Anda di halaman 1dari 53

1

Studi Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER : HYPERTENSIVE HEART DISEASE (HHD)
DI RS PALEMBANG

LUKI GUNAWAN, S.Kep

21218041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2019
2

Studi Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER : HYPERTENSIVE HEART DISEASE (HHD)
DI RUMAH SAKIT PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Profesi Ners

LUKI GUNAWA, S.Kep

21218041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2019
3

KATAPENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai profesi Ners. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan proposal studi kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan proposal studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Ibu Sri Yulia, S.Kp.,M.Kep selakuKetua STIKes Muhammadiyah Palembang


2. Ibu Anita Apriany,S.Kep., Ns., M.Bmd selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang.
3. Ibu Dewi Pujiana, S.Kep.,Ns., M.Bmd selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi dalam penulisan studi
kasus ini.
4. Bapak Joko Tri Wahyudi.,M.Kep selaku penguji pada studi kasus ini
5. Para dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners
STIKes Muhammadiyah Palembang yang telah mempermudah semua urusan
6. Untuk Ibukuyang sangat aku banggakan dan seluruh keluarga besarku yang
telah mendukung dan memberikan dukungannya selama ini.
7. Untuk “Mr.R” yang telah memberi dukungan bahkan membantu dalam
penyusunan studi kasus ini. Saya ucapkan terimakasih banyak
8. Buat semua teman-teman satu angkatan program profesi ners angkatan
2017/2018 semoga silaturahmi kita tetap terjalin hingga akhirat kelak.
9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan proposal
studi kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, 03/ 2019


Penulis
4

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL DEPAN................................................................... i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN ORISINALITAS ................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ..................................................................................... 6


1. Definisi .......................................................................................... 6
2. Etiologi .......................................................................................... 7
3. Anatomi Fisiologi .......................................................................... 8
4. Patoflow ........................................................................................ 12
5. Klasifikasi...................................................................................... 14
6. Tanda Gejala ................................................................................. 15
7. Penatalaksanaan ............................................................................ 17
8. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 20
9. Komplikasi .................................................................................... 21
5

B. Tinjauan Askep Teoritis ....................................................................... 22


1. Pengkajian ...................................................................................... 22
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 26
3. Nursing Care Planning (NCP) ...................................................... 27
4. Dischare Planning .......................................................................... 42
6

BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik
lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak
ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan
darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Price, 2014)
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan
angka jumlah penderita hipertensi akan terus bertambah seiring dengan
jumlah penduduk yang semakin meningkat. Pada tahun 2025 mendatang
diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Persentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.
Data global status report on noncommunicable disease 2010 dari WHO
menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan asia, penyakit
hipertensi telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya, hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tingi.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2012, hipertensi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian
pada pasien rawat inap diseluruh rumah sakit Indonesia pada tahun 2010
setelah penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus dan stroke. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) diketahui prevalensi hipertensi di
Indonesia pada responden yang berumur 18 tahun ke atas sebesar 25,8%.
7

Prevalensi hipertensi yang tertinggi terdapat di Bangka Belitung (30,9%),


Kalimantan Selatan (30,8%), Sumatera Selatan (26,1%) serta Riau sebesar
20,9%).
Prevalensi hipertensi di kota Palembang pada tahun 2012 sebesar
17,8%. Pravelensi pada laki-laki sebesar 59% sedangkan pravelensi pada
perempuan sebesar 41% (Suryanto 2012).
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit gagal
jantung, stroke, dan gagal ginjal. Menurut Damayanti (2013) gambaran
klinis klien hipertensi yaitu seperti nyeri dada disertai sesak nafas,
pandangan kabur, telinga berdengung, dan sulit tidur.Prasetyorini dan
Prawesti (2012), dalam jurnalnya menyampaikan bahwa peningkatan
tekanan darah ini disebabkan beberapa faktor antara lain jenis kelamin,
latihan fisik, makanan, stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh),
stres emosional (marah, takut, dan aktivitas seksual), kondisi penyakit
(arteriosklerosis), hereditas, nyeri, obesitas, usia, serta kondisi pembuluh
darah. Salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada pasien
hipertensi adalah merokok. Merokok merupakan masalah yang terus
berkembang dan belum dapat ditemukan solusinya di Indonesia sampai
saat ini. Menurut WHO (2011), pada tahun 2007 Indonesia menempati
posisi urutan ke-5 dengan jumlah perokok terbanyak di dunia.
Merokok dapat menyebabkan hipertensi ini diakibatkan zat-zat
yang terkandung didalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri,
sehingga arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal
ini ini terutama disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok
yang memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan pembuluh
darah, serta peran karbonmonoksida yang dapat menggantikan oksigen
dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Tingginya angka perokok dan penyakit hipertensi dimasyarakat
harus mendapatkan perhatian lebih terutama dari pelayanan kesehatan
salah satunya yaitu perawat yang dimana peran dan fungsi perawat yaitu
pemberi asuhan keperawatan (care giver), perawat sebagai advokat pasien,
perawat sebagai pendidik, perawat sebagai konselor, perawat sebagai
8

tempat berkolaborasi dengan tim medis lainnya, dan perawat sebagai


peneliti (Hidayat, 2012).
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan merupakan
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan
secara langsung terhadap pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Adapun proses asuhan keperawatan dilaksanakan dalam beberapa tahap
meliputi pengkajian, analisa masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan
(Intervensi), pelaksanaan (Implementasi), evaluasi (formatif/proses dan
sumatif) (Asmadi, 2013)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menyatakan
banyaknya pravelensi pasien hipertensi di Indonesia dan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan, maka peneliti untuk mengetahui
bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguam Sistem
Kardiovaskuler : Hypertensive Heart Disease (HHD).

B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik
maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat
terjadi secara esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit
tertentu yang diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit
jantung, dan gagal ginjal. Hipertensi primer terjadi sebesar 90 - 95 %
kasus dan cenderung bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko
meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai dan merokok

Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan dalam penelitian


ini, yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD)
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan agar penulis mendapatkan gambaran bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler
Hypertensive Heart Disease (HHD)
9

2. Tujuan Khusus
Tujuan Khususnya adalah :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
b. Melakukan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease
(HHD).
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan salah satu penerapan ilmu pengetahuan
yang telah didapat, memberikan pengalaman dan meningkatkan
pemahaman dalam penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis
dalam rangka melaksanakan asuhan kperawatan pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi
bagi perawat khususnya pada bangsal penyakit dalam dan bedah,
untuk lebih meningkatkan perannya sebagai perawat pemberi
asuhan keperawatan yang profesional sehingga dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD) secara efektif.
10

b. Bagi Institusi Pendidikan


Menjadi bahan masukan untuk mengembangkan keilmuan
dalam bidang Keperawatan Medikal Bedah, terutama aspek yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
c. Bagi Penulis
Sebagai bahan acuan bagi peneliti, guna mengembangkan
penelitian keperawatan medikal bedah khususnya masalah tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi
sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak
berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.
Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring
(Baradero M, dkk, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila
arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90
mmHg.
12

2. Etiologi
a. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus
merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi
faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas
pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain
diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang
berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama
dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi
memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai
populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih
(obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi
primer (Guyton, 2008).
b. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-
obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
13

3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Jantung

Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler adalah system transport (peredaran)


yang membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan
zat lain ke dari dan jaringan tubuh (Kasron, 2011). Sistem
kardiovaskuler di bangun oleh :

1) Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari
bentuk dan susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara
kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan kita (
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk jantung
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di
belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla
mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut
14

iktus kordis. Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman


tangan kanan dan beratnya kira – kira 250 – 300 gram.
2) Lapisan jantung
a) Perikardium (Epikardium) adalah suatu membran tipis di
bagian luar yang membungkus jantung.
b) Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di
sebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau
selaput lender yang melapisi rongga endotel atau selaput
lender yang melapisi permukaan rongga jantung.
c) Miokardium merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari
otot – otot jantung, otot jantung ini membentk bundalan –
bundalan otot
3) Katup – katup jantung
Di dalam jantung terdapat katup – katup yang sangat penting
artinya dalam susunan perdaran darah dan pergerakan jantung
manusia.
a) Valvula biskuspidalis , terdapat antara atrium dextra dengan
ventrikel dextra terdiri dari 3 katup.
b) vena biskuspidalis, terletak antara atrium sinistra dengan
ventrikel sinistra terediri 2 katup.
c) vulva semilunaris artei pulmonalis, terletak antara ventrikel
dextra dengan arteri pulmonali , tempat darah mengalir
menuju ke paru – paru.
d) vena semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sisnistra
dengan aorta tepat darah mengalir menuju keseluruh tubuh.
4) Pembuluh darah
a) pembuluh darah arteri
b) Arteri merupakan Jenis pembuluh darah yang keluar dari
jantung yang membawa darah ke seluruh dari ventrikel
sinistra di sebut aorta. Arteri membawa darah mengandung
oksigen, jauh dari jantung, kecuali arteri pulmonalis. Arteri
sebagian besar sangat terletak di tubuh berdinding tebal,
15

tinggi berotot kecuali arteri tengkorak dan tulang


punggung. Arteri kemerahan dalam warna ini
menunjukkan gerakan spurty darah memberikan denyut
nadi, darah di arteri bergerak dengan tekanan. Jika dinding
arteri terluka, darah keluar seperti ‘air mancur’ di
daerah besar di sekitar arteri.
c) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba
dari cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak
kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler pembentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh. Kapiler selanjutnya
bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih
besar disebut vena.
d) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah terdeoksigenasi, ke jantung kecuali
vena paru, vena adalah berdinding tipis, memiliki lumen
lebar, katup yang hadir yang memberikan arus searah
darah, vena berwarna kebiruan, ini menunjukkan gerakan
lamban darah. Darah dalam pembuluh darah bergerak di
bawah tekanan yang sangat rendah, jika dinding vena
terluka, darah yang keluar, mengumpulkan di tempat di
daerah kecil di sekitar vena.
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung beberapa
vena yang penting :
a) Vena cava superior: Vena balik yang memasuki atrium
kanan membawa darah kotor dari daerah kepala, thorax dan
ektremitas atas.
b) Vena cava inferor: Vena yang mengembalikan darah kotor
ke jantung dari semua organ tubuh bagian bawah.
c) Vena cava jugularis: Vena yang mengembalikan darah kotor
dari otak ke jantung.
16

b. Fisiologi jantung
Adapun fisilogi atau cara kerja jantung yaitu sebagai berikut :
1) Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui
katup trikuspid.
2) Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
3) Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. Vena membawa darah yang kaya oksigen ke
atrium kiri.
4) Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk
mencapai ventrikel kiri.
5) Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu
aorta dan darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan
ke organ-organ bagian atas dan tubuh bagian bawah.
6) Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran
darah ke setiap sel tubuh kita.
7) Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka
menyaring limbah dari darah sebelum darah dalam perjalanan
kembali ke jantung.
8) Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri.
Tekanan diastole tekanan di dalam pembuluh darah
saat jantung beristirahat (pada orang dewasa normal kira-kira
80 mm Hg) Tekanan sistole tekanan di dalam pembuluh darah
yang timbul pada saat jantung memompakan darah keluar
(pada orang dewasa normal kira-kira 120 mm Hg) perbedaan
arteri dan vena.

Peredaran darah kecil Peredaran darah kecil adalah


peredaran darah yang hanya keluar dari jantung untuk melalui
paru-paru saja kemudian akan kembali lagi ke jantung.
Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang
mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri
17

jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. (Price dan


Wilson, Lorraine, 2006).

4. Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah interaksi yang
kompleks dari faktor hemodinamik, struktural, neuroendokrin, selular,
dan molekular. Di satu sisi faktor-faktor ini berperan dalam
perkembangan hipertensi dan komplikasinya, sementara di sisi lain
peningkatan tekanan darah juga mempengaruhi faktor-faktor tersebut.
Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi jantung dengan 2 jalur: secara langsung melalui peningkatan
afterload dan secara tidak langsung melalui interaksi neurohormonal
dan vaskular (Riaz , 2013).
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan kompensasi jantung
menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor
neurohormonal yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung
(hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat
dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi
sistem RAA memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan
volume diastolik ventrikel sampai tahap tertentu dan pada akhirnya
akan terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan fungsi
diastolik) (PAPDI, 2009).
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dll)
dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari hipertrofi
ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia miokard, dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada
hipertensi (PAPDI, 2009).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri juga mampu terjadi
melalui beberapa cara:
18

a. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga


mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah
juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
b. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan
menurun. (Price and Wilson, 2006)
19

Bagan 2.1 PATHWAY

Emosi, alcohol, kopi, Peningkatan Peningkatan Factor


tembakau, obat, dll aktivitas S.S asetikolin genetik
simpatis

HIPERTENSI Peningkatan
norepinefrin

Vasokontriksi
pembuluh darah

Penurunan aliran Penurunan aliran Peningkatan TPR


darah ke ginjal darah koroner

Pelepasan renin Penurunan suplai O2 Peningkatan kerja


Relaksasi
ke otot miokard jantung
ventrikel kiri
v
Angiotensin I
Iskemia miokard Peningkatan
Dilatasi ventrikel
afterload
kiri (hipertrofi
Angiotensi II
Metabolisme anerob ekstrinsik
Peningkatan
Sekresi aldesteron afterload yg lama
Rangsangan
Penimbunan asam simpatis &
laktat sistem RAA
Retensi natrium &
H2O Hipertropi
Penurunan PH Memacu Frank-
ventrikel kiri starling (Volume
Peningkatan
Transudasi cairan kebutuhan O2 diastolik
Menstimulasi reseptor terganggu)
nyeri (bradikin in / Pembentukan
Edema prostaglandin khemoreseptor ATP terganggu
Penurunan
Curah Jantung
afferen Kelelahan
Kelebihan Medula oblongata
volume cairan
Medulla spinalis dispnea Aktivitas
Peningkatan ventilasi terganggu

Kortek serebri Thalamus


Intoleransi
Aktivitas
efferent
Pola napas tidak
efektif
Nyeri Akut
Sumber: Baradero (2012), dan Sylvia (2012)
20

5. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada
tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2014).

6. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
b. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada
tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2014).
21

Tabel 2.1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Klasifikasi
(Sumber: Tekanan
JNC, 2014) Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau
D Lebih *
Kategori Sistolik(mmhg) Diastolik(mmhg)
a
t Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
a Hipertensi +
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
t Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang


sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan
peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini
mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi
(Sani, 2014).
c. Klasifikasi menurut WHO (World Health Organization)
WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi
optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi
sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2014).

Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diatol
Sistol (mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
22

(Isolated systolic hypertension)


Sub-group: perbatasan
140-149 <90
(Sumber: WHO, 2014)

a. Klasifikasi hipertensi menurut AHA (American Heart


Association)
AHA (American Heart Association) dan ACC (American
Collage Of Cardiology) berkerjasama dengan beberapa
perhimpunan kardiologi telah merilis panduan terbaru hipertensi
pada tahun 2017.
Berdasarkan panduan tersebut, tekanan darah pada dewasa
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 2.3
Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA 2017
(Sumb Kategori Sistolik Diastolik
er : Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
Gui Meningkat 120-129 dan < 80 mmHg
deli mmHg
ne
AH Stage 1 130-139 atau 80-89 mmHg
A, mmHg
201 Stage 2 ≥ 140 mmHg atau ≥ 90 mmHg
7
23

7. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Damayanti (2013) Gambaran klinis hipertensi umumnya

adalah sebagai berikut :

a. Peninggian tekanan darah

b. Nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung

c. Mata kabur dan edema papilla mata

d. Sakit kepala hebat dan nyeri tengkuk

e. Telinga berdengung, mata berkunang-kunang

f. Sulit tidur

g. Gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak

8. PENATALAKSANAAN
Menurut Muttaqin (2012), penatalaksanaan dari hipertensi yaitu :
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85
atau 95 mmHg serta bila sistolik nya berada diatas 130 atau 139
mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan antihipertensi.
Terapi farmakologis/terapi obat-obatan antihipertensi dapat
digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain.
Klasifikasi obat antihipertensi dibagi menjadi lima kategori yaitu:
1) Diuretik: Chlorthadilon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja
2) Melalui berbagai mekanisme mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan eksresi garam dan airnya.
3) Simpatolitik
Penghambat adrenergic yang bekerja di sentral simpatolitik.
Penghambat adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic
diklasifikasikan sebagai penekan simpatelik, atau simpatolitik.
24

Penghambat adrenergic beta yang telah dibahas sebelumnya


juga dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor
beta.
4) Vasodilator arteriol langsung
Vasodilator yang bkerja langsung adalah obat tahap III yang
bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh
darah terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan
natirum serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer.
Diuretic dapat diberikan bersama-sama dengan vasodilator
yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. Reflex
takikardi -disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan
darah. Penghambat beta sering kali diberikan bersama-sama
dengan vasodilator untuk menurunkan denyut jantung, hal ini
untuk melawan reflex takikardi. Dua dari vasodilator yang
bekerja langsungm dalah hidralazin dan minoksidil. Obat ini
digunakan untuk pengobatan hipertensi yang sedang dan berat.
Nitroprusid dan diazoksid diresepkan untuk hipertensi akut yang
darurat. Kedua obat terakhir ini merupakan vasodilator kuat
yang dengan cepat menurunkan tekanan darah. Nitroprusid
bekerja pad apembuluh darah arteri dan vena. Sedangkan
diazoksid bekrja hanya pada pembuluh arteri.
Efek samping hidralazin cukup banyak, antara lain:
takikardi, palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala,
pusing, perdarahan saluran cerna, gejala-gejala sperti lupus, dan
geja neurologis (kesemutan, baal). Minoksidil memiliki efek
samping yang serupa, yaitu: takikardi, edema, dan pertumbuhan
rambut yang berlebihan. Dapat menyebabkan serangan angina.
Nitroprusid dan diazoksid dapat menyebabkan reflex takikardi,
palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung. Hperglikemi
dapat timbul dengan diaziksid karena obat ini menghambat
pelepasan insulin dan sel-sel pankreas.
25

5) Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat
pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan eksresi
kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan
bersama-sama dengan air. Katropril, enalapril, lisinopril adalah
ketiga antagonus angiotensin. Obat-obat ini dapat digunakan
pada klien yang mempunyai kadar renin serum yang tinggi.
Efek samping dari obat-obatan ini adalah mual, muntah,
diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia, kalium serum yang
berlebihan (hiperkalemia), dan takikardia. Akibatnya risiko
hiperkalemia obat-obat ini tidak boleh digunakan bersama-sama
diuretic hemat kalsium.

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pentalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non-farmakologis, antara lain:
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat
dan/atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal
jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan yaitu: diet rendah garam, diet
tinggi kalium, diet kaya buah dan sayur, diet rendah kolesterol.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian huipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri.
3) Olahraga
26

Olahraga teratur seperti jalan, lari, berenang, bersepeda


bermanfaat untuk menurunka tekanan darah tinggi dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga teratur selama 30 menit
sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah tinnggi. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arteroklerosis
akibat hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jatung.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Bararah & Jauhar (2013) dan Aspiani (2014),
a. pemeriksaan awal laboratorium meliputi:
1) Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder.
2) hemoglobin/hematokrit.
3) Elektrolit darah: kalium.
4) Ureum/kreatinin.
5) Gula darah puasa.
6) Kolesterol total.
b. Juga perlu dilakukan pemeriksaan EKG yaitu:
1) Hipertrofi ventrikel kiri.
2) Iskemia atau infark miokard.
3) Peninggian gelombang P.
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari tiga pada koarktasi
aorta.
2) Pembendungan, lebarnya paru.
3) Hipertrofi parenkim ginjal.
27

4) Hipertrofi vascular ginjal.

10. KOMPLIKASI
Menurut Mutaqqin (2012), komplikasi dari penyakit hipertesi
yaitu:
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi
di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan pennebalan sehingga aliran darah ke
area otak yang diperdarahi berkurang.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
alterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
aliran darah melewatinpembuluh darah. Pada hipertensi kronis
dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium
mungkiun tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemi jantung
yang menyebabkan infark.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena tekanan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusak nya
glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan tekanan meningkat pada kapiler dan mendorong
cairan ke interstisial diseluruh susunan saraf pusat.
e. Kejang dapat terjadi pada wanaita preeklampsia. Bayi yang lahir
mungkin mempunyai berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis
jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses
persalinan.
28

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Menurut Mutaqqin (2012), fase pengkajian merupakan sebuah
komponen utama untuk mengumpulkan informasi, data, memvalidasi
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
Pengumpulan data antara lain :
a. Data Demografi
Data klien, jenis kelamin, diagnosa, tindakan yang dilakukan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Sesak, nyeri kepala
b. Riwayat penyakit Dahulu : Hipertensi, DM
c. Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi
3. Sirkulasi

Gejala :

- Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner atau katup dan penyakit serebravaskular.
- Episode Palpitasi, Perspirasi

Tanda :

- Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah


diperlukan untuk menegakkan doagnostik).
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen
obat)
- Nadi : Denyutan jelas dari karatis, jugularis, radiolaris,
perbedaan denyut seperti : denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis atau brakialis : denyut papliteal,
tibialis posteriar, pedalis tidak terasa atau lemah.
- Denyut apikal : PMJ kemungkinan bergeser sangat kuat.
- Frekuensi atau irama : Takikardia, berbagai distritmia.
- Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar : S3 (CHF dini), S4
(pergerakan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel kiri).
29

- Murmur stenosis valvular.


- Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin
(varakontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat atau
tertunda (vasakontriksi).
- Kulit : Pucat, sianosis dan diufaresis (kangesti, hipaksemia),
kemerahan (feokramoritoma).
4. Pernafasan

Gejala :

- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja


- Takipne, arthapnea, dispnea nakturnal paraksismal
- Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum
- Riwayat merokok
- Distres aspirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan
- Bunyi nafas tambahan (krakles atau wheezing)
- Sianosis

5. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pening atau pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadinya saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam).
- Episoede kebas atau kelemahan pada suatu sisi tubuh.
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
- Episode epistalasis.

Tanda :
- Status mental, perubahan ketegangan (orientasi, pola atau
isi bicara, proses pikir, memori atau ingatan).
- Respon motorik : Penurunan kekuatan genggaman tangan
atau reflek tendon dalam.
30

- Perubahan-perubahan retinal optik : Dari sklerosis atau


penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
skleratik dengan edema atau papiledema eksudat dan
hemofagi tergantung pada berat atau lamanya hipertensi.
6. Eliminasi

Gejala :

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti : infeksi atau
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)

7. Nyeri atau Ketidaknyamanan


Gejala :
- Angina
- Nyeri tulang timbul pada tungkai atau klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
- Nyeri abdomen atau masa

8. Makanan atau Cairan


Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti
makanan yang digoreng, keju, telur) : kandungan tinggi
kalori.
- Mual, muntah
- Perubahan BB akhir-akhir ini (menurun atau meningkat)
- Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :

- BB normal atau obesitas


31

- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) : kongesti


vena, DVJ : Distensi vena jugalaris, glikosinisis (hampir
10% pasien hipertensi adalah diabetik)
9. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat.
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
10. Integritas Ego
Gejala :
- Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi euforia
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan
serebral).
- Faktor-faktor stress multipel (hubungan, keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan)

Tanda :

- Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan, kontinu


perhatian, tangisan yang meledak.
- Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar
mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara.
11. Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara berjalan
Gejala :
- Episode parestesia unilateral transien
- Hipertensi pastural
32

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (Sakit kepala) berhubungan dengan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 miocard dan kebutuhan / kelemahan
4. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi
1

No Diagnosa Rencana Keperawatan


Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC Label : Pain 1. Label : Pain
NIC
selama......... x 24 jam diharapkan pasien Management Management
Definisi : Sensori yang tidak membaik dengan indikator:
menyenangkan dan1. 1. Kaji secara 1. Untuk mengetahui
pengalaman emosional yang 1. Kontrol Nyeri komprehensip tingkat nyeri pasien
muncul secara aktual atau N Indikator A T terhadap nyeri 2. Untuk mengetahui
potensial kerusakan jaringan o termasuk lokasi, tingkat
atau menggambarkan adanya 1. -Mengenali kapan 5 karakteristik, ketidaknyamanan
kerusakan (Asosiasi Studi nyeri terjadi durasi, frekuensi, dirasakan oleh pasien
Nyeri Internasional): kualitas, 3. Untuk mengalihkan
serangan mendadak atau 2. -Menggunakan 5 intensitas nyeri perhatian pasien dari
pelan intensitasnya dari teknik dan faktor rasa nyeri
ringan sampai berat yang nonfarmakologi presipitasi 4. Untuk mengetahui
dapat diantisipasi dengan 2. Observasi reaksi apakah nyeri yang
akhir yang dapat diprediksi 3. -Melaporkan nyeri 5 ketidaknyaman dirasakan klien
dan dengan durasi kurang yang terkontrol secara nonverbal berpengaruh terhadap
dari 6 bulan. 3. Gunakan strategi yang lainnya
komunikasi 5. Untuk mengurangi
Batasan karakteristik : terapeutik untuk factor yang dapat
1. Laporan secara verbal mengungkapkan memperburuk nyeri
atau non verbal Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan pengalaman nyeri yang dirasakan klien
2. Fakta dari observasi 2 = Jarang menunjukan dan penerimaan 6. Pemberian “health
2

3. Posisi antalgic untuk 3 = Kadang-kadang menunjukan klien terhadap education” dapat


menghindari nyeri 4 = Sering menunjukan respon nyeri mengurangi tingkat
4. Gerakan melindungi 5 = Secara konsisten menunjukan 4. Tentukan kecemasan dan
5. Tingkah laku berhati- pengaruh membantu klien
hati pengalaman nyeri dalam membentuk
6. Muka topeng 2. 2. Tingkat Nyeri terhadap kualitas mekanisme koping
7. Gangguan tidur (mata hidup( napsu terhadap rasa nyer
sayu, tampak capek, No Indikator A T makan, tidur, 7. Untuk mengurangi
sulit atau gerakan kacau, 1. - Mengerang&menangis aktivitas,mood, tingkat
menyeringai) hubungan sosial) ketidaknyamanan
8. Terfokus pada diri 2. - Ekspresi nyeri wajah 5. Tentukan faktor yang dirasakan klien.
sendiri yang dapat 8. Agar nyeri yang
9. Fokus menyempit 3. - Tidak bisa istirahat memperburuk dirasakan klien tidak
(penurunan persepsi nyeriLakukan bertambah.
waktu, kerusakan proses 4. - TTV normal evaluasi dengan 9. Agar klien mampu
berpikir, penurunan klien dan tim menggunakan teknik
interaksi dengan orang kesehatan lain nonfarmakologi
dan lingkungan) Ket: 1 = Berat tentang ukuran dalam
10. Tingkah laku distraksi, 2 = Cukup berat pengontrolan memanagement nyeri
contoh : jalan-jalan, 3 = Sedang nyeri yang telah yang dirasakan.
menemui orang lain 4 = Ringan dilakukan 10. Pemberian analgetik
dan/atau aktivitas, 5 = Tidak ada 6. Berikan informasi dapat mengurangi
aktivitas berulang-ulang) tentang nyeri rasa nyeri pasien
11. Respon autonom (seperti termasuk
diaphoresis, perubahan penyebab nyeri,
tekanan darah, berapa lama nyeri
perubahan nafas, nadi akan hilang,
dan dilatasi pupil) antisipasi
3

12. Perubahan autonomic terhadap


dalam tonus otot ketidaknyamanan
(mungkin dalam rentang dari prosedur
dari lemah ke kaku) 7. Control
13. Tingkah laku ekspresif lingkungan yang
(contoh : gelisah, dapat
merintih, menangis, mempengaruhi
waspada, iritabel, nafas respon
panjang/berkeluh kesah) ketidaknyamanan
14. Perubahan dalam nafsu klien( suhu
makan dan minum ruangan, cahaya NIC Label : Administrasi
dan suara) analgetik
Faktor yang berhubungan 8. Hilangkan faktor
: presipitasi yang 1. Dalam kolaborasi
Agen injuri (biologi, kimia, dapat pemberian analgetik,
fisik, psikologis) meningkatkan perawat harus melakukan
pengalaman nyeri pemeriksaan 6 benar
klien( ketakutan, dalm pemberian obat
kurang yaitu dari pengecekan
pengetahuan) jenis, dosis, rute, waktu,
9. Ajarkan cara hingga evaluasi
penggunaan efektifotas obat.
terapi non
farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi
)
10. Kolaborasi
4

pemberian
analgesic

NIC Label :
Administrasi analgetik
1. Cek program
pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum
dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
5

2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :


.... jam, terdapat perbaikan penurunan curah Cardiac Care
Definisi : Ketidakadekuatan jantung Cardiac Care 1. Biasanya terjadi takikardi,
darah yang dipompa oleh 1. Auskultasi nadi apical: untuk mengkompensasi
jantung untuk memenuhi NOC kaji frekuensi, irama penurunan kontraktilitas
kebutuhan metabolik tubuh. 1. Cardiac pump effectiveness jantung ventrikler
2. Catat bumyi jantung 2. S1 dan S2 mungkin
No Indikator A T 3. Palpasi nadi perifer melemah karena
Batasan Karakteristik : 1 Kelelahan 5 4. Monitor tekanan darah menurunnya kerja pompa.
Perubahan Frekuensi 5. Kaji kulit terhadap pucat Irama gallop umum (S3
Irama Jantung 2 Sianosis 5 dan sianosis dan S4) dihasilkan
1. Aritmia 6. Pantau keluaran urin, sebagai aliran darah
2. Bradikardi, Takikardi 3 Asites 5 cacat penurunanya dan kedalam serambi yang
3. Perubahan EKG kepekatnya. distensi. Murmur dapat
4. Palpitasi 4 Penurunan 5 7. Kaji perubahan pada menunjukan
kesadaram sensori, contoh letargi, inkompetensi/ stenosis
Perubahan Preload bingung, disorientasi, katup.
1.Penurunan tekanan vena Keterangan Penilaian : cemas, dan depresi. 3. Penurunan curah jantung
central (central venous 1 : Berat 8. Berikan istirahat semi dapat menunjukan
pressure, CVP) 2 : Cukup berat rekumben pada tempat menurunnya nadi radial,
2.Peneurunan tekanan arteri 3 :Sedang tidur atau kursi. Kaji popliteal, dorsalis
paru (pulmonary artery 4 : Ringan dengan pemeriksaan pedis,dan politeal
wedge pressure, PAWP) 5 : Tidak ada fisik sesuai indikasi 4. Pada PJK dini, sedang
3.Edema, Keletihan 9. Berikan dan kronis tekanan darah
4.Peningkatan CVP istirahatpsikologi dengan dapat meningkat
5.Peningkatan PAWP lingkungan tenang, sehubungn degan SVR.
6.Distensi vena jugular menjelaskan prosedur, 5. Pucat menunjukan
6

7.Murmur membantu pasien menurunnya perfusi


8.Peningkatan berat badan 2. Vital sign status menghindari stress, perifer sekunder terhadap
mendengar/ berespon tidak adekuatnya curah
Perubahan Afterload No Indikator A T trhadap ekspresi jantung, vasokonstriksi,
1. Kulit Lembab 1 Tekanan Darah 5 perasaan /takut dan anemia
2. Penurunan nadi perifer Normal 10. Berikan pispot 6. Ginjal berespon untuk
3. Penurunan resistansi disamping tempat tidur, menurunkan curah
vascular paru Nadi dalam rentang hindari respon valsalva jantung dengan menahan
(pulmunary vascular 2 Normal 5 11. Tinggikan kaki, hindari cairan dan natrium.
resistence, PVR) tekanan pada bawah 7. Dapat menunjukan tidak
4. Penurunan resistansi Respirasi dalam lutut. Dorng latihan adekuatnya perfusi
vaskular sistemik 3 rentang normal 5 aktif/pasif tingkatkan serebral sekunder
(sistemik vascular ambulasi sesuai toleransi terhadap penurunan curah
resistence , SVR) 12. Kaji adanya ketegangan jantung
5. Dipsnea Keterangan Penilaian : beti, penurunan denyut 8. Istrahat fisik harus
6. Peningkatan PVR 1 : Berat nadi kaki, dipertahankan selama
7. Peningkatan SVR 2 : Cukup berat pembengkakan, selama GJK akut atau
8. Oliguria 3 :Sedang kemerahan atau pucat refraktori untuk
9. Pengisian kapiler 4 : Ringan pada ekstremitas memperbaiki efisiensi
memanjang 5 : Tidak ada kontraksi jantung dan
10. Perubahan warna kulit NIC Label : Vital Sign menurunkan kebutuhan
11. Variasi pada pembacaan Monitoring oksigen miokard dan
tekanan darah 1. Monitor TD, nadi, suhu, kerja berlebihan
Perubahan kontraktilitas dan RR 9. Stress emosi
1. Batuk, Crackle 2. Auskultasi TD pada menghaslakn
2. Penurunan indeks kedua lengan dan vaokonstriksi, yang
jantung bandingkan meningkatkan TD dan
3. Penurunan fraksi ejeksi 3. Monitor TD, nadi, RR, meningkatkan frekuensi
7

4. Ortopnea sebelum, selama, dan jantung


5. Dispnea paroksismal setelah aktivitas 10. pispot akan
nokturnal 4. Monitor kualitas dari mempermudah kerja ke
6. Penurunan LVSWI (left nadi kamar mandi. Maneuver
ventricular stroke work 5. Monitor bunyi jantung valsalva menyebabkan
index) 6. Monitor frekuensi dan ransang vagal diikuti
7. Penurunan stroke irama pernapasan dengan takikardi,
volume index (SVI) 7. Identifikasi penyebab sehingga kan
8. Bunyi S3, Bunyi S4 dari perubahan vital sign mempengaruhi fungsi
jantung.
Perilaku/Emosi 11. Menurunkan stasis vena
· Ansietas, Gelisah dan dapat menurunkan
Faktor Yang Berhubungan insiden pembentkan
: thrombus dan embolus
1.Perubahan afterload 12. Menurunnya curah
2.Perubahan kontraktilitas jantung, stasis vena dan
3.Perubahan frekuensi tirah baring lama
jantung meningkatkan resiko
4.Perubahan preload tromboflebitis
5.Perubahan irama
6.Perubahan volume
sekuncup
8

3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label : Activity Therapy NIC Label : Activity
.... jam, kemampuan aktifitas klien membaik Therapy
Definisi : Ketidakcukupan NOC : Activity tolerance 1. Kolaborasi dengan tim
energi psikologis atau No Indikator A T kesehatan lain untuk 1. Mengkaji setiap
fisiologis untuk melanjutkan 1 Kemampuan 5 merencanakan , aspek klien terhadap
atau menyelesaikan aktifitas beraktivitas monitoring program terapi latihan yang
kehidupan sehari-hari yang aktivitasi klien. dierencanakan.
harus atau yang ingin 2 Keseimbangan 5 2. Bantu klien memilih 2. Aktivitas yang
dilakukan. aktivitas dan aktivitas yang sesuai teralau berat dan
istirahat dengan kondisi. tidak sesuai dengan
3. Bantu klien untuk kondisi klian dapat
3 Terjadi peningkatan 5 melakukan memperburuk
Batasan Karakteristik : TTV setelah aktivitas/latihan fisik toleransi terhadap
1. Respon tekanan darah aktivitas secara teratur. latihan.
abnormal terhadap 4. Monitor status emosional, 3. Melatih kekuatan dan
aktivitas fisik dan social serta irama jantung selama
2. Respon frekwensi Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan spiritual klien terhadap aktivitas.
jantung abnormal 2 = Jarang menunjukan latihan/aktivitas. 4. Mengetahui setiap
terhadap aktivitas 3 = Kadang-kadang menunjukan 5. Monitor hasil perkembangan yang
3. Perubahan EKG yang 4 = Sering menunjukan pemeriksaan EKG klien muncul segera
mencerminkan aritmia 5 = Secara konsisten menunjukan saat istirahat dan aktivitas setelah terapi
4. Perubahan EKG yang (bila memungkinkan aktivitas.
mencerminkan iskemia 1. Konservasi energi dengan tes toleransi 5. EKG memberikan
5. Ketidaknyamanan latihan). gambaran yang
setelah beraktivitas N Indikator A T 6. Kolaborasi pemberian akurat mengenai
6. Dipsnea setelah o obat antihipertensi, obat- konduksi jantung
beraktivitas obatan digitalis, diuretic selama istirahat
7. Menyatakan merasa letih dan vasodilator. maupun aktivitas.
9

8. Menyatakan merasa 1 Melakukan 5 NIC Label : Energy 6. Pemberian obat


lemah aktivitas secara Management antihipertensi
mandiri digunakan untuk
2 Mampu berpindah 5 1. Tentukan pembatasan mengembalikan TD
Fakor Yang dengan atau tanpa aktivitas fisik pada klien klien dbn, obat
Berhubungan : bantuan alat 2. Tentukan persepsi klien digitalis untuk
1. Tirah Baring atau 5 dan perawat mengenai mengkoreksi
imobilisasi 3 TTV normal kelelahan. kegagalan kontraksi
2. Kelemahan umum 3. Tentukan penyebab jantung pada
3. Ketidakseimbangan Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan kelelahan (perawatan, gambaran EKG,
antara suplai dan 2 = Jarang menunjukan nyeri, pengobatan) diuretic dan
kebutuhan oksigen 3 = Kadang-kadang menunjukan 4. Monitor efek dari vasodilator
4. Imobilitas 4 = Sering menunjukan pengobatan klien. digunakan untuk
5. Gaya hidup monoton 5 = Secara konsisten menunjukan 5. Monitor intake nutrisi mengeluarkan
yang adekuat sebagai kelebihan cairan.
sumber energy.
6. Anjurkan klien dan Energy Management
keluarga untuk mengenali
tanda dan gejala 8. Mencegah
kelelahan saat aktivitas. penggunaan energy
7. Anjurkan klien untuk yang berlebihan
membatasi aktivitas yang karena dapat
cukup berat seperti menimbulkan
berjalan jauh, berlari, kelelahan.
mengangkat beban berat, 9. Memudahkan klien
dll. untuk mengenali
8. Monitor respon terapi kelelahan dan waktu
oksigen klien. untuk istirahat.
10

9. Batasi stimuli lingkungan 10. Mengetahui sumber


untuk relaksasi klien. asupan energy klien.
10. Batasi jumlah 11. Mengetahui etiologi
pengunjung. kelelahan, apakah
mungkin efek
samping obat atau
tidak.
12. Mengidentifikasi
pencetus klelahan.
13. Menyamakan
persepsi perawat-
klien mengenai
tanda-tanda kelelahan
dan menentukan
kapan aktivitas klien
dihentikan.
14. Mencegah timbulnya
sesak akibat aktivitas
fisik yang terlalu
berat.
15. Mengetahui
efektifitas terapi O2
terhadap keluhan
sesak selama
aktivitas.
16. Menciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk klien
11

beristirahat.
17. Menciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk klien
beristirahat.
18. Memfasilitasi waktu
istirahat klien untuk
memperbaiki kondisi
klien.

4. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label : NIC Label :
.... jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil : Fluid/Electrolyte Fluid/Electrolyte
Management Management
Definisi : Retensi cairan
NOC
isotomik meningkat
1. Elektrolit and acid base balancae 1. Memonitor level 1. Indikasi adanya
Batasan karakteristik :
abnormal elektrolit kelainan metabolisme
1. Berat badan
No Indikator A T serum. cairan dan elektrolit.
meningkat pada
1 Bunyi nafas bersih 5 2. Mendapatkan 2. Indikator adanya
waktu yang singkat
spesiemen peningkatan atau
2. Asupan berlebihan
pemeriksaan penurunan kadar
dibanding output
2 TTV dalam batas 5 laboratorium untuk serum elektrolit
3. Tekanan darah
normal memantau perubahan 3. Indikator adanya
berubah, tekanan
elektrolit. perubahan
arteri pulmonalis
3. Memonitor hasil keseimbangan cairan
berubah, peningkatan
Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan pemeriksaan 4. Indikator adanya
CVP
2 = Jarang menunjukan Laboratorium yang perubahan
4. Distensi vena
3 = Kadang-kadang menunjukan berkaitan dengan keseimbangan cairan
jugularis
4 = Sering menunjukan keseimbangan cairan. 5. Retensi cairan
5. Perubahan pada pola
12

nafas, dyspnoe/sesak 6 = Secara konsisten menunjukan 4. Memonitor hasil berefek terjadinya


nafas, orthopnoe, pemeriksaan edema
suara nafas abnormal laboratorium yang
(Rales atau crakles), berkaitan dengan 6. Tanda vital berperan
kongestikemacetan retensi cairan. pada perkembangan
paru, pleural effusion 5. Monitor tanda dan kondisi pasien
6. Hb dan hematokrit gejala retensi cairan 7. Indikator efek
menurun, perubahan 2. Fluid Balance dan terapeutik dan efek
elektrolit, khususnya ketidakseimbangan samping terkait terapi
perubahan berat jenis N Indikator A T elektrolit
7. Suara jantung SIII o 6. Monitor tanda Vital, NIC Label :Hemodialysis
8. Reflek hepatojugular 1 Terbebas dari 5 jika diperlukan. Therapy
positif distensi vena
9. Oliguria, azotemia jugularis 7. Monitor respon pasien 1. Indikator
10. Perubahan status dalam pemberian perbandingan
mental, kegelisahan, 2 TTV normal 5 medikasi terkait perubahan sebelum
kecemasan elektrolit. dan sesudah dialysis
3 Mengetahui 5 2. Informasi terkait
Faktor-faktor yang indikator NIC Label :Hemodialysis terapi hemodialisis
berhubungan : kelebihan volume Therapy 3. Melakukan dialisa
1. Mekanisme cairan untuk mengurangi
pengaturan melemah 1. Catat batas tanda vital kelebihan cairan pada
2. Asupan cairan Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan seperti: berat, pasien.
berlebihan 2 = Jarang menunjukan temperature, nadi, 4. Identifikasi tanda
3. Asupan natrium 3 = Kadang-kadang menunjukan respirasi, dan tekanan gejala pasien yang
berlebihan 4 = Sering menunjukan darah. perlu penanganan
5 = Secara konsisten menunjukan 2. Menjelaskan prosedur yang cepat
hemodialisa dan
13

tujuannya. NIC Label : Medication


3. Kolaborasi dengan Management
tenaga kesehatan lain
untuk pelaksanaan 1. Pengobatan sesuai
hemodialisa. indikasi akan
4. Ajarkan pasien untuk meningkatkan
memonitor diri sendiri kondisi pasien
tanda dan gejala yang 2. Standar prosedur
memerlukan akan meningkatkan
pengobatan medis. pasien safety dan
efek terapeutik terapi
NIC Label : Medication 3. Obat memiliki
Management kandungan kimia
yang beresiko
1. Berikan medikasi terjadinya alergi.
sesuai indikasi pasien. 4. Pasien dengan tingkat
ketergantungan tinggi
2. Berikan medikasi memerlukan bantuan
sesuai dengan standar ADL
prosedur yang berlaku 5. Diuretik berfungsi
(metode 6 Benar). dalam menurunkan
3. Monitor adanya penumpukan cairan
kemungkinan terjadi sehingga mengurangi
alergi atau edema
kontraindikasi terkait 6. Antihipertensi
therapy. menurunkan tekanan
4. Bantu pasien untuk arteri renalis dan juga
meminum obatnya. menurunkan beban
14

5. Berikan obat diuretic kerja ginjal dalam


sesuai indikasi. proses filtrasi
6. Berikan obat
antihipertensi sesuai
indikasi

5 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label : Airway NIC Label : Airway
nafas .... jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil : Management Management

Definisi : Pertukaran udara 1. Respiratory Status : Airway ventilation 1. Posisikan pasien semi 1. Untuk
inspirasi dan/atau ekspirasi N Indikator A T fowler memaksimalkan
tidak adekuat o 2. Auskultasi suara potensial ventilasi
1 Mampu bernafas 5 nafas, catat hasil 2. Memonitor
Batasan karakteristik : dengan mudah penurunan daerah kepatenan jalan napas
1. Penurunan tekanan ventilasi atau tidak 3. Memonitor respirasi
inspirasi/ekspirasi 2 Tidak ada 5 adanya suara adventif dan keadekuatan
2. Penurunan sumbatan jalan 3. Monitor pernapasan oksigen
pertukaran udara per nafas dan status oksigen
menit 3 5 yang sesuai NIC Label : Oxygen
3. Menggunakan otot Tidak ada suara Therapy
pernafasan tambahan nafas abnormal NIC Label : Oxygen Therapy
4. Nasal flaring 1. Menjaga keadekuatan
5. Dyspnea Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan 1. Mempertahankan ventilasi
6. Orthopnea 2 = Jarang menunjukan jalan napas paten 2. Meningkatkan
7. Perubahan 3 = Kadang-kadang menunjukan 2. Kolaborasi dalam ventilasi dan asupan
penyimpangan dada 4 = Sering menunjukan pemberian oksigen oksigen
8. Nafas pendek 5 = Secara konsisten menunjukan terapi 3. Menjaga aliran
9. Assumption of 3- 3. Monitor aliran oksigen oksigen mencukupi
15

point position NIC Label : Respiratory kebutuhan pasien


10. Pernafasan pursed-lip Monitoring
11. Tahap ekspirasi
berlangsung sangat 1. Monitor kecepatan,
lama ritme, kedalaman dan NIC Label : Respiratory
12. Peningkatan diameter usaha pasien saat Monitoring
anterior-posterior bernafas
13. Pernafasan rata- 2. Vital Sign Status 2. Catat pergerakan 1. Monitor keadekuatan
rata/minimal N Indikator A T dada, simetris atau pernapasan
 Bayi : < 25 atau > 60 o tidak, menggunakan 2. Melihat apakah ada
 Usia 1-4 : < 20 atau > 1 TTV normal 5 otot bantu pernafasan obstruksi di salah
30 (Tekanan darah, 3. Monitor suara nafas satu bronkus atau
 Usia 5-14 : < 14 atau nadi, pernafasan) seperti snoring adanya gangguan
> 25 4. Monitor pola nafas: pada ventilasi
 Usia > 14 : < 11 atau bradypnea, tachypnea, 3. Mengetahui adanya
> 24 hiperventilasi, sumbatan pada jalan
14. Kedalaman Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan respirasi kussmaul, napas
pernafasan 2 = Jarang menunjukan respirasi cheyne- 4. Memonitor keadaan
15. Dewasa volume 3 = Kadang-kadang menunjukan stokes dll pernapasan klien
tidalnya 500 ml saat 4 = Sering menunjukan
istirahat 5 = Secara konsisten menunjukan
16. Bayi volume tidalnya
6-8 ml/Kg
17. Timing rasio
18. Penurunan kapasitas
vital
16

Faktor yang berhubungan :


1. Hiperventilasi
2. Deformitas tulang
3. Kelainan bentuk
dinding dada
4. Penurunan
energi/kelelahan
5. Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
6. Obesitas
7. Posisi tubuh
8. Kelelahan otot
pernafasan
9. Hipoventilasi
sindrom
10. Nyeri
11. Kecemasan
12. Disfungsi
Neuromuskuler
13. Kerusakan
persepsi/kognitif
14. Perlukaan pada
jaringan syaraf tulang
belakang
15. Imaturitas Neurologi
D. Rencana Keperawatan
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan
E. Discharge Planning
1. Pengertian
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien
dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai
proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan
kesehatan umum.
2. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dilakukannya discharge planning adalah:
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan
psikologis
untuk di transfer ke rumah atau kesuatu lingkungan yang dapat
disetujui.
b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka
dalam proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan
memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan
telah dipersiapkan untuk menerima pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien
dan keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas
perawatan diri.
3. Manfaat Discharge Planning
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut
(Nursalam, 2011).
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mendapat palajaran
selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan waktu di rumah.
b. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas keperawatan pasien.
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru.
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.
Sedangkan menurut Dongoes, Moorhouse & Murr (2007)
banyak sekali manfaat yang didapatkan dari discharge planning
diantaranya adalah :
a. Menurunkan jumlah kekambuhan
b. Penurunan perawatan kembali ke rumah sakit dan kunjungan ke
ruang kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnosa
c. Membantu pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan
dan biaya pengobatan
d. Setelah pasien di pulangkan, pasien dan keluarga dapat mengetahui
apa yang telah dilaksanakan, apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien.
e. Ringkasan pulang dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau
perawat home care dan mungkin dapat dikirim oleh dokter yang
terlibat untuk dimasukan dalam catatan institusi untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang
kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan.
4. Komponen Discharge Planning klien Hipertensi
a. Perawatan di rumah
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai : Diet, waktu kontrol,
tempat kontrol
b. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara
pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.
c. Obat-obatan yang dihentikan
Walaupun obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun
tetap dibawa oleh klien serta ditentukan siapa yang akan
menyimpan obat tersebut.
d. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien
waktu pulang.
e. Surat-surat seperti surat keterangan sakit.

5. Tindakan keperawatan pada waktu peprencanaan pulang


a. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang
diharapkan dapat mengurangi angka kekambuhan dan
meningkatkan pengetahuan klien serta keluarga.
b. Program pulang bertahap.
Melatih klien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara lain
yang dilakukan klien di rumah sakit, dan tugas keluarga.
c. Rujukan.
d. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawatan komunitas dengan rumah sakit sehingga
dapat mengetahui perkembangan klien di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.

Arief, S. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi dan Hepatologi Keperawatan. Jakarta


: EGC

Baradero, M., Drayit, M. W., & Siswandi, Y. S. 2009. Prinsip & Praktek
Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.

Bararah,T dan Jaoshar,M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakarya.

Corwin.2001.Buku saku Patofisiologi. Jakarta :EGC

Darmawan.2012.Penyakit Kardiovaskuler Pada Lanjut Usia.Yogyakarta : Nuha.

Depkes RI. 2013. Informasi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan


Lingkungan. Jakarta: Depkes RI.

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. 2004. Nursing Interventions Classification


(NIC) (5th ed.). America: Mosby Elseiver.

Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:


Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Doenges.2005. Rencana Asuhan Keperawatan , edisi 3, Jakarta : EGC


http://poltekkes-tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JKM/article/view/175

Dosh SA. 2001.The Diagnosis Of Essential And Secondary Hypertension In


Adults.
J.Fam Pract.

Moorhead, S.,etc.at.al Alih Bahasa oleh Nurjanah, I & Tumanggor, R.D. 2017.
Nursing Interventions Classification And Nursing Outcomes
Classification. Edisi ke V. Surabaya : mocomedia

Eva dan Sari. 2018. “Penatalaksanaan Terapi Musik Klasik dengan Masalah
Keperawatan Gangguan Penurunan Curah Jantung pada Pasien
Hipertensi di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”. Diakes
pada 18 Juli 2018

Halimudin.2013. “Pengaruh Model Aktivitas Dan Latihan Intensitas Ringan Klien


Gagal Jantung Terhadap Tekanan Darah”. Diakses Pada 11 Juli 2018

Jennifer, Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi . Alih Bahasa
Andry Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kozier & Erb’s.2016. Fundamentals of Nursing. United States of America:


Pearson Education, Inc.

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcomes
Classsification (NOC) (5th ed.). United states of America: Mosby Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Buku Saku Keperawatan.Edisi III. Jakarta : Salemba Medika.

PAPDI. 2009. Standar Profesi : Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

Price,Sylvia,A dan Wilson,M.2011. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta : EGC.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan.


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 01 April 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
20 · 2013.pdf. Ezenwa, M. O. (2009).

Robinson, Joan. M dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid.
Satu. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.

Setiadi.2012.Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan


Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sudoyo,W.2014.Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Susilo dan Ari. 2011 “Hubungan Gaya Hidup Dengan Angka Terjadinya
Hipertensi di Puskesmas Bantul”. Diakses pada 18 Juli 2018

Anda mungkin juga menyukai