Anda di halaman 1dari 65

PROPOSAL PENELITIAN

DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN


PENGOBATAN PADA PENDERITA TB PARU DI
PUSKESMAS
LAIWUI

SUDARMI
NH0223030

PROGRAM STUDI S1 ILMU


KEPERAWATAN STIKES NANI
HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas segala
limpahan Rahmat dan Hidayah-nyalah sehinga penullis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN
PADA PENDERITA TB PARU di PUSKESMAS LAIWUI” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana keperawatan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karna itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun, semoga proposal ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan ilmu
pengetahuan kepada pembaca.

Laiwui, 12 Desember 2023


Penulis

Sudarmi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ix
DAFTAR ISTILAH........................................................................................x
I. JUDUL PENELITIAN..............................................................................1
II. RUANG LINGKUP..................................................................................1
III. PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
IV. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variabel.........................................6
1. Tinjauan Umum Tuberkulosis.......................................................6
2. Tinjauan Umum Perilaku Pencarian Pengobatan..........................16
3. Tinjauan Umum Pencarian Informasi (Information Seeking).......19
4. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga...........................................20
5. Tinjauan Umum Persepsi Penyakit...............................................21
B. Kerangka Teori....................................................................................23
V. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
23
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian..................................................23
B. Kerangka Konsep................................................................................23
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.........................................23
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................27

V
DAFTAR ISI
VI. METODE PENELITIAN..........................................................................28
A. Rencana Desain Penelitian..................................................................28
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................28
C. Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................28
D. Alat atau Instrumen Penelitian............................................................31
E. Uji Instrumen Penelitian.....................................................................32
F. Proses Pengumpulan Data...................................................................33
G. Pengolahan dan Analisis Data............................................................34
H. Etika Penelitian...................................................................................35
VII. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN................................37
A. Personalia Penelitian...........................................................................37
B. Jadwal Penelitian................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................38
LAMPIRAN....................................................................................................41

vi
DAFTAR

Table 1.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...............................25

vii
DAFTAR

Gambar 1.1 Kerangka Teori....................................................................23


Gambar 1.2 Kerangka Konsep................................................................25

viii
DAFTAR

Istilah Singkatan dari


WHO World heald oganisation
TB Tuberkulosis
PPM Public Private Mix
BTA Bakteri tahan asam
OAT Obat Anti Tuberkulosis
PMO Pengawas Menelan Obat
MOTT Mycobacterium Other Than Tuberculosis
KDT Kombinasi Dosis Tetap

ix
DAFTAR

MycobacteriumTuberkulosis : Spesies bakteri pathogen dalam family


Mycobacteriaceae serta menjadi
penyebab dari tuberkulosis
Droplet : Media penularan virus dari orang sakit
ke orang sehat yang berasal dari mulut
dan hidung. Percikan terjadi saat
seseorang sedang berbicara, batuk atau
bersin
Information Seeking : Pencarian Informasi
Persepsi : Tindakan menyusun, mengenali, dan
menafsirkan informasi sensoris guna
memberikan gambaran dan pemahaman
tentang lingkungan

x
USULAN

I. JUDUL PENELITIAN
DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN
PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS LAIWUI

II. RUANG LINGKUP


KOMUNITAS DAN KELUARGA

III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB Paru merupakan penyakit infeksi bakteri
menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil
tahan asam yang ditularkan melalui udara. Tuberkulosis dapat menyebar
dari satu orang ke orang lain melalui udara (droplet dahak pasien
penderita tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan
memproduksi droplet yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika
mereka batuk, bersin, atau berbicara. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
menular yang merupakan penyebab utama kesehatan yang buruk, salah
satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia dan penyebab
utama (Suarnianti et al., 2022).
Menurut WHO (2022), Tuberkulosis Paru merupakan penyakit
menular yang paling sering menyerang paru-paru dan disebabkan oleh
sejenis bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Ini menyebar melalui udara
ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah (WHO, 2022).
Tuberculosis Paru telah menjadi permasalahan global disebabkan
oleh semakin tinggi prevalensi di setiap tahunnya baik di Indonesia
bahkan diseluruh dunia. Berdasarkan catatan (WHO, 2021), pada tahu
2018 Indonesia berada pada urutan nomor 2 setelah India dengan angka
insiden sekitar 420.994 kasus. Prevalensi TB paru dengan konfirmasi
bakteriologis di Indonesia berjumlah 759 per 100.000 penduduk berusia

1
2

15 tahun ke atas. Jumlah penderita tuberkulosis paru sebesar 9 juta orang


pada tahun 2020 di Asia.
Menurut Kemenkes RI (2023), pada tahun 2022 Kementrian
Kesehatan bersama seluruh tenaga kesehatan berhasil mendeteksi
tuberkulosis (TBC) sebanyak lebih dari 700 ribu kasus. Angka tersebut
merupakan angka tertinggi sejak TBC menjadi program prioritas
Nasional. Penyakit tuberkulosis di Indonesia menempati peringkat ketiga
setelah India dan China, yakni dengan jumlah kasus 824 ribu dan
kematian 93 ribu pertahun atau setara dengan 11 kematian per jam.
Berdasarkan Global TB Report tahun 2022 jumlah kasus TBC terbanyak
pada kelompok usia produktif terutama pada usia 25-34 tahun. Di
Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada kelompok usia
produktif terutama pada usia 45 sampai 54 tahun (Kemenkes RI, 2023).
Dari data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa
penderita TB Paru tahun 2021 di sulawesi selatan mencapai 31.022
estimasi kasus, dimana baru sebanyak 14.808 kasus atau yang
ternotifikasi jika dipresentasikan hanya 47,73%. Tahun 2022 hingga
sekarang penderita TB Paru di 24 Kabupaten/Kota mencapai sebanyak
20.388 kasus atau 65,79% dari target nasional (Dinkes Prov. Sulawesi
Selatan, 2023). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peniliti dari data
Rekam Medik Puskesmas Laiwui, jumlah data penderita TB Paru pada
tahun 2021 terdapat sebanyak 64 kasus. Pada tahun 2022 terdapat
sebanyak 91 kasus. Pada tahun 2023 terdapat sebanyak 35 kasus.
Meningkatnya prevalensi kejadian TB paru disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti penyebaran kumannya yang sangat cepat dan
mudah, ketidakpatuhan dalam pengobatan TB paru untuk pasien BTA (+),
serta perilaku pencarian pengobatan masyarakat. Perilaku pencarian
pengobatan merupakan upaya seseorang untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami atau penyakit yang diderita, dimana setiap
individu atau komunitas sangat beragam bentuk perilaku pencarian
pengobatan yang dilakukan, ada yang secara naturalistik, personalistik
3

dan ada yang mengkombinasikan keduanya. Keberagaman tersebut


disebabkan oleh beberapa faktor seperti latar belakang budaya,
kepercayaan dan norma yang mereka yakini sehingga hal tersebut
dianggap dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, begitupun
dengan masalah TB paru (Mashuri et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh (Hutagalung et al., 2022)
menunjukkan bahwa banyak penderita TB yang mempunyai pengetahuan
kurang, penderita TB kurang tahu tentang apa itu fasilitas kesehatan,
penderita hanya mengetahuinya sebagai tempat berobat. Padahal fasilitas
kesehatan juga dapat berfungsi sebagai tempat konsultasi kesehatan,
tempat untuk mengobati penyakit dan mendapatkan pengobatan, tempat
mendapatkan imunisasi dan tempat mendapatkan informasi kesehatan.
Selain itu, penderita TB juga kurang mengetahui fasilitas pengobatan
modern.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Bukan et al., 2020),
sebagian besar penderita TB Paru memiliki pengetahuan yang masih
rendah mengenai gejala dan penyebab dari penyakit TB. Pengetahuan
yang rendah tersebut menyebabkan penderita TB Paru memiliki pencarian
pengobatan pada dukun atau pengobatan tradisional. Selan itu sebagian
besar responden memiliki sikap negatif yang ditunjukkan dengan perilaku
pencarian pengobatan pada dukun atau pengobatan tradisional daripada
perilaku pengobatan ke fasilitas kesehatan. Pengobatan ke tenaga medis
baru akan dilakukan ketika responden tidak merasa sembuh setelah
melakukan pengobatan tradisional. Kepercayaan penderita TB Paru akan
hal-hal mistis yang mempengaruhi terjadinya sakit sehingga mendorong
penderita untuk memilih mencari pengobatan pada dukun atau
pengobatan tradisional.
Hal ini dipengaruhi oleh pencarian informasi (Information Seeking)
yang masih belum dilakukan oleh masyarakat terutama penderita TB
Paru. Menurut penelitian (Purnama, 2021), information seeking adalah
proses atau kegiatan yang mencoba untuk mendapatkan informasi dan
4

teknologi baik dalam konteks manusia serta segala sesuatu yang didasari
dari kebutuhan dan kemudian dilanjutkan dengan mencari sehingga
akhirnya berhasil mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Selain Information Seeking dibutuhkan dukungan keluarga untuk
membantu dalam mencari informasi tentang pengobatan yang akan
dilakukan oleh penderita TB Paru. Menurut penelitian (Nazhofah & Ella
Nurlaella Hadi, 2022) dukungan keluarga merupakan satu faktor
pendukung kepatuhan pasien terhadap fungsi yang dimilikinya yaitu
sebagai support system bagi anggota keluarga yang sakit, keluarga selalu
siap dalam memberikan pertolongan jika diperlukan. Peran keluarga
penting dalam mendorong, mendukung dan mengawasi pengobatan
pasien.
Salah satu masalah yang juga masih ditemukan dalam upaya
penekanan jumlah TB Paru adalah kurangnya pemahaman dari
masyarakat, masih banyak masyarakat yang kurang memiliki informasi
sehingga masyarakat memiliki persepsi yang salah mengenai penderita
TB Paru. Menurut penelitian (Sajodin et al, 2022) persepsi merupakan
pengalaman mengenai objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh
dengan cara menyimpulkan sebuah informasi dan menafsirkan sebuah
pesan.
Berdasarkan beberapa kejadian dan data-data yang ada, maka
penelitian ini penting untuk dilakukan karena perilaku pencarian
pengobatan pada pasien TB Paru berpengaruh terhadap kesehatan pasien
tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Determinan Perilaku Pencarian Pengobatan pada Penderita
TB Paru di Puskesmas Laiwui”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah berdasarkan latar
belakang diatas maka dalam penilitian ini ingin meneliti bagaimana
determinan perilaku pencarian pengobatan pada penderita TB Paru.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui bagaimana
determinan perilaku pencarian pengobatan pada penderita TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan information seeking dengan perilaku
pencarian pengobatan
b. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
pencarian pengobatan
c. Mengetahui hubungan persepsi penyakit dengan perilaku
pencarian pengobatan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah
ilmu pengetahuan yang juga sebagai satu referensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber
informasi atau bahan masukan bagi institusi pendidikan, khususnya
institusi pendidikan ilmu kesehatan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat selama pendidikan.
b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
c. Sebagai syarat dalam menyelesaikan program S1 Keperawatan
(S.Kep)
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variabel Penelitian
1. Tinjauan Umum Tuberkulosis Paru
a. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang langsung
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
irang tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena ukuran kuman TB
sangat kecil sehingga kuman TB dalam percik renik (droplet
nucle) yang terhirup dapat masuk mencapai alveolus (Marlinae,
2019).
Tuberkulosis merupakan penyakt infeksi bakteri menahun
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil
tahan asam yang ditularkan melalu udara. Tuberkulosis dapat
menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara
(droplet dahak pasien penderita tuberkulosis). Pasien yang
terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet yang
mengandung sejumlah basil kuman tuberkulosis paru ketika
mereka batuk, bersin, atau bebicara. Tuberkulosis paru adalah
penyakit menular yang merupakan penyebab utama kesehatan
yang buruk, salah satu dari 10 penyebab utama kematian di
seluruh dunia dan penyebab utama (Suarnianti et al., 2022).
b. Etiologi
Penyebab utama TB disebabkan oleh bakteri
(Mycobacterium tuberculosis) yang paling sering menyerang
paru-paru. Mycobacterium tuberculosis yang termask famili
Mycobacteriaceace yang berbahaya bagi manusia. Bakteri
mempunyai dinding sel lipoid yag tahan asam, memerlukan
waktu mitosis selama 12-24 jam, rentan terhadap sinar matahari

6
7

dan sinar ultraviolet sehingga akan mengalami kematian dalam


waktu yang cepat saat berada di bawah matahari, rentan terhadap
panas sehingga dalam waktu 2 menit akan mengalamikematian
ketika berada di lingkungan air yang bersuhu 1000 oC, serta akan
mati jika terkena alkohol 70% atau lisol 50%.
Dalam jaringan tubuh, bakteri ini dapat mengalami dorman
selama beberapa tahun sehingga bakteri ini dapat aktif kembali
menyebabkan penyakit bagi penderita. Mikroorganisme ini
memliki sifat aerobik yang membutuhkan oksigen dalam
melakukan metabolisme. Sifat ini menunjukkan bahwa bakteri
ini lebih menyukai jaringa kaya oksigen, tekanan bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari pada jaringan lainnya sehingga bagian
tersebut menjadi tempat yang baik untuk mendukung
pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tubrculosis dapat menular ketika penderita
tuberkulosis paru BTA positif bicara, bersin dan batuk yang
secara tidak langsung mengeluarkan doplet nuklei yang
mengandung mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis dan
terjatuh ke lantai, tanah, atau tempat lannya. Paparan sinar
matahari atau suhu udara yang panas mengenai doplet nuklei
tersebut dapat menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara
dibantu dengan pergerakan aliran angin yang menyebabkan
bakteri Mycrobacterium tuberculosis yang terkandung di dalam
doplet nuklei terbang melayang mengikuti aliran udara. Apabila
bakteri tersebut terhirup oleh orang sehat maka orang itu
berpotensi terinfeksi bakteri penyebab tuberkulosis (Latif Aulia
et al, 2023).
c. Patofisiologi
Seseorang menghirup bakteri Mycrobacterium tuberculosis
yang terhirup kan menyebabkan bakteri tersebut masuk ke alveoli
melalui jalan nafas, alveoli adalah tempat bakteri berkumpul dan
8

berkembang biak. Mycrobacterium tuberculosis juga dapat


masuk ke bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang, dan korteks
serebri dan area lain dari paru-paru (lobus atas) melalui sistem
limfa dan cairan tubuh. Sistem imun dan sistem kekebalan tubuh
akan merespon dengan cara melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan bakteri, dan limfosit spesifik tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) bakteri dan jaringan normal. Reaksi
tersebut menimbulkan penumpkan eksudat di dalam alveoli yang
bisa mengakibatkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya
timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara Mycrobacterium tuberculosis dengan
sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan
mati yang dikelilingi oleh makrofag. Granulomas diubah menjadi
masa jaringan fibrosa, bagian sentral dari masa tersebut ghon
tuberculosis dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti
keju. Hal ini akan menjadi klasifkasi dan akhirnya membentuk
jaringan kolagen kemudian bakteri menjadi dorman. Setelah
infeksi awal, seseorang dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun.
Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi
bakteri dorman dimana bakteri yang sebelumnya tidak aktif
kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubrcle memecah
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus.
Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan
penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang menyerah
menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak, menyebabkan terjadinya
bronkhopneumonia lebih lanjut (Mar’iyah & Zulkarnain, 2021).
9

d. Manifestasi Klinis
Seseorang ditetapkan sebagai penderita Tuberkulosis paru
apabila di temukan gejala klinis utama, yaitu :
1) Berat badan turun dan anoreksia
2) Berkeringat dingin
3) Demam, mungkin golongan yang rendah karena infeksi
4) Batuk produktif dengan dahak tak berwarna, bercak darah
5) Napas pendek karena perubahan paru-paru
6) Lesu dan lelah karena aktivitas paru-paru terganggu
Gejala klinik TB Paru terbagi menjadi 2 golongan yaitu
:
1) Gejala respiratorik, yang terdiri dari :
a) Batuk
Batuk yang timbul pertama kali sering dikeluhka,
awalnya batuk memiliki sifat tidak produktif selanjutnya
bisa berdahak yang disertai darah apabila terjadi adanya
jaringan yang rusak.
b) Batuk darah
Batuk berdahak di akibatkan karena adanya pembuluh
darah yang pecah, seperti bercak darah, darah kental
sampai darah segar dengan kuantitas yang banyak. Besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah menentkan seberapa
berat atau ringannya batuk darah tersebut.
c) Sesak napas
Gejala yang di dapatkan bila kerusakan pada parenkim
begitu bayak bisa ada hal lain yang menyertai semacam
penumpukan cairan antara lapisan pleura, pneumothorak,
serta kekurangan sel darah merah.
d) Nyeri dada
Gejala nyeri dada yang terjadi pada pasien tuberkulosis
paru di akibatkan sistem persarafan pada pleura bisa
1

terkena. Nyeri yang terjadi termasuk kedalam


nyeripleuritik yang masih ringan.
2) Gejala sistemik, mencakup :
a) Demam
Demam yang terjadi biasanya pada sore hari dan malam
hari seperti demam influenza, serangannya bisa sedang,
bebas dan semakin pendek.
b) Gejala sistem lain
Timbul gejala sistemik sistem yang lain seperti
berkeringat dingin pada malam hari, mual muntah, berat
badan menurun serta malaise.
c) Terdapat keluha gradual dalam waktu beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Gejala akut disertai batuk,
demam tinggi, sesak napas, dan bisa juga timbul seperti
gejala pneumonia.
Tuberkulosis memiliki tanda gejala atipikal pada lansia,
dengan perilaku berbeda adanya perubahan mental, penurunan
berat badan, tidak nafsu makan serta terjadi demam. Basil TB
bisa menetap sampai lima tahun dengan situasi dormain.
Gejala klinis tuberkulosis bergantung pada jenis organ apa
yang terinfeksi, jikaterjadi pada paru-paru akan mengakibatkan
gejala batuk kronis disertai dahak terkadang sampai berdarah
(hemoptisis). Biasanya penderita tidak memperlihatkan gejala
klinis yang terjadi secara nyata selama bertahun-tahun
(asimtomatis).
Gejala umum yang terjadi pada pasien TB Paru adalah
anoreksia dan berat badan menurun, adanya terasa lelah dan lesu
pada tubuh, demam terus-menerus dan mengalami keringat
dingin pada malam hari. Gejala TB kulit biasanya terjadi
kelainan seperti ulkus atau papul yang tumbuh menjadi pustula
yang berwarna gelap (Wulandari, 2019).
1

e. Klasifikasi
Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis tahun 2014 adalah sebagai beriku :
1) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi :
a) Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang yang melibatkan
parenkim paru atau trakeobrankial. TB milier
diklasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi di
paru. Pasien yang mengalami TB paru dan ekstra paru
haus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.
b) TB ekstra paru adalah kasus TB paru yang melibatkan
organ diluar parenkim paru seperti pleura, abdomen,
genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak.
Kasus TB ekstra paru dapat ditegakan secara klinis atau
histologis seteleh diupayakan semaksimal mungkin
dengan konfirmasi bakteriologis.
2) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a) Pasien baru TB
Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan (<dari 28 dosis).
b) Pasien yang perna diobati TB
Adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT
selama 1 bulan atau lebih dari (≥dari 28 hari). Pasien ini
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan
TB terakhir, yaitu :
c) Pasien kambuh : adalah pasien TB yang pernah
dinyatakan sembuh dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis
(baik karena kambuh atau reinfeksi).
1

d) Pasien yang diobati kembali setelah gagal : adalah pasien


TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir.
e) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan
dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya
disebut sebagai pengobatan pasien setelah putus
berobat/default).
f) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun
hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
g) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pengelompokkan pasien berdasarkan hasil uji
kepekaan contoh uji dari Mycobacterium Tuberculosis
terhadap OAT dan dapat berupa :
a) Mono resistan (TB MR) : resisten terhadap salah satu
jenis OAT lini pertama saja
b) Poli resisten (TB MR) : resisten terhadap lebih dari 1
jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
c) Multi drug resisten (TB RDX) : resisten terhadap
Isoniazid (H) dan rifampisin secara bersamaan
d) Extensive drug resisten (TB XDR) : adalah TB MDR
yang sekaligus juga resisten terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari
OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
e) Resisten Rifampisin (TB PR) : resisten terhadap
Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT
lain
1

f) Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV


4) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV)
adalah pasien dengan :
a) Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang
mendapatkan ARV
b) Hasil tes HIV positif pada saat didiagnosis TB
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya tes HIV menjadi
positif, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya
sebagai pasien TB dengan HIV positf
5) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien
TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat didiagnosis
TB ditetapkan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat
diperoleh hasil tes HIV pasien, pasien harus disesuaikan
kembali klasifikasinya berdasarkan hasil tes terakhir
(Fitriani & Dwi Pratiwi, 2020)
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji Tuberkulin
Adapun pemeriksaan penunjang yang biasa
dilakukan di puskesmas atau fasilitas kesehatan seperti klinik
yaitutes Tuberkulin. Tes Tuberkulin atau dkenal dengan tes
Mantoux adalah 0,1 ml PPD (Pirified Protein Derivative)
yang mengandung 5 unit tuberkulin yang diinjeksikan secara
intradermal atau intrakutan, biasanya pada lengan bawah dan
dilakukan penilaian ukuran daerah indurasi setelah 48-72 jam
(Nuriyanto, 2018).
2) Foto Thoraks
Foto thoraks merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis TB Paru. Secara
umum, gambaran radiologi yang menunjang TB diantaranya
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau
paratrakeal dengan atau tanpa infiltrate, terdapat konsolidasi
1

segmental atau lobar, adanya efusi pleura, milier, atelektasis,


kavitas, dijumpai klasifikasi dengan infiltrat serta
tuberkuloma (Nuriyanto, 2018).
3) Pemeriksaan CT Scan
Dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya garis-garis
fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifkasi nodul, dan
adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler,
bronkhiektasis, dan emfisema perisikatriksial (Wulandari,
2019).
4) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Dahak/Sputum
Pemeriksaan dahak brfungsi untuk menegakkan
diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
menegakkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan
3 contohuji dahak yang dikumpulan dalam 2 hari
kunjungan berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-
Sewaktu.
b) Pemeriksaan Biakan : pasien TB dengan hasil
pemeriksaan dahak makroskopis langsung BTA negatf
c) Cairan pleura
d) Darah
(Aja et al., 2022)
g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non-Medis
- Penyuluhan terkait hygiene perorangan dan lingkungan
- Penyuluhan cara batuk dan membuang sputum yang
benar
- Pengobatan secara tepat dan benar
1

- Harus adanya PMO agar pengobatan dapat diawasi dan


berjalan dengan baik
- Menatalaksana pasien dengan modifikasi gaya hidup
berupa penggunaan masker dalam beraktifitas sehari-
hari
- Konsumsi makanan yang seimbang dan penuh dengan
vitamin
- Menjaga kebersihan, kelembapan dan pencahayaan di
dalam rumah
- Latihan fisik atau olahraga teratur (Warganegara &
Apriliana, 2019).
2) Penatalaksanaan Medis
Obat anti TB (OAT) Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
dewasa. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan
pasien, yaitu 40kg maka obat yang diberikan adalah 3 tablet
OAT (1 tablet mengandung Rifampisin 150mg, Isoniazid
100mg, dan Pirazinamid 400mg, serta etambutol 275mg)
setiap harinya selama dua bulan pertama. Streptomisin injeksi
setiap minggu dengan dosis 1000 mg disertai pemberian
Piradoksil (812) 2x1 tablet (Warganegara & Apriliana, 2019).
2. Tinjauan Umum Perilaku Pencarian Pengobatan
a. Perilaku
Perilaku merupakan suatu bentuk evaluasi reaksi terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitar. Sikap positif seseorang
dipengaruhi oleh pengetahuan yang positif, begitu juga
sebaliknya perilaku juga dapat diartikan sebagai segala macam
pengalaman serta onteraksi manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku juga dapat diartikan sebagai respon atau reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Hidayah, 2022).
1

b. Determinan Perilaku
Determinan perilaku kesehatan merupakan respons individu
terhadap rangsangan yang berkaitan erat dengan sakit, penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Perilaku
individu terhadap sakit atau penyakit merupakan suatu cara
individu atau manusia dalam merespons, baik itu respons secara
pasif (mengetahui, bersikap, dan mempresepsi tentang suatu
penyakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya) maupun
respons secara aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit tersebut. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan
adalah masalah pembentukan perubahan perilaku. Karena
perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan
lainnya (Adjunct et al., 2021).
Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang
membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda.
Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1) Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya:
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
2) Determinan faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor
yang dominan mewarnai perilaku seseorang (Adriani et al.,
2022).
c. Perilaku Pencarian Pengobatan
Perilaku pencarian pengobatan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh individu yang menganggap diri mereka memiliki
masalah kesehatan atau sakit yang dimaksudkan untuk
menemukan pengobatan yang tepat. Masyarakat atau anggota
1

masyarakat yang tidak merasakan sakit cenderung tidak


melakukan tindakan pengobatan walaupun sesungguhnya
menderita suatu penyakit. Tetapi bila mereka diserang penyakit
dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai
macam perilaku dan usaha untuk mencari pengobatan (Bukan et
al., 2020).
Perilaku pencarian pengobatan merupakan upaya seseorang
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami atau penyakit
yang diderita, dimana setiap individu atau komunitas sangat
beragam bentuk perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan,
ada yang secara naturalistik, personalistik dan ada yang
mengkombinasikan keduanya. Keberagaman tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor seperti latar belakang budaya, kepercayaan
dan norma yang mereka yakini sehingga hal tersebut dianggap
dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, begitupun
dengan masalah TB paru (Mashuri et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh (Hutagalung et al., 2022)
menunjukkan bahwa banyak penderita TB yang mempunyai
pengetahuan kurang, penderita TB kurang tahu tentang apa itu
fasilitas kesehatan, penderita hanya mengetahuinya sebagai
tempat berobat. Padahal fasilitas kesehatan juga dapat berfungsi
sebagai tempat konsultasi kesehatan, tempat untuk mengobati
penyakit dan mendapatkan pengobatan, tempat mendapatkan
imunisasi dan tempat mendapatkan informasi kesehatan. Selain
itu, penderita TB juga kurang mengetahui fasilitas pengobatan
modern.
Perilaku pencarian pengobatan merupakan proses yang
tidak pernah lepas dari kehidupan manusia karena setiap orang
yang hidup tidak terlepas dari penyakit. Respon seseorang ketika
sakit dapat berupa tidak melakukan apa-apa (no action), tindakan
pengobatan sendiri (Self Treatment), mencari pengobatan ke
1

fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), dan mencari


pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang disediakan oleh
pemerintah atau lembaga kesehatan swasta atau dokter praktik.
Pemilihan sumber pengobatan yang salah atau terlambat akan
menimbulkan dampak yang besar bagi kesembuhan penyakit
yang diderita pasien. Perilaku pencarian pengobatan pertama kali
yang tepat dapat mencegah keterlambatan diagnosis dan
meningkatkan pemenuhan perawatan (Naningsi et al., 2022).
3. Tinjauan Umum Tentang Pencarian Informasi (Information
Seeking)
Informasi menurut McLoed adalah pengolahan sumber
yang menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi orang yang
menggunakan dan memerlukannya. Informasi bias disebut sebagai
sumber yang telah diolah dengan baik sehingga dapat memberikan
pengetahuan dan edukasi dalam masyarakat ataupun penggunanya
sehingga dapat menjadi peningkatan terhadap pengetahuan
penggunanya. Informasi sangat penting dan diperlukan dalam
pembuatan keputusan. Informasi bisa didapatkan melalui lisan
seperti penyampaian seseorang atau media TV ataupun sejenisnya
dan melalui tulisan seperti media cetak (buku, koran, majalah
ataupun sejenisya) (Purnama, 2021).
Pencarian Informasi adalah kegiatan seseorang yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi. Seseorang akan
menunjukkan perilaku pencarian informasi untuk memenuhi
kebutuhannya. Perilaku pencarian informasi dimulai ketika
seseorang merasa bahwa ada pengetahuan yang dimilikinya saat itu
kurang dari pengetahuan yang dibutuhkannya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut seseorang mencari informasi dengan
menggunakan berbagai sumber informasi (Masri, 2020).
Adapun hal penting untuk melihat kualitas dari informasi
adalah sebagai berikut :
1

a. Akurat
Informasi bisa dikatakan akurat apabila berisi tentang
kenyataan dan tidak ada unsur kesalahan didalamnya sehingga
dapat dipergunakan dalam kondisi tertentu sesuai dengan
kebutuhan dari pemakainya. Informasi haruslah disajikan secara
lengkap dan utuh tanpa ada pemotongan informasi, selain itu
informasi tersebut disajikan hanya sesuai dengan fakta yang
tersaji didalamnya
b. Mudah Dimengerti
Informasi haruslah disajikan dalam bentuk dan bahasa yang
mudah dipahami, disajikan secara detail dan ringkas sehingga
mudah untuk didapatkan oleh masyarkat dengan tidak
menggunakan banyak waktu, bisa juga disajikan dalam bentuk
video display, dalam bentuk cetak dan dalam bentuk media-
media yang menunjang.
c. Tepat Waktu
Informasi tersebut selalu ada disaat yang dibutuhkan oleh
penggunanya. Informasi juga selalu terbaru (up date) sehingga
relevan dipakai oleh pemakainya, dapat disajikan berulang-ulang
sesuai kebutuhan, dan dapat disajikan kapanpun (masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang).
(Purnama, 2021)
4. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa
a. Dukungan informasional, diberikan oleh keluarga dalam bentuk
nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada.
b. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak sebagai system
pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai
pemecahan masalah. Dukungan penghargaan terjadi melalu
2

ekspresi penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju


dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa.
c. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental
merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara
langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan
tempat tinggal, memnjamkan atau memberikan uang dan bantuan
dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari.
d. Dukungan emosional, melibatkan ekspresi empati, perhatian,
pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan
emosional. Semua tingkah laku yang mendorong perasaan
nyaman da mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji,
dihormati, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia untuk
memberikan perhatian
Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang melputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap
anggota keluarga sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan (Sibua & Watung, 2021).
Dukungan keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan
dan pengendalian TB Paru, dimana anggota keluarga terlibat dalam
berbagai kegiatan perawatan kesehatan yang diperlukan penderita
TB. Dukungan keluarga akan menimbulkan dampak positif pada
kesehatan psikologis, kesejahteraan fisik dan kualitas hidup.
Dukungan dari keluarga yang kurang atau bahkan tidak ada akan
berakibat pada ketidakpatuhan penderita. Selain itu juga penderita
tidak termotivasi dalam melakukan perilaku dan mengurangi efikasi
diri serta menyebabkan konflik. Dukungan, saran, nasehat dan
bimbingan dapat meningkatkan keyakinan tentang kemampuan-
kemampuan yang dimiliki dan dapat mencapai kesembuhan
(Apriyeni & Patricia, 2021).
2

5. Tinjauan Umum Persepsi Penyakit


Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dn menfsirkan pesan. Persepsi penyakit membentuk cara
individu melakukan koping terhadap permasalahan kesehatannya.
Persepsi penyakit menuntun individu dalam memilih strategi untuk
menghilangkan dan mengontrol penyakit yang akan atau sedang
mengancam kesehatan (Sajodin et al, 2022).
Salah satu kendala yang masih sering ditemukan pada
upaya penekanan jumlah penderita TB Paru adalah kurangnya
pemahaman masyarakat. Masih banyak masyarakat yang kurang
memiliki akses inforamasi sehingga terkadang mempunyai persepsi
yang salah tentang TB Paru. Sebagian masyarakat menganggap
bahwa penyakit TB paru merupakan penyakit yang memalukan,
disamping itu masih adanya mitos yang berkembang di masyarakat
bahwa TB adalah penyakit karena guna-guna, diracun, kutukan, tidak
dapat disembuhkan dan merupakan penyakit keturunan. Hal ini
terjadi karena masyarakat tidak memahami dan mengerti mengenai
TB paru itu sendiri dan kurangnya informasi yang benar tentang
penyakit TB paru (Murlianis, 2020).
Masyarakat yang percaya bahwa penyakit TB Paru yang
dialami berasal dari orang lain atau dengan kata lain terkena santet,
angin jahat, atau racun sehingga masyarakat tidak langsung mencari
pengobatan medis, namun lebih memilih untuk memanfaatkan
pengobatan tradisional dengan bantuan dukun karena masyarakat
mempercayai dukun memiliki kemampuan yang lebih dari tenaga
medis (Bukan et al., 2020).
2

B. Kerangka Teori

Perilaku Pencarian Pengobatan


- Tidak melakukan apa-apa (No action)
- Tindakan pengobatan sendiri (Self treatment)
- Pengobatan tradisional (Traditional remedy)

Pencarian Informasi
(Information Seeking) Dukungan Keluarga Persepsi Penyakit
a. Akurat a. Dukungan Informasional guna-guna, diracun,
b. Mudah Dimengerti b. Dukungan Penghargaan kutukan, tidak dapat
c. Tepat Waktu c. Dukungan Instrumental disembuhkan dan
d. Dukungan Emosional merupakan penyakit
keturunan

Gambar 1.1 Kerangka Teori


V. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Dasar penjelasan tinjauan pustaka didapatkan variabel bebas
(independent) atau yang mempengaruhi yaitu perilaku pencarian
pengobatan, kemudian variabel terikat (dependent) atau yang
dipengaruhi yaitu pencarian informasi (Information Seeking), dukungan
keluarga dan persepsi penyakit.
1. Perilaku pencarian pengobatan
Penderita TB kurang tahu tentang apa itu fasilitas kesehatan,
penderita hanya mengetahuinya sebagai tempat berobat. Dimana
setiap individu atau komunitas sangat beragam bentuk perilaku
pencarian pengobatan yang dilakukan, ada yang secara naturalistik,
personalistik dan ada yang mengkombinasikan keduanya.
Keberagaman tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti latar
belakang budaya, kepercayaan dan norma yang mereka yakini
sehingga hal tersebut dianggap dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, begitupun dengan masalah TB paru.
2. Pencarian Informasi (Information Seeking)
Perilaku pencarian informasi dimulai ketika seseorang merasa bahwa
ada pengetahuan yang dimilikinya saat itu kurang dari pengetahuan
yang dibutuhkannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut seseorang
mencari informasi dengan menggunakan berbagai sumber informasi.
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang melputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan.

23
2

4. Persepsi Penyakit
Sebagian masyarakat menganggap bahwa penyakit TB paru
merupakan penyakit yang memalukan, disamping itu masih adanya
mitos yang berkembang di masyarakat bahwa TB adalah penyakit
karena guna-guna, diracun, kutukan, tidak dapat disembuhkan dan
merupakan penyakit keturunan.
B. Kerangka Konsep
Variabel Independent (Terikat)

Pencarian Informasi
Variabel Dependent (Bebas)
(Information Seeking)
Perilaku
Dukungan Keluarga
Pencarian
Pengobatan
Persepsi Penyakit
Gambar 1.2 kerangka konsep

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


Tabel 1.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
No. Nama Definisi Indikator Kriteria Skala Alat Ukur
Variabel Operasional Objektif
1. Perilaku Perilaku - Treatment Tinggi Likert Kuesioner
pencarian pencarian seeking jika Perilaku
pengobatan pengobatan Behavior >73%, pencarian
merupakan - Pengalaman cukup jika pengobatan
upaya pasien ≤73%,
seseorang sebelumnya rendah
2

untuk terkait jika ≤47%


mengatasi pelayanan
masalah kesehatan
kesehatan yang - Evaluasi
dialami atau konsumen
penyakit yang dari
diderita, penyedia
dimana setiap layanan
individu atau kesehatan
komunitas - Faktor
sangat Psikologi
beragam - Faktor
bentuk Individu
perilaku - Faktor
pencarian Marketing
pengobatan
yang dilakukan
2. Pencarian Pencarian - Sumber Tinggi Guttman Kuesioner
Informasi Informasi informasi jika pencarian
(Information adalah - Cara >67%, informasi
Seeking) kegiatan mencari cukup jika (information
seseorang yang informasi ≤67%, seeking)
dilakukan kurang
Jawaban :
untuk jika ≤33%
mendapatkan (1) Tidak
informasi (2) Ya
3. Dukungan dukungan - Dukungan <20 Guttman Kuesioner
keluarga keluarga emosional ringan, dukungan
adalah suatu - Dukungan 21-39 keluarga
bentuk instrumenta sedang,
2

hubungan l >40 tinggi


interpersonal - Dukungan
yang melputi informasi/
sikap, tindakan pengetahua
dan n
penerimaan - Dukungan
terhadap penghargaa
anggota n
keluarga
Jawaban :
sehingga
anggota (4) selalu
keluarga
(3) sering
merasa ada
yang (2) kadang-
memperhatikan kadang

(1) tidak pernah

4. Persepsi Persepsi - Timeline Tinggi Likert Kuesioner


Penyakit penyakit akut/kronis jika Persepsi
membentuk - Timeline >73%, Penyakit
cara individu siklikal rendah
melakukan - Konsekuens jika ≤47%
koping i
terhadap - Kontrol
permasalahan pribadi
kesehatannya. - Tretment
Persepsi kontrol
penyakit - Kohorensi
menuntun
2

individu dalam (5) sangat


memilih setuju

strategi untuk (4) setuju


menghilangkan (3) Netral
dan
(2) tidak setuju
mengontrol
penyakit yang (1) Sangat
Tidak Setuju
akan atau
sedang
mengancam
kesehatan

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep yang telah
disusun, maka hipotesis alternative (Ha) dalam penelitian ini, yaitu :
1. Terdapat perilaku pencarian pengobatan dengan pencarian
informasi pada pasien TB Paru di Puskesmas Laiwui
2. Terdapat perilaku pencarian pengobatan dengan dukungan
keluarga pada Pasien TB Paru di Puskesmas Laiwui
3. Terdapat perilaku pencarian pengobatan dengan persepsi penyakit
pada Pasien TB Paru di Puskesmas Laiwui
Hipotesis no (H0) dalam penelitian ini, yaitu :
1. Tidak terdapat perilaku pencarian pengobatan dengan pencarian
informasi pada pasien TB Paru di Puskesmas Laiwui
2. Tidak terdapat perilaku pencarian pengobatan dengan dukungan
keluarga pada pasien TB paru di Puskesmas Laiwui
3. Tidak terdapat perilaku pencarian pengobatan dengan persepsi
penyakit pada pasien TB Paru di Puskesmas Laiwui
VI. METODE PENELITIAN
A. Rencana Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan
peneliti untuk melalukan suatu penelitian yang memberikan arah
terhadap jalannya penelitian (Dharma, 2013).
Desain penelitian yang digunakan yaitu Cross Sectional (potong
lintang) yaitu desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen di
identifikasi pada satuan waktu (Dharma, 2013). Kelebihan dari Cross
Sectional yaitu mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal
waktu, dan hasil dapat diperoleh dengan cepat dalam waktu yang
bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel
dependen maupun independen dapat diukur dengan waktu yang
bersamaan, sedangkan untuk kekurangan dari Cross Sectional yaitu tidak
efektif digunakan sebagai desain penelitian pada kasus langka, penelitian
cross sectional ini memerlukan sampel yang cukup besar, tertutama jika
jumlah variabel yang diteliti banyak (Donsu, 2019).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian di Puskesmas Laiwui
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2023
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar

28
2

jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi


seluruh karateristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
tersebut.
Populasi penelitian adalah seluruh pasien TB Paru di
Puskesmas Laiwui.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,
2016).
Populasi penelitian adalah seluruh Pasien TB Paru di
Puskesmas Laiwui. Jumlah populasi di Puskesmas Laiwui sejak 1
tahun terakhir sebanyak 126 orang.
a. Besar sampel
Ketepatan menjadi fokus peneliti dalam menentukan
jumlah populasi dan sampel dalam penelitian tipe deskriptif
sebagai berikut :

n= 𝑁
1+𝑁(𝑑2)

126
n = 1+126(0,1)2
126
n = 1+126(0,01)
126
n = 1+1,26
126
n = 2,26
n = 55,7
jadi, besar sampel yang diambil untuk menjadi responden
yaitu 56 orang
keterangan :
N : Besar populasi
3

n : Besar sampel
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan
b. Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
dilakukan dengan cara sampel non random (Non Probability
Sampling), yaitu pengambilan sampel yang tidak dilakukan
secara acak. Non Probability Sampling menghasilkan peluang
yang tidak sama pada individu dalam populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Nursalam, 2020).
Metode sampling yang digunakan pada Non Probability
Sampling yaitu Purposive Sampling, dimana teknik penetapan
smpel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2020).
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suati populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
a) Responden yang terdiagnosa TB Paru di Puskesmas
Laiwui
b) Responden yang bersedia
c) Responden yang dapat berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia
2) Kriteria Eksklusi adalah kriteria yang menentukan subjek
penelitian yang tidak dapat mewakili sampel, karena tidak
memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya tidak bersedia
atau karena sikap yang tidak sesuai (Donsu, 2019).
a) Responden yang tidak dapat berkomunikasi
b) Responden yang sudah sembuh
3

c) Responden yang tidak bersedia


D. Alat atau Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kuesioner yang berupa dokumen yang berisi beberapa item
pertanyaan atau pernyataan yang dibuat berdasarkan indikator suatu
variabel. Kuesioner pada dasarnya diberikan untuk mengetahui
respon subjek terhadap semua item pernyataan dengan cara meminta
subjek menuliskan responnya terhadap setiap pernyataan tersebut.
Kuesioner selalu dibuat secara terstruktur berdasarkan indikator-
indikator dan dimensi dari variabel penelitian (Syapitri et al., 2021).
Kusioner treatment seeking behavioer atau perilaku
pencarian pengobatan mengukur bagaimana perilaku pendeita TB
paru dalam hal pengobatan, dan kusioner ini di ukur menggunakan
skala likert dengan kriteria objektif Tinggi jika >73%, cukup jika
≤73%, rendah jika ≤ 47%.
Kedua, information seeking dalam kusioner mengukur
tentang pencarian informasi TB paru. Skala yang digunakan yaitu
akala guttman dengan kriteria objektif Tinggi jika >67%, cukup jika
≤67% rendah jika ≤33%.
Ketiga, kusioner Dukungan keluarga dalam kusioner ini
mengukur perilaku dukungan anggota keluarga selama sakit. Berupa
dukungan segala informasi, dukungan emosional, dukungan harga
diri, dukungan penghargaan serta dukungan instrumental, dalam
kuesioner ini skala yang digunakan yaitu skala guttman dengan
kriteria objektif <20= ringan, 21-39= sedang, >4= tinggi.
Keempat, persepsi penyakit dalam kuisoner ini mengukur
bagaimana penderita TB paru mengetahui penyakitnya serta
pandangan TB paru tentag penyakitnya, skala yang digunakan yaitu
skala likert dengan kriteria objektif tinggi jika <73% dan renda jika
≤47%.
3

E. Uji Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas
Validitas merupaka instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengukur ketepatan dan kecermatan data yang diteliti.
Validitas dapat diartikan sebagai aspek kecermatan pengukuran.
Validitas memiliki ketepatan tergantung dari kemampuan alat ukur
mencapai tujuan. Pengujian validitas dan reliabilitas dapat dimulai
dari hasil pengumpulan data yang sudah ada (Donsu, 2019).
Pada penelitian ini uji validitas dilakukan dengan pengujian
validitas konstrak dimana validitas ini pengukurannya dapat disusun
menggunakan pernyataan yang telah disesuaikan dengan
variabelnya. Validitas konstruk menunjukkan bahwa instrumen
disusun secara rasional berdasarkan konsep yang sudah mapan
instrumen yang memiliki validitas konstruk mampu membedakan
nilai atau hasil pengukuran antara satu individu dengan individu
lainnya yang memang berbeda (Dharma, 2013).
Untuk mengetahui tentang tingkat validitas kuesioner,
dilakukan uji coba responden selanjutnya dihitung dengan rumus
korelasi Product moment dengan menggunakan bantuan komputer.
Pengujian dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi (r)
yang menyatakan hubungan antara skor pernyataan dengan skor total
(Item-total correlation). Hasilnya dibandingkan dengan r tabel
dengan menggunakan alpha = 5%, sehingga r tabel dalam uji
validitas ini sebesar 0,514. Jika r hitung > r tabel maka butir
pernyataan dinyatakan valid. Berdasarkan uji coba instrumen
penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data dari 15
responden dengan hasil uji coba validitas yaitu total 16 item
pernyataan diperoleh 14 pernyataan yang valid dan 2 pernyataan
yang tidak valid yaitu soal nomor 9 dan 13, sehingga oleh peneliti
pernyataan 9 dan 13 diganti (Nurwulan, 2017).
3

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu
pengukuran reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran
menghasilkan data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali
secara berulang. Reliabilitas juga dapat didefinisikan sebagai derajat
suatu pengukuran bebas dari random eror sehingga menghasilkan
suatu pengukuran yang konsisten (Syapitri et al., 2021).
Uji reliabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan
melihat adakah konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan,
yang berkaitan dengan kontruksi dimensi variabel. Kontruksi
dimensi ini bisa berupa kuesioner. Proses pembuatan kuesioner perlu
dilakukan uji coba terlebih dahulu kepada responden (Donsu, 2019).
Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Combach :
𝐾 ∑𝑠𝑖2
𝑟𝑖 = {1 − }
(𝑘 − 1) 𝑠𝑡2
Keterangan :
K : mean kuadrat antara subjek
∑𝑠𝑖2 : mean kuadrat kesalahan
𝑠𝑡2 : varians total
Setelah didapatkan angka yang reliabilitas, selanjutnya
membandingkan harga reliabilitas dengan r tabel, apabila hasil
hitung kurang dari r pada derajat kemaknaan dengan taraf signifikan
5%, maka alat ukur tersebut reliabel.
Didapatkan hasil reliabilitas 0,757 dapat disimpulkan
bahwa uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga tersamsuk
interpretasi kedalam relibilitas tinggi.
F. Proses Pengumpulan Data
Penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakn adalah
sebagai berikut :
1. Teknik Angket (Kuesioner)
3

Kuesioner adalah sebuah metode untuk mengumpulkan


data yang dilakukan dengan cara memberi atau mengajukan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
Kuesioner tersebut diisi oleh para responden sesuai dengan yang
mereka kehendaki secara independen dengan tanpa adanya paksaan
(Herlina, 2019).
2. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi dapat menjadi bukti atau keterangan tertulis
yang dapat didokumentasikan atau diabadikan. Isi dari dokumen
adalah sekumpulan informasi, dapat berupa gambar, kutipan,
kumpulan foto dan juga grafik tabel. Dokumen akan dijadikan
sebagai data lengkap terhadap data yang telah diperoleh melalui
teknik penelitian yang dimana dokumen ini bersifat sebagai data
sekunder (Donsu, 2019).
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
a. Editing
Editing yaitu proses dalam memeriksa data yang sudah
terkumpul, meliputi kelengkapan isian, keterbacaan tulisan,
kejelasan jawaban, keseragaman satuan data yang digunakan, dan
sebagainya.
b. Coding
Coding yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data
yang terkumpul disetiap instrument penelitian.
c. Proccesing
Memproses data untuk mendapatkan hasil interpretasi dari
nilai kuesioner yang didapatkan dengan cara memasukkan data
dari lembar observasi yang telah direkapitulasi ke komputer.
d. Cleaning
Peneliti akan melakukan kegiatan membersihkan data
dengan melakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry.
3

2. Analsian Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan
pada satu variabel secara unggul. Analisis univariat dilakukan
dengan melakukan perhitungan pada satu variabel untuk
melihat besar masalah kesehatan melalui distribusi variabel
tersebut menggunakan statistik deskriptif (Hasnidar et al.,
2020). Penelitian ini digunakan analisa univariat untuk
melihat nilai frekuensi data hasil penelitian.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan pada
2 variabel secara langsung. Analisis bivariat dilakukan
dengan mengaitkan data variabel pertama dengan variabel
kedua. Hasil analisis bivariat dapat berupa statistik deskriptif
maupun statistik inferensial. Analisis menggunakan statistik
deskriptif dapat berbentuk keluaran berupa tabel ganda untuk
melihat bagaimana kaitan antara satu variabel dengan
variabel lain secara deskriptif tanpa melakukan pengujian
statistik, sedangkan analisis bivariat menggunakan statistik
inferisal dilakukan uji hipotesis untuk menjawab dugaan ada
tidaknya hubungan antara dua variabel (Hasnidar et al.,
2020).
H. Etika Penelitian
Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian
keperawatan Milton, 1999 (Dharma, 2013) :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity). Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
and confidentiality). Manusia sebagai subjek penelitian memiliki
privasi dan hak asasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi.
3

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice


inclusiviness). Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung
makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-
hati da dilakukan secara profesional.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harm and benefits). Prinsip ini mengandung makna
bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil
penelitian akan diterapkan (beneficiency).
VII. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Personalia
1. Peniliti : Sudarmi
2. Pembimbing I :
3. Pembimbing II :
B. Jadwal Penelitian
Kegiatan Desemb Februar April Mei Juni
er i
1 Pembuatan Judul

2 Seminar Proposal

3 Penilitian

4 Seminar Hasil
Penilitian

5 Ujian Tutup

37
3

DAFTAR PUSTAKA

Adjunct, Marniati, Notoatmojo, S., Kasiman, S., & Rochadi, K. (2021). Lifestyle
of Determainants Penderita Penyakit Jantung Koroner (S. Nurachman (ed.)).
PT Rajagrafindo Persada.
Adriani, P., Yusriani, Dewi Kartika, M, N., Safera, K. M., M, M., Wirawan, S.,
Patilaiya, H. I., Ramli, & Rahmadina, F. (2022). PROMOSI KESEHATAN
MASYARAKAT (Oktavianis (ed.)). PT. Global Eksekutif Teknologi.
Aja, N., Ramli, R., & Rahman, H. (2022). Penularan Tuberkulosis Paru dalam
Anggota Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Siko Kota Ternate.
Penularan Tuberkulosis Paru Dalam Anggota Keluarga Di Wilayah Kerja
Puskesmas Siko Kota Ternate, 18(1), 78–87.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/7110
Apriyeni, E., & Patricia, H. (2021). Dukungan Keluarga terhadap Efikasi Diri
Penderita Tuberkulosis Paru. Jurnal Keperawatan, 13(3), 563–568.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v13i3.1425
Bahrami, M., Atashbahar, O., Shokohifar, M., & MOntazeralfaraj, R. (2014).
Developing a valid tool of treatment seeking behavior survey for Iran. Jounal
of Novel Applied Sciences, 3(6), 651–660.
Bukan, M., Limbu, R., & Ndoen, E. M. (2020). Gambaran Perilaku Pencarian
Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB) pada Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Uitao Kecamatan Semau Kabupaten Kupang. Media Kesehatan
Masyarakat, 2(3), 8–16. https://doi.org/10.35508/mkm.v2i3.2816
Dharma, K. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info
Media.
Dinkes Prov. Sulawesi Selatan. (2023). No Title.
Donsu, D. J. D. T. (2019). Metodologi Penelitian Kesehatan.
PUSTAKABARUPESS.
Fitriani, D., & Dwi Pratiwi, R. (2020). Buku Ajar TBC, Askep dan Pengawasan
Minum Obat dengan Media Telepon (Betty (ed.)). STIKES Widya Dharma
Husada Tangerang.
3

Hasnidar, Tasnim, Sitorus, S., Mustar, W. H., Fhirawati, Yuliani, M., Marzuki, I.,
Yunianto, A. E., Susilawaty, A., Pattola, R. P., Sianturi, E., & Sulfianti.
(2020). Ilmu Kesehatan Masyarakat (A. Rikki (ed.)). Yayasan Kita Menulis.
Herlina, V. (2019). Panduan Praktis Mengolah Data Kuesioner Menggunakan
SPSS. PT Elex Media Komputindo.
Hidayah, R. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku
Penggunaan Antibiotik pada Masyarakat di Apotek Kota Samarinda.
Hutagalung, A., Efendy, I., & Harahap, J. (2022). Pengetahuan Dan Stigma Sosial
Memengaruhi Perilaku Pencarian Pengobatan Tuberkulosis. Jurnal
Keperawatan …, 5(2), 77–84.
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/jukep/article/view/2657
Kemenkes RI. (2023). No Title.
Latif Aulia et al. (2023). TUBERKULOSIS: Tinjauan Medis, Asuhuhan
Keperawatan, dan E-Health (Hapsan Amran (ed.)). Penerbit CV Ruang
Tentor.
Mar’iyah, K., & Zulkarnain. (2021). Patofisiologi penyakit infeksi tuberkulosis. In
Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 88–92. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/psb
Marlinae, L. et al. (2019). DESAIN KEMANDIRIAN POLA PERILAKU
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB ANAK BERBASIS
ANDROID (S. et al Theana (ed.)). Penerbit CV Mine.
Mashuri, S. A., Asrina, A., & Arman. (2020). Perilaku Pencarian Pengobatan
(Studi Pada Pasien Suspek Tuberkulosis (TB) Paru) Di Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Journal of Muslim Community Health
(JCMH), 1(2), 107–118.
Masri, R. (2020). Pencarian Informasi Oleh Pemustaka di Perpustakaan.
Moss-Morris, R., Weinman, J., Petrie, K., Horne, R., Cameron, L., & Buick, D.
(2002). The revised Illness Perception Questionnaire (IPQ-R). Psychology
and Health, 17(1), 1–16. https://doi.org/10.1080/08870440290001494
Murlianis, E. (2020). Gambaran Persepsi Penderita Tb Paru Tentang Penyakit Tb
Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Xiii Koto Kampar Iii. Prosiding Seminar
4

Nasional Keperawatan I Universitas Riau Hotel Ibis Pekanbaru 21-22


Oktober 2019. http://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/7473
Naningsi, N., Nurgahayu, & Sumiaty. (2022). PERILAKU PENCARIAN
PENGOBATAN SELAMA PANDEMI COVID-19 Peminatan Gizi , Fakultas
Kesehatan Masyarakat , Universitas Muslim Indonesia. 2(6), 1892–1901.
Nazhofah, Q., & Ella Nurlaella Hadi. (2022). Dukungan Keluarga terhadap
Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberculosis : Literature Review. Media
Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(6), 628–632.
https://doi.org/10.56338/mppki.v5i6.2338
Nuriyanto, A. R. (2018). Manifestasi Klinis, Penunjang Diagnosis dan
Tatalaksana Tuberkulosis Paru pada Anak. Jurnal Kedokteran Nanggroe
Medika, 1(2), 62–70. http://jknamed.com/jknamed/article/view/70
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.)).
Salemba Medika.
Nurwulan, D. (2017). Prodi d-iv jurusan gizi politeknik kesehatan kementerian
kesehatan yogyakarta tahun 2017 1. 1–11.
Purnama, R. (2021). Model perilaku pencarian informasi (analisis teori perilaku
pencarian informasi menurut David Ellis). Pustaka Karya : Jurnal Ilmiah
Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 9(1), 10.
https://doi.org/10.18592/pk.v9i1.5158
Sajodin et al. (2022). Persepsi Berhubungan dengan Stigma Masyarakat pada
Penderita Tuberkulosis Paru. 14, 933–940.
Sibua, S., & Watung, G. I. V. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 7(3), 1443.
https://doi.org/10.37905/aksara.7.3.1443-1450.2021
Suarnianti, Haskas, Y., & Sabil, F. A. (2022). Analisis Hubungan Self Efficacy
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. 2(1), 385–392.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
ALFABETA.
Syapitri, H., Amila, & Aritonang, J. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan (A.
4

H. Nadana (ed.)). Ahlimedia Press.


Warganegara, R. K., & Apriliana, E. (2019). Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru
Kasus Lalai Pengobatan pada Wanita Usia 25 Tahun di Kelurahan Karang
Anyar. J Medula Unila, 5 No.2, 91–97.
WHO. (2020). World Health
Organization. WHO. (2022). No Title.
Wulandari, S. (2019). Konsep Penyakit TB Paru.
4

LAMPIRAN 1. KUESIONER
LEMBAR KUESIONER
TREATMENT SEEKING BEHAVIOR
Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut Ibu anggap
paling sesuai.

A. Karakteristik Responden
No. Respoden :
Inisial : .........................................................................
Umur...........................................tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki, Perempuan
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah, SD,
SMP,
SMA, Pendidikan Tinggi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga, PNS,
Pegawai Swasta, Wiraswasta
Petani/Pekebun, Lainnya
(sebutkan) Status perkawinan : Belum Kawin
Kawin Bercerai
Agama : Islam Kristen Budha Hindu Lainnya
Suku : Makassar Bugis Toraja lainnya, sebutkan
Tempat tinggal : kota desa
Pendapatan perbulan :  UMR < UMR
Riwayat keluarga dengan TB paru : Ya
Tidak Merokok/ tidak : Ya Tidak
Alcohol : Ya
Tidak Lama menderita TB paru :
Lama pengobatan TB Paru :
BMI :
Asuransi kesehatan : Ya, sebutkan…. Tidak
4

B. Treatment Seeking Behavior


No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Treatment Seeking Behavior

1. Apakah anda sudah berusaha Ya


untuk mengobati penyakit
Tidak
anda?
Jika tidak, Lanjutkan ke
Pertanyaan 6

2. Berapa hari setelah Hari yang sama


timbulnya gejala penyakit
Hari berikutnya
Anda mendapatkan
perawatan dari pelayanan 2 hari kemudian
kesehatan?
3-7 hari

Lebih dari tujuh hari

3. Pada tahap penyakit apa Anda Pada tahap awal dan


pergi ke pelayanan kesehatan? timbulnya gejala ringan

Terjadi penyakit dan


gejalanya

Dalam stadium
penyakit yang serius

4. Di mana Anda pergi berobat Puskesmas atau UGD


pada langkah pertama?
Klinik, rumah sakit
swasta atau pemerintah

Apotek tanpa resep tapi


konsultasi dengan apoteker

Tabib Tradisional,

Saya belum merujuk ke


salah satu di atas dan
pengobatan sendiri dengan
obat herbal
4

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

dan kimia di rumah

5. Sampai tahap pengobatan apa Untuk memulihkan


Anda menyelesaikan
Untuk meringankan gejala
pengobatan menurut pendapat
dokter? Tidak menyelesaikan
pengobatan

Pengalaman Pasien Sebelumnya terkait pelayanan kesehatan

6. Apakah Anda pernah memiliki Ya


pengalaman penerimaan
perawatan dari pusat perawatan Tidak
kesehatan? (Klinik, UGD, Jika tidak, Lanjutkan ke
praktek dokter, rumah sakit, Pertanyaan 11
puskesmas)
7. Menurut anda, seberapa Sangat banyak
besar manfaat penggunaan
layanan kesehatan untuk Banyak
pengobatan penyakit Anda? Cukup

Kurang

Sangat kurang

8. Seberapa puaskah Anda Sangat banyak


dengan perilaku dan
Banyak
akuntabilitas penyedia layanan
kesehatan? cukup

Rendah

Sangat rendah

9. Seberapa besar martabat dan Sangat banyak


rasa hormat Anda
dipertahankan, saat menerima Banyak
perawatan dari penyedia layanan Cukup
kesehatan?
Rendah
4

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


Sangat rendah

10. Sudahkah Anda menerima Selalu


perawatan yang Anda
Sering
butuhkan pada waktu yang
tepat, ketika Anda berkunjung Kadang- Kadang
ke pusat perawatan kesehatan?
Jarang

Tidak pernah

Evaluasi Konsumen dari Penyedia Layanan Kesehatan

11. Seberapa penting perilaku Sangat banyak


penyedia layanan kesehatan
Banyak
menurut penilaian Anda
terhadap layanan yang Anda Cukup
terima?
Rendah

Sangat rendah

12. Seberapa penting Lingkungan Sangat banyak


fisik pusat penyedia
perawatan, Daya Tarik dan Banyak
kenyamanan mereka dalam Cukup
penilaian Anda terhadap
layanan yang Anda terima? Rendah

Sangat rendah

13. Seberapa penting waktu Sangat banyak


yang dihabiskan untuk
Banyak
menerima layanan
perawatan kesehatan dalam Cukup
penilaian Anda?
Rendah

Sangat rendah

14. Seberapa penting biaya perawatan Sangat banyak


4

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

kesehatan dalam penilaian Banyak


Anda terhadap layanan yang
Anda terima? Cukup

Rendah

Sangat rendah

15. Seberapa penting keandalan Sangat banyak


hasil perawatan kesehatan dalam
Banyak
penilaian Anda terhadap layanan
yang Anda terima? Cukup

Rendah

Sangat rendah

16. Seberapa penting kualitas Sangat banyak


layanan yang diterima dalam
Banyak
penilaian Anda dari penyedia
layanan kesehatan? Cukup

Rendah

Sangat rendah

Faktor Psikologi

17. Apakah Anda menerima Selalu


kenyataan bahwa Anda sakit,
ketika Anda melihat gejala Sering
penyakit? Kadang-Kadang

Jarang

Tidak pernah

18. Menurut Anda, seberapa Sangat banyak


pentingkah kesehatan Anda bagi
Banyak
masyarakat, keluarga dan
teman- teman Anda? Cukup
4

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


Rendah

Sangat rendah

19. Seberapa besar Anda Sangat banyak


menghargai kesehatan Anda dan
berusaha menjaganya? Banyak

Cukup

Rendah

Sangat rendah

20. Apakah Anda takut dengan Lumayan


konsekuensi pengobatan atau
Banyak
kematian?
Cukup

Rendah

Tidak ada

21. Apakah Anda mengalami stres Lumayan


tentang penyakit Anda dan
pengobatannya dalam tiga Banyak
bulan terakhir? Cukup

Rendah

Tidak ada

22. Seberapa besar rasa malu Anda Sangat banyak


mengungkapkan penyakit Anda,
membicarakannya dan Banyak
mendapatkan pengobatan untuk Cukup
itu?
Rendah

Sangat rendah

Faktor Individu
4

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

23. Berapa lama masa pengobatan 3-7 hari


Anda?
7-14 hari

14-21 hari

lebih dari 21 hari

Melanjutkan kebutuhan
perawatan

24. Apakah Anda sudah Ya


memiliki pengalaman
Tidak
penyakit ini?
Saya tidak tahu

25. Apa penilaian Anda tentang Sedikit


tingkat keparahan penyakit
Anda dan gejalanya? Sedang

Parah

26. Berapa banyak informasi Sangat banyak


yang Anda miliki tentang
penyakit Anda dan Banyak
membutuhkan perawatan Cukup
sebelum menerima
perawatan? Rendah

Sangat rendah

27. Apakah Anda menderita Ya


penyakit lain?
Tidak

Saya tidak tahu

28. Bagaimana Anda menilai Luar biasa


kondisi kesehatan Anda?
Sangat bagus

Bagus
4

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


Rata-rata

Lemah

Faktor Marketing

29. Apakah Anda mampu Lumayan


membayar perawatan kesehatan
yang Anda butuhkan? Banyak

Cukup

Rendah

Tidak ada

30. Apakah Anda berpikir Lumayan


untuk membeli sebelum
Banyak
Anda mendapatkan
perawatan kesehatan? Cukup

Rendah

Tidak ada

31. Seberapa besar Anda Sangat banyak


dipengaruhi oleh iklan tentang
pengobatan, metode perawatan, Banyak
dan pusat perawatan kesehatan Cukup
dalam pengambilan keputusan
Anda? Rendah

Sangat rendah

32. Seberapa banyak Anda Sangat banyak


mengakses informasi yang
Banyak
dibutuhkan untuk menerima
perawatan (melalui televisi, surat Cukup
kabar, majalah, Internet, dll.)?
Rendah

Sangat rendah
5

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

33. Dimana anda sering Koran & majalah


mendapatkan informasi?
Radio & TV

Melalui Internet

Kelas pendidikan

Teman, kolega, dan anggota


keluarga

Yang lain

Sumber : (Bahrami et al., 2014)


5

KUESIONER ENACTMENT (Information Seeking)

Petunjuk: Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda


No. Pernyataan
checklist pada kolom pilihan sesuai dengan yang telahYa
saudaraTidak
Saya membaca berbagai sumber informasi seperti
1
buku, internet untuk mengetahuinya
Lebih baik mencari informasi dengan browsing/ baca
2
buku daripada bertanya ke orang
Saya melakukan banyak cara untuk mencari informasi
3
tentang penyakit yang belum saya ketahui.
Informasi yang saya dapatkan tidak dapat mengubah
4
perilaku saya yang berisiko tinggi tertular penyakit
Semakin saya mencari informasi, semakin banyak
5 yang belum saya ketahui untuk mengubah perilaku
berisiko tertular penyakit
6 Sulit untuk menemukan informasi yang saya butuhkan
Sumber : Suarnianti, 2017
5

KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA


(Setelah uji validitas dan reliabilitas)
A. Tujuan
Untuk mengetahui dukungan keluarga pada pre operasi pada pasien pre
anestesi
B. Identitas Responden
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
C. Petunjuk pengisian kuesioner
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi anda :
Bentuk atau Fungsi Dukungan Keluarga
No. Dukungan Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernah
Dukungan emosional
1. Keluarga mendampingi pasie
dalam perawatan
2. Keluarga tetap
memperhatikan keadaan
pasien selama pasien
sakit
3. Keluarga berusaha
mendengarkan setiap
kali pasien mengeluh
4. Keluarga dengan ramah
membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan
pasien
Dukungan instrumental
5

5. Keluarga menyediakan waktu


da fasilitas jika pasien
memerlukan untuk keperluan
pengobatan
6. Keluarga berperan aktif
dalam setiap pengobatan
dan
perawatan
7. Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan
pasie
8. Keluarga mencarikan
kebutuhan sarana dan
peralatan yang pasien
perlukan
Dukungan informasi/pengetahuan
9. Keluarga tid memberitahu
mengenai hasil
pemeriksaan
dokter
10. Keluarga mengingatkan
pasien untuk minum obat,
latihan dan makan
11. Keluarga memberikan
informasi pada pasien
tentang hal-hal yang bisa
memperburuk penyakit
pasien
12. Keluarga menjelaskan
kepada pasien setiap pasien
bertanya hal-hal yang tidak
jelas
tentang penyakitnya
5

Dukungan penghargaan
13. Keluarga memberi
pujian ketika pasien
melakukan
sesuai yang dikatakan dokter
14. Keluarga berusaha
mensupport pasien
dalam pengobatan
15. Keluarga berusaha
menghibur pasien setiap
kali
pasien sedih
5

KUESIONER PERSEPSI PENYAKIT

Keterangan Petunjuk:
: Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda
SS bila jawaban anda sangat
checklist
setuju pada kolom pilihan yang paling sesuai dengan
S bila jawaban anda setuju
N bila jawaban anda Netral
TS bila jawaban anda tidak setuju
STS bila jawaban anda sangat tidak setuju

NO PERNYATAAN SS S N TS STS
Timeline akut/kronis
Penyakit saya akan berlangsung singkat
Penyakit saya cenderung permanen daripada
sementara
Penyakit saya akan berlangsung lama
Penyakit ini akan berlalu dengan cepat
Saya berharap memiliki penyakit ini selama
sisa hidup saya
Penyakit saya akan membaik pada waktunya
Timeline siklikal
Gejala penyakit saya banyak berubah dari
hari ke hari
Gejala saya datang dan pergi dalam siklus
Penyakit saya sangat tidak terduga
Saya menjalani siklus di mana penyakit saya
menjadi lebih baik dan lebih buruk
Konsekuensi
Penyakit saya adalah kondisi yang serius
Penyakit saya memiliki konsekuensi besar
pada hidup saya
Penyakit saya tidak berpengaruh banyak pada
hidup saya
Penyakit saya sangat mempengaruhi
pandangan orang lain terhadap saya
Penyakit saya memiliki konsekuensi
5

keuangan yang serius


Penyakit saya menyebabkan kesulitan bagi
mereka
yang dekat dengan saya
Kontrol pribadi
Ada banyak hal yang dapat saya lakukan
untuk mengendalikan gejala saya
Apa yang saya lakukan dapat menentukan
apakah penyakit saya membaik atau
memburuk
Perjalanan penyakit saya tergantung pada
saya
Tidak ada yang saya lakukan akan
memengaruhi penyakit saya
Saya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
penyakit saya
Tindakan saya tidak akan mempengaruhi
hasilnya
penyakit saya
Treatment kontrol
Ada sangat sedikit yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan penyakit saya
Pengobatan saya akan efektif menyembuhkan
penyakit saya
Efek negatif dari penyakit saya bisa
dicegah (dihindari) dengan pengobatan saya
Perawatan saya dapat mengendalikan
penyakit saya
Tidak ada yang dapat membantu kondisi
penyakit saya
Koherensi
Gejala kondisi saya membingungkan saya
Penyakit saya adalah misteri bagi saya
Saya tidak mengerti penyakit saya
Penyakit saya tidak masuk akal bagi saya
Saya memiliki gambaran atau pemahaman
yang jelas
dari kondisi saya
Representasi emosional
5

Saya menjadi depresi ketika memikirkan


penyakit saya
Ketika saya berpikir tentang penyakit saya,
saya menjadi kesal
Penyakit saya membuat saya merasa marah
Penyakit saya tidak membuat saya khawatir
Memiliki penyakit ini membuat saya merasa
cemas
Penyakit saya membuat saya merasa takut
Faktor Risiko
Herediter, turun temurun di keluarga
Diet atau kebiasaan makan
Perawatan medis yang buruk di masa lalu
saya
Perilaku saya sendiri
Tertular dari orang lain di lingkungan
Penuaan
Merokok
Alkohol
Sumber : (Moss-Morris et al., 2002)

Anda mungkin juga menyukai