SKRIPSI
SKRIPSI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
apt. Muhamad Rinaldhi Tandah, M.Sc. apt. Khusnul Diana, S.Far., M.Sc.
NIP. 19850922 201212 1 003 NIP. 19860202 2015 04 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas MIPA Universitas Tadulako
iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : ............................
Penguji 2 : ............................
Penguji 3 : ............................
Mengetahui,
Dekan Fakultas MIPA
Universitas Tadulako
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalan tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
v
ABSTRAK
Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin atau yang dikenal dengan DM tipe 2
menjadi salah satu penyakit penyebab utama penderitaan dan kematian manusia
serta memiliki dampak yang cukup besar pada pembiayaan kesehatan. Di
Indonesia telah berlaku program jaminan kesehatan nasional yang mengutamakan
efektivitas dan efisiensi biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata
biaya medis langsung (biaya riil), rata-rata tarif INA-CBG’s dan besar kesesuaian
antara biaya riil dan tarif INA-CBG’s pasien DMTTI di RSUD Anutapura Palu
Periode 2020. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan
pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada perspektif rumah sakit.
Data diperoleh dari data rekam medis dan data rincian biaya pengobatan pasien.
Sampel berjumlah 132 sampel yang merupakan pasien yang terdiagnosis utama
DMTTI dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah dibuat. Data
dianalisis menggunakan Mann-Whitney dan Independent sample t-test. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata biaya medis langsung sebesar Rp2.751.449, rata-
rata tarif INA-CBG’s sebesar Rp4.505.508, dan diperoleh selisih positif dengan
p<0,05 pada kategori kelas perawatan (I, II, dan III), tingkat keparahan (ringan,
sedang, dan berat), jumlah diagnosis sekunder (tanpa diagnosis sekunder, 1, dan
2), dan lama perawatan (< 5 hari dan ≥ 5 hari) serta diperoleh selisih negatif
dengan p>0,05 pada kategori jumlah diagnosis sekunder > 2. Terdapat perbedaan
bermakna secara statistik pada kategori kelas perawatan (I, II, dan III), tingkat
keparahan (ringan, sedang, dan berat), jumlah diagnosis sekunder (tanpa diagnosis
sekunder, 1, dan 2), dan lama perawatan (< 5 hari dan ≥ 5 hari), sedangkan pada
kategori jumlah diagnosis sekunder > 2 tidak terdapat perbedaan bermakna secara
statistik.
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud dengan tidak terlepas dari
adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh
karena itu, pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ungkapan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua dan Keluarga atas segala dukungan penuh baik secara moril
maupun materil yang telah dilakukan demi memberikan yang terbaik kepada
penulis serta menjadi motivasi terbesar penulis untuk segera menyelesaikan
studi.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, M.P. selaku Rektor Universitas Tadulako.
3. Ibu Prof. Ir. Darmawati Darwis, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.
4. Bapak apt. Muhamad Rinaldhi Tandah, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing 1
yang telah bersedia memberikan kepercayaan, ilmu serta selalu meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu apt. Khusnul Diana, S.Far., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing 2 yang juga
telah bersedia memberikan kepercayaan, ilmu serta selalu meluangkan waktu
untuk membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
viii
6. Ibu apt. Ririen Hardani, S. Farm., M. Si selaku dosen wali yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Tadulako, yang
telah bersedia memberikan waktu, bekal ilmu pengetahuan, dan motivasi
kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staf akademik dan Laboran Jurusan Farmasi serta staf akademik
Fakultas MIPA Universitas Tadulako yang telah memberikan pelayanan yang
baik kepada penulis.
9. Direktur RSUD Anutapura Palu yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian, dan seluruh staf RSU Anutapura Palu terkhusus
staf RM dan IT RSUD Anutapura Palu yang banyak membantu penulis
selama penelitian berlangsung.
10. Sahabat-sahabatku “Ke-10 an”, terima kasih karena selalu berbagi cerita,
senyum dan tawa, serta senantiasa memberikan dukungan kepada penulis
selama masa perkuliahan.
11. Sahabat-sahabatku kelas “D’Sayang”, terima kasih karena telah berbagi
semangat, motivasi, masukan, bantuan, pengalaman, dan banyak kenangan
indah kepada penulis selama masa perkuliahan.
12. Keluarga Riboflavin 2018, terima kasih atas segala kebaikan, bantuan, dan
pengalaman berharga yang telah diberikan.
13. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat
diberikan. Penulis berharap sekecil apapun makna yang tertulis dalam tulisan ini
diharapkan dapat memberikan manfaat.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI.....................................................................iv
P E R N Y A T A A N..............................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
DAFTAR SIMBOL & ISTILAH..........................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................4
1.5 Batasan Masalah..................................................................................4
x
2.2 Farmakoekonomi...............................................................................13
2.2.1 Definisi....................................................................................13
2.2.2 Evaluasi Ekonomi dalam Pelayanan Farmasi..........................13
2.2.3 Metode Analisis.......................................................................14
2.2.4 Biaya........................................................................................15
2.3 Jaminan Kesehatan Nasional.............................................................16
2.3.1 Tarif INA-CBG’s.....................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
LAMPIRAN...........................................................................................................48
xi
RIWAYAT HIDUP................................................................................................70
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI................................................................71
SURAT KEPUTUSAN (SK) PEMBIMBING SKRIPSI......................................72
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SIMBOL & ISTILAH
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tengah (1,54%) masuk ke dalam sepuluh provinsi teratas menurut diagnosis
dokter dengan 11.548 kasus yang dilaporkan dan menurut Hasil Riset Kesehatan
Dasar Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan prevalensi diabetes melitus di kota
Palu mencapai 2,01% dari jumlah penduduk dengan 2.805 kasus yang
dilaporkan (Riskesdas, 2018).
Beban diabetes juga dapat berdampak pada perekonomian nasional. Dalam satu
studi memperkirakan kerugian yang disebabkan oleh kasus diabetes dalam PDB
di seluruh dunia dari tahun 2011 hingga 2030, termasuk biaya langsung dan
biaya tidak langsung diabetes mencapai US$ 1,7 triliun, terdiri dari US$ 900
miliar untuk negara berpenghasilan tinggi dan US$ 800 miliar untuk harga
rendah dan negara berpenghasilan menengah (World Health Organization,
2016).
Di Sulawesi Tengah, Kota Palu berada pada posisi ke-2 dengan jumlah
penduduk dan kota teratas pada kasus diabetes melitus (Riskesdas, 2019).
Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura yang berada di Provinsi Sulawesi
Tengah tepatnya di Kota Palu merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Kota
Palu yang terakreditasi B yang menerima pasien diabetes melitus setiap
tahunnya dan telah menyediakan pelayanan kesehatan melalui program JKN.
2
Oleh karena itu, diperlukan analisis biaya terhadap tarif yang diberlakukan
dalam program JKN tersebut agar tidak merugikan pihak pemberi pelayanan
kesehatan dalam hal ini pihak rumah sakit. Berdasarkan data rekam medis pasien
jumlah kasus diabetes melitus di RSUD Anutapura periode 2020, yaitu terdapat
252 kasus yang dilaporkan.
3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan untuk memperoleh gambaran mengenai biaya
pengobatan dalam pelaksanaan program JKN pada pasien diabetes melitus
tidak tergantung insulin di RSUD Anutapura Palu.
2. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi mengenai penerapan sistem tarif INA-CBG’s pada
pasien diabetes melitus tidak tergantung insulin.
3. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai bahan yang diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi
acuan pada penelitian terkait analisis biaya suatu penyakit di rumah sakit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Menurut American Diabetes Association (2020), etiologi diabetes melitus
dapat dibagi dalam 4 jenis, yaitu:
1) Diabetes tipe 1, yaitu akibat kerusakan sel autoimun, biasanya
mengarah pada defisiensi insulin yang absolut.
2) Diabetes tipe 2, yaitu akibat hilangnya sekresi insulin oleh sel beta
pankreas yang berlangsung secara progresif dan seringkali dengan latar
belakang adanya resistensi insulin.
3) Diabetes melitus gestasional, yaitu diabetes yang didiagnosis pada fase
trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana pada fase sebelum
kehamilan diagnosis terhadap diabetes tidak jelas.
4) Jenis diabetes tertentu akibat penyebab lain, misalnya sindrom diabetes
monogenik (seperti diabetes neonatal dan diabetes usia muda), penyakit
pankreas eksokrin (seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), dan diabetes
yang terjadi karena penggunaan obat atau bahan kimia tertentu (seperti
penggunaan glukokortikoid, dalam pengobatan HIV/AIDS, atau setelah
transplantasi organ).
2.1.3 Diagnosis
Menurut Perkeni (2019), diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar
pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa secara enzimatik
5
merupakan pemeriksaan glukosa yang disarankan dengan menggunakan
bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria. Pada penderita DM seringkali terdapat berbagai keluhan.
Berikut beberapa keluhan yang dapat dicurigai adanya DM, yaitu:
1) Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan dengan sebab yang tidak jelas.
2) Keluhan lain: badan terasa lemah, terjadi kesemutan, gatal,
penglihatan kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva
pada wanita.
6
mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
(Dipiro et al., 2015).
2.1.5 Patofisiologi
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Dahulu disebut diabetes tergantung insulin, DM tipe 1 adalah hasil dari
kerusakan autoimun dari sel β pankreas. DM tipe 1 dipercaya untuk
dimulai dengan paparan pemicu lingkungan secara genetik individu
yang rentan. Ada hubungan antara genetik yang diketahui saat ini
penanda untuk autoimunitas dan perkembangan DM tipe 1. Namun, sel
β autoimunitas berkembang dalam waktu kurang dari 10% dari yang
rentan secara genetik individu dan berkembang menjadi DM tipe 1
kurang dari 1%. Di sisi lain, autoimunitas sel β, hadir saat didiagnosis
pada 90% pasien individu. Diabetes tipe 1 paling sering berkembang di
masa kanak-kanak atau muda. Namun, hal itu dapat terjadi pada semua
usia. Proses autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T dengan
autoantibodi yang bersirkulasi ke berbagai antigen sel β. Gangguan
autoimun lainnya seperti Hashimoto tiroiditis, penyakit Graves,
penyakit Addison, vitiligo, dan sariawan celiac lebih sering terjadi pada
pasien DM tipe 1 (Dipiro et al., 2020).
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Pada kasus terjadinya DM tipe 2 secara genetik umumnya didasari oleh
dua patofisiologi yang utama, yakni adanya resistensi insulin dan defek
fungsi sel beta pankreas. Bagi orang yang memiliki berat badan
berlebih atau obesitas, resistensi insulin kerap dijumpai. Pada penderita
7
DM tipe 2 kerja insulin tidak optimal di sel otot, lemak, dan hati
sehingga pankreas secara paksa melakukan mekanisme kompensasi
untuk dapat memproduksi insulin lebih banyak. Saat produksi insulin
oleh sel beta pankreas tidak adekuat dalam melakukan kompensasi
terhadap peningkatan resistensi insulin, maka terjadi peningkatan
glukosa darah yang kemudian dapat berdampak menjadi hiperglikemia
kronik. Pada perjalanan penyakit DM tipe 2 terjadi penurunan fungsi sel
beta pankreas dan peningkatan resistensi insulin yang berlanjut
sehingga terjadi hiperglikemia kronik dengan segala dampaknya.
Disfungsi sel beta pankreas juga dapat semakin memburuk dengan
adanya hiperglikemia kronik, sebelumnya sel beta pankreas dapat
memproduksi insulin dengan cukup untuk mengkompensasi terjadinya
peningkatan resistensi insulin saat diagnosis DM tipe 2 belum
ditegakkan. Pada saat diagnosis DM tipe 2 ditegakkan, sel beta
pankreas tidak dapat lagi memproduksi insulin yang optimal untuk
melakukan kompensasi sehingga pada saat itu fungsi sel beta pankreas
yang normal tinggal 50%. Adanya gangguan terhadap fungsi sel beta
pankreas dapat terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan faktor
lingkungan (Decroli, 2019).
8
Namun penggunaan sulfonilurea generasi pertama sudah jarang
ditemukan. Hal ini berkaitan dengan efek hipoglikemia yang
besar (Decroli, 2019).
2. Meglitinid
Meglitinid memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
sulfonilurea. Glinid memiliki durasi atau lama kerja yang
singkat sehingga penggunaan obat ini diberikan setelah makan
(prandial). Berkaitan dengan strukturnya, obat golongan ini
dapat digunakan pada pasien yang alergi terhadap sulfur
(Decroli, 2019).
3. Penghambat Alfa Glukosidase
Acarbose hampir tidak diabsorbsi dan bekerja secara lokal pada
saluran pencernaan. Metabolisme acarbose terjadi di saluran
pencernaan oleh flora mikrobiologis, hidrolisis intestinal, dan
aktifitas enzim pencernaan. Inhibisi terhadap enzim alfa
glukosidase secara efektif dapat meminimalkan peningkatan
kadar glukosa setelah makan pada pasien DM tipe 2. Acarbose
tidak dapat merangsang sekresi insulin sehingga penggunaannya
pada lansia dinilai relatif aman dan tidak menyebabkan
hipoglikemia (Decroli, 2019).
4. Biguanid
Secara umum terdapat tiga jenis golongan biguanid, yaitu
fenformin, buformin dan metformin. Fenformin seringkali
menyebabkan asidosis laktat sehingga ditarik dari pasaran. Saat
ini, metformin merupakan obat antihiperglikemik oral yang
sering digunakan. Metformin merupakan lini pertama pada
pengobatan diabetes melitus, metformin bekerja dengan
meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepatik dan
perifer (otot) memungkinkan untuk meningkatkan penyerapan
glukosa. Umumnya metformin tidak menimbulkan hipoglikemia
9
karena tidak merangsang sekresi insulin (Decroli, 2019; Dipiro
et al., 2015).
5. Golongan Tiazolidinedion
Tiazolidinedion bekerja secara tidak langsung dengan
meningkatkan sensitivitas insulin pada otot, hati, dan jaringan
lemak. Obat golongan ini menurunkan produksi glukosa di
hepar dan menurunkan kadar asam lemak bebas di plasma.
Tiazolidinedion dapat menurunkan kadar HbA1c sebesar 1-1.5
%, meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL), efeknya
pada trigliserida dan Low Density Lipoprotein (LDL) bervariasi.
Pada pemberian oral, absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan
(Decroli, 2019; Dipiro et al., 2015).
6. DPP4-inhibitor
Incretin adalah jenis peptida yang disekresikan oleh usus halus
sebagai respon terhadap makanan pada usus. Terdapat dua jenis
peptida yang tergolong incretin yang berperan dalam
metabolisme glukosa, yaitu GLP-1 (Glucagon Like Peptide-1)
dan GIP (Glucose dependent Insulinotropic Peptide). Dalam hal
ini, GLP-1 lebih penting dalam metabolisme glukosa. GLP-1
berperan dalam meningkatkan sekresi insulin, akibat rangsangan
glukosa pada sel beta sekaligus menekan sekresi glukagon.
Keduanya menyebabkan penurunan kadar glukosa darah.
Melalui mekanisme penekanan enzim DPP-4 yakni dengan
menggunakan DPP-4 inhibitor dapat mempertahankan GLP-1
lebih lama didalam darah sehingga aktifitas GLP-1 meningkat.
DPP4-inhibitor tidak meningkatkan risiko hipoglikemia sebagai
monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat yang memiliki
insiden hipoglikemia rendah. Saat ini golongan DPP4 inhibitor
yang beredar di Indonesia adalah sitagliptin, vildagliptin dan
linagliptin (Decroli, 2019; Dipiro et al., 2015).
7. Penghambat SGLT-2
10
Obat golongan ini termasuk obat antihiperglikemik oral jenis
baru yang mempunyai mekanisme kerja dengan menghambat
penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal melalui
penghambatan kinerja transporter glukosa SGLT-2. Contoh obat
dari golongan ini, yaitu empaglifozin, canaglifozin, dan
dapaglifozin (Decroli, 2019).
b) Insulin
Insulin merupakan pengobatan yang digunakan pada pasien DM
tipe 1. Terapi ini juga dapat digunakan pada pasien diabetes
melitus tipe 2 apabila penanganannya dengan menggunakan obat
antidiabetes oral tidak adekuat. Insulin di dalam tubuh membantu
transport glukosa dari darah ke dalam sel. Berdasarkan waktu atau
lama kerjanya, insulin terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
insulin kerja cepat atau rapid acting, kerja menengah atau
intermediate acting, kerja panjang atau long acting, dan
campuran. Insulin dengan masa kerja yang panjang diberikan
pada pagi hari untuk menjaga kadar insulin pada kondisi basal
(kondisi pada saat normal atau tidak ada asupan makanan),
sedangkan insulin dengan masa kerja yang pendek diberikan
sebelum makan untuk menurunkan kadar glukosa darah yang
meningkat sesaat setelah adanya asupan makanan (Harvey &
Champe, 2013).
11
dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular, serta berkontribusi
terhadap penurunan berat badan (Dipiro et al., 2015).
12
d. Bila HbA1C tidak bisa diperiksa maka sebagai pedoman dapat
digunakan glukosa darah rerata yang dikonversikan ke HbA1C.
2.2 Farmakoekonomi
2.2.1 Definisi
Farmakoekonomi merupakan multidisiplin ilmu yang didalamnya
mencakup ilmu ekonomi dan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf kesehatan dengan meningkatkan efektivitas
perawatan kesehatan. Pemahaman tentang konsep farmakoekonomi
sangat diperlukan oleh berbagai pihak seperti industri farmasi, farmasi
klinik, dan pembuat kebijakan. Pemahaman terkait farmakoekonomi
dapat membantu apoteker dalam membandingkan input atau biaya untuk
produk dan layanan farmasi dengan output atau hasil pengobatan
(Makhinova & Rascati, 2013).
13
keuntungan dari suatu intervensi dengan biaya tambahan dari intervensi
tersebut (Andayani, 2013).
14
Metode analisis digunakan untuk membandingkan pilihan yang tidak
memiliki efektivitas yang identik. CEA menganggap satu ukuran
keluaran dengan hasil yang sering diungkapkan dalam rasio
efektivitas biaya per tahun kehidupan yang diperoleh atau sebagai unit
alami seperti tahun kehidupan yang diperoleh. CEA juga
membutuhkan pemanfaatan unit yang sama untuk dapat
membandingkan suatu intervensi kesehatan (Babar, 2017).
2.2.4 Biaya
Dalam lingkup farmakoekonomi, biaya merupakan salah satu hal yang
penting. Biaya dihitung untuk memperkirakan sumber daya atau input
dalam suatu produksi barang atau jasa (Andayani, 2013). Biaya
kesehatan merupakan besarnya dana yang harus disediakan dalam
melaksanakan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat
(Setyawan, 2017). Menurut Andayani (2013) Biaya tersebut digolongkan
menjadi beberapa, yaitu:
1) Biaya Medis Langsung (Direct medical cost)
15
Biaya medis langsung adalah biaya yang paling sering diukur dan
merupakan sumber daya (input) yang digunakan secara langsung
dalam memberikan terapi. Contoh dari biaya medis langsung, yaitu
biaya pengobatan, tes diagnostik, kunjungan dokter, rawat inap, jasa
ambulance, jasa perawat, administrasi terapi, monitoring terapi,
konsultasi dan konseling pasien.
16
dilakukan oleh badan hukum bernama Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013). Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas
Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2016).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
18
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini, yaitu pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi yang telah ditentukan. Untuk kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang terdiagnosis utama diabetes melitus tidak tergantung
insulin di RSUD Anutapura Palu periode 2020 dengan kode tarif
INA-CBG’s E-4-10-I, E-4-10-II, dan E-4-10-III.
2. Pasien dengan data rekam medis dan data keuangan yang
lengkap.
3. Pasien yang dirawat di kelas perawatan I,II, dan III, serta
menjalani perawatan untuk pertama kalinya.
b. Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang selama rawat inap melakukan pindah kelas
perawatan.
2. Pasien yang pulang atau keluar dari perawatan baik secara paksa
atau atas permintaan sendiri.
3. Pasien meninggal dunia.
19
obat, biaya alat kesehatan dan biaya tindakan medis), dan tarif biaya INA-
CBG’s.
a. Karakteristik Responden
1) Jenis kelamin merupakan jenis seksual yang dibedakan secara biologis,
yaitu antara laki-laki dan perempuan sejak pasien dilahirkan. Cara
memperoleh data melalui data demografi pasien. Kategori:
a) Laki-laki
b) Perempuan
Skala: Nominal
2) Usia merupakan waktu hidup pasien yang dihitung mulai saat
dilahirkan hingga masuk ke rumah sakit. Cara memperoleh data melalui
data demografi pasien.
Kategori:
a) < 25 tahun
b) 25-44 tahun
c) 45-64 tahun
d) ≥ 65 tahun
Skala: Interval
3) Kelas Perawatan merupakan ruang yang ditempati oleh pasien selama
menjalani masa perawatan di rumah sakit. Cara memperoleh data
melalui data rekam medis pasien.
Kategori:
a) Kelas I
b) Kelas II
c) Kelas III
Skala: Ordinal
20
4) Lama Perawatan merupakan waktu selama pasien menjalani perawatan
di rumah sakit yang dihitung mulai saat pasien masuk rumah sakit
hingga keluar dari rumah sakit. Cara memperoleh data melalui data
rekam medis pasien.
Kategori:
a) < 5 hari
b) ≥ 5 hari
Skala: Interval
5) Tingkat keparahan merupakan keadaan atau kondisi pasien yang
ditetapkan dengan level tertentu berdasarkan hasil rekam medis pasien.
Kategori:
a) Ringan
b) Sedang
c) Berat
Skala: nominal
6) Jumlah diagnosis sekunder merupakan keterangan atau satuan yang
menunjukkan jumlah diagnosis yang dialami oleh pasien selain
terdiagnosis utama DMTTI.
Kategori:
a) Tanpa diagnosis sekunder
b) 1 Jenis
c) 2 Jenis
d) > 2 Jenis
Skala: nominal
b. Karakteristik Klinis
1) Pasien merupakan seseorang dengan diagnosis diabetes melitus yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Anutapura Palu dan menjalani
pengobatan melalui program JKN berdasarkan data rekam medis pada
periode 2020.
21
2) Diagnosis diabetes melitus tidak tergantung insulin merupakan hasil
diagnosis dokter yang tercantum dalam data rekam medis dengan atau
tanpa diagnosa sekunder.
3) Diagnosis sekunder merupakan gambaran kondisi pasien diabetes
melitus tidak tergantung insulin yang memiliki penyakit lain selain
penyakit utama.
4) Obat antidiabetik merupakan suatu terapi obat yang diberikan kepada
pasien dan didapatkan berdasarkan data pengobatan pasien.
5) Obat penunjang merupakan obat non-antidiabetik yang diberikan untuk
menunjang kondisi yang dialami oleh pasien dan didapatkan
berdasarkan data pengobatan pasien.
22
e) Biaya obat merupakan biaya yang dikeluarkan pasien yang berkaitan
dengan obat-obatan yang digunakan pasien selama masa perawatan.
f) Biaya alat kesehatan merupakan biaya yang dikeluarkan pasien atas
penggunaan alat kesehatan selama masa perawatan.
g) Biaya tindakan medis merupakan biaya yang dikeluarkan pasien
untuk setiap tindakan medis yang diambil sebagai bagian dari
rangkaian terapi yang dijalankan pada masa perawatan.
d. Tarif INA-CBG’s
Tarif INA-CBG’s adalah besaran biaya yang diklaim oleh BPJS Kesehatan
kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan dalam hal ini RSUD
Anutapura Palu atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit dan prosedur.
23
a) Analisis deskriptif yang merupakan salah satu metode analisis dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran atau deskripsi terkait karakteristik subjek
penelitian. Dalam analisis ini data yang diperoleh akan disajikan dalam
bentuk tabel yang didalamnya terdapat persentase, jumlah, maupun nilai rata-
rata dari data karakteristik pasien, karakteristik klinis, dan karakteristik biaya
medis langsung.
b) Perhitungan total biaya medis langsung pasien yang diperoleh dengan
mengakumulasikan seluruh komponen biaya yang terkait langsung dengan
perawatan kesehatan pasien selama menjalani rawat inap, yang meliputi biaya
laboratorium, biaya kamar/akomodasi, biaya konsul dokter, biaya visite, biaya
obat, biaya tindakan medis dan biaya alat kesehatan.
c) Perhitungan biaya rata-rata biaya medis langsung pasien diperoleh dengan
menjumlahkan masing-masing komponen biaya medis langsung pasien
kemudian dibagi dengan total atau jumlah pasien. Untuk perhitungan
persentase dilakukan dengan melakukan pembagian antara rata-rata setiap
komponen biaya medis langsung pasien dengan rata-rata biaya medis
langsung keseluruhan lalu dikali dengan 100%.
d) Perhitungan kesesuaian biaya riil pengobatan pasien dengan tarif INA-CBG’s
dengan mencari selisih antara biaya tarif INA-CBG’s dengan biaya riil
perawatan pasien dan melakukan analisis statistika menggunakan uji
Independent sample t-test untuk data yang berdistribusi normal dan uji Mann
Whitney untuk data yang tidak berdistribusi normal. Adapun selisih positif
menunjukkan bahwa biaya riil pasien saat menjalani masa perawatan di
rumah sakit lebih kecil dibandingkan biaya yang diklaim oleh BPJS,
sedangkan selisih negatif menunjukkan bahwa biaya riil pasien saat menjalani
masa perawatan di rumah sakit lebih besar dibandingkan biaya yang diklaim
oleh BPJS.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura Palu
terdapat 217 kasus diabetes melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) pada periode
2020. Adapun jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah
sebanyak 132 kasus. Sampel yang dimasukkan dalam penelitian merupakan pasien
pengguna jaminan kesehatan nasional yang dirawat inap di kelas perawatan I, II, atau
III pada periode 2020 dengan diagnosis utama DMTTI, pasien pertama kali datang
ke rumah sakit dan memiliki catatan rekam medis serta data keuangan yang lengkap.
26
yang melebihi replikasi dan neogenesis (Decroli, 2019). Menurut Ratnaningsih
et al. (2020), kelompok yang berusia < 45 tahun adalah kelompok dengan risiko
paling rendah untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Risiko pada kelompok ini
72% lebih rendah daripada kelompok yang berusia ≥ 45 tahun.
27
dengan penelitian Oktadiana (2021) yang menunjukkan bahwa pada pasien
rawat inap DM tipe 2 memiliki tingkat keparahan yang paling tinggi pada
kategori ringan, yaitu sebesar 63,94% dari total keseluruhan pasien.
28
Perlemakan Hati 1 1,19
Kolelitiasis 1 1,19
Dispepsia 1 1,19
Gout 1 1,19
Refluks Gastroesofagus 1 1,19
Hiperlipidemia 1 1,19
Hiponatremia 1 1,19
Hipokalemia 1 1,19
Malnutrisi 1 1,19
Infeksi Saluran Pernapasan Atas 1 1,19
Varicella 1 1,19
Prostatosistitis 1 1,19
Kalkulus Uriner 1 1,19
Infeksi Saluran Kemih 1 1,19
Prolaps Uterovaginal 1 1,19
Otitis Eksterna 1 1,19
Vertigo 1 1,19
Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa jenis diagnosis
sekunder terbanyak yang dialami pasien, yaitu hipertensi esensial (primer)
sebanyak 32 kasus (38,10%), aterosklerosis sebanyak 7 kasus (8,33%), dan
anemia sebanyak 7 kasus (8,33%). Hal ini disebabkan karena kondisi resistensi
insulin dan hiperinsulinemia yang dihasilkan pada diabetes melitus tipe 2 juga
berkontribusi pada perkembangan hipertensi (Alldredge et al., 2013).
Selain itu, tingginya kadar lipid dan glukosa dalam sirkulasi darah pada pasien
diabetes dapat mendorong timbulnya aterosklerosis, komplikasi ini jauh lebih
mudah berkembang pada pasien diabetes dibanding dengan orang normal
(Hall, 2016). Lebih lanjut tekanan darah yang tinggi juga dapat menyebabkan
daya regangan arteri semakin meninggi dan dapat melukai endotel arteri.
Cedera yang terus terjadi secara berulang dapat menyebabkan inflamasi dan
terjadinya aterosklerosis (Putra et al., 2018).
30
glukoneogenesis di ginjal, perlambatan penyerapan glukosa di saluran cerna,
disertai peningkatan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, stimulasi
langsung glikolisis di jaringan, peningkatan pengeluaran glukosa dari darah,
dan penurunan kadar glukagon plasma. Efek biguanid dalam menurunkan
glukosa darah tidak bergantung pada fungsi sel beta pankreas. Pasien dengan
diabetes tipe 2 mengalami penurunan bermakna hiperglikemia puasa serta
hiperglikemia pasca-makan setelah pemberian biguanid. Pada penggunaan
klinis, biguianid dianjurkan sebagai terapi lini pertama untuk diabetes tipe 2
karena merupakan obat hemat insulin dan tidak meningkatkan berat badan
atau memicu hipoglikemia (Katzung et al., 2012).
31
sel dan rangkaian kejadian yang mengarah pada sekresi insulin (Brunton et
al., 2018). Insulin glargine dan insulin campuran (70% protamine aspart+30%
aspart) adalah jenis sediaan insulin eksogen. Insulin glargine merupakan
insulin kerja panjang (long acting) dengan awitan 1-3 jam dan lama kerja 12
hingga 24 jam, sedangkan insulin campuran (70% protamine aspart+30%
aspart) merupakan insulin analog campuran (human premixed) dengan awitan
12-30 menit dan lama kerja 4 hingga 6 jam (Perkeni, 2019).
32
Gangguan pada saluran pencernaan merupakan masalah yang sering
ditemukan pada penderita diabetes melitus, dimana hal ini disebabkan oleh
motilitas saluran pencernaan yang abnormal yang merupakan konsekuensi
dari neuropati otonom diabetik yang melibatkan saluran pencernaan (Maisey,
2016). Selain itu, adanya penggunaan obat anti diabetes seperti golongan
biguanid dan sulfonilurea dapat menimbulkan keluhan pada saluran cerna
(Gumantara & Oktarlina, 2017) sehingga penggunaan PPI dan antiemetik
dapat digunakan untuk meminimalkan kemungkinan efek samping yang
terjadi.
Berdasarkan data pada tabel 4.4 yang menunjukkan biaya medis langsung pasien
DMTTI di RSUD Anutapura Palu pada periode 2020, komponen biaya tertinggi
terdapat pada biaya kamar dengan rata-rata Rp912.538 (30,74%), diikuti oleh
biaya pemeriksaan dengan rata-rata Rp634.779 (21,38%), biaya obat dengan
33
rata-rata Rp, 608.016 (20,48%), dan biaya tindakan medis dengan rata-rata
Rp472.011 (15,90). Tingginya persentase biaya kamar disebabkan karena
sebagian besar subyek pada penelitian ini merupakan pasien rawat inap dengan
lama perawatan ≥ 5 hari (54,55%). Semakin lama durasi pasien melakukan rawat
inap di rumah sakit maka akan semakin banyak pula biaya kamar yang
dikeluarkan dan hal ini tentu akan berpengaruh pada tingginya biaya perawatan
pasien. Hal ini sesuai dengan Lubis & Susilawati (2018) yang menyatakan
bahwa biaya perawatan yang dikeluarkan pada pasien diabetes melitus memiliki
kaitan dengan Length Of Stay (LOS) pasien.
34
a. Biaya Medis Langsung Berdasarkan Kelas Perawatan
Pada penelitian ini, kelas perawatan yang ditempati oleh pasien selama
menjalani masa perawatan di rumah sakit terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas
perawatan I, II, dan III dengan tarif yang berbeda-beda bergantung pada
pemilihan jenis kelas yang tersedia. Adapun biaya medis langsung pasien
DMTTI di RSUD Anutapura Palu Periode 2020 yang dikelompokkan
berdasarkan kelas perawatan pasien dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4. 5 Biaya Medis Langsung Berdasarkan Kelas Perawatan Pasien
Rata-Rata Biaya Berdasarkan
Kategori Biaya Kelas Perawatan (Rp)
Medis Langsung I II III
(n=41) (n=18) (n=73)
Konsultasi 54.091 ± 32.697 48.000 ± 40.249 21.667 ± 5.774
Visite 230.000 ± 175.613 265.200 ± 338.560 132.480 ± 82.972
Kamar 1.365.854 ± 894.598 1.094.167 ± 575.901 613.151 ± 244.591
Pemeriksaan 826.683 ± 745.862 512.556 ± 511.731 556.056 ± 457.755
Obat 789.674 ± 826.931 699.722 ± 713.896 483.376 ± 405.491
Alat Kesehatan 113.419 ± 87.524 100.737 ± 103.541 91.948 ± 59.353
Tindakan Medis 567.305 ± 870.225 534.528 ± 713.782 403.075 ± 343.895
Rerata
Biaya Riil 3.711.106 ± 2.985.767 2.999.242 ± 2.400.313 2.151.364 ± 1.193.298
Dari data pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa biaya medis langsung
dengan pengeluaran terbanyak berdasarkan kelas perawatan, yaitu pada kelas
I dengan rata-rata sebesar Rp3.711.106. Hal ini dikarenakan pada kelas
perawatan I biaya akomodasi atau biaya kamar yang dikeluarkan juga lebih
tinggi. Pada kelas perawatan I memiliki biaya sebesar Rp250.000/hari, kelas
perawatan II sebesar Rp195.000/hari, dan kelas perawatan III sebesar
Rp120.000/hari. Hasil penelitian yang diperoleh serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yuniarti et al. (2015) yang menyatakan bahwa biaya
medis langsung pasien DMT2 yang dirawat di kelas I memiliki nilai yang
lebih tinggi dibanding pasien yang dirawat di kelas II dan III, yaitu sebesar
Rp7.181.500.
35
b. Karakteristik Biaya Medis Langsung Berdasarkan Lama Perawatan
Lama perawatan pasien dapat menjadi indikator penting dalam penentuan
keberhasilan terapi pasien DM, dimana hal tersebut berhubungan dengan
efektivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit (Lubis &
Susilawati, 2018). Adapun biaya medis langsung pasien DMTTI di RSUD
Anutapura Palu Periode 2020 yang dikelompokkan berdasarkan lama
Rata-Rata Biaya Berdasarkan Lama Perawatan (Rp)
Kategori Biaya Medis
< 5 hari ≥ 5 hari
Langsung
(n=60) (n=72)
Konsultasi 32.500 ± 25.000 40.208 ± 30.909
Visite 30.000 ± 42.426 213.692 ± 189.273
Kamar 534.417 ± 202.347 1.227.639 ± 744.719
Pemeriksaan 364.712 ± 250.482 856.083 ± 674.882
Obat 314.722 ± 205.826 852.427 ± 736.681
Alat Kesehatan 53.853 ± 22.716 137.588 ± 83.375
Tindakan Medis 250.758 ± 85.285 656.389 ± 773.173
Rerata Biaya Riil 1.514.653 ± 463.589 3.782.113 ± 2.493.007
Rerata Tarif INA-CBG’s 4.205.298 ± 970.441 4.755.682 ± 1.499.335
perawatan dapat dilihat pada tabel 4. 6 berikut:
Tabel 4. 7 Biaya Medis Langsung Berdasarkan Lama Perawatan Pasien
Dari data pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya medis
langsung dengan pengeluaran terbanyak berdasarkan lama perawatan, yaitu
pada pasien yang dirawat ≥ 5 hari dengan rata-rata biaya sebesar
Rp3.782.113. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin lama durasi rawat
inap seorang pasien maka akan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah pelayanan rawat inap yang
didapatkan pasien selama menjalani masa perawatan di rumah sakit.
Banyaknya pelayanan yang didapatkan oleh pasien selama masa perawatan
akan berdampak pada kenaikan biaya medis langsung yang relatif besar dari
tiap komponen biaya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rahayuningrum et al. (2016) yang menunjukkan bahwa tingginya tarif
rumah sakit dapat disebabkan oleh lama perawatan pasien.
36
c. Karakteristik Biaya Medis Langsung Berdasarkan Tingkat Keparahan
Dalam sistem INA-CBG’s, tingkat keparahan dari suatu penyakit dipengaruhi
oleh adanya komorbiditas maupun komplikasi selama masa perawatan.
Adapun tingkat keparahan pada layanan rawat inap terbagi menjadi tiga, yaitu
ringan, sedang, dan berat. Biaya medis langsung pasien DMTTI di RSUD
Anutapura Palu Periode 2020 yang dikelompokkan berdasarkan tingkat
keparahan pasien dapat dilihat pada tabel 4. 7 berikut:
Tabel 4. 8 Biaya Medis Langsung Berdasarkan Tingkat Keparahan Pasien
Rata-Rata Biaya Berdasarkan Tingkat Keparahan (Rp)
Kategori Biaya
Ringan Sedang Berat
Medis Langsung
(n=98) (n=23) (n=11)
Konsultasi 32.813 ± 24.288 53.125 ± 40.173 36.250 ± 23.585
Visite 180.600 ± 236.380 239.200 ± 166.115 159.600 ± 140.856
Kamar 752.908 ± 410.954 1.408.913 ± 1.105.054 1.296.818 ± 669.680
Pemeriksaan 494.784 ± 340.359 988.783 ± 770.239 1.129.091 ± 1.102.833
Obat 502.239 ± 457.364 945.661 ± 967.474 844.408 ± 726.459
Alat Kesehatan 86.506 ± 64.814 146.159 ± 95.605 120.994 ± 86.586
Tindakan Medis 392.469 ± 406.461 753.196 ± 1.130.823 592.727 ± 387.365
Rerata Biaya 2.239.389 ± 1.386.214 4.323.589 ± 3.551.420 4.026.239 ± 2.406.731
Riil
Rerata Tarif 3.898.026 ± 592.542 5.770.700 ± 961.800 7.272.218 ± 1.161.633
INA-CBG’s
Dari data pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya medis
langsung dengan pengeluaran terbanyak berdasarkan tingkat keparahan,
yaitu pada kategori tingkat keparahan sedang dengan rata-rata biaya sebesar
Rp4.323.589. Hasil yang diperoleh berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oktadiana (2021) yang menunjukkan bahwa rata-rata biaya
tertinggi terdapat pada tingkat keparahan III (berat) dikarenakan pada
penelitian ini pada pasien dengan tingkat keparahan sedang pasien sebagian
besar memiliki lama perawatan ≥ 5 hari sehingga meningkatkan biaya medis
langsung pasien. Semakin tinggi LOS, maka akan semakin banyak pula
perawatan yang diperoleh pasien dan berdampak pada tingginya biaya
pengobatan pasien (Oktadiana, 2021). Selain itu, adanya diagnosis sekunder
yang menyulitkan kondisi pasien menyebabkan pasien membutuhkan
37
tindakan medis yang lebih. Beberapa diantaranya, yaitu tindakan
hemodialisis, tindakan keperawatan luka khusus dan penggunaan nebulizer
yang turut memberikan dampak besar pada tingginya biaya pengobatan
pasien.
d. Karakteristik Biaya Medis Langsung Berdasarkan Jumlah Diagnosis
Sekunder
Diagnosis utama pasien berdasarkan data rekam medis merupakan Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau yang biasa disebut dengan
DM tipe 2. Pada beberapa pasien, selain terdiagnosis utama DMTTI juga
terdapat satu atau lebih diagnosis sekunder yang turut menyertai kondisi
pasien dan hal ini memberikan pengaruh pada besarnya biaya yang
dikeluarkan. Adapun biaya medis langsung yang dikelompokkan
berdasarkan jumlah diagnosis sekunder pasien dapat dilihat pada tabel 4. 9
berikut:
Tabel 4. 10 Biaya Medis Langsung Berdasarkan Jumlah Diagnosis Sekunder
Pasien
Rata-Rata Biaya Berdasarkan
Kategori Biaya Jumlah Diagnosis Sekunder (Rp)
Medis Langsung Tanpa 1 2 >2
(n=48) (n=60) (n=21) (n=3)
Konsultasi 43.000 ± 43.532 31.154 ± 13.716 45.000 ± 38.810 70.000 ± 0
Visite 342.000 ± 442.932 118.000 ± 16.094 193.200 ± 154.227 480.000 ± 0
Kamar 713.750 ± 450.661 948.000 ± 690.605 1.189.762 ± 722.607 1.443.333 ± 1.574.939
Pemeriksaan 510.681 ± 401.225 626.100 ± 531.042 815.476 ± 816.971 1.487.667 ± 1.187.001
Obat 576.795 ± 553.064 484.013 ± 333.095 931.518 ± 980.922 1.323.088 ± 1.677.146
Alat Kesehatan 95.557 ± 80.955 99.138 ± 67.836 107.536 ± 86.676 128.666 ± 107.219
Tindakan Medis 423.396 ± 489.815 475.750 ± 686.919 555.595 ± 657.730 590.000 ± 305.570
Rerata
2.326.277 ± 1.784.594 2.651.551 ± 1.887.240 3.665.173 ± 2.922.067 5.156.088 ± 4.871.648
Biaya Riil
Rerata Tarif 3.799.990 ± 549.716 4.719.213 ± 1.348.631 5.437.705 ± 1.620.317 4.994.300 ± 1.653.315
INA-CBG’s
Dari data pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa rata-rata biaya medis
langsung dengan pengeluaran terbanyak berdasarkan jumlah diagnosis
Berdasarkan data pada tabel 4.9 di atas terlihat bahwa antara biaya riil rumah
sakit dan tarif INA-CBG’s menunjukkan adanya ketidaksesuaian biaya. Dari
data tersebut terdapat selisih positif dan selisih negatif antara biaya riil rumah
39
sakit dan tarif INA-CBG’s. Selisih positif menunjukkan bahwa tarif INA-CBG’s
lebih tinggi dibanding biaya riil rumah sakit. Sebaliknya, selisih negatif
menunjukkan bahwa tarif INA-CBG’s lebih rendah dibanding biaya riil rumah
sakit. Selain itu, adanya selisih positif berarti rumah sakit memperoleh
keuntungan dari penerapan INA-CBG’s tanpa mengesampingkan pelayanan
kesehatan yang bermutu kepada pasien dengan penggunaan biaya secara efektif
dan efisien, sedangkan selisih negatif berarti rumah sakit dalam hal ini sebagai
pihak pemberi pelayanan kesehatan berpotensi mengalami kerugian (defisit)
(Wijayanto & Mahfudz, 2021; Yuniarti et al., 2015).
Dari data tabel 4.9 tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar
pembiayaan menunjukkan adanya selisih positif. Namun, pada kategori pasien
yang memiliki > 2 diagnosis sekunder terdapat selisih negatif dengan nilai
sebesar-Rp528.454. Menurut Dwidayati et al. (2016) diagnosis sekunder pasien
dapat mempengaruhi selisih antara biaya riil rumah sakit dan tarif INA-CBG’s
serta berdampak pada besarnya biaya pengobatan pasien. Hal ini dikarenakan
adanya sebagian komponen biaya yang tidak tertanggung di dalam tarif INA-
CBG’s (Utami & Fanny, 2021).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti et al. (2015) menunjukkan hasil
berbeda, yaitu selisih negatif ditemukan pada pembiayaan pasien rawat inap
DMT2 di kelas perawatan I dengan nilai sebesar -Rp1.125.000. Hal ini
40
dikarenakan pada penelitian ini pasien yang dirawat di kelas perawatan I
memiliki nilai Average Length of Stay (ALOS) yang rendah sehingga secara
keseluruhan biaya pengobatan pasien masih dapat terpenuhi oleh tarif INA
CBG’s yang telah ditentukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anggriani et
al. (2019) ditemukan hasil serupa yang menunjukkan bahwa besaran kesesuaian
antara biaya riil pengobatan pasien diabetes melitus tipe 2 pengguna terapi
insulin dengan tarif INA-CBG’S sebesar 66%-90% pada tahun 2016, dimana hal
ini menunjukkan rumah sakit masih memperoleh kelebihan klaim dalam
pengobatan DM dan diperoleh juga hasil dengan besaran kesesuaian melebihi
100% pada tahun 2017 ini yang menunjukkan bahwa biaya klaim INA-CBG’s
pada waktu tersebut belum memenuhi keperluan biaya pengobatan DM
keseluruhan.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata biaya medis langsung (biaya rill) pasien diabetes melitus tidak
tergantung insulin di RSUD Anutapura Palu periode 2020 sebesar
Rp2.751.449.
2. Rata-rata tarif INA-CBG’s pasien diabetes melitus tidak tergantung insulin di
RSUD Anutapura Palu periode 2020 sebesar Rp4.505.508.
3. Pada analisis kesesuaian biaya riil dan tarif INA-CBG’s pada pasien diabetes
melitus tidak tergantung insulin di RSUD Anutapura Palu periode 2020
diperoleh perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05) dengan selisih
positif pada kategori kelas perawatan (I, II, dan III), tingkat keparahan
(ringan, sedang, dan berat), jumlah diagnosis sekunder (tanpa diagnosis
sekunder, 1, dan 2), dan lama perawatan (< 5 hari dan ≥ 5 hari) serta
diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0,05)
dengan selisih negatif pada kategori jumlah diagnosis sekunder > 2.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa terkait analisis biaya secara rutin dengan
skala yang lebih besar pada pasien pengguna JKN dan Non-JKN serta
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biaya pengobatan
untuk mendapatkan hasil yang menyeluruh.
2. Dapat dilakukan penelitian mengenai bagaimana penerapan sistem
pengkodean INA-CBG’s di rumah sakit terkait.
42
DAFTAR PUSTAKA
Agiwahyuanto, F., Widianawati, E., Ratna Wulan, W., Basuki Putri, R., & Artikel, I.
(2020). Tarif Rumah Sakit dengan Tarif INA-CBGs Pasien Rawat Inap. 4(207),
520–532.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeiahttps://doi.org/10.15294/higeia/
v4i4/37117
Alldredge, B. K., Corelli, R. L., Ernst, M. E., & Guglielmo, B. J. (2013). Koda-
Kimble & Young’s Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs (Tenth
Edit). Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA.
Ambianti, N., Andayani, T. M., & Sulistiawaty, E. (2019). Analisis Biaya Penyakit
Diabetes Melitus Sebagai Pertimbangan Perencanaan Pembiayaan Kesehatan.
Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 5(1),
73–83. https://doi.org/10.22487/j24428744.2019.v5.i1.12071
Anggriani, Y., Rianti, A., Pratiwi, A. N., & Khairani, S. (2019). Evaluasi Biaya
Pengobatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan dengan Terapi
Insulin di RSUP X di Jakarta Periode Januari 2016-Desember 2017.
Pharmaceutical Journal of Indonesia, 4(2), 91–97.
Antwi-Bafour, S., Hammond, S., Adjei, J. K., Kyeremeh, R., Martin-Odoom, A., &
Ekem, I. (2016). A case-control study of prevalence of anemia among patients
with type 2 diabetes. Journal of Medical Case Reports, 10(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s13256-016-0889-4
43
Brunton, L. L., Dandan, R. H., & Knollmann, B. C. (2018). Goodman & Gilman’s
The Pharmacological Basic of Therapeutics (Thirteenth). McGraw-Hill
Education, USA.
Cefalu, W. T., Rosenstock, J., LeRoith, D., & Riddle, M. C. (2015). Insulin’s role in
diabetes management: After 90 years, still considered the essential black dress.
Diabetes Care, 38(12), 2200–2203. https://doi.org/10.2337/dci15-0023
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 (A. Kam, Y. P. Efendi, G. P. Decroli, &
A. Rahmadi (eds.)). Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Padang.
Dipiro, J. T., Yee, G. C., Posey, L. M., Haines, S. T., Nolin, T. D., & Ellingrod, V.
(2020). Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach (Eleventh E). The
McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Guariguata, L., Whiting, D. R., Hambleton, I., Beagley, J., Linnenkamp, U., & Shaw,
J. E. (2014). Global Estimates of Diabetes Prevalence for 2013 and Projections
for 2035. Diabetes Research and Clinical Practice, 103(2), 137–149.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.11.002
Heianza, Y., Arase, Y., Kodama, S., Hsieh, S. D., Tsuji, H., Saito, K., Shimano, H.,
Hara, S., & Sone, H. (2013). Effect of postmenopausal status and age at
menopause on type 2 diabetes and prediabetes in Japanese individuals:
44
Toranomon Hospital Health Management Center study 17 (TOPICS 17).
Diabetes Care, 36(12), 4007–4014. https://doi.org/10.2337/dc13-1048
Huebschmann, A. G., Huxley, R. R., Kohrt, W. M., Zeitler, P., Regensteiner, J. G., &
Reusch, J. E. B. (2019). Sex differences in the burden of type 2 diabetes and
cardiovascular risk across the life course. Diabetologia, 62(10), 1761–1772.
https://doi.org/10.1007/s00125-019-4939-5
International Diabetes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth edition 2019.
The Lancet, 266(6881), 4–7. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(55)92135-8
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar dan
Klinik (12th ed.). The McGraw-Hill Companies, Inc.
Khan, M. A. B., Hashim, M. J., King, J. K., Govender, R. D., Mustafa, H., & Kaabi,
J. Al. (2020). Epidemiology of Type 2 Diabetes – Global Burden of Disease and
Forecasted Trends. Journal of Epidemiology and Global Health, 10(1), 107–
111. https://doi.org/https://doi.org/10.2991/jegh.k.191028.001
Lubis, I. K., & Susilawati, S. (2018). Analisis Length Of Stay (Los) Berdasarkan
Faktor Prediktor Pada Pasien DM Tipe II di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Vokasional, 2(2), 161.
https://doi.org/10.22146/jkesvo.30330
45
Makhinova, T., & Rascati, K. (2013). Pharmacoeconomics Education in US Colleges
and Schools of Pharmacy. American Journal of Pharmaceutical Education,
77(7), 145. https://doi.org/10.5688/ajpe777145
McLaughlin, N., Ong, M. K., Tabbush, V., Hagigi, F., & Martin, N. A. (2014).
Contemporary Health Care Economics: an Overview. Neurosurgical Focus,
37(5), E2. https://doi.org/10.3171/2014.8.FOCUS14455
Oktadiana, I. (2021). Perbandingan Biaya Riil Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Dengan Tarif INA-CBG ’ S Di Rumah Sakit Umum Daerah. Jurnal Farmasi
Tinctura, 2(2), 42–51.
https://doi.org/https://doi.org/10.35316/tinctura.v2i2.1547
Ratnaningsih, M., Pejuang, U., & Indonesia, R. (2020). Kejadian Diabetes Melitus
( Study Analitik Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar ). Journal Health Community Empowerment, 1(2).
Ren, Y., Zhang, M., Liu, Y., Sun, X., Wang, B., Zhao, Y., Liu, D., Liu, X., Zhang,
D., Liu, F., Cheng, C., Liu, L., Chen, X., Zhou, Q., & Hu, D. (2019).
Association of menopause and type 2 diabetes mellitus. Menopause, 26(3), 325–
330. https://doi.org/10.1097/GME.0000000000001200
46
Suhartoyo. (2018). Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Peserta BPJS Kesehatan di
Rumah Sakit. Administrative Law & Governance Journal, 1(2), 48–66.
Utami, Y. T., & Fanny, N. (2021). Faktor Penyebab Perbedaan Selisih Klaim Negatif
Tarif Ina-Cbgs dengan Tarif Riil di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Sains Dan
Kesehatan, 3(3), 492–499. https://doi.org/https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.605
Wijayanto, A. W., & Mahfudz. (2021). Analisis Strategi Rumah Sakit dalam
Menghadapi Era BPJS Kesehatan. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia,
6(11). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v6i11.4493
Yuniarti, E., Amalia, A., & Handayani, T. M. (2015). Analisis Biaya Terapi Penyakit
Diabetes Melitus Pasien Jaminan Kesehatan Nasional di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta - Perbandingan Terhadap Tarif INA CBGs. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, 4(3), 97–103.
https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jkki.v4i3.36108
Zheng, Y., Ley, S. H., & Hu, F. B. (2018). Global aetiology and epidemiology of
type 2 diabetes mellitus and its complications. Nature Reviews Endocrinology,
14(2), 88–98. https://doi.org/10.1038/nrendo.2017.151
47
LAMPIRAN
48
n (hari) sekunder CBG's
20 534918 24/01/2020 28/01/2020 P 53 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 0 - E-4-10-I
21 550049 15/01/2020 29/01/2020 P 61 NIDDM Kelas 2 14 Ringan 0 - E-4-10-I
22 402473 28/01/2020 30/01/2020 P 40 NIDDM Kelas 3 2 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
23 434926 23/01/2020 31/01/2020 P 43 NIDDM Kelas 2 8 Berat 1 Bronchopneumonia, unspecified E-4-10-III
Essential (primary) hypertension dan
24 305074 27/01/2020 01/02/2020 P 55 NIDDM Kelas 3 5 Berat 2 E-4-10-III
Bronchopneumonia, unspecified
25 418244 28/01/2020 01/02/2020 P 51 NIDDM Kelas 2 4 Ringan 0 - E-4-10-I
26 550943 31/01/2020 04/02/2020 P 61 NIDDM Kelas 2 4 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
27 490353 30/01/2020 04/02/2020 P 38 NIDDM Kelas 1 5 Ringan 0 - E-4-10-I
28 303870 01/02/2020 06/02/2020 P 66 NIDDM Kelas 1 5 Sedang 1 Anaemia, unspecified E-4-10-II
Hypertensive heart disease with
29 532645 03/02/2020 07/02/2020 L 47 NIDDM Kelas 3 4 Berat 2 (congestive) heart failure dan E-4-10-III
Bronchopneumonia, unspecifie
30 427777 07/02/2020 09/02/2020 L 45 NIDDM Kelas 1 2 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
31 283256 07/02/2020 10/02/2020 P 54 NIDDM Kelas 2 3 Ringan 0 - E-4-10-I
Calculus of kidney ; Fatty (change of)
32 519993 05/02/2020 11/02/2020 L 46 NIDDM Kelas 3 6 Sedang 3 liver, not elsewhere classified ; E-4-10-II
Congestive heart failure
33 551277 06/02/2020 12/02/2020 P 61 NIDDM Kelas 3 6 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
34 374923 10/02/2020 12/02/2020 L 60 NIDDM Kelas 3 2 Ringan 0 - E-4-10-I
Aplastic anaemia, unspecified dan
35 487097 05/02/2020 12/02/2020 L 52 NIDDM Kelas 1 7 Berat 2 E-4-10-III
Otitis externa, unspecified
36 370740 04/02/2020 12/02/2020 P 53 NIDDM Kelas 3 8 Ringan 0 - E-4-10-I
Other and unspecified hydronephrosis
37 527317 06/02/2020 13/02/2020 P 43 NIDDM Kelas 2 7 Ringan 2 E-4-10-I
dan Urticaria, unspecified
38 551695 14/02/2020 18/02/2020 L 69 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 0 - E-4-10-I
39 308022 10/02/2020 19/02/2020 L 54 NIDDM Kelas 1 9 Berat 1 Bronchopneumonia, unspecified E-4-10-III
40 546776 17/02/2020 20/02/2020 L 69 NIDDM Kelas 1 3 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
41 551867 17/02/2020 21/02/2020 P 47 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 0 - E-4-10-I
42 551815 16/02/2020 21/02/2020 P 44 NIDDM Kelas 3 5 Ringan 0 - E-4-10-I
43 273561 20/02/2020 24/02/2020 P 50 NIDDM Kelas 1 4 Ringan 0 - E-4-10-I
Hypertensive heart disease with
44 430485 16/02/2020 24/02/2020 P 60 NIDDM Kelas 3 8 Berat 1 E-4-10-III
(congestive) heart failure
Lama Jumlah Group
Tanggal Tanggal Jenis Umur Diagnosis Kamar Tingkat
NO No.RM perawata Diagnosis Jenis Diagnosis sekunder INA-
masuk keluar kelamin (tahun) utama perawatan keparahan
n (hari) sekunder CBG's
49
Essential (primary) hypertension dan
45 551948 18/02/2020 25/02/2020 P 44 NIDDM Kelas 3 7 Ringan 2 E-4-10-I
Other peripheral vertigo
46 498735 19/02/2020 26/02/2020 L 63 NIDDM Kelas 3 7 Ringan 0 - E-4-10-I
47 408920 24/02/2020 28/02/2020 P 50 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 0 - E-4-10-I
48 196936 25/02/2020 28/02/2020 P 53 NIDDM Kelas 1 3 Ringan 0 - E-4-10-I
49 552250 24/02/2020 01/03/2020 L 49 NIDDM Kelas 2 6 Ringan 1 Urticaria, unspecified E-4-10-I
50 430784 29/02/2020 03/03/2020 P 62 NIDDM Kelas 1 3 Ringan 0 - E-4-10-I
Urinary tract infection, site not
51 552574 29/02/2020 05/03/2020 P 55 NIDDM Kelas 3 5 Sedang 1 E-4-10-II
specified
Tb pleurisy without mention of bact or
52 495868 05/03/2020 09/03/2020 P 41 NIDDM Kelas 3 4 Sedang 1 E-4-10-II
histological confirm
53 310199 06/03/2020 10/03/2020 P 50 NIDDM Kelas 3 4 Sedang 1 Lipoprotein deficiency E-4-10-II
54 469777 28/02/2020 10/03/2020 P 40 NIDDM Kelas 1 11 Sedang 1 Hypokalaemia E-4-10-II
Bronchitis, not specified as acute or
55 552916 07/03/2020 11/03/2020 P 45 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 1 E-4-10-I
chronic
Essential (primary) hypertension dan
56 401513 08/03/2020 11/03/2020 P 44 NIDDM Kelas 1 3 Ringan 2 E-4-10-I
Idiopathic gout, other sites
Anaemia in other chronic diseases
57 552953 07/03/2020 12/03/2020 P 41 NIDDM Kelas 3 5 Sedang 1 E-4-10-II
classified elsewhere
Gastroenteritis and colitis of
58 553149 10/03/2020 14/03/2020 L 39 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 1 E-4-10-I
unspecified origin
59 492396 09/03/2020 14/03/2020 P 55 NIDDM Kelas 3 5 Ringan 1 Atherosclerotic heart disease E-4-10-I
60 423538 08/03/2020 14/03/2020 L 49 NIDDM Kelas 3 6 Ringan 0 - E-4-10-I
Tb lung without mention of bact or
61 553366 14/03/2020 24/03/2020 L 62 NIDDM Kelas 1 10 Sedang 2 histological confirm dan Congestive E-4-10-II
heart failure
62 553719 21/03/2020 24/03/2020 L 57 NIDDM Kelas 2 3 Sedang 1 Lipoprotein deficiency E-4-10-II
Cutaneous abscess, furuncle and
63 297552 21/03/2020 27/03/2020 L 68 NIDDM Kelas 1 6 Ringan 1 E-4-10-I
carbuncle, unspecified
64 480988 25/03/2020 27/03/2020 L 62 NIDDM Kelas 3 2 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
65 358779 26/03/2020 30/03/2020 P 35 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 0 - E-4-10-I
Gastroenteritis and colitis of
66 324013 28/03/2020 01/04/2020 L 69 NIDDM Kelas 2 4 Ringan 2 unspecified origin dan Essential E-4-10-I
(primary) hypertension
Lama Jumlah Group
Tanggal Tanggal Jenis Umur Diagnosis Kamar Tingkat
NO No.RM perawata Diagnosis Jenis Diagnosis sekunder INA-
masuk keluar kelamin (tahun) utama perawatan keparahan
n (hari) sekunder CBG's
67 468760 31/03/2020 03/04/2020 P 52 NIDDM Kelas 3 3 Sedang 1 Hypertensive renal disease with renal E-4-10-II
50
failure
68 554111 01/04/2020 08/04/2020 P 50 NIDDM Kelas 3 7 Ringan 1 Gonarthrosis, unspecified E-4-10-I
69 384231 12/04/2020 22/04/2020 L 59 NIDDM Kelas 3 10 Sedang 1 Congestive heart failure E-4-10-II
Hypertensive renal disease with renal
70 525491 28/04/2020 03/05/2020 P 55 NIDDM Kelas 1 5 Sedang 1 E-4-10-II
failure
Tb lung without mention of bact or
71 429680 28/04/2020 04/05/2020 L 43 NIDDM Kelas 3 6 Sedang 1 E-4-10-II
histological confirm
72 246467 05/05/2020 08/05/2020 P 57 NIDDM Kelas 2 3 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
Hypertensive heart disease with
73 554789 16/05/2020 26/05/2020 L 51 NIDDM Kelas 1 10 Berat 1 E-4-10-III
(congestive) heart failure
74 387357 01/06/2020 04/06/2020 P 35 NIDDM Kelas 3 3 Ringan 0 - E-4-10-I
75 429159 03/06/2020 10/06/2020 P 43 NIDDM Kelas 1 7 Ringan 0 - E-4-10-I
76 403325 08/06/2020 16/06/2020 P 50 NIDDM Kelas 2 8 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
77 556093 10/06/2020 19/06/2020 P 57 NIDDM Kelas 3 9 Ringan 0 - E-4-10-I
78 556531 16/06/2020 19/06/2020 L 62 NIDDM Kelas 3 3 Ringan 0 - E-4-10-I
79 13619 22/06/2020 24/06/2020 P 66 NIDDM Kelas 1 2 Ringan 0 - E-4-10-I
Congestive heart failure dan Disorders
80 337030 26/06/2020 02/07/2020 P 61 NIDDM Kelas 1 6 Sedang 2 E-4-10-II
of plasma-protein metabolism NEC
81 557408 30/06/2020 04/07/2020 P 50 NIDDM Kelas 1 4 Ringan 0 - E-4-10-I
82 374465 27/06/2020 04/07/2020 P 54 NIDDM Kelas 2 7 Ringan 0 - E-4-10-I
83 331424 13/07/2020 15/07/2020 L 53 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
84 197425 17/05/2020 20/07/2020 P 68 NIDDM Kelas 3 3 Ringan 1 Atherosclerotic heart disease E-4-10-I
85 392402 15/07/2020 20/07/2020 P 62 NIDDM Kelas 3 5 Ringan 0 - E-4-10-I
Cutaneous abscess, furuncle and
86 399726 16/07/2020 21/07/2020 P 18 NIDDM Kelas 3 5 Ringan 1 E-4-10-I
carbuncle, unspecified
87 550515 18/07/2020 24/07/2020 P 52 NIDDM Kelas 3 6 Ringan 1 Allergy, unspecified E-4-10-I
88 501158 24/07/2020 28/07/2020 P 49 NIDDM Kelas 3 4 Ringan 0 - E-4-10-I
89 526883 02/08/2020 04/08/2020 P 61 NIDDM Kelas 1 2 Ringan 1 Essential (primary) hypertension E-4-10-I
90 559727 03/08/2020 12/08/2020 L 25 NIDDM Kelas 2 9 Ringan 1 Tension-type headache E-4-10-I
91 540335 16/08/2020 18/08/2020 P 55 NIDDM Kelas 3 2 Ringan 0 - E-4-10-I
92 190647 18/08/2020 21/08/2020 L 63 NIDDM Kelas 1 3 Ringan 0 - E-4-10-I
93 487084 18/08/2020 23/08/2020 P 66 NIDDM Kelas 3 5 Ringan 0 - E-4-10-I
53
2 549418 E-4-10-I 4.818.100 750.000 143.000 110.794 37.993 172.000 1.213.786 3.604.314
3 520757 E-4-10-I 4.818.100 35.000 1.500.000 650.000 369.182 98.390 349.000 3.001.571 1.816.529
4 328380 E-4-10-I 3.441.500 360.000 588.000 162.702 41.543 307.000 1.459.244 1.982.256
5 418630 E-4-10-I 3.441.500 600.000 121.000 341.628 100.067 339.000 1.501.694 1.939.806
6 460256 E-4-10-I 3.441.500 600.000 412.000 341.556 78.809 192.000 1.624.365 1.817.135
7 371461 E-4-10-I 4.818.100 35.000 1.250.000 332.000 1.739.967 57.024 212.000 3.625.992 1.192.108
8 465942 E-4-10-II 6.732.500 1.750.000 415.000 749.034 98.395 327.000 3.339.429 3.393.071
9 387457 E-4-10-I 3.441.500 360.000 169.000 200.849 40.201 287.000 1.057.050 2.384.450
10 445058 E-4-10-II 6.732.500 35.000 120.000 1.750.000 1.468.000 1.135.170 197.916 553.000 5.259.086 1.473.414
11 62422 E-4-10-I 4.818.100 500.000 91.000 285.932 109.618 194.000 1.180.550 3.637.550
12 518517 E-4-10-II 6.732.500 750.000 448.000 202.892 90.140 257.000 1.748.031 4.984.469
13 331259 E-4-10-I 4.129.800 390.000 91.000 89.191 56.314 257.000 883.504 3.246.296
14 522961 E-4-10-II 4.808.900 20.000 600.000 91.000 356.061 109.267 209.000 1.385.328 3.423.572
15 549992 E-4-10-I 3.441.500 600.000 622.000 1.014.965 144.467 453.000 2.834.432 607.068
16 549813 E-4-10-I 3.441.500 40.000 144.000 1.080.000 541.000 513.002 106.686 552.000 2.976.688 464.812
17 453339 E-4-10-I 3.441.500 600.000 331.000 1.008.202 151.220 1.134.000 3.224.422 217.078
18 244818 E-4-10-I 4.129.800 20.000 480.000 496.000 207.830 43.378 307.000 1.554.209 2.575.591
19 514038 E-4-10-I 3.441.500 720.000 601.000 392.746 46.142 344.000 2.103.888 1.337.612
20 534918 E-4-10-I 3.441.500 480.000 195.000 829.249 129.629 354.000 1.987.878 1.453.622
21 550049 E-4-10-I 4.129.800 120.000 655.200 2.730.000 1.061.000 3.387.234 422.395 3.225.500 11.601.328 -7.471.528
22 402473 E-4-10-I 3.441.500 240.000 91.000 300.598 79.214 269.000 979.813 2.461.687
23 434926 E-4-10-III 7.384.100 1.560.000 331.000 263.698 46.080 352.000 2.552.778 4.831.322
24 305074 E-4-10-III 6.153.400 600.000 600.000 278.774 46.915 289.000 1.814.689 4.338.711
54
28 303870 E-4-10-II 6.732.500 1.250.000 1.126.000 836.047 183.170 349.000 3.744.216 2.988.284
29 532645 E-4-10-III 6.153.400 480.000 409.000 250.637 83.776 272.000 1.495.413 4.657.987
30 427777 E-4-10-I 4.818.100 500.000 173.000 67.389 41.261 287.000 1.068.650 3.749.450
31 283256 E-4-10-I 4.129.800 585.000 195.000 580.770 57.670 217.000 1.635.441 2.494.359
32 519993 E-4-10-II 4.808.900 720.000 1.042.000 560.543 96.051 914.000 3.332.594 1.476.306
33 551277 E-4-10-I 3.441.500 720.000 681.000 827.901 89.606 346.000 2.664.506 776.994
34 374923 E-4-10-I 3.441.500 240.000 91.000 143.759 44.110 202.000 720.869 2.720.631
35 487097 E-4-10-III 8.614.800 35.000 1.750.000 2.995.000 1.646.170 326.016 457.000 7.209.186 1.405.614
36 370740 E-4-10-I 3.441.500 960.000 500.000 681.807 157.883 374.000 2.673.690 767.810
37 527317 E-4-10-I 4.129.800 30.000 46.800 1.365.000 632.000 663.506 78.805 279.000 3.095.110 1.034.690
38 551695 E-4-10-I 3.441.500 480.000 143.000 605.871 99.095 279.000 1.606.966 1.834.534
39 308022 E-4-10-III 8.614.800 2.250.000 1.914.000 998.012 164.033 1.068.000 6.394.045 2.220.755
40 546776 E-4-10-I 4.818.100 750.000 484.000 372.925 40.066 162.000 1.808.991 3.009.109
41 551867 E-4-10-I 3.441.500 480.000 182.000 136.568 43.019 282.000 1.123.587 2.317.913
42 551815 E-4-10-I 3.441.500 600.000 117.000 516.180 77.808 309.000 1.619.988 1.821.512
43 273561 E-4-10-I 4.818.100 1.000.000 514.000 542.819 42.156 182.000 2.280.975 2.537.125
44 430485 E-4-10-III 6.153.400 20.000 960.000 387.000 546.246 221.096 565.000 2.699.342 3.454.058
45 551948 E-4-10-I 3.441.500 840.000 147.000 233.524 49.355 222.000 1.491.879 1.949.621
46 498735 E-4-10-I 3.441.500 840.000 756.000 552.526 153.966 379.000 2.681.492 760.008
47 408920 E-4-10-I 3.441.500 480.000 143.000 437.135 50.378 192.000 1.302.513 2.138.987
48 196936 E-4-10-I 4.818.100 750.000 271.000 367.237 43.430 257.000 1.688.667 3.129.433
49 552250 E-4-10-I 4.129.800 30.000 1.170.000 273.000 445.805 51.055 312.000 2.281.860 1.847.940
50 430784 E-4-10-I 4.129.800 750.000 117.000 207.633 43.973 182.000 1.300.606 2.829.194
51 552574 E-4-10-II 4.808.900 600.000 173.000 467.374 91.161 326.000 1.657.536 3.151.364
Tarif INA- Biaya Pengobatan (Rp)
Group INA- Total Biaya (b) Selisih (c = a-
No. No.RM CBG’S (a) Alat Tindakan
CBG’s Konsultasi Visite Kamar Pemeriksaan Obat (Rp) b) (Rp)
(Rp) Kesehatan Medis
52 495868 E-4-10-II 4.808.900 480.000 331.000 118.077 77.386 152.000 1.158.463 3.650.437
53 310199 E-4-10-II 4.808.900 480.000 484.000 106.279 41.803 152.000 1.264.082 3.544.818
54 469777 E-4-10-II 6.732.500 35.000 2.750.000 1.887.000 890.488 134.832 299.000 5.996.319 736.181
55 552916 E-4-10-I 3.441.500 480.000 344.000 175.608 38.741 252.000 1.290.348 2.151.152
55
56 401513 E-4-10-I 4.818.100 750.000 117.000 614.713 36.890 222.000 1.740.603 3.077.497
57 552953 E-4-10-II 4.808.900 600.000 2.442.000 488.684 155.986 291.000 3.977.670 831.230
58 553149 E-4-10-I 3.441.500 480.000 323.000 299.760 71.333 291.000 1.465.092 1.976.408
59 492396 E-4-10-I 3.441.500 600.000 221.000 478.607 136.581 2.350.000 3.786.188 -344.688
60 423538 E-4-10-I 3.441.500 720.000 829.000 474.946 81.096 386.000 2.491.042 950.458
61 553366 E-4-10-II 6.732.500 140.000 420.000 2.500.000 1.593.000 968.429 288.192 867.000 6.776.621 -44.121
62 553719 E-4-10-II 5.770.700 585.000 266.000 535.841 56.018 257.000 1.699.859 4.070.841
63 297552 E-4-10-I 4.818.100 1.500.000 571.000 1.271.686 178.042 400.000 3.920.727 897.373
64 480988 E-4-10-I 3.441.500 240.000 91.000 27.225 36.144 122.000 516.369 2.925.131
65 358779 E-4-10-I 3.441.500 480.000 247.000 486.847 68.247 234.000 1.516.094 1.925.406
66 324013 E-4-10-I 3.441.500 780.000 91.000 537.985 43.162 277.000 1.729.147 1.712.353
67 468760 E-4-10-II 4.808.900 360.000 221.000 207.104 47.393 152.000 987.497 3.821.403
68 554111 E-4-10-I 3.441.500 840.000 770.000 1.009.987 147.214 274.000 3.041.200 400.300
69 384231 E-4-10-II 4.808.900 1.200.000 1.014.000 1.183.770 322.984 1.247.000 4.967.754 -158.854
70 525491 E-4-10-II 6.732.500 1.250.000 795.000 891.755 122.366 336.000 3.395.121 3.337.379
71 429680 E-4-10-II 4.808.900 720.000 91.000 474.168 58.315 279.000 1.622.483 3.186.417
72 246467 E-4-10-I 4.129.800 585.000 983.000 491.640 41.988 307.000 2.408.628 1.721.172
73 554789 E-4-10-III 8.614.800 2.500.000 143.000 603.024 84.094 917.000 4.247.118 4.367.682
74 387357 E-4-10-I 3.441.500 360.000 401.000 770.540 58.591 252.000 1.842.131 1.599.369
75 429159 E-4-10-I 4.818.100 1.750.000 1.856.000 1.452.492 228.063 980.000 6.266.555 -1.448.455
76 403325 E-4-10-I 4.129.800 30.000 1.560.000 659.000 747.124 141.417 371.000 3.508.542 621.258
77 556093 E-4-10-I 3.441.500 1.080.000 195.000 1.288.448 152.583 1.091.000 3.807.031 -365.531
78 556531 E-4-10-I 3.441.500 360.000 537.000 379.451 54.852 172.000 1.503.303 1.938.197
Tarif INA- Biaya Pengobatan (Rp)
Group INA- Total Biaya (b) Selisih (c = a-
No. No.RM CBG’S (a) Alat Tindakan
CBG’s Konsultasi Visite Kamar Pemeriksaan Obat (Rp) b) (Rp)
(Rp) Kesehatan Medis
79 13619 E-4-10-I 4.818.100 500.000 601.000 296.962 43.092 162.000 1.603.054 3.215.046
80 337030 E-4-10-II 6.732.500 1.500.000 706.000 2.068.998 110.422 824.000 5.209.419 1.523.081
81 557408 E-4-10-I 4.818.100 1.000.000 594.000 264.411 97.452 237.000 2.192.863 2.625.237
82 374465 E-4-10-I 4.129.800 1.365.000 537.000 1.139.916 288.947 1.304.000 4.634.863 -505.063
83 331424 E-4-10-I 3.441.500 240.000 488.000 38.738 42.665 172.000 981.403 2.460.097
56
84 197425 E-4-10-I 3.441.500 360.000 833.000 232.115 47.096 252.000 1.724.211 1.717.289
85 392402 E-4-10-I 3.441.500 600.000 465.000 611.649 92.077 269.000 2.037.726 1.403.774
86 399726 E-4-10-I 3.441.500 600.000 323.000 490.501 80.470 382.000 1.875.971 1.565.529
87 550515 E-4-10-I 3.441.500 720.000 323.000 293.557 40.991 292.000 1.669.547 1.771.953
88 501158 E-4-10-I 3.441.500 480.000 396.000 342.640 46.038 327.000 1.591.678 1.849.822
89 526883 E-4-10-I 4.818.100 500.000 253.000 176.733 104.573 354.000 1.388.306 3.429.794
90 559727 E-4-10-I 4.129.800 30.000 93.600 1.755.000 334.000 720.205 192.361 419.000 3.544.167 585.633
91 540335 E-4-10-I 3.441.500 240.000 91.000 247.883 66.528 232.000 877.411 2.564.089
92 190647 E-4-10-I 4.818.100 750.000 201.000 88.747 33.570 192.000 1.265.317 3.552.783
93 487084 E-4-10-I 3.441.500 600.000 759.000 416.087 63.150 322.000 2.160.237 1.281.263
94 2836 E-4-10-III 8.614.800 70.000 60.000 1.000.000 305.000 991.967 54.052 337.000 2.818.019 5.796.781
95 343104 E-4-10-I 3.441.500 20.000 28.800 960.000 1.343.000 586.134 166.122 693.000 3.797.056 -355.556
96 416061 E-4-10-I 3.441.500 360.000 484.000 300.824 31.650 252.000 1.428.474 2.013.026
97 403278 E-4-10-I 3.441.500 1.200.000 864.000 1.943.226 304.559 537.000 4.848.785 -1.407.285
98 468900 E-4-10-I 3.441.500 360.000 598.000 197.412 45.745 232.000 1.433.157 2.008.343
99 542370 E-4-10-III 6.153.400 20.000 259.200 1.200.000 2.744.000 2.608.617 133.547 1.463.000 8.428.364 -2.274.964
10
545508 E-4-10-I 4.818.100 1.250.000 1.234.000 634.608 3.491.679 1.326.421
0 81.071 292.000
10
328847 E-4-10-I 3.441.500 20.000 840.000 733.000 444.008 2.703.109 738.391
1 118.100 548.000
10
474047 E-4-10-I 3.441.500 20.000 115.200 600.000 507.000 235.282 2.026.936 1.414.564
2 128.454 421.000
10
562880 E-4-10-I 3.441.500 600.000 710.000 529.670 2.075.692 1.365.808
3 89.022 147.000
10
562965 E-4-10-I 4.818.100 1.250.000 518.000 673.664 2.944.944 1.873.156
4 61.280 442.000
10
563098 E-4-10-I 4.129.800 780.000 241.000 402.598 1.860.598 2.269.202
5 25.000 412.000
Tarif INA- Biaya Pengobatan (Rp)
Group INA- Total Biaya (b) Selisih (c = a-
No. No.RM CBG’S (a) Alat Tindakan
CBG’s Konsultasi Visite Kamar Pemeriksaan Obat (Rp) b) (Rp)
(Rp) Kesehatan Medis
10
561097 E-4-10-I 3.441.500 840.000 546.000 202.061 2.436.593 1.004.907
6 163.532 685.000
10
563201 E-4-10-I 4.818.100 1.500.000 818.000 334.987 3.287.654 1.530.446
7 146.667 488.000
57
10
563340 E-4-10-I 4.818.100 500.000 293.000 280.292 1.443.667 3.374.433
8 38.375 332.000
10
357110 E-4-10-II 6.732.500 70.000 480.000 3.250.000 2.833.000 3.246.020 10.676.425 -3.943.925
9 248.405 549.000
11
343334 E-4-10-I 3.441.500 20.000 480.000 660.000 293.540 1.987.059 1.454.441
0 43.019 490.500
11
501870 E-4-10-II 6.732.500 70.000 120.000 4.250.000 1.774.000 1.437.781 13.098.876 -6.366.376
1 355.095 5.092.000
11
379404 E-4-10-I 4.818.100 750.000 634.000 66.899 1.868.293 2.949.808
2 50.394 367.000
11
563958 E-4-10-I 4.818.100 750.000 796.000 47.005 1.717.039 3.101.061
3 29.034 95.000
11
301926 E-4-10-II 6.732.500 35.000 180.000 3.500.000 1.794.000 3.991.405 12.871.497 -6.138.997
4 279.592 3.091.500
11
543587 E-4-10-I 3.441.500 840.000 935.000 389.591 2.555.668 885.832
5 47.077 344.000
11
564638 E-4-10-I 3.441.500 840.000 512.000 240.941 2.055.427 1.386.073
6 96.486 366.000
11
564752 E-4-10-II 4.808.900 600.000 936.000 394.567 2.375.740 2.433.160
7 16.173 429.000
11
385498 E-4-10-I 3.441.500 720.000 738.000 871.529 2.921.135 520.365
8 117.606 474.000
11
453609 E-4-10-III 7.384.100 1.365.000 2.235.000 822.102 4.905.221 2.478.879
9 92.119 391.000
12
241641 E-4-10-I 4.818.100 250.000 241.000 242.547 1.048.141 3.769.959
0 37.595 277.000
12
504903 E-4-10-I 3.441.500 960.000 756.000 905.973 3.317.268 124.232
1 184.295 511.000
12
488927 E-4-10-I 3.441.500 20.000 840.000 1.002.000 270.527 2.559.243 882.257
2 82.716 344.000
12
565411 E-4-10-I 3.441.500 360.000 1.157.000 235.962 2.169.970 1.271.530
3 53.008 364.000
12
482079 E-4-10-I 4.129.800 780.000 420.000 179.263 1.786.675 2.343.125
4 68.412 339.000
12
546824 E-4-10-II 4.808.900 20.000 115.200 960.000 812.000 439.707 2.898.503 1.910.397
5 180.596 371.000
12
354121 E-4-10-I 3.441.500 480.000 319.000 480.443 1.606.424 1.835.076
6 39.980 287.000
12
431283 E-4-10-I 4.818.100 1.500.000 1.535.000 357.975 3.826.413 991.687
7 51.438 382.000
12
565862 E-4-10-I 3.441.500 480.000 1.041.000 377.182 2.299.997 1.141.503
8 87.815 314.000
12 231767 E-4-10-I 4.129.800 780.000 481.000 581.997 58.288 438.000 2.339.285 1.790.515
58
9
13
379940 E-4-10-I 3.441.500 20.000 360.000 287.413 697.413 2.744.087
0 30.000
13
413719 E-4-10-I 3.441.500 240.000 434.000 221.705 974.114 2.467.386
1 8.410 70.000
13
549390 E-4-10-III 6.153.400 600.000 357.000 279.241 1.724.453 4.428.947
2 79.212 409.000
59
Lampiran 3. Data Penggunaan Obat Penunjang
Kelas dan Jenis Obat Jumlah Penggunaan Persentase (%)
Cairan
RL Inf 98 74,24
NaCl 0,9 % 70 53,03
Hydromal inf 51 38,64
Futrolit 18 13,64
Dextrose 5 3,79
Asering inf 2 1,52
Cendo Lyters 2 1,52
NaCl 3 % 1 0,76
Oralite 1 0,76
Penghambat Pompa Proton
Omeprazol 99 75,00
Lansoprazol 58 43,94
Pantoprazole 25 18,94
Antibiotik
Ceftriaxon 32 24,24
Cefixime 25 18,94
Metronidazol 10 7,58
Cefoperazon non sulbactam 7 5,30
Azitromicin 6 4,55
Gentamicin 5 3,79
Cefotaxim 2 1,52
Levofloxacin 2 1,52
Cefoperazon Sulbactam 2 1,52
Ciprofloxacin 2 1,52
Cefadroxyl 1 0,76
Fusycom cr (Asam fusidat) 1 0,76
Meropenem 1 0,76
Sulfazalacine 1 0,76
Antiemetik
Domperidone 46 34,85
Ondansentrone 41 31,06
Antihipertensi 0,00
Amlodipin 34 25,76
Candesartan 19 14,39
Captopril 8 6,06
Lisinopril 8 6,06
Bisoprolol 4 3,03
Ramipril 1 0,76
Micardis (telmisartan) 1 0,76
Herbesser (diltiazem) 1 0,76
Propanolol 1 0,76
Antiansietas/benzodiazepine
61
Alprazolam 15 11,36
Diazepam 6 4,55
Diuretik
Furosemid 13 9,85
Spironolakton 4 3,03
Batugin 2 1,52
Hidroklorotiazid 1 0,76
Mukolitik
Acetylsistein 13 9,85
Ambroxol 4 3,03
Bisolvon(bromhexine HCl+guaifenesin) 1 0,76
Antivertigo
Vastigo (betahistine) 15 11,36
Kortikosteroid
Metil Prednisolon 5 3,79
Flixotide nebu (fluticasone propionate) 5 3,79
Dexametason 2 1,52
Desoximetazon 1 0,76
Prednison 1 0,76
Saluran Kemih dan Prostat
Aminefron 7 5,30
Harnal (tamsulosin HCl) 5 3,79
Laksatif
Solac syr (laktulosa) 8 6,06
Fleet enema (sodium bifosfat+disodium
fosfat) 2 1,52
Dulcolax (bisacodyl) 1 0,76
Antiasma
Lasalcom/Combivent Nebulizer 4 3,03
Symbicort Inhaler 2 1,52
Ventolin Nebulizer 1 0,76
Antihistamin
Cetirizine 6 4,55
Interhistine 3 2,27
Antimigrain
Flunarizine 7 5,30
Ergotamine 1 0,76
Antiangina
ISDN 4 3,03
Nitrokap retard (nitrogliserin) 4 3,03
Antidiare
New andites (attapulgite) 6 4,55
Antispasmodik
Buscopan (hyoscine butylbromide) 3 2,27
Eperison 2 1,52
Antipirai
L-Cisin (colchicine) 4 3,03
62
Allopurinol 1 0,76
Neurotonik/neurotropik
Piracetam 3 2,27
Nimodipine 1 0,76
Kolagogum, Kolelitolitik, &
Hepatoprotektor
Asam ursodeoksikolat (Ursodiol) 3 2,27
Antiparkinson
Heximer (trihexyphenidyl HCl) 2 1,52
Levopar (benserazide HCl+levodopa) 1 0,76
Antifungi
Nystatin 1 0,76
Miconazole 1 0,76
Ketoconazole 1 0,76
Flebitis dan Varises
Rhodium Tab (diosmin+hesperidin 50 ) 2 1,52
Antivirus
Acylovir 2 1,52
Antihemoragik
Carbazocrome inj 2 1,52
Obat Jantung
Dobutamin 1 0,76
Digoxin 1 0,76
Antipsikotik
Haloperidol 1 0,76
Chlorpromazine 1 0,76
Anestetika
Bunascan (bupivacaine Hydrochloride) 1 0,76
Dekongestan
Ephedrin injeksi 1 0,76
Antidepresan
Amytriptilin 1 0,76
Hematopoietik
Epodion 1 0,76
Diagnosis Radioterapi
Iohexol 1 0,76
Imunisasi Tetanus
Tetagam (Imunoglobulin human
tetanus) 1 0,76
Antitiroid
Propylthiouracil/PTU 1 0,76
Antiglaukoma
Cendo timol (timolol maleate) 1 0,76
63
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian di RSUD Anutapura Palu
64
65
66
Lampiran 6. Dokumentasi
67
68
69
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian
70
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rischa Rhaudatul Janna, lahir pada tanggal 20 Mei 1999 di
Kota Palu, Sulawesi Tengah sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Bapak Zulkifli dan Ibu Rusni. Penulis tinggal di Kota Palu Penulis
menamatkan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 12 Palu pada tahun
2012 dan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Palu pada tahun 2015.
Pada masa Sekolah Menengah Pertama Penulis aktif berorganisasi sebagai
anggota Palang Merah Remaja SMPN 1 Palu. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Palu dan
tamat pada tahun 2018. Pada masa Sekolah Menengah Atas Penulis juga
aktif sebagai anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 2 Palu. Pada
tahun yang sama, penulis kembali melanjutkan pendidikannya di Jurusan
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tadulako di Kota Palu. Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai
Pengurus Himpunan Mahasiswa Farmasi FMIPA UNTAD Periode 2021.
71
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI
72
SURAT KEPUTUSAN (SK) PEMBIMBING SKRIPSI
73