Studi Kasus
21218041
Studi Kasus
Profesi Ners
21218041
KATAPENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai profesi Ners. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan proposal studi kasus ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan proposal studi kasus ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada :
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL DEPAN................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya
tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik
lebih dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak
ginjal. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan
darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Price, 2014)
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan
angka jumlah penderita hipertensi akan terus bertambah seiring dengan
jumlah penduduk yang semakin meningkat. Pada tahun 2025 mendatang
diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Persentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.
Data global status report on noncommunicable disease 2010 dari WHO
menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan asia, penyakit
hipertensi telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya, hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tingi.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2012, hipertensi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian
pada pasien rawat inap diseluruh rumah sakit Indonesia pada tahun 2010
setelah penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus dan stroke. Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) diketahui prevalensi hipertensi di
Indonesia pada responden yang berumur 18 tahun ke atas sebesar 25,8%.
7
B. Rumusan Masalah
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik
maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat
terjadi secara esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya
tidak dapat diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit
tertentu yang diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit
jantung, dan gagal ginjal. Hipertensi primer terjadi sebesar 90 - 95 %
kasus dan cenderung bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko
meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai dan merokok
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khususnya adalah :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
b. Melakukan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease
(HHD).
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan salah satu penerapan ilmu pengetahuan
yang telah didapat, memberikan pengalaman dan meningkatkan
pemahaman dalam penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
landasan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis
dalam rangka melaksanakan asuhan kperawatan pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi
bagi perawat khususnya pada bangsal penyakit dalam dan bedah,
untuk lebih meningkatkan perannya sebagai perawat pemberi
asuhan keperawatan yang profesional sehingga dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler Hypertensive Heart Disease (HHD) secara efektif.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi
sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak
berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.
Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring
(Baradero M, dkk, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila
arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90
mmHg.
12
2. Etiologi
a. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus
merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi
faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas
pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan
lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain
diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang
berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama
dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi
memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai
populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih
(obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi
primer (Guyton, 2008).
b. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-
obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan
menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003).
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
13
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Jantung
1) Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena di lihat dari
bentuk dan susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara
kerjanya sama otot polos yaitu di luar kemauan kita (
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk jantung
menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) dan di sebut basis kordis. Di sebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat di
belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla
mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung yang di sebut
14
b. Fisiologi jantung
Adapun fisilogi atau cara kerja jantung yaitu sebagai berikut :
1) Darah di atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui
katup trikuspid.
2) Ini mengalir ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
3) Darah melakukan perjalanan ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis. Vena membawa darah yang kaya oksigen ke
atrium kiri.
4) Ini kemudian harus mengalir melalui katup mitral untuk
mencapai ventrikel kiri.
5) Melalui katup aorta semilunar, darah dipompa ke aorta. Garpu
aorta dan darah mengambil jalan untuk melakukan perjalanan
ke organ-organ bagian atas dan tubuh bagian bawah.
6) Arteri, arteriol dan kapiler membentuk jaringan untuk aliran
darah ke setiap sel tubuh kita.
7) Beberapa bagian dari darah masuk ke ginjal. Mereka
menyaring limbah dari darah sebelum darah dalam perjalanan
kembali ke jantung.
8) Vena kava inferior dan superior merupakan pembawa darah
terdeoksigenasi kembali ke atrium kiri.
Tekanan diastole tekanan di dalam pembuluh darah
saat jantung beristirahat (pada orang dewasa normal kira-kira
80 mm Hg) Tekanan sistole tekanan di dalam pembuluh darah
yang timbul pada saat jantung memompakan darah keluar
(pada orang dewasa normal kira-kira 120 mm Hg) perbedaan
arteri dan vena.
4. Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah interaksi yang
kompleks dari faktor hemodinamik, struktural, neuroendokrin, selular,
dan molekular. Di satu sisi faktor-faktor ini berperan dalam
perkembangan hipertensi dan komplikasinya, sementara di sisi lain
peningkatan tekanan darah juga mempengaruhi faktor-faktor tersebut.
Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi jantung dengan 2 jalur: secara langsung melalui peningkatan
afterload dan secara tidak langsung melalui interaksi neurohormonal
dan vaskular (Riaz , 2013).
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan kompensasi jantung
menghadapi tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor
neurohormonal yang ditandai oleh penebalan konsentrik otot jantung
(hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat
dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi
sistem RAA memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan
volume diastolik ventrikel sampai tahap tertentu dan pada akhirnya
akan terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan fungsi
diastolik) (PAPDI, 2009).
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dll)
dapat terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard akibat dari hipertrofi
ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia miokard, dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada
hipertensi (PAPDI, 2009).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri juga mampu terjadi
melalui beberapa cara:
18
HIPERTENSI Peningkatan
norepinefrin
Vasokontriksi
pembuluh darah
5. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada
tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2014).
6. KLASIFIKASI
Beberapa klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
b. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada
tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat
(Sani, 2014).
21
Tabel 2.1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Klasifikasi
(Sumber: Tekanan
JNC, 2014) Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau
D Lebih *
Kategori Sistolik(mmhg) Diastolik(mmhg)
a
t Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
a Hipertensi +
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
t Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Diatol
Sistol (mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
22
7. MANIFESTASI KLINIS
f. Sulit tidur
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Muttaqin (2012), penatalaksanaan dari hipertensi yaitu :
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85
atau 95 mmHg serta bila sistolik nya berada diatas 130 atau 139
mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan antihipertensi.
Terapi farmakologis/terapi obat-obatan antihipertensi dapat
digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain.
Klasifikasi obat antihipertensi dibagi menjadi lima kategori yaitu:
1) Diuretik: Chlorthadilon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja
2) Melalui berbagai mekanisme mengurangi curah jantung dengan
mendorong ginjal meningkatkan eksresi garam dan airnya.
3) Simpatolitik
Penghambat adrenergic yang bekerja di sentral simpatolitik.
Penghambat adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic
diklasifikasikan sebagai penekan simpatelik, atau simpatolitik.
24
5) Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat
pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan eksresi
kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan
bersama-sama dengan air. Katropril, enalapril, lisinopril adalah
ketiga antagonus angiotensin. Obat-obat ini dapat digunakan
pada klien yang mempunyai kadar renin serum yang tinggi.
Efek samping dari obat-obatan ini adalah mual, muntah,
diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia, kalium serum yang
berlebihan (hiperkalemia), dan takikardia. Akibatnya risiko
hiperkalemia obat-obat ini tidak boleh digunakan bersama-sama
diuretic hemat kalsium.
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pentalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan
setara non-farmakologis, antara lain:
1) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat
dan/atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal
jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan yaitu: diet rendah garam, diet
tinggi kalium, diet kaya buah dan sayur, diet rendah kolesterol.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian huipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri.
3) Olahraga
26
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Bararah & Jauhar (2013) dan Aspiani (2014),
a. pemeriksaan awal laboratorium meliputi:
1) Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder.
2) hemoglobin/hematokrit.
3) Elektrolit darah: kalium.
4) Ureum/kreatinin.
5) Gula darah puasa.
6) Kolesterol total.
b. Juga perlu dilakukan pemeriksaan EKG yaitu:
1) Hipertrofi ventrikel kiri.
2) Iskemia atau infark miokard.
3) Peninggian gelombang P.
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari tiga pada koarktasi
aorta.
2) Pembendungan, lebarnya paru.
3) Hipertrofi parenkim ginjal.
27
10. KOMPLIKASI
Menurut Mutaqqin (2012), komplikasi dari penyakit hipertesi
yaitu:
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi
di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan pennebalan sehingga aliran darah ke
area otak yang diperdarahi berkurang.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
alterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
aliran darah melewatinpembuluh darah. Pada hipertensi kronis
dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium
mungkiun tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemi jantung
yang menyebabkan infark.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena tekanan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusak nya
glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan tekanan meningkat pada kapiler dan mendorong
cairan ke interstisial diseluruh susunan saraf pusat.
e. Kejang dapat terjadi pada wanaita preeklampsia. Bayi yang lahir
mungkin mempunyai berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis
jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses
persalinan.
28
Gejala :
Tanda :
Gejala :
5. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pening atau pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadinya saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam).
- Episoede kebas atau kelemahan pada suatu sisi tubuh.
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
- Episode epistalasis.
Tanda :
- Status mental, perubahan ketegangan (orientasi, pola atau
isi bicara, proses pikir, memori atau ingatan).
- Respon motorik : Penurunan kekuatan genggaman tangan
atau reflek tendon dalam.
30
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti : infeksi atau
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
Tanda :
Tanda :
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (Sakit kepala) berhubungan dengan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi, dan iskemia miokardi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 miocard dan kebutuhan / kelemahan
4. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi
1
pemberian
analgesic
NIC Label :
Administrasi analgetik
1. Cek program
pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan
frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum
dan sesudah
pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
5
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label : Activity Therapy NIC Label : Activity
.... jam, kemampuan aktifitas klien membaik Therapy
Definisi : Ketidakcukupan NOC : Activity tolerance 1. Kolaborasi dengan tim
energi psikologis atau No Indikator A T kesehatan lain untuk 1. Mengkaji setiap
fisiologis untuk melanjutkan 1 Kemampuan 5 merencanakan , aspek klien terhadap
atau menyelesaikan aktifitas beraktivitas monitoring program terapi latihan yang
kehidupan sehari-hari yang aktivitasi klien. dierencanakan.
harus atau yang ingin 2 Keseimbangan 5 2. Bantu klien memilih 2. Aktivitas yang
dilakukan. aktivitas dan aktivitas yang sesuai teralau berat dan
istirahat dengan kondisi. tidak sesuai dengan
3. Bantu klien untuk kondisi klian dapat
3 Terjadi peningkatan 5 melakukan memperburuk
Batasan Karakteristik : TTV setelah aktivitas/latihan fisik toleransi terhadap
1. Respon tekanan darah aktivitas secara teratur. latihan.
abnormal terhadap 4. Monitor status emosional, 3. Melatih kekuatan dan
aktivitas fisik dan social serta irama jantung selama
2. Respon frekwensi Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan spiritual klien terhadap aktivitas.
jantung abnormal 2 = Jarang menunjukan latihan/aktivitas. 4. Mengetahui setiap
terhadap aktivitas 3 = Kadang-kadang menunjukan 5. Monitor hasil perkembangan yang
3. Perubahan EKG yang 4 = Sering menunjukan pemeriksaan EKG klien muncul segera
mencerminkan aritmia 5 = Secara konsisten menunjukan saat istirahat dan aktivitas setelah terapi
4. Perubahan EKG yang (bila memungkinkan aktivitas.
mencerminkan iskemia 1. Konservasi energi dengan tes toleransi 5. EKG memberikan
5. Ketidaknyamanan latihan). gambaran yang
setelah beraktivitas N Indikator A T 6. Kolaborasi pemberian akurat mengenai
6. Dipsnea setelah o obat antihipertensi, obat- konduksi jantung
beraktivitas obatan digitalis, diuretic selama istirahat
7. Menyatakan merasa letih dan vasodilator. maupun aktivitas.
9
beristirahat.
17. Menciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk klien
beristirahat.
18. Memfasilitasi waktu
istirahat klien untuk
memperbaiki kondisi
klien.
4. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label : NIC Label :
.... jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil : Fluid/Electrolyte Fluid/Electrolyte
Management Management
Definisi : Retensi cairan
NOC
isotomik meningkat
1. Elektrolit and acid base balancae 1. Memonitor level 1. Indikasi adanya
Batasan karakteristik :
abnormal elektrolit kelainan metabolisme
1. Berat badan
No Indikator A T serum. cairan dan elektrolit.
meningkat pada
1 Bunyi nafas bersih 5 2. Mendapatkan 2. Indikator adanya
waktu yang singkat
spesiemen peningkatan atau
2. Asupan berlebihan
pemeriksaan penurunan kadar
dibanding output
2 TTV dalam batas 5 laboratorium untuk serum elektrolit
3. Tekanan darah
normal memantau perubahan 3. Indikator adanya
berubah, tekanan
elektrolit. perubahan
arteri pulmonalis
3. Memonitor hasil keseimbangan cairan
berubah, peningkatan
Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan pemeriksaan 4. Indikator adanya
CVP
2 = Jarang menunjukan Laboratorium yang perubahan
4. Distensi vena
3 = Kadang-kadang menunjukan berkaitan dengan keseimbangan cairan
jugularis
4 = Sering menunjukan keseimbangan cairan. 5. Retensi cairan
5. Perubahan pada pola
12
5 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC Label : Airway NIC Label : Airway
nafas .... jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil : Management Management
Definisi : Pertukaran udara 1. Respiratory Status : Airway ventilation 1. Posisikan pasien semi 1. Untuk
inspirasi dan/atau ekspirasi N Indikator A T fowler memaksimalkan
tidak adekuat o 2. Auskultasi suara potensial ventilasi
1 Mampu bernafas 5 nafas, catat hasil 2. Memonitor
Batasan karakteristik : dengan mudah penurunan daerah kepatenan jalan napas
1. Penurunan tekanan ventilasi atau tidak 3. Memonitor respirasi
inspirasi/ekspirasi 2 Tidak ada 5 adanya suara adventif dan keadekuatan
2. Penurunan sumbatan jalan 3. Monitor pernapasan oksigen
pertukaran udara per nafas dan status oksigen
menit 3 5 yang sesuai NIC Label : Oxygen
3. Menggunakan otot Tidak ada suara Therapy
pernafasan tambahan nafas abnormal NIC Label : Oxygen Therapy
4. Nasal flaring 1. Menjaga keadekuatan
5. Dyspnea Ket: 1 = Tdk pernah menunjukan 1. Mempertahankan ventilasi
6. Orthopnea 2 = Jarang menunjukan jalan napas paten 2. Meningkatkan
7. Perubahan 3 = Kadang-kadang menunjukan 2. Kolaborasi dalam ventilasi dan asupan
penyimpangan dada 4 = Sering menunjukan pemberian oksigen oksigen
8. Nafas pendek 5 = Secara konsisten menunjukan terapi 3. Menjaga aliran
9. Assumption of 3- 3. Monitor aliran oksigen oksigen mencukupi
15
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.
Baradero, M., Drayit, M. W., & Siswandi, Y. S. 2009. Prinsip & Praktek
Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.
Moorhead, S.,etc.at.al Alih Bahasa oleh Nurjanah, I & Tumanggor, R.D. 2017.
Nursing Interventions Classification And Nursing Outcomes
Classification. Edisi ke V. Surabaya : mocomedia
Eva dan Sari. 2018. “Penatalaksanaan Terapi Musik Klasik dengan Masalah
Keperawatan Gangguan Penurunan Curah Jantung pada Pasien
Hipertensi di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”. Diakes
pada 18 Juli 2018
Jennifer, Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi . Alih Bahasa
Andry Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcomes
Classsification (NOC) (5th ed.). United states of America: Mosby Elsevier.
Robinson, Joan. M dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid.
Satu. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Susilo dan Ari. 2011 “Hubungan Gaya Hidup Dengan Angka Terjadinya
Hipertensi di Puskesmas Bantul”. Diakses pada 18 Juli 2018