SKRIPSI
Oleh :
160100029
SKRIPSI
Oleh :
160100029
Latar Belakang: Praktisi kesehatan di seluruh dunia baik dinegara maju maupun negara
berkembang mengkhawatirkan makin meningkatnya jumlah anak yang mengalami gizi lebih dan
obesitas. National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2009-2010 di Amerika
menyatakan persentase gizi lebih dan obesitas berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-5 tahun
sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun sebesar 32,6% dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun.
Gizi lebih dan obesitas pada masa anak beresiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa dan
berpotensi mengalami penyakit metabolik hingga penyakit kematian. Gizi lebih dan obesitas
didefinisikan sebagai akumulasi lemak di bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh
tubuh. Salah satu penyebab gizi lebih dan obesitas adalah adanya peningkatan asupan makanan
dan penurunan pengeluaran energi. Salah satu pencegahan gizi lebih dan obesitas adalah dengan
melakukan olahraga. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan
olahraga dengan gizi lebih dan obesitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik
menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel siswa-siswi SMA Negeri 2 Binjai
Tahun 2018-2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan dengan kurva CDC 2000 untuk menilai status gizi serta wawancara dan kuisioner
untuk menilai jenis kegiatan olahraga. Sampel penelitian dipilih dengan metode consecutive
sampling dari seluruh data yang memenuhi kriteria penelitian. Hasil: Dari penelitian diperoleh
siswa-siswi yang menderita gizi lebih dan obesitas melakukan olahraga tipe 1 yaitu sebanyak (57%),
tipe 2 sebanyak (27%), dan tipe 3 sebanyak (16%) dengan frekuensi <3 kali dalam seminggu (72%)
dan >/3 kali dalam seminggu (28%) dengan durasi <20 menit (48%), durasi 30-40 menit (25%),
dan durasi >40 menit (27%). Kesimpulan: Terdapat hubungan kegiatan olahraga baik jenis,
frekuensi serta durasi olahraga terhadap kejadian gizi lebih dan obesitas.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Background: Health practitioners throughout the world in both developed and developing countries
are concerned about the increasing number of children who are suffering from overweight and
obesity. The National Health and Nutrition Examination Survey in 2009-2010 in America states the
percentage of overweight and obesity based on age groups, children aged 2-5 years at 26.7%, ages
6-11 years at 32.6% and ages 12-19 years by 33.6%. This shows that the prevalence of overweight
and obesity is highest in adolescents aged 12-19 years. Overweight and obesity in childhood are at
high risk of becoming obese in adulthood and have the potential to develop metabolic diseases and
even death. Overweight and obesity are defined as excessive accumulation of fat under the skin and
are present throughout the body. One of the causes of overweight and obesity is an increase in food
intake and a decrease in energy expenditure. One of the prevention of overweight and obesity is by
doing sports. Objective: This study aims to determine the relationship of sports activities with
overweight and obesity. Methods: This study is an analytical research study with cross sectional,
with a sample of students from SMA Negeri 2 Binjai in 2018-2019 who met the inclusion and
exclusion criteria. Weight and height measurements were taken with a CDC 2000 curve to assess
nutritional status as well as interviews and questionnaires to assess the type of sporting activity. The
research sample was selected by consecutive sampling method from all data that met the research
criteria. Results: From the research, students who suffer from over nutrition and obesity do type 1
exercise (57%), type 2 (27%), and type 3 (16%) with frequency <3 times a week (72%) and> / 3
times a week (28%) with duration <20 minutes (48%), duration 30-40 minutes (25%), and duration
> 40 minutes (27%). Conclusion: There is a relationship between sports activities both type,
frequency and duration of exercise to the incidence of overweight and obesity.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini, sebagai salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran
program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Hubungan Kegiatan Olahraga Dengan
Gizi Lebih Dan Obesitas Pada Remaja. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah
ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. DR. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr Winra Pratita, M.Ked(Ped), Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
3. Dr. Malayana Rahmita Nasution, M.Ked (Clin Path), SpPK dan dr Inke
Diniyanti Lubis, M.Ked (Ped), Sp.A. PhD, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun penelitian ini.
4. Dr. Meivina Ramadhani Pane, M.Ked (PD), SpPD, selaku Dosen Pembimbing
akademik yang telah membimbing selama perkuliahan berlangsung.
5. M. Yus Effendi Spd, Mpd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Binjai yang
telah memberikan bantuan bagi penulis dalam proses pengumpulan data di
lokasi penelitian. Juga kepada guru-guru SMA Negeri 2 Binjai, Pak CT, Pak
JS, Pak MR, Mam Anita dan seluruh guru-guru SMA Negeri 2 Binjai yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
6. Seluruh staff SMA Negeri 2 Binjai yang telah membantu administrasi
perizinan dalam melakukan penelitian ini.
7. Seluruh staf dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
8. Kedua orang tua yang penulis cintai dan kasihi, Ayahanda Ahron Sembiring
dan Ibunda Perkuah Ate br Gurusinga S.pd yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan kasih saying serta selalu mendoakan dan memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Kakak penulis, Yola Allan Sembiring dan Kedua Abang penulis, Yoki
Sembiring dan Ari Sinulingga.
10. Teman sejawat penulis Kristivani Ginting, Mikha Allagan, Nichitri Agina,
Rizki Cynthia, Clarita Sonia, Ruth Jean, Rahmadani Siregar, Ayu Debora,
Ghina anniesa, Varihatul Adawiyah, Kak eta, dan Kak geby, yang telah
memberi masukan dan bantuan dalam proses pengumpulan data dan
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
11. Teman-Teman penulis (Annisa, Widya, Coki, Alya, Anggi, Putra dan Nabilah)
yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik maupun saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Olahraga ................................................................................... 17
2.2.1 Definisi ............................................................................ 17
2.2.2 Fisiologi Olahraga .......................................................... 18
2.2.3 Klasifikasi Olahraga ........................................................ 19
2.2.4 Manfaat Olahraga ..................................................................... 22
2.2.5 Program Intervensi Olahraga di Sekolah ........................ 23
2.3 Hubungan Kegiatan Olahraga dengan Gizi Lebih dan Obesitas 24
2.4 Kerangka Teori dan Konsep..................................................... 25
2.4.1 Kerangka Teori................................................................ 25
2.4. Kerangka Konsep .............................................................. 27
2.5 Hipotesis Penelitian.................................................................. 27
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.4 Hasil Analisis Statistik .................................................... 39
4.2.4.1 Hubungan Jenis Olahraga dengan Gizi Lebih dan
Obesitas .......................................................... 39
4.2.4.2 Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Gizi Lebih
dan Obesitas ................................................... 39
4.2.4.3 Hubungan Durasi Olahraga dengan Gizi Lebih dan
Obesitas .......................................................... 40
4.2 Pembahasan ........................................................................ 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 50
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini praktisi kesehatan di seluruh dunia di negara maju maupun negara
berkembang, mengkhawatirkan makin meningkatnya jumlah anak yang mengalami
gizi lebih dan obesitas. Berdasarkan hasil penelitian National Health and Nutrition
Examination Survey tahun 2009-2010 di Amerika persentase gizi lebih dan obesitas
berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun
sebesar 32,6% dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
prevalensi gizi lebih dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun. Pada
tahun 2009-2010 Asia memiliki prevalensi gizi lebih sebesar 26,4% pada anak laki-
laki dan 16,8% pada anak perempuan (NOO, 2011).
Sementara itu di kota-kota besar Indonesia, lebih dari 10% anak telah
mengalami obesitas dimana prevalensi obesitas anak yang dihitung berdasarkan
indeks massa tubuh dibandingkan usia (IMT/U) pada kelompok anak usia balita di
tahun 2007, 2010, dan 2013 berturut-turut 12,2%, 14,0%, dan 11,9%, pada anak
usia prasekolah berusia 3-12 tahun yang diukur berdasarkan indeks massa tubuh
menurut umur lebih dari Z score dengan menggunakan baku antropometri
(Riskesdas, 2015). Angka-angka tersebut menunjukan bahwa Indonesia masih
mengalami masalah gizi, karena menurut WHO 2010, suatu Negara dikatakan tidak
lagi memiliki masalah gizi bila indikator obesitas dibawah 5% (WHO, 2010).
Salah satu penyebab gizi lebih dan obesitas adalah adanya peningkatan
asupan makanan, penurunan pengeluaran energi dan perilaku kurang gerak. Energi
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
yang dikonsumsi dalam tubuh tidak bisa digunakan secara efektif sehingga
tertimbun dalam jaringan lemak. Tubuh akan menyimpan kelebihan kalori dalam
bentuk lemak, namun kelebihan kalori yang terjadi akan terus menerus
mengakibatkan produksi lemak menumpuk sehingga tubuh mengalami gizi lebih
atau obesitas (Mustamin, 2010).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70% gizi lebih atau
obesitas dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik. Faktor
lingkungan, seperti pola makan yang berlebihan dan tingginya perilaku kurang
gerak merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap terjadinya obesitas (Yamin,
2013). Hal ini merupakan faktor penting dalam memahami bahwa gaya hidup
sedentary sampai berjam-jam setiap hari seperti menonton TV, video game, dan
komputer memiliki pengeluaran energi yang sedikit (Anderson SE, 2008).
Menurut Hendra et al. (2016:4) menyatakan bahwa faktor pola hidup,
aktifitas fisik dan lingkungan juga berperan terhadap terjadinya gizi lebih dan
obesitas, dari hasil penelitian terhadap 50 orang remaja, didapatkan bahwa 12 orang
remaja dengan persentase 24% yang mengalami gizi lebih dan obesitas berdasarkan
faktor pola hidup, aktifitas fisik dan lingkungan. Kemajuan teknologi masa kini
membuat para remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan duduk berjam-jam
memainkan smartphone, main komputer dan juga menonton TV sehingga
kurangnya melakukan aktifitas lainnya seperti bermain sepak bola atau olahraga
lainnya. Seseorang yang kurang melakukan aktifitas fisik, seperti olahraga dan
kegiatan-kegiatan yang membutuhkan banyak gerak tubuh merupakan hal yang
harus di waspadai terhadap terjadinya obesitas. Di samping itu perubahan berat
badan dapat di peroleh dari pendekatan aktifitas fisik dan mengatur pola makan.
Menurut Vera et al. (2012:290) mengemukakan bahwa melakukan aktifitas
fisik yang lama sangat membantu dalam mencegah terjadinya kenaikan berat badan.
Penelitian membuktikan bahwa anak gizi lebih dan obesitas memiliki tingkat
aktivitas fisik dan tingkat kesegaran jasmani yang rendah. Aktivitas fisik yang tidak
adekuat menyebabkan semakin banyak lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan,
sedangkan kesegaran jasmani yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan fisik
anak gizi lebih dan obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kegiatan olahraga dengan gizi
lebih dan obesitas pada remaja.
Tujuan khusus pada penelitian ini untuk adalah sebagai berikut, antara lain:
1. Mengetahui jenis-jenis kegiatan olahraga pada remaja di SMA Negeri 2 Binjai.
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau data
ilmiah mengenai kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan obesitas di SMA
Negeri 2 Binjai.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian.
1.4.2 BIDANG PENYELENGGARA KESEHATAN
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi atau data
ilmiah mengenai kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan obesitas untuk
mendukung kegiatan olahraga pada remaja.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 DEFINISI
Obesitas ialah akumulasi jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan
terdapat di seluruh tubuh. Sering dihubungkan dengan overweight (kelebihan berat
badan), walaupun tidak selalu identik, oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri
tersendiri (Karen, 1985).
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gizi lebih pada anak usia 2-19 tahun di Amerika Serikat
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Gizi lebih pada anak laki-laki
meningkat pada tahun 2000 sebesar 14,0% menjadi 18,6% pada tahun 2010 dan
gizi lebih pada anak perempuan juga mengalami peningkatan dari 13,8% menjadi
15,0% (CDC/NCHS, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian National Health and Nutrition Examination
Survey tahun 2009-2010 di Amerika persentase gizi lebih dan obesitas berdasarkan
kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 26,7%, usia 6-11 tahun sebesar 32,6%
dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi
lebih dan obesitas tertinggi pada anak remaja usia 12-19 tahun. Pada tahun 2009-
2010 Asia memiliki prevalensi gizi lebih sebesar 26,4% pada anak laki-laki dan
16,8% pada anak perempuan (NOO, 2011).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, prevalensi gizi lebih
secara nasional pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri
dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas. Prevalensi gizi lebih pada
remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2007
sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Depkes, 2013).
5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
Gaya hidup seperti pola konsumsi makan yang buruk dan perilaku sedentari
dapat menyebabkan gangguan metabolik. Pola makan yang tidak teratur dan
kebiasaan makan makanan cepat saji yang kurang serat tinggi karbohidrat dan
lemak dapat menyebabkan risiko gizi lebih atau obesitas. Akibat konsumsi lemak
yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit-penyakit degeneratif (Akuba,
2015).
Seseorang yang kurang aktif juga akan cenderung mengalami penambahan
berat badan karena kalori yang didapat dari makanan dan minuman yang mereka
konsumsi tidak terbakar. Selain itu, ketergantungan masyarakat dalam penggunaan
alat transportasi seperti kendaraan mobil dan motor lebih banyak digunakan dari
pada berjalan kaki, dan jenis-jenis pekerjaan yang kurang membutuhkan perilaku
sedentari juga berpengaruh meningkatkan risiko penyakit degeneratif (NHLBI,
2012).
Oleh karena itu pentingnya gaya hidup dengan aktivitas fisik (olahraga)
sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh.
Terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh akan dapat memperlancar semua
sistem yang terdapat didalam tubuh. Khusus berfungsinya secara baik organ-organ
sistem pencernaan akan dapat memperlancar proses metabolisme sehingga
penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan
penimbunan lemak dan asam laktat yang sedikit maka akan dapat mengurangi
terjadinya gizi lebih atau obesitas (Mappaompo, 2010).
2) Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis dapat menyebabkan gizi lebih atau obesitas pada
beberapa orang. Seseorang sering mengalami peningkatan berat badan selama atau
setelah sesuatu situasi yang sulit dalam hidupnya, seperti kematian orang tua,
penderitaan dari penyakit-penyakit yang parah ataupun depresi mental. Sebagian
orang menganggap bahwa dengan makan akan dapat membantu untuk melepaskan
tekanan ataupun stress yang mereka hadapi (Guyton, 2014).
Faktor psikologis berupa stress juga dapat menyebabkan seseorang
memiliki kebiasaan buruk dalam mengurangi stress. Perilaku makan berlebihan
pada orang stress atau gangguan emosi biasanya hanya sebagai pelampiasan emosi
dalam mengurangi keadaan emosinya (Sherwood, 2012).
3) Faktor Genetik
Gizi lebih atau obesitas berarti terdapatnya timbunan lemak yang berlebih.
Dari anamnesis perlu ditanyakan saat mulai timbulnya gizi lebih atau obesitas
(prenatal, early adiposity rebound, remaja), riwayat tumbuh kembang yang
mendukung obesitas endogen, keluhan mengorok (snoring), tidak tidur nyenyak,
dan nyeri pinggul. Riwayat gaya hidup perlu digali mengenai pola makan/kebiasaan
makan serta aktivitas fisik (misal sering menonton televisi). Riwayat keluarga
dengan gizi lebih atau obesitas menjadi pertimbangan kemungkinan adanya faktor
genetik, disertai risiko seperti penyakit kardiovaskuler di usia muda,
hiperkolesterolemia, hipertensi, dan diabetes mellitus (Batubara et al., 2010).
Tabel 2.1. Penentuan Status Gizi menurut Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000.
Status Gizi BB/TB (% median) BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000
Status gizi lebih, obesitas atau overweight ditentukan berdasarkan IMT. Bila
pada hasil pengukuran BB menurut TB didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (>2
SD) atau BB/TB >110%, maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan
untuk menentukan adanya obesitas. Untuk anak <2 tahun, menggunakan Grafik
IMT WHO 2006 dengan kriteria overweight Z score >+2, obesitas >+3, sedangkan
untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan Grafik IMT CDC 2000. Ambang batas
yang digunakan untuk overweight ialah di atas P85-P95 sedangkan untuk obesitas
ialah lebih dari P95 Grafik CDC 2000 (UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik,
2011).
Jika seorang anak datang dengan keluhan gizi lebih atau obesitas, maka
yang pertama kali perlu dipastikan apakah kriteria gizi lebih atau obesitas terpenuhi
secara klinis maupun antropometris. Selanjutnya perlu ditelusuri faktor risiko gizi
lebih atau obesitas serta dampak yang mungkin terjadi. Riwayat gizi lebih atau
obesitas dalam keluarga serta pola makan dan aktifitas perlu ditelusuri (Nutrisi
Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Dampak gizi lebih atau obesitas pada anak harus dievaluasi sejak dini.
Meliputi penilaian faktor risiko kardiovaskuler, sleep apnea, gangguan fungsi hati,
masalah ortopedik yang berkaitan dengan kelebihan beban, kelainan kulit, serta
gangguan psikiatri (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Faktor risiko kardiovaskuler terdiri dari riwayat anggota keluarga dengan
penyakit jantung vaskular atau kematian mendadak dini (<55 tahun), dyslipidemia
(peningkatan kadar LDL-kolesterol >160 m/dL) dan peningkatan tekanan darah,
merokok, adanya diabetes mellitus dan rendahnya aktifitas fisik. Anak gemuk yang
berkaitan dengan minimal tiga faktor dari faktor-faktor risiko tersebut, dianggap
berisiko tinggi (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya sleep apnea
atau gangguan bernapas saat tidur (Schwartz et al., 2008). Sleep apnea merupakan
timbulnya episode abnormal yang terjadi pada frekuensi napas yang berhubungan
dengan penyempitan saluran napas atas pada saat tidur, dapat berupa henti napas
(apnea) atau menurunnya ventilasi. Semakin besar nilai Indeks Masa Tubuh (IMT)
atau bertambahnya berat badan maka kemungkinan untuk mengalami Obstructive
Sleep Apnea (OSA) semakin tinggi (Sumardi et al., 2014).
Kelebihan berat badan pada anak cenderung berisiko terhadap gangguan
ortopedik, yaitu torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris
(slipped capital femoral epiphysis) terutama pada anak lelaki dan gejala tekanan
berat badan pada persendian di ekstremitas bawah (Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik, 2011).
Kegemukan juga menyebabkan kerentanan pada kulit seperti kulit lecet dan
pelipatan. Obesitas pada anak dapat menyebabkan gesekan sehingga membuat kulit
menjadi lecet, anak merasa gerah atau panas dan disertai biang keringat serta jamur
pada lipatan kulit (Anonim, 2019).
a) Pengaturan diet
televisi atau bermain games computer dan menganjurkan bermain di luar rumah.
Dianjurkan juga melakukan aktifitas fisik sedang selama 20-30 menit setiap hari
dengan latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi
akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan
hanya diet saja (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
c) Terapi perilaku
Diterapkan pada status gizi lebih anak dan remaja yang disertai penyakit
penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. Terapi intensif
terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet) farmakoterapi dan
terapi bedah (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Terapi diet berkalori sangat rendah diindikasikan jika berat badan > 140%
BB ideal (super obesitas). Protein-sparing modified fast (PSMF) adalah formula
diet berkalori sangat rendah yang paling sering diterapkan. Selain itu dianjurkan
mengkonsumsi protein hewani 1,5-2,5 g/kg berat badan ideal, suplementasi vitamin
dan mineral serta minum lebih dari 1,5 L cairan per hari. Secara umum, diet ini
hanya boleh diterapkan selama 12 minggu dengan pengawasan dokter. Risiko
PSMF adalah terbentuknya batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi
ortostatik, halitosis dan diare (Nutrisi Pediatrik Dan Penyakit Metabolik, 2011).
Secara umum farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam
program manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan
penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang.
Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan
berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin
larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Soegondo, 2009).
Tindakan pembedahan merupakan pilihan terakhir untuk mengatasi
obesitas. Pembedahan dilakukan hanya kepada penderita obesitas dengan IMT ≥40
atau ≥35 kg/m2 dengan kondisi komorbid. Bedah gastrointestinal (restriksi gastrik/
banding vertical gastric) atau bypass gastric (Roux-en Y) adalah suatu intervensi
penurunan berat badan dengan risiko operasi yang rendah (Soegondo, 2009).
2.2 OLAHRAGA
2.2.1 DEFINISI
Pada dasarnya, ada dua macam ketahanan kardiorespirasi, yaitu aerobik dan
anaerobik. Ketahanan aerobik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas
jangka panjang (dalam hitungan menit sampai jam) yang bergantung pada sistem
O2 - ATP untuk memasok persediaan energi yang dibutuhkan selama aktivitas.
Aktivitas yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat membutuhkan
sistem yang dapat menyediakan ATP lebih cepat dari sistem O2 - ATP. Maka
digunakanlah sistem energi anaerobik, yaitu glikolisis parsial untuk menyediakan
energi yang dibutuhkan. Aktivitas semacam ini disebut dengan ketahanan
anaerobik (Hazell, 2010).
1) Olahraga Aerob
Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi yang relatif stabil. Contoh:
jalan, bersepeda, dan treadmill.
2) Tipe 2
Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara bertahap. Contoh :
senam, dansa, dan renang.
3) Tipe 3
Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara mendadak,
umumnya dalam bentuk permainan. Contoh : sepak bola, basket, voli, tenis
lapangan, dan tenis meja.
misalnya kecepatan lari tertinggi yang dapat dipertahankan untuk suatu periode
waktu yang lama.
Menurut pendapat Djoko Pekik Irianto et al., (2007: 72) daya tahan
anaerobik dapat diartikan sebagai suplemen untuk waktu singkat bagi daya tahan
aerobik. Dalam melakukan aktivitas anaerobik, contohnya pada saat berlari,
sebelum energi aerobik bekerja secara efektif terjadi kekurangan oksigen dalam otot
terutama pada 20 sampai 30 detik pertama dari kegiatan tersebut. Sehingga daya
tahan anaerobik, memungkinkan terjadi penurunan oksigen dalam jumlah yang
sangat besar, sehingga sistem aerobik bisa bekerja lebih cepat. Pendapat lain
mengatakan bahwa daya tahan anaerobik dapat di artikan anaerobic capacity atau
kapasitas anaerobik dan dalam aplikasi cabang olahraga tertentu disebut dengan
daya tahan kecepatan (Husein Argasasmita et al., 2007: 65).
Menurut Crossfit Journal (2013: 1) Daya tahan anaerobik adalah bentuk
ketahanan ditandai dengan tidak adanya oksigen. Tanpa menggunakan oksigen,
tubuh dapat mempertahankan tingkat intensitas tertentu hanya untuk waktu singkat.
Namun, daya tahan anaerobik dapat dilatih dan ditingkatkan untuk memenuhi
tuntutan metabolik dari berbagai olahraga yang menggunakan aktivitas tinggi.
2.2.4 MANFAAT OLAHRAGA
Menurut Centre for Diseases Control and Prevention (CDC) pada tahun
2011, terdapat enam manfaat olahraga, yaitu:
1. Mengontrol berat badan.
PSIKOLOGIS
PERILAKU KURANG
GAYA HIDUP
GERAK
AKTIVITAS FISIK
OBAT-OBATAN (OLAHRAGA)
Dinilai dari :
-Jenis Olahraga
-Frekuensi Olahraga
-Durasi Olahraga
KEGIATAN OLAHRAGA
-Jenis Olahraga
-Frekuensi Olahraga GIZI LEBIH DAN
-Durasi Olahraga OBESITAS
Ha: tidak ada hubungan antara kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan
Ho: ada hubungan antara kegiatan olahraga dengan gizi lebih dan
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross-
sectional. Pada penelitian cross-sectional, observasi dan pengukuran variabel
dilakukan hanya pada satu saat tertentu.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
3.3.1 Populasi
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
𝑛= 𝑁
1+𝑁 (e)2
𝑛= 1145
1+ 1145 (0,1)2
𝑛= 91,96
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
N = jumlah populasi
e = tingkat ketepatan, pada penelitian ini dipakai e = 0,1
Dengan diketahuinya jumlah populasi, didapatkan jumlah sampel minimal
sebanyak 92 orang (pembulatan dari 90,9). Maka jumlah populasi yang
digunakan adalah 120 orang.
Keterangan:
Sebelum dilakukan penelitian, sampel harus memiliki kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:
a) Bersedia menjawab kuesioner yang diberikan.
b) Bersedia diukur berat badan dan tinggi badan.
c) Siswa dengan status gizi baik, gizi lebih dan obesitas.
2. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:
a) Siswa dengan keadaan dimana berat badan dan tinggi badan tidak bisa
dinilai untuk menentukan status gizi (edema, organomegali, fraktur dan
kontraktur pada kaki).
b) Siswa dengan status gizi kurang atau buruk.
c) Siswa dengan profesi sebagai atlet/ olahragawan.
Serta menentukan status gizi pada anak remaja dengan menggunakan kurva
CDC adalah sebagai berikut:
1. Menentukan status gizi dengan menilai berat badan berdasarkan umur
dan tinggi badan berdasarkan umur menggunakan kurva CDC 2000.
2. Dan untuk menentukan status gizi lebih dan obesitas dengan
menggunakan kurva imt berdasarkan umur CDC 2000.
3.6 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Editing
Adalah untuk memastikan apakah data sudah terisi dengan lengkap atau
belum, serta dapat dibaca dengan relevan atau tidak.
2. Coding
Setelah data diedit langkah berikutnya adalah mengkoding data, yaitu
memberi kode terhadap setiap data yang diambil. Tujuannya untuk
memudahkan klasifikasi data, menghindari terjadinya pencampuran data
yang bukan jenis dan kategorinya. Juga untuk memudahkan pada saat
analisis data dan proses entry dengan bantuan perangkat lunak komputer.
3. Entry Data
Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah dikoding ke dalam
komputer dengan menggunakan program SPSS (statistical product and
service solution) 21.
4. Cleaning Data
Cleaning data bertujuan untuk membersihkan data dari kemungkinan
data yang tidak memenuhi syarat atau missing.
3.6.2 Analisis Statistik
4.1 HASIL
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, XII SMAN 2 Binjai
yang berjumlah 120 orang, terdiri dari 60 orang gizi baik dan 60 orang gizi lebih
dan obesitas. Subjek penelitian yang diambil merupakan subjek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya.
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian (n = 120)
Karakteristik Kategori Jumlah (%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 54 (45)
Perempuan 66 (55)
Total 120 (100)
Umur (tahun) 14 3 (2,5)
15 27 (12,5)
16 57 (47,5)
17 32 (26,7)
18 1 (0,8)
Total 120 (100)
Kelas X 10 (8,3)
XI 62 (51,7)
XII 48 (40)
Total 120 (100)
Status Gizi Gizi Baik 60 (50)
Gizi Lebih dan Obesitas 60 (50)
Total 120 (100)
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 120 subjek yang menjadi sampel
penelitian, mayoritas berusia 16 tahun dengan persentase 47,5 %, berjenis kelamin
perempuan (55%), duduk dikelas XI dengan persentase 51,7% dan jumlah subjek
status gizi baik memiliki persentase yang sama dengan jumlah subjek gizi lebih dan
obesitas yakni berjumlah 60 orang dengan persentase 50%.
Tabel 4.3 menunjukkan dari 60 orang subjek dengan status gizi baik, 32%
melakukan olahraga tipe 1 yaitu jalan, jalan santai, treadmill, bersepeda, bowling,
golf, panahan, biliar, dan yoga, 23% melakukan olahraga tipe 2 yaitu senam, dansa,
renang, karate, lari, bulutangkis, dan 45% melakukan olahraga tipe 3 yaitu
sepakbola, basket, voli, tenis lapangan, tenis meja, futsal, sepaktakraw, bola tangan,
bisbol, softbol, hoki, dan tinju, dan 60 orang subjek lainnya yang memiliki status
gizi lebih dan obesitas, 57% melakukan olahraga tipe 1, 27% melakukan olahraga
tipe 2, dan 16% melakukan olahraga tipe 3.
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan 60 orang subjek dengan status gizi baik,
22% melakukan olahraga dengan durasi < 20 menit, 37% dengan durasi 20-40
menit dan 41% dengan durasi >40 menit sedangkan 60 orang subjek lainnya yang
memiliki status gizi lebih dan obesitas, 48% melakukan olahraga dengan durasi <20
menit, 25% dengan durasi 20-40 menit dan 27% dengan durasi >40 menit.
4.1.4 Hasil Analisis Statistik
Tabel 4.6 Hubungan jenis olahraga dengan gizi lebih dan obesitas
Status Gizi
Jenis Olahraga P value
Gizi Baik Gizi Lebih dan
Obesitas
Tipe 1 19 (35,8%) 34 (64,2%)
0,002a
Tipe 2 14 (46,7%) 16 (53,3%)
a
Chi square
Dari hasil analisis dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
didapatkan nilai p = 0,002. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan jenis olahraga
dengan gizi lebih dan obesitas dikarenakan Nilai p < 0,05.
4.1.4.2 Hubungan Frekuensi Olahraga dengan Gizi Lebih dan
Obesitas
Tabel 4.7 Hubungan frekuensi olahraga dengan gizi lebih dan obesitas
Status Gizi
Frekuensi P value
Olahraga Gizi Baik Gizi Lebih dan
(minggu) Obesitas
Dari hasil analisis dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%,
didapati nilai p = 0,001. Ini menunjukan terdapat hubungan frekuensi olahraga
dengan pada kedua kelompok status gizi tersebut.
Tabel 4.8 Hubungan durasi olahraga dengan gizi lebih dan obesitas
Status Gizi
Durasi P value
Olahraga Gizi Baik Gizi Lebih dan
Obesitas
< 20 menit 13 (31%) 29 (69%)
0,009a
20-40 menit 22 (59,5%) 15 (40,5%)
a
Chi square
Dari hasil analisis dengan uji chi-square didapati nilai p = 0,009 dengan
tingkat kepercayaan 95 %. Ini menunjukkan adanya hubungan durasi olahraga
dengan gizi lebih dan obesitas.
4.2 PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi ke arah serba digital saat ini semakin pesat. Pada
saat ini, manusia secara umum memiliki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan
dari perangkat yang serba elektronik dan cenderung mengarah pada gaya hidup
masyarakat yang minim melakukan aktivitas atau malas untuk bergerak (Fauziah,
2019). Kondisi ini disebut dengan sedentary lifestyle, selain itu mendunianya
makanan cepat saji gaya Barat merubah pola makan dimana hidup menjadi lebih
santai serta kemudahan mengakses makanan berkalori tinggi (Sjarif, 2011).
Tidak hanya pada orang dewasa, efek ini juga sudah terjadi di kalangan
anak-anak dan remaja yang akhirnya berdampak pada kurangnya pengeluaran
energi. Kegemukan tidak hanya disebabkan oleh kebanyakan makan karbohidrat,
lemak, maupun protein tetapi juga karena kurangnya olahraga, dengan olahraga
seseorang dapat meningkatkan kesehatan secara jasmani maupun rohani. Selain itu
olahraga atau aktivitas jasmani dapat digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan
kelebihan energi dan membakar timbunan lemak dalam tubuh (Nurcahyo, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek yang paling banyak menderita gizi
lebih dan obesitas berada di usia 16 tahun yaitu sebanyak 34 orang atau 56,7 %. Hal
ini sebanding dengan data Riskesdas tahun 2013 yang menunjukkan bahwa,
prevalensi gizi lebih secara nasional pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia
sebesar 10,8%, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas.
Prevalensi gizi lebih pada remaja umur 16-18 tahun mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3% pada tahun 2013 (Riskesdas,
2013).
Peneliti juga mendapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin
perempuan cenderung lebih banyak (35 orang atau 58,3 %) yang menderita gizi
lebih dan obesitas daripada responden berjenis kelamin laki-laki ( 25 orang atau
41,7 %). Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Wulan
(2014), dimana prevalensi obesitas pada anak perempuan lebih besar daripada anak
laki-laki dimana terdapat 9,5% anak perempuan yang mengalami obesitas dan
2,91% lainnya adalah laki-laki.
Tabel 4.3 menunjukkan subjek dengan berat status gizi baik (45%) lebih
banyak memilih olahraga tipe 3 sedangkan subjek dengan status gizi lebih dan
obesitas lebih banyak melakukan olahraga tipe 1 (57%) dibandingkan dengan tipe
2 ( 27%) dan tipe 3 (16%). Hasil penelitian tersebut menunjukan anak dengan status
gizi lebih dan obesitas cenderung memilih olahraga tipe 1 yaitu olahraga dengan
naik turunnya denyut nadi yang relatif stabil yang hanya memerlukan pengeluaran
energi yang sedikit. Analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan
adanya hubungan antara jenis olahraga dengan gizi lebih dan obesitas dengan nilai
p= 0,002.
Menurut penelitian Adiwinanto (2008) yang melakukan intervensi
konseling diet National Cholesterol Education Program (NCEP) step II dan
olahraga intensitas sedang sampai vigorous seperti lari 20 menit ditambah
bulutangkis, senam, lempar tangkap bola, lari ABC dengan frekuensi 3 kali
seminggu dan durasi 40 menit/sesi selama 12 minggu pada remaja usia 12-14 tahun
dapat menurunkan berat badan sebesar 2,5 kg.
(Andini dan Indra, 2016) sependapat dengan hal ini, mereka menyatakan
pelatihan fisik secara aerobik menggunakan lemak sebagai sumber energi dan
pelatihan aerobik merupakan metode ideal untuk mengurangi massa jaringan lemak
dan menurunkan berat badan, berdasarkan beberapa hal tersebut dapat disimpulkan
melakukan senam aerobik selama 60 menit dalam 3 kali seminggu selama 8 minggu
dapat menurunkan 2,05 kg berat badan.
Tabel 4.4 menunjukan bahwa di antara seluruh siswa-siswi yang obesitas
yang menjadi subjek ternyata kebanyakan dari mereka (43%) hanya berolahraga
dalam satu atau dua hari perminggunya dikarenakan, subjek hanya mengandalkan
olahraga yang dijadwalkan oleh sekolah sedangkan subjek dengan status gizi baik
yang melakukan olahraga lebih dari 3 hari perminggunya (60%) dimana subjek
tersebut tidak hanya berolahraga di sekolah tetapi juga memiliki kegiatan olahraga
diluar sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler ataupun kegiatan jasmani lainnya.
Analisis dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan
antara frekuensi olahraga dengan gizi lebih dan obesitas dengan nilai p= 0,001.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti
(2011) pada siswa SMA yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara frekuensi olahraga dengan kesegaran jasmani dimana didapatkan
hasil bahwa anak dengan gizi normal melakukan frekuensi olahraga setidaknya 3-
4 kali dalam seminggu berbeda dengan status gizi lebih atau obesitas yang hanya
melakukan < 3 kali seminggu , rendahnya frekuensi olahraga ini kemungkinan
disebabkan karena jenis olahraga yang kurang menarik atau berhubungan dengan
interaksi sosial subjek (Susanti, 2011).
Didukung dengan penelitian Pratiwi (2015) yang menyatakan bahwa
frekuensi latihan selam 3 kali seminggu dengan zona latihan 70-79 % dari DNM
dan durasi > 30 menit sudah dapat berpengaruh terhadap penurunan berat badan.
Pada tabel 4.5, peneliti juga menemukan durasi terpanjang yang banyak
dilakukan subjek dengan status gizi lebih dan obesitas adalah <20 menit setiap sesi
(48%) sedangkan subjek yang paling banyak melakukan olahraga dengan durasi
>40 menit mempunyai status gizi baik. Hasil analisis menggunakan uji chi-square
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan saran yang mungkin dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran
tersebut yaitu:
1. Seluruh siswa SMAN 2 Binjai disarankan berolahraga aerobik dengan
meningkatkan frekuensi berolahraga dalam seminggu dan durasinya pun
harus ditingkatkan.
2. Penderita status gizi lebih dan obesitas disarankan berolahraga dengan dosis
yang tepat yaitu memperhatikan jenis, frekuensi serta durasi olahraga dan
menghindari gaya hidup sedentary.
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Akuba SY. 2015. Pola Konsumsi Lemak dan Kadar Profil Lipid pada Mahasiswa
Obesitas Angkatan 2014 di Universitas Hasanuddin. Disertai. Makassar.
Universitas Hasanuddin.
Anderson SE, Economos CD dan Must A. 2008. Active play and screen time in US
children aged 4 to 11 years in relation to sociodemographic and weight status
characteristics: a nationally representative cross-sectional analysis. BMC
Public Health 8:366-78.
Andini, A dan Indra, EN. 2016, ‘Perbedaan Pengaruh Frekuensi Latihan Senam
Aerobik Terhadap Penurunan Persentase Lemak Tubuh dan Berat Badan pada
Members Wanita’, MEDIKORA, vol VX, no 1.pp 39-51.
Bray, GA. 1985. Complications of obesity. Ann Intern Med 103(6 ): 1052–1062.
CL, Ogden, MD, Caroll, BK, Kit dan KM Flegal. 2012. Prevalence of Obesity in
the United States. NCHS Data Briefs (82).
Deforche B, dkk. 2003. Changes in fat mass, fat free mass and aerobic fitness in
severely obesitas children and adolescents following arab residential
treatment programme. Eur J Pediatri. 2003; 162: 612-22.
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Djoko, P et al. 2004. Bugar dan Sehat dengan Olahraga. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Fauziah.https://www.kompasiana.com/kholifahfzh/5d4447e2097f364b3a150e83/
peran-pemuda-dalam-penyebaran-informasi-ekolabel-melalui-media-
digital?page=all.
Guyton A Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC.
Hendratno. http://hendratno-fikuny.blogspot.com/2008/11/pengertian-aerob-
dananaerob- beserta.html. Mei 2019.
IDAI. 2014. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan
Remaja. Rekomendasai Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Karen J. Marcdante, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Esensial, Edisi ke-6. IDAI
Mustamin. 2010. Asupan Energi dan Perilaku Sedentari dengan Kejadian Obesitas
Sentral pada Ibu Rumah Tangga Dikelurahan Ujung Pandang Baru
Kecamatan Tallo kota Makassar. Media Gizi Pangan. X(2), Juli- desember
2010.
Mutohir dan Maksum. 2007, Sport Development Index (Konsep, Metodologi dan
Aplikasi) Alternatif Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan Bidang
Keolahragaan. Penerbit PT. Index. Jakarta.
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI). 2012. What Cause Overweight
and Obesity. http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/ms. 08 Mei
2019
Pratiwi, A. 2015. Pengaruh Senam Aerobik terhadap Penurunan Berat Badan pada
Peserta Sanggar Senam “ONO AEROBIC” di Salatiga. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ratu, A. 2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 tahun di Indonesia. Makara
Kesehatan 15 (1) : 37-43.
Sjarif, RD, et al. 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Edisi
Pertama. Jakarta: IDAI
Soegondo, S. 2009, Sindroma Metabolik. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., Setiasti, S., editors.
Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik. 2011. Pengukuran Status
Nutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Vera T dan Naomi M. Tando. 2012. Aktifitas Fisik dan Pola Makan dengan
Obesitas Sentral pada Tokoh Agama di Kota Manado. Jurnal 4 (1): 289298.
World Health Organization. 2011. Obesity: Preventing and Managing the Global
Epidemic. Dalam : Report of a WHO Consultation. Geneva Switzerland.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11234459.08 Mei 2019
Yamin B. 2013, Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas pada Siswa
Sekolah Dasar di Kota Manado. Disertai. Program Studi Ilmu
Keperawatan. FK Universitas Sam Ratulangi Manado.
LAMPIRAN 1
NIM : 160100029
Riwayat Pelatihan :
Riwayat Organisasi:
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
No. Subjek :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
No. Telp/HP :
BB/TB :
Dalam seminggu terakhir
1. Apakah jenis olahraga yang Anda lakukan?
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
1 2 3
1 3 2 3 8
2 3 2 3 8
3 3 2 3 8
4 3 2 3 8
5 3 2 3 8
6 3 2 3 8
7 3 2 3 8
8 3 2 3 8
9 3 2 3 8
10 3 2 3 8
11 1 1 1 3
12 3 2 3 8
13 3 2 3 8
14 3 2 3 8
15 3 2 3 8
16 3 2 3 8
17 3 2 3 8
18 3 2 3 8
19 3 2 3 8
20 3 2 3 8
21 3 2 3 8
22 3 2 3 8
23 3 2 3 8
24 1 1 1 3
25 3 2 3 8
26 1 1 1 3
27 3 2 3 8
28 3 2 3 8
29 3 2 3 8
30 3 2 3 8
31 3 2 3 8
32 1 1 1 3
33 1 1 1 3
34 3 2 3 8
35 3 2 3 8
LAMPIRAN 10
N %
Valid 35 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 35 100.0
Reliability Statistics
.880 4
Correlations
P1 P2 P3 JUMLAH
N 35 35 35 35
N 35 35 35 35
LAMPIRAN 11
MASTER DATA SUBJEK SMA NEGERI 2 BINJAI
No. Sex U Kelas Status gizi Jenis Frek Durasi
Resp olahraga olahraga olahraga
LAMPIRAN 12
OUTPUT SPSS HUBUNGAN KEGIATAN OLAHRAGA DENGAN GIZI
LEBIH DAN OBESITAS
Frequencies
Statistics
Jeniskelamin
Umur
18 1 .8 .8 100.0
Kelas
StatusGizi
JenisOlahraga
FrekuensiOlahraga
DurasiOlahraga
StatusGizi Total
GLdanObesitas Normal
Count 34 19 53
Count 16 14 30
Count 10 27 37
Count 60 60 120
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.
StatusGizi Total
GLdanObesita Normal
s
Count 43 24 67
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
StatusGizi Total
GLdanObesitas Normal
Count 29 13 42
Count 15 22 37
Count 16 25 41
Count 60 60 120
Chi-Square Tests
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.50.