Anda di halaman 1dari 85

HUBUNGAN KEGIATAN OLAHRAGA DENGAN GIZI

LEBIH DAN OBESITAS PADA REMAJA

SKRIPSI

Oleh :

TRI NANDA SARI Br. SEMBIRING

160100029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN KEGIATAN OLAHRAGA DENGAN GIZI LEBIH
DAN OBESITAS PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kedokteran

Oleh :

TRI NANDA SARI Br. SEMBIRING

160100029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Latar Belakang: Praktisi kesehatan di seluruh dunia baik dinegara maju maupun negara
berkembang mengkhawatirkan makin meningkatnya jumlah anak yang mengalami gizi lebih dan
obesitas. National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2009-2010 di Amerika
menyatakan persentase gizi lebih dan obesitas berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-5 tahun
sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun sebesar 32,6% dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun.
Gizi lebih dan obesitas pada masa anak beresiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa dan
berpotensi mengalami penyakit metabolik hingga penyakit kematian. Gizi lebih dan obesitas
didefinisikan sebagai akumulasi lemak di bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh
tubuh. Salah satu penyebab gizi lebih dan obesitas adalah adanya peningkatan asupan makanan
dan penurunan pengeluaran energi. Salah satu pencegahan gizi lebih dan obesitas adalah dengan
melakukan olahraga. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan
olahraga dengan gizi lebih dan obesitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik
menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai
Tahun 2018-2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan dengan kurva CDC 2000 untuk menilai status gizi serta wawancara dan kuisioner
untuk menilai jenis kegiatan olahraga. Sampel penelitian dipilih dengan metode consecutive
sampling dari seluruh data yang memenuhi kriteria penelitian. Hasil: Dari penelitian diperoleh
siswa-siswi yang menderita gizi lebih dan obesitas melakukan olahraga tipe 1 yaitu sebanyak (57%),
tipe 2 sebanyak (27%), dan tipe 3 sebanyak (16%) dengan frekuensi <3 kali dalam seminggu (72%)
dan >/3 kali dalam seminggu (28%) dengan durasi <20 menit (48%), durasi 30-40 menit (25%),
dan durasi >40 menit (27%). Kesimpulan: Terdapat hubungan kegiatan olahraga baik jenis,
frekuensi serta durasi olahraga terhadap kejadian gizi lebih dan obesitas.

Kata Kunci: Gizi Lebih, Obesitas, Olahraga, Cross Sectional

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Background: Health practitioners throughout the world in both developed and developing countries
are concerned about the increasing number of children who are suffering from overweight and
obesity. The National Health and Nutrition Examination Survey in 2009-2010 in America states the
percentage of overweight and obesity based on age groups, children aged 2-5 years at 26.7%, ages
6-11 years at 32.6% and ages 12-19 years by 33.6%. This shows that the prevalence of overweight
and obesity is highest in adolescents aged 12-19 years. Overweight and obesity in childhood are at
high risk of becoming obese in adulthood and have the potential to develop metabolic diseases and
even death. Overweight and obesity are defined as excessive accumulation of fat under the skin and
are present throughout the body. One of the causes of overweight and obesity is an increase in food
intake and a decrease in energy expenditure. One of the prevention of overweight and obesity is by
doing sports. Objective: This study aims to determine the relationship of sports activities with
overweight and obesity. Methods: This study is an analytical research study with cross sectional,
with a sample of students from SMA Negeri 2 Binjai in 2018-2019 who met the inclusion and
exclusion criteria. Weight and height measurements were taken with a CDC 2000 curve to assess
nutritional status as well as interviews and questionnaires to assess the type of sporting activity. The
research sample was selected by consecutive sampling method from all data that met the research
criteria. Results: From the research, students who suffer from over nutrition and obesity do type 1
exercise (57%), type 2 (27%), and type 3 (16%) with frequency <3 times a week (72%) and> / 3
times a week (28%) with duration <20 minutes (48%), duration 30-40 minutes (25%), and duration
> 40 minutes (27%). Conclusion: There is a relationship between sports activities both type,
frequency and duration of exercise to the incidence of overweight and obesity.

Keywords: Overweight, Obesity, Sports, Cross Sectional

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini, sebagai salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran
program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Kegiatan Olahraga Dengan
Gizi Lebih Dan Obesitas Pada Remaja. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah
ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:

1. DR. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr Winra Pratita, M.Ked(Ped), Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
3. Dr. Malayana Rahmita Nasution, M.Ked (Clin Path), SpPK dan dr Inke
Diniyanti Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A. PhD, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun penelitian ini.
4. Dr. Meivina Ramadhani Pane, M.Ked (PD), SpPD, selaku Dosen Pembimbing
akademik yang telah membimbing selama perkuliahan berlangsung.
5. M. Yus Effendi Spd, Mpd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Binjai yang
telah memberikan bantuan bagi penulis dalam proses pengumpulan data di
lokasi penelitian. Juga kepada guru-guru SMA Negeri 2 Binjai, Pak CT, Pak
JS, Pak MR, Mam Anita dan seluruh guru-guru SMA Negeri 2 Binjai yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
6. Seluruh staff SMA Negeri 2 Binjai yang telah membantu administrasi
perizinan dalam melakukan penelitian ini.
7. Seluruh staf dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
8. Kedua orang tua yang penulis cintai dan kasihi, Ayahanda Ahron Sembiring
dan Ibunda Perkuah Ate br Gurusinga S.pd yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan kasih saying serta selalu mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Kakak penulis, Yola Allan Sembiring dan Kedua Abang penulis, Yoki
Sembiring dan Ari Sinulingga.
10. Teman sejawat penulis Kristivani Ginting, Mikha Allagan, Nichitri Agina,
Rizki Cynthia, Clarita Sonia, Ruth Jean, Rahmadani Siregar, Ayu Debora,
Ghina anniesa, Varihatul Adawiyah, Kak eta, dan Kak geby, yang telah
memberi masukan dan bantuan dalam proses pengumpulan data dan
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
11. Teman-Teman penulis (Annisa, Widya, Coki, Alya, Anggi, Putra dan Nabilah)
yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik maupun saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis.

Medan, 20 November 2019


Penulis,

Tri Nanda Sari Br Sembiring


160100029

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i


ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 4
1.4 Manfaat…………. ................................................................... 4
1.4.1 Bidang Pendidikan……………………………………… 4
1.4.2 Bidang Penyelenggara Kesehatan……………………… 4
1.4.3 Bidang Masyarakat…………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5


2.1 Gizi Lebih dan Obesitas ........................................................... 5
2.1.1 Definisi .................................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi ................................................................... 5
2.1.3 Patogenesis .................................................................... 6
2.1.4 Etiologi dan Faktor Risiko Gizi Lebih dan Obesitas ...... 7
2.1.5 Diagnosis .................................................................... 9
2.1.6 Komplikasi Gizi Lebih dan Obesitas .............................. 14
2.1.7. Penatalaksanaan. ............................................................ 15

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Olahraga ................................................................................... 17
2.2.1 Definisi ............................................................................ 17
2.2.2 Fisiologi Olahraga .......................................................... 18
2.2.3 Klasifikasi Olahraga ........................................................ 19
2.2.4 Manfaat Olahraga ..................................................................... 22
2.2.5 Program Intervensi Olahraga di Sekolah ........................ 23
2.3 Hubungan Kegiatan Olahraga dengan Gizi Lebih dan Obesitas 24
2.4 Kerangka Teori dan Konsep..................................................... 25
2.4.1 Kerangka Teori................................................................ 25
2.4. Kerangka Konsep .............................................................. 27
2.5 Hipotesis Penelitian.................................................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 28


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 28
3.2.1 Lokasi Penelitian .......................................................... 28
3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 28
3.3.1 Populasi ........................................................................ 28
3.3.2 Sampel .......................................................................... 28
3.4 Etika Penelitian ........................................................................ 30
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 30
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 31
3.5.1 Pengolahan Data........................................................... 31
3.5.2 Analisis Statistik .......................................................... 32
3.7 Definisi Operasional................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 35
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................ 35
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden ................................. 35
4.2.3 Hasil Analisa Data........................................................... 37

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.4 Hasil Analisis Statistik .................................................... 39
4.2.4.1 Hubungan Jenis Olahraga dengan Gizi Lebih dan
Obesitas .......................................................... 39
4.2.4.2 Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Gizi Lebih
dan Obesitas ................................................... 39
4.2.4.3 Hubungan Durasi Olahraga dengan Gizi Lebih dan
Obesitas .......................................................... 40
4.2 Pembahasan ........................................................................ 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 44


5.1 Kesimpulan ........................................................................ 44
5.2 Saran ........................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 46

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 50

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


2.1 Kurva Pertumbuhan CDC, 2000 (IMT/U) 12

2.2 Kurva Pertumbuhan CDC, 2000 (TB/U dan BB/U) 13

2.3 Kerangka Teori 26

2.4 Kerangka Konsep 27

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Penentuan Status Gizi Menurut Kriteria Waterlow, 11


WHO 2006, dan CDC 2000

2.2 Klasifikasi Aktivitas Olahraga Aerobik Dalam 1 21


Minggu

3.1 Definisi Operasional 33

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian 35

4.2 Kegiatan Olahraga Subjek Penelitian 36

4.3 Distribusi Jenis Olahraga Berdasarkan Status Gizi 37

4.4 Distribusi Frekuensi Olahraga Berdasarkan Status Gizi 38

4.5 Distribusi Durasi Olahraga Berdasarkan Status Gizi 38

4.6 Hubungan Jenis Olahraga dengan Gizi Lebih dan 39


Obesitas

4.7 Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Gizi Lebih dan 39


Obesitas

4.8 Hubungan Durasi Olahraga dengan Gizi Lebih dan 40


Obesitas

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN

ABA : Ambang Batas Anaerobik


AHA : American Heart Association
ATP : Adenosin Trifosfat
BB : Berat Badan
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
Db : Diabetic
Depkes : Departemen Kesehatan
IMT : Indeks Massa Tubuh
MHR : Maximal Heart Rate
NASPE : National Sport and Physical Education
NPY : Neuropeptide Y
Ob : Obesity
Osa : Obstructive Sleep Apnea
PSMF : Protein Sparing Modified Fast
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistical Product and Service Solution
TB : Tinggi Badan
TV : Televisi
U : Umur
WHO : World Health Organization
LDL : Low Density Lipoprotein

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Daftar Riwayat Hidup 50
2 Lembar Pernyataan Orisinalitas 52
3 Lembar Penjelasan Penelitian 53

4 Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Subjek 54


(Informed Consent)
5 Kuesioner 55

6 Lembar Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan 57


Penelitian Kesehatan
7 Izin Survey Awal Penelitian 58

8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di 59


SMA Negeri 2 Binjai
9 Input SPSS Untuk Uji Validitas dan Reliabilitas 60
Kuesioner
10 Output SPSS Kuesioner 62

11 Master Data Subjek Penelitian 63

12 Output SPSS Hubungan Kegiatan Olahraga dengan 66


Gizi Lebih dan Obesitas

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini praktisi kesehatan di seluruh dunia di negara maju maupun negara
berkembang, mengkhawatirkan makin meningkatnya jumlah anak yang mengalami
gizi lebih dan obesitas. Berdasarkan hasil penelitian National Health and Nutrition
Examination Survey tahun 2009-2010 di Amerika persentase gizi lebih dan obesitas
berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun
sebesar 32,6% dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
prevalensi gizi lebih dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun. Pada
tahun 2009-2010 Asia memiliki prevalensi gizi lebih sebesar 26,4% pada anak laki-
laki dan 16,8% pada anak perempuan (NOO, 2011).

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih


secara nasional pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri
dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas. Prevalensi gizi lebih pada
remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007
sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Depkes, 2013).

Sementara itu di kota-kota besar Indonesia, lebih dari 10% anak telah
mengalami obesitas dimana prevalensi obesitas anak yang dihitung berdasarkan
indeks massa tubuh dibandingkan usia (IMT/U) pada kelompok anak usia balita di
tahun 2007, 2010, dan 2013 berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan 11,9%, pada anak
usia prasekolah berusia 3-12 tahun yang diukur berdasarkan indeks massa tubuh
menurut umur lebih dari Z score dengan menggunakan baku antropometri
(Riskesdas, 2015). Angka-angka tersebut menunjukan bahwa Indonesia masih
mengalami masalah gizi, karena menurut WHO 2010, suatu Negara dikatakan tidak
lagi memiliki masalah gizi bila indikator obesitas dibawah 5% (WHO, 2010).

Salah satu penyebab gizi lebih dan obesitas adalah adanya peningkatan
asupan makanan, penurunan pengeluaran energi dan perilaku kurang gerak. Energi

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

yang dikonsumsi dalam tubuh tidak bisa digunakan secara efektif sehingga
tertimbun dalam jaringan lemak. Tubuh akan menyimpan kelebihan kalori dalam
bentuk lemak, namun kelebihan kalori yang terjadi akan terus menerus
mengakibatkan produksi lemak menumpuk sehingga tubuh mengalami gizi lebih
atau obesitas (Mustamin, 2010).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70% gizi lebih atau
obesitas dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik. Faktor
lingkungan, seperti pola makan yang berlebihan dan tingginya perilaku kurang
gerak merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap terjadinya obesitas (Yamin,
2013). Hal ini merupakan faktor penting dalam memahami bahwa gaya hidup
sedentary sampai berjam-jam setiap hari seperti menonton TV, video game, dan
komputer memiliki pengeluaran energi yang sedikit (Anderson SE, 2008).
Menurut Hendra et al. (2016:4) menyatakan bahwa faktor pola hidup,
aktifitas fisik dan lingkungan juga berperan terhadap terjadinya gizi lebih dan
obesitas, dari hasil penelitian terhadap 50 orang remaja, didapatkan bahwa 12 orang
remaja dengan persentase 24% yang mengalami gizi lebih dan obesitas berdasarkan
faktor pola hidup, aktifitas fisik dan lingkungan. Kemajuan teknologi masa kini
membuat para remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan duduk berjam-jam
memainkan smartphone, main komputer dan juga menonton TV sehingga
kurangnya melakukan aktifitas lainnya seperti bermain sepak bola atau olahraga
lainnya. Seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik, seperti olahraga dan
kegiatan-kegiatan yang membutuhkan banyak gerak tubuh merupakan hal yang
harus di waspadai terhadap terjadinya obesitas. Di samping itu perubahan berat
badan dapat di peroleh dari pendekatan aktifitas fisik dan mengatur pola makan.
Menurut Vera et al. (2012:290) mengemukakan bahwa melakukan aktifitas
fisik yang lama sangat membantu dalam mencegah terjadinya kenaikan berat badan.
Penelitian membuktikan bahwa anak gizi lebih dan obesitas memiliki tingkat
aktivitas fisik dan tingkat kesegaran jasmani yang rendah. Aktivitas fisik yang tidak
adekuat menyebabkan semakin banyak lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan,
sedangkan kesegaran jasmani yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan fisik
anak gizi lebih dan obesitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dimiliki atau


dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas
fisik. Seseorang yang secara fisik bugar dapat melakukan aktivitas fisik sehari-
harinya dengan giat, memiliki risiko rendah dalam masalah kesehatan dan dapat
menikmati olahraga serta berbagai aktivitas lainnya (Deforche et al., 2003).
Olahraga dan diet merupakan pencegahan primer dan penatalaksanaan
terhadap kelebihan berat badan (Schwingshackl et al., 2013). Olahraga dengan
intensitas sedang seperti berjalan selama 25-30 menit per hari dapat meningkatkan
kebugaran kardiorespirasi dan sensitivitas insulin. Peningkatan durasi olahraga
menjadi 35-45 menit per hari dapat mengubah berat badan. Semakin berat olahraga
yang dilakukan, semakin besar berat badan yang hilang (Fogelholm et al., 2006).
Gizi lebih dan obesitas erat kaitannya dengan perilaku kesehatan yang
muncul pada masa remaja seseorang. Obesitas pada masa anak berisiko tinggi
menjadi obesitas pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebab
penyakit dan kematian antara lain penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus dll.
(Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolisme, 2011). Pencegahan dan
penanggulangan obesitas perlu dilakukan sedini mungkin mulai dari usia muda.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan aktivitas fisik berupa olahraga.
Peningkatan kegiatan olahraga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kegiatan olahraga
dengan gizi lebih dan obesitas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


Apakah terdapat hubungan kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan obesitas pada
remaja?
1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN UMUM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan olahraga dengan gizi
lebih dan obesitas pada remaja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus pada penelitian ini untuk adalah sebagai berikut, antara lain:
1. Mengetahui jenis-jenis kegiatan olahraga pada remaja di SMA Negeri 2 Binjai.

2. Mengetahui frekuensi rutin olahraga pada remaja di SMA Negeri 2 Binjai.

3. Mengetahui durasi olahraga pada remaja di SMA Negeri 2 Binjai.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 BIDANG PENDIDIKAN

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau data
ilmiah mengenai kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan obesitas di SMA
Negeri 2 Binjai.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian.
1.4.2 BIDANG PENYELENGGARA KESEHATAN

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat sebagai


evaluasi dalam pentingnya melakukan kegiatan olahraga untuk
meningkatkan pencapaian status gizi yang baik.
1.4.3 BIDANG MASYARAKAT

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau data
ilmiah mengenai kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan obesitas untuk
mendukung kegiatan olahraga pada remaja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GIZI LEBIH DAN OBESITAS

2.1.1 DEFINISI

Obesitas ialah akumulasi jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan
terdapat di seluruh tubuh. Sering dihubungkan dengan overweight (kelebihan berat
badan), walaupun tidak selalu identik, oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri
tersendiri (Karen, 1985).
2.1.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gizi lebih pada anak usia 2-19 tahun di Amerika Serikat
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Gizi lebih pada anak laki-laki
meningkat pada tahun 2000 sebesar 14,0% menjadi 18,6% pada tahun 2010 dan
gizi lebih pada anak perempuan juga mengalami peningkatan dari 13,8% menjadi
15,0% (CDC/NCHS, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian National Health and Nutrition Examination
Survey tahun 2009-2010 di Amerika persentase gizi lebih dan obesitas berdasarkan
kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun sebesar 32,6%
dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi
lebih dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun. Pada tahun 2009-
2010 Asia memiliki prevalensi gizi lebih sebesar 26,4% pada anak laki-laki dan
16,8% pada anak perempuan (NOO, 2011).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih
secara nasional pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri
dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas. Prevalensi gizi lebih pada
remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007
sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Depkes, 2013).

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6

Sementara obesitas saat ini sudah merupakan masalah global. Prevalensinya


meningkat tidak saja di negara-negara maju tetapi juga di Negara-negara
berkembang. Perkembangan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor
dan berbagai media elektronika memberi dampak berkurangnya aktifitas fisik yang
akhirnya mengurangi keluaran energi (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik,
2011). Penderita obesitas di dunia pada tahun 2014, lebih dari 41 miliar anak usia
5 tahun dan lebih dari 340 miliar anak dan remaja umur 5-19 tahun memiliki
kelebihan berat badan atau obesitas (WHO, 2015).
Di kota-kota besar di Indonesia, lebih dari 10% anak telah mengalami
obesitas dimana prevalensi obesitas anak yang dihitung berdasarkan indeks massa
tubuh dibandingkan usia (IMT/U) pada kelompok anak usia balita di tahun 2007,
2010, dan 2013 berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan 11,9%, pada anak usia prasekolah
berusia 3-12 tahun yang diukur berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur
lebih dari Z score dengan menggunakan baku antropometri (Riskesdas, 2015).
2.1.3 PATOGENESIS

Menurut hukum termodinamik, gizi lebih atau obesitas terjadi karena


ketidak-seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi (energy
expenditures) sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan
energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah (Nutrisi Pediatrik Dan
Penyakit Metabolik, 2011).
Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan,
sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh,
aktifitas fisis dan efek thermogenesis makanan. Efek thermogenesis makanan
ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberi efek thermogenesis lebih
rendah (3% dari total energi yang dihasilkan lemak) dibandingkan dengan
karbohidrat (6-7% dari total energi yang dihasilkan karbohidrat) dan protein (25%
dari total energi yang dihasilkan protein (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik,
2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

2.1.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH DAN OBESITAS

Sebagian besar gangguan homeostasis energi ini disebabkan oleh faktor


idiopatik (nutrisional) sedangkan faktor endogen (non nutrisional, yang disebabkan
oleh kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik) hanya mencakup kurang dari
10% kasus (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
A. Faktor Idiopatik
1) Faktor Gaya Hidup

Gaya hidup seperti pola konsumsi makan yang buruk dan perilaku sedentari
dapat menyebabkan gangguan metabolik. Pola makan yang tidak teratur dan
kebiasaan makan makanan cepat saji yang kurang serat tinggi karbohidrat dan
lemak dapat menyebabkan risiko gizi lebih atau obesitas. Akibat konsumsi lemak
yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit-penyakit degeneratif (Akuba,
2015).
Seseorang yang kurang aktif juga akan cenderung mengalami penambahan
berat badan karena kalori yang didapat dari makanan dan minuman yang mereka
konsumsi tidak terbakar. Selain itu, ketergantungan masyarakat dalam penggunaan
alat transportasi seperti kendaraan mobil dan motor lebih banyak digunakan dari
pada berjalan kaki, dan jenis-jenis pekerjaan yang kurang membutuhkan perilaku
sedentari juga berpengaruh meningkatkan risiko penyakit degeneratif (NHLBI,
2012).
Oleh karena itu pentingnya gaya hidup dengan aktivitas fisik (olahraga)
sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh.
Terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh akan dapat memperlancar semua
sistem yang terdapat didalam tubuh. Khusus berfungsinya secara baik organ-organ
sistem pencernaan akan dapat memperlancar proses metabolisme sehingga
penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan
penimbunan lemak dan asam laktat yang sedikit maka akan dapat mengurangi
terjadinya gizi lebih atau obesitas (Mappaompo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2) Faktor Psikologis

Beberapa faktor psikologis dapat menyebabkan gizi lebih atau obesitas pada
beberapa orang. Seseorang sering mengalami peningkatan berat badan selama atau
setelah sesuatu situasi yang sulit dalam hidupnya, seperti kematian orang tua,
penderitaan dari penyakit-penyakit yang parah ataupun depresi mental. Sebagian
orang menganggap bahwa dengan makan akan dapat membantu untuk melepaskan
tekanan ataupun stress yang mereka hadapi (Guyton, 2014).
Faktor psikologis berupa stress juga dapat menyebabkan seseorang
memiliki kebiasaan buruk dalam mengurangi stress. Perilaku makan berlebihan
pada orang stress atau gangguan emosi biasanya hanya sebagai pelampiasan emosi
dalam mengurangi keadaan emosinya (Sherwood, 2012).
3) Faktor Genetik

Adanya teori mengemukakan bahwa faktor herediter disimpan dalam fokus


gen di kromosom, dimana gen tersebut mengandung satuan informasi genetik yang
mengatur sifat-sifat turunan. Gen yang berasosiasi dengan obesitas yaitu gen ob
(obesity) dan gen db (diabetic). Gen ob dapat memproduksi leptin yang dihasilkan
oleh sel-sel lemak yang dikeluarkan ke peredaran darah. Leptin yang berikatan
dengan reseptor di otak mempengaruhi aktivitas saraf simpatis yang mempengaruhi
nafsu makan (Ekmen et al., 2015). Sifat-sifat genetik tertentu yang diwariskan dari
orang tua kepada anak misalnya, pengambilan waktu lebih lama untuk membakar
kalori (memiliki metabolisme yang lambat) atau memiliki selera makan yang besar
sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan lebih sulit dan
menyebabkan seseorang itu menjadi overweight atau obesitas (NHS, 2012).
4) Faktor Obat-Obatan

Pemakaian obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan penambahan


berat badan seperti penggunaan obat anti diabetes (insulin, sulfonylurea,
thiazolidinepines), glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers (lithium),
antidepresan tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine mirtazapine) atau
obat-obat anti epilepsi (valproate, gabapentin, carbamazepin). Selain itu, Insulin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

secreting tumors juga dapat menimbulkan keinginan makan yang berlebihan


sehingga akan menimbulkan overweight atau obesitas (Fauci et al., 2009).
5) Faktor Neurogenik

Pada penelitian dibuktikan jika adanya lesi di nukleus ventromedial


hipotalamus dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan
menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus
seringkali dapat mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan
bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada
hipotalamus. Lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan
seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi suatu perubahan
pada neurotransmiter pada hipotalamus yaitu peningkatan oreksigenik seperti
Neuro Peptide Y (NPY) dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti
leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2014).
B. Faktor Endogen

Obesitas dikarenakan faktor endogen merupakan obesitas Hipotiroidism,


Hiperkotisolism, Hiperinsulionemia primer, Sindrom genetic,
Pseudohipoparatiroidism, Lesi hipotalamus didapat, Prader-Willi dll (Nutrisi
Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
2.1.5 DIAGNOSIS

Gizi lebih atau obesitas berarti terdapatnya timbunan lemak yang berlebih.
Dari anamnesis perlu ditanyakan saat mulai timbulnya gizi lebih atau obesitas
(prenatal, early adiposity rebound, remaja), riwayat tumbuh kembang yang
mendukung obesitas endogen, keluhan mengorok (snoring), tidak tidur nyenyak,
dan nyeri pinggul. Riwayat gaya hidup perlu digali mengenai pola makan/kebiasaan
makan serta aktivitas fisik (misal sering menonton televisi). Riwayat keluarga
dengan gizi lebih atau obesitas menjadi pertimbangan kemungkinan adanya faktor
genetik, disertai risiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda,
hiperkolesterolemia, hipertensi, dan diabetes mellitus (Batubara et al., 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Pada pemeriksaan fisik, dapat dibedakan bentuk tubuh berdasarkan


distribusi jaringan lemaknya, yaitu apple shaped body (distribusi jaringan lemak
banyak di bagian dada dan pinggang), dan pear shape body/gynecoid (distribusi
jaringan lemak banyak di bagian pinggul dan paha). Secara klinis, anak obesitas
mudah dikenali karena memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain: wajah bulat dengan
pipi tembem dan dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dan
payudara membesar, perut membuncit, dan striae abdomen (Batubara et al., 2010).
Pengukuran antropometri seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), berat
badan/tinggi badan² (kg/m²), pengukuran lingkar perut atau pinggang, dan
penaksiran lemak tubuh dengan mengukur tebal lipatan kulit pada tempat-tempat
tertentu, dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis obesitas pada anak (UKK
Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011).
Penentuan status nutrisi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut
panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik
pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan adalah Grafik WHO 2006 untuk anak
kurang dari 5 tahun dan Grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Grafik
WHO 2006 digunakan untuk usia 0 sampai 5 tahun karena mempunyai keunggulan
metodologi dibandingkan CDC 2000. Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal
dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan
optimal. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan Grafik CDC 2000
dengan pertimbangan Grafik WHO 2000 tidak memiliki grafik BB/TB (UKK
Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Tabel 2.1. Penentuan Status Gizi menurut Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000.

Status Gizi BB/TB (% median) BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000

Obesitas >120 >+3 >P95

Overweight >110 >+2 hingga +3 SD P85-P95

Normal >90 +2 SD hingga -2 SD P50-P85

Gizi kurang 70-90 <-2 SD hingga <-3 <P50


SD

Gizi buruk <70 <-3 SD

Sumber: UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, 2011

Status gizi lebih, obesitas atau overweight ditentukan berdasarkan IMT. Bila
pada hasil pengukuran BB menurut TB didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (>2
SD) atau BB/TB >110%, maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan
untuk menentukan adanya obesitas. Untuk anak <2 tahun, menggunakan Grafik
IMT WHO 2006 dengan kriteria overweight Z score >+2, obesitas >+3, sedangkan
untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan Grafik IMT CDC 2000. Ambang batas
yang digunakan untuk overweight ialah di atas P85-P95 sedangkan untuk obesitas
ialah lebih dari P95 Grafik CDC 2000 (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik,
2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Gambar 2.1 Kurva pertumbuhan CDC , 2000. (IMT/U)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Gambar 2.2 Kurva pertumbuhan CDC, 2000. (TB/U dan BB/U)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.1.6 KOMPLIKASI GIZI LEBIH DAN OBESITAS

Jika seorang anak datang dengan keluhan gizi lebih atau obesitas, maka
yang pertama kali perlu dipastikan apakah kriteria gizi lebih atau obesitas terpenuhi
secara klinis maupun antropometris. Selanjutnya perlu ditelusuri faktor risiko gizi
lebih atau obesitas serta dampak yang mungkin terjadi. Riwayat gizi lebih atau
obesitas dalam keluarga serta pola makan dan aktifitas perlu ditelusuri (Nutrisi
Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Dampak gizi lebih atau obesitas pada anak harus dievaluasi sejak dini.
Meliputi penilaian faktor risiko kardiovaskuler, sleep apnea, gangguan fungsi hati,
masalah ortopedik yang berkaitan dengan kelebihan beban, kelainan kulit, serta
gangguan psikiatri (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Faktor risiko kardiovaskuler terdiri dari riwayat anggota keluarga dengan
penyakit jantung vaskular atau kematian mendadak dini (<55 tahun), dyslipidemia
(peningkatan kadar LDL-kolesterol >160 m/dL) dan peningkatan tekanan darah,
merokok, adanya diabetes mellitus dan rendahnya aktifitas fisik. Anak gemuk yang
berkaitan dengan minimal tiga faktor dari faktor-faktor risiko tersebut, dianggap
berisiko tinggi (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya sleep apnea
atau gangguan bernapas saat tidur (Schwartz et al., 2008). Sleep apnea merupakan
timbulnya episode abnormal yang terjadi pada frekuensi napas yang berhubungan
dengan penyempitan saluran napas atas pada saat tidur, dapat berupa henti napas
(apnea) atau menurunnya ventilasi. Semakin besar nilai Indeks Masa Tubuh (IMT)
atau bertambahnya berat badan maka kemungkinan untuk mengalami Obstructive
Sleep Apnea (OSA) semakin tinggi (Sumardi et al., 2014).
Kelebihan berat badan pada anak cenderung berisiko terhadap gangguan
ortopedik, yaitu torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris
(slipped capital femoral epiphysis) terutama pada anak lelaki dan gejala tekanan
berat badan pada persendian di ekstremitas bawah (Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik, 2011).
Kegemukan juga menyebabkan kerentanan pada kulit seperti kulit lecet dan
pelipatan. Obesitas pada anak dapat menyebabkan gesekan sehingga membuat kulit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

menjadi lecet, anak merasa gerah atau panas dan disertai biang keringat serta jamur
pada lipatan kulit (Anonim, 2019).

Menurut penelitian Schacter (1964) orang yang mengalami obesitas


cenderung lebih sensitif dalam berinteraksi dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami obesitas. (Bray dan Brownell, 1985) menyebutkan bahwa orang yang
mengalami obesitas mempunyai dampak buruk pada kesehatan dan interaksi sosial
yang berlangsung selama rentang usia anak-anak hingga dewasa dimana perlakuaan
terhadap remaja obesitas seperti diejek, ditertawakan, diganggu, dipermainkan dan
sebagainya dapat berdampak buruk pada anak.
2.1.7 PENATALAKSANAAN GIZI LEBIH DAN OBESITAS

a) Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet adalah menghindari obesitas serta mempertahankan


berat badan dan pertumbuhan normal begitu juga dengan mengatur asupan
makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebih,
dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar yaitu dengan masukan
makanan dengan kandungan karbohidrat rendah ( 48% energi total ), menurunkan
masukan lemak (30% energi total), dengan lemak tak jenuh (10% energi total),
kolesterol tidak lebih dari 300 mg per hari, meningkatkan makanan tinggi serat
seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis, makanan dengan kandungan garam
cukup (5 g per hari), serta meningkatkan masukan besi, kalsium, dan fluor (Nutrisi
Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
b) Pengaturan aktifitas fisik

Cara yang dilakukan adalah melakukan latihan dan meningkatkan aktifitas


harian. Latihan fisik yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat
perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umumnya, pada umur 6-12 tahun
atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai dengan ketrampilan otot seperti
bersepeda, berenang, menari, karate, senam, sepakbola, dan basket. Aktifitas
sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan kaki atau bersepeda kesekolah,
menempati kamar tingkat agar naik dan turun tangga, mengurangi lama menonton

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

televisi atau bermain games computer dan menganjurkan bermain di luar rumah.
Dianjurkan juga melakukan aktifitas fisik sedang selama 20-30 menit setiap hari
dengan latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi
akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan
hanya diet saja (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
c) Terapi perilaku

Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,


diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi
diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap
kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control,
pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan
dukungan sosial (Soegondo, 2009).
d) Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru

Peran orangtua dalam mengobati anak telah terbukti efektif dalam


penurunan berat badan atau keberhasilan pengobatan. Orangtua menyediakan
nutrisi yang seimbang, rendah lemak dan sesuai dengan petunjuk ahli gizi. Anggota
keluarga ikut berpartisipasi dalam program diet anak dengan mendukung dan
menyemangati perubahan perilaku makan dan aktifitas anak. Dengan kata lain
mereka merupakan bagian dari keseluruhan program komprehensif tersebut. Guru
dan teman sekolah juga diharapkan ikut mendukung tata laksana gizi lebih atau
obesitas misalnya dengan memberikan pujian bila anak yang gemuk berhasil
mengikuti program diet, sebaliknya tidak mengejek anak gemuk (Nutrisi Pediatrik
Dan Penyakit Metabolik, 2011).
e) Terapi intensif

Diterapkan pada status gizi lebih anak dan remaja yang disertai penyakit
penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. Terapi intensif
terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet) farmakoterapi dan
terapi bedah (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Terapi diet berkalori sangat rendah diindikasikan jika berat badan > 140%
BB ideal (super obesitas). Protein-sparing modified fast (PSMF) adalah formula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

diet berkalori sangat rendah yang paling sering diterapkan. Selain itu dianjurkan
mengkonsumsi protein hewani 1,5-2,5 g/kg berat badan ideal, suplementasi vitamin
dan mineral serta minum lebih dari 1,5 L cairan per hari. Secara umum, diet ini
hanya boleh diterapkan selama 12 minggu dengan pengawasan dokter. Risiko
PSMF adalah terbentuknya batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi
ortostatik, halitosis dan diare (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Secara umum farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam
program manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan
penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang.
Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan
berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin
larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Soegondo, 2009).
Tindakan pembedahan merupakan pilihan terakhir untuk mengatasi
obesitas. Pembedahan dilakukan hanya kepada penderita obesitas dengan IMT ≥40
atau ≥35 kg/m2 dengan kondisi komorbid. Bedah gastrointestinal (restriksi gastrik/
banding vertical gastric) atau bypass gastric (Roux-en Y) adalah suatu intervensi
penurunan berat badan dengan risiko operasi yang rendah (Soegondo, 2009).
2.2 OLAHRAGA

2.2.1 DEFINISI

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan


kebugaran jasmani. Dalam olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal
semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain seperti sistem kardiovaskular,
sistem respirasi, sistem ekskresi, sistem saraf dan masih banyak lagi. Olahraga
mempunyai arti penting dalam memelihara kesehatan dan menyembuhkan tubuh
yang tidak sehat (Mutohir dan Maksum, 2007).
Olahraga merupakan kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud
untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot - otot tubuh. Kegiatan ini dalam
perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

menyenangkan atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi


(Ramadhani, 2008).
2.2.2 FISIOLOGI OLAHRAGA

Olahraga membutuhkan kontraksi otot yang terbentuk dari adenosin


trifosfat (ATP). Pembentukan ATP merupakan derivat dari metabolisme glukosa
secara aerobik dan anaerobik, namun jarang didapatkan dari protein. Metabolisme
aerobik yang mengkonsumsi oksigen lebih baik karena ATP diproduksi lebih
efisien dalam keadaan aerobik (Adiwinanto, 2008).
1. Perubahan Curah Jantung

Selama latihan olahraga yang saat pelaksanaannya dilakukan dengan berdiri


ada kenaikan volume sekuncup 20% - 30% karena penambahan pada volume akhir
diastolik penurunan dalam volume akhir diastolik. Pada latihan pengerahan tenaga
saat terlentang, perubahan pada volume akhir diastolik lemah atau tidak ada. Halini
menimbulkan sedikit atau tidak ada perubahan pada volume sekuncup. Pada
mulanya mekanisme akselerasi jantung yang menonjol adalah penghentian vagus,
dengan aktifitas simpatis dominan selama pengerahan tenaga yang lebih kuat
(Adiwinanto, 2008).
2. Perubahan Neurohormonal

Selama latihan olahraga berlangsung, terjadi vasodilatasi pada beberapa


bantalan vaskuler regional karena mekanisme lokal harus diimbangi dengan
vasokontriksi bantalan vaskular lain secara sentral untuk mempertahankan tekanan
perfusi yang cukup. Didapatkan respon neurohormonal yang kuat dengan
meningkatnya norepinefrin dan epinefrin sepuluh kali lipat lebih besar dalam
plasma juga kenaikan aktivitas kadar renin yang lebih kecil (Adiwinanto, 2008).
3. Konsumsi Oksigen Miokardium

Respon jantung terhadap olahraga meliputi perubahan dalam beban awal,


beban akhir, kontraktilitas dan frekuensi denyut jantung. Dengan bertambahnya
frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas, kecepatan kontraksi lebih cepat dan
waktu ejeksi sistolik menjadi lebih pendek. Segi kebutuhan dari persamaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

penyediaan kebutuhan ini digambarkan oleh konsumsi oksigen miokardium, yang


tergantung pada frekuensi denyut jantung, tipe kontraksi (tekanan sistolik dinding
total), dan kontraktilitas miokardium. Selanjutnya tekanan dinding tergantung pada
dimensi intra kavitum, ketebalan dinding dan tekanan. Karena bertambahnya
volume diastolik dan tekanan darah arteri selama latihan pengerahan tenaga, stress
dinding naik secara dramatis. Dengan demikian, semua determinan konsumsi
oksigen miokardium (tekanan dinding, frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas)
sangat naik saat pengerahan tenaga (Adiwinanto, 2008).
Konsumsi O2 (VO2) sesuai dengan pengangkutan oksigen (DO2). DO2
diproduksi oleh curah jantung dan arteri atau campuran perbedaan oksigen content
vena. Pada saat istirahat, konsumsi oksigen di sekitar 3-5 ml/lg/menit, dapat
meningkatkan sampai 30 ml/kg/menit pada anak sehat setelah melakukan olahraga
berat (Adiwinanto, 2008).
2.2.3 KLASIFIKASI OLAHRAGA

Pada dasarnya, ada dua macam ketahanan kardiorespirasi, yaitu aerobik dan
anaerobik. Ketahanan aerobik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas
jangka panjang (dalam hitungan menit sampai jam) yang bergantung pada sistem
O2 - ATP untuk memasok persediaan energi yang dibutuhkan selama aktivitas.
Aktivitas yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat membutuhkan
sistem yang dapat menyediakan ATP lebih cepat dari sistem O2 - ATP. Maka
digunakanlah sistem energi anaerobik, yaitu glikolisis parsial untuk menyediakan
energi yang dibutuhkan. Aktivitas semacam ini disebut dengan ketahanan
anaerobik (Hazell, 2010).
1) Olahraga Aerob

Latihan aerobik adalah latihan yang memerlukan oksigen untuk


pembentukan energinya yang dilakukan secara terus menerus, ritmis, dengan
melibatkan kelompok otot - otot besar terutama otot tungkai pada intensitas latihan
60 - 90% dari Maximal Heart Rate (MHR) dan 50 – 85 % dari penggunaan
maksimal oksigen selama 20 - 50 menit dengan frekuensi latihan tiga kali
perminggu (Kusmaningtyas, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Latihan olahraga aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap


ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi, sehingga
bergantung pula terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh, seperti: jantung,
paru-paru, dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen agar proses pembakaran
sumber energi dapat berjalan dengan sempurna (Chirsly et al., 2015).
Metabolisme energi pada latihan olahraga aerobik berjalan melalui
pembakaran simpanan lemak, karbohidrat, dan sebagian kecil (kurang dari lima
persen) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat didalam tubuh untuk
menghasilkan adenosine trifosfat. Proses metabolisme ketiga sumber energi ini
berjalan dengan kehadiran oksigen yang diperoleh melalui proses pernapasan
(Chirsly et al., 2015).
Olahraga aerobik dibagi dalam 3 tipe (Miller, 2006):
1) Tipe 1

Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi yang relatif stabil. Contoh:
jalan, bersepeda, dan treadmill.
2) Tipe 2
Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara bertahap. Contoh :
senam, dansa, dan renang.
3) Tipe 3
Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara mendadak,
umumnya dalam bentuk permainan. Contoh : sepak bola, basket, voli, tenis
lapangan, dan tenis meja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Tabel 2.2 Klasifikasi aktivitas olahraga aerobik dalam 1 minggu.

Tingkatan aktivitas Lama aktivitas olahraga aerobik dilakukan (dalam


olahraga 1 minggu)

Inaktif Melakukan aktivitas intensitas ringan

Rendah Kurang dari 150 menit (intensitas moderat)

Kurang dari 75 menit (intensitas berat)

Sedang 150 menit hingga 300 menit (intensitas moderat)

75 menit hingga 150 menit (intensitas berat)

Sumber: U.S. Department of Health and Social Services, 2008

Dosis latihan yang tepat harus memperhatikan frekuensi, intensitas, dan


durasi, namun dosis latihan yang tidak tepat dan dilakukan secara berlebihan dapat
menimbulkan beberapa efek. Efek-efek dari dosis yang tidak tepat dan latihan
olahraga aerobik dilakukan secara berlebihan, antara lain: penurunan berat badan
yang berlebihan, kehilangan kelebihan lemak tubuh, peningkatan denyut jantung
istirahat, penurunan kekuatan otot, peningkatan denyut jantung submaksimal, nyeri
otot kronis, kelelahan, rentan terkena infeksi, insomnia (Chirsly, 2015).
2) Olahraga Anaerob

Menurut Hendratno (2013: 2) daya tahan anaerobik adalah bentuk


ketahanan olahragawan melakukan aktivitas tanpa menggunakan oksigen, tubuh
dapat mempertahankan tingkat intensitas tertentu hanya untuk waktu singkat.
Menurut Janssen (1989) ambang batas anaerobic (ABA), adalah intensitas,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

misalnya kecepatan lari tertinggi yang dapat dipertahankan untuk suatu periode
waktu yang lama.
Menurut pendapat Djoko Pekik Irianto et al., (2007: 72) daya tahan
anaerobik dapat diartikan sebagai suplemen untuk waktu singkat bagi daya tahan
aerobik. Dalam melakukan aktivitas anaerobik, contohnya pada saat berlari,
sebelum energi aerobik bekerja secara efektif terjadi kekurangan oksigen dalam otot
terutama pada 20 sampai 30 detik pertama dari kegiatan tersebut. Sehingga daya
tahan anaerobik, memungkinkan terjadi penurunan oksigen dalam jumlah yang
sangat besar, sehingga sistem aerobik bisa bekerja lebih cepat. Pendapat lain
mengatakan bahwa daya tahan anaerobik dapat di artikan anaerobic capacity atau
kapasitas anaerobik dan dalam aplikasi cabang olahraga tertentu disebut dengan
daya tahan kecepatan (Husein Argasasmita et al., 2007: 65).
Menurut Crossfit Journal (2013: 1) Daya tahan anaerobik adalah bentuk
ketahanan ditandai dengan tidak adanya oksigen. Tanpa menggunakan oksigen,
tubuh dapat mempertahankan tingkat intensitas tertentu hanya untuk waktu singkat.
Namun, daya tahan anaerobik dapat dilatih dan ditingkatkan untuk memenuhi
tuntutan metabolik dari berbagai olahraga yang menggunakan aktivitas tinggi.
2.2.4 MANFAAT OLAHRAGA

Menurut Centre for Diseases Control and Prevention (CDC) pada tahun
2011, terdapat enam manfaat olahraga, yaitu:
1. Mengontrol berat badan.

2. Menurunkan tekanan darah.

3. Menurunkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2, serangan jantung,


stroke, dan beberapa bentuk kanker.

4. Menurunkan nyeri arthritis dan cacat akibat arthritis.

5. Menurunkan risiko terkena osteoporosis.

6. Menurunkan gejala depresi dan kecemasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, olahraga yang baik untuk


menurunkan berat badan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight
adalah olahraga aerobik, intensitas sedang dengan frekuensi ≥ 3 kali perminggu.
Lebih banyak aktivitas fisik yang dilakukan, lebih banyak kalori yang dibakar untuk
digunakan sebagai energi dalam menurunkan berat badan (CDC, 2011). Jika asupan
kalori juga dibatasi, maka gabungan antara aktivitas fisik dan penurunan jumlah
kalori yang dimakan menimbulkan suatu “calorie deficit” yang akhirnya akan
menyebabkan penurunan berat badan (CDC, 2011).
Braden et al., 1998 dalam Adiwinanto (2008) mengatakan bahwa, latihan
fisik yang berhubungan dengan posisi berat badan 30 menit, tiga kali seminggu
selama 32 minggu meningkatkan densitas mineral tulang belakang, kaki dan
densitas mineral total tubuh. Hal ini berkaitan dengan manfaat olahraga yang
diungkapkan oleh CDC (2011) tentang olahraga mencegah terjadinya osteoporosis.
2.2.5 PROGRAM INTERVENSI OLAHRAGA DI SEKOLAH

Sekolah merupakan tempat yang ideal untuk melaksanakan program yang


bertujuan meningkatkan aktivitas dan kebugaran pada anak-anak (Adiwinanto,
2008).
Komunitas masyarakat sehat 2010 merekomendasikan bahwa pendidikan
kesehatan disekolah harus dilakukan setiap hari dan memungkinkan murid untuk
melakukan aktivitas fisik sedang sampai vigorous sedikitnya 50% waktu pelajaran.
Pendidikan kesehatan adalah suatu pendidikan dan bersumber pada kesehatan,
masyarakat, memberi kesempatan pada anak-anak untuk aktif secara fisik dan
mengajarkan mereka pengetahuan dan kemampuan bergerak sehingga mendorong
mereka hidup aktif (Adiwinanto, 2008).
Dengan demikian peran sekolah menjadi sangat penting karena waktu anak-
anak sebagian besar dihabiskan di sekolah.Sekolah mempunyai peran penting
dalam upaya pencegahan maupun penanggulangan obesitas pada anak.Strategi
intervensi berbasis sekolah penting karena anak-anak mempercayai semua hal yang
diberikan sekolah sehingga keuntungan unik sekolah ini dapat dimanfaatkan agar
anak-anak berperilaku sehat. Agar guru dapat berperan sebagai agen perubahan
perilaku yang baik, maka guru perlu memiliki pengetahuan dan persepsi yang benar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

terhadap masalah obesitas pada anak.Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa


obesitas pada anak dan remaja dapat dicegah dengan program berbasis sekolah
dikombinasikan dengan promosi kebiasaan makan yang sehat dan aktivitas fisik
(Flodmark, 2006).

2.3 HUBUNGAN KEGIATAN OLAHRAGA DENGAN GIZI LEBIH


DAN OBESITAS
Aktivitas fisik (olahraga) sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya
kapasitas organ-organ faal tubuh. Kemalasan dalam melakukan aktivitas fisik atau
olahraga dan pola makan yang tidak sesuai dengan proporsi kerja tubuh merupakan
faktor utama penyebab gizi lebih dan obesitas. Kelebihan berat badan atau
kegemukan (obesitas) akan sangat memberikan peluang terganggunya berbagai
kerja organ-organ fisiologis sehingga berakibat terhadap terganggunya kesehatan
seseorang. Penimbunan lemak dan asam laktat yang berlebihan di dalam tubuh
manusia adalah penyebab utama terjadinya gizi lebih atau obesitas (Mappaompo,
2010).
Menurut penelitian Sumosardjono (1993) membuktikan, bahwa aktivitas
fisik (olahraga) sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas organ-organ
faal tubuh. Terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh akan dapat
memperlancar semua sistem yang terdapat didalam tubuh. Khusus berfungsinya
secara baik organ-organ sistem pencernaan akan dapat memperlancar proses
metabolisme sehingga penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan
dapat dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan asam laktat yang sedikit maka
akan dapat mengurangi terjadinya gizi lebih atau obesitas.
Menurut Penelitian Ratu Ayu, (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara aktivitas fisik dengan gizi lebih dan obesitas pada anak. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa responden yang tidak rutin berolahraga
memiliki risiko obesitas sebesar 1,35 kali dibandingkan dengan responden yang
rutin berolahraga. Selain itu ternyata anak yang tidak rutin berolahraga justru
cenderung memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan anak yang rutin
berolahraga. Makanan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi timbulnya gizi lebih
dan obesitas baik secara bersama maupun masing-masing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Insidensi obesitas pada anak dewasa ini semakin mengalami peningkatan.


Anak-anak yang memiliki berat tubuh yang berlebihan atau mengalami kegemukan
(obesitas) cenderung manja dan malas-malasan dalam beraktifitas jasmani dan
berolahraga (fisik). Anak yang telah mengalami gizi lebih atau obesitas dianjurkan
untuk mengatur balance energy negative dan energi yang dikeluarkan sebaiknya
melebihi asupan energi dari makanan. Melalui aktivitas jasmani yang dilakukan,
anak akan mendapatkan banyak pengalaman gerak, kebugaran jasmani, mengenal
jati diri dan lingkungannya. Selain itu melalui gerak atau aktivitas jasmani juga
dapat memberikan manfaat lain, yaitu mencegah kegemukan. Bermain atau
beraktivitas jasmani selain untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, beraktivitas
jasmani juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan kelebihan energi
dan membakar timbunan lemak dalam tubuh (Fathan, 2011).
Menurut penelitian Adiwinanto (2008) menunjukan pada penelitian ini
rerata IMT pada subyek turun secara bermakna (p= 0,02) setelah dilakukan
intervensi. Pada subyek laki-laki, didapatkan rerata IMT yang turun secara
bermakna (p= 0,022), sedangkan pada subyek perempuan, terjadi penurunan IMT
yang tidak bermakna secara statistik (p= 0,38). Perubahan IMT pada subyek
perempuan tidak dapat dianalisis dengan baik karena keterbatasan jumlah subyek.
Penurunan berat badan pada subyek diduga disebabkan karena berkurangnya
persentase massa lemak tubuh dengan jumlah yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan
meta analisis terhadap 135 penelitian dengan olahraga sebagai metode untuk
penatalaksanaan obesitas. Didapatkan penurunan persen lemak tubuh yang dipantau
1 tahun paska program olahraga, dengan faktor yang diperkirakan sebagai prediktor
utama adalah lama durasi (menit) olahraga, angka waktu program olahraga, dan
kombinasi jenis olahraga.
2.4. KERANGKA TEORI DAN KONSEP

2.4.1 KERANGKA TEORI

Kerangka teori menggambarkan seluruh tinjauan pustaka dalam bentuk

skema sehingga seluruh landasan penelitian dapat tergambar dengan jelas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka teori penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

GIZI LEBIH DAN


OBESITAS

FAKTOR IDIOPATIK FAKTOR ENDOGEN

PSIKOLOGIS

GENETIK POLA MAKAN

PERILAKU KURANG
GAYA HIDUP
GERAK

AKTIVITAS FISIK
OBAT-OBATAN (OLAHRAGA)

NEUROGENIK Jalan, bersepeda,


treadmill, senam, dansa,
renang, sepak bola,
basket, voli, tenis
lapangan dan tenis meja
dll

Dinilai dari :
-Jenis Olahraga
-Frekuensi Olahraga
-Durasi Olahraga

Gambar 2.3 Kerangka Teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.4.2 KERANGKA KONSEP


Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep penelitian ini
adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

KEGIATAN OLAHRAGA
-Jenis Olahraga
-Frekuensi Olahraga GIZI LEBIH DAN
-Durasi Olahraga OBESITAS

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.5 HIPOTESIS PENELITIAN

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: tidak ada hubungan antara kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan

obesitas pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai.

Ho: ada hubungan antara kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan

obesitas pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-
sectional. Pada penelitian cross-sectional, observasi dan pengukuran variabel
dilakukan hanya pada satu saat tertentu.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Binjai. Penelitian lokasi


ini didasari pertimbangan bahwa masih banyaknya populasi gizi lebih dan
obesitas yang ingin diteliti yang terdiri dari pada golongan remaja.
3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bulan Juli s/d Oktober 2019


3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian


ini terdiri dari siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai yang berumur 15-18 tahun
yang mengalami status gizi baik dan status gizi lebih atau obesitas.
3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.


Untuk populasi lebih kecil dari 10.000, besar sampel minimal pada penelitian
ini akan ditentukan berdasarkan rumus Slovin yaitu:

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

𝑛= 𝑁
1+𝑁 (e)2
𝑛= 1145
1+ 1145 (0,1)2
𝑛= 91,96
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
N = jumlah populasi
e = tingkat ketepatan, pada penelitian ini dipakai e = 0,1
Dengan diketahuinya jumlah populasi, didapatkan jumlah sampel minimal
sebanyak 92 orang (pembulatan dari 90,9). Maka jumlah populasi yang
digunakan adalah 120 orang.
Keterangan:
Sebelum dilakukan penelitian, sampel harus memiliki kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:
a) Bersedia menjawab kuesioner yang diberikan.
b) Bersedia diukur berat badan dan tinggi badan.
c) Siswa dengan status gizi baik, gizi lebih dan obesitas.
2. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:
a) Siswa dengan keadaan dimana berat badan dan tinggi badan tidak bisa
dinilai untuk menentukan status gizi (edema, organomegali, fraktur dan
kontraktur pada kaki).
b) Siswa dengan status gizi kurang atau buruk.
c) Siswa dengan profesi sebagai atlet/ olahragawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3.4 ETIKA PENELITIAN


1. Izin disetujui oleh Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara No 58 /TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2019.
2. Penjelasan mengenai penelitian akan diberikan oleh anggota tim
penelitian kepada setiap individu, dan lembar penjelasan (lampiran 3)
akan diberikan sebagai pertinggal kepada individu yang berpartisipasi.
3. Setiap individu akan ditanyakan persetujuannya untuk ikut ke dalam
penelitian sebelum ikut kedalam penelitian dan untuk menandatangani
lembar persetujuan (lampiran 4).
4. Kepentingan anak diutamakan.
3.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional di mana data diambil


dengan mengisi kuesioner (lampiran 5), mengukur berat badan menggunakan
timbangan berat badan, tinggi badan menggunakan meteran tinggi badan dan
meminta persetujuan subjek dengan memberikan lembar informed consent pada
siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai.

Adapun langkah-langkah mengukur berat badan adalah sebagai


berikut:
1. Pastikan timbangan menunjukan angka nol ( 0 ).
2. Beritahukan subjek untuk melepaskan alas kaki dan pakaian luar (jaket,
jas dan topi) dan mengosongkan isi kantong (telepon genggam dan
dompet).
3. Subjek berdiri di timbangan, membelakangi alat dan berdiri dalam
keadaan diam dan tegak lurus dengan kedua lengan di samping badan
dan mata menghadap ke depan.
4. Baca nilai dari berat badan pada 0,1 kilogram terdekat.
5. Subjek diminta turun dari timbangan dan melakukan pengukuran yang
kedua kali dengan cara yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Selanjutnya, langkah-langkah untuk mengukur tinggi badan adalah


sebagai berikut:
1. Beritahukan subjek untuk melepaskan sepatu, topi dan ornamen rambut
(sanggul dan kepang).
2. Subjek berdiri di tempat pijakan kaki dengan punggung menempel pada
alat pengukur.
3. Pastikan kaki menyentuh satu sama lain dan lurus. Lengan diletakkan
di samping tubuh dan bahu dilemaskan.
4. Pastikan tumit, pantat, punggung bagian atas dan kepala menyentuh
dinding.
5. Pastikan tubuh subjek pada garis lurus dan pandangan menghadap ke
depan.
6. Turunkan penanda tinggi badan hingga mencapai puncak kepala dan
pengukuran dibaca dengan 0,1 cm terdekat dan catat hasilnya.
7. Pindahkan penanda tinggi badan dan memeriksa postur tubuh dan
mengulangi pemeriksaan.
8. Pengukuran diterima apabila memliki perbedaan kurang dari 1 cm.
9. Catat hasil yang dibaca.

Serta menentukan status gizi pada anak remaja dengan menggunakan kurva
CDC adalah sebagai berikut:
1. Menentukan status gizi dengan menilai berat badan berdasarkan umur
dan tinggi badan berdasarkan umur menggunakan kurva CDC 2000.
2. Dan untuk menentukan status gizi lebih dan obesitas dengan
menggunakan kurva imt berdasarkan umur CDC 2000.
3.6 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai


berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

1. Editing

Adalah untuk memastikan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau
belum, serta dapat dibaca dengan relevan atau tidak.
2. Coding
Setelah data diedit langkah berikutnya adalah mengkoding data, yaitu
memberi kode terhadap setiap data yang diambil. Tujuannya untuk
memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran data
yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat
analisis data dan proses entry dengan bantuan perangkat lunak komputer.
3. Entry Data
Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah dikoding ke dalam
komputer dengan menggunakan program SPSS (statistical product and
service solution) 21.
4. Cleaning Data
Cleaning data bertujuan untuk membersihkan data dari kemungkinan
data yang tidak memenuhi syarat atau missing.
3.6.2 Analisis Statistik

Analisis statistik adalah kegiatan pengolahan data terkumpul yang


selanjutnya akan disajikan dalam bentuk laporan. Analisis pada penelitian
ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat
digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi kegiatan olahraga yaitu
tipe olahraga, frekuensi olahraga serta durasi olahraga. Analisis bivariat
untuk mengetahui hubungan kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan
obesitas menggunakan uji chi square. Analisis statistik akan diproses
menggunakan aplikasi statistik SPSS 21.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

3.7 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi Alat Hasil Skala


Variable Ukur Ukur Ukur
1 Gizi lebih Suatu kelainan Timbangan Normal: Ordinal
dan atau penyakit berat badan, IMT
obesitas yang ditandai meteran P50-P85
dengan tinggi badan Gizi lebih:
penimbunan dan kurva IMT
jaringan lemak CDC 2000. P85-P95
tubuh secara Obesitas:
berlebihan dan IMT > P95
dihitung dengan
perhitungan
indeks massa
tubuh (kg/m2),
menurut umur
dan jenis kelamin
anak.

2 Jenis Bentuk olahraga Kuesioner Tipe1: Nominal


olahraga Jalan,
aerob bersepeda,
treadmill
dll.
Tipe 2:
Senam,
dansa,
renang dll.
Tipe 3:
Sepak
bola,
basket,
voli, tenis
lapangan,
tenis meja
dll.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3 Frekuensi Jumlah atau Kuesioner Rutin: Ordinal


olahraga intensitas >/3 hari
olahraga yang dalam
dilakukan dalam seminggu
waktu tertentu Jarang:
<3 hari
dalam
seminggu

4 Durasi Lamanya Kuesioner Rendah: Ordinal


olahraga seseorang <20 menit
melakukan per sesi
olahraga dalam Sedang:
satu waktu 20-40
Tertentu menit
per sesi
Tinggi:
>40 menit
per sesi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

4.1 HASIL

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Binjai


(SMAN 2 Binjai). SMAN 2 Binjai berlokasi di Jl Padang No 08 Binjai, Sumatera
Utara. Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2019.
4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, XII SMAN 2 Binjai
yang berjumlah 120 orang, terdiri dari 60 orang gizi baik dan 60 orang gizi lebih
dan obesitas. Subjek penelitian yang diambil merupakan subjek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya.
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian (n = 120)
Karakteristik Kategori Jumlah (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 54 (45)
Perempuan 66 (55)
Total 120 (100)
Umur (tahun) 14 3 (2,5)
15 27 (12,5)
16 57 (47,5)
17 32 (26,7)
18 1 (0,8)
Total 120 (100)
Kelas X 10 (8,3)
XI 62 (51,7)
XII 48 (40)
Total 120 (100)
Status Gizi Gizi Baik 60 (50)
Gizi Lebih dan Obesitas 60 (50)
Total 120 (100)

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 120 subjek yang menjadi sampel
penelitian, mayoritas berusia 16 tahun dengan persentase 47,5 %, berjenis kelamin
perempuan (55%), duduk dikelas XI dengan persentase 51,7% dan jumlah subjek
status gizi baik memiliki persentase yang sama dengan jumlah subjek gizi lebih dan
obesitas yakni berjumlah 60 orang dengan persentase 50%.

Tabel 4.2 Kegiatan olahraga subjek penelitian


Kegiatan Olahraga Jumlah (%)
Jenis
Tipe 1 53 (44)
Tipe 2 30 (25)
Tipe 3 37 (31)
Total 120 (100)
Frekuensi
< 3 hari 67 (56)
>/ 3 hari 53 (44)
Total 120 (100)
Durasi
< 20 menit 42 (35)
20-40 menit 37 (31)
> 40 menit 41 (34)
Total 120 (100)
Tabel 4.2 menunjukkan lebih dari sepertiga, subjek melakukan olahraga tipe
1 (44%) yaitu jalan, jalan santai, treadmill, bersepeda, bowling, golf, panahan,
biliar, dan yoga, lebih dari setengahnya berolahraga dengan frekuensi satu atau dua
kali seminggu (56%), dan membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk
berolahraga (35%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

4.1.3 Hasil Analisis Data

Adapun distribusi jenis olahraga berdasarkan status gizi diperlihatkan pada


tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi jenis olahraga berdasarkan status gizi


Jenis Olahraga Status Gizi

Gizi Baik Gizi Lebih dan


Obesitas
Jumlah (%) Jumlah (%)

Tipe 1 19 (32) 34 (57)

Tipe 2 14 (23) 16 (27)

Tipe 3 27 (45) 10 (16)

Jumlah 60 (100) 60 (100)

Tabel 4.3 menunjukkan dari 60 orang subjek dengan status gizi baik, 32%
melakukan olahraga tipe 1 yaitu jalan, jalan santai, treadmill, bersepeda, bowling,
golf, panahan, biliar, dan yoga, 23% melakukan olahraga tipe 2 yaitu senam, dansa,
renang, karate, lari, bulutangkis, dan 45% melakukan olahraga tipe 3 yaitu
sepakbola, basket, voli, tenis lapangan, tenis meja, futsal, sepaktakraw, bola tangan,
bisbol, softbol, hoki, dan tinju, dan 60 orang subjek lainnya yang memiliki status
gizi lebih dan obesitas, 57% melakukan olahraga tipe 1, 27% melakukan olahraga
tipe 2, dan 16% melakukan olahraga tipe 3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi olahraga berdasarkan status gizi


Status Gizi
Frekuensi Olahraga
Gizi Baik Gizi Lebih dan
Obesitas
Jumlah (%) Jumlah (%)

<3 24 (40) 43 (72)

>/ 3 36 (60) 17 (28)

Jumlah 60 (100) 60 (100)

Tabel 4.4 memperlihatkan frekuensi olahraga subjek dengan status gizi


baik, 40% melakukan olahraga <3 kali dalam seminggu, 60% melakukan olahraga
>/3 kali dalam seminggu sedangkan subjek dengan status gizi lebih dan obesitas,
72% melakukan olahraga < 3 kali dalam seminggu, 28% melakukan >/3 dalam
seminggu.

Tabel 4.5 Distribusi durasi olahraga berdasarkan status gizi


Status Gizi
Durasi Olahraga
Gizi Baik Gizi Lebih dan
Obesitas
Jumlah (%) Jumlah (%)

<20 13 (22) 29 (48)

20-40 22 (37) 15 (25)

>40 25 (41) 16 (27)

Jumlah 60 (100) 60 (100)

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan 60 orang subjek dengan status gizi baik,
22% melakukan olahraga dengan durasi < 20 menit, 37% dengan durasi 20-40
menit dan 41% dengan durasi >40 menit sedangkan 60 orang subjek lainnya yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

memiliki status gizi lebih dan obesitas, 48% melakukan olahraga dengan durasi <20
menit, 25% dengan durasi 20-40 menit dan 27% dengan durasi >40 menit.
4.1.4 Hasil Analisis Statistik

4.1.4.1 Hubungan Jenis Olahraga dengan Gizi Lebih dan Obesitas

Tabel 4.6 Hubungan jenis olahraga dengan gizi lebih dan obesitas
Status Gizi
Jenis Olahraga P value
Gizi Baik Gizi Lebih dan
Obesitas
Tipe 1 19 (35,8%) 34 (64,2%)
0,002a
Tipe 2 14 (46,7%) 16 (53,3%)

Tipe 3 27 (73%) 10 (27%)

a
Chi square
Dari hasil analisis dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
didapatkan nilai p = 0,002. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan jenis olahraga
dengan gizi lebih dan obesitas dikarenakan Nilai p < 0,05.
4.1.4.2 Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Gizi Lebih dan

Obesitas

Tabel 4.7 Hubungan frekuensi olahraga dengan gizi lebih dan obesitas
Status Gizi
Frekuensi P value
Olahraga Gizi Baik Gizi Lebih dan
(minggu) Obesitas

<3 24 (35,8) 43 (64,2) 0,001a


>/3 36 (67.9) 17 (32,1)
a
Chi square

Dari hasil analisis dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%,
didapati nilai p = 0,001. Ini menunjukan terdapat hubungan frekuensi olahraga
dengan pada kedua kelompok status gizi tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

4.1.4.3 Hubungan Durasi Olahraga dengan Gizi Lebih dan Obesitas

Tabel 4.8 Hubungan durasi olahraga dengan gizi lebih dan obesitas
Status Gizi
Durasi P value
Olahraga Gizi Baik Gizi Lebih dan
Obesitas
< 20 menit 13 (31%) 29 (69%)
0,009a
20-40 menit 22 (59,5%) 15 (40,5%)

> 40 menit 25 (61%) 16 (39%)

a
Chi square
Dari hasil analisis dengan uji chi-square didapati nilai p = 0,009 dengan
tingkat kepercayaan 95 %. Ini menunjukkan adanya hubungan durasi olahraga
dengan gizi lebih dan obesitas.

4.2 PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi ke arah serba digital saat ini semakin pesat. Pada
saat ini, manusia secara umum memiliki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan
dari perangkat yang serba elektronik dan cenderung mengarah pada gaya hidup
masyarakat yang minim melakukan aktivitas atau malas untuk bergerak (Fauziah,
2019). Kondisi ini disebut dengan sedentary lifestyle, selain itu mendunianya
makanan cepat saji gaya Barat merubah pola makan dimana hidup menjadi lebih
santai serta kemudahan mengakses makanan berkalori tinggi (Sjarif, 2011).
Tidak hanya pada orang dewasa, efek ini juga sudah terjadi di kalangan
anak-anak dan remaja yang akhirnya berdampak pada kurangnya pengeluaran
energi. Kegemukan tidak hanya disebabkan oleh kebanyakan makan karbohidrat,
lemak, maupun protein tetapi juga karena kurangnya olahraga, dengan olahraga
seseorang dapat meningkatkan kesehatan secara jasmani maupun rohani. Selain itu
olahraga atau aktivitas jasmani dapat digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan
kelebihan energi dan membakar timbunan lemak dalam tubuh (Nurcahyo, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek yang paling banyak menderita gizi
lebih dan obesitas berada di usia 16 tahun yaitu sebanyak 34 orang atau 56,7 %. Hal
ini sebanding dengan data Riskesdas tahun 2013 yang menunjukkan bahwa,
prevalensi gizi lebih secara nasional pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia
sebesar 10,8%, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas.
Prevalensi gizi lebih pada remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Riskesdas,
2013).
Peneliti juga mendapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin
perempuan cenderung lebih banyak (35 orang atau 58,3 %) yang menderita gizi
lebih dan obesitas daripada responden berjenis kelamin laki-laki ( 25 orang atau
41,7 %). Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Wulan
(2014), dimana prevalensi obesitas pada anak perempuan lebih besar daripada anak
laki-laki dimana terdapat 9,5% anak perempuan yang mengalami obesitas dan
2,91% lainnya adalah laki-laki.
Tabel 4.3 menunjukkan subjek dengan berat status gizi baik (45%) lebih
banyak memilih olahraga tipe 3 sedangkan subjek dengan status gizi lebih dan
obesitas lebih banyak melakukan olahraga tipe 1 (57%) dibandingkan dengan tipe
2 ( 27%) dan tipe 3 (16%). Hasil penelitian tersebut menunjukan anak dengan status
gizi lebih dan obesitas cenderung memilih olahraga tipe 1 yaitu olahraga dengan
naik turunnya denyut nadi yang relatif stabil yang hanya memerlukan pengeluaran
energi yang sedikit. Analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan
adanya hubungan antara jenis olahraga dengan gizi lebih dan obesitas dengan nilai
p= 0,002.
Menurut penelitian Adiwinanto (2008) yang melakukan intervensi
konseling diet National Cholesterol Education Program (NCEP) step II dan
olahraga intensitas sedang sampai vigorous seperti lari 20 menit ditambah
bulutangkis, senam, lempar tangkap bola, lari ABC dengan frekuensi 3 kali
seminggu dan durasi 40 menit/sesi selama 12 minggu pada remaja usia 12-14 tahun
dapat menurunkan berat badan sebesar 2,5 kg.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

(Andini dan Indra, 2016) sependapat dengan hal ini, mereka menyatakan
pelatihan fisik secara aerobik menggunakan lemak sebagai sumber energi dan
pelatihan aerobik merupakan metode ideal untuk mengurangi massa jaringan lemak
dan menurunkan berat badan, berdasarkan beberapa hal tersebut dapat disimpulkan
melakukan senam aerobik selama 60 menit dalam 3 kali seminggu selama 8 minggu
dapat menurunkan 2,05 kg berat badan.
Tabel 4.4 menunjukan bahwa di antara seluruh siswa-siswi yang obesitas
yang menjadi subjek ternyata kebanyakan dari mereka (43%) hanya berolahraga
dalam satu atau dua hari perminggunya dikarenakan, subjek hanya mengandalkan
olahraga yang dijadwalkan oleh sekolah sedangkan subjek dengan status gizi baik
yang melakukan olahraga lebih dari 3 hari perminggunya (60%) dimana subjek
tersebut tidak hanya berolahraga di sekolah tetapi juga memiliki kegiatan olahraga
diluar sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler ataupun kegiatan jasmani lainnya.
Analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan
antara frekuensi olahraga dengan gizi lebih dan obesitas dengan nilai p= 0,001.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti
(2011) pada siswa SMA yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara frekuensi olahraga dengan kesegaran jasmani dimana didapatkan
hasil bahwa anak dengan gizi normal melakukan frekuensi olahraga setidaknya 3-
4 kali dalam seminggu berbeda dengan status gizi lebih atau obesitas yang hanya
melakukan < 3 kali seminggu , rendahnya frekuensi olahraga ini kemungkinan
disebabkan karena jenis olahraga yang kurang menarik atau berhubungan dengan
interaksi sosial subjek (Susanti, 2011).
Didukung dengan penelitian Pratiwi (2015) yang menyatakan bahwa
frekuensi latihan selam 3 kali seminggu dengan zona latihan 70-79 % dari DNM
dan durasi > 30 menit sudah dapat berpengaruh terhadap penurunan berat badan.
Pada tabel 4.5, peneliti juga menemukan durasi terpanjang yang banyak
dilakukan subjek dengan status gizi lebih dan obesitas adalah <20 menit setiap sesi
(48%) sedangkan subjek yang paling banyak melakukan olahraga dengan durasi
>40 menit mempunyai status gizi baik. Hasil analisis menggunakan uji chi-square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

menunjukkan terdapat hubungan antara durasi olahraga dengan status gizi


seseorang dengan nilai p= 0,009.
Sejalan dengan penelitian Adiwinanto (2008), yang menunjukan olahraga
dengan durasi 40 menit/ sesi selama 12 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu
dapat meningkatkan kesegaran kardiorespirasi remaja obesitas dan menurunkan
IMT remaja obesitas. Aktivitas fisik seperti olahraga diketahui berperan penting
untuk mencegah obesitas dan memegang peranan terhadap distribusi lemak untuk
menurunkan presentasi lemak tubuh yang selanjutnya dapat mengurangi resiko
menderita obesitas dan penyakit kardiovaskuler.
Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dibuat Center for Disease Control
and Prevention Amerika Serikat yang menganjurkan anak dan remaja harus
melakukan latihan fisik setiap hari selama 60 menit atau lebih, yang terdiri dari
aktivitas aerobik, penguatan otot, dan penguatan tulang, seperti senam atau push
up, intensitas olahraga dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu.
Aktivitas aerobik merupakan latihan fisik yang dapat dilakukan setiap hari selama
60 menit atau lebih. Aktivitas penguatan otot, seperti senam atau push up, dilakukan
paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai bagian dari total latihan fisik
selama 60 menit atau lebih. Aktivitas penguatan tulang, seperti lompat tali atau
berlari, dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai bagian dari
total latihan fisik selama 60 menit atau lebih (CDC, 2011; US Departement and
Human Service, 2008; IDAI, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
kegiatan olahraga dengan kejadian gizi lebih dan obesitas. Olahraga mempunyai
pengaruh penting terhadap penggunaan energi pada anak overweight atau obesitas
yaitu dapat menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme.
Kegiatan olahraga berupa aerobik yang berguna dalam penurunan berat badan harus
memenuhi dosis latihan yang tepat dengan memperhatikan intensitas, frekuensi,
dan durasi olahraga. (Chrisly, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan kegiatan olahraga dengan kejadian gizi lebih dan


obesitas yakni:
a) Ada hubungan jenis olahraga dengan kejadian gizi lebih dan obesitas.
b) Ada hubungan frekuensi olahraga dengan kejadian gizi lebih dan
obesitas.
c) Ada hubungan durasi olahraga dengan kejadian gizi lebih dan obesitas.
2. Jenis olahraga yang dilakukan siswa-siswi SMAN 2 Binjai yang menderita
gizi lebih dan obesitas adalah tipe 1 yaitu jalan, jalan santai, treadmill,
bersepeda, bowling, golf, panahan, biliar, yoga dengan persentase 57%.
3. Frekuensi olahraga siswa-siswi SMAN 2 Binjai yang menderita gizi lebih
dan obesitas sebagian besar < 3 kali seminggu dengan persentase 72%.
4. Durasi olahraga siswa-siswi SMAN 2 Binjai yang menderita gizi lebih dan
obesitas adalah < 20 menit per sesi dengan persentase 48%.

5.2 SARAN

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran
tersebut yaitu:
1. Seluruh siswa SMAN 2 Binjai disarankan berolahraga aerobik dengan
meningkatkan frekuensi berolahraga dalam seminggu dan durasinya pun
harus ditingkatkan.

2. Penderita status gizi lebih dan obesitas disarankan berolahraga dengan dosis
yang tepat yaitu memperhatikan jenis, frekuensi serta durasi olahraga dan
menghindari gaya hidup sedentary.

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45

3. Motivasi berolahraga dapat ditingkatkan dengan adanya kegiatan


ekstrakulikuler mingguan didalam sekolah yang berbasis olahraga seperti
futsal, berenang dan lain-lain.

4. Perlu memberikan perhatian sedini mungkin terhadap anak dengan status


gizi lebih dan obesitas terutama perempuan dan tidak terkecuali juga pada
laki-laki.

5. Adanya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas


Pendidikan Kota Medan untuk melakukan penyuluhan dan pencegahan di
sekolah-sekolah mengenai status gizi lebih dan obesitas pada remaja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adiwinanto, W. 2008. Pengaruh Intervensi Olahraga di Sekolah Terhadap Indeks


Massa Tubuh dan Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Pada Remaja Obesitas.
Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
eprints.undip.ac.id/17622/1/Wahyu_Adiwinanto.pdf . 08 Mei 2019

Adiwinanto, W, Soetadji, A dan Mexitalia, M. 2007. Pengaruh olahraga terhadap


indeks massa tubuh dan tingkat kesegaran jasmani pada remaja obesitas.
Tesis.Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Akuba SY. 2015. Pola Konsumsi Lemak dan Kadar Profil Lipid pada Mahasiswa
Obesitas Angkatan 2014 di Universitas Hasanuddin. Disertai. Makassar.
Universitas Hasanuddin.

Anderson SE, Economos CD dan Must A. 2008. Active play and screen time in US
children aged 4 to 11 years in relation to sociodemographic and weight status
characteristics: a nationally representative cross-sectional analysis. BMC
Public Health 8:366-78.

Andini, A dan Indra, EN. 2016, ‘Perbedaan Pengaruh Frekuensi Latihan Senam
Aerobik Terhadap Penurunan Persentase Lemak Tubuh dan Berat Badan pada
Members Wanita’, MEDIKORA, vol VX, no 1.pp 39-51.

Bray, GA. 1985. Complications of obesity. Ann Intern Med 103(6 ): 1052–1062.

CDC. 2011. Healthy Weight - it's not a diet, it's a lifestyle.


http://www.cdc.gov/healthyweight/physical_activity/index.html. 08 Mei 2019

CDC. 2011. Physical activity for everyone.

Chrisly, M, Djon W dan Shane H. 2015. MANFAAT LATIHAN OLAHRAGA


AEROBIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK MANUSIA. Jurnal e-
Biomedik (eBm) 3(1).

CL, Ogden, MD, Caroll, BK, Kit dan KM Flegal. 2012. Prevalence of Obesity in
the United States. NCHS Data Briefs (82).

Crossfit Journal. http://www.livestrong.com/article/438604-what-is


anaerobicendurance. 08 Mei 2019.

Deforche B, dkk. 2003. Changes in fat mass, fat free mass and aerobic fitness in
severely obesitas children and adolescents following arab residential
treatment programme. Eur J Pediatri. 2003; 162: 612-22.

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47

Djoko, P et al. 2004. Bugar dan Sehat dengan Olahraga. Yogyakarta: CV Andi
Offset.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Fauci dan Longo. 2009. Harrison’s Principle Of Internal Medicine. Edisi Ke


17.USA: TheMcGraw-Hill Companies Inc.

Fauziah.https://www.kompasiana.com/kholifahfzh/5d4447e2097f364b3a150e83/
peran-pemuda-dalam-penyebaran-informasi-ekolabel-melalui-media-
digital?page=all.

Flodmark, CE, Marcus, C dan Britton M. 2006. Intervention to Prevent Obesity in


Children and Adolescent. A Systematic Review Journal of Obesity 30: 579-
89.

Fogelholm, M, Stallknecht, B dan Baak, M. 2006. ECSS Position Statement:


Exercise and Obesity. European Journal of Sport Science6 (1): 15-24.

Guyton A Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC.

Hendra, Christine, Aaltje, E, Manampiring, dan Fona, B. 2016, Faktor-faktor


Risiko Terhadap Obesitas pada Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik
(eBm) 4 (1).

Hendratno. http://hendratno-fikuny.blogspot.com/2008/11/pengertian-aerob-
dananaerob- beserta.html. Mei 2019.

Husein Argasasmit, dkk. 2007, Teori Kepelatihan Dasar, Jakarta: Kementrian


Negara Pemuda dan Olahraga.

IDAI. 2014. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan
Remaja. Rekomendasai Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Karen J. Marcdante, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Esensial, Edisi ke-6. IDAI

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Kusumaningtyas, DN. 2011. Pengaruh Latihan Aerobik Intensitas Ringan dan


Sedang terhadap Penurunan Presentase Lemak Badan. Surakarta:
Universitas Muhammadyah.

Mappaompo, MA. 2010. Obesitas dan Olahraga, Jurusan Pendidikan Olahraga.


Jurnal ILARA. FIK Universitas Negeri Makassar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Mustamin. 2010. Asupan Energi dan Perilaku Sedentari dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Ibu Rumah Tangga Dikelurahan Ujung Pandang Baru
Kecamatan Tallo kota Makassar. Media Gizi Pangan. X(2), Juli- desember
2010.

Mutohir dan Maksum. 2007, Sport Development Index (Konsep, Metodologi dan
Aplikasi) Alternatif Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan Bidang
Keolahragaan. Penerbit PT. Index. Jakarta.

National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). 2012. What Cause Overweight
and Obesity. http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/ms. 08 Mei
2019

National Health Service. 2012. Coronary Heart Disease: Diagnosis.


http://www.nhs.uk/Conditions/coronary
heartdisease/Pages/diagnosis.asx. 08 Mei 2019

National Obesity Observatory (NOO). 2011. Obesity and Ethnicity, NOO


Publication. P. 3-36

Pratiwi, A. 2015. Pengaruh Senam Aerobik terhadap Penurunan Berat Badan pada
Peserta Sanggar Senam “ONO AEROBIC” di Salatiga. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ramadhani, S. 2008, The Art of Positive Communicating. Cetakan 1. Yogyakarta:


Bookmarks.

Ratu, A. 2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 tahun di Indonesia. Makara
Kesehatan 15 (1) : 37-43.

RISKESDAS. 2015. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) Nasional.


Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Schwingshackl, L, Dias, S, Strasser, B dan Hoffmann, G. 2013. Impact of


Different Training Modalities on Anthropometric and Metabolic
Characteristics in Overweight/Obese Subjects: A Systematic Reiew and
Network Meta-Analysis. PLoS ONE 8(12): e82853.

Schachter S 1964, The interaction of cognitive and physiological determinants of


emotional state. Dalam : Berkowitz L, penyunting. Advances in
experimental social psychology. New York: Academic Press. h. 49–79

Sjarif, RD, et al. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Edisi
Pertama. Jakarta: IDAI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Soegondo, S. 2009, Sindroma Metabolik. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiasti, S., editors.

Sumardi, Hisjam B S, Budiono E. 2014, Sleep apnea. Dalam: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, et al.,penyunting.

Sumosardjuno, S. 1993. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga,


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Susanti, S. 2011. Hubungan frekuensi olahraga dan komposisi tubuh (indeks


massa tubuh (IMT) dan persenlemak tubuh dengan kesegaran jasmani pada
siswi SMA. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. 2011. Pengukuran Status
Nutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

U.S. Department of Health and Human Services, 2008, Physical Activity


Guidelines for Americans, The Secretary of Health and Human Services.

Vera T dan Naomi M. Tando. 2012. Aktifitas Fisik dan Pola Makan dengan
Obesitas Sentral pada Tokoh Agama di Kota Manado. Jurnal 4 (1): 289298.

World Health Organization. 2011. Obesity: Preventing and Managing the Global
Epidemic. Dalam : Report of a WHO Consultation. Geneva Switzerland.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11234459.08 Mei 2019

WHO South-East Asia Region. 2015, WHO Statistic: Millenium development


goals and global health indicator.

Wulan, T, Aaltje, M. dan Fatimawali. 2014. Prevalensi Obesitas Pada Remaja di


Sma Kristen Tumou Tou Kota Bitung. jurnal e-Biomedik(eBM) 2(2).

Yamin B. 2013, Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas pada Siswa
Sekolah Dasar di Kota Manado. Disertai. Program Studi Ilmu
Keperawatan. FK Universitas Sam Ratulangi Manado.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Nanda Sari Br. Sembiring

NIM : 160100029

Tempat / Tanggal Lahir : N.Trasi/ 17 Oktober 1998


Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Ahron Sembiring

Nama Ibu : Perkuah Ate Br Guru Singa, Spd.

Alamat : Jl. Dr Soemarsono No 70/74 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 02018 (2004 ─ 2010)

2. SMP Negeri 7 Binjai (2010 ─ 2013)

3. SMA Negeri 2 Binjai (2013 ─ 2016)


4. Pendidikan Dokter FK USU (2016 ─ 2020)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) FK


USU 2016

2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Riwayat Organisasi:

1. Anggota KMK FK USU 2016

2. Panitia Seksi Acara Natal FK USU 2016

3. Panitia Seksi Dekorasi Paskah FK USU 2017

4. Panitia Seksi Dekorasi Natal FK USU 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

LAMPIRAN 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN


Saya yang bernama Tri Nanda Sari Br Sembiring, mahasiswa yang sedang
menjalani program S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul Hubungan
Kegiatan Olahraga Dengan Gizi Lebih Dan Obesitas Pada Remaja. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kegiatan Olahraga dengan gizi lebih dan
obesitas pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai.
Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mengharapkan
ketersediaan Saudara/I untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjadi
subjek. Subjek akan diminta untuk menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan dengan alat yang telah disediakan oleh peneliti serta menjawab pertanyaan
yang ada pada lembar kuisioner seputar jenis, frekuensi, serta durasi olahraga
saudara/i. Setiap informasi yang anda berikan pada lembar kuisioner tidak akan
disebarluaskan dan peneliti akan bertanggung jawab untuk menjaga
kerahasiaannya. Informasi yang Saudara/i berikan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian ini. Saya mengharapkan jawaban yang Saudara/i berikan
berdasarkan pengetahuan Saudara/i dan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Peneliti sangat mengharapkan keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini.
Demikianlah penjelasan saya mengenai penelitian ini. Atas perhatian dan
ketersediaan Saudara/I untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan
terima kasih.
Medan, 2019
Peneliti

(Tri Nanda Sari Br Sembiring)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK


Informed Consent
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
No. Subjek :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No. Telp :
Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya
tentang penelitian yang berjudul Hubungan Kegiatan Olahraga Dengan Gizi Lebih
Dan Obesitas Pada Remaja, dengan nama peneliti Tri Nanda Sari Br Sembiring,
dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian ini tanpa
paksaan dari pihak mana pun. Saya akan menjawab dengan jujur seluruh pertanyaan
yang diajukan peneliti.
Medan, 2019
Yang membuat pernyataan

(Tri Nanda Sari Br. Sembiring)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

LAMPIRAN 5

KUESIONER HUBUNGAN KEGIATAN OLAHRAGA DENGAN GIZI


LEBIH DAN OBESITAS PADA REMAJA
Petunjuk pengisian
1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan berikan tanda (X) pada
salah satu jawaban tersebut

2. Setelah selesai, kembalikan kuisioner ini kepada petugas yang


memberikannya pada anda

No. Subjek :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No. Telp/HP :
BB/TB :
Dalam seminggu terakhir
1. Apakah jenis olahraga yang Anda lakukan?

a. Tipe 1 : jalan/ jalan santai/ treadmill/ bersepeda/ bowling/ golf/


panahan/ biliar/ yoga

b. Tipe 2 : senam/ dansa/ renang/ karate/ lari/ bulutangkis

c. Tipe 3: Sepakbola/ basket/ voli/ tenis lapangan/ tenis meja/ futsal/


sepaktakraw/ bola tangan/ bisbol/ softbol/ hoki/ tinju

2. Berapa kali dalam seminggu Anda melakukan olahraga?

a. < 3 kali dalam seminggu

b. >/ 3 kali dalam seminggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

3. Berapa lama biasanya waktu yang Anda butuhkan untuk melakukan


olahraga dalam sekali olahraga?

a. < 20 menit dalam sekali olahraga

b. 20-40 menit dalam sekali olahraga

c. > 40 menit dalam sekali olahraga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

LAMPIRAN 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

LAMPIRAN 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

LAMPIRAN 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

LAMPIRAN 9

INPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1 2 3
1 3 2 3 8
2 3 2 3 8
3 3 2 3 8
4 3 2 3 8
5 3 2 3 8
6 3 2 3 8
7 3 2 3 8
8 3 2 3 8
9 3 2 3 8
10 3 2 3 8
11 1 1 1 3
12 3 2 3 8
13 3 2 3 8
14 3 2 3 8
15 3 2 3 8
16 3 2 3 8
17 3 2 3 8
18 3 2 3 8
19 3 2 3 8
20 3 2 3 8
21 3 2 3 8
22 3 2 3 8
23 3 2 3 8
24 1 1 1 3
25 3 2 3 8
26 1 1 1 3
27 3 2 3 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

28 3 2 3 8
29 3 2 3 8
30 3 2 3 8
31 3 2 3 8
32 1 1 1 3
33 1 1 1 3
34 3 2 3 8
35 3 2 3 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

LAMPIRAN 10

OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Valid 35 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 35 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.880 4

Correlations

P1 P2 P3 JUMLAH

Pearson Correlation 1 1.000** 1.000** 1.000**

P1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 35 35 35 35

Pearson Correlation 1.000** 1 1.000** 1.000**


P2 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 35 35 35 35
Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1 1.000**
P3 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 35 35 35 35
Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1.000** 1

JUMLAH Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 35 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

LAMPIRAN 11
MASTER DATA SUBJEK SMA NEGERI 2 BINJAI
No. Sex U Kelas Status gizi Jenis Frek Durasi
Resp olahraga olahraga olahraga

1. Pr 14 X pms 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20


2. Pr 15 X pis 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
3. Pr 14 X pis 1 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
4. Pr 15 X pis 3 Gizi lebih Tipe 2 <3 > 40
5. Pr 15 X pis 3 Obesitas Tipe 2 >/3 > 40
6. Lk 15 X pis 3 Obes itas Tipe 1 <3 > 40
7. Lk 14 X pis 3 Obesitas Tipe 1 <3 > 40
8. Pr 16 XI pms 1 Gizi lebih Tipe 1 <3 20-40
9. Pr 15 XI pms 1 Gizi lebih Tipe 1 >/3 < 20
10. Pr 16 XI pms 1 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
11. Pr 16 XI pms 1 Gizi lebih Tipe 2 <3 > 40
12. Lk 16 XI pms 2 Obesitas Tipe 3 >/3 > 40
13. Lk 15 XI pms 3 Obesitas Tipe 1 >/3 < 20
14. Lk 16 XI pms 3 Gizi lebih Tipe 2 >/3 > 40
15. Pr 16 XI pms 3 Gizi lebih Tipe 2 <3 < 20
16. Pr 16 XI pms 3 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
17. Pr 16 XI pms 3 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
18. Pr 16 XI pms 3 Gizi lebih Tipe 1 >/3 20-40
19. Lk 16 XI pms 6 Obesitas Tipe 3 >/3 < 20
20. Lk 15 XI pms 6 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
21. Pr 15 XI pms 6 Obesitas Tipe 3 >/3 > 40
22. Pr 16 XI pms 6 Obesitas Tipe 2 <3 > 40
23. Lk 16 XI pms 7 Obesitas Tipe 3 >/3 20-40
24. Pr 16 XI pms 7 Obesitas Tipe 1 >/3 20-40
25. Pr 15 XI pms 7 Obesitas Tipe 2 <3 < 20
26. Lk 16 XI pms 8 Obesitas Tipe 2 >/3 > 40
27. Lk 16 XI pis 2 Obesitas Tipe 2 <3 20-40
28. Lk 16 XI pis 1 Obesitas Tipe 2 <3 20-40
29. Pr 16 XI pis 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
30. Pr 16 XI pis 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
31. Pr 16 XI pis 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
32. Pr 16 XI pis 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
33. Pr 16 XI Gizi lebih Tipe 1 <3 20-40
34. Lk 16 XI Obesitas Tipe 2 <3 20-40
35. Pr 17 XII pms 1 Gizi lebih Tipe 1 >/3 20-40
36. Pr 16 XII pms 1 Gizi lebih Tipe 1 <3 20-40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

37. Pr 17 XII pms 1 Obesitas Tipe 2 <3 > 40


38. Lk 17 XII pms 1 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
39. Lk 17 XII pms 2 Gizi lebih Tipe 3 <3 > 40
40. Lk 16 XII pms 2 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
41. Pr 16 XII pms 2 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
42. Pr 16 XII pms 2 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
43. Lk 16 XII pms 5 Gizi lebih Tipe 3 >/3 > 40
44. Pr 16 XII pms 5 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
45. Lk 16 XII pms 5 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
46. Lk 16 XII pms 6 Obesitas Tipe 3 <3 < 20
47. Lk 17 XII pms 6 Obesitas Tipe 1 <3 > 40
48. Lk 17 XII pis 1 Obesitas Tipe 3 >/3 < 20
49. Pr 16 XII pis 2 Obesitas Tipe 2 <3 < 20
50. Pr 16 XII pis 3 Obesitas Tipe 1 <3 < 20
51. Pr 16 XII pis 3 Obesitas Tipe 1 <3 20-40
52. Lk 17 XII pms 3 Gizi lebih Tipe 3 >/3 > 40
53. Lk 17 XII pms 3 Obesitas Tipe 1 <3 20-40
54. Pr 17 XII pms 3 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
55. Pr 17 XII pms 3 Gizi lebih Tipe 1 <3 20-40
56. Pr 16 XII pms 3 Gizi lebih Tipe 1 <3 < 20
57. Pr 18 XII Gizi lebih Tipe 2 <3 < 20
58. Lk 17 XII Gizi lebih Tipe 2 <3 20-40
59. Lk 17 XII Gizi lebih Tipe 3 >/3 < 20
60. Lk 17 XII Obesitas Tipe 2 >/3 > 40
61. Pr 15 X pis 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 < 20
62. Pr 15 X pis 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
63. Pr 15 X pis 3 Gizi Baik Tipe 2 >/3 20-40
64. Pr 16 XI pms 1 Gizi Baik Tipe 2 <3 20-40
65. Pr 16 XI pms 1 Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
66. Lk 15 XI pms 1 Gizi Baik Tipe 3 >/3 < 20
67. Lk 15 XI pms 1 Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
68. Pr 16 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 2 <3 < 20
69. Pr 15 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 2 >/3 > 40
70. Pr 16 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 2 <3 < 20
71. Pr 15 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 1 <3 < 20
72. Lk 16 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 3 >/3 20-40
73. Lk 16 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 1 >/3 < 20
74. Pr 15 XI pms 2 Gizi Baik Tipe 2 >/3 > 40
75. Lk 15 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 < 20
76. Lk 16 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
77. Lk 16 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 3 >/3 20-40
78. Lk 16 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 2 >/3 20-40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

79. Pr 16 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 < 20


80. Pr 16 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
81. Pr 15 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 2 >/3 20-40
82. Pr 16 XI pms 3 Gizi Baik Tipe 2 <3 20-40
83. Lk 15 XI pms 4 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
84. Lk 16 XI pms 4 Gizi Baik Tipe 2 >/3 > 40
85. Lk 16 XI pms 6 Gizi Baik Tipe 2 >/3 > 40
86. Pr 15 XI pms 6 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
87. Pr 15 XI pms 6 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
88. Lk 15 XI pms 6 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
89. Lk 17 XI pms 8 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
90. Lk 15 XI pms 8 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
91. Lk 16 XI pis 1 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
92. Pr 15 XI pis 1 Gizi Baik Tipe 1 >/3 20-40
93. Pr 16 XI pis 1 Gizi Baik Tipe 1 >/3 < 20
94. Pr 15 XI Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
95. Lk 16 XI Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
96. Pr 16 XI Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
97. Pr 16 XI Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
98. Pr 15 XI Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
99. Pr 17 XII pms 2 Gizi Baik Tipe 1 >/3 > 40
100. Pr 17 XII pms 2 Gizi Baik Tipe 1 <3 < 20
101. Pr 17 XII pms 3 Gizi Baik Tipe 1 >/3 > 40
102. Lk 17 XII pms 3 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
103. Pr 17 XII pms 3 Gizi Baik Tipe 1 >/3 > 40
104. Pr 17 XII pms 3 Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
105. Lk 17 XII pms 4 Gizi Baik Tipe 3 >/3 20-40
106. Pr 16 XII pms 4 Gizi Baik Tipe 3 <3 20-40
107. Lk 16 XII pms 4 Gizi Baik Tipe 2 >/3 > 40
108. Pr 16 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 2 <3 < 20
109. Lk 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
110. Lk 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 3 <3 20-40
111. Lk 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 3 <3 20-40
112. Lk 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 3 <3 20-40
113. Pr 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 2 >/3 < 20
114. Lk 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 3 >/3 20-40
115. Lk 17 XII pms 5 Gizi Baik Tipe 3 <3 > 40
116. Lk 17 XII pms 6 Gizi Baik Tipe 1 <3 < 20
117. Pr 17 XII pis 3 Gizi Baik Tipe 3 >/3 > 40
118. Lk 17 XII pis 3 Gizi Baik Tipe 3 >/3 20-40
119. Lk 17 XII Gizi Baik Tipe 1 <3 20-40
120. Lk 16 XII Gizi Baik Tipe 3 <3 > 40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

LAMPIRAN 12
OUTPUT SPSS HUBUNGAN KEGIATAN OLAHRAGA DENGAN GIZI
LEBIH DAN OBESITAS
Frequencies
Statistics

jeniskela umur kelas StatusG JenisOlahr FrekuensiO DurasiOlah


min izi aga lahraga raga

Valid 120 120 120 120 120 120 120


N Missin 0 0 0 0 0 0 0
g

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pr 66 55.0 55.0 55.0

Valid Lk 54 45.0 45.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
14 3 2.5 2.5 2.5

15 27 22.5 22.5 25.0

16 57 47.5 47.5 72.5


Valid
17 32 26.7 26.7 99.2

18 1 .8 .8 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

X 10 8.3 8.3 8.3

XI 62 51.7 51.7 60.0


Valid
XII 48 40.0 40.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

StatusGizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

GLdanObesitas 60 50.0 50.0 50.0

Valid Normal 60 50.0 50.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

JenisOlahraga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

tipe 1 53 44.2 44.2 44.2

tipe 2 30 25.0 25.0 69.2


Valid
tipe 3 37 30.8 30.8 100.0

Total 120 100.0 100.0

FrekuensiOlahraga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

<3 67 55.8 55.8 55.8

Valid >/3 53 44.2 44.2 100.0

Total 120 100.0 100.0

DurasiOlahraga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

<20 42 35.0 35.0 35.0

20-40 37 30.8 30.8 65.8


Valid
>40 41 34.2 34.2 100.0

Total 120 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

JenisOlahraga * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi Total

GLdanObesitas Normal

Count 34 19 53

tipe 1 Expected Count 26.5 26.5 53.0

% within JenisOlahraga 64.2% 35.8% 100.0%

Count 16 14 30

JenisOlahraga tipe 2 Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within JenisOlahraga 53.3% 46.7% 100.0%

Count 10 27 37

tipe 3 Expected Count 18.5 18.5 37.0

% within JenisOlahraga 27.0% 73.0% 100.0%

Count 60 60 120

Total Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within JenisOlahraga 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.189a 2 .002


Likelihood Ratio 12.549 2 .002
11.557 1 .001
Linear-by-Linear Association

N of Valid Cases 120

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

FrekuensiOlahraga * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi Total

GLdanObesita Normal
s

Count 43 24 67

Expected Count 33.5 33.5 67.0


<3
% within 64.2% 35.8% 100.0%
FrekuensiOlahraga
FrekuensiOlahraga
Count 17 36 53

Expected Count 26.5 26.5 53.0


>/3
% within 32.1% 67.9% 100.0%
FrekuensiOlahraga
Count 60 60 120

Expected Count 60.0 60.0 120.0


Total
% within 50.0% 50.0% 100.0%
FrekuensiOlahraga

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 12.199a 1 .000


Continuity Correctionb 10.949 1 .001
Likelihood Ratio 12.428 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear 12.098 1 .001
Association
N of Valid Cases 120

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.50.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

3.794 1.769 8.137


Odds Ratio for FrekuensiOlahraga (<3 /
>/3)

2.001 1.301 3.078


For cohort StatusGizi = GLdanObesitas

.527 .364 .764


For cohort StatusGizi = Normal

N of Valid Cases 120

DurasiOlahraga * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi Total

GLdanObesitas Normal

Count 29 13 42

<20 Expected Count 21.0 21.0 42.0

% within DurasiOlahraga 69.0% 31.0% 100.0%

Count 15 22 37

DurasiOlahraga 20-40 Expected Count 18.5 18.5 37.0

% within DurasiOlahraga 40.5% 59.5% 100.0%

Count 16 25 41

>40 Expected Count 20.5 20.5 41.0

% within DurasiOlahraga 39.0% 61.0% 100.0%

Count 60 60 120

Total Expected Count 60.0 60.0 120.0

% within DurasiOlahraga 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.395a 2 .009


Likelihood Ratio 9.576 2 .008

Linear-by-Linear Association 7.468 1 .006

N of Valid Cases 120

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.50.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai