(Agustus – 2021)
Disusun oleh :
Ns. Sri Wilda., S.Kep.
NIK : 1167.02.16
Menyetujui
Koordinator Kamar Operasi Pembimbing Lahan
Mengetahui
Manajer Keperawatan RS AN-NISA Tangerang
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah mengenai “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
Cholelitiasis post operasi Cholesistektomi diruang Kamar Operasi RS AN-NISA
Tangerang Tahun 2021“. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengingat kembali
tentang ilmu asuhan keperawatan pada pasien cholelitiasis.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Ns. Nawang, S. Kep., M.Kep, Manajer Keperawatan RS AN-NISA
Tangerang, beserta jajarannya.
2. Ibu Ns. Novi Sandra, S.Kep, Koordinator Kamar Operasi .
3. Ibu Ns Senja Paramita, S.Kep, Pembimbing Lahan.
4. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penyusun mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi
pendidikan perbaikan dimasa mendatang.
Sebagai penutup, semoga Allah SWT membalas kebaikan seluruh pihak
yang telah membantu dala menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kalangan pembaca maupun penyusun serta dapat dijadikan
aplikatif dalam pengembangan asuhan keperawatan pada pasien dengan
cholelitiasis post operasi cholesistektomi. Aamiin.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................... 2
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. cholelitiasis ........................................................................ 4
2.1.1 Pengertian …........................................................ 4
2.1.2 Etiologi …………………………………………… 4
2.1.3 Klasifikasi ………………………………………. 5
2.1.4 Patofisiologi …………………………………… 6
2.1.5 Pathway ………………………………………… 7
2.1.6 Manifestasi Klinis …………………………………. 8
2.1.7 Komplikasi ………………………………….. 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ……………………….. 9
2.1.9 Panatalaksanaan …………………………….. 9
2.1.10 Fokus Pengkajian …………………………….. 10
2.1.11 Diagnosa Keperawatan ………………………… 11
2.1.12 Rencana Tindakan Keperawatan ……………… 13
2.2. cholesistektomi ..................................................................... 21
2.2.1. Pengertian …………………………………….. 21
2.2.2. Tehnik Sayatan …………………………………. 21
2.2.3. Jenis Tindakan Operasi Laparatomi Menurut Indikasi23
2.2.4. Komplikasi Post Cholesistektomi …………………. 26
5
Data rekam medis di RS AN-NISA Tangerang, khususnya di ruang Kamar Operasi
pada bulan Januari-Juli tahun 2021 ada 30 kasus cholelitiasis atau rata-rata 4 kasus
perbulan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun tertarik untuk menyusun makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny S dengan cholelitiasis Post Operasi
cholesistektomi di Ruang Kamar Operasi RS AN-NISA Tangerang Tahun 2021”.
6
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Cholitiasis Post
Operasi Cholesistektomi di lahan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Perawat mampu melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
baik melalui anamnesa ataupun pemeriksaan fisik dan penunjang yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara menyeluruh pada Ny.S
dengan Cholitiasis Post Operasi Cholesistektomi .
1.2.2.2. Perawat mampu menganalisa data dengan tepat pada Ny.S dengan
Cholitiasis Post Operasi Cholesistektomi .
1.2.2.3. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan pada Ny.S dengan
Cholitiasis Post Operasi Cholesistektomi .
1.2.2.4. Perawat mampu merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan
Cholitiasis Post Operasi Cholesistektomi .
1.2.2.5. Perawat mampu melaksanakan atau dapat memberikan asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan cholelitiasis post operasi Cholesistektomi
1.2.2.6. Perawat mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada Ny.S dengan Cholelitiasis Post Operasi Cholesistektomi.
1.2.2.7. Perawat mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan sesuai proses asuhan keperawatan.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Cholelitiasis
1. Pengertian
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu
empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu (Wibowo, 2010).
Cholelitiasis adalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu yang penyebab secara
pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor predisposisi yang paling
penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan
susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada kandung empedu serta kolesterol yang
berlebihan yang mengendap di dalam kandung empedu tetapi mekanismenya belum
diketahui secara pasti, faktor hormonal selama proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan
lambatnya pengosongan kandung empedu dan merupakan salah satu penyebab insiden
kolelitiasis yang tinggi, serta terjadinya infeksi atau radang empedu memberikan peran
dalam pembentukan batu empedu.(Rendi, 2012)
2. Etiologi
Menurut Cahyono 2014 etiologi Kolelitiasis yaitu:
2.1. Supersaturasi kolesterol secara umum komposisi Komposisi cairan empedu yang
berpengaruh terhadap terbentuknya batu tergantung keseimbangan kadar garam empedu,
kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan
garam empedu akan membuat keadaan didalam kandung empedu menjadi jenuh akan
kolesterol (Supersaturasi kolesterol).
2.2. Pembentukan inti kolesterol Kolesterol diangkut oleh misel (gumpalan yang berisi
fosfolipid, garam empedu dan kolesterol). Apabila saturasi, Kolesterol lebih tinggi maka
ia akan diangkut oleh vesikel yang mana vesikel dapat digambarkan sebagai sebuah
lingkarandua lapis. Apabila konsentrasi kolesterol banyak dan dapat diangkut, vesikel
memperbanyak lapisan lingkarannya, pada akhirnya dalam kandung empedu,
pengangkut kolesterol, baik misel maupun vesikel bergabung menjadi satu dan dengan
adanya protein musin akan membentuk kristal kolesterol, kristal kolesterol
terfragmentasi pada akhirnya akan dilem atau disatukan.
2.3. Penurunan fungsi kandung empedu Menurunnya kemampuan menyemprot dan
kerusakan dinding kandung empedu memudahkan seseorang menderota batu empedu,
kontraksi yang melemah akan menyebabkan statis empedu dan akan membuat musin
8
yang diproduksi dikandung empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu
tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin kental dan semakin
pekat sehingga semakin menyukitkan proses pengosongan cairan empedu. Beberapa
keadaan yang dapat mengganggu daya kontraksnteril kandung empedu, yaitu :
hipomotilitas empedu, parenteral total (menyebabkan cairan asam empedu menjadi
lambat), kehamilan, cedera medula spinalis, penyakit kencing manis.
3. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan
atas 2 (dua) golongan. (Sylvia and Lorraine, 2006)
3.1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50%
kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama : a.
Supersaturasi kolesterol b. Hipomotilitas kandung empedu c. Nukleasi atau
pembentukan nidus cepat
3.2. Batu pigmen
Terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion
(bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang).
Batu-batu ini cenderung berukuran kecil, multipel, dan berwarna
hitam kecoklatan, batu pigmen berwarna coklat berkaitan dengan
infeksi empedu kronis (batu semacam inilebih jarang di jumpai).
Batu pigmen akan berbentuk bila pigmen tidak terkonjugasi
dalam empedu dan terjadi proses presipitasi (pengendapan)
sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini
semakin besar pada klien sirosis, hemolisis, dan infeksi
percabangan bilier.
Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting
dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan
kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin)
dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut
dalam media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh
pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel
yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan,
atau kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang
9
litogenik. Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar
dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat
saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau
partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. Batu
pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat,
karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan
terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil
tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya
enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan
dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam
air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak
terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
4. . Tanda dan Gejala
Gejala klinik kolelitiasis bervariasi dari tanpa gejala hingga munculnya gejala. Lebih dari
80% batu kandung empedu memperlihatkan gejala asimptomatik (pasien tidak menyadari
gejala apapun).
Gejala klinik yang timbul pada orang dewasa biasanya dijumpai gejala:
a. Nyeri pada perut kanan atas
b. Dispepsia non spesifik
c. Mual, muntah
d. Demam
5. Pemeriksaan Diagnostik
5.1 Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik
pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat
digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan USG
tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil yang
paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung
empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada
gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli
dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
5.2 Radiografi
Kolesistografi Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan
mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan
isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila
10
pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung
empedu yang mengalami obstruksi.
5.3 Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding kandung empedu
telah menebal.
5.4 ERCP
(Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi) Pemeriksaan ini memungkinkan
visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat laparatomi.
Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus
hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus
koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam
duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan
visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu
penatalaksanaan non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya
gejala yang menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik
dan kolelitiasis yang asimptomatik.
11
a. Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein,
b. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
c. Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
d. Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
e. Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).
12
Pengkajian meliputi :
a. Identitas pasien Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat
tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan pada 20 -50 tahun
dan lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding anak laki – laki. (Cahyono, 2014)
b. Keluhan utama Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas, dan mual muntah.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana
yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak
kapan klien merasakan nyeri tersebut.
Riwayat kesehatan dahulu kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga (genogram) Mengkaji ada atau tidaknya keluarga
klien pernah menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun,
karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan
dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis
mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum.
Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, RR,
dan suhu. 2)
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Kulit: Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan atau
tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak.
Kepala: Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya ubun-
ubun cekung, rambut kering.
Wajah: kadang ada yang kekuningan
Mata : Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak edema
pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan skelera anemis.
Telinga: Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada serumen
atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi adanya nyeri tekan
atau tidak.
13
Hidung: Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau
tidak dan nyeri tekan.
Mulut : Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Langit–
langit keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan ukuran
lidah, lesi, sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
Dada : Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah bunyi
napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah bunyi jantung
tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan frekuwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul).
Abdomen: Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya nyeri
tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi bising usus,
palpasi seluruh kuadran abdomen. Biasanya pada Kolelitiasis terdapat nyeri
pada perut bagian kanan atas.
Genitalia dan rectum : lubang anus ada atau tidak, pada laki–laki inspeksi
uretra dan testis apakah terjadi hipospadia atau epispadia, adanya edema
skrotum atau terjadinya hernia serta kebersihan preputium. Pada wanita
inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau massa, labia mayora menutupi
labia minora, lubang vagina, adakah secret atau bercak darah.
Ekstremitas. Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji kekuatan otot,
palpasi ada nyeri tekan, benjolan atau massa.
8. Diagnosa
. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses inflamasi, prosedur bedah, infeksi. 2.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. 3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan 4. Hipertermi b.d infeksi pada kandung empedu. 5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
6. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.
14
NO SDKI SIKI SLKI
1 Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri Definisi :
Kategori : psikologis (L.08066) Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
Subkategori: nyeri Definisi : sensori atau emosional yang berkaitan dengan
dan pengalman kerusakan jaringan atau fungsional dengan
kenyamanan sensori atau onset mendadak atau lambat dan berintensitas
Definisi : pengalaman emosional yang ringan hingga berat dan konstan
sensorik atau emosional yang berkaitan Tindakan Observasi
berkaitan dengan kerusasakan dengan 1. identifikasi lokasi,
jaringan aktual atau kerusakan
karakteristik, durasi,
fungsional, dengan onset jaringan aktual
mendadak atau lambat dan atau fungsional frekuensi, kualitas, intensitas
berintensitas ringan hingga dengan onset nyeri.
berat yang berlangsung kurang mendadak atau Terapeutik
dari 3 bulan. lambat dan 1. Berikan tehnik non farmakologis
Penyebab : berintesitas untuk mengurangi rasa
ringan hingga nyeri( mis, TENS, hipnosis,
1. Agen
berat dan akupresure, terapi musik, biofeedback,
pencedera fisiologis(mis,
konstan. terapi pijat, aroma terapi, tehnik
inflamasi,
Kriteria hasil : imajinasi terbimbing, kompres
iskemia,neoplasma)
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Agen 1. keluhan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
pencedera kimiawi(mis, nyeri
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
terbakar, bahan kimia menurun
pencahayaan , kebisingan)
iritan) 2. meringis
Edukasi
3. Agen pencedera fisik(mis. menurun
Abses, amputasi, terbakar, 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
terpotong, mengangkat pemicu nyeri
berat, prosedur operasi, 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
15
trauma, latihan fisik 3. Ajarkan tehniknon farmakologis
berlebihan) untuk
Gejala dan tanda mengurangi rasa nyeri
mayor Subjektif : Kolaborasi
1. Mengeluh nyeri
Kolaborasi pemberian
Objektif : analgesik,jika perlu
1. Tampak meringis
2. Pemberian Analgesik Definisi :
2. Bersikap menyiapkan dan memberikan agen
farmakologis untuk mengurangi
protektif (misalnya . atau menghilangkan rasa sakit.
waspada, posisi Tindakan Observasi
menghindari nyeri) - Identifikasi riwayat alergi obat
3. Gelisah Terapeutik
4. Frekuensi nadi - Diskusikan jenis analgesik yang disukai
meningkat untuk mencapai analgesik yang
5. Sulit tidur optimal.
Edukasi
Gejala dan tanda minor
Subjektif (tidak tersedia) - Jelaskan efek samping obat
Objektif : Kolaborasi
1. Tekanan darah
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
meningkat
analgesik, seusia indikasi
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah 3. Pemantauan Nyeri (I.08242) Definisi :
mengumpulkan dan
4. Proses berfikir menganalisa data nyeri
terganggu Tindakan: Observasi
5. Menarik diri - Monitor durasi dan frekuensi
6. Berfokus pada diri nyeri
sendiri Terapeutik
7. Diaforesis
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
Kondisi klinis terkait dengan kondisi pasien
1. Kondisi pembedahan Edukasi
19
4. Dukungan Emosional
Definisi : Memfasilitasi
penerimaan kondisi emosional selama masa
stress
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi hal yang memicu
emosi
Teraputik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah, atau sedih.
Edukasi
Anjurkan mengungkapkan perasaan yang
dialami (mis. Ansietas, marah dan sedih)
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika
perlu
20
21
c. Rencana Keperawatan
22
Menarik diri Edukasi Proses Penyakit
Kompres Dingin
Berfokus pada diri sendiri
Kompres Panas
Kemampuan menuntaskan
aktifitas
23
Keluhan nyeri
Meringis
Sikap protektif
Gelisah
Kesulitan tidur
Menarik diri
Diaforesis
Perasaan depresi
Anoreksia
24
Ketegangan otot
Pupil dilatasi
Muntah
Mual
Frekuansi nadi
Tekanan darah
Proses berfikir
Fokus
Fungsi berkemih
Perilaku
Nafsu makan
Pola tidur
25
Luaran Tambahan
27
Diaforesis
Tremor
Muka tampak pu-
cat
Suara bergetar
Kontak mata bu-
ruk
Sering berkemih
Merasa khawatir
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
Berorientasi pada
masa lalu
Sulit berkonsen-
trasi
tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
Mengeluh pusing
Anoreksia
Palpitasi
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Biodata Pasien
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama (Alasan Masuk Rumah Sakit) :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 4 hari
SMRS, batuk (-), pilek (-) mual (+), muntah (-) riwayat demam (+)
sejak 2 hari SMRS, nyer (-), sesak (-), pasien juga mengeluhkn adanya
BAK seperti kuning teh sejak 4 hari SMRS, BAB kehitaman sejak hari
ini.
34
DO = Ny S tampak tegang dan gelisah menunggu operasi, muka
tampak pucat, sering berkemih, hasil pemeriksaan TTV : tekanan
darah : 129/84, Nadi : 87 x/menit, Suhu : 36,3ºC, Respirasi : 21x/menit
35
Post Op
DS =
P : Pasien mengatakan mulai nyeri pada luka operasi
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi
S : Skala nyeri 5 (menggunakan skala numerik)
T: Pasien mengatakan nyeri muncul terus-menerus dan saat badan
digerakkan
DO = Ny R tampak meringis kesakitan memegang perut kanan atas,
pucat, hasil pemeriksaan TTV : Tekanan Darah : 125/73, Nadi : 82
x/menit, Suhu : 36,1ºC, Respirasi : 22x/menit, VAS 5
4. Riwayat Spiritual
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Menu makan Bubur, nasi, sayur, lauk Bubur, nasi, sayur, lauk
36
Makanan pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
b. Cairan
Frekuensi Kuning jernih dan bau Kuning Teh dan bau khas
khas
Warna dan Bau Cair
37
Volume Cair Tidak ada kesulitan
Kesimpulan : Pasien tampak terpasang kateter urin saat sakit untuk pola
eliminasi
d. Istirahat tidur
Jam tidur
e. Olahraga
Berjalan, senam
Tidak ada
Jenis dan frekuensi Tidak ada masalah
Tidak ada
Kondisi setelah olah raga
f. Personal Hygiene
38
Mandi
Cuci rambut
Gunting kuku
Belum pernah dilakukan
Frekuensi Seminggu sekali
t
Cara Mandiri
Gosok gigi
Belum pernah dilakukan
Frekuensi Sehari 2 kali gosok gigi selama di RS
Cara Mandiri
g. Aktifitas/Mobilitas Fisik
39
Kesimpulan : Terjadi perubahan mobilitas fisik Ny S pada kegiatan sehari
– harinya saat sebelum sakit dapat beraktivitas mandiri dan sesudah sakit
terbaring lemah di tempat tidur.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien : Keadaan umum pasien tampak lemah
Tanda-tanda vital
Suhu : 36,2 ºC
Nadi : 83x/menit
Respirasi : 20x/menit
7. Antropometri
Berat Badan : 60 kg
8. Sistem pernapasan
- Hidung :
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada
secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman baik
- Leher :
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri
- Dada :
bentuk normal chest, payudara tidak simetris antara kanan dan kiri,
, tidak ada pembengkakan, saat bernafas tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, RR : 22 x/menit, vocal fremitus : getaran antara
kanan dan kiri sama, nyeri tekan (+), suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan, tidak ada penimbunan cairan di paru,
pola nafas eupnea, pada perkusi terdengar normal (sonor).
Kesimpulan : Tidak ada masalah pada sistem pernafasan
40
9. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, arteri carotis kuat, tidak ada pembesaran
vena jugularis, letak dan ukuran jantung normal, irama teratur, N : 124
x/menit, suara jantung normal, terdengar suara S1 dan S2, tidak
terdapat suara jantung tambahan, TD : 128/ 85 mmHg, Capillary
Refilling Time < dari 3 detik.
Kesimpulan : Tidak terdapat masalah pada system kardiovaskuler
41
- Kulit :
Warna kulit sawo matang, temperature 36,8 oC, kelembaban baik,
bulu kulit halus, tidak terdapat ruam, teksture kulit halus
- Kuku :
Warna merah muda, tidak mudah patah, kebersihan baik
Kesimpulan : tidak ada masalah dan kelaianan pada sistem itegumen
pada pasien Ny.S
C. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium tanggal 23 Juni 2021
Hematokrit 39 40-52 %
SGOT 44
SGPT 44
42
Ur 19
Cr 0.93
PCR negatif
BT 2
CT 8
43
Analisa Data
1 DS = Domain 9 : Koping /
Toleransi Stress
Ny S mengatakan takut akan
dilakukan tindakan operasi. Kelas 2 : Respon Koping
DO = Diagnose Keperawatan :
Ansietas (00146)
Ny S tampak cemas dan gelisah
menunggu operasi, hasil pemeriksaan :
TD: 129/84 Nadi : 87 x/menit, Suhu :
36,3ºC, Respirasi : 21x/menit.
2 DS = Domain 12 : Kenyamanan
DO =
44
Catatan Perkembangan
Tanggal/
Catatan Perkembangan
Jam
28-07-21 S:
O:
A:
P:
Tenangkan pasien
I:
45
Menjelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan
perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
dengan pendekatan yang menenangkan
E:
28-07-21 S:
O:
A:
P:
46
Evaluasi pengalaman nyeri
I:
E:
11.30
WIB Klien pindah ke ruangan
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. . Secara umum prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi.
Menurut data riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi kanker di Indonesia
adalah 1,4% dari 1000 penduduk atau sekitar 347.000 orang.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Ny R adalah
manajemen nyeri non farmakologis, memberikan lingkungan yang tenang bagi
pasien, mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, melakukan kolaborasi
terapi anti nyeri dengan dokter, menjelaskan seluruh prosedur tindakan kepada
pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
dengan pendekatan yang menenangkan, dan mendengarkan pasien dengan
penuh perhatian.
Dengan dilakukannya implementasi diatas maka masalah ansietas dan nyeri
akut dapat teratasi dengan hasil Ny R tampak lebih tenang, luka post operasi
tampak menutup dengan baik tanpa ada tanda gejala infeksi, pasien tampak
nyaman dan melakukan mobilisasi.
48
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah :
- Bagi Institusi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan serta tindakan pencegahan infeksi kepada
pasien dengan post eksisi-biopsi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Mengadakan upaya promotif dan preventif mengenai pencegahan penyakit
tumor mamae.
- Bagi Perawat dan Tenaga Medis
Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
Menjadikan komunikasi terapeutik sebagai acuan dalam berkomunikasi
dengan pasien guna menurunkan tingkat kecemasan pasien, serta
Meningkatkan pengetahuan sesuai dengan perkembangan iptek
49
DAFTAR PUSTAKA
Dorland WA, Newman. 2010. Kamus kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta :
EGC.
Judith M. Wilkinson. 2007. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2007. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.
50
LEMBAR KONSULTASI
1.
2.
3.
4.
51
PATHWAY
Tumor payudara
Kurang informasi
Luka operasi
(trauma jaringan)
Kurang pengetahuan
(ketidakmampuan
mengontrol nyeri)
Kehilangan
selera makan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
52