Bab 3
Bab 3
Disusun Oleh :
NO NAMA NIM
1 Akhmad Syukrillah 22300076
2 Clara Octavia Meilia 22300070
3 Dika Anugrah Pratama 22300038
4 Ervan Efendi 22300015
5 Lisnawati 22300080
6 Sulissia 22300056
7 Wulan Gunawaty 22300051
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan
Tujuan Umum.........................................................................................5
Tujuan Khusus.........................................................................................5
D. Manfaat ..................................................................................................6
.................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian......................................................................................................80
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................80
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................81
D. Implementasi Keperawatan ...........................................................................81
E. Evaluasi..........................................................................................................82
iii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................83
B. Saran...............................................................................................................84
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
demam berdarah karena sesuai dengan lingkungan mereka sekolah, belajar, dan
bermain, apalagi serangan nyamuk demam berdarah sering dipagi hari waktu
Dengue (DBD) adalah endemik yang muncul sepanjang tahun, terutama saat
musim hujan ketika kondisi optimal untuk nyamuk berkembang biak (CDC,
2010). Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama demam berdarah.Virus ini
inkubasi virus untuk 4-10 hari, nyamuk yang terinfeksi ini mampu menularkan
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Data
1
2
yang terjangkit penyakit ini (Chen, dkk., 2009). Jumlah kasus DBD
sebanyak 1,3 juta kasus, menigkat di seluruh dunia telah menjadi 5,4 juta
juta gejala kasus DBD terutama di Asia, Amerika dan Afrika. Jumlah kasus
DBD dunia diperkirakan 390 juta setiap tahunnya ditemukan pada lebih 100
negara. WHO (2019) menyebutkan jumlah kasus DBD yang dilaporkan lebih
dari 8 kali lipat selama 4 tahun terakhir, dari 505.000 kasus meningkat.
Data Riskesdas pada tahun 2018 kasus DBD lebih tinggi mencapai
112.954 kasus. Demikian juga dengan jumlah kematian, mencapai 751 kasus.
Barat 10.772 kasus, Bali 8.930 kasus, Jawa Timur 5.948 kasus, NTT 5.539
kasus, Lampung 5.135 kasus, DKI Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus,
Jawa Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta 2.720 kasus dan Riau 2.255 kasus. Ini
adalah provinsi yang berpotensi endemis dari tahun ke tahun dengan jumlah
Pada data Kemenkes yang dilaporkan pada tahun 2019 sebanyak 138.127
kasus per 100.000 penduduk dengan jumlah kematian sebanyak 919 kasus,
pada tahun 2020 mengalami penurunan sebanyak 108.303 kasus dengan jumlah
Pada data Dinkes Prov.Babel yang dilaporkan dengan kasus DBD per
100.000 penduduk pada tahun 2019 sebanyak 67,97 %, pada tahun 2020
3
Pada data Dinkes Kab. Bangka yang dilaporkan dengan kasus DBD per
100.000 penduduk pada tahun 2018 sebanyak 87 kasus, pada tahun 2019
diduduki oleh Pangkalpinang dengan kasus 172 kasus, sedangkan pada tahun
(Dinkes Prov. Babel, 2020). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka,
kasus DBD tidak termasuk dalam 10 penyakit terbesar. Pada tahun 2019,
kasus DBD sebanyak 153 kasus. Berdasarkan golongan umur, Umur <1
tahun sebanyak 5 kasus, umur 1–4 tahun sebanyak 7 kasus, umur 5–14 tahun
sebanyak 52 kasus, umur 15–44 tahun sebanyak 74 kasus dan umur >44
tahun sebanyanyak 15 kasus. Dari 153 kasus DBD terdapat 3 kasus kematian
(4,59%). Dan di tahun 2020 angka kejadian DBD menurun menjadi 119
kasus. Dengan proporsi golongan umur < 1 tahun sebanyak 2 kasus, umur 1–
tahun sebanyak 41 kasus, dan umur >44 tahun sebanyak 12 kasus. Dalam
tahun 2020 terdapat kasus kematian sebanyak 1 kasus. Di tahun 2021 terjadi
kasus, umur 1-4 tahun sebanyak 12 kasus, umur 5–14 tahun sebanyak 78
kasus, umur 15–44 tahun sebanyak 62 kasus dan umur > 44 tahun sebanyak
Bangka. bersumber dari Rekam Medis RSUD Depati Bahrin pada tahun
4
umur 1–4 tahun sebanyak 14 kasus, umur 5–14 tahun sebanyak 47 kasus. Dan
terbesar pada anak. Dengan jumlah kasus 24, dan digolongkan berdasarkan
umur <1 tahun 1 kasus, umur 1–4 tahun sebanyak 7 kasus, dan umur 5–14
dimana kasus DBD pada anak menjadi urutan pertama dari 10 penyakit
<1 tahun sebanyak 5 kasus, umur 1–4 tahun sebanyak 21 kasus, umur 5–14
tahun sebanyak 73 kasus. Dari data tersebut tidak terdapat laporan kejadian
menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi-sendi selain harus istirahat
mutlak dan banyak minum, jika suhu tinggi dikompres secara intensif
(Ngastiyah, 1993). Pada DBD, terapi dengan antipiretik harus diberikan pada
aman untuk anak.Dari berbagai standar yang ada, menyebutkan bahwa dalam
dan tepat untuk obat turun panas dan analgesik pada anak-anak adalah
Kabupaten Bangka.
B. Rumusan Masalah
Bahrin?
C. Tujuan
1 Tujuan Umum
dan komprehensif.
2 Tujuan Khusus
Encephalopati.
D. Manfaat
1 Bagi Kelompok
Agar dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan
Dengue Encephalopati.
Encephalopati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
(DBD) atau Demam Dengue (DD) akibat kebocaran plasma dan sebagai
merupakan salah satu klasifikasi infeksi virus dengue dengan gejala yang
disertai gangguan sistem organ, dalam hal ini adalah sistem saraf pusat.
(Rohim, 2014)
oleh nyamuk spesies Aedes, dan sekarang telah dapat diisolasi 4 serotipe
abnormal, dan pada beberapa kasus berat sindrom syok (DSS) akibat
dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue,
2. Anatomi Fisiologi
membuang sisa-sisa metabolism dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit
2016).
9
a. Jantung
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung yang disebut
b. Pembuluh Darah
1) Arteri
darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra
2) Vena
3) Kapiler
antar sel.
4) Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian
cair disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna
Fungsi darah:
12
antibodi/zat-zat antiracun.
3. Etiologi
serotype lain penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
(Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,
kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,
Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100
4. Manifestasi Klinis
tidak akan dibuat. Data itu juga memberikan suatu keyakinan bahwa DBD
dan bahwa patokan klinis yang digariskan oleh WHO (1975) tidak selalu
perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
b. Manifestasi perdarahan
c. Hepatomegali
atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah (Soegeng, 2006).
saraf pusat akan berefek pada depresi sensorik, letargi, somnolen, coma
dibuat. Data itu juga memberikan suatu keyakinan bahwa DBD perlu
5. Patofisiologi
nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai dan
anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri
otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan
limfa denophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada
aegypti.(Wahidayat, 2015)
dan infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue dengan masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
pada daya tahan tubuh manusia dimana reaksi tubuh yang biasanya terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila
berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama
kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan
tinggi.
menimbulkan viremia yang dimana kadar virus dalam tubuh tinggi. Hal
hipertermia yang juga akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga
palsma dan cairan akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan edema
tidak efektif tidak hanya itu perubahan perfusi jaringan otak menyebabkan
gastrointestinal pada dhf yang jika berlanjut terjadi syok dan apabila syok
tidak teratasi, maka akan terjadi anoksi jaringan dan akhirnya terjadi
PATHWAY
Nyamuk Aedes Aegypti
Demam dengue
inflamasi
Resiko Infeksi
Transmisi Impuls
Resiko
Kejang
Cidera
Kelemahan Neurologis
Imobilisasi
Gangguan Mobilitas
Fisik
20
penyakit virus dengue bervariasi mulai demam yang tidak spesifik, demam
asites.Hal ini dapat dijelaskan dengan teori reaksi antigen antibodi yang
manifestasi yang berat hal ini dapat dijelaskan sebagai akibat ADE dan
sel retikuloendotelial sistem termasuk organ hati dan sel endotel akibatnya
hati meradang membengkak dan faal hati terganggu dan berlanjut dengan
6. Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak
22
b. Kelainan ginjal
terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
c. Udema paru
sebagai berikut:
a. Dehidrasi
b. Pendarahan
c. Hipotensi
24
d. Bradikardi
e. Kerusakan hati
7. Pemeriksaan Diagnostik
tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5
memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu
pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan
8. Penatalaksanaan Medis
bila syok telah teratasi, selanjutnya cairan diganti dengan cairan yang tidak
obat-obat tersebut sudah menunjukkan tanda resistan, maka obat ini dapat
detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat
diperhatikan:
26
a. Cairan tidak diberikan dalam dosis penuh, cukup 3/4-4/5 dosis untuk
napas.
osmotik
2) Antibiotik lokal untuk flora usus tidak perlu jika telah diberi
antibiotik sistemik.
mengontrol kejang.
bakteri.
perburukan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
mmHg.
2) Breathing
28
(Suriadi, 2016)
yang cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
memakan obat)
6) Pemeriksaan Fisik
syok septik).
kritis)
7) Pemeriksaan Penunjang
c) EKG
2. Diagnosa Keperawatan
ventilasi-perfusi (D.0003)
tertahan (D.0001)
(D.0076)
(D.0054)
3. Intervensi
2. Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan respirasi (I. 01014)
berhubungan dengan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi keperawatan 3x24 jamdiharapkan 1 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
(D.0003) status cairan membaik dengan kriteria upaya napas
hasil: 2 Monitor pola napas(seperti bradipnea,
1 Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi,kussmaul)
2 Bunyi napas tambahan menurun 3 Monitor kemampuan batuk efektif
3 Pusing menurun 4 Monitor saturasi oksigen
4 Gelisah menurun Terapeutik
5 PO2 cukup membaik 1 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
34
6. Defisit nutrisi berhubungan dengan status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
faktor psikologis (D.0019)
selama ......... 1 Identifikasi status utrisi
2 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Jam. Keadekuatan asupan nitrisi
3 Identifikasi makanan yang disukai
untuk memenuhi kebutuhan 4 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
metabolisme.
5 Monitor asupan makan
39
Terapeutik
- Kontrol faktor lingkungan penyebab
muntah
- Kurangi atau hilangkan keadaan
peyebab muntah
- Atur posisi untuk mencegah aspirasi
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan dukungan fisik saat muntah
Berikan kenyamanan selama muntah
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik
farmakologis untuk mengelola muntah
Kolaborasi
Pemberian antiemetik...............
8. Resiko pendarahan berhubungan tingkat perdarahan (L.02017) Pencegahan perdarahan (I.02067)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan aneurisma (D.0012)
selama ..x.. jam diharapkan perdarahan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
tidak terjadi dengan kriteria : 2. Monitornilaihematokrit/hemoglobin
1 Kelembaban membrane mukosa sebelum dan setelah kehilangan darah
meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
2 Kelembaban kulit meningkat 4. Monitor koagulasi
43
Kolaborasi
44
11. Resiko infeksi berhubungan dengan Intergritas kulit dan jaringan Pencegahan infeksi
supresi respon inflamasi (D.0142). (L. 14125) (I. 14539)
47
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
50
BAB III
TINJAUAN KASUS
TANGGAL ketika a)masuk :1 Januari 2023 b) Pengkajian peserta didik: 5 Januari 2023
a. Prenatal
Pemeriksaan ANC teratur selama 1 bulan sekali di bidan desa, usia
kehamilan saat persalinan 31 minggu P1 A0, penyakit ibu klien selama
tidak ada penyakit yang di derita ibu klien.
b. Intranatal
Persalinan secara spontan ditolong oleh bidan, persalinan dilakukan
di puskesmas Belinyu dengan berat badan 3300 gram, panjang badan 42
cm.
51
52
c. Postnatal
Setelah melahirkan ibu dan bayi pulang kerumah dengan sehat. Ibu
klien tidak mengalami perdarahan, klien mendapatkan asi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
7. GENOGRAM
53
Keterangan:
= Laki – Laki
= Klien
= Perempuan
= Garis Serumah
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
NOTE:
Ayah dari anak merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara, dimana anak pertama
adalah perempuan, anak kedua adalah perempuan, anak ketiga adalah laki-laki
yang merupakan ayah klien dan anak keempat perempuan. Ibu klien adalah anak 3
dari 3 bersaudara dimana anak pertama adalah perempuan, anak kedua adalah
laki-laki, anak ketiga adalah perempuan yang merupakan ibu klien. Sedangkan
klien adalah anak tunggal, klien tinggal serumah dengan ibu, kakek dan nenek
klien, ibu klien mengatakan rumah yang mereka tempati dalam keadaan bersih
dan tidak lembab.
8. RIWAYAT SOSIAL
Riwayat sosial pada klien baik, klien aktif bermain di lingkungan sekitar
rumah dengan anak- anak se usia dengan klien
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
54
9. KEBUTUHAN DASAR
d. Eliminasi :
b. Tanda – TandaVital
Saturasi oksigen : 99 %
Pulse :110 x/menit
Respiration rate : 22 x/menit
Suhu : 38˚C
11. DATA SISTEMIK
b. Sistem Penglihatan
Mata klien tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada ptosis pada
kelopak mata, tidak ada strabismus, sklera pasien tampak warna putih,
55
kornea tidak ada kekeruhan, tidak ada nyeri tekan, konjungtiva pasien
tidak anemis.
c. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas klien 22 x/menit, dada kiri dan kanan tampak
simetris, tidak ada nyeri tekan pada dada, klien tidak menggunakan alat
bantu bernapas O2, bunyi napas vesikuler
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
d. SistemKardiovaskuler
Dada kiri dan kanan tampak simetris, tidak ada kelainan pada
jantung klien seperti pembengkakan jantung, frekuensi nadi 110x/ menit,
iktus kordis pada sela iga ke V teraba jelas dan sangat kuat, pada saat
diketuk terdengar sonor, bunyi jantung klien lup dup.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
f. Sistem Gastrointestinal
Klien mengatakan masih mual, muntah 2x sebanyak 3cc dengan warna
putih, bising usus 16x /menit, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak
ada distensi abdomen, klien BAB ± 1x sehari melalui anus, feses
berwarna kecoklatan dengan konsistensi lunak
g. Sistem Muskuloskletal
4 4
3 5
h. Sistem Integumen
Kulit tampak bersih, tidak ada edema, tidak ada memar, tidak ada
kemerahan, warna kulit klien sawo matang, akral teraba panas
i. Sistem Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan
pasien BAK > 4x/hari dengan urine berwarna kuning jernih, jumlah lebih
kurang 1 liter per 24 jam
a. TB : 129 cm
b. BB : 45000 gram
13.PEMERIKSAANPENUNJANG
a. Laboratorium
7 MCHC 36 % 33-36
8 Trombosit 29000 /ul 150.000-400.000
9 SGOT 249 mU/ml 2-23
10 SGPT 104 mU/ml 3-25
11 Na 130 mmol/l 135-148
12 K 2,6 mmol/l 3,5- 5,3
13 CL 99 mmol/l 98-107
Kesimpulan Trombositopenia, Inbalance elektrolit, gangguan fungsi hati
a. Perilaku Sosial
b. Motorik Halus
Klien dapat memegang dan bersentuhan dengan tangan perawat
c. Motorik kasar
1. PSIKOLOGIS
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini sangat sedih karena tidak
dapat lagi bermain bersama dengan teman teman sebayanya
2. SOSIAL
ANALISA DATA
Nama Pasien : An “M” Diagnosa Medis : Dengue encephalopati
Jenis Kelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 5 Januari 2023
Kamar/Bed : 3B / 1 Shift : Sore
hr: 110x/I
RR: 20x/I
T: 38 °C
Saturasi 99%.
2. DS : Klien mengatakan mual Nausea
DO :
Klien tampak lemas
Porsi makan ¾ porsi
habis
TD: 100/60 mmHg
hr: 110x/I
RR: 20x/I
T: 38 °C
Saturasi 99%.
mau di kaji
Klien mual muntah berkurang
Na 129 mmol
K 3,4 mmol
Cl 128 mmol
( Inbalance elektrolit)
TD: 100/60 mmHg
hr: 110x/I
RR: 20x/I
T: 38 °C
Saturasi 99%.
4 DS : ibu klien mengatakan klien banyak Intoleransi aktivitas
aktivitas dibantu ibu dan nenek
DO :
Klien tampak lemas
Terpasang IVFD d kaki
sebelah kanan (IVFD
NACl 0,9% 500 cc+
D40% 62,5 cc + KCL 5
Meq)
Klien melakukan
aktivitas di atas tempat
tidur
TD: 100/60 mmHg
hr: 110x/I
RR: 20x/I
T: 38 °C
Saturasi 99%.
MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipertermi
2. Nausea
3. Resiko ketidakseimbangan elektrrolit
67
4. Intoleransi aktivitas
PRIORITAS MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu
tubuh diatas normal (D.0130)
2. Nausea berhubungan dengan Rasa makan dan minum yang tidak enak
ditandai denganmengeluh mual dan rasa ingin muntah ( D.0076)
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah ( D.0037)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak bugaran status fisik
ditandai dengan gangguan metabolic ( D.0060)
68
NURSING PLANING
Nama Pasien : An “M” Diagnosa Medis : Dengue encephalopati
Jenis Kelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 5 Januari 2023
Kamar/Bed : 3B / 1 Shift : Sore
Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena , jika perlu
Edukasi
5. Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
6. Anjurkan sering
membersihkan mulut
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
antiemetic jika perlu
3. Risiko 14.30 Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam (I.03122)
elektrolit berhubungan diharapkan elektrolit membaik Observasi
dengan muntah dengan 1. Identifikasi
( D.0037) Kriteria Hasil : (L.03021) kemungkinan
1. Serum natrium membaik penyebab
Terapeutik
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
70
Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang car meningkatkan
makanan
IMPLEMENTASI
71
IMPLEMENTASI
Respon 6. Kolaborasi
Klien tampak tirah baring pemberian cairan dan
20.00 6. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena
dan elektrolit intravena
Respon
IVFD NACl 0,9% 500 cc+
D40% 62,5 cc + KCL 5 Meq
80cc/jam
77
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor kadar
elektrolit serum
Monitor mual dan
muntah
Dokumentasi hasil
pemantauan
4. Intoleransi aktivitas 15.00 1. Memonitor kelelahan fisik dan Jam 21.00 WIB
berhubungan emosional S: Klien mengatakan masih
dengan ketidak Respon lemas
bugaran status fisik Kelelahan fisik diakibatkan O:
ditandai dengan ketidak seimbangan elektrolit klien tampak lemah
gangguan 15.10 2. melakukan rentang gerak aktif aktivitas klien banyak
metabolic atau pasif d tempat tidur
( D.0060) Respon aktifitas dibantu ibu
Klien mampu bergerak namun klien
mudah lelah dan terbatas
dikarenakan ada selang infus A : masalah belum teratasi
17.00 3. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan P : intervensi dilanjutkan
makanan 1. monitor kelelahan fisik
Respon 2. lakukan rentang gerak
Klien diberikan diet tinggi pasif dan aktif
kalori dan tinggi protein 3. anjurkan aktifitas
dengan penampilan yang
79
PEMBAHASAN
80
81
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan
masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Rencana keperawatan yang kelompok lakukan sama dengan
landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang di perlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan.
Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan
di tunjukkan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan
yang di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di
laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping.
Implementasi pada klien dimulai dari tanggal 5 Januari 2023- 6
Januari 2023 dinas sore dan dinas pagi
Pada diagnosa yang pertama yaitu Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal (D.0130) Tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan SIKI 2018 yaitu Manajemen
hipertermia ( (I.015506) terdiri dari identifikasi penyebab hipertermia, monitor
suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, sediakan lingkungan yang dingin, anjurkan
tirah baring, kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit jika perlu.
Pada diagnosa yang kedua yaitu Nausea berhubungan dengan Rasa makan dan
minum yang tidak enak ditandai dengan mengeluh mual dan rasa ingin muntah
( D.0076) terdiri dari identifikasi pengalaman mual, identifikasi penyebab mual,
kendalikan faktor lingkungan penyebab mual, berikan makanan jumlah kecil dan
82
menarik, anjurkan istirahat dan tidur yang cukup, anjurkan membersihkan mulut
sering, kolaborasi pemberian antiemetic jika perlu
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Risiko
ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah. Tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan SIKI 2018 yaitu Pemantauan
elektrolit ( (I.03122) terdiri dari, iedentifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, monitor kadar elektrolit serum, monitor
mual dan muntah, dokumentasikan hasil pemantauan, jelaskan prosedur
pemantauan
Pada diagnosa keperawatan yang keempat Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak bugaran status fisik ditandai dengan gangguan
metabolic ( D.0060). Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
SIKI 2018 yaitu Manajemen energi (I.005178) identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor pola jam tidur, sediakan
lingkungan yang nyaman, lakukan rentang gerak aktif dan pasif\ berikan
aktivitas distraksi yang menenangkan,anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dan tidak ada
kesenjangan dengan teori. Evaluasi dilakukan pada shift sore dan pagi
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan metode SOAP. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 hari di dapatkan hasil : resiko ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan muntah,hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit, resiko intoleransi aktivitas belum teratasi, Sedangkan nausea
berhubungan dengan rasa makan dan minum yang tidak enak teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah demam yang berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai
dengan pendarahan dan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat
mengakibatkan kematian penderita. Anak-anak banyak terserang penyakit
demam berdarah karena sesuai dengan lingkungan mereka sekolah, belajar,
dan bermain, apalagi serangan nyamuk demam berdarah sering dipagi hari
waktu anak-anak beraktivitas. Penyebabnya adalah virus dengue dan
penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Soedarto,
2015). Dari hasil pengkajian Asuhan Keperawatan An “M” dengan
Dengue encephalopati di Ruang Kenanga RSUD Depati Bahrin
Sungailiat Kabupaten Bangka Kabupaten Bangka didapatkan diagnose
sebagai berikut:
1. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan muntah
( D.0037)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu
tubuh diatas normal (D.0130)
3. Nausea berhubungan dengan Rasa makan dan minum yang tidak enak
ditandai denganmengeluh mual dan rasa ingin muntah ( D.0076)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak bugaran status fisik
ditandai dengan gangguan metabolic ( D.0060)
Perencanaan dirumuskan berdasarkan pada perencanaan teoritis
dan berdasarkan masalah keperawatan pada An “M”. Rencana
keperawatan disusun menurut prioritas masalah seperti yang tercantum
pada diagnosa keperawatan yang muncul.
83
84
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Diharapkan dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan kasus dengue
encepalopati dan menambah wawasan sebagai acuan bagi kelompok
selanjutnya dalam mengembangkan studi kasus lanjutan terhadap
pasien Abses, Diabetese mellitus dan anemia.
2. Bagi RSUD Depati Bahrin
Masukan dan informasi bagi pelayanan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada pasien dengue
encepalopati