DOSEN PENGANJAR
OLEH
KELOMPOK 4
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
”DETERMINAN SOSIAL TERHADAP PENYAKIT TUBERKULOSIS”
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya
Kelompok 6
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Tuberkulosis telah menjadi masalah
kesehatan besar dunia. Pada tahun 2015 TB merupakan penyebab 10 besar
kematian diseluruh dunia, menempati ranking diatas HIV/AIDS sebagai penyebab
terbesar kematian akibat penyakit infeksi (WHO, 2016). Tuberkulosis (TB) adalah
penyebab kematian menular melalui udara yang paling umum, menewaskan
sekitar tiga juta orang, terutamadewasa muda di negara-negara termiskin di dunia
setiap tahun
Tuberkulosis.
1.3 Tujuan
penyakit Tuberkulosis.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep hidup sehat H. L. Blum sampai saat ini masih relevan untuk
diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik
melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan
kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan
tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhiderajat
kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan
timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku
gaya hidup (life style) faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya) faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor
saling keterkaitan:
1. Perilaku masyarakat
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit,
pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan,
informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai
dengankebutuhan masyarakat yang memerlukan.
4. Genetik/Keturunan
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masainilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun
masih banyak saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk.
Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung. Oleh sebab itulah program
penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih
tetap diperlukan. Utamanya program posyandu yang biasanya dilaksanakan di
tingkat. Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status
gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Sebagian besar model yang sering digunakan dalam determinan sosial kesehatan
adalah model yang dibuat oleh Dahlgren dan Whitehead (1991), yang mana model
ini berusaha untuk menggambarkan cara dimana determinan sosial kesehatan
membangun hubungan satu sama lain atau secara berlapis-lapis seperti gambar
dibawah ini
Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang
meliputi norma komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial,
jejaring sosial, dan sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas dapat
memberikan dukungan bagi anggota-anggota komunitas pada keadaan yang
menguntungkan bagi kesehatan. Sebaliknya faktor yang ada pada level komunitas
dapat juga memberikan efek negatif bagi individu dan tidak memberikan
dukungan sosial yag diperlukan bagi kesehatan anggota komunitas.
2.2 Tuberkulosis
2.2.1 Definisi
2.2.3 Epidemiologi
Tuberkulosis telah menjadi masalah kesehatan besar dunia, pada tahun 2015 TB
merupakan penyebab 10 besar kematian diseluruh dunia, menempati ranking
diatas HIV/AIDS sebagai penyebab terbesar kematian akibat penyakit infeksi
(WHO, 2016).
2.2.4 Patogenesis
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular langsung yang menyerang paru–
paru. Determinan sosial adalah faktor yang penting dalam kejadian TB,
dikarenakan secara langsung maupun melalui faktor risiko dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang (Hardiyo, Dyah 2017).
2.3.1 Lingkungan
Kepadatan rumah adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah
penghuni didalamnya yang dinyatakan dengan m2. Kebutuhan orang akan ruang
dari hasil kajian yaitu 9 m2 dengan perhitungan rata rata langit langit adalah 2,8 m
(Kementerian Pemukiman Prasarana dan Wilayah Republik Indonesia, 2002).
Menurut Notoadmojo dalam Praditya (2011) bahwa luas rumah yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi,
terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Kelompok dengan ukuran ventilasi rumah yang kurang dari standar yang
ditetapkan, berisiko 16,3 kali lebih besar menderita TB dibandingkan dengan
rumah yang luas ventilasinya sesuai standar yang ditetapkan. Ventilasi yang buruk
akan mengurangi level oksigen, meningkatkan level karbondioksida, suhu
ruangan, dan kepadatan bakteri TB di udara yang seharusnya terbawa keluar dan
mati dengan sinar ultraviolet (Wanti, 2015).
2.3.1.3 Pendidikan
Pendidikan sering digunakan sebagai ukuran generik dari posisi sosial ekonomi,
interpretasi spesifik yang menjelaskan hubungannya dengan dampak kesehatan
sebagai berikut :
a). Pendidikan menentukan posisi sosial ekonomi dan juga merupakan penentu
yang kuat dari pekerjaan di masa depan dan pendapatan.
2.3.1.4 Pekerjaan
Di Inggris pada tahun 2013, 70% kasus TB berasal dari 40% kasus terbanyak
daerah yang secara ekonomi kurang dan 44% dari kasus TB tidak memiliki
pekerjaan. Beberapa mekanisme yang lebih umum yang dapat menjelaskan
hubungan antara pekerjaan dan kesehatan adalah sebagai berikut:
2.3.1.5 Penghasilan
Penghasilan adalah indikator posisi sosial ekonomi yang paling penting dalam
mengukur komponen sumber daya material. Penjelasan hubungan penghasilan
dan status kesehatan yaitu:
c). Sedikitnya penghasilan berarti sumber daya ekonomi yang lebih sedikit pada
yang miskin, sehingga kurangnya kemampuan untuk menghindari risiko,
menyembuhkan, dan /atau mencegah penyakit.
2.3.2 Perilaku
2.3.2.1 Merokok
Pencemaran udara dalam rumah dapat berupa debu dan bahan kimia yaitu
Sulfurdioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO),
Karbondioksida (CO2), Timbal (Plumbum = Pb), Asbes, Formaldehid
(HCHO),Volatile Organic Compounds/VOCs (senyawa organik yang mudah
menguap), Asap rokok (Environmental Tobacco Smoke/ETS). Asap rokok
berdampak terhadap paru-paru dapat menyebabkan kanker, gejala sesak nafas,
memicu asma, batuk dan lendir berlebihan. Rokok juga merupakan faktor risiko
pencemaran SO2, NO2, CO, dan CO2 yang dapat menyebabkan iritasi, sesak
nafas, lemas, bronchopneumonia, edema paru, sianosis, dan sakit kepala
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Budaya masyarakat antara lain malu bila diketahui menderita penyakit TB paru
sehingga berpotensi untuk menularkan penyakitnya. Banyak masyarakat yang
masih memiliki budaya meludah di sembarang tempat sehingga bila menderita TB
paru rentan menularkan pada orang sekitarnya. Budaya masyarakat ini sebagai
bentuk akumulasi dari kepercayaan individu, norma keluarga dan masyarakat
yang tercermin dalam stigma, mitos pada masyarakat. Diperlukan suatu
pengembangan karakter individu, keluarga dan masyarakat dalam membentuk
perilaku upaya pencegahan penyakit TB paru.
2.3.3 Genetik
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Determinan sosial adalah faktor yang penting dalam kejadian TB, dikarenakan
secara langsung maupun melalui faktor risiko dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang. Adapun factor-faktor resiko penyebab terkena Tuberculosis:
1. Lingkungan
Kepadatan penduduk,
Luas Ventilasi Rumah.
Pendidikan.
Pekerjaan.
Penghasilan.
2. Perilaku merokok.
3. Budaya atau Istiadat.
4. Genetic. Faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi penderita
Tuberkulosis adalah immunitas yang rendah umumnya disebabkan
keadaan gizi kurang dan perilaku hidup tidak sehat
5. Pelayanan Kesehatan. Tindakan atau peran petugas di rumah sakit selama
memberikan pelayanan kesehatan ke pada penderita tuberkulosis paru
sangatlah penting dalam memberikan informasi tentang pentingnya
meminum obat secara teratur dan tuntas, menjelaskan mengenai aturan
minum obat yang benar dan gejala efek samping yang mungkin dialami
pasien, kesediaan petugas mendengarkan keluhan pasien dan memberikan
solusinya, dan peran petugas dalam memberikan penyuluhan kesehatan
kepada keluarga pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zulkifli. & Bahar, Asril., (2014). Tuberkulosis. dalam Buku ajar Ilmu
penyakit dalam. jakarta: internal publishing, pp. 863–866.
Handriyo RG; Dyah Wulan SRW. 2017. Determinan Sosial Sebagai Faktor
Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Panjang. Jurnal
Kedokteran Volume 7 Nomor 1 November 2017
Pratiwi NL, dkk. 2015. Faktor Determinan Budaya Kesehatan Dalam Penularan
Penyakit Tb Paru. Jurnal Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 1
Riza L, Sukendra D. 2017. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Gagal
Konversi Pasien Tuberkulosis Paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
(BKPM) Wilayah Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Journal 2 (1)
(2017) 89 – 96
Setiawan Guling, dkk. 2019. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian TB Paru
Pada Remaja: Kajian Literatur Sistematis. Jurnal Keperawatan
Komprehensif Vol 5 No 1 Januari 2019.