Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI-

DAMPAK PSIKOLOGIS COVID-19

PADA TENAGA KESEHATAN

(LiteraturpReview)

OLEH :
FREDYNATA ANUCASANA
NIM : 20201660004

PROGRAM STUDI S-1tKEPERAWATAN

FAKULTAStILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHpSURABAYA

2021
%& SKRIPSI/ 88

DAMPAK PSIKOLOGIS COVID-19

PADA TENAGA KESEHATAN

LITERATUR REVIEW

57&Diajukan Pada/Program Studi S1/Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan *(


&**UniversitasSMuhammadiyahhSurabaya*_)
@@Untuk/Gelar Sarjana/Keperawatan (S.Kep) @

DDDisusun/OlehHH
Fredynata/Anucasana
20201660004

@#$PROGRAM/STUDI/S1/KEPERAWATAN@#%
FFFAKULTAS/ILMU/KESEHATANNN 
UUUUNIVERSITAS/MUHAMMADIYAH/SURABAYAAAA
/22021/1

i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT 

Saya/bertanda tangan dibawah ini : 


Nama/ : Fredynata/Anucasana
NIM/ : 20201660004/
Fakultas/ : Ilmu/Kesehatan 
Program/Studi : S1/Keperawatan 
Saya menyatakan/karya ini benar-benar tulisan saya sendiri tidak menjiplak
dengan cara/atau/bentuk apa pun baik sebagian maupun seluruhnya. Jika
terdeteksi plagiarisme terbukti di kemudian hari, saya/bersedia disanksi akademik
berdasarkan ketentuan dari/Universitas Muhammadiyah/Surabaya.

Surabaya,/28/Februari/2022 
Yang/membuat/pernyataan,

Fredynata/Anucasana
NIM./20201660004

ii
PERSETUJUAN

Sekripsi/literatur/review ini telah/diperiksa dan disetujui isi sertaisusunannya,


sehingga dapat diajukan dalam ujian sidang skripsii pada Program Studi S1
Keperawatan/Fakultas IlmuiKesehataniUniversitas MuhammadiyahiSurabaya.

Surabaya,i28/Februarii2022

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

(Anis/Rosyiatul H,S.Kep.,Ns.,M.Kes) (GitaiMarini,S.Kep.,Ns.,M.Kes)


Mengetahui,i
Ketua”Program Studi’ Keperawatan

(Aries/Candra/A.,S.Kep.Ns.,M.Kep.Sp.Kep.An)

iii
PENGESAHAN

SekripsiRiniitelah_Qdipertahankan dihadapan Tim pengujiiPUjian Sidang


Skripsiipada tanggal 28 Februarii2022/oleh :
Nama/ : Fredynata/Anucasana/
NIM/ : 20201660004 
Program1 Studi S1i Keperawatano Fakultas Ilmu Kesehatan/ Universitas
Muhammadiyah/Surabaya. /

TIM PENGUJIi

Ketua : Dr.Nur Mukarromah, SKM.,M.Kes/ .

Anggota : 1. AnisaRosyiatul H,S.Kep.,Ns.,M.Kes/

2. Gita Marini, S.Kep.,Ns.,M.Kes/

Mengesahkan, 
Dekan FIK UMSurabaya

Dr.Nur Mukarromah,SKM.,M.Kes/

iv
KATA PENGANTAR
Karena berkat dan hidayah Allah SWT, draft naskah ini telah disetujui oleh
Program pStudi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmui Kesehatan di Universitas
Muhammadiyahi Surabaya pada tahuni 2021. Naskah ini ditulis untuk mmemenuhi
salah satu syaratp dalam menempuh ujian akhir, "Dampak Psikologis COVID-19
dan Dampak pada Kesehatan".
Pihak yang terlibat telah memberikan masukan dan dorongan kepada
penulis selama penulisannya, dan penulis mengucapkan terima kasih kepada
masing-masing: 
1. Dr.dr.Sukodiono,M.M. iselaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Surabaya, yang telah memberikan kesempatan menjadi mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
2. Dr.Nur/Mukaromah,SKM.,M.Kes/ selaku keuta atau Dekan dari
Program/StudimFakultas Ilmu Kesehatan/Universitas Muhammadiyah
Surabaya juga pengujii yang telah memberikan masukan dan saran dalam
proses penulisan sekripsi.
3. Aries/Candra/A.,S.Kep.Ns.,M.Kep.Sp.Kep.An sebagai KetuaPPProgram
StudiIIIFakultasIIIlmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya,
yangotelah melancarkan penulisan sekripsaiisampai selesai.iiiii
4. Anis Rosyiatul, S.Kep.,Ns.,M.Kes/sebagai dosen pembimbing satu yang
sabar,/skripsiidapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.ioioi
5. Gita Marini,S.Kep.,Ns.,M.Kes/sebagai dosen pembimbing satu yang sabar,
Kajian Skripsi dapat diselesaikan dalam waktu yangtditentukan.0ooioi
6. Kepada kedua orang tua saya (Hendro/serta/Puji) dan istri penulis (Anita/
D.H) Beliau telah memberikan semangat serta motivasi kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas yang ada.
7. Teman satu angkatan yang saat iniisedang dalamjprosesnmelaksanakan
tugas akhir, berdoa agar setiap orang dalam kelompok diberikan
kesempatan untuk berhasil. Kami berharap yang terbaik dalam usaha anda.
8. Untuk semuavpihak yang telah membantu danjmemberikan pendapat
selama dilakukan proses penyusunan. Tugas akhir ini, yang tidak dapat
disebutkan seluruhnya.kokok
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada anda semua atas kontribusi anda
untuk proyek ini, serta atas dukungan kepada Bapak/Ibu selama proses penulisan.

v
Semoga amalan tersebut diterima oleh Allah SWT dan diberikan ridho-Nya.
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan keperawatan, kami berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.

Surabaya, 28 Februari 2022

Peneliti

ABSTRAK
DAMPAK PSIKOLOGIS COVID-19 PADA TENAGA KESEHATAN
Oleh : Fredynata

Pendahuluan : Stigma yang diterima dan menjadikan para staf medis sebagai
pembawa virus dapat menyebabkan tekanan psikologis bagi para tenaga medis.
Tentu saja, situasi ini ada hubungannya dengan gangguan psikologis. Tujuan :
mengevaluasi bagaimana dampak psikologis covid-19 pada tenaga kesehatan.
Metode : database Pubmed mulai tahun 2019 dan paling lambat pada tahun 2021.
Populasinya adalah tenaga kesehatan tidak ada batasan usia serta masih aktif
bekerja sebagai tenaga kesehatan. Tipe artikel original penelitian (bukan review
penelitian) dapat di akses full text. Berbahasa inggris. Hasil : analisis studi saat ini
menemukan dampak psikologis paling banyak kecemasan. Tenaga kesehatan
yang mengalami dampak psikologis yang tinggi adalah perawat karena tugas
klinis mereka dan dukungan sosial yang buruk serta beban kerja yang meningkat.
Diskusi : studi ini telah memberikan dasar yang kuat untuk dampak psikologis
pada tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19. Karena risiko infeksi yang
tinggi, langkah-langkah keamanan yang tidak memadai, jam kerja yang panjang
dan umpan balik negatif dari pasien, posisi ini telah mendapatkan reputasi yang
buruk dan juga tidak memiliki dukungan sosial di masyarakat sekitar.

Keywords : Psychological impact; covid 19; healthcare workers AND


profesional medical.

vi
ABSTRACT
PSYCHOLOGICALLIMPACT6OF3COVID-19QON1HEALTH
PERSONNEL
By : Fredynata

Introduction : The stigma that is received and makes medical staff as


carriers of the virus can cause psychological stress for medical personnel.
Of course, this situation has to do with psychological disorders. Objective:
A journal review was conducted to evaluate the psychological impact of
covid-19 on health-care personnel. Methods: Pubmed database starting
in 2019 and no later than 2021. The population is health workers, there is
no age limit and are still actively working as health workers. Article type
original research (not a research review) can be accessed in full text. In
English language. Results: analysis of the current study found the most
psychological impact on anxiety. Health workers who experience a high
psychological impact are nurses because they their clinical duties and poor
social support and increased workload. Discussion: This study has
provided a solid foundation for the psychological impact on health workers during
the COVID-19 pandemic. Due to the high risk of infection, inadequate safety
measures, long work hours and negative feedback from patients, this position has
gained a terrible reputation and lacks social support in the community.

Keywords : Psychological impact; covid 19; healthcare workers AND


profesional medical.

vii
DAFTAR ISI

Sekripsi Literatur Rivivew------------------------------------------------------ i


Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat------------------------------------------ ii
Persetujuan------------------------------------------------------------------------ iii
Pengesaan-------------------------------------------------------------------------- iv
Kata8Pengantar------------------------------------------------------------------- v
Abstrak----------------------------------------------------------------------------- vi
Daftar7Isi-------------------------------------------------------------------------- viii
Daftar0Tabel ---------------------------------------------------------------------- x
Daftar Singkatan------------------------------------------------------------------ xi
BAB I8PENDAHULUAN----------------------------------------------------- 1
1.1 Latar!Belakang------------------------------------------------------------- 1
1.2 RumusannMasalah--------------------------------------------------------- 4
1.3 TujuannPenelitian---------------------------------------------------------- 4
1.4 ManfaataPenelitian--------------------------------------------------------- 4
BAB II TINJAUANPPUSATAKA------------------------------------------ 5
2.1 Dampak Psikologis--------------------------------------------------------- 5
2.1.1 Definisi----------------------------------------------------------- 5
2.1.2 Dampak Pandemi Terhadap Psikologis Manusia----------- 5
2.1.3 Jenis Dampak Psikologis -------------------------------------- 7
2.2 Pandemi Covid-19--------------------------------------------------------- 12
2.2.1 Sejarah Pandemi Covid-19------------------------------------- 12

viii
2.2.2 Defisini Covid-19----------------------------------------------- 14
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis--------------------------------------- 14
2.2.4 Manifestasi Klinis----------------------------------------------- 16
2.2.5 Penularan Covid-19--------------------------------------------- 18
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang---------------------------------------- 19
2.2.7 Pencegahan------------------------------------------------------- 20
2.3 Dampak Psikologis Pandemi Covid-19--------------------------------- 22
2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Psikologis---------------------- 22
2.3.2 Langkah Mengatasi Dampak Psikologis--------------------- 23
2.3.3 Ciri-Ciri Kesehatan Mental------------------------------------ 25
2.4 Strategi Koping------------------------------------------------------------- 26
2.4.1 Definisi----------------------------------------------------------- 26
2.4.2 Jenis Strategi Koping------------------------------------------- 27
2.4.3 Dimensi Koping------------------------------------------------- 31
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Koping------------------------- 33
2.5 Adaptional Outcomes------------------------------------------------------ 34
2.5.1 Definisi Adaptional Outcomes-------------------------------- 34
2.5.2 Dimensi Adaptional Outcomes-------------------------------- 35
BAB III METODEPPENELITIAN----------------------------------------- 39
3.1 Rancangan Penelitian------------------------------------------------------ 39
3.2 Strategi Pemcarian--------------------------------------------------------- 39
3.3 Kriteria Inklusi-------------------------------------------------------------- 40
3.4 Penilaian Kualitas---------------------------------------------------------- 43
2.5 Ekstrasi Data---------------------------------------------------------------- 43
3.5 Sintesis Tematik------------------------------------------------------------ 44
BAB IV HASIL*PENELITIAN*DAN*PEMBAHASAN--------------- 45
4.1 Hasil-------------------------------------------------------------------------- 45
4.2 Pembahasan----------------------------------------------------------------- 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN------------------------------------------ 71
5.1 Simpulan--------------------------------------------------------------------- 71
5.2 Saran------------------------------------------------------------------------- 71
Daftar Pustaka------------------------------------------------------------------- 73

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kriteria Inklusi dan Eksklusi Dengan Format PICO----------- 41


Tabel 3.2 : Diagram Alur Pemilihan Artikel---------------------------------- 43
Tabel 4.3 : Literatur Riview----------------------------------------------------- 46
Tabel 4.4 : Hasil review--------------------------------------------------------- 47

x
DAFTAR SINGKATAN

ACE2 : Angiotensin Converting Enzyme 2


Alpha-CoV : Alphacoronavirus
ANOVA : Snalysis Of Variance
APD : Alat Pelindung Diri
BAI : Beck Anxiety Inventory
BDI-II : Inventarisasi Depresi Beck
Beta-CoV : Betacoronavirus
COVID19 : Corona Virus 19
DASS-21 : Depression Anxiety and Stress Scale 2
DMRS-SR-30 : Defense Mechanisms Rating Scales-Self-Report-30
EFP : Emotion Focused Coping
ETT : Endotrakeal Tube
GAD-7 : General Anxiety Disorder-7
Gamma-CoV : Gammacoronavirus
GLM : Generalized linear mode
ICTV : International Committee on Taxonomy of Viruses
IGD : Instalasi Gawar Darurat
ISI : Insomnia Severity Index
JBI : Joanna Briggs Institute
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

xi
MERS : Middle East Respiratory Syndrome

MKK FKUI : Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia
OCD : Obsessive Compulsive Disorder
PDPI : Persatuan Dokter Paru Indonesia
PFC : Problem Focused Coping
PHQ-9 : Patient Health Questionnaire-9
PSS : Perceived Stress Scale
PTS : Post Traumatic Stress
PTSD : Post Traumatic Stress Disorder
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
SSRNA : RNA Singlet-Border-Positive
STAI Y1 : State-Trait-Anxiety-Inventory
VAS : Visual Analog Scale
VIF : Variance Inflation Factor
WHO : World Health Organization
% : Persentase

xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


menyatakan infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia yang disebabkan
oleh virus SARS-CoV2 (coronavirus)/COVID-19 sebagai pandemi global di
Indonesia (Wiraharja & Satnya, 2020). Virus corona menyebar dengan cepat
di beberapa negara. Menurut sebuah penelitian di University of Texas di
Austin, AS, yang diterbitkan dalam jurnal Emerging Infectious Diseases,
rantai infeksi virus corona dirinci dalam waktu kurang dari seminggu, dan
lebih dari 10% pasien terinfeksi dengan orang yang terinfeksi virus (dr. Sitti
Nurisyah, 2020). Data per tanggal 9 September 2021 jumlah kasus
terkonfirmasi secara global dari 224 negara virus corona sebanyak
221.648.869 orang, untuk di Negara Indonesia kasus positif Covid-19 ada
4.147.365 orang (Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021). Jumlah
kematian tenaga kesehatan di Indonesia per tanggal 9 September 2021 adalah
1986 orang (IDI; PPNI, 2021). Pentingnya mempertahankan populasi yang
sehat juga ditekankan pada literatur internasional, terutama di antara
kelompok yang sering terpapar penyakit (seperti mereka yang berada dalam
profesi kesehatan), karena orang yang menderita penyakit psikososial dan
penyakit mental sangat rentan dalam konteks Pandemi SARS-COV-2
(Buselli, et al., 2020).
Wiaswiyanti, 2008 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI
(Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia) mendeskripsikan bahwa dampak
merupakan suatu pengaruh baik postif ataupun negatif psikologis adalah dari
segi kejiwaannya. Dampak psikologis berkaitan dengan adanya stimulus dan
jugs respon yang dapat mendorong seseorang untuk dapat bertingkah laku
maka dampak psikologis dapat dipandang sebagai gambaran hasil dari adanya
stimulus serta juga adanya respon yang bekerja pada diri seorang manusia
(Retno Permatasari, 2020). Respons alami manusia terhadap ancaman baru ini
sangat alami. Reaksi pertama terhadap virus corona adalah kecemasan dan
ketakutan terus berlanjut. Sayangnya, reaksi ini menyebabkan ketakutan dan

1
kemarahan dalam menghadapi wabah (Ainiyyah Nurfath Afifah Lubis, 2020).
Tentu saja, situasi ini ada hubungannya dengan gangguan psikologis. Untuk
tenaga kesehatan, ini adalah situasi stres ganda. Sementara itu, bertanggung
jawab penuh bagi mereka yang terinfeksi. Berjuang keras untuk melindungi
dan menjaga diri agar tidak terinfeksi dan sehat (Bhattacharya & Prakash,
2021). Bukti terkait dengan penularan dan kematian menginformasikan
komunitas klinis tentang pentingnya kewaspadaan, persiapan, manajemen
aktif, dan perlindungan (James G. Adams, 2020).
Pekerjaan yang berdurasi panjang, berkuantitas masif, dan
mungkin belum mengalami hal yang sama sebelumnya, dari beberapa petugas
kesehatan, hal ini menarik perhatian media dan publik, memiliki signifikansi
tambahan yang menyebabkan efek psikologis negatif (Samantha K Brooks,
2020). Selain itu, seluruh tenaga kesehatan mengalami gejala yang tidak biasa
akibat COVID-19, terutama yang bekerja di daerah yang memiliki risiko
infeksi tinggi, jam kerja yang panjang, penggunaan perlindungan yang tidak
sesuai standart, pengalaman dalam bidang manajemen dan pengobatan
penyakit yang kurang, Kurangnya dukungan sosial lingkungan baru serta
evaluasi negatif dari pasien juga mendapatkan stigma buruk lingkungan
sekitar. Ada kemungkinan faktor-faktor tersebut akan meningkatkan
prevalensi masalah psikologis pada petugas kesehatan, seperti depresi
meningkat, gangguan tidur, ketakutan/kecemasan (Hanggoro, Suwarni, Linda,
Selviana, & Mawardi, 2020). Petugas kesehatan yang bekerja dalam situasi
pandemi ini menghadapi tingkat stres atau peristiwa traumatis yang ekstrem
yang mengakibatkan kesehatan mental dan hasil psikologis yang merugikan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Singapura mengungkapkan tingkat yang
lebih tinggi dari status kesehatan mental dan hasil psikologis yang merugikan,
misalnya, kecemasan, depresi, stres, dan Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) di antara para profesional kesehatan yang merawat pasien dengan
COVID-19 (Chowdhury, et al., 2021). Stigma yang diterima dan menjadikan
para staf medis sebagai pembawa virus dapat menyebabkan tekanan
psikologis bagi para tenaga medis (Konstantinos Tsamakis, 2020).

2
Sebuah penelitian di Pakistan menunjukkan dampak yang cukup
besar dari COVID-19 pada kesehatan mental petugas kesehatan depresi
ringan (15,6%), kecemasan (6%) dan stres tercatat (20,1%) (Riaz, et al.,
2021). Studi lain menemukan 65,8% responden dari komunitas medis
Indonesia mengalami kecemasan akibat wabah COVID-19, 3,3% mengalami
kecemasan yang sangat parah, dan mengalami kecemasan yang ringan 33,1%.
Sedangkan menurut pihak lain, stres akibat Corona 19 sebesar 55%, stres
ringan sebesar 34,5% serta pada stres berat sebesar 0,8%. Sebanyak 23,5%
Petugas kesehatan menderita depresi, dengan rerata skor 11,2% menderita
depresi yang ringan dan 0,5% menderita depresi berat (Nasrullah, et al.,
2020). Sebuah penelitian yang dilakukan di kota Pontianak menemukan
bahwa petugas kesehatan yang merasa berisiko tertular COVID-19 terkait
dengan masalah psikologis seperti gangguan kecemasan, depresi, dan
insomnia sebesar 57,6%, 52,1%, dan 47,9% (Aziz Yogo Hanggoro, 2020).
Sebuah studi menunjukkan bahwa saat pandemi SARS, sekitar 29-35%
petugas kesehatan di Rumah Sakit ditemui adanya tekanan emosional yang
tinggi. Bahkan dilaporkan beberapa tahun kemudian, 10% petugas kesehatan
masih mengalami gejala stress pasca injury. Petugas kesehatan yang
menangani pasien terinfeksi berpeluang dua sampai tiga kali mengalami post-
injury (gejala stress). Pemahaman tentang beban psikologi yang lebih
komprehensif pada seluruh petugas bidang kesehatan selama masa pandemi
Corona virus sangat penting untuk memberikan dukungan mental yang
bersifat meningkatkan, mendukung, dan memperkuat layanan kesehatan
mental (Hanggoro, Suwarni, Linda, Selviana, & Mawardi, 2020). Sebuah
studi yang dilakukan oleh tim peneliti di Program Penelitian Magister
Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (MKK FKUI)
menemukan bahwa 83% tenaga kesehatan Indonesia mengalami sindrom
kelelahan psikologi sedang dan berat secara psikologis. Ini menandakan ada
risiko mengganggu kualitas hidup dan produktivitas layanan (Humas FKUI,
2020). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri mengatakan bahwa
langkah pertama untuk melindungi kesehatan tenaga medis selama krisis
epidemi adalah implementasi dari semua tindakan yang diperlukan untuk

3
melindungi keselamatan kerja mereka. Oleh karena itu, selain semua tindakan
pencegahan dan perlindungan lain yang diperlukan, strategi intervensi
psikologis sangat dibutuhkan (Buselli, et al., 2020).
Menyikapi hal tersebut penting untuk menormalkan psikologis
tenaga kesehatan yang dapat melindungi mereka dari segi kesehatan mental di
samping pendidikan klinis. Berkonsentrasi pada keselamatan mereka dan
dengan demikian menjadi jelas dan spesifik tentang seberapa banyak
meningkatkan ketenangan selama epidemi. Berdasarkan temuan yang
disebutkan pada latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah tinjauan literatur serta mendeskripsikan temuan hasil
penelitian sebelumnya tentang “Dampak psikologis COVID-19 pada tenaga
kesehatan”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana dampak psikologis COVID-19 pada tenaga kesehatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari tinjauan ini adalah supaya mengetahui dampak
psikologis COVID-19 pada tenaga kesehatan melalui review artikel/jurnal
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Membuat rangkuman luas/menyeluruh tentang dampak psikologis
COVID-19 pada tenaga kesehatan dari jurnal review.
2. Memubat analisis berdasarkan kutipan ulasan jurnal yang direview
tentang dampak psikologis COVID-19 pada tenaga kesehatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil review artikel ini akan memberikan rangkuman beberapa
kajian penelitian terkait dampak psikologis COVID-19 pada tenaga
kesehatan, yang akan bermanfaat bagi institusi pendidikan dan dapat
dijadikan sebagai sumber bagi peneliti selanjutnya.

4
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Jurnal yang direview atau diulas memberikan ringkasan secara
menyeluruh/komprehensif tentang dampak psikologis COVID-19 pada
petugas kesehatan.
2. Untuk memberikan analisis hasil dari dampak psikologis COVID-19
pada petugas kesehatan, berdasarkan ringkasan dari jurnal/artkel peer-
review.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Psikologis


2.1.1 Definisi
Pada Wiaswiyanti, 2008 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) menjelaskan bahwa dampak merupakan suatu pengaruh baik
postif ataupun negatif dan psikologis adalah dari segi kejiwaannya.
Dampak psikologis berkaitan dengan stimulus dan respon yang
mendorong seseorang bertingkah laku. Maka dampak psikologis dapat
dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja
pada diri seseorang (Retno Permatasari, 2020).
Di sisi lain, menurut Coleman pengaruh psikologis merupakan
respon terhadap pengalaman traumatis, seperti konflik, yang dapat
memicu respon korban untuk memicu kecemasan dan stres (Retno
Permatasari, 2020). Menurut Watson dari efek psikologis dapat dilihat
sebagai akibat adanya rangsangan dan tanggapan yang bekerja dalam diri
seseorang (Retno Permatasari, 2020).
Berdasarkan uraian sebelumnya, didapatkan simpulan bahwa
dampak psikologis ialah pengaruh positif dan negatif yang timbul sebagai
hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja pada diri seseorang.
Pengaruh tersebut terlihat dalam perilaku dan sikap oleh individu.
Pengaruh tersebut dapat menimbulkan efek baik secara direct maupun
indirect (Retno Permatasari, 2020).
2.1.2 Dampak Pandemi Terhadap Psikologis Manusia
Pandemik adalah wabah penyakit secara serentak di semua lokasi
yang mencakup wilayah geografis yang luas (semua negara atau benua).
Singkatnya, penyakit itu adalah masalah umum bagi semua warga dunia
(Dhelva, 2021). Menurut (WHO, 2005, 2020) pandemi sering ditandai
dengan ketidakpastian, kebingungan, dan urgensi.
Kita manusia pada dasarnya ingin tahu. Kita berusaha untuk
memprediksi, memahami dan mengendalikan hidup kami, dan ketika

6
stres meningkat, ini menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.
Ketidakmampuan untuk mengatasi stres mempengaruhi kesehatan mental
kita. Sebagian besar manusia menderita stres dalam kehidupan sehari-
hari mereka, terutama terkait dengan keluarga dan hubungan, profesi,
penyakit, kesehatan dan kebugaran, dan banyak lagi di dunia yang
kompetitif ini. Namun, pandemi saat ini unik karena berdampak pada
miliaran orang dalam skala besar dalam waktu singkat (Bhattacharya &
Prakash, 2021).
Menurut (Ainiyyah Nurfath Afifah Lubis, 2020) ada tiga tahapan
yang dialami individu dalam menghadapi pandemi Covid-19:
1. Masa Ketakutan
Seseorang dengan mudah mendapatkan berita hoax dan dengan
cepat membagikan informasi di media sosial. Kemudian lahirlah
perilaku baru di tengah masyarakat. Salah satunya adalah panic
buying. Orang-orang belanja berlebihan juga menimbun logistik
secara berlebihan untuk obat-obatan atau masker
2. Masa Belajar
Pandemik Coronavirus 19 menghasilkan berbagai reaksi
seperti ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, stres, tetapi efek ini
mengganggu seseorang yang memicu kecemasan dengan berhenti
mencari dan membaca berita yang dapat menimbulkan kecemasan
seperti pemilihan berita palsu dan mulai menerima kenyataan.
Selama masa pembelajaran ini, individu mulai mematuhi anjuran dan
protokol pemerintah, mengendalikan emosi, mulai tidak belanja
berlebihan dan merencanakan langkah yang lebih baik dalam
menghadapi situasi COVID-19.
3. Masa Tumbuh
Pada masa ini, individu tidak lagi memikirkan dirinya sendiri tetapi
mulai memikirkan orang lain. Masyarakat akan dapat menjaga emosi
dan saling berempati terhadap pandemi Covid-19. Misalnya,
individu menumbuhkan empati antara lain dengan kemampuannya
untuk berbagi dengan orang lain baik secara materi maupun mental.

7
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Keduanya terkait satu sama lain. Seseorang dapat terganggu secara fisik
atau psikologis, dan sebaliknya. Kesehatan dan penyakit adalah kondisi
biopsikososial yang terintegrasi ke dalam kehidupan manusia. Menurut
WHO, kesehatan mental adalah kemampuan individu untuk mengelola
stres kehidupan sehari-hari, pekerjaan produktif dan berpartisipasi dalam
masyarakat dalam keadaan kesehatan yang dicapai. Sehingga ketika
seseorang meninggalkan definisi tersebut, mereka dapat memahaminya
dan menemukan suatu kelainan, yang disebut dengan gangguan jiwa
(Aula, 2019).
2.1.3 Jenis Dampak Psikologis
Definisi penyakit mental oleh para ahli adalah suatu kondisi di
mana seseorang mengalami kebingungan tentang persepsi mereka atas
kehidupan, hubungan individu dengan orang lain, dan sikap mereka
dengan diri mereka sendiri. Di sisi lain, menurut Undang-Undang RI
Nomor 18 tahun 2014, gangguan mental merupakan kondisi di mana
pengalaman seorang insan dan kemungkinan akan menyebabkan pikiran,
perilaku, dan gangguan emosi dalam bentuk serangkaian gejala atau
perubahan perilaku yang parah, kesulitan serta hambatan dalam
menjalankan fungsi sebagai mahluk sosial (Aula, 2019).
Kesehatan tentang mental dewasa ini menjadi isu yang sangat
penting. Meski hanya sedikit gejala yang terlihat, penyakit ini berdampak
besar pada kehidupan manusia. Orang dengan kesehatan mental yang
buruk mungkin kurang produktif dan memiliki kualitas hidup yang buruk.
Namun ada banyak jenis gangguan yang menyerang kesehatan mental
diantranya (Karisma, 2020):
1. Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah suatu kondisi yang biasa dialami oleh siapa saja
setiap saat. Namun yang menjadi masalah adalah kecemasan yang
sedang diarahkan berlangsung lama dan menimbulkan banyak
kerusakan, bahkan sampai menimbulkan efek samping. Gangguan

8
pada tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan masalah fisik seperti
sulit untuk tidur, kelelahan, dapat membuat produksi keringat menjadi
berlebihan serta detak jantung juga dapat meningkat. Individu yang
mengalami gangguan kecemasan juga lebih cenderung melihat
perubahan suasana hati mereka dengan lebih cepat. Selain itu, selama
masa kecemasan yang berlebih pasien juga mengalami kesulitan untuk
dapat berkonsentrair dan khawatir. Gangguan kecemasan lainnya
antara lain :
a) Gangguan panik
b) Gangguan kegelisahan/kecemasan umum
c) Gangguan kegelisahan/kecemasan sosial
d) Fobia
e) Post Traumatic Stress (PTS)
2. Bipolar
Masalah kesehatan mental yang tidak disadari juga sering terjadi.
Faktor biologis seperti genetik dan disfungsi otak yang di luar
kebiasaan bertanggung jawab atas kondisi ini. Aspek gangguan bipolar
terkait dengan berbagai jenis kutub emosi, dan umumnya diyakini
bahwa penderita gangguan tersebut mungkin mengalami emosi yang
lebih parah, seperti mania dan amarah, sebelum kembali normal dalam
waktu relatif cepat/singkat.
3. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Selama ini gangguan tersebut merupakan salah satu dari jenis
gangguan kepribadian yang paling umum di dunia saat ini. Gangguan
ini diperkirakan akan disertai kecemasan dan perilaku berulang
(kompulsif). Misalnya, jika pengidap OCD lupa mematikan televisi,
pasangan OCD orang tersebut dapat memeriksa apakah televisi sudah
di matikan, kejadian itu bisa berulang tiga kali. Sebagian besar,
penderita OCD menikmati hidup yang tertib, tidak suka kotor, dan
perasaan takut akan melakukan kesalahan ataupun bahkan takut jika
mereka disalahkan.

9
4. Stress
Stres disebabkan oleh gangguan fisik dan mental karena ada
perubahan dan tuntutan hidup (Gintings, 1999). Stres dibagi menjadi
tiga kategori berdasarkan gejalanya (Priyoto, 2014) :
a) Stres Ringan
Stres ringan merupakan stresor yang dialami setiap
orang secara rutin. Misalnya banyak tidur, kemacetan pada lalu
lintas, kritikan bos. Situasi stres berlangsung selama beberapa
menit atau jam. Stres ringan ditandai dengan peningkatan pada
semangat, penglihatan yang tajam. Energi bertambah, tetapi
cadangan energi menjadi berkurang, kadang-kadang terjadi
gangguan sistem pada pencernaan, otak, dan kecemasan serta
perasaan tidak nyaman atau tidak tenang. Stres ringan sangat
membantu karena dapat membuat seseorang berpikir. Dan
bekerja lebih keras untuk menghadapi tantangan hidup.
b) Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama dari pada stres ringan.
Yang menyebabkan stres sedang adalah situasi yang belum
terselesaikan dengan baik dengan rekan kerja, anak yang
sedang sakit atau ketidakhadiran anggota keluarga dalam waktu
lama. Pada stres sedang mempunyai ciri-ciri sakit perut, mulas,
ketegangan otot, perasaan yang tegang, gangguan pada tidur,
badan terasa ringan.
c) Stres Berat
Stres berat merupakan keadaan yang dapat dialami
seseorang dalam waktu yang lama, bisa berlangsung dari
minggu ke bulan. Misalnya seperti perselisihan pada
pernikahan yang terus-menerus, kesulitan keuangan jangka
panjang, berpisah dari keluarga, dan pindah tempat tinggal pada
lansia karena penyakit kronis dan termasuk ada perubahan fisik
dan psikologis kehidupan sosialnya.

10
Stres berat ditandai dengan kesulitan dalam beraktivitas,
terganggunya hubungan sosial, gangguan tidur, kenegatifan,
sulit berkonsentrasi, takut akan hal yang tidak diketahui,
kelelahan meningkat, ketidakmampuan untuk melakukan tugas-
tugas sederhana, gangguan pada sistem sehingga dapat
meningkatkan perasaan takut.
5. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Gangguan mental yang mungkin terjadi setelah mengalami

peristiwa traumatis, seperti penyerangan seksual, kecelakaan mobil,

jatuh dari ketinggian, atau jenis trauma lainnya yang bisa mengecam

jiwa. PTSD dikenal sebagai gangguan kesehatan mental karena beban

sosial yang sangat besar dan juga merupakan gangguan kecemasan.

Secara khusus, gangguan stres pasca-trauma dapat dianggap sebagai

gangguan rasa takut atau fobia dan gangguan pada kontrol stres (Unud,

2017).

Gejala khas PTSD termasuk mimpi buruk dan kenangan sedih

terkait trauma sebelumnya. Orang dengan gangguan stres pasca trauma

berusaha menghindari pengingat akan trauma yang mereka alami.

Orang dengan PTSD dapat memiliki berbagai gejala. Beberapa

memiliki gejala normal tetapi masih menginginkan pengobatan. Ini

juga dapat memanifestasikan dirinya secara tiba-tiba sebagai

dekompensasi cepat yang dapat mencakup penyalahgunaan alkohol,

kemarahan yang tidak biasa, kekerasan, dan terkadang dapat melukai

dirinya sendiri (Unud, 2017).

11
6. Post Traumatic Stress (PTS)
Stres traumatis atau pasca trauma (PTS) dan gangguan stres pasca

trauma memiliki satu kesamaan: ketakutan, kegelisahan, kegelisahan,

dan upaya untuk menjauhi atau menghindari objek, tempat, atau situasi

yang dapat menyebabkan trauma untuk diingat. Perbedaan mendasar

dapat dilihat pada fakta bahwa PTS tidak bertahan lama setelah

peristiwa traumatis, tidak seperti gangguan stres pasca trauma, yang

bertahan lama setelah peristiwa traumatis terjadi (Suhaemi, 2021).

7. Depresi

Gangguan pada perasaan yang ditandai dengan hilangnya gairah

atau kegembiraan yang disertai dengan gangguan tidur dan gejala lain

seperti penurunan nafsu untuk melakukan makan (Lubis, 2009).

Depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di masyarakat. Ini

bisa dimulai dengan stres yang tidak bisa diatasi, yang bisa berujung

pada depresi. Sederhananya, depresi adalah pengalaman yang

menyakitkan, perasaan putus asa. (Lubis, 2009). Menurut Ratus, orang

yang mengalami depresi biasanya mengalami gangguan yang berkaitan

dengan emosi, motivasi, fungsional dan gerakan perilaku dan kognisi

(Lubis, 2009).

8. Skizofrenia

Adalah gangguan mental yang umum dikenal. Skizofrenia adalah

gangguan perkembangan saraf yang serius seumur hidup. Orang

dengan gangguan ini biasanya mengalami delusi atau halusinasi yang

dapat membahayakan diri mereka sendiri karena mereka mengalami

12
kesulitan mengendalikan pikiran mereka. Gangguan jiwa ini

disebabkan oleh beberapa faktor:

a) Faktor keluarga seperti adanya riwayat keluarga yang

menderita skizofrenia.

b) Faktor lingkungan hidup di bawah tekanan kemiskinan,

termasuk malnutrisi dan paparan virus.

c) Gangguan otakseperti gangguan struktur, fungsi dan kimia

otak yang biasanya dipengaruhi oleh genetik atau lingkungan.

Gejala utama skizofrenia adalah halusinasi dan delusi. Selain itu,

seseorang dengan skizofrenia mungkin melihat hal-hal yang tidak

nyata dan mempercayai hal-hal yang belum terbukti benar atau fiktif.

Orang dengan skizofrenia biasanya mengalami kesulitan

berkomunikasi, kecemasan, depresi, dan pikiran untuk bunuh diri.

2.2 Pandemi Covid-19


2.2.1 Sejarah Pandemi Covid-19
Pada kurang lebih setengah periode ini masyarakat dunia telah

terjangkit pandemi yang disebabkan virus corona (COVID19) 2019 dalam

beberapa bulan, pandemi COVID 19 merupakan fenomena kelima sejak

flu 1918. Sejarah virus Corona dimulai dengan wabah Covid19 yang

pertama kali dilaporkan, dari sekelompok kasus pneumonia manusia di

kota Wuhan Cina sejak akhir Desember 2019. Tanggal paling awal dari

kasus ini adalah 1 Desember 2019. Dari hasil laporan pasien memiliki

gejala demam, batuk kering, malaise, dan dispnea yang terdiagnosis

sebagai gejala pneumonia. Awalnya, adalah penyakit yang disebut

pneumonia Wuhan, melalui pers karena gejala, mirip dengan pneumonia.

13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa agen pemenyebabnya yaitu

coronavirus baru. Organisasi Kesehatan (WHO) untuk sementara menamai

virus baru 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) pada 12 Januari 2020 dan

pada 12 Februari 2020 kemudian mengubahnya secara resmi menjadi

penyakit corona virus 2019 (COVID-19) (Aida, 2021).

Penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV2,

juga dikenal sebagai corona virus, masih satu keluarga dengan corona

virus yang menyebabkan wabah Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) serta Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Ketiga,

mereka memiliki berbagai tingkat infeksi di antara para korban. Dari

ketiganya, COVID 19 adalah virus yang tercepat dalam mengakibatkan

infeksi antar manusia. MERS muncul pada tahun 2012 dan merenggut 858

nyawa. Penyakit ini, pertama kali terdeteksi di Arab Saudi, membutuhkan

903 hari, atau sekitar 2,5 tahun aktivasi, untuk menginfeksi 1.000 orang

pertama. SARS di antaranya ditemukan di Tiongkok pada 2002,

menewaskan 774 orang dan menginfeksi 1.000 dalam 130 hari.Sementara

itu, COVID 19 menjadi epidemi dengan durasi penularan tercepat. Virus,

yang berkembang di Wuhan, Cina, menginfeksi 1.000 orang pertama

dalam waktu 48 hari (Aida, 2021).

2.2.2 Defisini Covid-19


Menurut Alexnder, 2006 (Ridwan, 2020) Corona virus adalah kelas

virus RNA yang menginfeksi hewan dan manusia. Virian virus ini berisi

RNA Singlet-Border-Positive terbesar (SSRNA), yang membedakannya

dengan virus RNA lainnya. Virus Corona ditandai dengan variasi genetik

yang tinggi karena mutasi dan rekombinasi yang mengarah pada

14
kebangkitan virus baru. Virus baru dapat memiliki fitur baru yang bahkan

berubah menjadi host baru. Studi pada tahun 2012 dan nCoV ditemukan di

Cina 2019. Corona virus atau istilah populernya disebut virus corona

adalah virus yang termasuk dalam famili Corona viridae. Corona virus

diklasifikasikan menjadi empat jenis, antara lain:

1. Alphacoronavirus (Alpha-CoV)

2. Betacoronavirus (Beta-CoV)

3. Gammacoronavirus (Gamma-CoV)

4. Deltacoronavirus.

Coronavirus yang menyebabkan Covid19 oleh International

Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) secara resmi disebut sebagai

Severe Acute Respiratory SyndromeCoronavirus 2 (Sarscov2).

SARSCOV2 diyakini sebagai limpahan dari corona virus hewan, yang

kemudian beradaptasi dengan manusia dan dipindahkan oleh manusia

kepada manusia. Karena virus ini sangat menular, ia menyebar cepat dan

tetap dalam populasi manusia (Aida, 2021).

2.2.3 Etiologi dan Patogenesis

Seluruh patogenesis infeksi COVID-19 belum dapat dijelaskan.

SARS dan MERS-CoV berhubungan erat dengan peradangan ini awal

mulanya dikenal sangat mirip, ditemukan pada 10% kasus steletah yang

terinfeksi infeksi covid di penilaian menampilkan kalau kesamaan

menggapai nyaris 99%, menampilkan peradangan baru, untuk SARS

ditemukan kemiripan pada 89% , SARSCoV merupakan 79% dibanding

dengan MERS- CoV ialah 50%. Filogenetik COVID-19 dapat ditampilkan

15
jika COVID-19 adalah virus yang menginfeksi manusia dari sebuah

subgenus dari keluarga Sarbecovirus dan anggota dari keluarga

Betacoronavirus. Studi lain yang melibatkan protein mempromosikan

penyerapan virus corona oleh sel target. Dalam proses ini, biasanya

didasarkan pada pengikatan protein ke reseptor seluler dan persiapan

protein untuk protease seluler. Penelitian sepanjang ini menampilkan

kemampuan penetrasi COVID-19 dengan metode yang nyaris sama

dengan SARS. Sasaran virus ini diprediksi merupakan angiotensin

converting enzyme 2 (ACE2) selaku reseptor, bagian dari serin protease

tmprss2 buat protein priming, namun perihal ini membutuhkan riset lebih

lanjut (Handayani, Hadi, Isbaniah, Burhan, & Agustin, 2020).

Proses imunologi host belum sepenuhnya dipahami. Berdasarkan

penelitian yang ada, pengendalian sitokin yang aktif selama acute

respiratory distress dapat mengungkapkan adanya badai sitokin (cytokine

storms), yang dapat terjadi bersamaan dengan kondisi acute respiratory

distress syndrome yang lain. Menurut temuan, berbagai sitokin, termasuk

interleukin-1 beta (IL-1 beta), interferon-gamma (IFN-gamma), protein

yang dapat diinduksi/CXCL10 (IP10), dan monosit chemoattractant

protein 1 (MCP1), juga sebagai kemungkinan mengaktifkan T-helper-1,

terdeteksi dalam merangsang T-helper-1 (Handayani, Hadi, Isbaniah,

Burhan, & Agustin, 2020).

Selain sitokin, T-helper-2 (Th2) juga ditingkatkan oleh covid-19

(mis. IL4/IL10), yang mebuat inflamsi/peradangan dengan cara yang

berbeda dari SARSCOV.. Data lain menunjukkan pada pasien Covid19 di

16
ICU faktor stimulasi granulositecolon (GCSF), IP10, MCP1, inflammatory

proteins makrofag 1A MIP1A) dan TNFA, yang lebih tinggi, pasien tidak

diperlukan perawatan di ICU. Ini menunjuk ke badai sitokin karena infeksi

COVID-19 sehubungan dengan tingkat keparahan penyakit (Handayani,

Hadi, Isbaniah, Burhan, & Agustin, 2020).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Covid-19 dapat menyebabkan infeksi dengan gejala ringan, sedang

serta berat. Gejala klinis utama adalah demam (suhu > 38°C), batuk dan

sesak. Ini juga dapat disertai dengan sesak napas yang semakin parah,

kelelahan, nyeri atau nyeri otot, atau gejala gastrointestinal seperti nyeri

otot dan diare serta gejala pernapasan lainnya. Setengah dari pasien

muncul pernafasan yng sesak dalam seminggu. Untuk kasus berat yang

mengalibi perburukan cepat dan progesif seperti acute respiratory distress

syndrome (ADRS), syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi

dalam beberapa hari dan untuk memperbaiki gangguan sistem perdarahan

atau koagulasi. Pada sebagian penderita, indikasi yang menyamai ringan

apalagi tidak diiringi dengan demam. Sebagian besar penderita

mempunyai prognosis yang baik, hanya sebagian kecil kondisi kritis serta

wafat. Berikut sindrom klinis bisa timbul pada peradangan PDPI, 2020

(Yuliana, 2020) :

1. Tidak Berkompilasi

Ini benar-benar kondisi yang ringan. Beberapa gejala yang

paling umum, seperti demam dan batuk, dapat dikaitkan dengan

gejala seperti nyeri otot serta nyeri di tenggorokan sampai

17
merasakan sakit kepala, hidung tersumbat, malaise, nyeri di

punggung bawah, dan nyeri di punggung atas. Perlu dinyatakan

bahwa manifestasi gejala pada orang dewasa dan oarang yang

menderita immunocompromised adalah atipikal dan memang

demikian adanya.. Dalam beberapa kasus, tidak ada demam dan

gejalanya cukup ringan. Pada keadaan ini, pasien tidak mengalami

komplikasi apapun seperti dehidrasi, sepsis, atau kejang. Gejala

nonspesifik adalah jenis gejala yang muncul.

2. Pneumonia Ringan

Gejala-gejala yang sangat berbahaya dapat terjadi, seperti

demam, batuk, dan sesak nafas. Namun, tidak ada bukti tanda-

tanda pneumonia berat. Jika seorang anak tanpa pneumonia

didiagnosis batuk atau kesulitan bernapas, ia harus dirawat di

rumah sakit.

3. Pneumonia Berat.

Dalam kebanyakan kasus, pada pasien dewasa biasanya

terjadi:

Akibat infeksi pernapasan, timbul gejala yang paling mungkin

demam, batuk, dan sesak napas. Ciri-ciri yang muncul antara lain

takipnea bernapas dengan cepat, dengan frekuensi lebih dari 30 kali

per menit, distress pernapasan berat, dan/atau saturasi oksigen

pasien kurang lebih dari 90% tanpa alat bantu oksigenasi atau pada

udara bebas.

18
2.2.5 Penularan Covid-19

Menurut Handayani, Hadi, Isbaniah, Burhan, & Agustin, 2020

dalam Jurnal Respirologi Indonesia virus corona adalah zoonosis,

sehingga virus kemungkinkan berasal dari hewan serta dapat ditularkan

kepada manusia. Pada COVID-19, itu belum ada data yang menunjukkan

pasti terkait proses yang tepat dalam penularan dari hewan kepada

manusia, akan tetapi data filogenetik kemungkinan COVID-19

merupakan zoonosis disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme.

Pada penlitian berikutnya menunjukkan hasil penularannya antar manusia

diprediksi oleh droplet dan kontak langsung dengan virus yang

dikeluarkan dalam droplet. Ini sama halnya dengan kejadian terkait

penularan yang terjadi ke profesi kesehatan yang sedang merawat pasien

Covid19 disertai dengan adanya bukti penularan di luar Cina dari

seseorang yang datang berkunjung dari kota Shanghai, Cina ke Jerman,

dan berasal dari penemuan hasil positif pada orang tersebut ditemukan.

Dalam hal ini, transmisi/penularan terjadi ketika yang tidak memiliki

gejala (asimtomatik) atau masih dalam waktu inkubasi. Laporan lain

yang mendukung penularan secara langsung antara manusia adalah

laporan 9 kasus penularan langsung antara orang-orang di luar China dari

indeks untuk kontak ketat yang tidak memiliki riwayat perjalanan.

Transmisi penularan ini bisanya virus yang dikeluarkan dalam droplet

dan kontak dengan virus, maka virus dapat masuk ke dalam tubuh yang

mukosanya terbuka. Analisis mencoba mengukur kecepatan transmisi

penularan berdasarkan waktu inkubasi, gejala dan durasi antara gejala

19
dan pasien. Analisis didapatkan hasil yaitu transmisi perbulan dari 1

pasien dapat menularkan hingga sekitar 3 orang di sekitarnya, akan tetapi

kemungkinan transfer penularan dalam waktu inkubasi menyebabkan

bahwa waktu kontak pasien lebih lama, sehingga risiko jumlah kontak

yang terlular virus secara kontak dari 1 pasien, memiliki jumlah resiko

yang tertular dapat meningkat.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2020 (dalam

Yuliana, 2020) pemeriksaan penjunjangnya adalah :

1. Pemeriksaan pada radiologis: foto toraks, CT-scan toraks dan USG

toraks. Pada pencitraan dapat ditampilkan: Edema paru dibuktikan

dengan opasitas bilateral, Gambaran foto toraks pneumonia yang

disebabkan oleh infeksi COVID-19 mulai dari normal hingga ground

glass opacity, konsolidasi. CT-scan toraks dapat dilakukan untuk

melihat kelainan yang lebih rinci, seperti ground glass opacity,

konsolidasi, efusi pleura dan gambar lain dari pneumonia

2. Pemeriksaan spesimen saluran pernapasan :

a) Pemeriksaan pada saluran napas bagian atas dengan

melakukan swab pada tenggorokan (nasofaring dan

orofaring).

b) Pemeriksaan pada saluran napas bagian bawah berupa

sputum, bilasan bronkus, BAL, serta apbila menggunakan

endotrakeal tube (ETT) dapat berupa aspirat endotrakeal

3. Melakukan prosedur pemeriksaan saluran pernapasan dan paru-paru

20
dengan alat yang disebut bronkoskop yang disebut Bronkoskopi

4. Pungsi pada pleura sesuaikondisi pasien

5. Pemeriksaan kimiadarah untuk mengukur kadar beberapa zat kimia di

dalam darah mengetahui seberapa baik kerja organ-organ tubuh serta

mencari tahu bila ada masalah-masalah kesehatan tertentu.

6. Budaya pada mikroorganisme dan uji sensitivitas dari saluran

pernapasan (seperti lendir, bilasan dalam bronkus, cairan dalam

pleura) dan dalam kultur darah untuk bakteri dapat melakukan

idealnya sebelum pemberian terapi antibiotik tapi perlu diingat jangan

menunda pemberian terapi antibiotik dengan menunggu hasil

pemeriksaan kultur darah.

7. Pemeriksaan feses dan urin perlu di pertimbngkan untuk investasigasi

kemungkinan penularan.

2.2.7 Pencegahan

Menurut Handayani, Hadi, Isbaniah, Burhan, & Agustin, 2020

dalam Jurnal Respirologi Indonesia pencegahan yang paling penting

adalah membatasi mobilisasi orang yang beresiko sampai periode dari

masa inkubasi. Pertimbangan lainnya antara lain meningkatkan daya

tahan tubuh melalui konsumsi makanan sehat, selalu menjaga

kebersihan tangan, penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1

meter, menjahui area berisiko tinggi atau berbahaya, berolahraga,

istrirahat, dan makan makanan yang dimasak dengan sempurna. Mereka

yang mengalami gejala sakit harus menghubungi penyedia layanan

darurat setempat untuk memulai pengobatan sesegera mungkin, dan

21
mereka yang mengalami gejala sakit harus segera mencari pertolongan

medis. Belum ada vaksinasi untuk pencegahan primer. Sebaliknya,

pencegahan secara sekunder berarti dengan segera memutus siklus

replikasi virus, sehingga pasien tidak lagi bertindak sebagai sumber

infeksi. Pertimbangan penting lainnya selama pencegahan termasuk

penggunaan merokok untuk membantu menghilangkan kelainan

parenkim dari paru. Perlu juga mempertimbangkan dampak

penempatan pasien dengan di rumah sakit selama periode waktu yang

intensif di tempat kerja (ruang isolasi). Deteksi dan pengendalian pasien

terinfeksi di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiagnosis

Covid-19 di ruang Instalasi Gawar Darurat (IGD), serta deteksi dan

pengendalian pasien infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan lain yang

telah terdiagnosis Covid-19. Upaya peningkatan kesehatan pasien yang

terdiagnosis virus Covid-19 harus dimulai dari pertama, yang dikenal

dengan triase. Pasien yang diduga terinfeksi Covid-19 harus dirawat

dengan APD (Alat Pelindung Diri) sesuai prosedur standar menurut

Departemen Kesehatan. Penggunaan masker N95 tenaga medis, kaca

mata pengaman, sarung tangan dan baju panjang harus sesuai dengan

standar operasional prosedur.

2.3 Dampak Psikologis Pandemi Covid-19

2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Psikologis

Pemikiran negatif dan positif ini terkait erat dengan pendekatan

psikologis yang di kemukakan oleh Lazarus terhadap stres dari sudut

pandang psikologis. Stres dimulai dalam proses evaluasi primer dan

22
sekunder, yang menentukan strategi koping. Penilaian primer adalah

untuk menilai apakah situasi dianggap sebagai ancaman atau sebagai

tantangan. Evaluasi sekunder adalah evaluasi kemampuan seseorang

hadap kapasitas diri. Apakah seseorang menghadapi tekanan eksternal

dan menilai dirinya kompeten. Kedua proses ini berjalan secara

bersamaan untuk menentukan strategi koping yang tepat (Bachroni &

Asnawi, 2015).

Menurut Putro, 2013 (dalam Permatasari, 2020) mengungkapkan

factor-faktor dari dampak psikologis diantaranya faktor internal. Faktor

internal yang dapat mempengaruhi dampak psikologis seseorang adalah

motivasi dan kecerdasan. Motivasi adalah dorongan dari dalam diri

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu guna mencapai

suatu tujuan. Menurut Notoatmodjo (dalam Putro, 2013)

menggambarkan stimulus sebagai perubahan energi yang bersifat

pribadi yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk

mencapai tujuan.

Tingginya angka kejadian gangguan kesehatan jiwa juga

disebabkan oleh kurangnya keterbukaan semua orang mengenai hal

tersebut. Mereka tetap diam dengan cara primitif dan kuno dan memilih

apa yang akan mereka lakukan untuk menanganinya sendiri. Kurangnya

keterbukaan juga menutup kemungkinan pengolahan dilakukan oleh

profesional dan institusi medis terhadap kesehatan mental. Orang-orang

masih percaya bahwa gangguan mental tidak penyakit yang

memerlukan pengobatan serius. Mereka tidak lebih berbahaya daripada

23
penyakit fisik (terlihat). Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan

tingginya persentase masalah kesehatan mental yaitu pertama,

minimnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang hal ini dan

kedua stigma buruk masyarakat terhadap penyandang disabilitas mental

masih kental (Aula, 2019).

Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan manusia yang

memungkinkan berkembangnya seluruh aspek perkembangan, baik

fisik, intelektual, dan emosional, secara optimal dan selaras dengan

perkembangan seseorang, agar mampu berinteraksi dengan lingkungan

(Fakhriyani, 2017).

2.3.2 Langkah Mengatasi Dampak Psikologis

Kesehatan mental setiap orang bersifat individual dan mengalami

dinamika perkembangannya. Karena manusia terutama dihadapkan

pada kondisi dimana mereka harus menyelesaikannya dengan bantuan

berbagai alternatif solusi. Terkadang ada beberapa orang yang

mengalami masalah kesehatan mental di beberapa titik dalam hidup

mereka. Gejala jiwa atau fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan,

kesiapan, pengaturan, persepsi pandangan langsung dan kepercayaan

harus berkoordinasi, sehingga harmoni yang menghindari semua

perasaan ragu, dari konflik regional, bermasalah dan batin (konflik diri

individu) (Fakhriyani, 2017).

Menurut WHO (dalam Fakhriyani, 2017) kesehatan mental

didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan orang yang mencapai

potensi mereka, mampu mengatasi tekanan hidup, mampu bekerja

24
secara efektif dan berkontribusi pada kehidupan komunitas mereka.

Menurut Yusus, 2011 (dalam Fakhriyani, 2017) cara menjaga dampak

psikologis dengan cara :

1. Menyesuaikan diri

Penyesuaian diri (self adjustment) adalah proses

memperoleh atau memenuhi kebutuhan, sehingga individu dapat

mengatasi stres, konflik, frustrasi dan masalah tertentu dapat dengan

cara-cara yang akurat. Seseorang dapat mengatakan bahwa ia dapat

menyesuaian diri apakah dia dapat mengatasi risiko kesulitan, dan

permasalahannya secara wajar tidak merugikan diri sendiri serta

sesuai dengan standar sosial dan agama.

Selain mampu menghadapi tantangan yang dihadapi dengan

berbagai alternatif, hal penting lainnya yang menunjukkan

kesehatan mental adalah orang dapat secara aktif menggunakan

kelebihannya. Yaitu menggali potensi semaksimal mungkin.

Pemanfaatan potensi secara maksimal dapat terjadi dengan

partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai jenis kegiatan yang

positif dan konstruktif untuk mengembangkan kualitasnya.

Misalnya melalui kegiatan pendidikan (di rumah, di sekolah atau di

masyarakat), pekerjaan, organisasi, olahraga, pengembangan hobi

dan tindakan positif lainnya yang dapat berkontribusi pada

pemenuhan potensi setiap orang.

25
2. Mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Poin ini adalah untuk setiap individu yang mengejar

kebahagiaan bersama. Orang yang sehat secara mental berperilaku

atau bereaksi terhadap situasi dengan memuaskan kebutuhan

mereka dengan perilaku atau tanggapan positif. Reaksi positif ini

berdampak positif bagi dirinya dan orang lain. Tidak mengorbankan

hak orang lain untuk kepentingan pribadi dan tidak mencari peluang

atau keuntungan dengan mengorbankan orang lain adalah bagian

dari kebahagiaan secara keseluruhan tanpa merugikan diri sendiri

atau orang lain.

2.3.3 Ciri-Ciri Kesehatan Mental

Berikut ciri-ciri jiwa yang sehat menurti Sikun (Yusus, 2011 dalam

Fakhriyani, 2017) :

1. Memiliki rasa aman, bebas dari kecemasan.

2. Memiliki harga diri yang kuat.

3. Spontanitas dalam hidup melalui emosi yang hangat dan terbuka.

4. Memiliki keinginan alami yang wajar dan seimbang dalam arti

dapat dipuaskan secara positif dan wajar.

5. Kemampuan belajar untuk mengalah dan rendah hati kepada orang

lain.

6. Kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk menilai secara memadai

dan obyektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri baik fisik maupun

mental.

26
7. Kemampuan untuk melihat fakta sebagai kenyataan dengan

memperlakukannya sebagaimana mestinya.

8. Toleransi untuk ketegangan atau stres artinya tidak panik ketika

melihat masalah, tetap positif untuk tambang fisik, psikologis dan

sosial.

9. Memiliki integrasi dan stabilitas dalam kepribadiannya.

10. Memiliki tujuan hidup yang memadai.

11. Memiliki keterampilan belajar dari pengalaman.

12. Memungkinkan untuk beradaptasi dengan standar grup dalam batas-

batas pemangku kepentingan dan tidak melanggar aturan yang

ditetapkan dalam kelompok.

13. Memiliki kemampuan untuk tidak sepenuhnya terikat pada

kelompok. Ini berarti bahwa memiliki pendirian sendiri untuk

mengevaluasi baik yang buruk maupun dengan benar pada suatu

kelompok.

2.4 Strategi Koping

2.4.1 Definisi

Lazarus dan Folkman (1984) menegaskan bahwa seseorang yang

telah mengalami peristiwa traumatis akan mengalami rasa kerentanan

yang meningkat baik dari segi dampak pada psikologis maupun dari segi

kesejahteraan fisik. Dalam hal ini, individu tidak mengenali kejadian

tersebut dan tidak mengambil tindakan apapun untuk melawannya.

Strategi individu disebut sebagai tindakan koping. Kemampuan individu

dalam menghadapi krisis seringkali terhambat. Faktor-faktor seperti

27
lingkungan, kepribadian, etika pribadi, norma-norma sosial, dan faktor-

faktor lain melemahkan kemampuan individu dalam menghadapi krisis

(Maryam, 2017).

Strategi koping adalah tujuan mengatasi situasi yang dianggap

membebani dan melebihi sumber daya (resources) yang di miliki

seseorang. Sumber daya (resource) bahwa seseorang dapat

mempengaruhi strategi apa yang dapat menyelesaikan berbagai masalah

yang di hadapinya (Maryam, 2017). Coping yang efektif menciptakan

penyesuaian adaptasi yang merupakan kebiasaan baru dan peningkatan

situasi lama. Sedangkan koping yang tidak efektif yaitu perilaku

abnormal dan keinginan normatif yang dapat merusak diri mereka sendiri

dan lingkungan sera orang lain. Setiap orang dapat melakukan coping

menggunakan strategi yang bervariasi tetapi dapat bergantung pada

kemampuan individu (Lio & Kristinus, 2019).

2.4.2 Jenis Strategi Koping

Menurut Lazarus dan Folkman (Susantyo, 2020), jenis

strategi koping yang paling umum dibagi menjadi dua kategori: yang

pertama ada problem focused coping (PFC) serta yang kedua ada

emotional focused coping (EFP). Jadi inilah yang bisa mereka katakan:

A. Problem Focused Coping (PFC)

Ketika seseorang mencari koping untuk mengurangi stres

dari situasi yang sulit, penting untuk dicatat bahwa koping berfokus

pada masalah spesifik individu dan diharapkan akan mengurangi

stres melalui mempelajari keterampilan baru. Jika seseorang

28
menyadari bahwa situasi saat ini berpotensi memburuk dan

memerlukan penggunaan strategi. Berikut ini adalah jenis-jenis

Problem Focused Coping (PFC) menurut Lazarus dan Folkman

(1984) dalam Maryam (2017), ada tiga jenis Problem Focused

Coping (PFC) yaitu :

a) Planful problem solving

Individu berpikir dan memperhitungkan beberapa

gangguan dengan memikirkan beberapa alternatif dengan

matang yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah yang

dapat di lakukan, juga meminta pendapat dan pandangan orang

lain tentang masalahnya. Sebelum memutuskan sesuatu diikuti

menganalisis dalam menyelesaikan masalah yang sudah pernah

dilakukan.

b) Confrontative coping

Terlepas dari kenyataan bahwa ada beberapa risiko

yang terlibat, ada baiknya untuk mencoba memperbaiki situasi

yang telah diberi label sebagai "sumber tekanan" dengan

melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan terkadang melibatkan risiko yang cukup besar.

c) Seeking social support

Individu dapat menggunakan metode ini untuk

membantu mereka menghadapi suatu masalah dengan mencari

bantuan dari teman, keluarga, atau masyarakat sekitarnya, serta

informasi, simpati, dan perspektif.

29
B. Emotion Focused Coping (EFP)

Melakukan berbagai usaha yang mempunyai tujuan untuk

dapat mengubah fungsi dari emosional tanpa harus melakukan

pengubahan pada stresornya secara langsung. Mereka yang takut tidak

akan mampu memperbaiki situasi yang saat ini mengancam hidup

mereka dapat menggunakan koping untuk meredakan emosi mereka.

Hal ini dikarenakan sumber daya yang dimiliki tidak cukup untuk

menghadapi kondisi atau situasi yang ada. Menurut Lazarus dan

Folkman (1984) sebagaimana dikutip dalam (Maryam, 2017), jenis-

jenis strategi koping berdasarkan Emotion Focused Coping (EFP)

dapat dibagi lima kategori :

a) Positive reappraisal (memberi penilaian positif)

Konsekuensi dari tindakan tersebut antara lain

pengembangan pemikiran positif pada mereka yang

memilikinya, serta penanaman hikmah dalam menghadapi

kesulitan. Mereka juga termasuk pencegahan terjadinya

kejadian dan pemeliharaan sikap positif terhadap apa yang

sudah mereka miliki.

b) Accepting responsibility (penekanan pada tanggung jawab)

Penting untuk proaktif dalam mengatasi masalah saat ini

dan mengembangkan solusi untuk membuat semua

pengalaman hidup menjadi lebih baik ini merupakan usaha

untuk bertanggung jawab. Ini termasuk bersikap terbuka

terhadap ide-ide baru dan menerima situasi apa pun yang

30
muncul untuk membuat semua pengalaman hidup sedikit lebih

baik.

c) Self controlling (pengendalian diri)

Individu melakukan penyelesaian masalah dengan cara

mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, teliti dan

tidak terburu-buru dalam mengambil setiap tindakan. Individu

bereaksi dengan melakukan pengendalian regulasi yang baik

dalam perasaan maupun tindakan.

d) Distancing (menjaga jarak)

Individu menunjukkan sikap kurang peduli terhadap

persoalan yang sedang dihadapi bahkan mencoba untuk

melupan agar tidak terbelenggu oleh permasalahan seolah-

solah tiadak ada masalah.

e) Escape avoidance (menghindarkan diri)

Individu sedang berusaha menghindar atau berusaha untuk

menyanggah dan melupakan masalah-masalah yang ada pada

dirinya untuk menghindar dari masalah yang dihadapinya.

2.4.3 Dimensi Koping

2.4.3.1 Dimensi Problem Focused Coping (PFC)

Carver, dkk. (1989) (Sadikin & Subekti, 2013) yang

termasuk dimensi Problem Focused Coping (PFC) adalah

31
1. Active coping

Itu adalah proses mengambil tindakan proaktif untuk

menghilangkan atau menghindari stresor, atau untuk

mengurangi efek stresor itu sendiri.

2. Planning

Proses berpikir tentang bagaimana menghadapi stresor.

Perencana harus menganalisis strategi dan menentukan

tindakan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3. Suppression of Competing Activities

Menggunakan suppression of competing activities dapat

digunakan seseorang untuk fokus pada analisis masalah dan

penghapusan kegiatan lainnya untuk fokus pada cara mengelola

stresor.

4. Restraint Coping

Orang-orang yang menggunakan teknik restraint coping

biasanya lebih sadar kapan waktu yang tepat untuk

merumuskan pikiran mereka dan menghindari emosi.

5. Seeking of Instrumental Social Support

Dengan bantuan dukungan seeking of instrumental social

support seseorang cenderung mencari bantuan, dukungan, dan

informasi dari orang lain di sekitarnya.

2.4.3.2 Dimensi EmotionFocused Coping (EFP)

Carver, dkk. (1989) (Sadikin & Subekti, 2013) yang

termasuk dimensi EmotionFocused Coping (EFP) adalah

32
1. Seeking of Emotional Social Support

Ketika orang menggunakan seeking of emotional social

support akan mencari dukungan moral, empati, dan pengertian

dari orang-orang di sekitarnya.

2. Positive reinterpretation

Ini adalah untuk belajar melakukan pemikiran positif dari

apa yang terjadi. Kopingnya adalah tentang mengatasi dan

mengelola tekanan emosi bukan mencoba untuk mengatasi atau

menghadapi stresor itu sendiri.

3. Acceptance

Jika orang-orang yang acceptance akan cenderung

menerima situasi atau keadaan dari apa yang terjadi.

4. Denial

Orang yang denial akan melakukan hal penolakan juga

tidak akan mau mempercayai realitas stresor dan akan bertindak

seolah-olah stresor itu tidak ada.

5. Turning to Religion

Orang akan beralih ke agama dalam situasi stres. Agama

dapat bertindak sebagai dukungan emosional, sebagai alat untuk

pemikiran yang positif, atau sebagai upaya untuk mengatasi

stres sendiri. Orang yang beralih ke agama akan mengembalikan

semua masalah yang sedang di hadapinya pada agama dan

keyakinannya.

33
2.4.4 Faktor-Faktor Yang Pengaruhi Koping

Mupadin, 2002 faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku atau

tindakan penanggulangan di mana stiap orang berinteraksi dengan

lingkungan dengan tujuan, untuk menyelesaikan sesuatu (coping

behaviour) (Susantyo, 2020) :

1. Kesehatan fisik. Sangat penting untuk menjaga kesehatan, karena

digunakan untuk mengatasi masalah seperti stres dan kelelahan, serta

menggunakan banyak energi.

2. Pentingnya keyakinan dalam psikologis individu. Kepercayaan dan

keyakinan merupakan contoh dari external locus of control yang

dapat menyebabkan individu mengalami perasaan tidak berdaya,

sehingga mengurangi kemampuannya untuk berkontribusi pada

kesejahteraannya karena mengurangi kapasitas koping dalam

memberikan pandangan positif.

3. Kemampuan untuk pemecahan masalah. Kemampuan ini termasuk

kemampuan untuk menemukan informasi, menganalisis situasi,

mengidentifikasi masalah dengan dapat menemukan langkah-langkah

alternatif pada tindakan yang harus di ambil, dengan

mempertimbangkannya sesuai dengan hasil yang akan diperoleh,

kemudian dengan menghidupkan kembali suatu respon yang efektif

untuk melakukan suatu tindakan yang tepat guna melaksanakan suatu

tugas yang berhasil dimasa yang akan datang.

34
4. Keterampilan sosial, seperti kemampuan untuk berkomunikasi serta

melakukan interaksi dengan individu lain dengan cara yang sesuai

dengan norma-norma sosial yang ada di masyarakat umum.

5. Dukungan sosial. Kondisi ini mencakup kondisi kebutuhan emosional

dan informasi seseorang, yang dipenuhi oleh keluarga, teman, kolega,

dan anggota masyarakat lain di lingkungan sekitar.

6. Dukungan dalam hal ini termasuk sumber daya yang dinyatakan

dalam bentuk barang, uang, dan atau jasa yang dapat diperoleh dalam

kegiatan usaha yang normal (yaitu melalui jual beli).

2.5 Adaptional Outcomes

2.5.1 Definisi Adaptional Outcomes

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana beradaptasi

dengan situasi baru, serta efek psikologis dan fisik dari melakukannya.

Adaptasi adalah suatu proses yang memiliki konsekuensi psikologis dan

fisik yang dilakukan individu dengan harapan dapat meringankan dan

menyelesaikan masalah seperti konflik, dan frustrasi yang sedang

ditangani, dan yang pada akhirnya akan menghasilkan perubahan dalam

hidupnya. Tujuan dari ini adalah untuk dapat mencapai keadaan harmoni

dan keseimbangan antara dunia batin yang diinginkan dan apa yang

diharapkan dari mereka dari dunia luar. Adaptasi menggambarkan fungsi

tubuh manusia dari sudut pandang manusia, yang memungkinkan

individu untuk dapat memahami dunia di sekitar mereka lebih baik.

Dengan demikian, perilaku memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi

dan menggambarkan banyak tuntutan kebutuhan dan langkah manusia,

35
yang dapat dilihat sebagai tanggapan atas tuntutan yang sedang dibahas

saat ini.

Lazarus & Folkman (1984) Kualitas hidup, yang umumnya

dikaitkan dengan kesehatan fisik dan mental, adalah hasil dari jenis hasil

adaptasi ini. Ini semua berkaitan perihal bagaimana seseorang melakukan

evaluasi serta menghadapi situasi yang berada pada kondisi keadaan stres

dikehidupan sehari-hari mereka.

2.5.2 Dimensi Adaptional Outcomes

Menurut pada Lazarus dan Folkman (1984) mengemukakan bahwa

ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi hasil dalam proses adaptasi

adaptasi, yaitu social function (fungsi sosial), morale (moral), dan

somatic health (kesehatan fisik). Berikut penjelasannya:

1. Social function (fungsi sosial)

Secara psikologis, itu didefinisikan sebagai cara orang

memenuhi berbagai peran (sebagai orangtua, suami/isteri atau

anggota masyarakat) yang mereka penuhi tergantung pada kepuasan

mereka dalam membangun hubungan interpersonal atau keterampilan

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan

perannya. Arti yang lebih subjektif hadir dalam kepuasan ini; itu

difokuskan pada kehidupan batin individu daripada pada kehidupan

eksternal orang lain atau masyarakat umum. Berbagai faktor

berkontribusi pada pengembangan keterampilan sosial, yang

tercermin dalam kehidupan sehari-hari seseorang melalui

36
kepercayaan baik dari diri sendiri maupun orang lain, interaksi

dengan orang lain serta juga otonomi.

Dari dunia luar, adalah mungkin untuk mendapatkan

wawasan tentang keadaan masyarakat dan bagaimana peran yang ada

dalam kaitannya dengan masalah sosial serta bagaimana mereka

harus ditangani. Karakteristik individu dan masyarakat memiliki

peran penting dalam menentukan dengan siapa individu akan

berkolaborasi, manfaat kolaborasi, dan cara kolaborasi akan

diekspresikan dan dievaluasi pada situasi tersebut. Faktor pribadi dan

sosial dapat membantu orang keluar dari situasi sulit dengan

mendorong mereka untuk melakukannya, serta dengan mengeluarkan

mereka dari situasi itu. Efektivitas intervensi dalam menghadapi

situasi krisis merupakan faktor penting dalam berfungsinya sistem

sosial manusia.

2. Morale (moral)

Moral itu berkaitan dengan bagaimana orang berhubungan

dengan diri mereka sendiri dan kondisi kehidupan mereka. Ini berisi

bagaimana seseorang secara subyektif merasakan kebahagiaan,

kepuasan dengan hidup. Orang yang memandang positif tentang

dirinya akan merasa dihargai, dicintai, dan diterima. Dia akan

menjadi lebih percaya diri yang akan membantunya dalam

beradaptasi dengan lingkungan luar. Sebaliknya, orang dengan

penilaian diri negatif akan mengalami lebih banyak emosi negatif.

Hal ini juga disertai dengan penghargaan terhadapat diri sendiri yang

37
rendah, sehingga orang akan merasa tidak bahagia atau tidak puas

dengan kondisi kehidupannya.

Moral positif tergantung pada kecenderungan positif untuk

melihat tantangan atau ancaman sebagai sesuatu yang bahkan dapat

ditangani sebagai pelajaran berharga dan situasi/peristiwa negatif

dapat ditoleransi. Kepuasan ini tidak hanya bergantung pada hasil

atau kinerja, tetapi juga pada harapan. Orang-orang dengan harapan

yang rendah lebih mungkin untuk puas dengan kinerja mereka.

Mengukur moralitas cenderung berfokus pada emosi positif dan

negatif yang datang dengan kondisi tertentu. Ukurannya berkisar dari

kepuasan atau kekecewaan, kebahagiaan atau sedih, dan harapan atau

ketakutan.

3. Somatic health (kesehatan fisik)

Dampak penilaian kognitif dan coping terhadapat terjadinya

penyakit fisik melibatkan dua pendekatan yang saling bertentangan.

Pendekatan umum tidak dapat menjelaskan perbedaan individu dalam

pola respons fisiologis dan perubahan penyesuaian terkait apa yang

dihasilkan. Ini kontras dengan pendekatan khusus di mana penilaian

kognitif dan koping memainkan peran yang sangat penting dalam

timbulnya penyakit fisik tertentu. Proses evaluasi memungkinkan

memberikan jalan variabel individu dan lingkungan untuk mengubah

respons fisiologis, emosi, dan perubahan biologis yang menyertainya.

Hasilnya penelitian lain juga menunjukkan bahwa aktivitas sistem

saraf otonom, seperti detak jantung dan pernapasan, ditentukan oleh

38
proses koping. Ini berarti bahwa jenis koping mempengaruhi sifat

respons fisiologis. Ada tiga hal yang memungkinkan adaptasi koping

mempengaruhi kesehatan fisik:

1. Koping akan mempengaruhi frekuensi, intensitas, durasi, dan sifat

respon stres neurokimia. Itu dilakukan untuk mencegah atau

memperbaiki kondisi lingkungan yang merugikan untuk mengatur

dlam menghadapi tekanan emosional (emotional distress) ketika

menghadapi bahaya atau ancaman, dan dengan mengekspresikan

seperangkat nilai dan gaya hidup yang sesuai dengan tuntutan.

2. Koping dapat berdampak negatif bagi kesehatan jika dikaitkan

dengan zat berbahaya seperti alkohol, narkoba, tembakau, atau

jika melibatkan seseorang dalam aktivitas yang berisiko tinggi

terhadap hidupnya.

3. Koping dapat merugikan kesehatan, dengan cara mencegah orang

melakukan tindakan adaptif terkait kesehatan fisik.

39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan*Penelitian&%

Metode atau teknik yang akan digunakan dalam review artikel ini

yaitu dengan melakukan penelitian/melakukan eksplorasi dengan cara

menggunakan artikel sebelumnya/hasil dari penelitian sebelumnya yang

memberikan informasi mengenai dampak psikologis COVID-19 pada

tenaga kesehatan.

3.2 Strategi Pencarian 

Dalam pengumpulan data isinya menejelaskan tentang bagaimana

cara mengumpulkan artikel yang akan direview, metode pencerarian

artikel dalam data base jurnal penelitian, pencarian melalui internet,

tinjauan ulag artikel. Pencarian database yang di gunakan Pubmed. Mulai

tahun 2019, Pubmed akan menggunakan database proprietary untuk

menyimpan informasi Mulai tahun 2019 dan paling lambat pada tahun

2021. Selain digunakan dalam pembuatan artikel, kata kunci yang

digunakan juga digunakan dalam pengumpulan data. Jumlah artikel yang

telah direview berkisar antara 10-15 artikel. Tidak ada informasi khusus

mengenai artikel yang akan direview (misalkan harus terbit di jurnal

terakreditasi, minimal sinta-2 atau lainnya).

3.2.1 Research Question

Bagaimana dampak psikologis dari COVID-19 pada

tenaga kesehatan?

Population/problem (P) : Tenaga kesehatan

40
Issues of interest (I) : Covid 19

Outcome (O) : Dampak psikologis

3.2.2 Kata Kunci

Dalam pencarian jurnal menggunakan kata kunci (; AND)

yang dipakai untuk lebih detail lagi dalam pencairan jurnal dan

dapat mempermudah pencarian jurnal yang diinginkan. Kata kunci

yang digunakan adalah “Psychological impact; covid 19;

healthcare workers AND profesional medical”.

3.2.3 Database atau Search Engine

Data sekunder merupakan data yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini. Dimana data yang didapatkan tidak

langsung terjun pengawasan, tetapi mengambil dari data penelitian

terdahulu yang telah dilaksanakan. Sumber data yang digunakan

menggunakan database meliputi Pubmed yang berupa artikel atau

jurnal.

3.3 Kriteria Inklusi

Berdasarkan hasil penelusuran yang yang pertama mungkin akan di

dapatkan ratusan artikel sehingga perlu adanya suatu kriteria untuk

menghomogenkan artikel-artikel yang di temukan agar artikel yang di

dapatkan tidak terlalu banyak.

Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan ekslusi dengan format PICO

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Tenaga kesehatan tidak Jurnal internasional
ada batasan usia serta maupaun nasional dari
masih aktif bekerja database yang

41
sebagai tenaga populasinya bukan
kesehatan. tenaga kesehatan
Issues of interest Covid 19 Bukan Covid 19
Outcome Dampak psikologis Bukan dampak
psikologis
Study design Desain penelitian yang Selain Desain
diambil dalam Penelitian Tindakan
penulusuran ilmiah ini (Action Research
adalah Desain Design), Desain Studi
Penelitian Tindakan Kasus (Case Study
(Action Research Design), Desain Kausal
Design), Desain Studi (Causal Design),
Kasus (Case Study Desain Cohort (Cohort
Design), Desain Kausal Design), Desain Cross-
(Causal Design), Sectional (Cross-
Desain Cohort (Cohort Sectional Design),
Design), Desain Cross- Desain Deskriptif
Sectional (Cross- (Descriptive Design),
Sectional Design), Desain Observasional
Desain Deskriptif (Observational Design),
(Descriptive Design), Desain Sequential
Desain Observasional (Sequential Design)
(Observational
Design), Desain
Sequential (Sequential
Design)
Tipe artikel Original artikel Selain Artikel jurnal
penelitian (bukan tidak dapat di akses dan
review penelitian) dapat tidak full text
di akses Full text
Tahun Mulai tahun 2019 dan Jurnal yang t paling
paling lambat pada lambat pada sebelum
tahun 2021. tahun 2019
Bahasa Bahasa Inggris Selain bahasa inggris

3.3.1 Hasil Pencarian Dan Pemilihan Studi

Hasil temuan studi pustaka dilakukan dengan menggunakan

database Pubmed yang menggunakan keyword “Psychological

impact; covid 19; healthcare workers AND profesional medical”

dalam penelusuran tersebut, peneliti menemukan 706 artikel yang

menghasilkan artikel terpilih dan 80 artikel dikeluarkan karena

42
tidak memenuhi kriteria judul. Dalam studi kelayakan dari 226

makalah, 155 makalah dikeluarkan karena tidak cocok untuk

populasi penelitian. Dalam studi kelayakan, ada 106 jurnal, dan 95

dikeluarkan (3 adalah Systematic review, 4 yang duplikat artikel

atau sama serta tidak memenuhi kriteria inklusi untuk issues of

interest selain bahasa Inggris outcomenya, hasil 88 artikel), 11

jurnal telah diterima dan dilakukan review jurnal.

Gambar 3.2 Diagram Alur Pemilihan Artikel

Artikel yang di dapatkan dari


hasil penelususan pada data
database Pubmed Artikel yang di
(n = 706) eksklusikan tidak
sesuai kriteria judul
(n = 480)

Judul dan Abstrak yang Artikel yang di


memenuhi eksklusikan tidak sesuai
(n = 226) dengan populasi yang di
teliti (n =155)

Review Full teks Artikel yang di eksklusikan


(n = 106) (n = 95)
 Penyaringan Abstrak di
keluarkan karena
Systematic review (n =
Artikel yang di masukkan pada 3)
reveiw lebih lanjut  Artkel di keluarkan
(n=11) karena duplikat atau
sama (n = 4)
 Tidak sesuai kriteria
inklusi untuk issues of
interest, selain bahasa
inggris dan outcomenya
(n = 88)

3.3.2 Artikel Hasil Pencarian

Data yang digunakan dalam tinjauan pustaka adalah yang

digunakan dikelompokkan menurut data yang sejenis dan menurut

43
hasil evaluasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan metode

deskriptif dan cocok dengan hasil penilaian untuk memastikan

bahwa tujuan tercapai. artikel yang dipatkan akan dijabarkan

penggunaan metode kulitatif. Database jurnal yang memenuhi

kriteria inklusi dibuat, dengan setiap jurnal terdiri dari nama

penulis, tahun jurnal diterbitkan, judul, metode penelitian dan hasil

penelitian, serta database jurnal.

3.4 Penilaian Kualitas

Penilaian kualitas artikel menggunakan populasi target sampelnya

adalah tenaga kesehatan tidak ada batasan usia serta masih aktif bekerja

sebagai tenaga kesehatan. Digunakan alat untuk membantu menilai

kepercayaan, relevan dan hasil dari penelitian yang diterbitkan yaitu

menggunakan JBI (Joanna Briggs Institute). Setelah itu di analisis

menggunakan Critical Appraisal (Case Control Studies, Cross Sectional

dan Qualitative).

3.5 Ekstraksi Data 

Tinjauan literatur ini disintesis menggunakan metode naratif,

mengelompokkan data yang diekstraksi yang serupa dengan hasil

pengukuran untuk menjawab tujuan. Jurnal-jurnal ilmiah yang sudah

memenuhi kriteria inklusi dibuat dengan setiap jurnal terdiri dari nama

penulis, tahun jurnal diterbitkan, judul, metode penelitian dan hasil

penelitian, serta database jurnal. Ringkasan jurnal ilmiah dimasukan dalam

tabel diurutkan berdasarkan abjad dan menurut tahun terbit jurnal dan

sesuai format di atas.

44
Untuk lebih menyempurnakan analisis abstrak dan full text jurnal,

dibaca dan dicatat. Pada ringkasan jurnal tersebut dilakukan analisis pada

isi nurnal yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan

penelitian. Analisis yang digunakan adalah analisis isi jurnal, kemudian isi

jurnal diberi koding terhadap isi jurnal, dianalisis dampak psikologisnya.

Selanjutnya data yang sudah terkumpul dicari persamaannya, kemudian

dibahas untuk menarik kesimpulan.

3.6 Sintesis Tematik

Analisis tematik adalah cara untuk mengidentifikasi tema dalam

suatu fenomena. Topik-topik ini dapat diidentifikasi, dikodekan secara

induktif (berbasis data) dari data kualitatif mentah (transkrip wawancara,

biografi, video, dll.) atau secara deduktif (berbasis teori) berdasarkan teori

dan penelitian sebelumnya menutur Boyatzis, 1998 dalam (Hendriani,

2012). Dalam penelitian ini, menerapkan analisis tematik dengan kasus

dampak psikologis covid-19 pada tenaga kesehatan. Temuan dari setiap

artikel asli di gabungkan menjadi modifikasi sistematik oleh penulis. Pada

langkah pertama, semua teks atau angka yang di sajikan sebagai hasil dan

terkait tujuan sintesis diekstrasi dari artikel aslinya dan di masukkan ke

dalam dokumen excel. Unit teks kemudian di beri kode sesuai dengan

makna dan konten. Setelah itu kode diurutkan dalam tema dan di

kategorikan menjadi 1 tema, 3 tema atau lebih.

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Menerapkan analisis isi tematik dengan kasus dampak psikologis covid-19

pada tenaga kesehatan pada data based Pubmed didapatkan sebelas jurnal dengan

desain penelitian Qualitative study ada satu jurnal, A Cros-sectional ada

sembelian jurnal dan A case-control study ada satu jurnal yang dilakukan review.

Populasinya adalah tenaga kesehatan tidak ada batasan usia serta masih aktif

bekerja sebagai tenaga kesehatan. Hasil literatur review adalah sebagai berikut

Tabel 4.3 Literatur Riview

Jenis Studi Penelitian


A case-
No Database N Qualitative Cros-
control
study sectional
study
1. PubMed 11 1 9 1

46
Untuk memberikan informasi yang lebih akurat tentang dampak psikologis

pandemi COVID-19 pada petugas kesehatan, temuan berikut dari penelitian saat

ini telah diidentifikasi:

Tabel 4. 4 Hasil review

Studi desain,
Sampel, Teknik
N Penulis dan Judul Sampling, Data
Hasil
o Tahun Variable, Base
Instrument
& Analisis data
1 Christine The Studi Desain : A PubMed Pentingnya dukungan
Ashley, psychological qualitative study. publik secara positif
Sharon well-being of Sampel : 25 terhadap peran perawat
James, primary orang perawat profesional selama
Anna healthcare yang terdaftar di pandemi memengaruhi
Williams, nurses during PHC Australia. perasaan untuk dihargai.
Kaara COVID-19: A Teknik Dampak psikologis dari
Calma, qualitative Sampling : pengalaman yang negatif
Susan study Purposive Sampling. dapat meningkatkan
Mcinnes, Variable : tingkat kecemasan dan
Ruth Kesejahteraan stres. Peserta melaporkan
Mursa, psikologis berbagai strategi
Catherine perawat layanan perawatan diri, termasuk
Stephen, kesehatan primer peningkatan kewaspadaan
Elizabeth selama COVID- dengan pengendalian
Halcomb 19. infeksi di rumah, di tempat
(2021) Instrument : kerja dan perhatian pada
Interviews. fisik dengan berolahraga
Analisi Data : serta diet. Sebagian besar
Wawancara peserta tetap berfikir
dianalisis positif tentang peran dan
menggunakan keputusan mereka sebagai
kerangka analisis petugas tenaga kesehatan,
tematik induktif meskipun beberapa
(Braun & Clarke, menunjukkan bahwa
2006). dampak psikologis yang
negatif mendorong untuk
melakukan penilaian ulang
tentang peran dan
keputusan mereka bekerja
sebagai tenaga kesehatan.
2 Di Stress, Studi Desain : PubMed  Stres
Giuseppe Burnout, and Crossectional  Menangani covid-19
M, Gianni Resilience Sampel : 223 : 21,43 %
Nepa, among petugas  Tidak menangani
Tracy A. Healthcare kesehatan yang covid-19 : 16,27 %
Prout, Workers bekerja di
Fabrizio during the beberapa rumah Pekerja garis depan
Albertini, COVID-19 sakit di Italia. melaporkan skor yang
Stefano Emergency: a. Perawat : 185 lebih tinggi untuk stres,
Marcelli, The Role of (80 %). kelelahan emosional, dan
Graziella Defense b. Dokter dan depersonalisasi.P < 0,001)

47
Orrù dan Mechanisms Petugas dibandingkan dengan
Ciro kesehatan rekan kerja yang bekerja
Conversano lainnya: 51 (20 di unit yang tidak secara
(2021) %). langsung melayani pasien
Teknik COVID-19. Fungsi
Sampling : The defensif yang matang
convenience dikaitkan dengan
sample. ketahanan dan pencapaian
Variable pribadi (R = 0,320; P <
Dependen : 0,001), sedangkan
Kesejahteraan pertahanan neurotik dan
psikologis imatur terkait dengan stres
petugas dan kelelahan yang
kesehatan. dirasakan. Stres dan
Variable kelelahan diprediksi oleh
Independen : usia yang lebih rendah,
Stres, Kelelahan, jenis kelamin perempuan,
dan Ketahanan paparan yang lebih besar
Tenaga terhadap COVID-19,
Kesehatan selama ketahanan yang lebih
Darurat COVID- rendah, dan fungsi
19. pertahanan yang belum
Instrument : matang di antara para
Platform yang profesional kesehatan (R2
digunakan untuk = 463; P < 0,001).
survei ini adalah Bekerja di garis depan
Google Form dan pandemi COVID-19
tautannya tampaknya memicu stres
disebarkan dan kelelahan yang lebih
melalui pesan besar. Di sisi lain,
teks dan email ketahanan dan mekanisme
dengan maksimal pertahanan adaptif
tiga pengingat memprediksi penyesuaian
bagi yang lebih baik, psikologis
peserta.Tingkat bagi pekerja garis depan
stres dinilai belum ditangani secara
dengan Perceived memadai.
Stress Scale
(PSS) Burnout
diukur dengan
Maslach Burnout
Inventory (MBI)
Ketahanan dinilai
menggunakan 14-
item Skala
Ketahanan (RS-
14). Berbagai
mekanisme
pertahanan dinilai
menggunakan
Defense
Mechanisms
Rating Scales-
Self-Report-30
(DMRS-SR-30).
Analisi Data :
Korelasi Pearson
digunakan untuk

48
menguji
hubungan antara
stres yang
dirasakan,
kelelahan,
ketahanan, dan
fungsi
pertahanan.
sampel
independen T-tes
digunakan untuk
membandingkan
perbedaan
persepsi stres,
kelelahan, dan
ketahanan antara
profesional
kesehatan yang
bekerja di unit
COVID-19 dan
rekan mereka di
departemen lain.
Akhirnya,
hierarchical
multiple
regression
digunakan untuk
memprediksi
stres yang
dirasakan dan
kelelahan
berdasarkan
demografi, status
profesional,
paparan COVID-
19, dan fungsi
pertahanan.
3 Hafsa COVID-19 Studi Desain : PubMed  Insomnia
Shahid , and Its Cross-Sectional  Menangani covid-
Mobeen Z. Psychological Study. 19 : 62,5%
Haider, Impacts on Sampel : 200
Muhamma Healthcare profesional
 Tidak menangani
d Taqi, Staff – A kesehatan yang covid-19 : 71,4 %
Adnan Multi-Centric bekerja di  Kecemasan atau
Gulzar, Comparative Lahore, Pakistan. kegelisahan
Zarlakhta Cross- a. Dokter :  Menangani covid-
Zamani, Sectional 1) Di bangsal 19 : 64,3%
Tehreem Study covid-19 :  Tidak menangani
Fatima, 92 (92 %) covid-19 : 68,2%
Yousra 2) Tidak di
Khalid, bangsal
Temuan yang paling
Zahoor covid-19 :
signifikan adalah
Ahmed, 88 (88 %)
ketakutan akan diri mereka
Hafiza A. b. Perawat :
sendiri terinfeksi,
Nadeem, 1) Di bangsal membahayakan anggota
Faiz Anwer covid-19: 5 keluarga, kekerasan oleh
(2021) (5 %) pasien, gejala otot tegang,

49
2) Tidak di kurang konsentrasi,
bangsal mekanisme koping latihan
covid-19: 2 yang tepat dan tindakan
(2 %) isolasi yang ketat, serta
c. Petugas sebagai strategi yang
kesehatan disarankan oleh petugas
profesional kesehatan, yaitu Strategi-
lainnya strategi yang diusulkan
(Farmasi) : untuk dilaksanakan
1) Di meliputi pengajaran
bangsal keterampilan
covid-19: penyelamatan diri serta
3 (3 %) penerapan kebijakan di
2) Tidak di tingkat administrasi untuk
bangsal mengurangi jam kerja dan
covid-19: seringnya rotasi shift.
10 (10 %)
Teknik
Sampling :
Purposive Sampling
Variable
Dependen :
Dampak
psikologis pada
staf layanan
kesehatan
Variable
Independen :
Staf medis yang
bekerja di
bangsal COVID-
19 danstaf masih
bekerja di
departemen lain
di rumah sakit.
Instrument :
Questionnaire
dirancang yang
terdiri dari lima
bagian. Pertama
terdiri dari
pertanyaan-
pertanyaan yang
berkaitan dengan
demografi.
Bagian kedua
pertanyaan
tentang ketakutan
yang dihadapi
oleh petugas
kesehatan di
tengah pandemi
COVID-19.
Bagian ketiga
didasarkan pada
gejala yang
dialami oleh

50
petugas
kesehatan.
Bagian keempat,
berakar pada
berbagai
kemungkinan
yang membantu
mereka
mengatasi stres
secara pribadi.
Bagian terakhir
berfokus pada
strategi yang
harus diadopsi
oleh badan
administratif
untuk
mengurangi
masalah
psikologis.
Statistik
deskriptif
digunakan untuk
menyajikan data
yang terkumpul
dalam bentuk
mean, median,
dan standar
deviasi. Nilai p
<0.05 diangggap
signifikan.
Analisi Data :
Tes Chi-square.
4 Jialin Li, COVID-19 Studi Desain : A PubMed  PTSD
Qing Su, negatively cross-sectional  Menangani covid-
Xiaofei Li, impacts on Sampel : 890 19 : 40,18 %
Yanqiu psychological Orang perawat
 Tidak menangani
Peng, Yan and somatic dari rumah sakit
covid-19 : 11,06 %
Liu status in di provinsi
(2021) frontline Liaoning  Insomnia
nurses a. Menangani  Menangani covid-
covid-19 : 19 : 13,47 %
438 (49,21  Tidak menangani
%) covid-19 : 7,52 %
b. Tidak
menangani Menunjukkan bahwa
covid-19 : prevalensi PTSD dan
452 (50,79 kecemasan, serta gejala
%) somatik meningkat secara
Teknik signifikan pada perawat
Sampling : garis depan COVID-19.
Cluster Random PTSD mungkin menjadi
Sampling kriteria reliabilitas dan
Variable validitas paling tinggi
Dependen : untuk mengevaluasi status
Status psikologis psikologis dan somatik
dan somatik pada untuk perawat garis depan
perawat COVID-19. Studi kami

51
Variable memberikan bukti kuat
Independen : bahwa COVID-19
Pekerjaan sebagai berdampak negatif pada
perawat di era status psikologis dan
wabah covid-19 meningkatkan gejala
Instrument : somatik pada perawat
Dampak skala garis depan.
peristiwa yang
direvisi (IES-R)
yang mencakup
pengukuran
laporan diri 22
item yang
menilai tekanan
subjektif yang
disebabkan oleh
peristiwa
traumatis, Self-
rating anxiety
scale (SAS), dan
gejala somatik
dalam 14 hari
terakhir, seperti
insomnia, sakit
kepala,
penurunan berat
badan dan nafsu
makan yang
buruk.
Analisi Data :
Data
penghitungan
dinyatakan
dengan frekuensi
dan persentase,
dan data
pengukuran
dinyatakan
dengan mean dan
standar deviasi.
Perbandingan
antara kedua
kelompok
dilakukan dengan
menggunakan
sampel
independen T uji
dan perbandingan
antara beberapa
kelompok
dilakukan dengan
menggunakan
analisis varians
satu arah
(ANOVA).
Analisis korelasi
Pearson
digunakan untuk

52
menganalisis
korelasi antara
IES-R, skor SAS
dan faktor risiko
p < 0,05
dianggap
signifikan.
5 Julien Mental Health Studi Desain : A PubMed  Gejala insomnia
Tiete, Outcome in Cros-sectional  Menangani covid-
Magda Healthvare Sampel : 647 19 : 6,4 %
Guatteri, Workers in orang yang
 Tidak menangani
Audrey COVID-19 bekerja rumah
covid-19 : 6,6 %
Lachaux, And Non- sakit umum di
Araxie C0VID-19 Belgia.  Rotasi kerja di
Matossian, Care Units : A a. Perawat : 468 ruang perawatan
Jean- Cros-sectional (72,3 %) covid dan non covid
Michel Survey in b. Dokter : 179 7,7 %
Hougardy , Belgium (27,7 %)  Depresi
Gwenolé Teknik  Menangani covid-
Loas and Sampling : 19 : 7,8%
Marianne Purposive Sampling  Tidak menangani
Rotsaert Variable covid-19 : 8,0 %
(2021) Dependen :  Rotasi kerja di
Kesehatan ruang perawatan
Mental Tenaga covid dan non covid
Kesehatan 7,5 %
Variable  Cemas
Independen :  Menangani covid-
Tenaga kesehatan 19 : 7,0 %
yang bekerja di  Tidak menangani
unit perawatan covid-19 : 7,1 %
medis COVID-19  Rotasi kerja di
atau non- ruang perawatan
COVID-19. covid dan non covid
Instrument : 8,1 %
Questionnaire
PFI  Stress
(kelelahan/pemen  Menangani covid-
uhan 19 : 8,2 %
profesional), the  Tidak menangani
ISI (insomnia), covid-19 : 8,2 %
dan DASS-21  Rotasi kerja di
(depresi, ruang perawatan
kecemasan, dan covid dan non covid
stres) 7,6 %
Analisi Data :
Analisis statistik Hasil menunjukkan
terdiri pertama tingginya prevalensi
dalam analisis kelelahan, insomnia,
komparatif depresi, dan kecemasan di
sosiodemografi antara peserta. Setelah
dan karakteristik disesuaikan untuk
profesional pembaur, analisis varians
peserta multivariat menunjukkan
menggunakan uji tidak ada perbedaan
Chi-kuadrat antara pekerja CCU,
untuk setiap NCCU, dan CCU +
variabel kategori.

53
Analisis NCCU. Model linier umum
deskriptif kedua univariat menunjukkan
dilakukan pada tingkat kelelahan,
kategori insomnia, dan kecemasan
keparahan untuk yang lebih tinggi di antara
pemenuhan perawat dibandingkan
profesional, dengan dokter. Menjadi
kelelahan, seorang perawat, muda,
insomnia, terisolasi, dengan beban
depresi, kerja yang meningkat
kecemasan, dan merupakan faktor risiko
stres. Perbedaan untuk hasil kesehatan
antara kelompok mental yang lebih buruk.
mengenai tingkat
keparahan diuji
menggunakan X2.
Model linier
umum multivariat
(GLM)
digunakan untuk
menguji efek
utama dari jenis
unit perawatan
medis (efek
kelompok), jenis
pekerjaan (efek
pekerjaan), dan
untuk menguji
kelompok ×
interaksi
pekerjaan
berpengaruh pada
pemenuhan,
kelelahan,
insomnia, dan
skor kesehatan
mental. GLM
disesuaikan untuk
usia, jenis
kelamin, status
perkawinan,
beban kerja, dan
status pekerjaan.
Multivariable
logistic
regression
analyses
dilakukan untuk
memperkirakan
faktor risiko
kelelahan,
insomnia yang
signifikan secara
klinis dan
depresi,
kecemasan, dan
stres berat hingga
sangat parah. Ini

54
disajikan sebagai
rasio odds,
dengan interval
kepercayaan
95%, disesuaikan
untuk pembaur.
Semua tests were
two-tailed, and
alpha ditetapkan
pada 0,05. Semua
analisis dilakukan
menggunakan
IBM SPSS v26
6 Kemal Self-Reported Studi Desain : A PubMed Persentase petugas
Jemal, Symptoms of Cross-Sectional kesehatan yang memiliki
Berhanu Depression, Study gejala depresi, kecemasan,
Senbeta Anxiety, and Sampel : 816 dan stres sedang hingga
Deriba, Stress Among orang petugas sangat berat berturut-turut
Tinsae Healthcare kesehatan yang adalah 60,3%, 78%, dan
Abeya Workers in bekerja di 33,8%. Peserta
Geleta, Ethiopia Ethiopia tengah, perempuan, petugas
Mengistu During the khususnya di kesehatan di Zona Khusus
Tesema, COVID-19 Addis Ababa, dan Oromiya, profesional
Mukemil Pandemic: A wilayah Oromiya laboratorium medis, dan
Awol, Cross- (Zona Khusus petugas kesehatan yang
Endeshaw Sectional Oromiya, Shoa bekerja di pusat isolasi
Mengistu, Study Utara, Shoa perawatan COVID-19
Youssef Timur, dan Shoa secara signifikan lebih
Annous Barat). mungkin memiliki gejala
(2021) a. Perawat : 236 depresi, kecemasan, dan
(28,9 %) stres.
b. Dokter : 136
(16,7 %)
c. Bidan : 192
(23,5 %)
d. Petugas
kesehatan
profesional : 68
(8,3 %)
e. Laboratorium
medis : 96
(11,8 %)
f. Apoteker : 88
(10,8 %)
Teknik
Sampling :
Purposive Sampling
Variable
Dependen :
Kesehatan
Mental
Variable
Independen :
Gejala Depresi,
Kecemasan, dan
Stres Selama
Pandemi
COVID-19

55
Instrument :
Kuesioner
Hasil kesehatan
mental untuk
semua peserta
diukur
menggunakan
Depresi,
Kecemasan, dan
Skala Stres
(DASS-21).
Analisi Data :
Analisis data
deskriptif
dilakukan
bivariate and
multivariable
logistic
regression. Hasil
akhir poin untuk
regresi logistik
biner berada di
atas 9, 7, dan 14
untuk depresi,
kecemasan, dan
stres, masing-
masing. Rasio
dengan interval
kepercayaan 95%
(CI) dan a two-
tailed P-value
untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang terkait.
Variabel dengan
P-value 0,2
dalam bivariate
logistic
regression
analysis adalah
termasuk dalam e
multivariable
logistic
regression
analysis untuk
mengontrol
variabel
pengganggu.
Signifikansi
statistik
dinyatakan jika
P-value < 0,05
7 Jianyu Que, Psychological Studi Desain : A PubMed  Kecemasan
Le Shi, impact of the cross-sectional  Dokter 51,05 %
Jiahui COVID-19 Sampel : 2.285  Resident 38,99 %
Deng, Jiajia pandemic on orang petugas  Perawat 51,44 %
Liu, Li healthcare kesehatan dari

56
Zhang, workers: a berbagai daerah  Teknisi 49,73%
Suying cross- di seluruh China.  Kesehatan
Wu,Yimiao sectional study a. Dokter : 860 masyarakat 48,80 %
Gong, in (37,64 %)  Depresi
Weizhen China12345tg b. Resident :  Dokter 47,91 %
Huang, Kai yujnvjk 913 (39,96  Resident 40,53 %
Yuan, Wei %)  Perawat 46,15 %
Yan, c. Perawat : 208  Teknisi 41,9 %
Yankun (9,10 %)  Kesehatan
Sun, d. Teknisi : 179 masyarakat 48,8 %
Maosheng (7,83 %)  Insomnia
Ran, e. Kesehatan  Dokter 30,93 %
Yanping profesional  Resident 24,53 %
Bao, Lin lainnya  Perawat 33,18 %
Lu (kesehatan  Teknisi 31,84 %
(2020) masyarakat) :  Kesehatan
125 (5,47 %) masyarakat 32,8 %
Teknik
Sampling : Hasil prevalensi
Purposive Sampling kecemasan, depresi,
Variable insomnia dan masalah
Dependen : psikologis secara
Dampak keseluruhan pada petugas
psikologis tenaga kesehatan selama pandemi
kesehatan COVID-19 di China
Variable adalah 46,04%, 44,37%,
Independen : 28,75% dan 56,59%,
Faktor yang petugas kesehatan garis
berhubungan depan memiliki risiko lebih
dengan masalah tinggi mengalami
psikologis kecemasan, insomnia, dan
Instrument : web- masalah psikologis secara
based survey keseluruhan. Selain itu,
program survei perhatian terhadap
berbasis platform informasi negatif atau
media sosial netral tentang pandemi,
(WeChat) menerima umpan balik
Questionnaire negatif dari keluarga dan
Star pada teman yang bekerja di
Februari 2020 di garis depan, dan
Cina. Skala keengganan untuk
Gangguan bergabung dengan
Kecemasan pekerjaan garis depan jika
Umum Tujuh diberi pilihan bebas
Item (GAD-7) adalah tiga faktor utama
digunakan untuk masalah psikologis ini.
mengukur gejala
kecemasan.
Kuesioner
Kesehatan Pasien
Sembilan Item
(PHQ-9), yang
telah
menunjukkan
konsistensi tinggi
dengan diagnosis
depresi. 8 Gejala
insomnia diukur

57
dengan
menggunakan
Insomnia
Severity Index
(ISI) versi Cina
Analisi Data :
Menggunakan
analisis statistik
deskriptif untuk
mengkarakterisas
i sampel petugas
kesehatan.
Prevalensi gejala
kecemasan,
depresi, insomnia
dan masalah
psikologis secara
keseluruhan
dilaporkan.
Variabel
dimasukkan
multiple
backward logistic
regression
analysis mereka
memiliki nilai p
<0.05 5 dalam
analisis yang
tidak disesuaikan.
Hasilnya
dilaporkan
sebagai OR yang
disesuaikan
dengan 95% CI.
Semua test
menggunakan
tests were two-
sided. Skor
GAD-7≥10
menunjukkan
kecemasan. 25
Skor PHQ-9 ≥10
menunjukkan
depresi Skor ISI
≥15
menunjukkan
insomnia klinis
8 Marialaura Mental health Studi Desain : A PubMed  Kecemasan 13,9 %
Di Tella of healthcare cross-sectionaL  Depresi 9,5 %
PhD, workers Sampel : 145
 PTS 17,1 %
Annunziata during the orang petugas
Romeo COVID-19 kesehatan yang
PhD, Agata pandemic in berpraktik di Perbandingan antara
Benfante Italy::” Piedmont, salah profesional kesehatan
MS, Lorys satu wilayah yang bekerja di bangsal
Castelli Italia. COVID-19 dan unit lain
PhD a. Perawat : 73 mengungkapkan bahwa
(2020) (50,3 %) yang pertama melaporkan

58
b. Dokter : 72 tingkat gejala depresi dan
(49,7 %) PTSS yang lebih tinggi.
Teknik Selain itu, hasil analisis
Sampling : regresi menunjukkan
Purposive Sampling bahwa pada profesional
Variable kesehatan yang bekerja
Dependen : dengan pasien COVID-19,
Kesehatan mental jenis kelamin dan status
petugas perkawinan, serta jenis
kesehatan kelamin dan usia secara
Variable signifikan memprediksi
Independen : gejala depresi dan PTSS,
Tenaga kesehatan masing-masing.
Profesional yang Khususnya, menjadi
bekerja di perempuan dan tidak
bangsal COVID- dalam suatu hubungan
19 dan mereka ditemukan terkait dengan
yang bekerja di tingkat gejala depresi yang
fasilitas lain lebih tinggi, sedangkan
Instrument : menjadi perempuan dan
Survei Online lebih tua ditemukan terkait
Kualitas hidup dengan tingkat PTSS yang
dan kesehatan lebih tinggi.
yang
berhubungan
dengan Visual
Analogue Scales
(VAS). Bentuk
Inventarisasi
Kecemasan Sifat-
Negara Y1 (STAI
Y1). Inventarisasi
Depresi Beck
(BDI-II). Daftar
Periksa PTSD
untuk DSM-5
(PCL-5) untuk
menyelidiki
keberadaan
PTSS.
Analisi Data :
Untuk
menyelidiki
dampak
psikologis
COVID-19 pada
kelompok
petugas
kesehatan kami,
analisis deskriptif
dijalankan
terlebih dahulu.
Kedua,
independent t-
tests dilakukan
untuk
mengevaluasi
adanya

59
kemungkinan
perbedaan antara
profesional
kesehatan yang
bekerja di
bangsal COVID-
19 dan mereka
yang bekerja di
fasilitas lain,
pada variabel
sosiodemografi
dan klinis,
kualitas hidup
dan pertanyaan
terkait kesehatan,
dan variabel
psikologis (gejala
kecemasan/
depresi) dan PTS.
Akhirnya, two
multiple
regression
analyses
dijalankan untuk
menilai apakah
variabel
sosiodemografi
dan klinis
merupakan
prediktor
signifikan dari
hasil psikologis
dalam
subkelompok
profesional
kesehatan yang
bekerja di
bangsal COVID-
19. Skor BDI-II
dan PCL-5
digunakan
sebagai variabel
dependen untuk
model regresi
pertama dan
kedua. Variabel
sosiodemografi
dan klinis
dimasukkan
sebagai variabel
independen
dalam kedua
analisis regresi.
Metode enter
digunakan untuk
memasukkan
variabel dari
kelompok

60
prediktor.
Kolinearitas
dinilai melalui
statistik faktor
toleransi dan
Variance
Inflation Factor
(VIF). Semua
analisis statistik
dilakukan dengan
menggunakan
Paket Statistik
untuk Ilmu
Sosial, versi 26.0
(IBM SPSS
Statistics for
Windows,
Armonk, NY:
IBM Corp.)
9 Ming-Yu Psychological Studi Desain : PubMed  PTSD 40,21 %
Si, Xiao- impact of Cross-sectional  Depresi 13, 56 %
You Su, Yu COVID-19 on study
 Cemas 13,91 %
Jiang, medical care Sampel : 8.633
Wen-Jun workers in orang peserta  Stress 8,57 %
Wang, China penelitian
Xiao-Fen direkrut dari Stres pasca trauma (PTS)
Gu, Li Ma, rumah sakit dari lazim dalam sampel
Jing Li, tujuh wilayah profesional perawatan
Shao-Kai geografis di Cina, kesehatan ini,
Zhang, Ze- yang terletak di menunjukkan skrining
Fang Ren, utara, selatan, untuk gejala gangguan
Ran Ren, timur, tengah, stres pasca trauma yang
Yuan-Li barat laut, timur signifikan. Ancaman yang
Liu and laut dan barat dirasakan dan strategi
You-Lin daya Cina. koping pasif berkorelasi
Qiao a. Perawat : 211 positif dengan skor PTS
(2020) (24,4 %) dan DASS, sementara
b. Dokter : 377 dukungan sosial yang
(43,7 %) dirasakan dan strategi
c. Tenaga koping aktif berkorelasi
kesehatan lain negatif dengan skor DASS.
: : 275 (31,9 Perawat lebih cenderung
%) cemas daripada yang lain
Teknik di antara pekerja
Sampling : perawatan medis selama
Purposive Sampling epidemi COVID-19.
Variable
Dependen :
Dampak
psikologis
pada pekerja
perawatan medis
di Cina
Variable
Independen :
Status kesehatan
umum, variabel

61
yang terkait
dengan COVID-
19 (misalnya
apakah pernah
dikarantina,
tingkat
kekhawatiran
terhadap wabah),
persepsi ancaman
COVID - 19,
stres yang
dirasakan,
kecemasan,
depresi dan PTS,
dukungan sosial
yang dirasakan
dan strategi
koping.
Instrument :
Questionnaire
Dampak
peristiwa Skala-6
(IES-6) Dampak
acara Skala-6
(IES-6) adalah
versi singkat dari
Dampak Skala-
Revisi Acara
(IES-R), dan itu
mencakup tiga
subskala gejala
gangguan stres
pascatrauma
(PTSD),
termasuk intrusi,
hiper-gairah dan
penghindaran.
Versi singkat dari
Depresi,
Kecemasan, dan
Skala Stres
(DASS-21)
digunakan untuk
mengukur
tekanan
psikologis peserta
penelitian. Skala
dukungan sosial
yang dirasakan
(PSSS). Persepsi
ancaman peserta
oleh COVID-19
diukur dengan 8
item yang
dikembangkan
berdasarkan studi
sebelumnya.
Untuk setiap item

62
individu,
jawabannya ada
pada skala Likert
5 poin ('sangat
tidak setuju'
hingga 'sangat
setuju'), dan skor
total yang lebih
tinggi
menunjukkan
ancaman yang
dirasakan lebih
besar oleh wabah
COVID-19.
Alpha Chronbach
dari 8-item
ancaman yang
dirasakan adalah
0,81.
Gaya koping
dinilai oleh
SCSQ.
Analisi Data :
Regresi linier
digunakan untuk
menghitung
hubungan
univariat antara
karakteristik
sosiodemografi,
variabel yang
terkait dengan
wabah COVID-
19, dan hasil
psikologis (skor
IES-6 dan
subskala DASS).
Korelasi Pearson
dilakukan untuk
menilai hubungan
antara hasil
psikologis yang
merugikan dan
faktor psikososial
potensial dari
ancaman yang
dirasakan.
Regresi linier
berganda
dilakukan untuk
mengeksplorasi
status kesehatan
psikologis yang
merugikan dan
faktor-faktor
potensialnya
dengan
menyesuaikan

63
variabel-variabel
yang signifikan
dalam analisis
univariat diP ≤
0,10. Signifikansi
statistik dari
semua two-tailed
tests ditetapkan
padaP ≤ 0,05.
SPSS 22.0 (IBM
SPSS Statistics,
New York,
Amerika Serikat)
digunakan untuk
analisis statistik
10 Qi Caia, The mental Studi Desain : A PubMed  Gejala kecemasan
Hongliang health of case-control  Menangani covid-
Feng, Jing frontline and study 19 : 15,7 %
Huanga , non-frontline Sampel : 2.346
 Tidak menangani
Meiyao medical orang pekerja
covid-19 : 7,4 %
Wang, workers medis yang
(OR yang disesuaikan =
Qunfeng during the bekerja di rumah
1,95, 95% CI =1,46–
Wang, coronavirus sakit di China
2,61)
Xuanzhen disease 2019 Terdiri dari :
Lu , Yu (COVID-19) Perawat, Dokter
Xie, Xing outbreak in Tenaga  Depresi
Wang, China: A case- kesehatan lain  Menangani covid-
Zhenxing control study (teknisi medis, 19 : 14,3 %
Liu, terapi medis)  Tidak menangani
Botong a. Menangani covid-19 : 10,1 %
Hou, Keni COVID-19: (OR yang
Ouyang, 1.173 (50 %) disesuaikan=1,32, 95%
Jing Pan, b. Tidak CI=0,99–1,76)
Qin Li, menangani
Beibei Fu, covid-19:  Bunuh diri
Yongchao 1.173 (50 %)  Menangani covid-
Deng, Teknik 19 : 12,0 %
Yumin Liu Sampling :  Tidak menangani
(2020) non-probability covid-19 : 9,0 %
sampling design (disesuaikan OR=1,25,
Variable 95% CI=0,92-1,71)
Dependen :
Kesehatan mental
pekerja medis  Gejala insomnia
garis depan dan  Menangani covid-
non-garis depan 19 : 47,8 %
Variable  Tidak menangani
Independen : covid-19 : 29,1 %
Kecemasan, (OR yang
imsomsia, gejala disesuaikan=1,96, 95%
depresi, CI = 1,63-2,36)
Pencarian
bantuan atau Pekerja medis garis depan
pengobatan untuk memiliki tingkat masalah
kesehatan mental mental yang lebih tinggi
selama wabah (52,6% vs 34,0%, OR yang
COVID-19 disesuaikan = 1,88, 95%
Instrument : CI = 1,57-2,25).

64
Questionnaire
Beck Anxiety
Inventory (BAI)
digunakan untuk
mengukur gejala
kecemasan
selama tujuh hari
terakhir (Beck et
al., 1988; versi
Cina: Che et al.,
2006.
Insomnia
Severity Index
(ISI) digunakan
untuk menilai
persepsi
partisipan tentang
insomnia selama
dua minggu
terakhir Chahoud
dkk., 2017).
Kuesioner
Kesehatan
Pasien-9 (PHQ-9)
digunakan untuk
mengukur gejala
depresi selama
dua minggu
terakhir (Michel
dan Gordon,
2014). Untuk
mengukur
riwayat
pengobatan untuk
masalah mental
Apakah peserta
mencari bantuan
atau menerima
perawatan untuk
masalah mental,
termasuk gejala
kecemasan,
suasana hati yang
tertekan, ide
bunuh diri, dan
insomnia, selama
wabah COVID-
19 dicatat.
Pertanyaan
“Apakah Anda
pernah mencari
bantuan ke
psikiater atau
psikolog klinis
sejak merebaknya
COVID-19?”
digunakan untuk
memperkirakan

65
perilaku mencari
bantuan.
Pertanyaan
“Apakah Anda
pernah menerima
pengobatan untuk
masalah kejiwaan
atau psikologis
sejak merebaknya
COVID-19?”.
Analisi Data :
Mann–Whitney
kamu tes dan T-
tes digunakan
untuk
membandingkan
rata-rata dua
kelompok
variabel non-
normal dan
terdistribusi
normal, masing-
masing. Uji chi-
square digunakan
untuk
membandingkan
perbedaan antar
kelompok untuk
variabel kategori.
Regresi logistik
univariat dan
multivariat
dilakukan untuk
mengevaluasi
hubungan pekerja
medis garis
depan (vs pekerja
medis non-garis
depan) dengan
masalah mental,
dan perilaku
mencari bantuan
dan pengobatan
untuk masalah
mental. Nilai dua
sisi P < 0,05
dianggap
signifikan secara
statistik. Di
dalam Meja 2, P
nilai untuk
regresi logistik
multivariat
selanjutnya
disesuaikan
menggunakan
metode tingkat
penemuan palsu

66
(FDR) (Bernhard,
2019). FDR 5%
menggunakanQ
nilai akan berarti
bahwa 5% dari
hasil disebut
signifikan (P <
0,05) adalah
positif palsu
(Benjamini dan
Hochberg, 1995).
Semua uji
statistik
dilakukan
menggunakan
SPSS versi 24.0
untuk Windows
(Armonk, NY:
IBM Corp) dan R
(versi 3.5.1).
11 Zai-Quan The social Studi Desain : PubMed Sekitar 24,2% responden
Dong, Jing psychological Cross-sectional mengalami tingkat
Ma, Yan- impact of the study kecemasan yang tinggi
Ni Hao, COVID-19 Sampel : 4.618 sejak wabah COVID-19.
Xiao-Ling pandemic on orang staf dari Responden yang khawatir
Shen, Fang medical staff rumah sakit di dengan kesehatan fisiknya
Liu, Yuan in China: A provinsi Sichuan dan yang memiliki teman
Gao and cross sectional dan Yunnan. atau kerabat dekat yang
Lan Zhang study a. Perawat : terinfeksi COVID-19 lebih
(2020) 2.889 (62,6 mungkin memiliki tingkat
%) HEI yang tinggi,
b. Dokter : dibandingkan mereka yang
1.138 (24,6 tidak memiliki
%) karakteristik tersebut.
c. Teknisi : 319 Selanjutnya, hubungan
(6,9 %) keluarga ditemukan
d. Administrasi memiliki efek perlindungan
kesehatan : independen terhadap
272 (5,9 %) tingkat HEI yang tinggi.
Teknik Kekhawatiran utama
Sampling : mereka adalah bahwa
Metode keluarga mereka tidak
convenience akan diperhatikan dan
Variable bahwa mereka tidak akan
Dependen : dapat bekerja dengan baik.
Dampak Dibandingkan dengan
psikologis responden dengan
pada staf medis masalah emosional yang
di Tiongkok jelas, mereka dengan
Variable masalah emosional yang
Indeependen : agak tersembunyi
Dampak mengadopsi langkah-
pekerjaan, langkah koping yang lebih
kekhawatiran, positif.
tekanan
emosionalstrategi
mengatasi stress
selama wabah

67
COVID-19
Instrument :
Questionnaire
Kuesioner terdiri
dari lima bagian:
informasi
demografi dasar
dan paparan
wabah COVID-
19; dampak
pekerjaan dan
psikologis;
kekhawatiran
selama episode;
strategi
mengatasi; dan
Indeks Tekanan
Emosional Huaxi
(HEI).
Analisi Data :
Chi square test

4.2 Pembahasan

Dari artikel-artikel yang di riview hasil dampak psikologis dari

pandemi covid-19 pada petugas kesehatan, analisis studi saat ini menemukan

petugas kesehatan mempunyai pengalaman traumatis yang mencengangkan

selama pandemi covid-19, yang belum pernah mengalami wabah semacam

ini. Para profesional perawatan kesehatan dari semua spesialisasi menangani

pasien dengan covid-19 atau yang tidak menangani pasien covid-19 sedang

menghadapi bahaya. Dari sebelas jurnal yang telah di riview hasil dampak

psikologis dari pandemi covid-19 pada petugas kesehatan, yang paling

banyak adalah mengalami kecemasan dan dibahas pada delapan jurnal.

Kemudian jurnal yang membahas depresi ada enam jurnal, jurnal yang

membahas tentang stres ada empat jurnal, jurnal yang membahas tentang

PTSD ada dua jurnal dan jurnal yang membahas tentang PTS ada satu jurnal.

Penelitian artikel jurnal Di Giuseppe M (2021), Shahid (2021), Li

(2021), Tiete (2021) dan Cai (2020) lima jurnal penelitian membandingkan

68
dampak psikologis covid-19 pada tenaga kesehatan yang bekerja pada

penanganan atau perawatan pasien covid maupun yang tidak bekerja pada

penanganan atau perawatan pasien covid. Dampak psikologis yang muncul

adalah depresi, stress, kecemasan dan PTSD. Ini didapat karena ketakutan

akan diri mereka sendiri terinfeksi dan membahayakan anggota keluarga

mereka.

Kemudian pada lima penelitian lainnya untuk artikel jurnal Ashley

(2021), Jemal (2021), Di Tella (2020), Si my (2020) dan Dong ZQ (2020)

meneliti tentang dampak psikologis covid-19 pada tenaga kesehatan yang

bekerja di seluruh tempat pelayan di penyedia jasa layanan kesehatan.

Dampak psikologis yang muncul adalah kecemasan, PTSD, PTS, depresi dan

stress. Ini terjadi karena risiko paparan mereka dan kerja shift yang panjang

dan intens serta tidak adanya dukungan sosial yang dirasakan serta bekerja

dengan risiko tinggi infeksi membuat orang takut menularkan virus kepada

keluarganya. Pada satu artikel jurnal lebih di rinci lagi untuk jenis tenaga

kesehatan dan dampak psikologis apa saja macamnya pada tenaga kesehatan

yang bekerja di seluruh tempat pelayan di penyedia jasa layanan kesehatan.

Dampak psikologis yang muncul adalah kecemasan, depresi. Gangguan

Psikologis dapat jertjadi karena perhatian terhadap informasi negatif atau

netral tentang pandemi, menerima umpan balik negatif dari keluarga dan

teman yang bekerja di garis depan, dan jika diberi pilihan untuk memilih

bertugas, petugas kesehatan memilih keengganan untuk tidak bergabung

dalam merawat pasien covid-19 di ruang isolasi Que J (2020).

69
Pada penelitian Di Giuseppe (2021) petugas kesehatan yang

bekerja untuk merawat pasien covid-19 melaporkan tingkat stres dan

kelelahan emosional yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan kerja yang

bekerja di departemen yang tidak melayani pasien covid-19. Kejadian

kecemasan lebih tinggi terjadi pada perawat di bandingkan dengan dokter

karena karena tugas klinis mereka dan dengan persepsi dukungan sosial yang

buruk serta beban kerja yang meningkat (Tiete, 2021). Sejalan dengan

penelitian, dampak psokologis stres, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur

menjadi perhatian utama perawat yang bekerja di Oman selama pandemi

covid-19 (Mohammed Al Maqbali, 2020). Studi lain menemukan prevalensi

tinggi pada kecemasan, depresi, dan stres ringan di antara profesional

kesehatan terlepas dari spesifikasi pekerjaan mereka (Amal M. Qasem

Surrati, 2020). Penelitian mereka ini sangat berhubungan dengan penelitian

penulis karena membahas mengenai dampak psikologis covid-19 pada tenaga

kesehatan.

Saat pandemi ini menyebar ke seluruh dunia, sistem perawatan

kesehatan berada di bawah tekanan yang luar biasa. Selama masa sulit dengan

covid-19 ini, tenaga kesehatan di seluruh dunia yang bekerja mencegah

penyebaran covid-19 dan merawat pasien covid-19. Dalam situasi genting

dan tidak pasti ini, bahwa tidak hanya merawat mereka yang terinfeksi, tetapi

juga menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi tenaga kesehatan yang

melakukan perawatan kepada pasien. Mencegah penyebaran infeksi antara

petugas kesehatan dan pasien tergantung pada persiapan dan penggunaan alat

pelindung diri (APD) yang tepat. Semua petugas kesehatan menunggu untuk

70
menerima peralatan APD yang standar, dan pasien yang telah dirawat karena

tertular covid-19 dengan peralatan yang tidak memadai. Petugas kesehatan

tidak hanya peduli tentang keselamatan pribadi mereka sendiri, mereka juga

waspada untuk menularkan infeksi ke keluarga mereka (Lancet, 2020).

Untuk mengurangi penggunaan pakaian APD selama bekerja,

perawat tidak minum air atau pergi ke kamar mandi, dan menjalankan tugas

keperawatan yang kompleks (Yuanyuan Mo, 2020). Sejalan dengan

penelitian ini, pada penelitian (Esmail Shoja, 2020) yang dapat mempengarui

meiningkatkan beban kerja adalah jenis pekerjaan, shift kerja, tingkat

pendidikan, dan menghadapi covid-19. Beban jam kerja yang panjang per

minggu dapat dikaitkan dengan ketakutan akan infeksi. Setelah mengenakan

pakaian pelindung lengkap, pernapasan perawat akan agak terbatas. Semua

tenaga kesehatan profesional juga menghadapi tekanan luar biasa yang terkait

dengan covid-19, terutama kasus dengan dugaan atau kasus yang

dikonfirmasi covid-19, ulasan pasien yang negatif, stigma dan kurangnya

dukungan sosial di lingkungan. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan

kejadian masalah psikologis pada profesional kesehatan, seperti ketakutan,

kecemasan, depresi pada profesional kesehatan (Hanggoro, Suwarni, Linda,

Selviana, & Mawardi, 2020). Sebagai perawat beban kerja yang meningkat

merupakan faktor risiko untuk kesehatan mental yang buruk Di Giuseppe

(2021).

Dari artikel-artikel yang di riview hasil dampak psikologis dari

pandemi covid-19 pada petugas kesehatan, analisis studi saat ini dampak

psikologis pada tenaga kesehatan selama masa pandemi covid-19 yang

71
banyak terjadi adalah kecemasan. Tenaga kesehatan yang mengalami dampak

psikologis yang tinggi dari pandemi covid-19 adalah perawat.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan dibahas kajian temuan tentang dampak psikologis

covid-19 pada tenaga kesehatan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis menyeluruh dari literatur dari jurnal,

penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang efek psikologis

dari pandemi Covid-19 pada tenaga kesehatan yang meliputi kecemasan,

depresi, stres, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), dan Post Traumatic

Stress (PTS). Wabah covid-19 menimbulkan banyak tekanan psikologis di

antara petugas kesehatan yang bekerja.

Dampak psikologis pada tenaga kesehatan selama masa pandemi

covid-19 yang banyak terjadi adalah kecemasan. Tenaga kesehatan yang

mengalami dampak psikologis yang tinggi dari pandemi COVID-19 adalah

perawat karena karena tugas klinis mereka dan dengan persepsi dukungan

sosial yang buruk serta beban kerja yang meningkat.

5.2 Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Petugas kesehatan disarankan untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan tindakan dalam pencegahan penularan covid-19 dengan mencari

berbagai informasi di berbagai media yang terpercaya sekaligus dapat

72
meningkatkan sikap dan tindakan yang baik dengan saling mendukung

satu sama lain dalam pencegahan covid-19.

2. Bagi Penyedia Jasa Layanan Kesehatan

1) Penyedia jasa layanan kesehatan memberikan rasa aman terhadap

pekerjanya dengan membantu dalam mengatasi gangguan psikologis

dengan cara memberikan pendampingan pada tenaga kesehatan yang

sedang mengalami gangguan psikologis.

2) Memperhatikan keselamatan kerja dengan memberikan alat pelindung

diri yang sesuai standart.

3) Mengadakan konseling kepada kelurga tenaga kesehatan untuk

meningkat pengetahuan keluarga tenaga kesehatan.

4) Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga

kesehatan.

5) Penyedia jasa layanan kesehatan juga memberikan pemantahuan

kepatuhan yang ketat terhadap pedoman pelayanan.

6) Penyedia jasa layanan kesehatan harus didukung oleh manajemen,

mengatur dan melakukan intervensi kesehatan psikologis dan mental

bagi petugas kesehatan yang menjalankan tugasnya selama pandemi

COVID-19, dan memantau petugas kesehatan untuk gejala fisik.

3. Bagi Peneliti

Hasil analisis ini dapat digunakan untuk membuat rancangan

intervensi untuk menambah informasi tentang dampak psikologis covid-19

73
pada tenaga kesehatan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk meneliti

lebih lanjut mengenai koping pada petugas kesehatan yang bekerja pada

pandemi covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

Aida, S. N. (2021). In S. N. Aida, Kitab Sejarah Covid-19 (pp. 1-4). Bantul Jo:
Penerbit KBM Indonesia.
Ainiyyah Nurfath Afifah Lubis, D. A. (2020). Reaksi Psikologis Terhadap
Pandemi: Emosi, Perilaku dan Sosial. In M. M. Maya Khairani (Ed.),
Ragam Cerita Pembelajaran Dari COVID-19 (p. 77). Banda Aceh: Syiah
Kaula University press.
Amal M. Qasem Surrati, F. M. (2020, Oktober 5). Conclusion. Psychological
impact of the COVID-19 pandemic on health care, 1-7.
Ashley C, James S, Williams A, Calma K, Mcinnes S, Mursa R, Stephen C,
Halcomb E. The psychological well-being of primary healthcare
nurses during COVID-19: A qualitative study. J Adv Nurs. 2021
Sep;77(9):3820-3828. doi:10.1111/jan.14937. Epub 2021 Jun 18.
PMID: 34142734; PMCID: PMC8447215.

Aula, A. C. (2019, Oktober 2019). Paradigma Kesehatan Mental. Surabaya, Jawa


Timur, Indonesia. Retrieved from
http://news.unair.ac.id/2019/10/10/paradigma-kesehatan-mental
Aziz Yogo Hanggoro, L. S. (2020). Kesimpulan. Dampak Psikologis Pandemi
Covid-19 pada Tenaga Kesehatan: A Studi Cross-Sectional di Kota
Pontianak, 13-18.
Bachroni, M., & Asnawi, S. (2015). MODERATOR STRES KERJA. Stres Kerja
, 32. doi:10.22146/bpsi.7406
Bhattacharya, P. K., & Prakash, a. (2021). Impact of COVID-19 on Psychological
and Emotional.
Buselli, R., Baldanzi, S., Corsi, M., Chiumiento, M., Lupo, E. D., Carmassi, C., . .
. Cristaudo, A. (2020, Juni 19). Introduction. Psychological Care of Health
Workers during the, 1-2. doi:10.3390
Cai Q, Feng H, Huang J, Wang M, Wang Q, Lu X, Xie Y, Wang X, Liu Z, Hou B,
Ouyang K, Pan J, Li Q, Fu B, Deng Y, Liu Y. The mental health of
frontline and non-frontline medical workers during the
coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in China: A case-control
study. J Affect Disord. 2020 Oct 1;275:210-215.
doi:10.1016/j.jad.2020.06.031. Epub 2020 Jul 2. PMID: 32734910; P
MCID: PMC7329671.

74
Chowdhury, S. R., Sunna, T. C., Das, D. C., Kabir, H., Hossain, A., Mahmud, S.,
& Ahmed, S. (2021). Mental health symptoms among the nurses, 2.
Dhelva, R. (2021, Maret 18). Pandemi. Bedanya Endemi, Epidemi, dan Pandemi.
(R. M. Amalia, Ed.) Surabaya, Jawa timur, Indinesia.
Di Giuseppe M, G. N. (2021, May 14). Stress, Burnout, and Resilience among
Healthcare Workers.
Di Tella M, Romeo A, Benfante A, Castelli L. Mental health of healthcare
workers during the COVID-19 pandemic in Italy. J Eval Clin Pract.
2020Dec;26(6):1583-1587. doi: 10.1111/jep.13444. Epub 2020 Jul
25. PMID: 32710481.

Dong ZQ, Ma J, Hao YN, Shen XL, Liu F, Gao Y, Zhang L. The social
psychological impact of the COVID-19 pandemic on medical staff in
China: A cross-sectional study. Eur Psychiatry. 2020 Jun
1;63(1):e65. doi:10.1192/j.eurpsy.2020.59. PMID: 32476633; PMCID:
PMC7343668.

dr. Sitti Nurisyah, S. (2020). Penyebaran Virus Corona. Makasar, Indonesia.


Retrieved from https://primayahospital.com/covid-19/penyebaran-virus-
corona/
Esmail Shoja, V. A. (2020). Conclusions. Covid-19 effects on the workload of
Iranian. doi:10.1186/s12889-020-09743-w
Fakhriyani, D. V. (2017). Konsep Dasar Kesehatan Mental. In M. Dr. Mohammad
Thoha (Ed.), Kesehatan Mental (pp. 10-26). Pamekasan: Duta Media
Publishing.
Gintings, E. P. (1999). Pengertian stres. In Mengantisipasi stress dan
penanggulangannya. Yogyakarta: ANDI.
Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020, April
2). Penyakit Virus corona 2019. Jurnal Resporologi Indonesia, 119-128.
Hanggoro, A. Y., Suwarni, Linda, Selviana, & Mawardi. (2020). Dampak
Psikologis Pandemi Covid-19 pada Tenaga Kesehatan: A Studi Cross-
Sectional di, 14.
Hariyadi, F. A. (2012, November 1). Gangguan Insomnia Pada Mahasiswa Yang
Menyusun Skripsi, 2. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.ad/nju/indek.php/INTUISI
Hendriani, W. (2012, Desember 12). Retrieved from Dua Langkah Analisis
Tematik (Boyatzis, 1998): https://wiwinhendriani.com/2012/12/17/dua-
langkah-analisis-tematik-boyatzis-1998/

75
Humas FKUI. (2020, September 14). Jakarta, Indonesia, Jakarta Pusar. Retrieved
from https://fk.ui.ac.id/berita/83-tenaga-kesehatan-indonesia-mengalami-
burnout-syndrome-derajat-sedang-dan-berat-selama-masa-pandemi-covid-
19.html
IDI; PPNI. (2021, September 9). Tenaga Kesehatan Indonesia Gugur melawan
Covid-19. Indonesia. Retrieved from
https://nakes.laporcovid19.org/statistik
James G. Adams, M. (2020, April 21). Mendukung Tenaga Kesehatan Selama
COVID-19 Epidemi Global, 323, 1439.
Jemal K, Deriba BS, Geleta TA, Tesema M, Awol M, Mengistu E, Annous Y.
Self-Reported Symptoms of Depression, Anxiety, and Stress Among
Healthcare Workers in Ethiopia During the COVID-19 Pandemic: A
Cross-Sectional Study. Neuropsychiatr Dis Treat. 2021 May 6;17:1363-
1373. doi: 10.2147/NDT.S306240. PMID: 33986596; PMCID:
PMC8110274.

Karisma, N. (2020, Oktober 9). Lima Jenis Gangguan Kesehatan Mental.


Retrieved from https://lifepack.id/5-jenis-gangguan-kesehatan-mental-
yang-perlu-anda-ketahui
Konstantinos Tsamakis, A. S. (2020, April 22). COVID-19 related stress
exacerbates common physical and mental pathologies and affects
treatment (Review), 159-162. Retrieved from https://www.spandidos-
publications.com/10.3892/etm.2020.8671
Lancet, T. (2020, March 1). COVID-19: protecting health-care workers.
doi:10.1016/s0140-6736(20)30644-9
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Appraisal, Coping, and Adaptional
Outcomes. In Stress, Appraisal, and Coping (pp. 181-223). New York:
Springer Publishing Compani. Retrieved from
https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=i-
ySQQuUpr8C&oi=fnd&pg=PR5&dq=lazarus+folkman+1984+pdf&ots=D
gFNprklSi&sig=-
MI_5ftrvowDKDJG2NHjd0a7zHo#v=onepage&q&f=false
Li J, Su Q, Li X, Peng Y, Liu Y. COVID-19 negatively impacts on psychological
and somatic status in frontline nurses. J Affect Disord. 2021 Nov
1;294:279-285. doi: 10.1016/j.jad.2021.07.031. Epub 2021 Jul 18.
PMID: 34304082; PMCID: PMC8286238.

Lio, S., & K. S. (2019). Strategi Coping. Strategi Coping Mahasiswa Tugas Akhir
Program Studi Bimbingan Dan , 52-56.
Lubis, N. L. (2009). Definisi Depresi. In Depresi (p. 11). Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri.

76
Maryam, S. (2017). PENDAHULUAN. Strategi Coping: Teori Dan
Sumberdayanya, 101-107.
Mohammed Al Maqbali, J. A. (2020, Desember 17). Conclusion . Psychological
impact of the coronavirus 2019 (COVID-19), 1-10. doi:DOI:
10.1111/jjns.12417
Nasrullah, D., Natsir, M., Twistiandayani, R., Rohayani, L., Siswanto,
Sumartyawati, N. M., . . . Direja, A. H. (2020). Dampak Psikologis
Tenaga Kesehatan dalam Upaya Menghadapi Pandemi Corona Virus
(Covid-19) di Indonesia.
Priyoto. (2014). In Konsep manajemen stress. Yogyakarta: Nuha Medika.
Que J, Shi L, Deng J, Liu J, Zhang L, Wu S, Gong Y, Huang W, Yuan K, Yan W,
Sun Y, Ran M, Bao Y, Lu L. Psychological impact of the COVID-
19 pandemic on healthcare workers: a cross-sectional study in
China. Gen Psychiatr. 2020 Jun 14;33(3):e100259. doi:
10.1136/gpsych-2020-100259. PMID: 32596640; PMCID:
PMC7299004.

Rafknowledge. (2004). Insomnia . In Insomnia dan Gangguang Tidur Lainnya.


Jakarta, Indonesia: PT. Elex Media Komputindo. Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/Insomnia_Gangguan_Tidur/kxhBt
ckImNQC?hl=id&gbpv=1&dq=insomnia&printsec=frontcover
Retno Permatasari, M. A. (2020, Juni 1). Pengertian Dampak Psikologis. STUDI
DESKRIPTIF DAMPAK PSIKOLOGIS MAHASISWA PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI DI MASA PANDEMI COVID-19, 130.
Riaz, B., Wajid, Rafai, Ussaid, A., Masood, A., Anwar, S., . . . Iqbal, F. (2021).
The psychological impact of COVID-19 on, 293.
Ridwan. (2020). Corona Virus. In Ridwan, Corona Virus dan Perspektif
Kemunculan patogen Mematikan (pp. 7-15). Makasar: CV.Sosial Politic
Genius (SIGn).
Sadikin, L. M., & Subekti, E. (2013, Desember). Dimensi Coping Stres. Coping
Stres pada Penderita Diabetes Mellitus Pasca Amputasi, 17-23. Retrieved
from http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKK8762-
6699913acafullabstract.pdf
Samantha K Brooks, R. K. (2020, February 26). The psychological impact of
quarantine and how to reduce, 912-920. Retrieved from
https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-
6736(20)30460-8/fulltext
Satuan Tugas Penanganan COVID-19. (2021, September 8). Data Sebaran Kasus
Covid-19. Indonesia. Retrieved from https://covid19.go.id/

77
Shahid H, Haider MZ, Taqi M, Gulzar A, Zamani Z, Fatima T, Khalid Y, Ahmed
Z, Nadeem HA, Anwer F. COVID-19 and Its Psychological Impacts on
Healthcare Staff - A Multi- Centric Comparative Cross-Sectional Study.
Cureus. 2020 Nov 28;12(11):e11753. doi: 10.7759/cureus.11753.
PMID: 33403183; PMCID: PMC7773302.

Si MY, Su XY, Jiang Y, Wang WJ, Gu XF, Ma L, Li J, Zhang SK, Ren ZF, Ren
R, Liu YL, Qiao YL. Psychological impact of COVID-19 on medical
care workers in China. Infect Dis Poverty. 2020 Aug
12;9(1):113. doi:10.1186/s40249-020-00724-0. PMID: 32787929;
PMCID: PMC7422468.

Suhaemi, N. Q. (2021, April 10). Perbedaan Trauma dan PTSD. Jakarta, Jakarta,
Indonesia. Retrieved from PTSD & KOMPLEKS PTSD:
https://satupersen.net/blog/perbedaan-trauma-dan-ptsd
Susantyo, B. (2020). In PEMETAAN STRATEGI COPING KELUARGA
PENERIMA (pp. 11-21). Jakarta Timur: Puslitbangkesos Kementerian
Sosial RI bekerjasama P3KS Press.
Tiete J, Guatteri M, Lachaux A, Matossian A, Hougardy JM, Loas G, Rotsaert M.
Mental Health Outcomes in Healthcare Workers in COVID-19 and
Non-COVID-19 Care Units: A Cross Sectional Survey in Belgium.
Front Psychol. 2021 Jan 5;11:612241. doi:
10.3389/fpsyg.2020.612241. PMID: 33469439; PMCID: PMC7813991.

Unud, H. F. (2017, Oktober 13). POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER


(PTSD). Retrieved from http://hmku.fkunud.com/ptsd/
WHO, 2005. (2020). Reaksi Psikologis Terhadap Pandemi : Emosi, Perilaku dan
Sosial. In D. A. Ainiyyah Nurfath Afifah Lubis, & M. M. Maya Khairani
(Ed.), Ragam Cerita Pembelajaran Dari COVID-19 (p. 77). Banda Aceh:
Syiah Kaula University Press.
Wiraharja, & Satnya, R. (2020). In Peranan Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam
Penanggulangan COVID-19 (p. 1). JAKARTA: Universitas Katolik
Indonesia Atma JAya.
Yuanyuan Mo, L. D. (2020, March 8). Long working time per week increased
stress. Work stress among Chinese nurses to support Wuhan in, 1002-
1009. doi:DOI: 10.1111/jonm.13014
Yuliana. (2020, Februari 1). Manifestasi klinis. Corona Virys Diseases (Covid-
19), 187-192.

78

Anda mungkin juga menyukai