SKRIPSI
OLEH :
ANARIA NAZARA
NIM : 180203060
ANARIA NAZARA
NIM : 180203060
Dosen Pembimbing,
Diketahui,
Ketua Program Studi KesehatanMasyarakat
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR ISI……………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL………………………………………………………. iii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
2.3.4.Obesitas …………………………………………… 25
3.3.1. Populasi……………………………………………. 28
3.3.2. Sampel……………………………………………... 29
ii
5.1. Kesimpulan……………………………………………….. 42
5.2. Saran……………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHAULUAN
penting, dimana menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas
yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
Global Report, 2016). DM merupakan penyakit yang sering disebut dengan silent
killer yaitu penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih dikenal sebagai
adanya kenaikan jumlah penderita DM di dunia dari 425 juta jiwa pada tahun
2017 menjadi 629 juta jiwa pada tahun 2045. Hal ini mencerminkan peningkatan
faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih
tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan
persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase
kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih
1
Prevalensi penderita DM secara global tahun 2015 mencapai 5,6%. Tahun
2015 satu dari sebelas orang dewasa menderita DM dan diperkirakan pada tahun
2040 akan meningkat menjadi satu dari sepuluh orang dewasa akan menderita DM
dan satu dari tujuh kelahiran anak menderita diabetes gestasional, dan 542 ribu
DM (IDF, 2015).
82 juta pada tahun 2017 menjadi 151 juta pada tahun 2025. Indonesia merupakan
Negara ke-7 dari 10 besar negara yang diperkirakan memiliki jumlah penderita
DM sebesar 5,4 juta pada tahun 2045 serta memiliki angka kendali kadar gula
tipe 2 merupakan penyebab kematian pada penyakit tidak menular (PTM) sekitar
(Perkeni, 2011).
2
dengan pedesaan (1,0%). Berdasarkan umur tertinggi pada kelompok umur 55-64
2018 sebesar (1,39%). Prevalensi pada kelompok laki-laki sebesar (1,97%) dan
Kabupaten Binjai (2,04%) dan diikuti oleh Kabupaten Deli Serdang (1,9%), Kota
Padang Bulan Medan menyatakan bahwa ada hubungan aktifitas fisik dengan
meneliti di RSUD dr. Rasidin Padang menyatakan bahwa ada hubungan aktifitas
fisik dengan pola makan degan kejadian diabetes mellitus. Hal ini berkaitan
dengan pola perilaku dan pola makan yang tidak sehat. Dari penelitian ini dapat
dikaitkan dengan perilaku masyarakat nias utara yang sedikit beraktivitas fisik
atau berolah raga tidak rutin dan pola makan yang tidak sehat dengan
mengonsumsi makan berlemak tinggi seperti daging babi yang menjadi kebiasaan
daging pokok dari setiap acara/pesta. Selain itu, penyuluhan mengenai diabetes
3
mellitus di wilayah kerja Puskesmas Lotu belum maksimal sehingga perilaku
(84,9%), Pendidikan SMA/PT sebanyak (51,3%), dan rata-rata umur 60,8 tahun.
Diabetik (3,4%), Retinopati Diabetik (3,0%) dan sumber biaya yang paling
banyak digunakan pasien adalah BPJS sebesar (75,4%) dan pasien dengan biaya
Kabupaten Nias Utara Tahun didapatkan jumlah pasien DM tipe 2 yang berobat
pada tahun 2017 sebanyak 27 orang, pada tahun 2018 pasien baru penderita DM
tipe 2 bertambah 8 orang sehingga jumlah pasien berobat sebanyak 35 orang, pada
tahun 2019 pasien baru penderita DM tipe 2 bertambah 4 orang sehingga jumlah
4
pasien DM tipe 2 yang berobat sebanyak 39 orang, dan hingga Januari-April 2020
pasien baru penderita DM tipe 2 bertambah 1 orang sehingga total pasien DM tipe
tipe 2 di Wilayah kerja Puskemas Lotu Kabupaten Nias Utara Tahun 2020”?.
5
3. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2.
2. Bagi peneliti
6
Menambah wawasan penulis tentang permasalahan DM tipe 2 dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus
suatu penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang lama
atau terus menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk
karena penyebab yang bervariasi, dari dominasi insulin resistensi relatif sampai
Pada tipe ini pankreas relative menghasilkan insulin tetapi insulin yang
Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. Faktor risiko DM Tipe 2
adalah : obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40 tahun,
karbohidrat, lemak, dan protein). Kemudian glukosa akan diserap melalui dinding
usus dan disalurkan dalam darah. Setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan
8
meningkat melebihi glukosa yang dibutuhkan dalam proses pembentukan energi
tubuh. Glukosa dalam darah yang tinggi akan merangsang sel pankreas untuk
protein di otot rangka. Kadar tertinggi insulin terjadi sekitar 30 – 45 menit setelah
makan makanan tinggi karbohidrat. Kadar insulin kembali ke tingkat basal seiring
dengan penurunan kadar glukosa darah sekitar 120 menit setelah makan.
gangguan sekresi insulin, yang merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe 2,
namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya (Syamiyah, 2014)
2015):
9
1. Gejala klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
kabur dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritas vulvae pada wanita.
Penderita juga mengalami gangguan saraf tepi sehingga lebih mudah menderita
luka. Hal ini terjadi karena berkurangnya mekanisme pertahanan tubuh dan
Dahulu pemeriksaan glukosa dan keton urine adalah satu-satunya cara bagi
pasien diabetes untuk mengetahui status glikemik dari hari kehari. Pengukuran
kadar glukosa urine menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung
dan bergantung pada ambang rangsang ginjal yang bagi kebanyakan orang sekitar
180 mg/dl. Pemeriksaan glukosa urine tidak memberikan informasi tentang kadar
10
adalah poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan tanpa
diketahui sebabnya.
b. Gejala klasik DM disertai kadar Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 md/dl.
Gula darah puasa diambil setelah tidak ada intake kalori selama minimal 8
jam.
c. Gula darah plasma 2 jam post prandial (GDPP) 200 mg/dl selama Test
4. Diberikan beban glukosa 75 gram pada orang dewasa atau 1,75 gram/kgBB
(berat badan) untuk anak-anak yang dilarutkan dalam air 250 ml dan
yaitu:
11
b) 140-<200 mg/dl adalah toleransi glukosa terganggu.
diet, latihan jasmani dan obat-obatan untuk mencapai kadar gula darah yang
beberapa paremeter antara lain: perasaan sehat secara subjektif, perubahan berat
badan, kadar glukosa darah, kadar glukosa urine, kadar keton darah, kadar keton
urine, kadar hemoglobin glikat dan kadar lipid darah. Parameter inilah yang secara
selama 8-10 minggu terakhir. Bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran
normal antara 70-140 mg/dl selama 8-10 minggu terakhir, maka hasil A1C akan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan
berguna pada semua tipe penyandang DM. Nilai A1C juga merupakan prediktor
relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium. Tetapi saat ini telah tersedia
metode yang lebih praktis, sepat dan dapat dilakukan di klinik pada saat
12
konsultasi. Dengan satu kali pemeriksaan kita dapat mengukur rata-rata status
pasien yang telah mencapai target tetap (kendali glukosa stabil). Pada pasien yang
terapinya diubah atau yang belum mencapai target kendali glukosa, pemeriksaan
secara rutin pada seluruh penderita DM, baik saat kunjungan awal maupun
a. Menurut Orang
Diabetes tipe 2 adalah bentuk diabetes yang paling umum dan telah
sampai 91% dari semua penderita diabetes diperkirakan memiliki diabetes tipe 2
(IDF, 2015). Secara global kelompok umur 65-79 tahun menunjukkan prevalensi
berdasarkan jenis kelamin yaitu, perempuan 7,70% dan laki-laki 5,60%. Proporsi
penderita DM berdasarkan usia yaitu, lebih banyak pada usia 65-74 tahun dan >75
tahun 13,20% dan lebih sedikit pada usia 15-24 tahun 1,10%. Proporsi
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu, lebih banyak pada tingkat tidak sekolah
13
b. Menurut Tempat
6,7%. Selain itu, prevalensi penderita diabetes lebih tinggi di daerah perkotaan
c. Menurut Waktu
Indonesia tahun 2007 (1,1%) dan tahun 2013 (2,1%) (Depkes, 2013). Menurut
kematian akibat penyakit tidak menular pada tahun 2012 yang terdiri dari penyakit
70 tahun pada tahun 2010 sebesar 23,8% dan tahun 2012 sebesar 23,1% (WHO,
2014).
a. Hipoglikemia.
gejala berupa gelisah, tekanan darah menurun, lapar, mual, lemah, lesu, keringat
14
dingin, gangguan menghitung sederhana, bibir dan tangan gemetar, sampai terjadi
(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang
dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi
b. Hiperglikemia
yang biasanya disebabkan oleh makan secara berlebihan, stress emosional, dan
gastroparesis, disfungsi ereksi dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik yang dapat berakibat fatal dan
c. Ketoasidosis.
senyawa keton yang bersifat asam dalam darah yang berasal dari asam lemak
15
bebas hasil pemecahan sel-sel lemak jaringan. Gejala dan tandanya dapat berupa
nafsu makan turun, merasa haus, banyak minum, banyak kencing, mual dan
muntah, nyeri perut, pernapasan cepat dan dalam, napas berbau khas (keton),
ditemukan pada penderita usia lanjut. Hampir separuh pasien mempunyai riwayat
klinis HONK biasanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu (beberapa hari
sampai beberapa minggu), dengan gejala khas meningkatnya rasa haus disertai
16
1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian. Faktor peningkatan risiko PJK
pada pasien DM antara lain, yaitu : rokok, hipertensi, resistensi insulin yang
2. Kaki Diabetik
Kaki diabetik merupakan masalah yang paling serius yang paling sering
terjadi ketika ada kerusakan saraf atau neuropati. Pada saat kaki sudah hilang rasa,
sehingga apabila kaki terluka penderta tersebut tidak terasa ada luka di kakinya
(ADA, 2015). Menurut Pusat Diabetes, kaki diabetik merupakan salah satu
amputasi kaki. Kaki diabetik umumnya didahului oleh adanya ulkus (tukak ,
b) Tidak berasa.
e) Penurunan ambang rasa sakit sampai mati rasa, terhadap rasa suhu dan
rasa getar.
Penderita DM perlu waspada akan timbul bisul dan infeksi kaki, yang
dapat terjadi akibat gesekan sepatu baru atau sepatu yang tidak cocok;
17
penebalan kulit yang tidak diobati dan luka akibat berjalan tanpa alas kaki
(Agoes, 2010).
1. Retinopati Diabetik
kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun.
2. Nefropati diabetik
Ketika tubuh kita mencerna protein yang di makan, ginjal dengan jutaan
pembuluh darah kecil atau kapiler bertindak sebagai filter. Saat darah mengalir
melalui pembuluh darah, molekul protein disaring oleh ginjal dan dikeluarkan
melalui urin. Tingginya kadar gula darah membuat ginjal menyaring terlalu
18
banyak darah. Setelah bertahun-tahun ginjal mengalami kerusakan sehingga
protein yang berguna bagi tibuh hilang bersama urin yang dikeluarkan tubuh
(ADA, 2013).
mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6
adalah komplikasi saraf tepi yaitu terasa tebal atau terbakar pada kaki atau tangan
(PERKENI, 2014). Ketika glukosa darah dan tekanan darah yang terlalu tinggi,
menyebabkan masalah pencernaan dan buang air kecil, disfungsi ereksi dan
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
akses dan sumber biaya dibidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN merupakan salah satu bentuk
19
didirikan sejak tanggal 1 Januari 2014 yang selaras dengan tujuan Organisasi
adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki risiko tinggi, agar
berperilaku positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindari diri dari
bergizi dan seimbang, melakukan kegiatan jasmani yang memadai. Tujuan dari
ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit Upaya ini
memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk
berupa informasi mengenai DM tipe 2. Selain itu, perencanaan pola makan yang
20
baik dan aktivitas fisik yang cukup diperlukan sebagai bentuk pencegahan
terhadap DM tipe 2.
a. Penyuluhan
b. Latihan jasmani
darah. Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita
penyakit ini. Masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons reseptor
terhadap insulin. Karena adanya gangguan tersebut insulin tidak dapat membantu
transfer glukosa ke dalam sel. Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin.
berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama. Oleh
karena itu olahraga harus dilakukan terus menerus dan teratur (Ilyas, 2015).
Rekomendasi diet oleh WHO dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)
21
untuk pencegahan diabetes tipe 2 termasuk membatasi asupan asam lemak jenuh
hingga kurang dari 10% dari total asupan energi (dan untuk kelompok berisiko
tinggi, kurang dari 7%); dan mencapai asupan serat makanan yang cukup (asupan
hingga kurang dari 10% dari total asupan energi dan menunjukkan bahwa
(WHO, 2016).
didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosa DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai.
hingga 12 minggu sebelumnya yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari
dan tidak memerlukan persiapan khusus seperti puasa. Kadar HbA1c yang
Diagnosa harus dikonfirmasikan dengan tes HbA1c ulangan, kecuali gejala klinis
22
dan kadar glukosa plasma > 11.1mmol / l (200 mg / dl) yang ada di mana tidak
telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap
terutama di rumah sakit rujukan. Kerjasama yang baik antara para ahli diberbagai
disiplin (jantung, ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi,
23
2.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
2.3.1. Genetik
yang mempengaruhi gangguan ini belum dapat diidentifikasi, tetapi jelas bahwa
terhadap kerentanan, dan faktor lingkungan (seperti nutrisi dan aktivitas fisik)
kembar identik adalah antara 70 dan 90%. Individu dengan orang tua dengan DM
tipe 2 memiliki peningkatan risiko diabetes; jika kedua orang tua memiliki DM
tipe 2, risikonya mendekati 40%. resistensi insulin, seperti yang ditunjukkan oleh
2.3.2. Sosiodemografi
kerusakan sel-sel beta langerhans. Dm tipe 1 banyak ditemukan pada anak usia
dengan degenerasi atau penurunan organ yang berakibat pada menurunnya fungsi
pada usia muda ataupun juga pada orang yang berusia 40 tahun, sedangkan DM
tipe 2 biasanya disebut DM yang terjadi pada usia dewasa. Kebanyakan kasus DM
24
Berdasarkan penelitian Trisnawati dan Setyorogo (2013), yang meneliti di
mellitus. Pada penelitian Nur dkk (2016) menyatakan bahwa ada hubungan jenis
Pola makan yang salah dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 . Gaya hidup di perkotaan dengan pola makan
mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola makanan yang serba
instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat, tetapi dapat
Secara teori, tidak terkontrolnya kadar gula darah pada pasien DM tipe 2
insulin, sementara pada pasien DM tipe 2, jumlah insulin bisa normal atau lebih,
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat dalam permukaan sel yang kurang
2.3.4. Obesitas
DM tipe 2 dan mendasari penyebaran global penyakit saat ini. Risiko DM tipe 2
25
meskipun risiko tampaknya hadir dalam hubungan dengan potongan BMI yang
lebih rendah pada orang Asia. Sementara obesitas sentral adalah faktor yang
sangat kuat, itu dapat memberi risiko lebih lanjut terlepas dari tingkat keseluruhan
obesitas umum.
Diet menjadi kunci utama penurunan berat badan. Para ahli mengakui
bahwa dengan diet yang benar dapat mengurangi kandungan lemak dalam tubuh.
Diet rendah kalori dan tinggi serat perlu dilakukan bersamaan dengan olahraga
lebih banyak daripada pemasukan. Aktivitas fisik penting sekali untuk kesehatan
jantung dan pembuluh darah, terutama pada obesitas yang disertai komplikasi.
Bagi pasien diabetes, olahraga akan menghilangkan timbunan lemak di perut dan
dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan
dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi
hormon tersebut dapat mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga menekan
Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Lotu Kabupaten Nias Utara Tahun 2020
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Status Komplikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
27
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitan deskriptif dengan
Pemilihan lokasi penelitian ini atas pertimbangan bahwa di Puskesmas ini tersedia
data yang dibutuhan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang Karakteristik
3.3.1. Populasi
Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Lotu Kabupaten Nias Utara pada bulan
3.3.2. Sampel
Wilayah Kerja Puskesmas Lotu Januari – April Tahun 2020 sebanyak 40 orang
28
yang tercatat di kartus status sesuai diagnosa dokter dan pemeriksaan
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang tercatat pada kartu
Utara Tahun 2020 dan di catat sesuai dengan variabel yang diteliti.
30
1. Edit ( Editing )
yakni isian formulir yang sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
2. Kode ( Coding )
Pemeriksaan kode atau tanda pada tiap data yang telah dikumpulkan untuk
3. Skor ( Scoring )
4. Tabulasi ( Tabulating )
diberi kode kemudian dimasukkan kedalam tabel. Dan mentabulasi semua data
dan bentuk tabel distribusi kemudian di tentukan persentase untuk tiap kategori.
Analisis data yang digunakan adalah analisa univariat yang bertujuan untuk
31
dilakukan editing, coding, dan tabulasi dari setiap karakteristik penelitian. Pada
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
UPT Puksemas Lotu merupakan salah satu puskesmas yang berada di
Kabupaten Nias Utara yang letaknya berada di Kecamatan Lotu tepatnya di Desa
lawira Satua Kecamatan Lotu Kabupaten Nias Utara. Luas wilayah kerja UPT
Kecamatan Lotu tahun 2019 adalah sebanyak 12.508 jiwa yang terdiri dari 4.305
1. Hilimayo
2. Hiambanua
3. Balodano
4. Tarahosa
5. Ononamolo II
6. Hilimbaruzo
7. Ononamolo I
8. Sihareo
9. Lolomboli
33
10. Lahagu
11. Taraha
12. Hilimbowo
maka dapat diuraikan hasilnya dalam bentuk distribusi frekuensi dengan jumlah
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Proporsi Umur Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Lotu Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat dilihat bawah proporsi distribusi umur
terbanyak penderita DM tipe 2 adalah pada kelompok umur >40 tahun sebesar
87,5% dan pada kelompok umur ≤ 4 tahun sebesar 12,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa penderita DM tipe 2 terbanyak pada kelompok lebih tua. Hal sesuai
pendapat Smeltzer dan Bare (2008) yang menyatakan bahwa umur sangat erat
kaitannya dengan kenaikan gula darah, dimana semakin meningkat umur maka
34
terjadinya perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia tubuh yang salah satu
30-an kadar gula darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa dan anak naik
5,6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan. Selain itu, pada individu yang lebih tua
juga mengalami penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 30% dan
memicu terjadinya resistensi insulin (Yale News, 2010). Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bawah semakin tua usia maka gaya hidup berubah dimana aktivitas
berkurang dan pola makan tidak seimbang. Faktor usia merupakan faktor pemicu
DM yang tidak bisa di kontrol. Orang yang berusia 40 tahun rentan terserang DM
(Tobing dkk, 2008). Hal ini terjadi karena umumnya manusia mengalami
penurunan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat pada usia 40
tahun. Penurunan ini akan berisiko pada penurunan fungsi pankreas untuk
memproduksi insulin. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh
Awad (2011), didapatkan bahwa pasien yang sudah mempunyai usia lebih dari 40
tahun sebanyak 130 pasien (94,2%) sedangkan pasien yang berusia kurang dari 40
sangat jarang dijumpai di umur muda. Umumnya paling banyak didapatkan pada
2. Jenis Kelamin
Distribusi porporsi Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Lotu Tahun 2020
35
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 20 50
Perempuan 20 50
Total 40 100
laki, hal ini diberkaitan dengan perempuan dimana tingginya kadar testosterone
perempuan memiliki risiko sama besar untuk mengalami DM sampai usia dewasa
awal. Setelah usia 30 tahun, perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi
dibanding laki-laki (Savitri, 2008). Jika dilihat dari faktor risiko, wanitalebih
indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan atau sindrom
premenstrual dan pasca menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
3. Pendidikan
Distribusi porporsi Pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3.
Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Lotu Tahun 2020
Total 40 100
SMA sebesar 30%, diikuti pasien tidak sekolah sebesar 27,5%, tamatan S1/S2
sebesar 25% dan tamatan SMP 17,5%. Hal ini sejalan dengan Riskesdas 2013
bahwa kejadian DM tipe 2 tertinggi terdapat pada responden yang tamatan SMA.
4. Pekerjaan
Distribusi Proporsi Pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4
Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Lotu Tahun 2020
37
Dari tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita
90%. Pasien yang tidak bekerja yakni pensiunan PNS sedangkan pasien yang
bekerja antara lain 45% Petani, 42,5% PNS, dan 2,4% DPR. Hal menunjukkan
bahwa penderita DM tipe 2 dapat mengenai semua orang tanpa mengenal jenis
pekerjaan. Hal ini berbeda dari hasil penelitian Tarigan (2011) di RSU Herna
Medan, diperoleh proporsi penderita DM tipe 2 sebesar 44,3% adalah Ibu Rumah
Tangga. Hal ini berhubungan dengan aktifitas fisik yang merupakan salah satu
5. Status Komplikasi
Distribusi porporsi status komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Lotu Tahun 2020
38
komplikasi sebesar 70% dan tanpa komplikasi sebesar 30%. Pasien Diabetes
sangat mudah terkena komplikasi penyakit lain baik penyakit infeksi maupun
paru dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara
6. Sumber Biaya
Distribusi porporsi sumber biaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5
Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
di Puskesmas Lotu Tahun 2020
Total 40 100
39
Berdasarkan tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi
sebesar 7,5%.
Surakarta pada tahun 2014 oleh Priharsi, penyakit diabetes melitus menduduk
peringkat ke-3. Selama tahun 2014 ditemukan populasi target sebanyak 450
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang dibiayai oleh BPJS dan hanya diperoleh 45
pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hal ini juga dipengaruhi kebijakan
sebagai salah satu cara dan mulai di berlakukan pada tahun 2014 dan sifatnya
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Proporsi Penderita DM Tipe 2 berdasarkan usia tertinggi pada kelompok umur
yaitu 90%
5.2. Saran
1. Kepada pihak Puskesmas Lotu agar melengkapi pencatatan dta pada bagian
terjadinya DM tipe 2
darah, melakukan diet yang dianjurkan, olahraga yang rutin, dan mengonsumsi
obat secara teratur sehingga kadar gula darah bias terkontrol untuk mencegah
42
DAFTAR PUSTAKA
ADA, 2016. Standart of Medical Care in Diabetes 2016. USA: American Diabetes
Association. Dikutip dari
http://care.diabetesjournals.org/content/suppl/2015/12/21/39.Supplement_
1.DC2/2016-Standards-of-Care.pdf. Diakses pada tanggal 15 Agustus
2017.
Fatimah, R., 2015, Diabetes Melitus Tipe 2. Lampung: Jurnal Sarjana Kedokteran
Vol. 4 No. 5, 99.
Idris, A. M., Jafar, N., & Indriasari, R. (2014). Pola makan dengan kadar gula
darah pasien DM tipe 2. Jurnal MKMI, 10(4), 211-218.
https://media.neliti.com/media/publications/212982-pola-makan-
dengankadar-gula-darah-pasien.pdf.
Irianto, K., 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: Penerbit Alfabeta
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan factor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2
di daerah urban di Indonesia. Tesis FKM UI; Jakarta
Kemenkes RI. (2014). Infodatin pusat data dan informasi kementerian kesehatan
RI. Jakarta : Anonim.
Nur dkk (2016). Hubungan Pola Konsumsi dengan Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Pasien Rawat Jalan di RSUD Dr. Fauziah Bireuen Provinsi Aceh. Media
Litbangkes, Vol. 26 No. 3, September 2016, 145-150
44
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2014. Mengenal Lebih
Dalam Tentang Diabetes http://www.blogdokter.net/tag/perkeni/
Riyadi S., dan Sukarmin. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Graha Ilmu, Yogyakarta
Smeltzer S.O dan Bare B.G (2008). Brunner & suddarth’s textbook of medical
surgical nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins
Setiati S., Purnamasari D., dan Rinaldi I., 2008. Lima Puluh Masalah Kesehatan
di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. InternaPublishing, Jakarta
45
Sipayung, dkk. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 Pada Perempuan Usia Lanjut Di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Bulan Medan Tahun 2017. Jurnal.untar.ac.id
Widodo, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI.
InternaPublishing, Jakarta
Trisnawati Dan Setyorogo. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013:6
46
LAMPIRAN 1. Bukti Bimbingan Proposal Secara Online
1. Bimbingan I
2. Revisi Bimbingan I
47
3. Revisi Bimbingan II
49
Nama : Anaria Nazara
NIM : 180203060
Judul : Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lotu Kabupaten Nias Utara
Tahun 2020
Nama Pembimbing : Lia Rosa Veronika Sinaga, SKM, M.KM
Pada hari ini 05 Juni 2020 telah diadakan seminar proposal oleh :
NIM : 180203060
4. Peserta Ujian/Mahasiswa
ANARIA NAZARA
52
Lampiran 5. Lembar Hasil Observasi Penelitian
NO. Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Status Komplikasi Sumber biaya
1. Laki-Laki Tidak Sekolah Tidak Bekerja Tanpa Komplikasi Biaya sendiri
Perempuan SD Bekerja Dengan Komplikas Bukan biaya sendiri
SMP (BPJS, Askes, Jamkesmas,
SMA Jamsostek)
S1/Akademik
2. Laki-Laki Tidak Sekolah Tidak Bekerja Tanpa Komplikasi Biaya sendiri
Perempuan SD Bekerja Dengan Komplikas Bukan biaya sendiri
SMP (BPJS, Askes, Jamkesmas,
SMA Jamsostek)
S1/Akademik
53
Lampiran 6. Master Data
NO NAMA JK UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN STATUS KOMPLIKASI SUMBER BIAYA
SELIFAJAR
L 48 SARJANA P NS DM + THYROTOXICOSIS ASKES
1 ZEGA
2 YUNIMAN ZAI L 54 SARJANA PNS DM+ SENILE CATARACT ASKES
3 ALIUS NAZARA L 40 MAGISTER PNS DM+ UNSPEFIED ASKES
4 JESRIA ZEGA P 50 SARJANAMUDA PNS DM + CHROME SINUSITIS ASKES
HISIKIA
L 44 SARJANA MUDA DPRD DM + PRESBYOPIA ASKES
5 HAREFA
6 ATISANA HULU P 54 BLM TAMAT SD TANI DM BPJS
7 BUDILINA GEA P 42 SLTP TANI DM + PYSPEPSIA BPJS
FONAZARO
L 60 SMA SEDERAJAT PNS DM ASKES
8 ZEGA
DM + CARPAL TUMEL
P 62 BLM TAMAT SD TANI BPJS
9 JUNIRIA GEA SYUNDROM
PENERIMA DM + MYALGIA + ALERGI +
P 65 BLM TAMAT SD ASKES
10 NURIBA ZEGA PENSIUNAN RHEUMATOID
FAOZARO I
L 56 BLM TAMAT SD TANI DM + MALARIA +GASTRITIS BPJS
11 GULO
RUTIMINA DM + PRESBYOPIA
P 60 SMA SEDERAJAT PNS ASKES
12 NAZARA +RHEUMATOID ARTHRITIS
SIDIARO PENSIUNAN DM + HIPERTENSI +
L 63 SARJANA ASKES
13 ZENDRATO PNS PRESBYOPIA
14 YUNIUS ZEBUA L 59 BLM TAMAT SD TANI DM + PRESBYOPIA BPJS
MUHAMAD
L 38 SMA SEDERAJAT PNS DM ASKES
15 TARMIJI GEA
MELIANI
P 45 SMA SEDERAJAT PNS DM ASKES
16 HAREFA
54
YATATEMA DM + HIPERTENSI +
L 49 BLM TAMAT SD TANI BPJS
17 ZEBUA RHEUMATIK
18 JULIA GEA P 56 SMA SEDERAJAT PNS DM + DERMATIS + HIPERTENSI ASKES
IDAMAN RIA
P 55 SMA SEDERAJAT PNS DM ASKES
19 TELAUMBANUA
TALILALA DM + RHEUMATIK +
L 65 BLM TAMAT SD TANI BPJS
20 HAREFA HIPERTENSI
MARNIATI
P 54 SMA SEDERAJAT PNS DM ASKES
21 TELAUMBANUA
NOVERIA DM + HIPERTENSI +MYALGIA +
P 43 SLTP TANI BPJS
22 HAREFA DYSPEPSIA
NASAMBOWO PENSIUNAN
L 61 SMA SEDERAJAT DM + PFRESBYIOPIA ASKES
23 ZENDRATO PNS
LESTARI ABDI
SABDA P 35 SARJANA MUDA PNS DM ASKES
24 WARUWU
25 FONAHA ZEGA L 55 SARJANA PNS DM + RHEUMATOID ASKES
FAOSOKHI
L 63 BLM TAMAT SD TANI DM + RHEUMATIK UMUM
26 NAZARA
FANOTONA
L 46 SMA SEDERAJAT PNS DM ASKES
27 HAREFA
28 SAMUELI ZEGA L 52 SARJANA PNS DM ASKES
EDINA
P 37 SLTP TANI DM +PHEUMONIA + TBC UMUM
29 ZENDRATO
30 YUNIRIA ZEGA P 49 SMA SEDERAJAT PNS DM + DYSPEPSIA ASKES
DALIZATO
L 54 SLTP TANI DM + CONGESTIVE HEART UMUM
31 NAZARA
YASONI PENSIUNAN
L 61 SARJANA DM + DERMATITIS ASKES
32 NAZARA PNS
MASARILA
P 39 SMA SEDERAJAT TANI DM BPJS
33 NAZARA
55
34 YANISA LASE P 44 SLTP TANI DM BPJS
YAARO
L 51 SLTP TANI DM BPJS
35 TELAUMBANUA
36 NUZIA GULO P 36 BLM TAMAT SD TANI DM + DYSPEPSIA BPJS
ATIMANI
P 67 BLM TAMAT SD TANI DM + DYSPEPSIA BPJS
37 HAREFA
ASANIA
P 58 BLM TAMAT SD TANI DM + GASTRITIS + HIPERTENSI BPJS
38 HAREFA
ANOTONA
L 56 SMA SEDERAJAT PNS DM + MYALGIA + HIPERTENSI ASKES
39 NAZARA
KRISTINA
P 44 SLTP TANI DM + HIPERTENSI + DYSPEPSIA BPJS
40 ZENDRATO
56