapan asam lemak dan 4 menurunkan produksi asam lemak. Trigliserida

35
yang menurun maka jumlah partikel LDL secara efektif menurun dan ukuran
partikel LDL meningkat. Selain itu, dapat meningkatan kadar HDL-C dengan
merangsang produksi apo A-I dan A-II. Sebelum pemberian obat, mencit terlebih
dahulu diukur kadar kolestrol darah sebelum induksi bahan campuran tinggi
lemak dengan menggunakan alat kolestrol. Hasil yang diperoleh yaitu 102 mg/dL.
Kemudian, diukur kadar kolestrol darah mencit setelah diinduksi. Hasil yang
diperoleh yaitu kadar kolestrol darah 105 mg/dL. Lalu, diberikan obat fenofibrat
secara oral dan diukur kembali kadar kolestrol darah setiap 2 jam sekali. Hasil
yang diperoleh yaitu kadar kolestrol darah setelah pemberian obat berturut-turut
117 mg/dL, 106 mg/dL dan 102 mg/dL.
Pada kelompok keempat diberikan tablet simvastatin. Menurut Talreja dkk
(2023), Simvastatin bertindak pada langkah pembatas laju dan berfungsi sebagai
penghambat reduktase HMG-CoA, sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi
kolesterol. Sebelum pemberian obat, mencit terlebih dahulu diukur kadar kolestrol
darah sebelum induksi bahan campuran tinggi lemak dengan menggunakan alat
kolestrol. Hasil yang diperoleh yaitu 118 mg/dL. Kemudian, diukur kadar
kolestrol darah mencit setelah diinduksi. Hasil yang diperoleh yaitu kadar
kolestrol darah 137 mg/dL. Lalu, diberikan obat simvastatin secara oral dan
diukur kembali kadar kolestrol darah setiap 2 jam sekali. Hasil yang diperoleh
yaitu kadar gula darah setelah pemberian obat berturut-turut 127 mg/dL, 108
mg/dL dan 105 mg/dL.
Berdasarkan perlakukan yang telah dilakukan diperoleh dapat dilihat
bahwa obat antiiperkolesterolemia yang paling efektif dalam menurunkan kadar
kolestrol terhadap hewan uji mencit (Mus musculus) adalah simvastatin dengan
hasil pengukuran kadar kolestrol darah setiap 2 jam sekali. Hasil yang diperoleh
yaitu kadar gula darah setelah pemberian obat berturut-turut 127 mg/dL, 108
mg/dL dan 105 mg/dL. Menurut Hariadini (2020), Simvastatin adalah obat yang
efektif terutama dalam menurunkan kolesterol LDL biasanya digunakan dalam
jangka panjang untuk mencegah kembalinya peningkatan kadar kolesterol. Statin
memiliki manfaat mortalitas dan morbiditas yang signifikan untuk pencegahan
primer dan sekunder dari penyakit kardiovaskular.

36
Adapun kemungkinan kesalahan pada percobaan kali ini yaitu
ketidakpastian atau ketidaksesuaian dalam memeberikan dosis maupun cara
pemberian yang kurang tepat terhadap hewan uji sehingga mengakibatkan efek
yang dihasilkan tidak maksimal.

37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa;
1. Efektivitas obat diartikan sebagai kemampuan obat untuk mencapai hasil
yang diinginkan dalam pengobatan suatu kondisi medis dengan tingkat
efek samping yang minimal.
2. Hiperkolesterolemia merupakan salah satu bentuk hiperlipidemia yang
sering terjadi, yakni suatu kelainan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total dalam darah. Kadar kolesterol dikatakan
meningkat jika kadar kolesterol total di dalam darah lebih dari 240 mg/dL,
LDL >160 mg/dL, dan HDL <40 mg/dL.
3. Pada pengamatan terhadap empat kelompok mencit yang diberikan empat
jenis induksi oral obat antihiperkolesterolemia didapatkan hasil efektivitas
yang baik. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan kadar kolesterol
yang signifikan setelah dilakukan pengukuran dengan pada 2 jam, 4 jam
serta 6 jam setelah induksi obat.
5.2 Saran
Diharapkan saat praktikum laboratorium memperhatikan kelengkapan
fasilitas berupa alat maupun bahan agar praktikum dapat berjalan tanpa adanya
kendala. Untuk praktikan diharapkan dapat menguasai metode praktikum yang
akan dilakukan, jika masih terdapat kekurangan pengetahuan diharapkan agar
asisten dapat membantu membimbing praktikan untuk meminimalisasi kesalahan
yang terjadi saat praktikum.

38
DAFTAR PUSTAKA
Azkiyah S. Z., 2019. Buku Ajar Farmakologi. Universitas Ibrahimy : Jawa Timur

Bantas K, Agustina, F. M. T, Zakiyah D. 2013. Risiko Hiperkolesterolemia Pada


Pekerja Di Kawasan Industri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
Volume 6, Nomor 5.

Dirjen Pom. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi Kelima, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Dirjen Pom. 2020. Farmakope Indonesia Edisi Keenam. Departemen Kesehatan


Ri: Jakarta.

Edgar David Sigarlaki & Agustyas Tjiptaningrum. 2016. Pengaruh Pemberian


Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Kadar Kolesterol
Total. Majority Volume 5 Nomor 5

Embun Suci Nasution dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi Dan


Toksikologi Fakultas Farmasi Usu. Universitas Sumatera Utara

Gunawan, M., Safriana, S., & Andilala, A. (2023). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol
Ikan Gabus (Channa striata) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Mencit Jantan (Mus musculus). Journal of Pharmaceutical and Sciences,
6(2), 758-765.

Guyton, J. E. Hall. (2013). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. In Journal Of


Petrology. Vol. 369, Issue 1.

Hardinsyah, P., & Supariasa, I. D. N. (2016). Ilmu Gizi: Teori Aplikasi. Jakarta:
Egc.

Hariadini, A. L. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Ketepatan


Penggunaan Obat Simvastatin Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Apotek
Kota Malang. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 5(2), 91-96.

Haryanti, V. A., & Sutrisna, D. D. E. (2018). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol 70%
Biji Coklat (Theobroma cacao L.) Terhadap Peningkatan Kadar Kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein) Pada Mencit (Mus Musculus) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Jung Jy, Choi Y, Suh Ch, Yoon D, Kim Ha. Effect Of Fenofibrate On Uric Acid
Level In Patients With Gout. Sci Rep. 2018.

Kim K, Kleinman HK, Lee HJ, Pahan K. 2017. Safety and potential efficacy of
gemfibrozil as a supportive treatment for children with late infantile

39
neuronal ceroid lipofuscinosis and other lipid storage disorders. Orphanet J
Rare Dis. 12(1):113.

Kumalasari, E., Susanto, Y., Rahmi, M. Y., & Febrianty, D. R. (2019). Pengaruh
Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ramania (Bouea macrophylla griffith)
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Putih (Mus muscullus) yang
diinduksi Aloksan. JCPS (Journal of Current Pharmaceutical
Sciences), 2(2), 173-179.

Lentera, C. B .2015. Buku Kesehatan Air Rebusan Daun Salam Untuk


Menurunkan Kolesterol.

Lindsey A. Mciver; Momin S. Siddique. 2022. Atorvastatin. Statpearls Publishing


Llc.

Makiyah, A., & Tresnayanti, S. 2017. Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan
Penentuan LD50 Ekstrak Etanol Umbi Iles-iles (Amorphophallus variabilis
Bl.) pada Tikus Putih Strain Wistar. Majalah Kedokteran Bandung, 49(3),
145–155.

Mediansyah, A., & Rahmanisa, S. 2017. Hubungan Ibuprofen terhadap Ulkus


Gaster. Jurnal Majority, 6(1), 6-10.

National Center For Biotechnology Information. 2023. Pubchem Compound


Summary For Cid 9294. Accessed Oct. 10, 2023.

Nugroho Priyo Utomo. 2016. Efek Analgesik Kombinasi Kurkumin dan


Parasetamol pada Mencit yang diiinduksi Asam Asetat menggunakan
Analisis Isobolgram. Skripsi. Universitas Jember.

Nugroho, C. A., Sumadji, A. R., & Ganjari, L. E. (2022). Kadar Kolesterol, HDL
dan LDL Mencit Hiperkolesterol dengan Perlakuan Ekstrak Daun Andong
Merah. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(11), 4792-4796.

Nuralifah dkk. 2020. Uji Aktivitas Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol Daun


Notika (Arcboldiodendron calosericeum Kobuski) Terhadap Kadar
Kolesterol Total Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. Journal
Syifa Sciences and Clinical Research Volume 2 Nomor 1, Maret 2020

Nuraliyah, N. M., & Sinuraya, R. K. (2017). Efek Neuroprotektif Dan Gangguan


Kognitif Statin: Sebuah Literature Review. Farmaka, 15(2), 111-118.

Octaviani, Novia (2021) Gambaran Kadar Kolesterol Total Pada Guru Sekolah
Dasar Negeri Yang Obesitas Di Kota Tasikmalaya Tahun 2021. Diploma
Thesis, Stikes Bth Tasikmalaya.

40
Pate et al. 2023. Gambaran Umum Penerapan Formulasi Nano Gemfibrozil pada
Hiperlipidemia. Prosiding Materi Jilid 14.

Perkeni (2019) ‘Pedoman Pengelolaan Dislipidemia Di Indonesia 2019’, Pb


Perkeni, P. 9.

Pujani, Ni Kadek Sagita Devi. 2022. Gambaran Kadar Kolesterol Total Pada
Perokok Aktif Di Desa Bungaya Kecamatan Bebandem Kabupaten
Karangasem. Diploma Thesis, Poltekkes Kemenkes Denpasar.

Purwo S. R., Eka C., Rizka E. 2018. Ovariektomi Pada Tikus Dan Mencit.
Airlangga University Press.

Rahmad, Darmawan. 2014. Uji Aktivitas Antiplasmodium Ekstrak Daun Sungkai


(Peronema Canescens) Terhadap Mencit Jantan (Mus Musculus) Serta
Implementasinya Sebagai Lks Pada Materi Protista. Universitas Bengkulu.

Rusilanti. 2014. Kolesterol Tinggi Bukan Untuk Ditakuti. Fmedia, Jakarta.

Sancaya Rini. 2015. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Lemak Terhadap Kdar
Trigliserida pada Tikus. Skripsi

Sarwindah, D. (2020). Celery Potention as a Anti-Cholesterol. Jurnal Penelitian


Perawat Profesional, 2(4), 571-578.

Selvianti, Dita. 2014. Modul Farmakologi. Departemen Farmakologi Dan


Teraupetik: Jakarta.

Sidhu G, Tripp J. 2023. Fenofibrate. Statpearls Publishing.

Talreja, Connor C., Kerndt, Manouchkathe C., 2023. Simvastatin. National


Library Of Medicine.

Umi Sofina Turrohma. 2022. Studi Bioekivalensi Tablet Paracetamol Merek A


dan B dengan Paracetamol Produk Generik Secara In Vitro. Skripsi.
Universitas Anwar Medika

Uyun, Fitrotul (2018) Pengaruh Kombinasi Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa X
Paradisiaca L.) Dan Fenofibrate Terhadap Efek Farmakologi Fenofibrate
Dilihat Dari Kadar Hdl Dan Ldl Dalam Darah Tikus Wistar. Undergraduate
Thesis, Fakultas Kedokteran Unissula.

Wardani, I. D. K. , Catur Candra .2017. Pengaruh Konsentrasi Natrii


Carboxymethylcellulosum (Cmc Na) Sebagai Suspending Agent Terhadap
Stabilitas Fisik Pada Sediaan Suspensi Kloramfenikol 1. Pharmaceutical &
Traditional Medicine, 1(2), 84–89.

41
Winarsi, H., Sasongko, N. D., Purwanto, A., & Nuraeni, I. (2013). Ekstrak daun
kapulaga menurunkan indeks atherogenik dan kadar gula darah tikus
diabetes induksi alloxan. Agritech, 33(3), 273-280.

42
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Prosedur Kerja

Mencit (Mus musculus)


Disiapkan 4 ekor mencit

Ditimbang berat badan tiap mencit (Mus


musculus)

Diukur kadar kolesterol menggunakan alat


lalu dicatat hasilnya

Diberikan larutan yang dapat meningkatkaan


kolesterol selama seminggu

Ditimbang kembali mencit dan dihitung dosis


tiap obat berdasarkan berat badan tiap mencit
(Mus musculus) lalu dipuasakan mencit
semalaman

Dibuat suspensi tiap obat dengan Na CMC

Atorvastatin Gemfobrozil Simvastatin Venovibrat

Dilarutkan obat Dilarutkan obat Dilarutkan obat Dilarutkan obat


atorvastatin dalam gemfebrozil dalam simvastatin dalam venovibrat dalam
gelas beakar yang gelas beakar yang gelas beakar yang gelas beakar yang
berisi Na-CMC berisi Na-CMC berisi Na-CMC berisi Na-CMC
Diukur kembali Diukur kembali Diukur kembali Diukur kembali
kadar kolesterol kadar kolesterol kadar kolesterol kadar kolesterol
Disonde mencit Disonde mencit Disonde mencit Disonde mencit
dengan larutan dengan larutan Na- dengan larutan Na- dengan larutan
Na-CMC CMC CMC Na-CMC
Dilakukan tes Dilakukan tes Dilakukan tes kadar Dilakukan tes
kadar kolesterol kadar kolesterol kolesterol setelah kadar kolesterol
setelah pemberian setelah pemberian pemberian obat setelah pemberian
obat pada jam ke obat pada jam ke pada jam ke 2,4, obat pada jam ke
2,4, dan ke 8 2,4, dan ke 8 dan ke 8 2,4, dan ke 8

Kadar kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol


(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Sebelum induksi: 119 Sebelum induksi: Sebelum induksi: Sebelum induksi:
Setelah induksi : 142 107 118 102
Jam ke 2 : 262 Setelah induksi : 111 Setelah induksi : 127 Setelah induksi : 105
Jam ke 4 : 224 Jam ke 2 : 102 Jam ke 2 : 127 Jam ke 2 : 117
Jam ke 8 : 194 Jam ke 4 : 100 Jam ke 4 : 108 Jam ke 4 : 106
Jam ke 8 : 109 Jam ke 8 : 105 Jam ke 8 : 102

43
Lampiran 2: Perhitungan dosis
1. Pemberian atorvastatin secara oral
Dosis lazim untuk manusia = 10 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x faktor konversi
= 10 mg x 0,0026
= 0,026 mg
27 kg
Untuk mencit BB 27 g = x 0,026 mg
20 kg
= 0,0351 mg
Dosis diberikan dalam volume = 1 mL
Dibuat larutan persediaan = 5 mL
5 mg
Dosis atorvastatin yang dibutuhkan = x 0,0351 mg
1 mg
= 0,1755 mg
Berat 1 tablet = 153 mg
0,1755 mg
Berat serbuk atorvastatin yg ditimbang = x 153 mg
10 mg
= 2,8515 mg
2. Pemberian simvastatin secara oral
Dosis lazim untuk manusia = 20 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x faktor konversi
= 20 mg x 0,0026
= 0,052 mg
29 kg
Untuk mencit BB 29 g = x 0,052 mg
20 kg
= 0,0754 mg
Dosis diberikan dalam volume = 1 mL
Dibuat larutan persediaan = 5 mL
5 mL
Dosis simvastatin yang dibutuhkan = x 0,0754 mg
1 mL
= 0,377 mg
Berat 1 tablet = 210 mg

44
0,377 mg
Berat serbuk simvastatin ditimbang = x 210 mg
20 mg
= 3,9585 mg
3. Pemberian venovibrat secara oral
Dosis lazim untuk manusia = 300 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x faktor konversi
= 300 mg x 0,0026
= 0,78 mg
3 2 kg
Untuk mencit BB 32 g = x 0,78 mg
20 kg
= 1,248 mg
Dosis diberikan dalam volume = 1 mL
Dibuat larutan persediaan = 5 mL
5 mL
Dosis venovibrat yang dibutuhkan = x 1 , 248 mg
1 mL
= 6,24 mg
6,24 mg
Berat serbuk venovibrat ditimbang =
1.000 mg
= 0,00624 g
4. Pemberian gemfobrozil secara oral
Dosis lazim untuk manusia = 300 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x faktor konversi
= 300 mg x 0,0026
= 0,78 mg
26 kg
Untuk mencit BB 26 g = x 0,78 mg
20 kg
= 1,014 mg
Dosis diberikan dalam volume = 1 mL
Dibuat larutan persediaan = 5 mL
5 mL
Dosis gemfobrozil dibutuhkan = x 1, 014 mg
1 mL
= 5, 07 mg
Berat 1 tablet = 385 mg
1,014 mg
Berat serbuk gemfobrozil ditimbang = x 385 mg
30 0 mg

45
= 6,41 mg

Lampiran 3: jurnal literatur

46
\

47
48

Anda mungkin juga menyukai