Anda di halaman 1dari 54

GAMBARAN KONDISI RUMAH PADA PENDERITA

TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS PRINGSEWU
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:
ANNISA PUTRI AZZAHRA
NIM 19.13451.006

KARYA TULIS ILMIAH


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI D3 SANITASI
TAHUN 2022

i
GAMBARAN KONDISI RUMAH PADA PENDERITA
TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PRINGSEWU
TAHUN 2022

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat


menyelesaikan Pendidikan Pada program Diploma III Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjung Karang

DISUSUN OLEH:
ANNISA PUTRI AZZAHRA
NIM 19.13451.006

KARYA TULIS ILMIAH


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
PRODI D3 SANITASI
TAHUN 2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN KONDISI RUMAH PADA PENDERITA


TUBERCULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PRINGSEWU TAHUN 2022
Penulis

ANNISA PUTRI AZZAHRA/ NIM : 19.13451.006

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing karya tulis ilmiah program
Diploma III Politeknik Kesehatan kemenkes Tanjung Karang Jurusan Kesehatan
Lingkungan.

Bandar Lampung,,................. 2022

Tim Pembimbing KTI

Pembimbing I

Wibowo Ady Sapta,ST.,M.Kes

Pembimbing II

Mei Ahyanti.,SKM., M.,Kes

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “Gambaran Kondisi Rumah Pada Penderita

Tuberculosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2022”.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak wibowo ady sapta., SKM.,M.kes

sebagai pembimbing utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam

pembuatan proposal ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang

telah mendukung dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini tepat waktu.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak

kekurangan. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan proposal penelitian ini.

Bandar Lampung, Desember 2021

ANNISA PUTRI AZZAHRA

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................10
E. Ruang Lingkup ..............................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Tuberculosis.................................................................12
B. Pengertian Rumah..........................................................................21
C. Kerangka Teori...............................................................................31
D. Kerangka Konsep...........................................................................32
E. Definisi Operasional.......................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...............................................................................35
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian.........................................................35
C. Subjek Penelitian........................................................................... 35
D. Pengumpulan Data.........................................................................36
E. Metode Pengumpulan Data............................................................37
F. Pengolahan Dan Analisis Data.......................................................37
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Nomor tabel halaman

Tabel 1 Definisi Oprasional...................................................................................33

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar halaman

Gambar 1 kerangka teori........................................................................................31

Gambar 2 kerangka konsep ...................................................................................32

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Gambaran Kondisi Rumah Pada Penderita


Tuberculosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2022

Lampiran 2 Checklist Penelitian Gambaran Kondisi Rumah Pada Penderita


Tuberculosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2022

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang Menular yang disebabkan

Oleh Mycobakterium tuberculosis (Dahlia & Soedirman, 2017). Bakteri ini berbentuk

batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA)

yang merupakan organisme pathogen maupun saprofi yang ditularkan melalui

airbone. (Wahyuningsih 2015 dalam Jurnal Sitorus, 2017).

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi paling sering

menyerang jaringan paru,tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah penyakit

menular yang masih menjadi perhatian dunia. Angka kesakitan dan kematian yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis cukup tinggi (Profil kesehatan

provinsi Lampung,2019).

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,

penyakit menular menjadi salah satu prioritas utama yang harus ditangani

untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Untuk penyakit menular, priotitas masih

tertuju pada penyakit HIV/ AIDS, tubercolusis, malaria, demam berdarah, influeza

dan flu burung. (Kepmenkes, 2015)

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit mematikan keempat di dunia yaitu

sebanyak 4 miliar orang sesudah penyakit cardiovaskuler, diabetes mellitus dan

kanker (Kraft SE. Indigenous religion (s) in Sápmi: reclaiming sacred grounds.

1
2

Routledge; 2021)

TB adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Setelah perbaikan

dalam terapi dan perkembangan antibiotik, prevalensi TB turun secara dramatis di

negara-negara industri. Namun, pada tahun 1980-an, jumlah penderita TB mulai naik

lagi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkannya sebagai “epidemi.”

WHO melaporkan bahwa TB adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian

secara global dan “penyebab utama kematian dari satu agen infeksius”. WHO

memperkirakan bahwa pada tahun 2018, hampir 10 juta orang di seluruh dunia

menderita TB dan 1,5 juta orang meninggal karena penyakit ini, termasuk 251.000

orang yang juga menderita HIV. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

melaporkan kasus TB di Indonesia hinga saat ini 842.000 kasus dan memiliki Case

Fatality Rate/CFR atau meninggal karena penyakit adalah 16%.(Hanif Azin

Abada,2021).

Menurut World Health Organization (WHO, 2018) angka prevalensi semua

tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insiden

kasus TBC dengan BTA positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar

450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV sebesar 27 per 100.000 penduduk

atau 182 orang per hari. Tiga Negara dinyatakan sebagai Negara dengan disease

burden tertinggi didunia yaitu India dengan 2.2 juta kasus, China dengan 900 juta

kasus dan Indonesia dengan 842 juta kasus. insidensi Tuberkulosis di Indonesia

pada Tahun 2018 adalah 316 per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar 845.000

penduduk menderita tuberkulosis pada tahun 2018. Kasus tuberkulosis di Indonesia

pada Tahun 2019 sebesar 64,5% yang relatif meningkat jika dibandingkan dengan
3

10 tahun sebelumnya.(Organization WH. Global status report on alcohol and health

2018. World Health Organization; 2019)

Di Indonesia sendiri sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya

kasus TB Paru yaitu, waktu pengobatan TB yang relative lama (6-8 bulan) menjadi

penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah

merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Masalah lain adalah adanya

penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh

menurun, penyakit TB akan muncul (Kemenkes RI, 2017).

Di Indonesia jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi

dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat dengan jumlah kasus penderita

sebanyak 124.000 kasus, Jawa Timur sebanyak 57.014 kasus dan di Jawa Tengah

sebanyak 51.000 kasus. Kasus TB Paru di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari

jumlah seluruh kasus TB Paru di Indonesia. Berdasarkan cakupan semua kasus

tuberkulosis menurut Provinsi pada tahun 2019,Provinsi dengan angka penemuan

kasus yang tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta sebanyak 59.673 kasus, Sulawesi

Selatan sebanyak 9.180 kasus, Papua sebanyak 6.367. Sedangkan CDR yang terendah

adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 6.644 kasus, Bali sebanyak 13.650

kasus dan Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 2.700 kasus. Untuk Provinsi

Lampung berada pada urutan ke 14 dengan persentase sebanyak 3.155 kasus

(Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2019 penderita

tuberculosis paru BTA (+) sebanyak 3.155 masyarakat di 10 kabupaten/kota.

Lampung Tengah memiliki jumlah penduduk 1.250.486 jiwa dan padatan penduduk
4

306 jiwa/km2. Terdapat 687 penduduk merupakan pasientuberkulosis BTA2yang

terdiri dari 17 kampungdengan kepadatan penduduk 553,05 jiwa/km2serta memiliki

tingkat kemiskinansebesar 12.90% (Dinkes Lampung tahun 2019).

Angka penemuan kasus(CDR) tertinggi saat ini diraih oleh Kabupaten

Lampung Timur (68%) dan terendah berada pada Kabupaten Lampung Barat (28%).

Semakin tinggi CDR mengartikan semakin banyak kasus TBC yang ditemukan secara

dini dan diobati, sehingga menurunkan angka penularan di masyarakat. CDR yang

rendah mengartikan kasus TBC masih banyak yang belum ditemukan sehingga

mengindikasikan penularan TBC yang tinggi di Kabupaten/Kota tersebut.(Profil

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,2019).

Kasus Tuberkulosis di Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2015 tercatat

sebanyak 275 kasus dengan jumlah kasus yang ditangani sebanyak 275 kasus.

Mengalami peningkatan di tahun 2016 yaitu menjadi 296 kasus dengan jumlah kasus

yang ditangani sebanyak 275 kasus (Dinkes Pringsewu, 2017).

Berdasarkan data angka penemuan kasus TBC (CDR) semua kasus TB Di

Provinsi Lampung dapat diketahui terjadi kenaikan dari tahun 2017-2019 yaitu

sebesar 25%-54%, namun angka ini belum mencapai target yang telah ditetapkan

yaitu 70%.(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,2019)

Angka kesakitan akibat TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman

TB menyerang bagian paru paru, tetapi juga dapat mneyerang organ tubuh

lainnya.Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh: 1) masih rendahnya angka cakupan

rumah sehat yang baru mencapai 64,2%; 2) perilaku masyarakat dalam menjaga
5

kebersihan dan kesehatan (PHBS) 54,5%. Bila dilihat dari angka kesembuhan(cure

rate) atau success rate (SR) pengobatan lengkap TB selama 6 bulan,maka selama 5

tahun terakhir cenderung meningkat dari 85,9% tahun 2009 meningkat menjadi

87,3% tahun 2013 dan angka ini telah melebihi target yaitu 85%.(Dinas Kesehatan

Provinsi Lampung,2016)

Menurut Permenkes, R.I. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 Rumah adalah

bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana

pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi

pemiliknya.

Menurut Depkes R.I. (2002), rumah sehat adalah rumah yang memenuhi

beberapa kriteria yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain

pencahayaan,penghawaan dan ruang gerak yang cukup,terhindar dari kebisingan yang

menganggu,memenuhi kebutuhan psikologis yaitu aman dan nyaman untuk penghuni,

memenuhi syarat pencegahan penularan penyakit seperti tersedianya sanitasi dasar

dan kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan memenuhi syarat pencegahan

terjadinya kecelakaan, terjatuh dan terbakar.

Kejadian tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa karakteristik penderita.

Karakteristik pertama tuberkulosis adalah individu yaitu:

a). Umur

b). Jenis kelamin

c). Tingkat pendidikan

d). Pekerjaan

e). Kebiasaan merokok


6

f). Status

g). Riwayat kontak dengan penderita TB paru

Faktor risiko lingkungan fisik rumah yang berperan dalam menentukan

terjadinya interaksi antara host (penjamu) dengan unsur penyebab (agent) dalam

proses timbulnya kejadian penyakit tuberkulosis yaitu kepadatan penghuni,

kelembaban, suhu, luas ventilasi, pencahayaan, lantai dan dinding rumah (Hamidah

dkk, 2015).

Faktor lingkungan fisik yaitu:

a). Kepadatan hunian

b). Pencahayaan

c). Ventilasi

d). Kelembapan

e). Lantai

f). Dinding

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis adalah

prilaku. Contoh perilaku hidup sehat adalah makan makanan yang bergizi, tidak

merokok, tidak meminum minuman keras, dan olahraga teratur. Bagi penderita

tuberculosis hidup sehat dapat berupa menjemur alat tidur seperti bantal,guling dan

kasur,membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari dapat masuk

kedalam rumah, tidak membuang dahak sembarangan, dan menutup mulut ketika

batuk atau bersin.

Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat

berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak
7

menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga rumah

menjadi sangat penting sebagai lingkungan mikro yang berkaitan dengan risiko dari

pencemaran udara.

Menurut Permenkes R.I. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 Dampak dari

adanya pencemar udara dalam ruang rumah terhadap kesehatan dapat terjadi baik

secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan kesehatan secara langsung dapat

terjadi setelah terpajan, antara lain yaitu iritasi mata, iritasi hidung dan tenggorokan,

serta sakit kepala, mual dan nyeri otot (fatigue), termasuk asma, hipersensitivitas

pneumonia, flu dan penyakit–penyakit virus lainnya. Sedangkan gangguan kesehatan

secara tidak langsung dampaknya dapat terjadi beberapa tahun kemudian setelah

terpajan, antara lain penyakit paru, jantung, dan kanker, yang sulit diobati dan

berakibat fatal.

Berdasarkan hal di atas,bahwa ada beberapa parameter yang digunakan untuk

penilaian rumah sehat,di antaranya dinding,lantai,pencahayaan,kepadatan hunian dan

ventilasi. Kita dapat mengetahui suatu rumah termasuk kedalam rumah sehat atau

bukan melalui parameter diatas.

Berdasarkan jumlah tuberculosis sebelumnya, Indonesia berada di peringkat

ke tiga dengan jumlah 842 kasus di tahun 2018 dan di tahun 2019 sebesar 64,5%

yang relatif meningkat jika dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya. Provinsi

dengan jumlah kasus tertinggi adalah Jawa Barat dengan 124.000 kasus, Jawa Timur

sebanyak 57.014 kasus dan di Jawa Tengah sebanyak 51.000 kasus. Provinsi dengan

CDR yang tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta sebanyak 59.673 sementara provinsi

Lampung berada di urutan ke 14 dengan persentase sebanyak 3.155 kasus.


8

Puskesmas Rawat Inap Pringsewu adalah Puskesmas dengan persentase

kejadian tuberculosis terbesar ke tiga di Kabupaten Pringsewu dengan perkiraan

estimasi insiden 100% sebanyak 165 kasus dan memiliki 2 wilayah kerja dengan

kejadian tuberculosis tertinggi yang terdapat di Pringsewu Selatan dan Pringsewu

Timur dengan masing-masing 9 kejadian kasus di tahun 2021.

Cakupan rumah yang telah memenuhi syarat rumah sehat di wilayah kerja

Puskesmas Pringsewu adalah 86,8% atau 10803 dari 5250 rumah . Berdasarkan data

kasus Tuberculosis di Puskesmas Pringsewu yaitu, 61 kasus di tahun 2019, 46 kasus

di tahun 2020, dan 41 kasus di tahun 2021.

Berdasarkan data dari petugas bagian TB Paru di Puskesmas Rawat Inap

Pringsewu,dapat di ketahui bahwa tren untuk penyakit Tuberculosis masih ada

walaupun tren menurun, yang kemungkinan masih berkaitan dengan kondisi rumah.

Faktor yang menyebabkan masih adanya tren Tuberculosis adalah kontak langsung

dengan penderita, kepatuhan minum obat dan kondisi fisik rumah yang belum

memenuhi syarat konstruksi, seperti lantai,dinding, ventilasi, dan rumah kecil yang

tidak memenuhi syarat hunian pada penderita Tuberculosis.

Melihat data yang menunjukkan bahwa Puskesmas Rawat Inap Pringsewu

termasuk kedalam Puskesmas dengan kasus TB paru terbesar ke tiga se-kabupaten

Pringsewu,dapat diartikan bahwa masih banyaknya pasien untuk Tuberculosis. Maka

dari itu penulis tertarik ingin mengetahui kondisi rumah pada penderita Tuberculosis

di Puskesmas Rawat Inap Pringsewu,Lampung. Berdasarkan uraian diatas penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kondisi Rumah Pada

Penderita Tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2022”


9

B. Rumusah Masalah

Berdasarkan data profil Puskesmas Rawat Inap Pringsewu tahun 2021, masih

terdapat tren penderita Tuberculosis walaupun tren menurun, yang kemungkinan

masih berkaitan dengan kondisi rumah dengan cakupan rumah sehat 86,8%. Namun

melihat data yang menunjukkan bahwa Puskesmas Rawat Inap Pringsewu termasuk

kedalam Puskesmas dengan kasus Tuberculosis terbesar ke tiga se-kabupaten

Pringsewu,dapat diartikan bahwa masih banyaknya pasien untuk Tuberculosis. Faktor

yang menyebabkan masih adanya tren Tuberculosis adalah kontak langsung dengan

penderita, kepatuhan minum obat dan kondisi fisik rumah yang belum memenuhi

syarat konstruksi, seperti lantai,dinding, ventilasi, dan rumah kecil yang tidak

memenuhi syarat hunian pada penderita Tuberculosis.

Maka dari itu penulis tertarik ingin mengetahui kondisi rumah pada penderita

tuberculosis di Puskesmas Rawat Inap Pringsewu,Lampung.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut tentang “Gambaran Kondisi Rumah Pada Penderita Tuberculosis

di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Tahun 2022”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Kondisi Rumah Penderita Tuberculosis di wilayah

kerja Puskesmas Pringsewu sebagai puskesmas dengan tuberculosis terbesar

ke tiga se-kabupaten pringsewu.


10

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran ventilasi rumah pada penderita Tuberculosis di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu tahun 2022

b. Mengetahui gambaran keadaan dinding rumah pada penderita

Tuberculosis di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu tahun 2022

c. Mengetahui gambaran kepadatan penghuni rumah pada penderita

Tuberculosis di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu tahun 2022

d. Mengetahui gambaran kelembapan rumah pada penderita Tuberculosis di

Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu tahun 2022

e. Mengetahui gambaran pencahayaan rumah pada penderita Tuberculosis di

wilayah kerja psukesmas Pringsewu tahun2022

f. Mengetahui gambaran lantai rumah pada penderita Tuberculosis di

wilayah kerja puskesmas Pringsewu tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis Menambah wawasan tentang penelitian di bidang kesehatan dan

sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan

Kemenkes Tanjung Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan dan mengetahui

gambaran kondisi rumah dengan kejadian tuberculosis.

2. Bagi Instansi terkait (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) sebagai masukan dan

bahan pertimbangan membuat dan mengembangkan program kesehatan kasus

penyakit berbasis lingkungan khususnya penyakit tuberculosis.


11

3. Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjung Karang Jurusan

Kesehatan Lingkungan agar hasil penelitian dapat menambah kepustakaan

dan dapat menjadi tambahan informasi tentang penyakit tuberculosis.

E. Ruang Lingkup

Karena keterbatasan penulis dalam waktu dan tenaga maka ruang lingkup

penelitian ini yaitu melihat kondisi rumah diantaranya (gambaran ventilasi, dinding

rumah, kepadatan hunian, lantai, kelembapan dan pencahayaan ) pada rumah yang

memungkinkan adanya risiko kejadian tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Pringsewu Tahun 2022.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tuberculosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh

bakteri mycobacterium tuberculosis.Sebagian besar bakteri mycobacterium

tuberculosis menyerang organ paru-paru (80%), sedangkan 20% lainnya menyerang

organ diluar paru (jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik,2015).

Kuman tuberkulosis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun

1882. Jenis kuman tersebut adalah Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium

africanum dan Mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis termasuk dalam genus

Mycobacterium, suatu anggota dari family dan termasuk ke dalam ordo

Actinomycetales. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat

pada manusia dan juga penyebab terjadinya infeksi tersaring. Basil–basil tuberkel di

dalam jaringan tampak sebagai mikroorganisme berbentuk batang, dengan panjang

bervariasi antara 1 – 4 mikron dan diameter 0,3 – 0,6 mikron. Bentuknya agak

melengkung dan kelihatan seperti manik– manik atau bersegmen. (Sang Gede

Purnama, 2016 hal 17)

Bakteri Mycobacterium tuberculosis mati pada pemanasan 100ºC selama 5-

10 menit atau pada pemanasan 60ºC selama 30 menit, sedangkan dengan alcohol 70-

95% selama 15-30 detik. Bakteri tersebut tahan selama 1-2 jam di udara terutama di

tempat lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar

matahari atau aliran udara (widoyono, 2011).

12
13

Determinan penyakit TB paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan.

Kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi.

Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian, lantai rumah,

ventilasi, pencahayaan, kelembaban (jurnal Kedokteran dan Tropik,2015).

1. Patofisiologi

Infeksi diawali oleh seseorang yang menghirup basil M. tuberculosis. Bakteri

menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat

bertumpuk. Perkembangan M. tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke are lain

dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah

ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru

(lobus atas). Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar

bakteri.

Interaksi antara M. tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal

infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma

selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa

tersebut disebut ghon tubercle. Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak

kuat maka penyakit akan menjadi lebih parah yang dapat menimbulkan akibat infeksi

ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif (Somantri

Irman, 2007:60 didalam skripsi Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dan

Kontak Serumah Dengan Penderita TB Dengan Kejadian TB Paru BTA Positif).


14

2. Penyebab Penyakit Tuberculosis

Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang sering terjadi di paru-

paru yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman TB

biasanya masuk kedalam tubuh melalui pernafasan ke paru-paru kemudian kuman

tersebut menyebar dari paru-paru kebagian tubuh lainnya melalui system peredaran

darah (Tosepu,R,2016).

a. Agen

Penyebab tuberculosis adalah kuman Mycobackterium Tuberculosis yang

berbentuk batang. Kuman TB dapat mati dengan sinar matahari langsung,namun

dapat bertahan beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap.

b. Pejamu

Pejamu tuberculosis adalah manusia. Sebagai pejamu dari penyakit ini,disarankan

untuk tidak kontak langsung dengan penderita,terutama menggunakan barang-

barang yang sama.

c. Lingkungan

Lingkungan dengan kepadatan penduduk tinggi merupakan salah satu factor

lingkungan yang menjadi penyebab penyakit tuberculosis.Penyakit ini menular

melewati udara. Lingkungan yang padat akan kekurangan ruang yang sempit dan

tidak sehat sehingga bakteri ini dapat dengan mudah menyebar dan berkembang

biak (Tosepu, R, 2016).


15

a. Penularan Tuberculosis

Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang TB

Paru BTA Positif batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut

terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita tersebut batuk, bersin atau

berbicara saat berhadapan dengan orang lain basil tuberkulosis tersembur dan terhisap

kedalam paru orang sehat. Masa inkubasi kuman tuberculosis selama 3-6 bulan dalam

tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar kebagian tubuh lain

melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya. Tiap

satu pasien BTA positif akan menularkan 10-15 orang lainnya, sehingga

kemungkinan setiap kontak tertular TB paru adalah 17%. Seorang dengan penderita

BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit ini.

Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan. (widoyono, 2011).

b. Gejala Tuberculosis

Tuberculosis tidak menunjukkan gejala dengan bentuk yang membedakan dengan

suatu penyakit lainnya. Tuberculosis dibagi menjadi 2 gejala,yaitu gejala klinik dan

gejala umum(Purnama, Sang G.2016).

1. Gejala Klinik

a. Batuk

Merupakan gejala awal,biasanya batuk ringan yang dianggap seperti batuk biasa.

b. Dahak

Awalnya dahak keluar dalam jumlah sedikit dan bersifat mucoid(berlendir),dan

berubah menjadi mucopurelent(mengandung nanah dan lender) atau kuning

kehijauan sampai purulent(mengandung nanah) dan kemudian berubah menjadi


16

kental bila terjadi pengajuan dan kelunakan.

c. Batuk darah

Darah yang keluar berupa bercak-bercak,gumpalan darah atau darah segar dalam

jumlah banyak.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberculosis termasuk ringan.

e. Wheezing

Suara mengi(napas berbunyi) atau wheezing disebabkan oleh penyimpitan lumen

endo-bronkus oleh secret,jaringan granulasi dan ulserasi.

f. Sesak nafas

Merupakan gejala dari proses lanjutan tuberculosis paru akibat adanya

obstruksi(sumbatan) saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan difusi dan

hipertensi pulmonal.

2. Gejala umum

a. Demam

Demam adalah gejala awal yang sering terjadi. Peningkatan suhu tubuh terjadi

pada siang atau sore hari. Suhu tubuh naik akibat kuman TB yang berkembang

menjadi progresif.

b. Menggigil

Terjadi akbat peningkatan suhu tubuh yang tidak disertai pengeluaran panas.

c. Keringat malam

Umumnya timbul akibat proses lanjut dari penyakit.


17

d. Penurunan nafsu makan

Turunnya nafsu makan berakibat pada penurunan berat badan

e. Badan lemah

Gejala tersebut dirasakan jika aktivitas yang dikeluarkan tidak seimbang dengan

jumlah energy yang dibutuhkan dari keadaan sehari-hari yang menyenangkan

(Purnama, Sang G. 2016)

c. Faktor resiko terjadinya TB paru

Menurut Suryo Joko (2010: 53) penyakit tuberkulosis dipengaruhi oleh banyak

faktor salah satunya yaitu :

a. Faktor terkait individu

1). Usia.

Di Indonesia 75% penderita penyakit tuberkulosis adalah kelompok usia

produktif yaitu 15-50 tahun.

2). Jenis kelamin.

Tuberkulosis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan degan

wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok

sehingga memudahkan terjangkitnya penyakit tuberkulosis.

3). Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuannya,

diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan

pengetahuan penyakit tuberkulosis sehingga dengan pengetahuan yang

cukup maka seseorang akan mencoba untuk melakukan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS).


18

4). Pekerjaan.

Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap

individu. Paparan kronis udara yang tercemar meningkatkan mordibitas,

terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan yang umumnya

penyakit tuberkulosis.

5). Kebiasaan merokok.

Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena penyakit

tuberkulosis sebanyak 2,2 kali.

b. Faktor resiko lingkungan

1). Kepadatan hunian rumah

Kepadatan hunian yang merupakan faktor lingkungan terutama pada penderita

tuberculosis. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya

dinyatakan dalam m2/orang. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10

m2/orang, untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Kamar

tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari 2 orang, kecuali untuk suami isteri dan anak

dibawah 2 tahun yang biasanya masih sangat memerlukan kehadiran orang tuanya.

Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit pernafasan sebaiknya tidak

tidur sekamar dengan anggota keluarga yang lain.

2). Pencahayaan

Pencahayaan baik pencahayaan alam atau buatan dapat menerangi seluruh

bagian ruangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. Lubang cahaya

minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, sinar matahari langsung dapat

masuk ke ruangan minimum 1 jam setiap hari, dan cahaya efektif dapat diperoleh
19

dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.

3). Ventilasi

Ventilasi adalah lubang angin atau udara sehingga menjadi tempat sirkulasi

udara yang membawa masuk udara bersih. Udara segar dan bersih diperlukan

untuk menjaga temperatur dan kelembaban ruangan, umumnya temperatur kamar

22º- 30º C.

4). Kelembapan rumah

Kelembaban udara dalam rumah minimal 40%-70% dan suhu ruangan yang

ideal antara 18ºC-30ºC. Jika suhu terlalu panas akan menimbulkan dampak pada

cepat lelahnya saat bekerja dan tidak cocoknya utuk istirahat,sebaliknya jika suhu

terlalu dingin dapat menimbulkan alergi pada orang-orang tertentu. Keadaan ini

perlu diperhatikan karena kelembapan dalam rumah berpengaruh pada

perkembang biakkan mikroorganisme.

5). Lantai rumah

Lantai yang memenuhi syarat salah satunya kedap air dan tidak lembap. Jenis

lantai tanah mempunyai peran penting terhadap kejadian tuberculosis melalui

kelembapan pada ruangan. Lantai tanah cenderung lebih berdebu di musim panas

yang dapat membahayakan pernafasan.

6). Dinding

Dinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari hujan maupun angin serta

melindungi dari pengaruh panas dan debu serta menjaga kerahasiaan (privacy)

penghuninya. Bahan pembuat dinding adalah dari kayu, bamboo, pasangan batu

bata, atau sebagainya tetapi bahan yang paling baik adalah tembok permanen
20

karena tahan air dan mudah dibersihkan (Suryo, Joko, 2010:53).

d. Upaya pencegahan

Penyakit TB dapat dicegah dengan berberapa pencegahan umum yaitu:

a). Menjaga kesehatan tubuh.

b). Mengkonsumsi makanan bergizi.

c). Olahraga teratur.

d). Istirahat cukup.

e). Melakukan vaksin atau imunisasi BCG terutama pada balita.

f). Mengkonsumsi multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

g). Menghindari atau meminimalisir kontak dengan penderita TB aktif (gunakan

masker saat kontak atau berada satu ruangan dengan penderita TB).

h). Pengaturan sistem ventilasi rumah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam

rumah dapat membatu menghilangkan bakteri TB dari udara rumah.

Membuka jendela agar sinar matahari dapat masuk sehingga dapat membantu

membunuh bakteri TB (Pecegahan secara umum menurut Widiyanto Sentot

(2009: 119)

1) Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder tuberkulosis terhadap sputum yang infeksi, terdiri dari:

a) Mengatur ventilasi dengan baik agar pertukaran udara tetap terjaga

b) Mengurangi kepadatan penghuni rumah

c) Melakukan foto rontgen untuk orang dengan hasil tes tuberculin positif

d) Melakukan pemeriksaan dahak pada orang dengan gejala klinis TB paru.

2) Pencegahan tersier
21

Dengan mengobati penderita yang sakit dengan obat anti Tuberkulosis.

Perngobatan Tuberkulosis paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien mencegah

kematian mencegah kekambuhan memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap Directly Obsevesed Treatment Short-couser

(DOTS) (Sang Gede Purnama, 2016).

e. Upaya Penanggulangan

Directly Observesed Treatment Shortcourse chemotherapy (DOTS) adalah strategi

program pemberantasan Tuberkulosis paru yang direkomendasikan oleh WHO sejak

1995. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu:

1. Komitment politik dari udara dari para pengambil keputusan, termasuk

dukungan danna

2. Diagnosa TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

3. Pengobattan dengan panduan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

4. Keseimbangan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

5. Pencatatan dan laporan secara buku utuk memudahkan pemantauan dan evaluasi

program penanggulangan TBC (Santa Manurung, 2009)

B. Pengertian Rumah

Menurut Permenkes, RI. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang pedoman

penyehatan udara dalam rumah, Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi

sebagai tempat tinggal layak huni,sarana pembinaan keluarga,cerminan dan martabat

penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.


22

Rumah atau tempat tinggal maunsia mengalami perkembangan dari zaman ke

zaman. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua berkembang dengan

mendirikan rumah di tengah hutan dan di bawah pohon. Pada saat ini manusia telah

membangun rumah bertingkat yang dilengkapi dengan peralatan modern. Sejak

zaman dahulu manusia membangun rumah dengan ide nya masing-masing

berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah dengan bahan

yang ada di tempat nya berada/local material(Notoadmojo, S. 2011).

1. Penyehatan Udara Dalam Rumah

Menurut Permenkes, RI. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011, pencemaran

udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat berbahaya bagi

kesehatan manusia. Dampak dari adanya pemcemaran udara dalam ruang rumah

terhadap kesehatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Gangguan secara langsung yaitu iritasi mata,iritasi hidung dan tenggorokan, serta

sakit kepala, mual dan nyeri otot(fatigue), asma, hipersensitivitas pneumonia, flu

dan penyakit virus lainnya.

Gangguan kesehatan tidak langsung dapat terjadi setelah beberapa tahun

kemudian setelah terpajan, yaitu penyakit paru, jantung, dan kanker yang sulit

diobati dan berakibat fatal. Selain penyakit itu penyakit lainnya yang dapat

disebabkan karena faktor pencemaran udara, antara lain, Bronkhitis, Penyakit

paru Obstructive Kronik (PPOK), kanker paru,kematian Berat Bayi Lahir Rendah

(BBLR), kematian bayi usia kurang dari satu minggu, otitis media dan ISPA.

Pada Negara maju diperkirakan angka kematian per tahun karena

pencemaran udara dalam ruang rumah sebesar 67%, di pedesaan dan 23% di
23

perkotaan, sedangkan angka di Negara berkembang untuk perkotaan adalah 9%

dan di pedesaan 1% dari total kematian.

Kualitas udara di dalam ruang rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain, bahan bangunan misalnya asbes, struktur bangunan misalnya

ventilasi, bahan pelapis interior dan furniture, kepadatan hunian, kualitas udara

luar rumah, debu dan kelembapan yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga

di pengaruhi oleh kegiatan di dalam rumah seperti penggunaan energy tidak

ramah lingkungan, penggunaan sumber energy yang relatife murah seperti

batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian),

perilaku merokok di dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan

kimia pembersih dan kosmetika.

Dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat darp pencemaran udara

dalam ruang rumah, diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang dapat

memberikan acuan dalam pengendalian pencemaran udara dalam ruang rumah.

Persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah meliputi:

1. Kualitas fisik, terdiri dari parameter: particulate (particulate Matter/PM2,5

dan PM10), suhu udara, pencahayaan, kelembapan, serta pengaturan dan

pertukaran udara (laju ventilasi);

2. Kualitas kimia terdiri dari parameter: Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen

dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Timbal

(Plumbum=Pb), asap rokok, asbes;

3. Kualitas biologi terdiri dari parameter: bakteri dan jamur.


24

2. Persyaratan kesehatan rumah

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis atau rasa nyaman, terdiri dari kecukupan cahaya yang masuk

kedalam ruangan, ventilasi atau penghawaan yang baik, tidak adan kebisingan

yang berlebihan dan terdapat ruang bermain yang cukup bagi anak-anak.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis

Kebutuhan psikologis dari penghuni rumah yaitu rasa nyaman dan aman dari

penghuni rumah.

c. Mencegah penularan penyakit

Pembangunan rumah harus memperhatikan faktor yang dapat menjadi sumber

penularan penyakit, Faktor tersebut meliputi penyediaan air bersih, bebas dari

serangga dan tikus, pengelolaan sampah yang benar, pengelolaan limbah dan tinja

yang benar.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan

Rumah sehat harus dapat mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kecelakaan

seperti jatuh,terkena benda tajam,keracunan,bahaya kebakaraan dll.

3. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh

1. Lingkungan Fisik Rumah

Lingkungan adalah segala macam sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu)

baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk

akibat adanya interaksi semua elemen termasuk host yang lain. Lingkungan rumah

nerupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status

kesehatan penghuninya. Syarat-syarat yang dipenuhi oleh rumah sehat secara


25

fisiologi yang berpengaruh terhadap kejadian tuberculosis paru antara lain: (Purnama,

Sang G. 2016)

a. Kepadatan Penghuni Rumah

Asosiasi Pencegahan Tuberculosis Paru Bradbury mendapat kesimpulan secara

statistic bahwa kejadian tuberculosis paling besar disebabkan oleh keadaan rumah

yang tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya. Semakin padat penghuni rumah

akan semakin cepat pula udara di dalam rumah mengalami pencemaran. Jumlah

penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam

ruangan tersebut, begitu juga dengan kadar uap air dan suhu udaranya. Meningkatnya

kadar CO2 di udara dalam rumah maka akan memberi kesempatan bagi bakteri

Mycobacterium tuberculosis untuk berkembang biak.

b. Kelembapan Rumah

Kelembapan udara dalam rumah maksimal 40%-70% dan suhu ruangan ideal

antara 180C-300C. Jika kondisi suhu ruangan tidak optimal, terlalu panas akan

berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan tidak cocok untuk istirahat.

Sebaliknya juka suhu terlalu dingin dapat menimbulkan alergi pada orang orang

tertentu dan tidak menyenangkan. Kelembapan dalam rumah perlu di perhatikan

karena dapat mempermudah berkembang biaknya mikroorganisme antara lain bakteri

spirochete,rickettsia dan virus.

Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke tubuh melalui udara, selain itu

kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan membrane mukosa hidung menjadi

kering sehingga kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme. Kelembapan

dalam rumah menurut Departemen Pekerjaan Umum(1986) dalam buku Purnama,


26

sang G. dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:

1) Kelembapan yang naik dari tanah (rising damp)

2) Meremvbes melalui dinding (percolating damp)

3) Bocor melalui atap (roof leaks)

Untuk mengatasi kelembapan, maka harus diperhatikan kondisi drainase atau

saluran air di sekeliling rumah, lantai kedap air, sambungan fondasi dengan dinding

harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia ventilasi yang cukup.

c. Ventilasi

Menurut indicator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat

kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi

syarat kesehatan adalah <10% luas lantai rumah, yang akan mengakibatkan

berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi karbondioksida

yang bersifat racun bagi penghuninya.

Ventilasi berfungsi juga untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-

bakteri, terutama bakteri pathogen seperti tuberculosis, karena disitu selalu terjadi

pertukaran udara. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan

mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran udara dan sinar matahari yang masuk

ke dalam rumah, akibatnya kuman tuberculosis yang ada di dalam rumah tidak dapat

keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan.

d. Pencahayaan Sinar Matahari

Selain berguna untuk menerangi ruangan, sinar matahari juga dapat membunuh

bakteri. Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit tuberculosis

paru, dengan mengusahakan masuknya sinar matahari pagi ke dalam rumah. Sinar
27

matahari masuk melalui jendela atau genting kaca. Sinar matahari pagi mengandung

sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Depkes RI, 1994). Rumah yang tidak

mendapat atau masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita tuberculosis 3-7

kali dibandingkan rumah yang dimasuki sinar matahari.

e. Lantai Rumah

Rumah sehat harus memenuhi syarat lantai yang kedap air dan tidak lembap.

Lantai tanah memiliki peran terhadap kejadian Tuberculosis paru melalui kelembapan

ruangan. Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembapan, pada musim panas lantai

menjadi kering sehingga menimbulkan debu yang berbahaya untuk penghuninya.

f. Dinding

Dinding berfungsi sebagai pelindung dari hujan,angina,panas maupun debu dari

luar, dan menjaga kerahasiaan penghuninya. Beberapa bahan pembuat dinding

adalaha kayu, bambu, batu bata, dan sebagainya. Dari beberapa bahan tersebut batu

bata adalah bahan paling baik karena tidak mudah terbakar dan kedap air sehingga

mudah di bersihkan.

4. Persyaratan Rumah Sehat

Perumahan yang baik adalah kumpulan rumah yang dilengkapi berbagai

fasilitas seperti jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu

jalan, lapangan bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, pusat

kesehatan, dan harus bebas banjir. Standar arsitektur bangunan pada dasarnya

ditujukkan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain,

letak dan luas ruangan serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan

syarat rumah tinggal yang sehat bagi penghuninya (Chandra Budiman, 2007).
28

Kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment antara

lain:

1. Harus melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat

istirahat.

2. Mempunyai tempat untuk tidur, memasak, mandi, kakus, mencuci, dan kamar

mandi.

3. Melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kuat dan melindungi penghuninya dari gempa,

keruntuhan, dan penyakit menular.

6. Memberi rasa nyaman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Sementara itu, kriteria rumah sehat antara lain:

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis

Terdapat beberapa variable yang harus diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan

fisiologis diantaranya:

a. Suhu ruangan

Suhu sebaiknya tetap berkisaran antara 18-200C. Suhu ruangan ini sangat

dipengaruhi oleh:

1) Suhu udara luar

2) Pergerakan udara

3) Kelembapan udara

4) Suhu benda-benda di sekitarnya

Pada rumah modern, suhu ruangan dapat diatur dengan fasilitas air
29

conditioning.

b. Penerangan

Rumah harus tetap mendapatkan penerangan yang cukup, baik di malam hari

maupun siang hari. Idealnya penerangan di dapat dalam bentuk listrik dengan

pencahayaan >60 Lux. Tiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari

terutama di pagi hari.

c. Ventilasi udara

Tiap rumah harus memiliki ventilasi yang memadai dengan luas lubang 10% dari

luas lantai. Pengukuran ventilasi dilakukan dengan mengukur jumlah dan luas

kamar dan berapa orang yang menempatinya.

d. Jumlah Ruangan

Ruangan atau kamar diperhtungkan sesuai jumlah penghuni atau jumlah orang

yang tinggal bersama atau sekitar 5 m2 per orang.

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis

Kebutuhan tersebut antara lain:

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, harus memenuhi rasa keindahan sehingga

menjadi pusat kesenengan rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi tiap anggota keluarga yang tinggal di

rumah tersebut.

c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus memiliki

ruangan atau kamar sendiri untuk menjaga privasi nya.

d. Harus ada ruangan untuk bermasyarakat, seperti ruang tamu.


30

3. Dapat menghindarkan dari kejadian kecelakaan

Rumah yang sehat dan aman harus menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut.

Kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

a. Konstruksi rumah dan bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah runtuh

b. Memiliki sarana pencegahan kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat lain

terutama untuk anak-anak

c. Bnagunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar

d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas

e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air

4. Menghindarkan terjadinya penularan penyakit

Kriteria rumah sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain:

a. Memilki sumber air bersih dan sehat yang tersedia sepanjang tahun

b. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik

c. Dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit seperti nyamuk, lalat, tikus,

dan sebagainya

d. Letak perumahan jauh dari sumber pencemar misalnya kawasan industry dengan

jarak minimal 15 km dan memiliki daerah hijau serta bebas banjir


31

C. Kerangka Teori

Menurut model Gordon dalam Ramadhan Tosepu 2016 tentang Epidemiologi

Lingkungan dan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011

Kondisi fisik Rumah:


1. Langit-langit
2. Dinding
3. Jendela
4. Ventilasi Lingkungan
5. Kepadatan hunian
6. Pencahayaan HOST
Penderita
Kondisi fisik lingkungan: AGEN TBC
1. Suhu udara
2. Pencahayaan
3. Kelembapan
4. Laju ventilasi
Daya Tahan Tubuh

Gambar 1.
Kerangka Teori
32

D. Kerangka Konsep

Sesuai tujuan penelitian, yaitu mengetahui Gambaran Kondisi Rumah Pada

Penderita Tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Pringsewu Tahun

2022, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kondisi rumah:
1. Ventilasi
2. Dinding
3. Keapdatan penghuni Kejadian Tuberculosis
4. Kelembapan
5. Pencahayaan
6. Lantai

Gambar 2.
Kerangka Konsep
33

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
1 Ventilasi Rongga atau lubang hawa observasi checklist 1. memenuhi syarat bila ordinal
yang terdapat di dinding luas lubang ventilasi
rumah yang berfungsi >10% dari luas lantai.
sebagai tempat sirkulasi 2. Tidak memnuhi syart
udara untuk menjaga udara bila luas lubang ventilasi
ruangan tetap segar <10% dari luas lantai.

2 Dinding Dinding adalah suatu observa checkli 1. memenuhi syarat jika ordinal
struktur padat sebagai si st kedap air, dan diplester
sarana penyangga atap dan 2. tidak memenuhi syarat
juga melindungi dari panas jika tidak diplester
sinar matahari secara
langsung, dinding yang
baik terbuat dari bahan
susunan batu bata dan
diplester, dengan syarat
dinding tersebut dari bahan
permanen (susunan batu
bata dan diplester),
berwarna terang.
3 Lantai Lantai adalah bagian dari Obsevas checkli 1. memenuhi syarat jika ordinal
bangunan yang letaknya i st kedap air dan diubin atau
dibawah atau digunakan keramik
sebagai landasan atau 2. tidak memenuhi syarat
pijakan kaki atau untuk jika tidak kedap air dan
meletakan benda sehari- tanah
34

hari. Lantai yang baik


dilapisi dengan bahan
yang kedap air (di semen,
dipasang tegel, tarasso
dan lainnya)
4 Pencahayaan Pencahayaan adalah observasi Lux meter 1. memenuhi syarat jika ordinal
intensitas penerangan pencahayaan >60 Lux
yang masuk kedalam 2. tidak memenuhi syarat
ruangan rumah, yang jika <60 Lux
bersumber dari
pencahayaan alami.
Cahaya yang cukup
untuk ruangan didalam
rumah merupakan
kebutuhan kesehatan
manusia.
5 Kelembaban Kelembapan adalah Observasi hygrometer 1. memenuhi syarat jika ordinal
banyaknya kadar air dan kelembapan minimal 40%
yang terkandung dalam pengukuran maksimal 60%
udara yang berada di 2. tidak memnuhi syarat jika
dalam ruangan. kelembapan dibawah 40%
dan lebih dari 60%
6 Kepadatan Jumlah penghuni yang observasi kuesioner 1. memenuhi syarat jika ordinal
penghui berada didalam rumah kepadatan penghuni
>8m /orang
2

2. tidak memenuhi syarat


jika kepadatan penghuni
<8m2/orang
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat suatu gambaran

tentang suatu keadaan secara subjektif (Notoatmodjo, 2010), yaitu untuk

mendapatkan Gambaran Keadaan Rumah Pada Penderita Tuberculosis di

Wilayah Puskesmas Pringsewu 2022.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Pringsewu

tahun 2022.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pringsewu pada tahun

2022.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek

yang diteliti, yaitu seluruh rumah penderita Tuberculosis yang teregistrasi pada

Puskesmas Pringsewu tahun 2021, yaitu diambil dalam kurun waktu bulan

Januari sampai bulan Desember sebanyak 41 penderita.

35
36

2. Sampel

Menurut Notoadmodjo, 2005. Sampel adalah anggota populasi yang akan

mewakili populasi. Dalam penelitian ini sampel diambil sesuai dengan jumlah

populasi atau total populasi yaitu 41 kasus Tuberculosis.

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan dengan lembar

checklist dan kuesioner untuk melihat kondisi fisik rumah penderita Tuberculosis.

b. Data sekunder

Diperoleh sebagai penunjang peneliti adalah Profil Kesehatan Puskesmas Rawat

Inap Pringsewu dan memanfaatkan data lain yang ada di Puskesmas Rawat Inap

Pringsewu yang Berkaitan dengan kondisi lingkungan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu.

1) Cara pengumpulan data

a) Mendatangi Puskesmas Pringsewu untuk menanyakan daftar nama dan

juga alamat responden penderita tuberculosis paru.

b) Sebelum mengambil data siapkan kuesioner dan checklist yang akan diisi

serta menyiapkan alat ukur yang akan digunakan.

c) Datang ke rumah responden dan memperkenalkan diri serta menjelaskan

maksud dan tujuan mendatangi rumah responden.


37

d) Menjelaskan dan menanyakan setiap poin yang ada di kuesioner dan

checklist lalu isi kuesioner dengan jelas.

e) Dokumentasikan setiap kegiatan pada saat pengambilan data guna

dijadikan dokumentasi pendukung dalam penelitian ini.

f) Periksa kembali kelengkapan data yang sudah diisi sebelum meninggalkan

rumah responden.

g) Wawancara selesai, peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperoleh dari hasil ini, yaitu sesuai dengan variable

yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan checklist dan

questioner serta pengukuran menggunakan alat lux meter, meter roll dan hygrometer

kemudian disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang

Rumah.

F. Pengolahan Dan Analisi Data

1. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah secara manual ataupun bantuan

computer dengan langkah sebagai berikut:

a. Memasukkan data (Entry)

Memasukkan data yang diperoleh dan dikelompokkan dalam bentuk tabel

dan diuraikan dalam bentuk narasi.


38

b. Cleaning

Yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data-data yang

diperoleh. kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada

kesalahan dalam memasukkan data.

2. Analisis Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian

dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang

Rumah dan Keputusan Menteri Kesehatan araepublik Indonesia No

829/MENKES/SK/VII/1999.
39

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani Hidayati

Zahri Darni

JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi) (2018)


Monintja, N. G., Warouw, F., & Pinontoan, O. R. (2020). Keadaan Fisik Rumah
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Indonesian Journal of Public Health and
Community Medicine, 1(3), 93-99.

Wikurendra, E. A. (2019). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tb Paru Dan


Upaya Penanggulangannya.

Mufti’ah, W. S., Syari, W., & Dwimawati, E. (2021). GAMBARAN PELAKSANAAN


PROGRAM TB PARU DI PUSKESMAS GANG KELOR KOTA BOGOR
TAHUN 2019-2020. PROMOTOR, 4(4), 395-403.

SATRIAWAN, K. A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. Y DENGAN TUBERKULOSIS PARU
DI DESA PUNGGUR LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN
2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Manalu, H. S. P., & Sukana, B. (2011). Aspek pengetahuan sikap dan perilaku
masyarakat kaitannya dengan penyakit TB paru. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 21(1), 150706.

Wibisono, A. F. (2014). UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUANRUMAH SEHAT


BAGIKELUARGA. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 3(01),
17-20.

PMK No. 1077 ttg Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.pdf

Kepmenkes, R.I. 1999. No. 829/MENKES/VII/1999. Tentang Persyaratan Kesehatan


Perumahan. Jakara: Departemen Kesehatan RI.

Laily, D. W., Rombot, D., & Lampus, B. (2015). Karakteristik pasien tuberkulosis
paru di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan
Tropik, 3(1).

Sejati, A., & Sofiana, L. (2015). Faktor-faktor terjadinya tuberkulosis. KEMAS:


Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 122-128.
40

Tosepu, R. 2016. Epidemiologi Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Bumu Medika.

Permenkes, R.I. Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan


Udara Dalam Ruang Rumah. Mentri Kesehatan RI, Jakarta.

Purnama, Sang G. 2016. Penyakit Berbasis Lingkungan. Bali: Universitas Udayana

Widoyono. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.
41

INSTRUMEN PENELITIAN

GAMBARAN KONDISI RUMAH PADA PENDERITA TUBERCULOSIS DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRINGSEWU
TAHUN 2022

Tanggal observasi :…………………………


Yang melakukan observasi :…………………………
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :…………………………
2. Alamat :…………………………
3. Umur :…………………………Tahun
4. Jenis Kelamin :…………………………

Laki-laki Perempuan

5. Pendidikan Terakhir :………………………....


6. Pekerjaan :…………………………

B. Data Khusus
1. Sudah berapa lama tinggal dirumah ini ?
a. <1 Tahun
b. >1 Tahun
2. Ada berapa orang yang sekamar dengan penderita ?
a. 1 Orang
b. 2 Orang
c. 3 Orang
3. Berapa jumlah penghuni dalam satu rumah ?
a. < 4 Orang
b. > 4 Orang
42

KONDISI RUMAH PENDERITA TUBERCULOSIS


No. Variabel Komponen yang dinilai Ya Tidak Ukuran Keterangan
1 Ventilasi Luas lubang ventilasi
alamiah permanen
minimal 10% luas
lantai
a. Ruang Tamu
- Tetap/Ventilasi/ Cross ….m2
Ventilation

- Tidak Tetap/Jendela ….m2

- AC (air conditioner)

b. Ruang Keluarga
- Tetap/Ventilasi/Cross ….m2
ventilation

- Tidak Tetap/Jendela ….m2

- AC (air conditioner)

c. Ruang Tidur
- Tetap/Ventilasi/Cross ….m2
ventilation

- Tidak Tetap/Jendela ….m2

- AC (air conditioner)
43

d. Ruang Tidur
- Tetap/Ventilasi/Cross ….m2
ventilation
….m2
- Tidak Tetap/Jendela

- AC (air conditioner)

2 Dinding a. Kedap Air

b. Di Plester
c. Mudah Dibersihkan

Dinding
- Permanen (Pasangan batu
bata)

- Semi permanen (setengah


bambu/ anyaman bambu,
tembok dan bata tanpa
plester atau kayu berkualitas
rendah)

- Papan

- DLL

3 Kepadatan a. Luas kamar tidur minimal 8 m2


Penghuni dan ditempati tidak lebih dari 2
orang ….m2
44

b. Luas kamar tidur <8m2 dan


ditempati lebih dari 2 orang ….m2

4 Kelembapan a. Memenuhi syarat jika


kelembapan 40-60%

b. Tidak memenuhi syarat jika


kelembapan di bawah 40% dan
di atas 60%

c. Kelembapan
- Ruang Tamu ….%Rh
- Ruang Keluarga ….%Rh
- Ruang Tidur ….%Rh
- Dapur ….%Rh

5 Pencahayaan Memenuhi syarat jika


intensitas
penerangan
minimal 60 Lux
dan tidak
menyilaukan

Tidak memenuhi
syarat jika
penerangan
kurang dari 60
Lux dan
menyilaukan
45

Pencahayaan Ruang
a. Ruang Tamu ….Lux
- Alam

- Buatan ….Lux

b. Ruang Keluarga
- Alam ….Lux

- Buatan ….Lux

c. Ruang Tidur
- Alam ….Lux

- Buatan ….Lux

d. Dapur
- Alam ….Lux

- Buatan ….Lux

6 Lantai a. Lantai kedap air dan mudah


dibersihkan

b. Lantai Tidak kedap air

c. Retak

d. Lantai Tanah

e. Ubin/Keramik
46

f. Luas Lantai / Ruang


- Ruang Tamu ….m2
- Ruang Keluarga ....m2
- Kamar Tidur ….m2
- Dapur ….m2

Keterangan:
Kotak dengan warna biru tidak perlu diisi

Anda mungkin juga menyukai