Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

Disusun Oleh :

Semester II

Yulis Fitriyawati (22300063)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Indah Permata Sari, M. Kep Maria Trinita Doe Bei. Amd. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


Stroke

A. Tinjauan Teoritis

I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
nueorologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemorogi sirkulasi saraf otak. Istilah
stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nuratif,
2015).
Stroke didefisinikan sebagai defisit (gangguan) fungsi soistem saraf yang terjadi
mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredarahan darah otak. Stroke terjadi akibat
gangguan pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen ke
otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguam fungsi otak ini akan
menimbulkan gejala stroke (Pinzon, 2019)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. Stroke/penyakit serebrovaskuler
menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural
yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh
sistem pembuluh darah otak (Smeltzer, 2016)

2. Anatomi dan Fisiologi Otak


Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar
400 kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap bermacam-
macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan
gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam
proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensi,
berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah,
otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum),
otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan jembatan varol (pons varoli)
(Adam, 2017)

Gambar Anatomi Otak


a. Otak Besar (Serebrum)

Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar
mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.Otak besar
terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang
berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.

b. Otak Kecil (Serebelum)

Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga
berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
c. Otak Tengah (Mesensefalon)

Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting
pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.

d. Otak Depan (Diensefalon)

Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua
rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam
pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan
sikap agresif.
e. Jembatan Varol (Pons Varoli)

Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

3. Etiologi
Menurut Adam (2017), penyebab kelainan pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan stroke, antara lain:
a. Trombosis aterosklerosis
b. Transient iskemik
c. Emboli
d. Perdarahan hipertensi
e. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
f. Arteritis
g. Trombophlebitis serebral: infeksi sekunder telinga, sinus paranasal, dan wajah.
h. Kelaianan hematologi: antikoagulan dan thrombolitik, kelainan faktor pembekuan
darah, polisitemia, sickle cell disease, trombotik trombositopenia purpura,
trombositosis, limpoma intravaskular.
i. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
j. Angiopati amiloid
k. Kerusakan aneuriisma aorta
l. Komplikasi angiografi

4. Manifestasi Klinis
Orang dengan stroke sering memiliki:
a. Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
b. Tiba – tiba hilangnya rasa peka
c. Bicara cedal atau pelo
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan pengelihatan
f. Mulut moncong atau tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
(Nurarif, 2015)

5. Patofisiologi
a. Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak atau bagian
otak sehingga terjadi kekurangan oksigen dan glukosa serta zat-zat lain yang penting
dan diperlukan untuk kehidupan sel-sel, otak dan pembuangan CO2 dan asam laktat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak, antara lain:
1) Keadaan pembuluh darah dapat menyempit akibat aterosklerosis atau tersumbat
oleh thrombus atau embolus
2) Keadaan darah: viskositas darah yang meningkat dan hematokrit yang meningkat
menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat menyebabkan
oksigenasi otak menurun
3) Tekanan darah sistematik memgang peranan terhadap tekanan perfusi otak
4) Kelainan jantung menyebbakan menurunnya curah jantung serta lepasnya
embolus yang menimbulkan iskemi otak.
Sebagai akibat dari menurunnya aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka
akan terjadi seragkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai
ditingkat selular, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan
kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan
berakhir dengan kematian neuron.
b. Patofisiologi Stroke Hemoragik
1) Patofisiologi Perdarahan Intraserebral
Penyebab perdarahan intraserebral dapat bersifat primer akibat hipertensi
kronik dan sekunder akibat anomaly vaskuler congenital, koagulopati, tumor otak,
vaskulitis, post stroke iskemik dan penggunaan obat anti koagulan.
2) Patofisiologi perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid jumlahnya realtif kecil yaitu sekitar 4,2%.
Perdarahan subarachnoid terjadi karena pecahnya anuerisme sakuler 80% kasus
perdarahan subarachnoid non traumatic. Anuerisme sakuler merupakan proses
degenerasi vaskuler akibat didapat proses hemodinamika pada bifurcation
pembuluh arteri otak terutama di daerah sirkulus willisi. Darah masuk ke
subarachnoid pada sebagian besar kasus menyebabkan sakit kepala hebat diikuti
penurunan kesadaran dan rangsangan meningeal.

6. Pathways

Penyakit yang mendasari stroke


(Alkohol, hiperkolosteroid, merokok, stress, depresi dan kegemukan)

Atretrosklerosis Kepekatan Pembentukan


(Elastisitas pembuluh darah trombus
darah menurun) meningkat

Obstruksi thrombus diot

ak

Sirkulasi serebral
terganggu

Penurunan darah Perfusi


dan kadar O2 Perifer
Tidak

Hipoksia serebri

Kerusakan pusat

Gangguan gerakan motorik

Mobilitas dilobus frontalis

Fisik hemisphere/hemiplagia

Mobilitas
menurun

Defisit Perawatan Diri


7. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi :
a. Hipoksia Serebral
b. Penurunan darah serebral
c. Luasnya area cedera

8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari perdarahan seperti
aneurisma malformasi vaskuler
b. Lumbal pungsi, CT scan , EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
c. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)
(Mutaqqin, 2018).

9. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan medis pada pasien stroke adalah :
1) Diueretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
2) Antikogulan untuk mencegah terjadihnya thrombosis embolisasi dari tempat lain
dalam system kardiovaskuler.
3) Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
b. Penatalaksanaan stroke menurut Wijaya (2016) adalah:
1) Penatalaksanaan umum
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai
muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
b) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen
1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah.
c) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
d) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal.
e) Suhu tubuh harus dipertahankan.
f) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun dianjurkan
pipi NGT.
g) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
2) Penatalaksanaan medis
a) Trombolitik (streptokinase).
1. Anti platelet (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol).
2. Antikoagulan (heparin).
3. Hemorrhage (pentoxyfilin).
4. Antagonis serotonin (noftidrofurly).
5. Antagonis calsium (nomodipin, piracetam).
b) Penatalaksanaan khusus atau komplikasi
1. Atasi kejang (antikonvulsan).
2. Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol, gliserol, furosemid,
intubasi, steroid dll).
3. Atasi dekompresi (kraniotomi).
c) Untuk penatalaksanaan faktor resiko: atasi hipertensi (anti hipertensi), atasi
hiperglikemia (anti hiperglikemia), atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
II. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

Penatalaksaan keperawatan meliputi:

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan
tingkat kesadaran.
c. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan
kegemukan.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah
klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung
lemak, makanan apa yang sering dikonsumsi oleh pasien, misalnya: masakan yang
mengandung garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus,
bagaimana nafsu makan klien.
2) Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang
mengandung alkohol.
3) Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB
yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi
BAK apakah ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien
stroke mungkn mengalami inkotinensia urine sementara karena konfusi,
ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
2) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus
II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam
memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan bola mata
kelateral (nervus VI).
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
4) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan dalam menelan.
5) Dada
a) Inspeksi : Bentuk simetris
b) Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
c) Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
d) Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan
II murmur atau gallop.
6) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
b) Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
c) Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
7) Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran
kekuatan otot, normal: 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Muttaqin, 2018)
a) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
b) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
c) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi.
d) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
e) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatannya
berkurang.
f) Nilai 5 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan penuh

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada stroke meliputi:
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan atau vena
b. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal

3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan


Rencana keperawatan pre operasi:
a. Diagnosa Keperawatan I
Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi


efektif b.d penurunan tindakan keperawatan (I.02079)
aliran arteri dan atau selama 2x24 jam perfusi
vena (D.0077) jaringan meningkat
Observasi :
(L.02011) dengan kriteria
hasil : 1. Periksa sirkulasi
perifer (mis. nadi
1. Kelemahan otot,
perifer, edema,
meningkat
pengisian
2. Denyut nadi perifer,
kapiler, warna,
meningkat
suhu)
3. Pengisian kapiler,
2. Identifikasi
meningkat
faktor risiko
gangguan
sirkulasi

Terapeutik :

1. Lakukan
pencegahan
infeksi
2. Lakukan
perawatan kaki
dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan
berolahraga rutin
2. Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanna darah
secara teratur
3. Anjurkan
program
rehabilitasi
vaskular

b. Diagnosa Keperawatan II
Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan


fisik b.d penurunan tindakan keperawatan mobilisasi (I.01011)
kekuatan otot (D.0054) selama 2x24 jam
mobilitas fisik meningkat
(L.05042) dengan kriteria Observasi :
hasil :
1. Monitor kondisi
1. ROM, meningkat umum selama
2. Kelemahan fisik, melakukan
meningkat mobilisasi
2. Gerakan terbatas,
meningkat
Terapeutik :

1. Fasilitasi
melakukan
pergerakan
2. Libatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :

1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
mobilisasi dini

c. Diagnosa Keperawatan III


Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan

3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Dukungan


b.d gangguan tindakan keperawatan perawatan diri
musculoskeletal (D. selama 2x24 jam dengan (I.11348)
0190) perawatan diri meningkat
(L.01003) dengan kriteria
hasil : Observasi :

1. Kemampuan mandi, 1. Monitor tingkat


meningkat kemandirian
2. Kemampuan makan, 2. Identifikasi
meningkat kebutuhan alat
3. Mempertahankan bantu
perawatan diri,
meningkat
Terapeutik :

1. Siapkan
keperluan pribadi
2. Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri

Edukasi :

1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan
4. Evaluasi
Menurut Hartono (2017), evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dalam

pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang direncanakan. Evaluasi bisa berupa

evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi mengungkapkan tiga masalah atau

kemungkinan, yaitu:

a. Masalah dapat diselesaikan

b. Sebagian saja masalah yang dapat terpecahkan

c. Muncul masalah baru


DAFTAR PUSTAKA

Adam. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 6. Jakarta: FK UI. h.221-5.


Hartono. 2017. Lecture Notes Mourologi. Erlangga: Jakarta.
Muttaqin. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta : EGC
Pinzon. 2019. Buku Ajar Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta : EGC
Smetlzer. 2016. Cara Mudah dan Memahami Hipertensi, Jantung dan Stroke. Ed.III. Jakarta :
EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wijaya. 2016. Stroke Waspadai Ancaman. Ed.III. Jakarta : EGC
KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN KASUS STROKE

Disusun Oleh :

Semester II

Yulis Fitriyawati (22300063)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Indah Permata Sari, M. Kep Maria Trinita Doe Bei. Amd. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai