Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal yang berjudul “Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Dalam Menjalani Diet Pada Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Tegalalang II”.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,MNg.,Phd selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali sekaligus pembimbing I yang telah memberikan
ijin, kesempatan dan banyak bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
2. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku dekan fakultas kesehatan yang
memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.
3. Ibu Anak Agung Ayu Yuliati Darmini, S.Kep., Ns., MNS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan perhatian
kepada penulis.
4. Ibu Idah Ayu Wulandari,S,Si.T.,M.Keb, selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep.,MNS, selaku dosen penguji tamu yang telah
banyak memberikan saran dalam menyelesaikan proposal ini.
6. Bapak Ns. Gst Kade Adi Widyas Pranata, Ibu Ni Wayan Sukma Antari, S.Si, M,
Si, dan Ibu Ns. Made Dian Shanti Kusuma, S. Kep, selaku wali kelas yang
memberikan motivasi dan dukungan moral kepada penulis.
7. Bapak Putu Sudiasa dan Ibu Luh Sri Purnamayanti sebagai orang tua yang
banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga
selesainya proposal ini
8. Teman-teman penulis (Ni Putu Yumi Masyuniati, Awitya Pratiwi , Kadek Tiya
Satyawati ) yang selalu memberikan dukungan dan semangat hingga selesainya
proposal ini.

iii
9. Teman-teman angkatan 2016 yang selalu memberikan dukungan hingga
selesainya proposal ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.

Denpasar, 5 Januari 2020


Penulis

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis diabetes melitus (mg/dL). ...................................................................15
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Dalam Menjalani Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II .......28
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner .............................................................................39

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Dalam Menjalani Diet Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II .................................................................................26
Gambar 4.1 Sampling framework .......................................................................35

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019 mendefinisikan


diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak mampu
memproduksi insulin atau menggunakannya secara efektif mengarah ke
kadar glukosa dibangkitkan dalam darah (dikenal sebagai hyperglycaemia).
Diabetes melitus dibagi dua tipe yaitu diabetes melitus tipe I dan diabetes
melitus tipe II (KEMENKES RI, 2014).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menyatakan


bahwa diabetes melitus menjadi penyebab kematian nomor 7 di dunia.
Penyakit diabetes melitus selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Jumlah terbesar orang dengan diabetes diperkirakan berasal dari Asia
Tenggara dan Pasifik Barat terhitung sekitar setengah kasus diabetes di
dunia. Di Asia Tenggara, pada tahun 2014 terdapat 96 juta orang dewasa
dengan penderita diabetes melitus di 11 negara anggota di wilayah regional
Asia Tenggara. Pravelensi diabetes di antara orang dewasa sekitar di
wilayah regional Asia Tenggara meningkat dari 4,1% di tahun 1980 menjadi
8,6% di tahun 2014.

Menurut RISKESDAS tahun 2018 menyatakan bahwa di Indonesia


diabetes melitus mengalami peningkatan dari 6,9% menjadi 8,5%.
Kementrian Kesehatan RI tahun 2014 menyatakan bahwa diabetes melitus
tipe II merupakan 90% dari semua kasus diabetes. Sekitar 1.600.000
kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes. Di Provinsi Bali
pravelensi diabetes melitus sebesar 1,3% dari seluruh jumlah penduduk.
Prevalensi diabetes melitus tertinggi pada kabupaten/kota di Bali adalah
Kota Gianyar sebesar 26.782 orang dan paling rendah adalah Kabupaten
Klungkung sebesar 2.042 orang (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

1
2

PERKENI (2015) mengharuskan kepada setiap penderita Diabetes


Melitus tipe 2 untuk melakukan diet (pola makan) secara baik setiap harinya
namun pada kenyataannya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi
kepatuhan diet penderita DM yang rendah. Peningkatan jumlah penderita
diabetes melitus disebabkan oleh tidak patuh dalam pelaksanaan diet.
Penelitian yang dilakukan oleh Bertalina (2016) sebesar 60% sedangkan
yang patuh dalam melaksanakan diet diabetes melitus adalah sebesar 40%.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Lestari dkk (2012) terhadap pasien DM
tipe 2 memperlihatkan bahwa 89,7% tidak patuh mengkonsumsi jumlah
kalori, 100% responden tidak mematuhi jadwal makan, dan 65,5% tidak
patuh mengkonsumsi jenis makanan. Hasil penelitian Winda Widyastuti
(2012) menunjukkan bahwa 60,1% pasien DM tipe 2 tidak patuh terhadap
program diet.

Penyebab terbesar dalam meningkatnya komplikasi pada penderita


DM tipe 2 adalah rendahnya kepatuhan diet. Alasan lain penderita diabetes
melitus tidak mematuhi program diet karena mereka merasa bosan dan
mengalami kesulitan karena harus mengukur takaran ataupun menimbang
setiap jenis makanan yang akan dikonsumsi dan mereka hanya
mengkonsumsi makanan yang dihidangkan oleh keluarga atau mengikuti
pola makan keluarga meskipun itu bertentangan dengan menu diabetes
melitus (Dwi Putri, 2018). Pada penderita diabetes melitus tipe II kepatuhan
dalam menjalani diet sangatlah penting. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus antara lain kepercayaan diri,
pengetahuan tentang diabetes, motivasi, dan dukungan keluarga (Gibney
2003 dalam Budiyani, 2011).

Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet


diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa, dkk (2017)
sebagian besar responden (51,9%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bertalina, dkk (2016)
menyatakan bahwa diketahui responden jarang melakukan konseling ke poli
3

gizi setelah melakukan cek kadar gula darah. Bahkan masih ada 36,7%
responden yang belum pernah melakukan konseling gizi sebelumnya. Hal
yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden adalah kurang minatnya
pasien untuk mengikuti konsultasi dari ahli gizi sehingga dapat
menyebabkan kurangnya terpaparnya informasi mengenai penyakit diabetes
melitus dan bagaimana cara pengaturan makan/diet yang seharusnya
dilaksanakan.

Motivasi dalam menjalani diet pada penderita diabetes melitus tipe


II masih tergolong rendah. Penelitian Pujiastuti (2016) menyatakan bahwa
dari 240 responden, mayoritas responden dengan jumlah 182 orang (76%)
tergolong motivasi rendah dan 58 orang (24%) tergolong motivasi tinggi.
Ini disebabkan karena rendahnya kemauan ataupun keinginan untuk
mematuhi diet diabetes melitus, serta tidak melakukan pengaturan makan
sesuai diet yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dan beranggapan bahwa
program diet tersebut tidak efektif untuk menurunkan kadar gula darah (Dwi
dkk, 2018). Pengaturan diet seumur hidup bagi penderita diabetes melitus
menjadi sesuatu yang sangat membosankan dan menjenuhkan, jika didalam
diri pasien tidak timbul kesadaran dalam menjaga kesehatan. Perubahan
perilaku diet diabetes melitus sangat diharapkan dengan cara merubah pola
makannya dari segi jumlah, jenis, dan teratur (Fauziah dkk, 2013).

Kepercayaan diri memiliki pengaruh penting terhadap keberhasilan


kepatuhan diet jika semakin tinggi kepercayaan diri untuk patuh terhadap
diet maka semakin besar kemungkinan untuk sembuh dan jika kepercayaan
diri rendah maka seseorang akan cemas dan tidak mampu melakukan
respon. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, dkk (2018) menyatakan
bahwa terhadap 40 responden yang diteliti, berjumlah 25 responden (62,5%)
memiliki kepercayaan diri yang rendah. Dan sejalan dengan penelitan yang
dilakukan oleh Suryani, dkk (2018) dari 40 responden didapatkan sebagian
besar responden memiliki kepercayaan diri yang rendah yaitu sebanyak 29
responden (72.5%). Hal ini disebabkan oleh individu yang memiliki
4

kepercayaan diri rendah akan menjauhi tugas-tugas yang sulit karena


mereka menganggapnya sebagai suatu ancaman sehingga membuat mereka
untuk menghindari tugas-tugas yang mereka anggap sulit.

Dukungan keluarga semestinya sangat berperan penting bagi


kepatuhan menjalani diet pada diabetes melitus. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dayan Hisni (2017) menyatakan dari 60 responden sebagian
besar memiliki kepatuhan diet diabetes yang sedang sebanyak 23 responden
(38,3%), sedangkan yang baik sebanyak 22 responden (36,7%), dan yang
rendah sebanyak 15 responden (25%). Hal ini disebabkan karena dukungan
keluarga lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan bebas tanpa
memperhatikan anjuran diet dan tanpa adanya motivasi dari keluarga tidak
ada responden yang menjalankan aturan diet yang disarankan oleh petugas
kesehatan (Muharram, 2018).

Jika penderita diabetes tidak melakukan kepatuhan diet dengan baik


maka akan terjadi dampak negatif bagi kesehatan seperti hipoglikemia,
hiperglikemia, trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, stroke, nefropati,
retinopati diabetik (kebutaan), neuropati, dan amputasi (PERKENI, 2011).
Persentase komplikasi diabetes melitusdi RSCM tahun 2011, Komplikasi
terbanyak adalah neuropati sebesar 54%, retinopati diabetik sebesar 33%,
stroke sebesar 5,3%, gagal jantung sebesar 2,7%, dan amputasi sebesar
1,3% (KEMENKES RI, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat
perlu mengetahui pentingnya kepatuhan dalam melakukan diet bagi
penderita diabetes melitus.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menilai penting dilakukan


penelitian mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
dalam menjalankan diet pada penderita diabetes melitus tipe II. Peneliti
memilih tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas II Tegalalang di
karenakan jumlah penderita diabetes tertinggi di Kabupaten Gianyar yaitu
sebesar 740 orang (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2018). Selain itu,
5

peneliti melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas II Tegalalang


karena Kabupaten Gianyar merupakan kabupaten yang memiliki prevalensi
diabetes melitus tertinggi di Provinsi Bali (Profil Kesehatan Provinsi Bali,
2018).

Peningkatan penyakit tidak menular (PTM) mengalami peningkatan


di dunia saat ini salah satunya adalah diabetes melitus. di Indonesia diabetes
melitus mengalami peningkatan dari tahun 2007 dari 1,1% menjadi 2,1%.
Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakpatuhan menjalani diet pada
penderita diabetes melitus. Hal yang dilakukan agar tidak terjadi
peningkatan pada angka penderita diabetes melitus di Indonesia adalah
melakukan kepatuhan dalam menjalani diet. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam diet adalah kepercayaan diri, motivasi,
pengetahuan tentang diabetes, dan dukungan keluarga. Di Provinsi Bali
daerah yang paling banyak penderita diabetes melitus adalah Kabupaten
Gianyar. Di Kabupaten Gianyar angka penderita diabetes terbanyak adalah
di Puskesmas II Tegalalang sebanyak 740 orang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Dalam Menjalani Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
menjalani diet pada penderita diabetes melitus tipe II.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis data demografi (usia, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan) terhadap kepatuhan dalam menjalankan pada
penderita diabetes melitus tipe II.
6

b. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan


dalam menjalankan pada penderita diabetes melitus tipe II.
c. Untuk menganalisis pengaruh motivasi diri terhadap kepatuhan
dalam menjalankan pada penderita diabetes melitus tipe II.
d. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan diri terhadap
kepatuhan dalam menjalankan pada penderita diabetes melitus
tipe II.
e. Untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap
kepatuhan dalam menjalankan pada penderita diabetes melitus
tipe II.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi akademis
bagi pengembangan teori keperawatan medikal bedah terutama dalam
meningkatkan kepatuhan dalam menjalani diet pada penderita diabetes
melitus.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dasar
penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan tentang kepatuhan
diet pada diabetes melitus tipe II.
b. Bagi masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambahkan
pengetahuan dan informasi terhadap masyarakat mengenai faktor –
faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada diabetes melitus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu (Induniasih & Ratna, 2017).
Taksonomi Bloom membagi domain pengetahuan menjadi 6 tingkatan.
Taksonomi Bloom tersebut telah dikaji dan disusun kembali dan dikenal
dengan Revisi Taksonomi Bloom.
1. Mengingat (remember)
Mengingat merupakan kemampuan menyebutkan kembali pengetahuan
yang tersimpan dalam ingatan baik itu ingatan jangka pendek maupun
jangka panjang. Adapun proses dalam mengingat yaitu mengenali atau
mengidentifikasi ingatan jangka panjang dan mengingat kembali
pengetahuan yang relevan dari ingatan tersebut.
2. Mengingat (remember)
Memahami merupakan kemampuan dalam memahami instruksi yang
diberikan baik secara lisan, tulisan, maupun grafik/diagram. Adapun
beberapa metode dalam memahami sebuah informasi atau pengetahuan
yaitu menerangkan, memberikan contoh, mengkategorikan, meringkas,
menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
3. Menerapkan (apply)
Menerapkan merupakan kemampuan dalam mengaplikasikan suatu
konsep ke dalam situasi tertentu. Adapun dua proses dalam menerapkan
sesuatu yaitu melaksanakan dan mengimplementasikan.
4. Menganalisis (analyze)
Menganalisis merupakan kemampuan memisahkan materi atau konsep
ke dalam beberapa komponen lalu dihubungkan satu sama lain sehingga
diperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Adapun tiga
tahap dalam proses menganalisis yaitu membedakan konsep, mengatur
konsep dan menghubungkan konsep yang ada.

7
8

5. Mengevaluasi atau menilai (evaluate)


Mengevaluasi atau menilai merupakan kemampuan dalam menetapkan
derajat suatu hal berdasarkan standar atau kriteria yang telah ada.
Dalam mengevaluasi terdapat dua proses yaitu memeriksa dan
meninjau.
6. Mencipta (create)
Mencipta merupakan kemampuan dalam memadukan unsur-unsur
menjadi suatu hal yang utuh dan logis atau mengatur ulang unsur-unsur
tersebut ke dalam suatu struktur yang baru. Dalam menciptakan sebuah
komponen yang baru terdapat tiga tahap yang dilewati yaitu
menghasilkan, merencanakan, dan memproduksi.

B. Motivasi
1. Pengertian
Motivasi merupakan suatu aktivitas yang menempatkan seseorang atau
suatu kelompok yang mempunyai kebutuhan tertentu dan pribadi, untuk
bekerja menyelesaikan tugasnya. Motivasi merupakan kekuatan,
dorongan, kebutuhan, tekanan, dan mekanisme psikologis yang
dimaksud merupakan akumulasi faktor – faktor internal dan eksternal.
Faktor internal bersumber dari dalam diri individu itu sendiri,
sedangkan faktor eksternak bersumber dari luar individu. Faktor
internal dapat pula disebut sebagai akumulasi aspek – aspek internal
individu, seperti kepribadian, intelegensi, ciri – ciri fisik, kebiasaan,
kesadaran minat, bakat, kemauan, spirit, antusiasme, dan sebagainya.
Faktor eksternal bersumber dari lingkungan fisik, sosial, dam tekanan.
(Lestari, 2015).
2. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seeorang timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
9

hasil atau tujuan tertentu. Tujuan – tujuan dari motivasi yaitu (Lestari,
2015) :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan penderita
b. Meningkatkan produktivitas
c. Mempertahankan kestabilan penderita
d. Meningkatkan kedisplinan
e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
f. Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas – tugasnya.
3. Sumber – sumber motivasi
Sumber – sumber motivasi dibagi menjadi 3 yaitu (Lestari, 2015) :
a. Motivasi intrinsik
Motivasi berasal dari dalam individu itu sendiri. Termasuk
motivasi intrinsik adalah perasaan nyaman pada penderita diabetes
ketika dia berada di rumah sakit.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja
dukungan verbal dan non-verbal yang diberikan oleh teman
terdapat atau keluarga terdekat.
c. Motivasi terdesak
Motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak serta menghentak dan cepat sekali.
4. Faktor – faktor mempengaruhi motivasi
a. Faktor fisik
Motivasi yang ada didalam diri individu yang mendorong untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti
kebutuhan jasmani, raga, materi, benda, atau dengan alam. Faktor
fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi kondisi fisik
lingkungan, keadaan atau kondisi kesehatan, umur, dan
sebagainya.
10

b. Faktor herediter
Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan
atau usia seseorang.
c. Faktor intrinsik seseorang
Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul
dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas
dengan apa yang sudah dilakukan.
d. Fasilitas (sarana dan prasarana)
Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang
memudahkan dengan tersedianya sarana – sarana yang dibutuhkan
untuk hal yang diinginkan.
e. Situasi dan kondisi
Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga
mendorong memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.
f. Program dan aktifitas
Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau
pihak lain yang didasari dengan adanya kegiatan program dengan
rutin dengan tujuan tertentu.
g. Audio Visual (media)
Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang didapat dari
perantara sehingga mendorong atau menggugah hati seseorang
untuk melakukan sesuatu.
h. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang berfikir logis dan bekerja sehingga motivasi
seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal.

C. Kepercayaan diri
Memiliki arti kemampuan diri sendiri. Orang yang memiliki kepercayaan
yang tinggi akan yakin bahwa dia mampu berhasil merubah perilaku dirinya
sendiri. Sedangkan orang yang memiliki dengan kepercayaan diri yang
11

rendah maka memiliki keyakinan bahwa dirinya akan selalu gagal.


Perceived self-efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa ia memiliki
kemampuan untuk melakukan perilaku yang direkomendasikan. Semakin
tinggi efektivitas diri, maka semikin positif responnya. self-efficacy
bertujuan untuk menjga perubahan perlaku yang diinginkan dan
membangun kehadiran keyakinan situasi yang spesifik yang orang – orang
mempunyai bahwa mereka dapat mengatasi situasi yang resiko tinggi tanpa
relapsing kepada kebiasaan tidak sehat (Priyoto, 2017).

D. Dukungan keluarga
1. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penelitian, dukungan instrumental dan
dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk
hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga merasa ada
yang memerhatikan.
2. Fungsi Pokok Keluarga
Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi
dari struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah
(Friedman, 2010):
a. Fungsi afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan
memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : proses
perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan dilingkungan
c. Fungsi Reproduktif : untuk meneruskan kalangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia
12

d. Fungsi ekonomis : untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti


sandang, pangan, dan papan
e. Fungsi perawatan kesehatan : untuk merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan.
3. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai
tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman
(2010) membagi 5 tugas dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan,
yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggot keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga maka segera
dilakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika skeluarga mempunyai
keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan
sekitar.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila kelurga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan
lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
13

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan


lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatn yang ada).
4. Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), terdapat
empat tipe dukungan kelarga yaitu :
a. Dukungan Emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan
damai untuk beristirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap
orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang
menghadapi persoalan atau masalah yang sedang dihadapi.
b. Dukungan penghargaan Keluarga bertindak sebagai penengah
dalam pemecahan masalah dan juga sebagai fasilitator dalam
pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan
perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif
yang diberikan kepada individu.
c. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan dalam hal pengawasan, kebutuhan individu. keluarga
mencarikan solusi yang dapat membantu individu dalam
melakukan kegiatan.
d. Dukungan Informatif Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan
pemberi informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang
disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.

E. Diabetes Melitus Tipe II


1. Pengertian diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II tidak bergantung insulin. Salah satu penyebab
utama diabetes melitus tipe II adalah pola diet dan gaya hidup yang
tidak sehat. Pola gaya hidup yang tidak sehat ini akan mendorong
ketidakpekaan terhadap insulin, sehingga dapat mengganggu
keseimbangan gula darah (Perkeni, 2015).
14

2. Patofisiologi diabetes melitus tipe II


Diabetes melitusbukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel – sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Pada penderita diabetes melitus tipe II
dapat terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak
terjadi pengrusakan sel – sel beta langerhans secara otoimun seperti
diabetes melitus tipe I. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes
melitus tipe II hanya bersifat relatif, tidak absolut. Pada perkembangan
awal diabetes melitus tipe 2, sel – sel beta menunjukkan gangguan pada
sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan
baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel – sel
beta pankreas. Kerusakan sel – sel beta pankreas yang terjadi secara
progresif seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin (Perkeni, 2015).
3. Gejala diabetes melitus tipe II
Menurut perkeni (2015), gejala diabetes melitus tipe II adalah sebagai
berikut:
a. Cepat lelah, kehilangan tenaga.
b. Sering buang air kecil.
c. Lapar dan haus terus menerus.
d. Kelelahan berkepanjangan yang tidak ada penyebabnya.
e. Mudah sakit berkepanjangan.
f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun.
g. Imunitas tubuh rendah, daya sembuh lambat terutama jika
mengalami luka pada tangan dan kaki.
h. Mengalami penurunan daya tahan tubuh saat beraktifitas.
i. Gula darah puasa >126 mg/dl pada pagi hari.
15

4. Faktor risiko diabetes melitus tipe II


a. Riwayat keluarga penderita diabetes melitus.
b. Berat badan di atas normal (obesitas).
c. Hipertensi.
d. Hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia.
e. kurang berolahraga.
f. Wanita yang melahirkan anak dengan berat diatas 4 kg.
5. Diagnosis diabetes melitus
Kriteria diagnostik diabetes melitus menurut konsensus PERKENI
tahun 2015 yaitu:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam,
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram,
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya),
d. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).
Kriteria diagnosis menurut Perkeni tahun 2015 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis diabetes melitus (mg/dL).

Bukan Belum pasti Diabetes


diabetes diabetes melitus
melitus melitus
Kadar glukosa darah Plasma <100 100 – 199 ≥200
sewaktu (mg/dL) vena
kapiler <90 90 – 199 ≥200
16

Kadar glukosa darah Plasma <100 100 – 125 ≥126


puasa vena
Kapiler <90 90 – 99 ≥100
Sumber: Perkeni, 2015

6. Penatalaksanaan diabetes melitus tipe II


Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan
kematian secara langsung, meskipun begitu, apabila penyakit ini tidak
dikelola dengan baik akan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu,
pengelolaan diabetes melitus tipe II memerlukan penanganan secara
multidisiplin yang mencakup terapi obat dan terapi non obat (Perkeni,
2015). Pengelolaan diabetes melitus jangka pendek bertujuan untuk
menghilangkan gejala/keluhan diabetes melitusdan mempertahankan
rasa nyaman dan sehat, sedangkan tujuan jangka panjang yaitu
mencegah komplikasi penyakit, baik makroangiopati, mikroangiopati
maupun neuropati dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan
menurunkan diabetes melitus. Prinsip pengelolaan diabetes melitus
menurut Perkeni (2015) antara lain:
a. Edukasi (penyuluhan)
Tujuan adanya penyuluhan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan diabetisi (penderita diabetes) tentang penyakit dan
pengelolaannya sehingga dapat merawat sendiri agar mampu
mempertahankan hidup dan mencegah komlikasi lebih lanjut
Keberhasilan pengelolaan diabetes membutuhkan partisipasi aktif
dari pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai
keberhasilan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif
yang meliputi pemahaman tentang :
1) Penyakit diabetes melitus.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan diabetes
melitus.
3) Penyulit diabetes melitus.
17

4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis


5) Hipoglikemia
6) Perawatan kaki pada diabetes
7) Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang
berhasil. Adapun perilaku yang diinginkan antara lain adalah:
1) Mengikuti pola makan sehat
2) Meningkatkan kegiatan jasmani
3) Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan
khusus secara aman dan teratur.
4) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan
memanfaatkan data yang ada.
b. Perencanaan Makanan (Diet)/ Terapi nutrisi
Pengaturan gizi merupakan komponen penting dalam
pengelolaan diabetes. Seorang penderita diabetes akan meningkat
kesehatannya dengan mengontrol berat badan, kadar glukosa
darah, kadar lemak darah, dan penggunaan insulin sebagai
sebagai hormon pengatur kadar glukosa darah. Tujuan diet
diabetes melitus adalah mempertahankan atau mencapai berat
badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta
meningkatkan kualitas hidup penderita. Komposisi makanan
yang dianjurkan oleh Perkeni (2015) terdiri dari:
1) Karbohidrat
a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi.
b) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
dianjurkan.
c) Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang
berserat tinggi.
18

d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.


e) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake).
2) Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan
kalori.
b) Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
c) Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
d) Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak
tidak jenuh tunggal.
e) Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
3) Protein
a) Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
b) Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang
cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
c) Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari
kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik
tinggi.
4) Serat
a) Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-
kacangan, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral,
serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
b) Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
19

5) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih
dari 3000 mg atau sama dengan 6-7gram (1 sendok teh)
garam dapur.
b) Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400
mg.
c) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit.
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes melitus tipe 2 apabila tidak disertai adanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara
secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
lebih dari 2 hari berturut-turut (A). Dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar
glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk
menunda latihan jasmani.
d. Terapi Farmakokinetik
1) Insulin
Insulin merupakan hormon anabolik dan antikatabolik. Efek
anabolik meliputi stimulasi, penggunaan, dan penyimpangan
glukosa, asam amino, asam lemak, sedangkan proses katabolik
(pemecahan glikogen, lemak dan protein) dihambat. Insulin
pada umunya disuntikkan secara subkutan pada lemak
abdomen, lengan atas posterior, dan paha sebelah luar. Pada
keadaan tertentu insulin dapat diberikan secara intramuscular
atau intravena. Insulin merupakan obat utama pada diabetes
20

melitustipe 1, ketoasidosis, hiperosmolar non ketotik, dan


diabetes melitus tipe 2 pada kondisi tertentu Terapi insulin
digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan obat hipoglikemik
oral gagal untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien
diabetes. Pada pasien dengan diabetes tipe-1, pankreas tidak
dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin
pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui
suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak
dapat diberikan peroral.Ada lima jenis insulin dapat digunakan
pada pasien dengan diabetes melitus berdasarkan pada panjang
kerjanya.
2) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe-2, tetapi tidak
efektif pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah glipizid, gliburid,
tolbutamide, dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar
gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh
pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya yaitu
metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi
meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri.
Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di
dalam usus.Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada
penderita diabetes tipe-2 jika diet dan oleh raga gagal
menurunkan kadar gula darah dengan cukup (PERKENI, 2015).

F. Kepatuhan Diet
1. Pengertian kepatuhan diet
Kepatuhan diet penderita diabetes melitus tipe II sebagai bentuk
perilaku kesehatan merupakan ketaatan keaktifan penderita diabetes
melitus tipe II terhadap aturan makan yang diberikan. Kepatuhan diet
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam penatalaksanaan
21

penyakit diabetes melitus tipe II. Hal tersebut dikarenakan perencanaan


makan merupakan salah satu pilar utama dalam pengelolaan diabetes
melitus tipe II (PERKENI, 2015). Diet merupakan kebiasaan yang
paling sulit diubah dan paling rendah tingkat kepatuhannya dalam
menejemen diri seorang penderita diabetes melitus. Penderita diabetes
harus memperhatikan 3 J (Jumlah, Jadwal, Jenis) dalam melaksanankan
diet yaitu:
1. Jumlah kalori yang dibutuhkan
Jumlah energi yang dibutuhkan oleh penderita diabetes meiltus
berbeda dengan orang tanpa diabetes melitus. Total energi
diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Satu gram
karbohidrat dan protein masing – masing menghasilkan 4 kkal dan
1 gram lemak menghasilkan 9 kkal (PERKENI, 2015).
2. Jadwal makan yang harus diikuti
Menurut Perkeni (2015), prinsip dasar pengaturan jadwal makan
pada penederita diabetes melitus tipe 2 adalah tiga kali makan
utama dan tiga kali makan selingan yang diberikan dalam interval
kurang lebih tiga jam.
3. Jenis makanan yang harus diperhatikan
1) Karbohidrat
Jumlah asupan total karbohidrat pada penderita diabetes
melitustidah boleh melebihi 45 – 60% dari total asupan energi.
Jenis karbohidrat yang diutamakan untuk dikonsumsi jenis
karbohidrat komlpeks karena selain merupakan sumber serat
juga banyak mengandung vitamin. Adapun jenis karbohidrat
kompleks antara lain nasi, roti tawar, jagung, sereal, kentang,
ubi, singkong, tepung terigu, sagu dan tepung singkong. Jenis
karbohidrat sederhana harus dibatasi oleh diabetes karena
karbohidrat sederhana lebih cepat dicerna dan diserap
sehingga membuat kadar glukosa darah meningkat dengan
cepat dan tinggi mengakibatkan keadaan hyperglikemia.
22

2) Protein
Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang dewasa
adalah 0,8 – 1 g per kg berat badan atau setara dengan 12% –
20 dari total energi. Apabila diabetes melitustidak ditangani
dengan baik dan mengabaikan jumlah asupan protein yang
berlebihan akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada
organ ginjal Rendahnya aktifitas insulin akan menghambat
sisntesis protein, oleh karena itu kecukupan asupan protein
dibutuhkan untuk mempertahankan sintesis protein.
3) Lemak
Lemak total yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 30% total
energi dengan komposisi 10% dari lemah tak jenuh ganda,
10% dari lemak tak jenuh tunggal dan 10 dari lemak jenuh.
Sumber asam lemak tak jenuh adalah minyak zaitun, biji
bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak
kacang kedelai.
4) Serat
Serat larut air dapat mempengaruhi kadar glukosa dan insulin
dengan menaikkannya secara perlahan setelah makan.
Makanan yang mengandung 20gram serat larut air per hari
ketika dikonsumsi bersamaan dengan karbohidrat dapat
menurunkan LDLn secara cepat. Asosiasi Diabetes Amerika
menganjurkan konsumsi serat per hari untuk penderita
Diabetes melitus adalah 20 – 35 gram.
2. Faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Diet

a) Faktor demografi individu


Brunner & Suddart (2002) mengemukakan bahwa faktor
demografi yang mempengaruhi kepatuhan antara lain: usia, jenis
kelamin, suku bangsa, status ekonomi dan pendidikan.
b) Faktor- Faktor lainnya menurut (Siti Yulia,2015) :
1) Lama Menderita dan Keparahan Penyakit
23

2) Persepsi
3) Motivasi diri
4) Kepercayaan diri
5) Keikutsertaan penyuluhan gizi
6) Tenaga kesehatan
7) Dukungan keluarga
8) Keteraturan cek kesehatan

G. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Pujiastuti (2016) meneliti tentang
Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Dengan Kepatuhan Menjalankan Diet Di Poliklinik Penyakit Dalam
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
motivasi pasien diabetes melitus tipe II dengan kepatuhan menjalankan
diet. penelitian ini adalah deksriptif correlation dengan rancangan cross
sectional. Populasi dan sampel adalah penderita diabetes melitus tipe II
sebanyak 240 dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II dan tidak
ada hubungan motivasi dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dayan Hisni dkk (2017) meneliti
tentang Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet
Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Limo
Depok. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan lama sakit,
pengetahuan, motivasi pasien dan dukungan keluarga terhadap
kepatuhan diet pada pasien Diabetes Melitus. penelitian ini adalah
deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional study.
Responden pada penelitian ini sebanyak 60 responden yang didapat
berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria
responden tinggal bersama keluarga, usia responden minimal 18 tahun
semenjak terdiagnosa diabetes melitus tipe 2, dan tidak mempunyai
24

komplikasi diabetes melitus.. Hasil penelitian didapatkan bahwa


terdapat menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan diet diabetes pada pasien
diabetes melitus tipe 2 di wilayah Puskesmas Limo Depok.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahim Senuk dkk (2013) meneliti
tentang Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Di Poliklinik
Rumah Sakit Daerah Kota Tidore Kepulauan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga
terhadap diabetes melitus. Penelitian ini adalah penelitian
Observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian Cross
Sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penderita diabetes melitusyang berobat di Poliklinik Rawat Jalan
RSUD Kota Tidore Kepulauan. Pengambilan sampel menggunakan
teknik Purposive Sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini ialah
pasien diabetes melitusyang bersedia untuk diteliti, pasien Diabetes
melitusyang berobat di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan,
pasien Diabetes melitusyang hadir pada saat pengambilan data.
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini ialah pasien Diabetes
melitusyang tidak bersedia menjadi responden. Hasil penelitian
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan
dukungan keluarga di poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan
Provinsi Maluku Utara.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Bertalina dkk (2016) meneliti tentang
Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan, Motivasi Pasien Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengetahui hubungan lama
sakit, pengetahuan, motivasi pasien dan dukungan keluarga terhadap
kepatuhan diet pada pasien Diabetes Melitus. Design penelitian ini
adalah Design penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Karena penelitian ini dilakukan hanya satu kali pada saat yang
bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah pasien Diabetes
25

melitustipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Abdul Moeloek dengan


jumlah pengunjung 731 dalam satu tahun dengan rata - rata 43
pengunjung setiap bulannya. Hasil penelitian didapatkan bahwa
terdapat Terdapat hubungan yang bermakna yaitu tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan diet(p-value=0.002), motivasi pasien dengan
kepatuhan diet (pvalue:0,004), dukungan keluarga dengan kepatuhan
diet pasien Diabetes melitus (p-value=0,002).
26

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari
sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel
yang diteliti (Swarjana, 2015). Adapun kerangka konsep yang disusun mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan diet pada diabetes
melitus tipe II sebagai berikut:

(Faktor Internal)
- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat
Pendidikan
- Pengetahuan
- Motivasi Diri
- Kepercayaan
Variabel Terikat
Diri
Kepatuhan Diet
Diabetes Melitus
(Faktor Eksternal)
- Dukungan
Keluarga

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel penghubung
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Pada Diabetes
Melitus Tipe II.

26
27

Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti bermaksud meneliti


faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan diet pada
diabetes melitus tipe II di Puskesmas Tegalalang II. Adapun faktor – faktor
yang mempengaruhi kepatuhan dalam menjalankan diet pada diabetes
melitus tipe II yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan, motivasi diri, dan
kepercayaan diri. Faktor eksternal yaitu dukungan keluarga.

B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi
dari sebuah penelitian (Swarjana, 2015). Berdasarkan kerangka konsep
yang telah dibuat, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis alternative (Ha) : Ada pengaruh antara usia, jenis
kelamin, tingkat pengetahuan,
motivasi diri, kepercayaan diri,
tingkat pendidikan, dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan dalam
menjalani diet diabetes melitus tipe II.
2. Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada pengaruh antara usia, jenis
kelamin, tingkat pengetahuan,
motivasi diri, kepercayaan diri,
tingkat pendidikan, dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan dalam
menjalani diet diabetes melitus tipe II

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel adalah bagian dari sebuah objek yang dapat diukur
(Swarjana, 2015). Variable dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan adanya suatu
perubahan terhadap variabel yang lain (Swarjana, 2015). Variabel
28

bebas pada penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, pengetahuan,


motivasi diri, kepercayaan diri, tingkat pendidikan, dan dukungan
keluarga.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang mengalami perubahan sebagai
akibat dari perubahan pada variabel bebas (Swarjana, 2015).
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu kepatuhan diet diabetes
melitus.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel adalah definisi terhadap setiap variabel
berdasarkan konsep teori namun bersifat operasional, agar variabel
tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti maupun
peneliti lain (Swarjana, 2015).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Pada Diabetes Melitus
Tipe II

Cara Ukur dan Alat Skala


No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
ukur

1 Usia Rentang usia penderita Pada penelitian ini 1. Dewasa : 20 – 59 Nominal


diabetes melitus tipe II dari peneliti tahun
awal kelahiran sampai pada menggunakan 2. Lansia : > 60 tahun
saat penelitian dilakukan. metode self-
completed (Depkes,2015)
questionnaire
2 Jenis Status gender yang Pada penelitian ini 1. Laki – Laki Nominal
kelamin membedakan pria atau peneliti 2. Perempuan
wanita berdasarkan ciri – ciri menggunakan
fisiknya penderita diabetes metode self-
melitus tipe II completed
questionnaire
3 Tingkat Pendidikan formal yang Pada penelitian ini 1. Pendidikan rendah Ordinal
pendidik terakhir dicapai penderita peneliti : apabia < 9 tahun
an diabetes melitus tipe II menggunakan ( tamat SMP)
berdasarkan kepemilikan metode self- 2. Pendidikan tinggi :
ijazah sampai saat completed apabila > 9 tahun (
diwawancarai questionnaire SMA/sederajat,
perguruan tinggi).

(UU RI No. 20 th
2003 tentang
29

Sistem Pendidikan
Nasional)

4 Pengetah Segala kemampuan pasien Pada penelitian ini Semakin tinggi Interval
uan diabetes melitus tipe II dalam peneliti total skor,
memahami diet yang tepat. menggunakan mengindikasikan
metode self- semakin baik
completed pengetahuan
questionnaire. Alat tentang diet
diabetes melitus,
pengukuran
sedangkan semakin
menggunakan
rendah total skor
kuesioner dengan 5 yang didapatkan
pertanyaan dan mengindikasikan
menggunakan skala semakin kurang
pengkuran skala pengetahuan
guttman tentang diet
menggunakan diabetes melitus
alternative jawaban yang dikategorikan
: sebagai berikut :
a. Benar 1. Kurang: jika
b. Salah total skor
yang
diperoleh ≤
60 % dari
jawaban
benar.
2. Baik: jika
skor yang
diperoleh ≥
60 % dari
jawaban benar
(Irfan, 2017)

5 Motivasi Dorongan dari dalam diri Pada penelitian ini Semakin tinggi Interval
Diri diabetes melitus tipe II untuk peneliti total skor,
menjalankan diet diabetes menggunakan mengindikasikan
melitus. metode self- semakin baik
1. Motivasi intrinsik completed motivasi dalam
Motivasi berasal dari questionnaire. Alat diri, sedangkan
dalam individu itu semakin rendah
pengukuran
sendiri untuk total skor yang
menggunakan
melakukan kepatuhan didapatkan
diet. kuesioner dengan 7 mengindikasikan
2. Motivasi ekstrinsik pertanyaan dan semakin kurang
Motivasi yang menggunakan skala motivasi dalam
datangnya dari luar pengkuran skala diri, yang
individu untuk likert, dikategorikan
melakukan kepatuhan menggunakan sebagai berikut :
diet. alternative jawaban 1. Kurang: jika
: total skor yang
a. Ya didapatkan 7
b. Kadang –
Kadang
c. Tidak
30

2. Baik: jika total


skor yang
didapatkan 21
(Siti, 2015)

6 Kepercay Keyakinan dalam diri Pada penelitian ini Semakin tinggi total Interval
aan Diri diabetes melitus tipe II peneliti skor, mengindikasikan
mengikuti aturan sesuai yang menggunakan semakin baik
diberikan oleh tenaga metode self- kepercayaan dalam
kesehatan completed diri, sedangkan
questionnaire. Alat semakin rendah total
skor yang didapatkan
pengukuran
mengindikasikan
menggunakan
semakin kurang
kuesioner dengan 5 kepercayaan dalam
pertanyaan dan diri, yang
menggunakan skala dikategorikan sebagai
pengkuran skala berikut
likert,
menggunakan 1. Kurang: jika total
alternative jawaban skor yang
didapatkan 5
:
2. Baik: jika total skor
a. Ya yang didapatkan 15
b. Ragu – Ragu
c. Tidak (Siti, 2015)

7 Dukunga Suatu tindakan penerimaan Pada penelitian ini 1. Semakin tinggi Interval
n keluarga terhadap anggota peneliti skor yang di
Keluarga keluarganya, berupa menggunakan dapatkan maka
dukungan informasional, metode self- hasilnya baik
dukungan penelitian, completed dengan skor
dukungan instrumental dan questionnaire. Alat tertinggi 64
dukungan emosional bagi 2. Semakin rendah
pengukuran
penderita diabetes melitus skor yang di
menggunakan
tipe II. dapatkan maka
1. Dukungan emosional kuesioner dengan hasilnya buruk
berupa perhatian, 16 pertanyaan dan dengan skor
motivasi, emosi berupa menggunakan skala terendah 16
kehangatan dan pengkuran skala
kepedulian yang likert, (Siti, 2015)
diberikan oleh keluarga menggunakan
2. Dukungan Instrumental alternative jawaban
berupa dukungan materi :
seperti benda atau barang )
yang dibutuhkan oleh a. Selalu
penderita diabetes b. Sering (SR)
melitus tipe II c. Kadang –
3. Dukungan Informatif Kadang (KK)
berupa saran – saran, d. Tidak pernah
nasihat dan petunjuk (TP)
kepatuhan diet yang
diberikan oleh keluarga
31

8 Kepatuha Tingkat ketaatan dan Pada penelitian ini Semakin tinggi total Interval
n Diet kedisplinan pasien dalam peneliti skor, mengindikasikan
melaksanakan diet diabetes menggunakan semakin baik
melitus pada satu bulan metode self- kepatuhan diet,
terakhir. completed sedangkan semakin
questionnaire. Alat rendah total skor yang
didapatkan
pengukuran
mengindikasikan
menggunakan
semakin kurang
kuesioner dengan 8 kepatuhan diet, yang
pertanyaan dan dikategorikan sebagai
menggunakan skala berikut
pengukuran skala
likert, 1. Tidak patuh : jika
menggunakan skor yang
alternative jawaban didapatkan 8
2. Patuh: jika total
:
skor yang
a. Selalu (S) didapatkan 24
b. Sering (SR)
c. Kadang –
Kadang (KK)
d. Tidak pernah (Irfan, 2017)
(TP)
32

BAB IV

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan sampling, pengumpulan data, analisis data,
serta etika dalam penelitian.

A. Desain Penelitian
Desain penelitian memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan
menganalisa data dalam mecapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan
berperan sebagai penuntun dalam proses penelitian. Desain analitik adalah
sebuah penelitian yang menekankan adanya hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya (Swarjana, 2015). Jenis penelitian ini adalah
analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional, yaitu
jenis penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan pada satu titik waktu
atau at one point in time pada populasi atau peneliti pada sampel yang
merupakan bagian dari populasi (Swarjana, 2015). Pengumpulan data hanya
dilakukan sekali saja. Setelah data diperoleh peneliti melakukan olah data
untuk menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
menjalani diet pada penderita diabetes melitus tipe II.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Tempat penelitian berada di Puskesmas Tegalalang II Kabupaten
Gianyar. Lokasi penelitian ini dipilih karena Kabupaten Gianyar
memiliki prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi se-provinsi
Bali.
2. Waktu penelitian
Pengambilan data dilakukan oleh peneliti pada bulan 1 Maret - 30
April 2020 (POA terlampir)
33

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan manusia, obyek atau benda, kejadian
atau peristiwa tertentu yang akan diteliti (Swarjana, 2015). Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe II di wilayah
kerja Puskesmas Tegalalang II sebanyak 740 jiwa ((Profil Kesehatan
Provinsi Bali, 2018).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara random
maupun non-random sekaligus dan dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan populasi (Swarjana, 2015).
a. Besar sampel
Mazhindu & Scott (dalam Swarjana,2015) menyatakan dalam
penelitian sampel yang diambil hendaknya sampel yang dapat
mewakili populasi (swarjana,2015). Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe II di
Puskesmas Tegalalang II. Pada penghitungan besar sampel peneliti
menggunakan Software Daniel Sampel Size Calculator dengan :
1) Level of confidence :95 %
2) Expected :0,5
3) Population size (N) :740
4) Precision (d) :0.05
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel
berdasarkan Daniel Sampel Size Calculator yang diteliti sebanyak
254 orang. Untuk menghindari data yang kurang maka sampel
ditambahkan 10%. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
ini sebanyak 279 orang.
b. Kriteria sampel
Menurut Swarjana (2016) penentuan kriteria sampel sangat
membantu peneliti untuk mengurangi bias penelitian. Kriteria
sampel dibagi menjadi dua bagian yaitu
34

1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target dan terjangkau yang diteliti (Swarjana,
2016). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a) Pasien yang terdiagnosis DM Tipe II > 5 tahun.
b) Pasien tinggal bersama keluarga.
c) Pasien yang menyetujui untuk menjadi responden dalam
penelitian.
d) Pasien kooperatif dan mampu membaca.
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab
(Swarjana, 2016). Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:
a) Pasien dalam keadaan hamil atau menyusui
b) Pasien yang terdapat komplikasi stroke
3. Sampling
Teknik dalam pengambilan sampel disebut sampling method
(Swarjana, 2016). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non-probability sampling. Non-probability
sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara non-random
atau tidak diacak. Sampel yang diambil adalah sampel yang mewakili
seluruh populasi dengan menggunakan consecutive sampling yaitu
metode pemilihan sampel yang mengutamakan kriteria dan tujuan
tertentu (Swarjana, 2016). Pada penelitian ini masyarakat yang datang
ke Puskesmas Tegalalang II sebanyak 279 orang yang memenuhi
kriteria inklusi akan dipilih menjadi sampel oleh peneliti.
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI


FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN DALAM
MENJALANKAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE
II DI PUSKESMAS TEGALALANG II

I. IDENTITAS RESPONDEN
No Responden :
Alamat :
Tempat, tanggal lahir :
Hari/Tanggal wawancara :

II. KARAKTERISTIK RESPONDEN


1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin : 1. Laki – laki
2. Perempuan
3. Usia : tahun
4. Pendidikan terakhir : 1. Tidak sekolah
2. Tidak lulus SD/Sederajat
3. Lulus SD/Sederajat
4. Lulus SMP/Sederajat
5. Lulus SMA/Sederajat
6. Lulus Diploma/Perguruan tinggi
5. Lama menderita DM : Tahun/Bulan
III. TINGKAT PENGETAHUAN

Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda (√) pada salah satu kolom
jawaban
Keterangan : Benar

Salah

No Pernyataan Benar Salah

10
IV. MOTIVASI DIRI
Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda (√) pada salah satu
kolom pada pilihan jawaban yang bapak/ibu angga benar (jawaban pilih salah satu).

Ya Kadang– Tidak
No. Pertanyaan kadang
11 Saya memiliki keinginan untuk sembuh dari penyakit
DM.
12 Saya selalu merasa terdorong setelah diberikan informasi
oleh tenaga kesehatan untuk mematuhi aturan diet sesuai
anjuran.
13 Saya selama ini merasa telah mematuhi anjuran diet
yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
14 Saya merasa mudah dalam menjalankan diet.
15 Saya selama ini mengurangi porsi makan sehari – hari.

16 Saya selama ini mengurangi makan – makanan yang


manis – manis (kue manis, teh manis).
17 Saya merasa terdorong setelah diberikan informasi oleh
tenaga kesehatan untuk banyak makan buah dan sayur
setiap hari.
18 Saya tidak bosan untuk melakukan diet diabetes.

19 Saya terdorong untuk banyak makan buah dan sayur


setiap hari

20 Saya terdorong untuk mengurangi konsumsi makanan


tinggi kolesterol
V. KEPERCAYAAN DIRI
Petunjuk : jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberikan tanda (√) pada salah satu
kolom pada pilihan jawaban yang bapak/ibu anggap benar (jawaban pilih salah
satu)
Ragu–
No Pertanyaan Ya Tidak
ragu
Saya yakin dapat sembuh dari penyakit diabetes
21
melitus.
Saya yakin dapat mengkonsumsi gula sesuai takaran
22
yang dianjurkan.
Saya yakin dapat menjaga kadar gula darah.
23
Saya yakin dapat mematuhi pengaturan pola makan
24
sesuai anjuran tenaga kesehatan.
Saya yakin, jika mematuhi anjuran diet dapat
25
mengontrol kadar gula darah.
Saya yakin jika tidak melakukan diet diabetes maka
26
akan terkena penyakit komplikasi diabetes ( penyakit
jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif,
stroke, nefropati)
VI. DUKUNGAN KELUARGA
Keterangan : Selalu (dilakukan setiap hari)
Sering (dilakukan setidaknya 4-6 kali dalam seminggu)

Jarang (dilakukan setidaknya 1-3 kali dalam seminggu)

Tidak Pernah (tidak pernah dilakukan)

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
27 Keluarga selalu memberikan dorongan
kepada penderita DM untuk tetap menjaga
kesehatan dirinya.
28 Jika penderita DM susah makan sesuai
anjuran, keluarga menasehatinya
29 Keluarga tidak mau membantu
memenuhi kebutuhan penderita DM dengan
penuh kesabaran
30 Keluarga membiarkan penderita DM makan
dan minum apa saja yang disukai walaupun itu
melanggar aturan makannya
31 Keluarga memberikan pujian atas usaha yang
dilakukan penderita DM untuk mentaati aturan
makan/ diet yang telah ditetapkan
32 Kelurga tidak marah ketika penderita DM
tidak mau mentaati aturan makan/diet yang
telah ditetapkan.
Keluarga tidak mengawasi pelaksanaan
33
aturan makan yang sedang dijalani oleh
penderita DM
34 Keluarga tidak pernah mengingatkan
penderita DM untuk selalu mematuhi aturan
makan yang dijalani
35 Keluarga memberitahu makanan
apa saja yang harus dihindari
36 Keluarga memberitahu makanan
apa saja yang harus dihindari
37 Keluarga memberi tahu semua informasi
tentang tujuan, manfaat dan efek dari aturan
makan/diet yang dijalani
38 Keluarga memberitahu tentang semua
informasi yang didapatkan dari dokter,
perawat atau tim kesehatan yang lain kepada
penderita DM
39 Keluarga tidak pernah mengingatkan
penderita DM tentang pentingnya menjaga
dan mengontrol pola makannya
40 Keluarga mengantar atau
mendampingi penderita DM untuk berobat ke
pelayanan kesehatan
41 Keluarga memberitahu makanan
apa saja yang harus dihindari
42 Keluarga tidak pernah meluangkan waktu
ntuk mendengarkan cerita ataupun keluhan-
keluhan yang ingin disampaikan oleh
penderita DM
43 Keluarga membelikan makanan untuk
penderita DM sesuai degan aturan makan
yang penderita DM jalani.
44 Keluarga melayani dan membantu ketika
penderita DM membutuhkan sesuatu.

VII. Kepatuhan Diet DM


Petunjuk Pengisian: Jawablah pertanyaan dibawah ini denga memberikan tanda cek
list (√) pada kolom .

Keterangan : Selalu (dilakukan setiap hari)

Sering (dilakukan setidaknya 4-6 kali dalam seminggu)

Jarang (dilakukan setidaknya 1-3 kali dalam seminggu)

Tidak Pernah (tidak pernah dilakukan)

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


pernah
45 Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan
yang dianjurkan petugas kesehatan lain.
46 Saya makan makanan sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan
47 Saya tidak makan makanan yang
mengandung banyak lemak seperti santan,
makanan cepat saji dan goreng-gorengan.
48 Saya tidak menggunakan pemanis khusus
untuk penderita diabetes.

49 Saya makan sesuai dengan jumlah kalori


yang disarankan setiap harinya.
50 Saya tidak mengkonsumsi sayur dan buah
setiap harinya
51 Saat saya menghadiri pesta saya lupa dengan
diet diabetes saya.
52 Saya ikut makan masakan keluarga walaupun
bertentangan dengan diet saya.

VIII. Tipe Diabetes Melitus


Petunjuk : pilih salah satu tipe diabetes yang diderita (√) pada salah satu pada kolom

Tipe Diabetes Melitus Ya


Diabetes Tipe 1

Diabetes Tipe 2

Tidak Mengetahui
Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada :
Yth. Calon Responden Penelitian
di Tegalalang
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I Putu Pahang Reforansa Putra
NIM : 16C11847
Pekerjaan : Mahasiswa semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan,
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali ( ITEKES BALI).
Alamat : Jalan Tukad Balian No.180 Renon, Denpasar-Bali.
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia
menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Diet pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskemas Tegalalang II”. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada
diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Tegalalang II. Saya akan tetap
menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dan
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 26 Februari 2020


Peneliti

I Putu Pahang Reforansa Putra

NIM. 16C11847
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama/ Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan
oleh I Putu Pahang Reforansa Putra mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang berjudul “Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Diet
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Tegalalang II”. Dan
saya akan mengikuti proses penelitian serta menjawab kuesioner yang
diberikan dengan sejujur-jujurnya.

Oleh karena itu saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi


responden pada penelitian ini dengan suka rela dan tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun.

Denpasar, ........................... 2020


Responden

(………...............................)
Lampiran 5

Anda mungkin juga menyukai