Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KADAR GULA DARAH


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II

Dosen Pengampu: Ifa Roifah, S. Kep. Ns., M. Kes

Disusun Oleh:

Sri Agustin Hidayati


201701165
4D

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI

TAHUN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………….4

1.1 Latar belakang masalah……………………………………………………5


1.2 Rumusan masalah……………………………………………………..…..6
1.3 Tujuan Penelitian :………………………………….…………....………..6
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………….…..6
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………….…………..…………………7

2.1 Definisi Diabetes Melitus…………………….……………….………..7

2.2 Etiologi Diabetes


Mellitus……………………………………………….7

2.2.1 Genetik…………………………………………………...……….7

2.2.2 Usia…………………………………………………………….…7

2.2.3 Jenis kelamin……………………………………………………..8

2.2.4 Berat badan……………………………………………….………8

2.2.5 Aktivitas fisik…………………………………………….………8

2.2.6 Pola
makan………………………………………………………..8

2.2.7 Stress……………………………………...………………………8

2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus……………………..........………………..9

2.3.1 Diabetes Mellitus tipe I………………………………………….


….9

ii
2.3.2 Diabetes Mellitus tipe II………………………………………...
…..9

2.3.3 Diabetes Mellitus tipe lain…………………………………………9

2.4 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus…………………………….………10

2.4.1 Edukasi……………………………...…………………………..10

2.4.2 Terapi Gizi Medis……………...……………………….


……….10

2.4.3 Latihan Jasmani…………………………………………...…….10

2.4.5 Terapi Farmakologis………………………………………….…


10

2.5 Kerangka Teori………………………………………………...


……….11

2.6 Kerangka konsep………………………………………….……………


11

2.7 Hasil Penelitian dari jurnal…………………………………………….11

BAB III METODE PENELITIAN………………………..……………………12

3.1 Desigen Penelitian…………………………………………...……….12

3.2 Populasi dan Sampel………………………………………………....14

3.3 Variabel Penelitian………………………………………………..


…..14 3.4 Deinisi
Oprasional……………………………………………………15

3.5 Analisa Data……………………………………………………….


….18

iii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….………………….19

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif


tidak menular yang menjadi masalah serius bagi kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun di dunia (Krisnatuti & Yehrina, 2008). ).Diabetes melitus
adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok
penyakit yang ditandai oleh hiperglikemia (kadar glukosa tinggi). Diabetes
terjadi akibat defek sekresi insulin atau kerja insulin, atau defek keduanya,
yang memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Pola makan
yang tidak teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya penyakit DM
(Suiraoka, 2012). Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi
jadwal, jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat
dratis setelah mengkonsumsi makanan tertentu karena kecenderungan makanan
yang dikonsumsi memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol (Tandra,
2009). Penyakit diabetes mellitus merupakan gangguan kesehatan berupa
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat resistensi insulin (Bustan, 2007). Gejala dari penyakit diabetes
mellitusadalah sering makan (polifagia), sering minum (polidipsia) dan sering
kencin(poliuria) (Tjahjadi, 2002).
pada tahun 2013 adalah 382 juta orang menderita Diabetes Melitus dengan
prevalensi 8,3 %. Indonesia masuk dalam urutan ke tujuh Negara dengan penderita
diabetes mellitus terbanyak dengan jumlah 7,6 juta orang. Bahkan diprediksi pada
tahun 2030, Indonesia akan masuk dalam lima besar Negara dengan penderita
diabetes mellitus di dunia. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukan peningkatan
prevalensi diabetes mellitus dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,4% pada tahun
2013. Di Surakarta jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak
sebesar13.046 penderita (Dinkes Surakarta, 2012). Studi terbaru di International
Diabetes Federation pada 2012 mengungkapkan, penderita diabetes melitus
diseluruh dunia mencapai 371 juta orang.. Kasus DM di dunia diperkirakan
sebanyak 90% merupakan DM Tipe II (Perkeni, 2010). Menurut Riskesdas (2013),
Provinsi Jawa Timur dengan prevelensi penderita DM sebesar 2,1% dengan
menempati urutan ke-9. Menurut penelitian Susilo (2012), sebanyak 38 responden
(63,3%) penderita DM di Rumah Sakit Baptis Kediri melakukan diet tepat jumlah,
sebanyak 35 responden (58,3%) melakukan diet tepat jenis, dan sebanyak 44
responden (73,3%) tidak melakukan diet tepat jadwal (Susilo, 2012). Di Indonesia,
prevalensi penderita diabetes melitus pada tahun 2013 (2,1%) mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun 2007 (1,1%). Prevalensi diabetes melitus
tertinggi terdapat di provinsi D.I Yogyakarta dengan nilai prevalensi 2,6%, yang
kemudian diikuti oleh Jakarta dengan 2,5% dan Sulawesi Utara 2,4%. Jenis
diabetes melitus yang paling banyak diderita dan prevalensinya terus meningkat

5
adalah diabetes mellitus tipe II dengan kasus terbanyak yaitu 90% dari seluruh
kasus diabetes melitus di dunia (WHO, 2013).
Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi oleh responden yaitu
karbohidrat berjumlah 45 responden (55,56%) dan yang jarang mengkonsumsi
karbohidrat berjumlah 36 responden (44,44%). Responden yang sering
mengkonsumsi protein berjumlah 41 responden (50,62%) dan yang jarang
mengkonsumsi protein berjumlah 37 responden (45,68%). Jumlah penduduk yang
sering mengkonsumsi lemak sebanyak 44 responden (54,32%) dan yang jarang
sebanyak 37 responden (45,68%), dan jumlah responden yang sering
mengkonsumsi sebanyak 28 responden (34,57%) dan yang jarang mengkonsumsi
serat berjumlah 53 responden (65,43%). (Gibney, 2007).Dari 10 kasus DM yang
terjadi pada penderita disebabkan 4 faktor kebiasaan hidup yang tidak sehat, yaitu
kurangnya aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan yang berisiko, merokok dan
mengkonsumsi alkohol (Marewa, 2015).
Pola makan tidak baik kemungkinan lebih besar mempunyai resiko kadar
glukosa darah tidak terkontrol. Menurut peneliti, bila seseorang dengan pola
makan tidak baik dapat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh dikarenakan
frekuensi makan yang tidak teratur pada penderita diabetes melitus tipe II.( Rahma
Amtiria ,2015)
Penderita DM tetap diperbolehkan makan seperti orang normal tetapi harus
mampu mengendalikannya baik dalam hal jadwal makan, jumlah, dan jenis
makanan yang dikonsumsi (Sudarmingsih, 2006).Jenis makanan perlu
diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Penyusunan
makanan bagi penderita DM mencakup karbohidrat, lemak, protein, buah-buahan,
dan sayuran (Tjokroprawiro, 2012; Dewi, 2013). Meningkatnya gula darah pada
pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin,
oleh karena itu diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak
meningkat, dengan diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula darah
(Soegondo, (2015).

Menurut Price dan Wilson (2006) penatalaksanaan diet pada penderita


diabetes melitus tipe II bertujuan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat
yang dikonsumsi setiap hari dengan prinsip diet tepat jumlah, jadwal dan jenis.
Diet tepat jumlah, jadwal dan jenis merupakan prinsip pada diet DM yang harus
memperhatikan jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah sesuai dengan kebutuhan, jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya,
yang dibagi menjadi 6 waktu makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 kali
makanan selingan (Tjokroprawiro, 2012)..Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Fikasari (2012), bahwa seseorang yang teratur melakukan aktivitas fisik dapat
menurunkan risiko terjadinya penyakit diabetes mellitus tipe 2 sebesar 0,442 kali
dibandingkan yang tidak teratur/tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Faktor
risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2, karena aktivitas fisik dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga dapat
memperbaiki kendali glukosa dalam darah (Misnadiarly, 2006).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

6
penelitian dengan judul “Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula
Diabetes Melitus Tipe II

1.2 Rumusan masalah


Adakah hubungan tingkat pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum:


Mengetahui hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus.
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. .Mengidentifikasi hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien
diabetes melitus.
2. Mengidentifikasi kadar gula darah pasien diabetes melitus.
3. Menganalisis hubungan pola makan dengan kadar gula darah pasien diabetes
melitus.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Penyakit DM ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat tubuh


tidak memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana
mestinya. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari
empat tipe sel dalam pulau-pulau Langerhans pankreas. Sekresi insulin akan
meningkat dan menggerakkan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak.
Insulin di dalam sel-sel tersebut menimbulkan efek seperti menstimulasi
penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk glikogen),
meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa dan
mempercepat pengangkutan asam amino (yang berasal dari protein makanan)
ke dalam sel (Smeltzer dan Bare, 2002)

2.2 Etiologi Diabetes Mellitus

Faktor-faktor penyebab DM meliputi :

2.2.1 Genetik

Faktor genetik merupakan faktor penting pada DM yang dapat


mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali
sekretoris insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut
terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi
sel beta pankreas (Price and Wilson,2006).

2.2.2 Usia

Diabetes mellitus tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan


semakin sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus meningkat
pada usia lanjut. Kejadian usia lanjut dengan gangguan toleransi glukosa
mencapai 50-92% (Rochman dalam Sudoyo, 2006) Sekitar 6% individu berusia
45-64 tahun dan 11% individu berusia lebih dari 65 tahun menderita DM tipe II
(Ignativicius & Workman,2006). Rochman W dalam Sudoyo (2006)
menyatakan bahwa usia sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan
kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi DM
dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis,
fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat

8
jaringan dan akhirnya pada tingkat organ, yang dapat mempengaruhi fungsi
homeostasis (Price and Wilson, 2006).

2.2.3 Jenis kelamin

Penyakit DM ini sebagian besar dijumpai pada perempuan


dibandingkan laki-laki karena terdapat perbedaan dalam melakukan semua
aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang sangat mempengaruhi
kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit DM (Soegondo, 2007). Jumlah lemak pada
laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15-20% dari berat badan total,
dan pada perempuan sekitar 20-25%. Jadi peningkatan kadar lemak
pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, sehingga faktor risiko
terjadinya DM pada perempuan 3-7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
pada laki-laki yaitu 2-3 kali lipat(Soegondo, 2007).

2.2.4 Berat badan

Obesitas adalah berat badan yang berlebih minimal 20% dari BB


idaman atau indeks massa tubuh lebih dari 25 kg/m2. Soegondo (2007)
menyatakan bahwa obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas
terhadap peningkatan glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin
pada sel di seluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlahnya dan kurang
sensitif.

2.2.5 Aktivitas fisik

Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam
menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II (Soegondo, 2007).
Kriska (2007) menyatakan mekanisme aktifitas fisik dapat mencegah
atau menghambat perkembangan DM tipe II yaitu : 1)resistensi insulin;
2) peningkatan toleransi glukosa; 3) Penurunaklemak adipose; 4)
Pengurangan lemak sentral.

2.2.6 Pola makan

Penurunan kalori berupa karbohidrat dan gula yang diproses secara


berlebihan, merupakan faktor eksternal yang dapat merubah integritas dan
fungsi sel beta individu yang rentan (Prince & Wilson, 2006)

2.2.7 Stress

9
Respon stress menyebabkan terjadinya sekresi sistem saraf simpatis
yang diikuti oleh sekresi simpatis-medular, dan bila stress menetap maka
sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan dan akan mensekresi
corticotropin releasing factor yang menstimulasi pituitary anterior untuk
memproduksi adenocorticotropic faktor(ACTH). Adenocorticotropic
menstimulasi produksi kortisol, kortisol adalah hormon yang dapat
menaikkan kadar gula darah (Guyton, 2006).

2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Terdapat klasifikasi DM menurut America Diabetes Association


(ADA)tahun 2010, meliputi DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain .

2.3.1 Diabetes Mellitus tipe I

Diabetes Mellitus tipe I yang disebut diabetes tergantung insulin


(IDDM) merupakan gangguan katabolik dimana tidak terdapat insulin
dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel β pankreas
gagal berespon terhadap semua rangsangan insulinogenik. Hal ini
disebabkan oleh penyakit tertentu (antara lain infeksi virus dan autoimun)
yang membuat produksi insulin terganggu (Guyton,2006).

2.3.2 Diabetes Mellitus tipe II

Diabetes mellitus tipe II merupakan bentuk diabetes nonketotik yang tidak


terkait dengan marker HLA kromosom ke-6 dan tidak berkaitan dengan
autoantibody sel pulau Langerhans. Dimulai dengan adanya resistensi insulin
yang belum menyebabkan DM secara klinis. Hal ini diitandai dengan sel β
pankreas yang masih dapat melakukan kompensasi sehingga terjadi
keadaan hiperinsulinemia dengan glukosa yang masih normal atau sedikit
meningkat (Sudoyo, 2006).

2.3.3 Diabetes Mellitus tipe lain

10
Biasanya disebabkan karena adanya malnutrisi disertai kekurangan
protein (Sudoyo,2006), gangguan genetik pada fungsi sel β dan kerja insulin,
namun dapat pula terjadi karena penyakit eksokrin pancreas (seperti cystik
fibrosis), endokrinopati, akibat obat-obatan tertentu atau induksi kimia
(ADA, 2010)

2.4 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien. Menurut Konsensus Perkeni 2011, ada empat pilar
penatalaksanaan DM.

2.4.1 Edukasi

Pengelolaan mandiri DM secara optimal membutuhkan partisipasi aktif


pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung
seumur hidup.

2.4.2 Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan


anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori masing masing individu. Perlu ditekankan
pentingnya keteraturan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan
terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah dan
insulin.

2.4.3 Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes


karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi
resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

11
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga

2.4.4 Terapi Farmakologis

Pada DM tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka


panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah, jika diet dan obat
hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu,sebagian
pasien DM tipe II yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan
diet dan obat kadang membutuhkan insulin secara temporer selama
mengalami sakit, infeksi, kehamilan pembedahan atau beberapa kejadian stres
lainnya.

2.5 Kerangka Teori

Pendrita DM

2.6 Kerangka Konsep

12
Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau
teori atau teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoadmojo,2010).Kerangka konsep
pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Pola Makan

13
2.7 Hasil Penelitian dari Jurnal

No Author Tahun Volume, Judul Metode ( Desain, Hasil Databa


Angka Sampel, se
Variabel,
Instrumen,
Analisis)

1. 1. Susanti 2018 Vol. 3 Hubunga D: Deskriptif Hasil uji statistik Google


No 1 n Pola korelasional Spearman Rho Scholar
2. Difran
Makan dengan memakai p=0,000 (α=0,05)
Nobel
Dengan teknik purposive menunjukkan bahwa
Bistara
Kadar sampling H0 ditolak sehingga
Gula
S: dilakukan dapat disimpulkan ada
Darah
diPuskesmas hubungan antara pola
Pada
Tembok Dukuh makan dengan kadar
Penderita Surabaya dengan gula darah pada
Diabetes besar sampel 48 penderita
Mellitus respnden.
Diabetes Mellitus di
V:Pola makan Puskesmas Tembok
Dukuh Surabaya.
I: lembar
Hasil penelitian ini
kuesioner dan
didapatkan ada
observasi
hubungan yang kuat
A: uji statistik
antara pola makan

yang dengan kadar gula

dipergunakan darah apabila pola

pada penelitian makan yang tidak baik

14
ini menggunakan seperti yang dianjurkan
korelasi prinsip 3J maka akan
Spearman Rank. terjadi ketidakstabilan
kadar gula darah.

2. Gresty N. 2017 Volume Hubunga D: deskriptif Hasil penelitian dengan Google


M Masi 5 Nomor n pola analitik dengan Scholar
menggunakan analisis
1 aktivitas rancangan cross
Mulyadi korelasi pearson
fisik dan sectional.
menunjukkan terdapat
pola
S: Teknik hubungan pola aktivitas
makan
pengambilan fisik dan
dengan
sampel pada
Kadar pola makan dengan
penelitian ini
gula kadar gula darah
yaitu purposive
darah (p=0,000). Kesimpulan
sampling dengan
pada terdapat hubungan
jumlah 75 sampel.
pasien pola aktivitas
V: pola aktivitas
diabetes
fisik dan pola f isik dan pola makan
melitus
makan dengan kadar gula
Tipe II di
poli darah pada pasien
I:Pengumpulan
penyakit diabetes melitus tipe II
data dilakukan
dalam di Poli Penyakit
dengan
rumah menggunakan Dalam Rumah Sakit
sakit kuesioner. Pancaran Kasih GMIM
Pancaran
Manado.
kasih A: uji korelasi

gmim pearson

manado

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desigen Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik korelatif yang


menjelaskan tentang hubungan antara variabel jumlah, jenis, dan jadwal makan
dengan kadar gula darah pasien DM tipe II menggunakan pendekatan sperman rho
yaitu dimana variabel dependent dan variabel independent dikumpulkan dalam
waktu yang bersamaan dan secara langsung (Notoadmodjo, 2005).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi penelitian ini adalah pasien

rawat jalan DM tipe II .

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2005). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang

menderita DM tipe II

Kriteria sampel dalam penelitian ini terdiri:

1. Kriteria Inklusi

16
a. Pasien rawat jalan penyakit DM Tipe II

b. Berusia 30-45 tahun

c. Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani informed


consent.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang tidak bersedia menandatangani informed concent

b. Pasien vegetarian

c. DM dengan gagal ginjal stadium 3

3.3 Variabel Penelitian

1. Identifikasi variable

a. Variabel bebas(Variabel independen) pada penelitian ini adalah Pola Makan

b. Variabel terkait(variable dependen) pada penelitian ini adalah Kadar Gula


Darah

3.4 Definisi Oprasional

Definisi Operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup atau


pengertian variabel-variabel yang diteliti, juga bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabelvariabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument/ alat ukur (Notoatmodjo, 2010)

17
Variabel Defunisi Indikator Alat ukur skala Skor
Oprasional

Idepnden: Ketepatan Pendidikan pola Wawancara Ordinal 1 = Baik, jika


Pola dan makan DM pasien melakukan
Makan keteraturan meliputi: 3 indikator diet
pasien dalam yaitu tepat
1.Jenis bahan
penatalaksan jumlah, jadwal
makanan
aan jumlah dan jenis
jenis dan 2. Jadwal makan 2= Tidak baik,
jadwal makan jika pasien
3. Jumlah makan melakukan
kurang dari
4. menejemen
nutrisi 3 indikator
jumlah,jenis dan
jadwa

Dependen: Kadar Gula darah acak Lembar Ordinal GD2PP 1 =


glukosa 1.Kadar gula darah hasil Normal
Kadar
dalam darah puasa laboratoriu <200mg/dl 2 =
gula darah
di dapat dari m Tinggi >200mg/dl
2.Kada gula darah
hasil rekam
sewaktu
medic
GD2PP (Gula
Darah 2 Jam
setelah
makan)
responden

18
dibandingkan
dengan
standar yang
di tetapkan
oleh
PERKENI.

3.4 Analisa Data

a. Analisa univariat

Digunakan untuk mendeskripsikan gambaran jumlah, jadwal, jenis makan dan


kadar gula darah. Data disajikan dalam bentuk tabel dan di interpretasikan.

b. Analisa bivariate

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen


(jumlah, jadwal, dan jenis makan) dengan variabel dependen (kadar gula
darah), apakah variabel tersebut mempunyai hubungan atau tidak. Analisis
bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi sperman rho

19
DAFTAR PUSTAKA

Almaitser, S. 2010. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


Krisnatuti & Yehrina. (2008). Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Notoatmodjo, S. (2010). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

David E, Schteingart. 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.

Dalam: Price SA, Lorraine M, Wilson, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Dan

Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

Hlm. 1259-1272.

Diabetes.Agro. Jakarta: Media Pustaka.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Ignatavicius & Workman. 2006. Medical surgical nurshing critical thingking for

collaborative care. Vol. 2. Elsevier sauders : Ohia

Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengendalian

Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitud di Perkotaan Indonesia,

Jurnal Volume 59. Jakata.60

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011. Jakarta

20
21

Anda mungkin juga menyukai