Anda di halaman 1dari 23

PERANCANGAN KAMPANYE GERAKAN DIET

KETOGENIK UNTUK PENYAKIT DIABETES TIPE 2

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program
Studi Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh: Enrico Valdo Christoper 1601144031

Konsentrasi: Manajemen Desain

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Permasalahan ............................................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 5
1.4 Tujuan Perancangan .................................................................................................... 5
1.5 Teknik Penelitian....................................................... Error! Bookmark not defined.
1.6 Kerangka Penelitian .................................................................................................... 8
1.7 Sistem pembabakan ..................................................................................................... 9
BAB II...................................................................................................................................... 10
2.1 Pengertian Kampanye ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Kampanye Sosial ....................................................................................................... 11
2.3 Model Kampanye ...................................................................................................... 12
2.4 Teori Komunikasi Pesan ........................................................................................... 13
2.5 Teori Komunikasi Massa .......................................................................................... 14
2.6 Teori Desain .............................................................................................................. 15
BAB III .................................................................................................................................... 18
DATA DAN ANALISIS MASALAH ..................................................................................... 18
3.1 Diabetes Tipe 2.......................................................................................................... 18
3.1.1 Mekanisme Diabetes Tipe 2............................................................................... 18
3.1.2 Faktor Resiko Diabetes Tipe 2 ........................................................................... 18
3.1.3 Gejala Diabetes Tipe 2 ....................................................................................... 19
3.2 Diet Ketogenik .......................................................................................................... 19
3.2.1 Mekanisme Diet Ketogenik ............................................................................... 19
3.2.2 Jenis Diet Ketogenik .......................................................................................... 20
3.3 Analisis Data dan Fakta............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes merupakan ganguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh perubahan sekresi insulin atau kinerja insulin.
Diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang mempengaruhi pembuluh darah pada mata,
neuron pada otak dan nefron pada ginjal (Tony et al, 2017).
Pada tahun 2013, World Health Organization (WHO) menemukan bahwa adanya
sebanyak 347 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Berdasarkan data dari
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2017, Indonesia berada di posisi
peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan penderita diabetes tertinggi. Penderita
diabetes di Indonesia pada tahun 2013, mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta penduduk
dengan rentang usia 20-79 tahun (WHO, 2013). Berdasarkan info kementrian kesehatan
Indonesia di tahun 2013 dalam hasil risetnya, di Jawa barat ditemukan 643.246 penduduk
yang megidap penyakit diabetes berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah.
(Kemenkes RI, 2015). Diperkirakan pada tahun 2035 dengan asumsi tanpa adanya
peningkatan angka kesehatan, angka diabetes di Indonesia akan meningkat sebesar 165%
dari jumlah yang ada pada masing-masing jenis kelamin. Hal ini sangat memprihatinkan
karena diabetes dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung
yang akan menyebabkan kematian yang disebabkan oleh gaya hidup buruk serta
kurangnya kepedulian akan hidup sehat dari berolaraga hingga gaya makan yang sehat
(WHO, 2013).
Pada dasarnya diabetes memiliki dua tipe penyakit utama yaitu diabetes tipe 1 serta
diabetes mellitus tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi saat kurangnya produksi insulin dalam
tubuh, sedangkan diabetes mellitus tipe 2 terjadi saat insulin pada tubuh tidak berkerja
dengan baik atau terjadi resistensi (Kemenkes RI, 2015). Insulin dalam tubuh pada
dasarnya berfungsi untuk mengatur keseimbangan glukosa dalam tubuh. 90% bagian dari
diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2 dimana produksi insulin dalam tubuh
sudah tidak dapat membantu mengatur keseimbangan glukosa lagi, yang disebabkan oleh
gaya hidup yang buruk (Kemenkes RI, 2015).
DiBandung khususnya pada tahun 2016 terdapat sejumlah 4587 jiwa angka
kematian, yang 10% diantaranya disebabkan oleh diabetes mellitus tipe 2. Dan pada tahun
2016 berdasarkan data seluruh puskesmas di Bandung, terdapat 190 jenis penyakit diderita
3
dengan diabetes mellitus yang berada diposisi tujuh belas dari dua puluh urutan penyakit
diderita terbanyak (Dinkes Bandung, 2016). Angka ini sangat memprihatinkan karena
penyakit diabetes mellitus sudah menjadi awam diderita, terlebih lagi kota Bandung juga
dikenal sebagai wisata kulinernya.
Ada dua cara penanganan khusus pengidap diabetes mellitus tipe 2, yaitu dengan
terapi farmakologi menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi resistensi insulin
dalam tubuh dengan mekanisme mengurangi glukosa, injeksi insulin buatan serta dengan
terapi non farmakologi, yaitu diet dengan mengurangi konsumsi makanan mengandung
karbohidrat tinggi salah satunya adalah diet ketogenik (Dipiro et al, 2013).
Diet ketogenik merupakan diet dengan pola makan rendah karbohidrat, rendah
protein dan tinggi lemak, yang juga bisa digunakan untuk penanganan epilepsi refrakter
pada anak sejak tahu 1920. Selain itu diet ketogenik juga terbukti dapat mengurangi kadar
glukosa darah juga mengurangi kadar insulin secara bersamaan, berdampak mengurangi
gejala/efek resistensi insulin pada tubuh yang dialami pengidap diabetes mellitus tipe 2
(Hussain et al, 2012).
Karena sampai saat ini masih banyak orang awam, khususnya di Indonesia masih
kurang peduli dengan gejala diabetes tipe 2, serta kurang mengetahui tentang diet
ketogenik yang sangat ampuh mencegah dan menanggulangi diabetes mellitus tipe 2, maka
diputuskan untuk melakukan penelitian yang merujuk pada kampanye gerakan diet
ketogenik terhadap diabetes mellitus tipe 2.

1.2 Permasalahan
1.2.1 Identifikasi Masalah
1. Penyakit Diabetes mellitus tipe 2 adalah tergolong penyakit yang mudah muncul
akibat gaya makan yang buruk, terutama gaya makan orang Indonesia terutama
daerah Bandung yang mengutamakan makanan berkarbohidrat tinggi sebagai
makanan pokok.
2. Penyakit diabetes mellitus tipe 2 masih dianggap remeh oleh masyarakat
3. Kurangnya media kampanye mengenai pentingnya mencegah terkena penyakit
diabetes mellitus tipe 2 dengan menjaga gaya makan yang sehat.
4. Masih banyak yang mengetahui dengan menjalani diet Ketogenik dapat
mencegah banyak penyakit terutama penyakit diabetes mellitus tipe 2.

4
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memberi informasi kepada masyarakat Bandung tentang
mudahnya terkena diabetes mellitus tipe 2 lewat gaya makan yang buruk serta
bahaya penyakit tersebut?
2. Bagaimana cara mengenalkan diet Ketogenik pada masyarakat Bandung sebagai
salah satu cara mencegah terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang baik?
3. Bagaimana merancang media kampanye mengenai gerakan diet ketogenic
sebagai pencegah diabetes mellitus tipe 2 bagi masyarakat Bandung?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian


1.3.1 Apa
Perancangan media kampanye gerakan diet ketogenic sebagai pencegah diabetes
mellitus tipe 2 bagi masyarakat Bandung.
1.3.2 Bagaimana
Merancang media kampanye gerakan diet ketogenic sebagai pencegah diabetes
mellitus tipe 2 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang mentingnya
menjaga pola makan yang sehat.
1.3.3 Siapa
Kampanye ini ditunjukan untuk masyarakat Bandung berumur 15 sampai 50 tahun
1.3.4 Dimana
Selama proses perancangan, pengambilan data dilaksanakan di daerah Bandung
tepatnya di Dinas Kesehatan Bandung, Rumah sakit Bandung dan tokoh ahli gizi di
daerah Bandung. Hal ini didasarkan pada kemudahan akses untuk memperoleh data
guna menunjang perancangan media kampanye gerakan diet ketogenik sebagai
pencegah diabetes mellitus tipe 2 bagi masyarakat Bandung.
1.3.5 Kapan
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian dan perancangan dimulai dari
22 September 2018 hingga January 2018.

1.4 Tujuan Perancangan


Berdasarkan pokok permasalahan diatas tujuan dari perancangan tugas akhir gerakan
diet ketogenic sebagai pencegah diabetes mellitus tipe 2 bagi masyarakat Bandung:
a. Merancang media kampanye untuk masyarakat Bandung mengenai pentingnya
mencegah penyakit diabetes mellitus tipe 2.
5
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat Bandung mengenai penting menjaga pola
makan sehat dan mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan diet ketogenic.

1.5 Metode Pengumpulan Data dan Analisis


1.5.1 Cara Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam perancangan menggunakan metode:
a. Metode Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan serta ingatan yang
tertata, didapat dari proses biologis serta psikologis. Sutrisno Hadi (dalam
Sugiyono, 2013:145).
Dalam proses pengumpulan data metode ini digunakan untuk
mengamati fenomena kuliner yang ada di kalangan masyarakat dan
kebiasaan pola makan masyarakat Bandung, sehingga mendapatkan data
yang diperlukan dari penilaian tersebut.
b. Studi Pustaka
Soewardikoen (dalam Yusantiar,2017:4) Studi pustaka adalah
mempelajari teori-teori dari para ahli yang telah melakukan penelitian
kemudian dilakukan sebuah analisis hingga menghasilkan kesimpulan
maupun pernyataan resmi dari teori-teori tersebut demi memperkuat
pandangan dan menerapkannya pada masalah terkait.
Studi pustaka dilakukan sebagai dasar tolak ukur menilai serta
merancang. Membaca berbagai sumber keilmuan untuk memperluas
serta mempertajam wawasan mengenai perancangan yang sedang
dilakukan. Dengan melaksanakan studi pustaka maka pelaku penelitian
dapat memahami serta menelaah kebenaran dari data yang didapat.

c. Kuesioner
Kuesioner adalah cara untuk memperoleh data dalam waktu singkat
dalam bentuk pertanyaan tertulis dengan jawaban kuesioner bersifat
pendapat umum oleh khalayak sasaran (Soewardikoen, 2013:25).
Kuesioner ditujukan kepada semua kalangan yang terutama remaja
dan dewasa. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data mengenai cara
serta strategi yang tepat untuk mengkampanyekan program gerakan diet
ketogenik terhadap masyarakat Bandung.
6
d. Wawancara
Soewardikoen (dalam Yusantiar, 2017:4) Berdasarkan pendapat beberapa
ahli dalam buku metodologi penelitian visual, menjelaskan bahwa wawancara
adalah salah satu cara dalam penelitian yang menggunakan komunikasi dua arah
secara langsung dengan tujuan memperoleh informasi dari narasumber berupa
pemikiran, pandangan, pengalaman, dan lain-lain yang tidak bisa diamati
langsung oleh peneliti.
Wawancara bertujuan untuk memperoleh data primer dari narasumber
yang bersangkutan dengan subyek kampanye yang akan dilakukan. Wawancara
dilakukan dengan Dinas Kesehatan Bandung, ahli gizi, dan pelaku diet
ketogenic berpengalaman.

1.5.2 Cara Analisis


a) Analisis Kuesioner
Penafsiran terhadap hasil hitungan signifikan dari variable yang dapat
dihubungkan dengan gejala yang terjadi menjadi sebuah perbandingan sebab
akibat (Soewardikoen, 2013:45). Analisis kuesioner digunakan untuk
memperoleh asumsi dari responden. Asumsi dinilai dari hasil terbesar dan
terendah terhadap sebuah pertayaan kuesioner.
b) Analisis Matriks
Analisi Matriks adalah membandingkan dengan cara menjajarkan objek
visual secara mendatar dan tertata (Soewardikoen, 2013:50). Analisis matriks
digunakan sebagai pembanding antara kampanye dengan subyek serupa yang
telah dilakukan oleh dinas kesehatan di Bandung seperti kampanye HIV/AIDS,
GERMAS, dan imunisasi.

c) Analisis Penarikan Kesimpulan


Penarikan kesimpulan merupakan pengambilan kesimpulan dari beberapa
fakta melalui perumusan konsep, proporsi, dan teoretis setelah hasil penelitian
(Soewardikoen, 2013:54). Penarikan kesimpulan digunakan untuk mengambil
keputusan terhadap kejadian atau fakta yang terjadi dilapangan mengenai
sebuah kejadian atau objek visual nyata.

7
1.6 Kerangka Penelitian

Latar Belakang
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit berat yang sering diderita oleh masyarakat terutama untuk
lanjut usia

Permasalahan
Bagaimana merancang media kampanye mengenai gerakan diet ketogenic sebagai pencegah diabetes
mellitus tipe 2 bagi masyarakat Bandung.

Pengambilan Data Teori


 Observasi  Kampanye
 Studi Pustaka  Fungsi periklanan
 Wawancara  Strategi Kampanye

 Kuesioner  Persuasi Kampanye


 Media
 Elemen Grafis

Analisis Data

Analisis Matriks Analisis Kuesioner Analisis Penarikan


Kesimpulan

Konsep Perancangan

Konsep Pesan Konsep Kreatif Konsep Visual Konsep Media

Hasil Perancangan

8
1.7 Sistem Pembabakan
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang gambaran umum, latar belakang, permasalahan, ruang lingkup masalah,
tujuan perancangan, teknik pengumpulan data, skema perancangan serta pembabakan.

BAB II Dasar Pemikiran


Dasar pemikiran yang menguraikan tentang pendapat para ahli, kerangka pemikiran dan
diasumsikan berdasarkan landasan pikiran.

BAB III Uraian Hasil Survei dan Analisis Visual


Uraian hasil survei dan analisis visual yang memuat analisis data, ringkasan wawancara,
data hasil kuisioner, analisis konten visual, analisis matriks visual, analisis data kuisioner,
dan penarikan kesimpulan.

BAB IV Strategi dan Hasil Perancangan


Strategi yang telah disusun akan direalisasikan dalam bentuk karya yang akan dimuat pada
bab 4.

BAB V Penutup
Pada bagian penutup akan berisi kesimpulan yang diperoleh selama melakukan
perancangan serta saran-saran yang akan diterima oleh peneliti nantinya.

9
BAB II
DASAR PEMIKIRAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kampanye
Kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi terencana dengan tujuan
mengajak pada suatu tindakan tertentu pada sejumlah target khalayak yang
dilakukan secara berkelajutan dalam kurun waktu tertentu (Venus, 2012). Secara
garis besar kampanye adalah kegiatan persuasif yang berusaha untuk merubah pola
pikir pada tingkah laku tertentu.
2.1.2 Tujuan Kampanye
Upaya kegiatan kampanye menyangkut dengan aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan perilaku (Venus, 2012). Ketiga aspek tersebut, dikenal dengan
istilah “3A” yang merupakan singkatan dari awareness, attitude dan action.
Ketiganya saling terhubung serat memiliki sasaran target khalayak (target of
influences) yang harus dipengaruhi dengan beberapa tahapan tertentu untuk
membuat pengaruh tertentu.
Pada tahap awal kegiatan kampanye, dilakukan kegiatan arahan untuk
menciptakan perubahan pada aspek pengetahuan atau kognitif. Tujuannya adalah
diharapkan akan munculnya kesadaran, meningkatnya pengetahuan serta
keyakinan target khalayak. Dalam tahap ini, biasa disebut sebagai tahap
pengenalan.
Tahapan selanjutnya, memeberikan arahan kepada target khalayak dalam
merubah sikap dan memunculkan rasa simpati, kepedulian dan keberpihakan
kepada hal yang ajakan kampanye.
Masuk di tahap terakhir kegiatan kampanye, bertujuan untuk merubah
perilaku khalayak secara konkret dan terukur. Tahap ini memberikan maksud untuk
tindakan tertentu yang ditujukan untuk sasaran kampanye. Tindakan tersebut dapat
bersifat sekali atau secara terus menerus. Tindakan berkelanjutan lebih terlihat
dalam perubahan perilaku secara permanen pada diri sasaran seperti: perubahan
cara dan pola mengolah makan. (Venus, 2012).

10
2.1.3 Strategi Kampanye
Charles U. Larson membagi Kampanye ke dalam tiga kategori yaitu product-
oriented campaigns, candidate-oriented campaigns dan ideologically or cause
oriented campaigns. (Venus, 2012)
Product-oriented campaigns atau kampanye pada orientasi lingkungan bisnis.
Istilah lain dari kampanye ini adalah kampanye komersil yang memiliki tujuan
memperoleh keuntungan finansial. Kegiatannya adalah dengan memperkenalkan
produk terttentu yang berujung kepada kegiatan penjualan sehingga memperoleh
keuntungan. Kampanye Public Relations yang bertujuan membangun citra positif
perusahaan atau korporasi tertentu di mata publik juga termasuk dalam kelompok
ini.
Candidate-oriented campaigns adalah kampanye yang merujuk pada
kampanye untuk merubah kepercayaan pada sutau kegiatan pemilihan pemimpin
suatu kelompok daengan didorong oleh keinginan untuk meraih kekuasaan politik.
Karena itu jenis kampanye ini bisa disebut sebagai political campaigns (kampanye
politik).
Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang
memiliki tujuan bersifat membahas isu untuk perubahan sosial. Kampanye disebut
dengan kampanye perubahan sosial, yang ditujukan pada masalah sosial dengan cara
merubah sikap dan perilaku terhadap khalayak sasaran kampanye.

2.1.4 Teori Persuasi Dalam Praktik Kampanye


2.1.5 Media Kampanye

2.2 Kampanye Sosial


Kampanye sosial dibuat untuk merubah sikap dan perilaku pada isu yang terjadi di
sosial. Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu
tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah
khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui
serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Kampanye sosial memiliki ciri atau
karakteristik, yaitu dilihat jumlah khalayak, serta keikutsertaan khalayak dala kurun waktu
tertentu demi memecahkan permasalahan sehingga setiap individu yang menerima pesan

11
kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut
setiap saat (Venus, 2012).

2.3 Model Kampanye


Model-model kampanye yang dibahas dalam literatur komunikasi umumnya
memusatkan perhatian pada tahapan kampanye. Dikatakan tidak ada model yang berupaya
menggambarkan proses kampanye berdasarkan proses komunikasi. Karena itu
menampilkan model kampanye dengan menggambarkan unsur-unsur yang terdapat
didalamnya menjadi penting. Tujuannya adalah agar dapat memahami fenomena
kampanye dari interaksi antar komponen yang terdapat didalamnya (Venus, 2012:12).
Berbicara mengenai model kampanye, beberapa model kampanye antara lain
meliputi:

a. Model Komponensial Kampanye


Model ini mengambil komponen pokok yang terdapat pada proses pengiriman dan
penerimaan pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya meliputi:
sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek dan umpan balik.
Unsur-unsur ini harus dipandang sebagai satu kesatuanyang mendiskripsikan
dinamika proses kampanye. Model tersebut digambarkan :

Bagan 2.1 Model Komponensial Kampanye Sumber : Antar Venus

b. Model Kampanye Ostegaard


Menurut Leon Ostergaardm seorang teoritisi dan praktisi kampanye kawakan dari
Jerman dalam Venus, dari pengalaman praktik di lapangan. Di antara berbagai
model kampanye yang ada, model ini dianggap yang paling pekat sentuhan

12
ilmiahnya. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata kunci yang dikunci di dalamnya seperti
kuantifikasi, cause and effect analysis, data dan theoretical evidence.

Bagan 2.2 Model Kampanye Ostegaard Sumber : Antar Venus

c. The Five Functional Stages Development Model


Menurut Venus (2012), model ini dikembangkan oleh tim peneliti dan praktisi
kampanye di Yale University Amerika pada awal tahun 1960. Model ini dianggap
yang paling banyak diterapkan diberbagai belahan dunia.
Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui
sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuan. Tahapan
kegiatan tersebut meliputi: identifikasi, legitimasi, partisipasi, penetrasi, dan
distribusi.

Bagan 2.3 Model Kampanye The Five Functional Stages Development

2.4 Teori Komunikasi Pesan


Pesan (Stimulus). Pesan dalam bahasan ini adalah rangsangan yang akan diberikan
kepada komunikan. Menurut Jalaluddin Rakhmat (2014), pesan atau stimulus yang akan
disampaikan kepada komunikan terdiri dari:

13
a) Struktur pesan, ditunjukkan dengan pola penyimpulan (tersirat atau tersurat), pola
urutan argumentasi (yang lebih dulu diminati khalayak untuk menjadi bahan
diskusi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi perspektif berdasarkan fakta).
b) Gaya pesan menunjukkan variasi lingustik dalam penyampaian pesan (perulangan,
kemudahdimengertian, perbendaharaan kata).
c) Appeals pesan mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung pesan
(rasional-emosional, fear appeals, reward appelas).

2.5 Teori Komunikasi Massa


Komunikasi Massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(Surat Kabar, Majalah)atau elektronik (radio, televisi, internet) yang dikelola oleh suatu
lembaga atau individu yang dilembagakan, yang ditujukan kepada kelompok masyarakat
yang tersebar dibanyak tempat. Menurut George Gerbner, komunikasi massa dengan
definisi singkat yaitu sebagai produksi dan distribusi berlandaskan teknologi dan lembaga
dari arus pesan yang berkelanjutan serta luas diakses individu umum dalam masyarakat
industri (Rakhmat, 2014).
Ada beberapa teori yang berhubungan dengan Teori Massa ini, diantaranya adalah:
• Teori Pengaruh Tradisi (The Effect Tradition) Teori pengaruh komunikasi
massa dalam perkembangannya telah mengalami perubahan yang signifikan
dalam perkembangan jaman. Dari awalnya, para peneliti percaya pada teori
pengaruh komunikasi “peluru ajaib” (bullet theory) dimana Individu-individu
dipercaya dipengaruhi langsung dan secara besar oleh pesan media, karena
media dianggap berkuasa dalam membentuk opini public (Rakhmat, 2014).
• Uses, Gratifications and Depedency Pendekatan uses and gratifications
menekankan riset komunikasi massa pada konsumen pesan dan tidak banyak
memperhatikan mengenai pesannya. Khalayak diasumsikan sebagai bagian dari
khalayak aktif dalam memanfaatkan serta mengakses muatan media dan
dianggap memiliki tanggung jawab dalam mengadakan pemilihan terhadap
media massa untuk mengetahui kebutuhannya, memenuhi kebutuhannya dan
bagaimana cara memenuhinya, bukannya secara pasif saat mengkonsumsi
media massa (Rubin dalam Littlejohn, 2012).
• Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory) Menurut Phillip
Palmgreen mengemukakan kepuasan yang anda cari di dalam media ditentukan

14
oleh sikap terhadap media, kepercayaan khalayak tentang suatu medium dapat
memberikan dan evaluasi anda tentang bahan tersebut.
• Teori Ketergantungan (Dependency Theory) Teori ketergantungan terhadap
media mula-mula diutarakan oleh Sandra BallRokeach dan Melvin Defleur.
Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi umum
dari awal hipotesis.

2.6 Teori Desain


Menurut Anggraini dan Nathalia dalam buku “Desain Komunikasi Visual;Dasar-
dasar Panduan untuk Pemula” (2014), istilah desain secara etimologi berasal dari serapan
bahasa Itali yaitu “Designo” yang secara gramatikal berarti gambar. Kata desain tersebut
dapat digunakan pada berbagai kalimat, baik sebagai kata benda maupun kata kerja.
Sebagai kata kerja, istilah “desain” dapat diartikan sebagai proses rancangan. Sedangkan
dalam kata benda, istilah “desain” dapat digunakan sebagai hasil akhir dari sebuah proses
kreatif, baik dalam sebuah rencana, proposal, atau berbentuk karya nyata.

2.6.1 Unsur-unsur Pada Desain


1. Bentuk (Shape)
Bentuk adalah dimensi yang memiliki tinggi, lebar dan dimeter. Bentuk yang
biasa dikenal adalah bentuk lingkaran, segitiga, kotak dimana bentuk tersebut
adalah kategori dari bentuk dasar. Dalam kategori sifat, bentuk dapat
dikategorikan menjadi tiga:
a. Bentuk Geometrik
Kotak berupa kubus, lingkaran memanjang berupa silinder, segitiga
berupa limas atau kombinasi antara lingkaran dan segitiga berupa kerucut.
Bentuk-bentuk tersebut yang sering kita sebut bentuk geometrik, bentuk
yang segala sesuatunya dapat diukur.
b. Bentuk natural
Bentuk yang dapat berubah dan bertumbuh secara ukuran, serta dapat
berubah-ubah dan berkembang, itulah yang dimaksud sebagai bentuk
natural.
c. Bentuk Abstrak

15
Bentuk abstrak merupakan sesuatu yang tidak dapat terlihat dengan
jelas dan tidak memiliki arti. Dalam ranah seni, bentuk ini memiliki
ketidaksesuaian dengan bentuk aslinya.

2. Tekstur
Tekstur merupakan sebuah permukaan yang dapat dirasakan, diraba dan
memiliki dimensi menyerupai benda nyata. Contoh dari tekstur adalah
permukaan kayu, lembaran kertas, lantai, batu dan lain-lain. Tekstur yang
digunakan dalam ranah desain grafis akan memberikan kesan tertentu. Namun,
ada pula tekstur yang disebut dengan tekstur semu yang tercipta dari visual
sebuah bidang yang disatukan. Pada desain selain menggunakan tekstur semu
masih banyak metode yang digunakan dalam membuat tekstur pada desain.
3. Warna (Color)
Warna adalah unsur yang memiliki pengaruh besar dalam desain. Karena,
warna dapat memberikan sebuah identitas, rasa, penarik perhatian dalam suatu
perusahaan dan dapat memberikan pengaruh mood terhadap suatu citra
perusahaan. Warna pada bidang background sangat mempengaruhi warna pada
foreground.
kelompok warna terdiri dari: warna primer, sekunder, dan warna netral

Warna Primer
Merupakan warna dasar yang bukan berasal dari campuran warna lainnya.
Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah kuning, biru dan
merah.

Gambar 2.4 Warna Primer Sumber: (http://color-wheel-artist.com/primary-


colors.html)

Warna Sekunder

16
Adalah hasil campuran warna primer. Misalnya warna jingga merupakan
hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan
kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

Gambar 2.8 Warna Sekunder Sumber: (http://color-wheel


artist.com/primary-colors.html)
Warna Netral
Adalah hasil gabungan dari seluruh warna dasar. Identik sebagai warna yang
seimbang dan warna di alam.

Gambar 2.10 Warna Netral Sumber: (http://blogs.fairview.k12.oh.us/)


Penggunaan warna terbagi menjadi dua jenis, yaitu RGB dan CMYK. Pada
jenis RGB, penggunaannya biasa terdapat pada tampilan digital. CMYK
digunakan dalam bidang percetakan seperti pada media keras dan media cetak.
4. Tipografi
Menurut David Crystal (Anggraini dan Nathalia, 2014) Dijelaskan secara
singkat, bahwa tipografi merupakan “kajian tentang fitur-fitur grafis dari lembar
halaman”. Penjelasan ini terasa lebih bermakna karena dalam tipografi kita tidak
sekadar mempelajari kecakapan/skill praktis. Akan tetapi, dalam tipografi, kita
mendapati hamparan luas wacana keilmuan yang meliputi sejarah, sosiologi,
dan keragaman seni dalam dunia huruf.

17
BAB III
DATA DAN ANALISIS MASALAH

3.1 Diabetes Tipe 2


DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena insulin yang dihasilkan tidak bekerja dengan baik
dan terjadi resistensi insulin. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi
kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk
memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya,
tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan
kadar gula dalam darah (Tony et al, 2017).

3.1.1 Mekanisme Diabetes Tipe 2


Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang progresif, dimulai
dengan resistensi insulin yang mengarah ke peningkatan produksi glukosa dari liver
dan berakhir dengan kerusakan sel beta. Resistensi insulin didefinisikan sebagai
ketidakmampuan jaringan target seperti otot dan jaringan adiposa untuk merespon
sekresi insulin yang diproduksi secara alami dalam tubuh (Anees et al, 2013).
Pada individu non-diabetes, sel beta mampu menangkal resistensi insulin
dengan meningkatkan produksi dan sekresi insulin. Pada penderita diabetes apabila
keadaan resistensi insulin bertambah berat disertai tingginya glukosa yang terus
terjadi, sel beta pankreas dalam jangka waktu yang tidak lama tidak mampu
mensekresikan insulin dalam jumlah cukup untuk menurunkan kadar gula darah,
disertai dengan peningkatan glukosa hepatik dan penurunan penggunaan glukosa oleh
otot dan lemak akan mempengaruhi kadar gula dara puasa dan postpandrial. Akhirnya
sekresi insulin oleh sel beta pankreas akan menurun dan terjadi hiperglikemia berat
(Anees et al, 2013).

3.1.2 Faktor Resiko Diabetes Tipe 2


Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (2015) bahwa
diabetes berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat
18
keluarga dengan diabetes (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita diabetes gestasional (diabetes yang terjadi hanya pada saat masa
kehamilan) dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang
dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan indeks massa tubuh ≥25kg/m2 atau lingkar
perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat. Selain itu gaya hidup tidak sehat sepert
mengkonsumsi alkohol, stres, kebiasaan merokok, konsumsi kopi dan kafein juga
merupakan faktor resiko penyakit diabetes.

3.1.3 Gejala Diabetes Tipe 2


Gejala yang sering dialami oleh penderita diabetes tipe 2 adalah mudah merasa
lapar meskipun setelah makan, merasa lelah terutama setelah makan, sering berkemih,
sering merasa haus, terjadi perubahan berat badan yang signifikan (berat badan naik
atau turun), luka yang sukar sembuh, penglihatan kabur, sering mengalami kesemutan
di area tangan dan kaki (Gardner & Shoback, 2017).

3.2 Diet Ketogenik


Diet ketogenik adalah suatu pola diet dengan prinsip rendah karbohidrat, rendah
protein dan tinggi lemak, yang selama ini digunakan sebagai terapi epilepsi ada anak.
Diet ketogenik akan menimbulkan suatu keadaan yang menyerupai keadaan kelaparan
pada tubuh, dimana tubuh akan dipaksa untuk membakar lemak sebagai sumber
energi, dan bukannya membakar karbohidrat (Paoli et al, 2013).

3.2.1 Mekanisme Diet Ketogenik


Prinsip dasar dari diet ketogenik adalah membatasi asupan karbohidrat,
sehingga tingkat gula darah dalam tubuh cenderung turun dan rendah. Dengan
menurunnya kadar gula dalam tubuh, trigliserida mulai dipecah menjadi asam lemak
bebas dan gliserol dengan bantuan hormone (Paoli et al, 2013). Asam lemak bebas
kemudian memasuki aliran darah di mana mereka dapat digunakan oleh jaringan
tubuh sebagai sumber energi, dan akan diproses oleh hati untuk menghasilkan keton,
proses ini sering disebut ketogenesis. Kemudian keton akan masuk ke otak dan
menjadi sumbar energi menggantikan glukosa. Peningkatan kadar keton dalam darah
dikenal dengan istilah ketosis (Paoli, 2014).
19
Mengurangi karbohidrat akan mengurangi level glukosa yang akan
menyebabkan berpindahnya jalur biokimia tubuh yang awalnya menggunakan
glucose (gula darah) menjadi jalur metabolisme lemak. Saat itulah tubuh akan
mengalami ketosis. Dan saat tubuh sudah berhasil menggunakam lemak sebagai
sumber energi, akan banyak efek positif yang didapat seperti untuk metabolisme
tubuh, efisiensi energi, penurunan berat badan, dan mengatasi bahkan mengurangi
asam lambung naik, sendi pegal, juga untuk penyakit metabolisme lainnya terutama
diabetes, epilepsi dan kanker (Paoli, 2014).

3.2.2 Jenis Diet Ketogenik


Jenis diet ketogenik yang pertama adalalh diet ketogenik standar, diet ini adalah
diet yang sangat rendah karbohidrat, kadar protein sedang, dan tinggi kadar lemak.
Diet ini biasanya mengandung komposisi 70% lemak, 25% protein dan hanya 5%
karbohidrat. Selanjutnya ada diet ketogenik klinis, diet ini melibatkan periode
mengonsumsi karbohidrat tinggi, biasanya seperti 5 hari diet ketogenik diikuti 2 hari
diet tinggi karbohidrat. Jenis ketiga yaitu targeted ketogenic diet, diet ini
memungkinkan pasien menambahkan karbohidrat pada saat melakukan diet. Jenis
terakhir adalah high protein ketogenic diet, diet ini sama dengan diet ketogenik standar
tapi dengan menambahkan lebih banyak protein. Rasionya adalah 60% lemak, 35%
protein dan 5% karbohidrat (Kosinski & Jornayvaz, 2017).
Namun, hanya diet ketogenik standar dan tinggi protein yang telah dipelajari
secara ekstensif. Diet ketogenik klinis atau targeted adalah metode diet yang
lebih maju, dan digunakan terutama pada binaragawan atau atlet.

3.3 Analisis Data dan Fakta


Keterujian diet ketogenik dicoba dibuktikan oleh sekelompok peneliti
universitas di Amerika, mencoba membandingkan keunggulan terapi diet ketogenik
dalam menanggulangi diabetes mellitus tipe 2 serta memberikan berat ideal yang sehat
dengan diet rendah kalori. Hasilnya, ditemukan bahwa diet ketogenik lebih ampuh
mengurangi kadar menanggulangi penyakit diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan
dengan diet rendah kalori.

20
Gambar 3.1 Data Perbandingan Diet Glikemi dengan Diet Ketogenik

Dilakukan ujicoba pada 84 orang obesitas pengidap diabetes mellitus tipe 2. 84


orang dibagi menjadi dua kelompok untuk menjalani diet yang berbeda selama dua
puluh empat minggu. (Duggal, 2015).

21
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2015. Classification and Diagnosis of Diabetes. Diabetes


Care. 38(Suppl. 1): S8–S16.
Anees, A.S., Shadab A.S., Suhail A, Seemi S, Iftikhar A, Kapendra S. 2013. Diabetes:
Mechanism, Pathophysiology and Management-A Review. Int. J. Drug Dev. & Res.
5(2): 1-23.
Anggraini S,L. dan Nathalia, K. 2014. Desain Komunikasi Visual: Dasar dasar Panduan untuk
Pemula. Bandung: Nuansa Cendekia.
Dipiro, J.T. et al. 2013. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 8th edition. USA:
The McGraw-Hill Companies, Inc.
Duggal, N. 2015. The Ketogenic Diet and Diabetes. Tersedia online di
https://www.ruled.me/the-ketogenic-diet-and-diabetes/ [diakses tanggal 14 Desember
2017].
Gardner, D.G. dan Shoback, D.M. 2017. Greenspan's Basic & Clinical Endocrinolog. 10th
Edition. New York: McGraw-Hill Medical.
Hussain, Talib A. et al. 2012. Effect of low-calorie versus low-carbohydrate ketogenic diet in
type 2 diabetes. Nutrition. 28(10): 1016-1021.
International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas. 8th Edition. USA: International
Diabetes Federation.
Kosinski, C. and François R. Jornayvaz. 2017. Effects of Ketogenic Diets on Cardiovascular
Risk Factors: Evidence from Animal and Human Studies. Nutrients.9(517): 1-16.
Kemenkes RI. 2014. Situasi Dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Paoli, A. 2014. Ketogenic Diet for Obesity: Friend or Foe?. Int. J. Environ. Res. Public Health.
11: 2092-2107.
Paoli, A., A. Rubini, J.S. Volek dan K.A. Grimaldi. 2013. Beyond weight loss: a review of the
therapeutic uses of very-low-carbohydrate (ketogenic) diets. European Journal of
Clinical Nutrition. 67: 789–796.
Rakhmat, Jalaluddin. 2014. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Tony, D.K., Divyanjali, P., Krishna, G. 2017. Ketogenic Diet In The Management Of Diabetes.
Indo American Journal of Pharmaceutical Research. 7(6): 8109-8115.

22
Venus, A. 2012. Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan
Kampanye Komunikasi. Bandung: Penerbit Simbiosa Rekatama Media.
World Health Organization. 2013. Diabetes. Available online at
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html [diakses tanggal 14
Desember 2017].

23

Anda mungkin juga menyukai