OLEH :
PANDE PUTU BAGUS MAHENDRA YASA
NIM : 1470121036
OLEH :
PANDE PUTU BAGUS MAHENDRA YASA
NIM : 1470121036
OLEH :
PANDE PUTU BAGUS MAHENDRA YASA
NIM : 1470121036
menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi
sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab dan saya
bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap
skripsi atau karya ilmiah lain yang sudah ada.
ABSTRAK
Saat ini, prevalensi penyakit diabetes melitus di dunia terbanyak adalah diabetes melitus tipe
2 (DMT2). Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dengan penderita DMT2 sebanyak 10
juta dan diprediksi mengalami kenaikan jumlah penderita DMT2 menjadi 16,2 juta pada
tahun 2040. Penggunaan obat antidiabetika oral (ADO) seperti metformin dan gliklazid saat
ini masih menjadi pilihan dalam penatalaksanaan DMT2. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan efektivitas metformin dan gliklazid untuk menurunkan glukosa darah
pada penderita diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Sanjiwani Gianyar. Variabel
penelitian ini adalah efektivitas ADO dan glukosa darah. Desain penelitian ini menggunakan
studi observasional cross-sectional analitik dengan studi retrospektif. Sampel penelitian ini
adalah penderita DMT2 di poliklinik penyakit dalam RSUD Sanjiwani periode Januari-
Desember 2016 sebanyak 160 orang yang dipilih secara consecutive sampling serta
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder berupa rekam medis. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square
(α=0.05). Hasil penelitian menunjukkan efektivitas masing-masing ADO untuk menurunkan
glukosa darah selama 3 bulan terapi, penggunaan metformin menunjukkan 56 sampel (70%)
mencapai glukosa darah terkendali sedangkan penggunaan gliklazid menunjukan 42 sampel
(52,5%) mencapai glukosa darah terkendali dan terdapat perbedaan bermakna efektivitas
metformin dan gliklazid untuk menurunkan glukosa darah dengan nilai p=0,035. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah metformin lebih efektif dibandingkan dengan gliklazid untuk
menurunkan glukosa darah pada penderita DMT2 rawat jalan serta saran yang diberikan
kepada pihak rumah sakit, petugas kesehatan serta masyarakat.
Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, Efektivitas, Metformin, Gliklazid, Glukosa darah.
i
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
Skripsi, 19 Januari 2018
ABSTRACT
Nowadays, type 2 diabetes mellitus (T2DM) is the most prevalence of diabetes mellitus
disease. In Indonesia 10 millions people suffering T2DM which caused Indonesia ranked
seventh in the world and predicted to increase 16.2 millions patients on 2040. The use of
oral antidiabetic drugs (OAD) like metformin and gliclazide still an option on T2DM
therapy. This study aims to determine the differences in the effectiveness of metformin and
gliclazide to lower blood glucose in patient T2DM in the sanjiwani gianyar hospital. The
variable of this study is oral antidiabetic drugs and blood glucose. The design of this study
using cross sectional analitic observational approach with retrospective study. The sample
of this study is patient T2DM in internal medicine policlinic of Sanjiwani Gianyar Hospital
from Januari-Desember 2016 with 160 subjects who selected through consecutive sampling
and fulfil the inclusion and exclusion criteria. This study using secondary data in form of
medical record. The data was analyzed by chi square test (α=0.05). The results was showed
that the effectiveness of each OAD to decrease blood glucose for 3 months therapy, the used
of metformin showed that (70%) 56 sample achieved controlled blood glucose while the used
of gliclazide showed that (52.5%) 42 sample achieved controlled blood glucose and there
was a significant differences in the effectiveness of metformin and gliclazide with p value is
0.035. The conclusions of this study is metformin more effective than gliclazide to lower
blood glucose in T2DM outpatient and advices who gived to hospital, health workers and
community.
Key words: Type 2 diabetes mellitus, Effectiveness, Metformin, Gliclazide, Blood glucose.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Perbedaan Efektivitas Metformin dan Gliklazid untuk
Menurunkan Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD
Sanjiwani” dapat penulis selesaikan, guna memenuhi prasyarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa.
Banyak kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Namun berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen-dosen serta teman-teman maka skripsi ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis juga ingin
menyampaikan terima kasih atas bantuan dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. I Gusti Ngurah Anom Murdhana, Sp.FK selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa;
2. dr. I Wayan Darwata, MPH selaku Wakil Dekan I dan PJS Prodi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa;
3. dr. I Ketut Tangking Widarsa, MPH selaku ketua Blok Academic Writing ang
Research 3: Research yang telah mengembangkan dan menyusun blok ini dengan
sangat baik;
4. dr. Sagung Putri Permana Lestari Murdhana Putere, M.Biomed, Sp.KJ selaku
pembimbing dan sekretaris blok yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
dan memberi masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik;
5. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan staff Lemlit
Rektorat Universitas Warmadewa yang telah membantu penulis di dalam memenuhi
segala administrasi yang diperlukan;
6. Kepada kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya;
7. Pihak Poliklinik Penyakit Dalam & Apotek Rawat Jalan RSUD Sanjiwani Gianyar
yang telah banyak membantu didalam memberikan informasi yang diperlukan oleh
penulis;
8. Seluruh staff Bagian Diklat RSUD Sanjiwani Gianyar yang telah membantu dan
menyelesaikan surat ijin penelitian untuk penulis;
9. Seluruh staff Bagian SIMRS RSUD Sanjiwani Gianyar yang telah membantu
penulis dalam mencari rekam medis yang diperlukan;
iii
10. Kepada tim sanijwani penulis yang telah meluangkan waktu dan saling membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini;
11. Semua kolega khusunya anggota pojok (tajok) madesu 2014 yang selalu
memberikan dukungan dan saran di dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR/BAGAN ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4
2.1 Diabetes Melitus Tipe 2 .................................................................................. 4
2.1.1 Definisi ................................................................................................ 4
2.1.2 Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 ................................................ 4
2.1.3 Patogenesis ........................................................................................... 4
2.1.4 Diagnosis .............................................................................................. 5
2.1.5 Penatalaksanaan ................................................................................... 6
2.1.6 Komplikasi .......................................................................................... 10
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ..................................................... 12
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 12
3.2 Hipotesis ......................................................................................................... 13
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................. 14
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 14
4.2 Desain Penelitian ............................................................................................ 14
4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 14
4.4 Variabel dan Definisi Operasional .................................................................. 16
4.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ......................................................... 17
4.6 Analisis Data ................................................................................................... 19
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 20
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 25
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 34
LAMPIRAN .................................................................................................................... 41
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kriteria Diagnosis Prediabetes menurut American Diabetes Association ................. 6
2. Kriteria Diagnosis Diabetes menurut American Diabetes Association ...................... 6
3. Definisi Operasional Variabel ................................................................................... 17
4. Karakteristik Sampel Penelitian ................................................................................. 20
5. Perbandingan Rerata GDS Selama Pemakaian 3 Bulan Terapi Menggunakan
6. Metformin dan Gliklazid ........................................................................................... 22
7. Efektivitas Metformin dan Gliklazid untuk Menurunkan Glukosa Darah pada
Penderita DMT2 ........................................................................................................ 23
8. Hasil Analisis Chi Square dengan Persentase Total ke Arah Baris ........................... 23
vi
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................................................... 12
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Surat Ijin Penelitian ................................................................................................... 42
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, prevalensi penyakit diabetes melitus di dunia terbanyak adalah diabetes
melitus tipe 2 (DMT2) (Perkeni, 2015). Pada tahun 2015, jumlah penderita DMT2 di
dunia adalah 415 juta penderita dan diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta
penderita DMT2 pada tahun 2040. Indonesia menduduki peringkat ke-7 di dunia
dengan penderita DMT2 sebanyak 10 juta dan diprediksi akan mengalami kenaikan
jumlah penderita DMT2 menjadi 16,2 juta pada tahun 2040 (Cho et al, 2015). Di
Indonesia, proporsi penduduk yang terdiagnosis DMT2 pada usia ≥15 tahun
(2,5%), Provinsi Sulawesi Utara (2,4%) dan Provinsi Bali (1,3%). Proporsi penduduk
yang terdiagnosis DMT2 tertinggi pada kelompok usia 55-64 tahun (Kementerian
latihan jasmani dan juga penggunaan terapi farmakologis merupakan hal yang
dibagi menjadi terapi oral dan suntikan berupa insulin. Penggunaan obat
antidiabetika oral (ADO) saat ini masih menjadi pilihan dalam pengobatan DMT2,
bisa berupa tunggal maupun kombinasi. ADO selain memberikan manfaat untuk
menurunkan glukosa darah, juga bisa memberi efek samping seperti hipoglikemia,
dehidrasi, peningkatan berat badan, asidosis laktat serta infeksi saluran kemih
(Perkeni, 2015).
1
2
digunakan. Penelitian terbaru baik berupa review sistematik maupun meta analisis
menyebutkan metformin masih tetap menjadi lini pertama ADO untuk terapi DMT2
karena memiliki profil keamanan dan manfaat yang menguntungkan terhadap kadar
pengobatan DMT2 sejak tahun 1950-an. Golongan sulfonilurea terbagi menjadi tiga
dengan golongan sulfonilurea lainnya serta sebagai pilihan alternatif (Sarkar et al,
2011).
perbedaan efektivitas metformin dan gliklazid untuk menurunkan glukosa darah pada
glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Sanjiwani?
Sanjiwani.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi ADO tunggal yang efektif
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan resistensi insulin dan atau
Peningkatan kejadian DMT2 dipengaruhi oleh faktor risiko yang dapat diubah dan
tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi umur ≥45 tahun,
riwayat keluarga menderita DMT2, riwayat pernah menderita DMT2 gestasional atau
riwayat melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir >4000 gram dan riwayat lahir
dengan berat badan rendah (<2500 gram). Adapun faktor risiko yang dapat diubah
2.1.3 Patogenesis
Secara garis besar, patogenesis DMT2 bukan dikarenakan kurangnya sekresi insulin
tetapi insulin gagal bekerja pada sel-sel target atau tidak mampu merespon glukosa
secara normal. Keadaan inilah yang disebut resistensi insulin. Resistensi insulin
banyak disebabkan oleh obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (Fatimah, 2015).
karbohidrat di sel otot, hati dan jaringan adiposa yang nantinya akan meningkatkan
4
5
kadar glukosa darah dan merangsang peningkatan sekresi insulin sebagai upaya
ditangani segera, maka akan terjadi kerusakan sel beta pankreas secara progresif
secara bertahap, dimulai dengan peningkatan berat badan dan obesitas. Namun
reseptor yang teraktivasi dengan berbagai efek seluler. Gangguan sinyal disebabkan
efek toksik dan akumulasi lipid di jaringan seperti otot rangka dan hati akibat
kelebihan berat badan. Selain hal tersebut, dapat pula terjadi peningkatan produksi
glukosa hepatik namun tidak terjadi kerusakan sel beta pankreas (Guyton & Hall,
2011).
2.1.4 Diagnosis
penyakit DMT2. Keluhan yang ada pada penderita DMT2 dibagi menjadi keluhan
klasik (polidipsia, polifagia, dan poliuria) dan keluhan lain (lemah badan, kesemutan,
mata kabur, disfungsi ereksia pada pria). Sedangkan pemeriksaan glukosa darah
menggunakan alat bernama glucometer (Perkeni, 2015). Diagnosis dari DMT2 dibagi
menjadi 2 kriteria yaitu kriteria prediabetes (individu dengan risiko tinggi menjadi
diabetes pada masa mendatang) ditunjukkan pada tabel 1 dan kriteria diabetes
2.1.5 Penatalaksanaan
DMT2 merupakan penyakit sehari-hari yang akan berlangsung seumur hidup. Maka
berupa pemberian edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan penurunan berat
badan bila didapat berat badan berlebih atau obesitas. Bila dengan pendekatan non
dengan intervensi farmakologis yaitu obat ADO sebagai berikut: (Soegondo, 2014;
1. Non Farmakologis
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologis yang
pola makan. Adapun manfaatnya antara lain: 1). Menurunkan berat badan; 2).
Menurunkan terkanan darah sistolik dan diastolik; 3). Menurunkan kadar glukosa
7
darah; 4). Memperbaiki profil lipid; 5). Meningkatkan reseptor insulin; 6).
dari bahan makan tersebut yang terdiri dari makronutrien seperti karbohidrat (55-
65%), protein (10-15%), dan lemak (10-20%) serta mikronutrien seperti vitamin dan
mineral. Jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidakanya stress akut,
b. Latihan jasmani
Prinsip latihan jasmani pada penderita diabetes persis sama dengan prinsip latihan
jasmani secara umum yaitu memenuhi frekuensi latihan sebanyak 3-5 kali per
minggu, intensitas ringan sampai sedang (60-70% denyut jantung maksimal) dengan
durasi 30-60 menit. Jenis latihannya seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Denyut jantung maksimal ditentukan dengan cara mengurangi angka 220 - umur
dan bila glukosa darah >250mg/dl maka latihan jasmani ditunda (Perkeni, 2011).
2. Farmakologis
latihan jasmani (Perkeni, 2015). ADO yang diberikan berupa tunggal dan kombinasi.
Terapi ADO tunggal diberikan selama pemakaian tiga bulan sedangkan terapi
kombinasi diberikan apabila terapi tunggal tidak optimal menurunkan glukosa darah
dengan memberikan dua atau tiga kelompok ADO (secara terpisah ataupun fixed
combination dalam bentuk tunggal), harus dipilih dari kelompok yang mempunyai
Saat ini obat golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Metformin
merupakan ADO pilihan utama pada sebagian besar kasus DMT2 di dunia tanpa
kerja insulin pada tingkat selular dan menurunkan produksi glukosa hati
tinggi, tidak dimetabolisme tapi secara cepat diekskresikan oleh ginjal. Proses
tersebut berjalan dengan cepat sehingga diberikan dua sampai tiga kali sehari.
Sediaan yang tersedia saat ini adalah 500-850mg/tab dengan dosis harian 250-
3000mg dan lama kerja 6-8 jam. Selain itu, metformin tidak memiliki efek stimulasi
pada sel beta pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia dan penambahan
berat badan. Metformin juga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus dan
tunggal metformin dapat menurunkan glukosa darah sebesar 20%. Studi meta-
dengan dosis tinggi dapat mengontrol glukosa darah tanpa meningkatkan efek
1.12%. Efek samping yang ditimbulkan dari obat ini adalah gangguan
gastrointestinal, asidosis laktat dan dapat mengganggu absorbsi vit B12 (Viollet et al,
Golongan ini meliputi sulfonilurea yang mempunyai tiga generasi dan non
glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan sekresi insulin. Gliklazid merupakan
9
generasi kedua sulfonilurea ini. Mekanisme kerjanya berikatan dengan reseptor sel
menginduksi sekresi insulin dan meningkatkan sensitivitas dari sel beta terhadap
glukosa clearance dan sistesis glikogen di sel otot rangka. Durasi lama kerja dari
gliklazid 10-20 jam dimetabolisme di hati dan dieleminasi melalui ginjal berupa urin
(60-70%) dan feses (10-20%). Sediaan yang tersedia 80mg/tab dan dosis harian 80-
gliklazid efektif menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki sekresi insulin dan
resistensi insulin perifer serta menurunkan kadar HbA1C sebesar 1.5-2%. Adapun
efek samping gliklazid ini berupa hipoglikemia, kenaikan berat badan, gangguan
sulfonilurea, bedanya hanya pada masa kerjanya yang lebih pendek maka digunakan
sebagai obat prandial. Repaglinid dan nateglinid adalah obat golongan ini kedua-
duanya diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral dan dimetabolisme oleh hati
sehingga diberikan dua hingga tiga kali sehari. Efek samping yang ditimbulkan
berupa hipoglikemik yang minimal dan tidak begitu kuat menurunkan HbA1c
(Soegondo, 2014).
10
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa glukosidase di saluran
dan HbA1c 0.5-1%. Efek samping yang ditimbulkan berupa flatulence dan diare
(Perkeni, 2015).
Cara kerja obat ini dengan menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga konsentrasi
GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap tinggi dalam bentuk aktif. Guna GLP-1
meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon. Contoh obat golongan
Merupakan ADO jenis baru yang memiliki mekanisme kerja dengan menghambat
distal ginjal. Obat yang termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin,
approvable letter dari Badan POM RI pada bulan Mei 2015 (Perkeni, 2015).
2.1.6 Komplikasi
Diabetes yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan
Hipoglikemia adalah keadaan kadar glukosa darah individu < 50 mg/dl. Kejadian
hipoglikemia lebih sering pada penderita diabetes melitus tipe 1. Rendahnya kadar
glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak berfungsi bahkan dapat mengalami
otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan
Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, maka kerangka
ADO
Variabel Perancu
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Keluarga
4. IMT
Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel diteliti
glukosa darah pada penderita DMT2. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
12
13
3.2 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapatnya perbedaan efektivitas metformin dan
gliklazid untuk menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sanjiwani Gianyar yang
4.3.1 Populasi
a. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh penderita di RSUD Sanjiwani
Gianyar.
b. Populasi Terjangkau
4.3.2 Sampel
a. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita DMT2 di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Sanjiwani Gianyar yang memenuhi kriteria inklusi dan
14
15
Kriteria inklusi:
- Memiliki data rekam medis lengkap yaitu terdapat identitas penderita dan
diagnosa
Kriteria eksklusi:
b. Besar Sampel
. (1 − )
=
= 80.6736
Keterangan:
n = besar sampel.
p = proporsi asumsi penderita rawat jalan DMT2 tahun 2015 = 0,3 (Dinas
Jumlah populasi terjangkau adalah 5656 penderita rawat jalan DMT2, dalam
menyikapi hal tersebut perlu dilakukan koreksi dikarenakan jumlah dari populasi
′ =
1+
( )
80.6736
′ =
1 + 80.6736
( )
5656
= 79.5391 → = 80
Dari rumus tersebut didapatkan besar sampel yang diperlukan pada penelitian
c. Pemilihan Sampel
kriteria inklusi dalam kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel yang diperlukan
terpenuhi.
1. Variabel Bebas
- ADO Metformin
- ADO Gliklazid
2. Variabel Tergantung
- Glukosa Darah
17
4.5.2 Instrumen
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis penderita DMT2
Sebelum pengumpulan data dilakukan, terlebih dulu peneliti membuat surat ijin
Perijinan dan Penanaman Modal (BPMP) Provinsi Bali. Kemudian surat dari BPMP
18
Kabupaten Gianyar. Tahapan selanjutnya yaitu mengirim surat ijin penelitian dari
surat ijin penelitian diterbitkan oleh Direktur RSUD Sanjiwani Gianyar dan
mendapat satu orang pembimbing yaitu Bapak Lalu Ucin, S.Sos selaku Kepala
memohon bantuan kepada Bapak Lalu Ucin, S.Sos untuk membantu dalam mencari
data sekuder yang diperlukan yaitu rekam medis. Kemudian peneliti diantarkan ke
apotek rawat jalan yang merupakan tempat penyimpanan rekam medis rawat jalan
sementara dikarenakan RSUD Sanjiwani masih tahap renovasi serta akhirnya peneliti
mengambil data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di tempat
tersebut.
Data yang terkumpul kemudian diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut. 1).
Editing, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh berupa
kelengkapan data sesuai dengan kriteria inklusi. 2). Coding, dilakukan dengan
sehingga mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data. 3). Processing, setelah semua data terkumpul dan diberi tanda/kode maka
langkah tahap selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry
dapat dianalisis menggunakan program computer yaitu SPSS for window. 4).
Cleaning, dilakukan untuk mengecek kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. 5). Tahap terakhir adalah menyajikan data yang telah diolah
Analisis ini bertujuan untuk menganalisis data yang terkumpul dan dipergunakan
gliklazid untuk menurunkan glukosa darah menggunakan uji statistik chi-square (α=
0,05) dengan tabel 2x2. Perbedaan yang bermakna secara statistik akan menunjukkan
value>α.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah penderita DMT2 rawat jalan di
dibutuhkan berjumlah 160 sampel diambil dari rekam medis rawat jalan.
20
21
Lanjutan Tabel 4.
Karakteristik f (%)
Pekerjaan
Pensiunan 36 (22,5)
IRT 15 (9,4)
dibandingkan laki-laki yang berjumlah 76 orang (47,5%). Dilihat dari usia sampel,
usia terbanyak pada usia 55-64 tahun berjumlah 70 orang (43,8%), diikuti usia 45-54
tahun berjumlah 58 orang (36,3%), dan usia 65-74 tahun berjumlah 29 orang (18,1%)
serta usia >74 tahun berjumlah 3 orang (1,9%). Pada data Indeks Masa Tubuh (IMT)
sampel didapatkan IMT terbanyak adalah IMT 25-29,9 kg/m2 yang dikategorikan
obese I berjumlah 64 orang (40%), diikuti IMT 23-24,9 kg/m2 yang dikategorikan
dengan risiko berjumlah 39 orang (24,4%), dan IMT 18-22,9 kg/m2 yang
dikategorikan normal berjumlah 32 orang (20%) serta IMT ≥30 kg/m2 dikategorikan
riwayat keluarga DM tipe 2 berjumlah 106 orang (66,3%) daripada tidak mempunyai
penelitian ini terbanyak pada kategori tamat SMA berjumlah 50 orang (31,3%),
orang (19,4%), dan tidak sekolah berjumlah 27 orang (16,9%) serta terendah pada
sampel penelitian diatas yang paling banyak terlihat pada pekerjaan kategori
Efektivitas metformin dan gliklazid dilihat dari penurunan rerata gula darah sewaktu
(GDS) selama 3 bulan terapi. Perbandingan rerata GDS bisa dilihat pada Tabel 5
memiliki rerata GDS lebih kecil sebesar 204,11 daripada rerata GDS pada gliklazid
yaitu 253,39. Diketahui pada bulan kedua, rerata GDS pada metformin lebih kecil
sebesar 163,16 daripada rerata GDS pada gliklazid yaitu 211,73. Dilihat kembali
pada bulan ketiga, metformin memiliki rerata GDS lebih kecil sebesar 146,96
sebanyak 56 orang (70%) dan tidak terkendali sebanyak 24 orang (30%) sedangkan
pemakaian gliklazid dengan GDS terkendali sebanyak 42 orang (52,5%) dan tidak
Analisis bivariat ini untuk mengetahui perbedaan efektivitas metformin dan gliklazid
untuk menurunkan glukosa darah. Perbedaan efektivitas metformin dan gliklazid bisa
Tabel 7. Hasil Analisis Chi Square dengan Persentase Total ke Arah Baris (n=160)
Efektivitas
Nilai P
ADO Tidak Terkendali Terkendali
n % n %
Metformin 24 30 56 70
Gliklazid 38 47,5 42 52,5 0,035
Total 62 38,8 98 61,2
24
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,035 (p<0,05). Hal ini berarti
menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di
RSUD Sanjiwani Gianyar. Maka dapat dikatakan bahwa secara statisik perbedaan
bermakna.
BAB VI
PEMBAHASAN
perempuan lebih banyak mengalami DMT2 sebanyak 52,5%. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Udayani & Meriyani (2016) di UPT.
yaitu didapatkan perempuan sebanyak 56%. Hasil ini juga didukung oleh penelitian
Denpasar Selatan yang melaporkan bahwa kejadian DMT2 lebih banyak pada
perempuan sebesar 55,8%. Hasil berbeda didapatkan pada penelitian Tjekyan (2014)
banyak diderita oleh laki-laki sebesar 51,3%. Hal ini dikarenakan pada penelitian
Tjekyan (2014) sampel yang digunakan adalah semua penderita DMT2 yang berada
eksklusi. Menurut penelitian yang dilakukan Nuryanti & Bantas (2014), DMT2
peningkatan indeks masa tubuh (IMT) lebih besar dibanding laki-laki, akibat hormon
estrogen yang mempengaruhi aktifitas dan metablisme jaringan lemak pada tubuh
sehingga peningkatan kadar lemak pada perempuan lebih tinggi yang menyebabkan
(Mutmainah, 2013).
25
26
55-64 tahun sebesar 43,8%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Udayani & Meriyani
2015-Februari 2016 sebanyak 44% sampel berusia 56-65 tahun. Penelitian ini
berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Tamara et al (2014) di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau yaitu sebesar 45,7% sampel berusia 46-55 tahun. Hasil
sampel tersebut berbeda dengan kriteria inklusi sampel peneliti yaitu mengalami
dikarenakan sel beta pankreas yang menyusut akibat dari penurunan proses
penurunan fisiologis. Umumnya sel beta pankreas masih aktif tetapi mengalami
Pada IMT sampel penelitian, paling banyak didapatkan pada IMT 25-29,9
kg/m2 yang dikategorikan obese I sebesar 40%. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Lestari (2013) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati yang
melaporkan bahwa sebanyak 38% sampel didapatkan IMT 25-29,9 kg/m2 yang
dikategorikan obese I. Hasil ini didukung juga oleh penelitian Adnan et al (2013) di
IMT 25-29,9 kg/m2. Hasil berbeda didapatkan pada penelitian Amir et al (2015) di
Puskesmas Bahu Kota Manado yang menunjukan bahwa penderita DMT2 lebih
banyak pada IMT 18,5-24,9 kg/m2 yang dikategorikan normal sebesar 45,5%. Hal ini
bahwa IMT tinggi berbanding lurus dengan kadar gula darah yang diartikan semakin
tinggi nilai IMT maka semakin tinggi pula kadar gulanya. Penelitian tersebut
27
menjelaskan juga bahwa orang dengan obesitas, kadar leptin dalam tubuhnya
Substrate-1 (IRS) sehingga menghambat ambilan glukosa oleh insulin (Adnan et al,
2013).
Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado yang
melaporkan sebanyak 60% sampel ada riwayat keluarga menderita DMT2. Hasil ini
Tenga yang menyatakan bahwa 70% sampel ada riwayat keluarga menderita DMT2.
sampel tidak ada riwayat keluarga menderita DMT2. Hasil berbeda pada penelitian
Menurut penelitian Kekenusa et al (2013), orang yang ada riwayat keluarga DMT2
berisiko 5 kali lebih besar terkena penyakit DMT2 dibandingkan yang tidak ada
riwayat keluarga DMT2. Menurut Trisnawati & Setyorogo (2013), risiko menderita
penyakit DMT2 lebih besar didapatkan dari Ibu yaitu 10-30% dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan. Buku Naskah Lengkap Diabetes Melitus
terjadinya penyakit DMT2 meskipun gen spesisifk penyebab penyakit tersebut belum
pendidikan tamat SMA paling banyak yaitu 31,3%. Hasil penelitian ini sesuai dengan
berpendidikan tamat SMA sebanyak 57,1%. Hasil penelitian ini didukung juga oleh
tamat SMA. Penelitian ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Anani et al
pendidikan rendah dan menengah tidak ada hubungannya dengan kejadian DMT2
kategori pensiunan sebanyak 22,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian Kekenusa et al
(2013) di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado
30%. Hal ini disebabkan karena perbedaan metode penelitian antara penelitian
hanya menonton televisi serta banyak menghabiskan waktu di rumah, hal ini
Berdasarkan hasil penelitian ini, rerata GDS selama 3 bulan terapi pada penggunaan
metformin lebih kecil dibandingkan dengan gliklazid. Belum ada penelitian yang
menggunakan Fasting Plasma Glucose (FPG) atau Gula Darah Puasa (GDP)
menggunakan gliklazid sebesar 34% ± 6.8. Ini membuktikan bahwa ADO metformin
memiliki profil keamanan obat yang baik. Walaupun demikian, ADO metformin
gula darah.
glilkazid. Efektivitas kedua ADO ini selain dilihat dari penurunan glukosa darah,
dilihat juga dari mekanisme kerjanya. Mekanisme kerja metformin dengan cara tidak
efek peningkatan ambilan glukosa di perifer. Selain itu studi invivo dan invitro
2014). Sedangkan mekanisme kerja gliklazid berikatan dengan reseptor sel beta
gliklazid untuk menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Sanjiwani yang dilihat dari terkendalinya GDS. Hasil penelitian ini
sebanyak 70% dan tidak terkendali sebanyak 30% sedangkan penderita yang
menggunakan gliklazid dengan GDS terkendali sebanyak 52,5% dan tidak terkendali
sebanyak 47,5%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari (2013) yang
sebesar 87,5% sedangkan menggunakan gliklazid sebesar 71,4% yang berarti bahwa
kelompok metformin lebih efektif dalam menurunkan glukosa darah pada penderita
DMT2.
pilihan utama untuk penyakit DMT2 (Perkeni, 2015). Menurut Manaf (2014),
lapar sehingga mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Pemberian metformin ini
umumnya pada penderita dengan obesitas atau kegemukan yang dilihat dari hasil
penelitian ini bahwa penderita DMT2 banyak yang memiliki IMT 25-29,9 kg/m2
Terkendalinya glukosa darah dapat dilihat dari kadarnya yaitu 70-140 mg/dl
untuk GDS. Kadar glukosa yang digunakan pada penelitian ini adalah kadar GDS
selama 3 bulan terapi berturut-turut. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa 61,2% dalam
kategori terkendali dan 38,8% termasuk kategori tidak terkendali. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian Tarita Dewi (2017) yang menyatakan 55,1% sampel
mengalami glukosa darah yang terkendali. Hasil ini didukung juga oleh penelitian
Kurnia Putri & Isfandiari (2013) yang menyatakan bahwa 32,1% sampel memiliki
glukosa darah yag terkendali. Hal ini dikarenakan pemberian obat pada penderita
DMT2 di RSUD Sanjiwani Gianyar tepat indikasi. Tepat indikasi adalah pemberian
obat sesuai dengan diagnosis dokter dan terbukti manfaat terapinya (Keban &
Ramdhani, 2016). Selain itu, perilaku kepatuhan obat menjadi salah satu upaya untuk
darah, bila penderita minum obat secara teratur dan diimbangi dengan gaya hidup
sehat. Mengubah aturan minum obat yang tidak sesuai dengan petunjuk dokter pada
akhirnya dapat mengurangi efektivitas obat tersebut dan tidak tercapainya kadar
7.1 Simpulan
yaitu 52,5%. Usia penderita DMT2 terbanyak pada kelompok 55-64 tahun
metformin lebih efektif dan memiliki rerata GDS lebih kecil dibandingkan
dengan gliklazid.
(p=0,035).
7.2 Saran
Perlu dilakukan perbaikan standar penulisan rekam medis terkait arsip dan
32
33
DMT2 lebih komprehensif karna dilihat dari jumlah penderita tiap tahunnya
penderita DMT2.
Adnan, M., Mulyati, T. & Isworo, J.T., 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 rawat jalan di RS
Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang: 2; 18-25.
Viewed 21 December 2017, from: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/
article/viewFile/752/806
Amir, S.M.J., Wungouw, H. & Pangemanan, D., 2015. Kadar glukosa darah sewaktu
pada pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas bahu kota manado. Jurnal e-
Biomedik (eBm): 3; 32–40. Viewed 21 November 2017.
Anani, S., Udiyono, A. & Ginanjar, P., 2012. Hubungan antara perilaku
pengendalian diabetes dan kadar glukosa darah pasien rawat jalan diabetes melitus
(Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Jurnal Kesehatan
Masyarakat: 1; 446–478. Viewed 18 December 2017.
Awad, N., A.Langi, Y. & Pandelaki, K., 2013. Gambaran faktor resiko pasien
diabetes melitus tipe II di poliklinik endokrin bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof.
34
35
Dr. R.D Kandou Manado periode mei 2011-oktober 2011. Jurnal e-Biomedik (eBm):
1; 45–49. Viewed 23 December 2017.
Cho, N.H. et al., 2015. IDF Diabetes Atlas Seventh Ed. J. da R. F. David Cavan, K.
O. Lydia Makaroff, & S. Webber, eds., Brussels: International Diabetes Federation.
Viewed 7 December 2016, from: www.diabetesatlas.org.
Dinaryanti, P., Fundholi, A. & Andayani, T.M., 2012. Analisis biaya dan efektivitas
terapi pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi: 2 ;
14–19. Viewed 18 December 2017.
Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2011. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi keduabelas.
Singapore: Saunders Elsevier; 1029.
Hastuti, R.T., 2008. Faktor-faktor risiko ulkus diabetika pada penderita diabetes
melitus studi kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [thesis]. Surakarta (Indonesia):
Universitas Diponegoro.
Hirst, J.A. et al., 2012. Quantifying the effect of metformin treatment and dose on
glycemic control. Reviews/Consensus Reports/ADA Statements (Meta - Analysis):
35; 446–454. Viewed 16 January 2017, from:
http://care.diabetesjournals.org/content/diacare/35/2/446.full.pdf
Kawalot, A.P., Kandou, G.D. & Kolibu, F.K., 2017. Hubungan antara aktivitas fisik
dan riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan
36
Keban, S.A. & Ramdhani, U.A., 2016. Hubungan rasionalitas pengobatan dan self-
care dengan pengendalian glukosa darah pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Bina Husada Cibinong. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia: 14 No. 1; 66–72.
Viewed 21 November 2017
Kekenusa, J.S., Ratag, B.T. & Wuwungan, G., 2013. Analisis hubungan antara umur
dan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian penyakit DM Tipe 2 pada
pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Manado. Jurnal Media Kesehatan; 1–6. Viewed 18 December 2017, from:
ejournalhealth.com.
Ketsia Worang, V.H., Bawotong, J. & Untu, F.M., 2013. Hubungan pengendalian
diabetes melitus dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di RSUD
Manembo Nembo Bitung. ejournal Keperwatan (eKp): 1 No. 1. Viewed 11
December 2017
Khotimah, K., 2013. Gambaran faktor risiko diabetes melitus tipe 2 di Klinik Dr.
Martha Ungaran. Ungaran: Stikes Ngudi Waluyo. Viewed 21 December 2017
Kurnia Putri, N.H. & Isfandiari, M.A., 2013. Hubungan empat pilar pengendalian
DM Tipe 2 dengan rerata kadar gula darah. Jurnal Berkala Epidemiologi: 1 No. 2;
234–243. Viewed 21 December 2017, from:
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/jbed89640f867full.pdf
37
Landman, G.W.D. et al., 2014. Safety and efficacy of gliclazide as treatment for type
2 diabetes : A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Trials. Plos
One: 9. Viewed 16 January 2017, from: plosone.org
Lestari, W., 2013. Gambaran efektivitas penggunaan obat antidiabetik tunggal dan
kombinasi dalam mengendalikan gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP Fatmawati Tahun 2012 [skripsi]. Jakarta
(Indonesia): UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mamangkey, I. V., Kapantow, N.H. & Ratag, B.T., 2014. Hubungan antara tingkat
pendidikan dan riwayat keluarga menderita DM dengan kejadian DM Tipe 2 pada
pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Viewed 21
December 2017, from: ejournal.unsrat.ac.id.
Martono, H.P. et al., 2007. Diabetes melitus pada lanjut usia. In S. Darmono, ed.
Naskah Lengkap Diabetes Melitus. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Medical, K., 2016. Metformin tetap menjadi lini pertama untuk DM tipe 2. Cermin
Dunia Kedokteran: 43; 862080. Viewed 1 December 2017, from:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/13_226Berita Terkini-Penggunaan Metformin
sebagai Terapi Awal Diabetes Tipe 2 Masih Rendah.pdf.
Mutmainah, I., 2013. Hubungan kadar gula darah dengan hipertensi pada pasien
diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar [skripsi].
Surakarta (Indonesia): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
38
Nainggolan, O., Kristanto, A.Y. & Edison, H., 2013. Determinan diabetes melitus
analisis baseline data studi kohort penyakit tidak menular Bogor 2011. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan: 16 No. 3; 331–339. Viewed 21 December 2017, from:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/viewFile/3471/3435
Ndraha, S., 2014. Diabetes melitus tipe 2 dan tatalaksana terkini. Scientific Journal
of Pharmaceutical Development and Medical Application: 27; 9–16. Viewed 21
December 2016, from:
http://cme.medicinus.co/file.php/1/LEADING_ARTICLE_Diabetes_Mellitus_Tipe_
2_dan_tata_laksana_terkini.pdf
Nuryanti, I. & Bantas, K., 2014. Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes
mellitus pada wanita dewasa di Indonesia. Viewed 21 November 2017
Soegondo, S., 2014. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe
2. In S. Setiawati et al., eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta Pusat:
Interna Publishing; 2328–2335.
39
Sudaryanto, A., Setiyadi, N.A. & Frankilawati, D.A., 2014. Hubungan antara pola
makan, genetik dan kebiasaan olahraga terhadap kejadian diabetes melitus tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari. Prosiding SNST ke-5; 19–24. Viewed
18 December 2017
Sukmaningsih, Wahyu Ratri. 2016. Faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe II di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwodiningratan Surakarta [publikasi ilmiah]. Surakarta
(Indonesia): Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tamara, E., Bayhakki & Nauli, F.A., 2014. Hubungan antara dukungan keluarga dan
kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
JOM PSIK: 1 No. 2;.1–7. Viewed 22 December 2017
Tarita Dewi, N., 2017. Hubungan rasionalitas penggunaan obat hipoglikemik oral
dan self care dengan kendali glukosa darah pasien geriatri diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Denpasar Barat II [skripsi]. Denpasar (Indonesia): Universitas
Warmadewa.
Tjekyan, R.M.S., 2014. Angka kejadian dan faktor risiko diabetes melitus tipe 2 di
78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010. MKS, Th. 46: 401(2); 85–94. Viewed 21
November 2017.
Trisnawati, S., Widarsa, T. & Suastika, K., 2013. Laporan hasil penelitian Faktor
risiko diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan
Denpasar Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive: 1. Viewed 22
December 2016, from:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/phpma/article/download/6636/5069.
40
Trisnawati, S.K. & Setyorogo, S., 2013. Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe
II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan: 5(1); 6–11. Viewed 11 December 2017.
Udayani, N.N.W. & Meriyani, H., 2016. Perbedaan efektivitas penggunaan obat
antidiabetik oral tunggal dan kombinasi pada pasien DM Tipe 2 di UPT. Puskesmas
Dawan II Kabupaten Klungkung periode november 2015-februari 2016.
Medicamento: 2(2); 47–52. Viewed 27 November 2017.
Waspadji, S., 2009. Kaki diabetes. In S. Setiawati et al., eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta Pusat: Interna Publishing; 1961.
LAMPIRAN
41
42
43
44
Frequency Table
Statistics
Jenis Riwayat
Usia IMT Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Keluarga
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Riwayat Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Statistics
Met Bln 1 Met Bln 2 Met Bln 3 Gli Bln 1 Gli Bln 2 Gli Bln 3
Valid 80 80 80 80 80 80
N
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 204.11 163.16 146.96 253.39 211.73 173.84
Std. Deviation 43.444 38.512 52.904 26.678 25.253 21.889
Minimum 149 113 86 201 169 135
Maximum 478 418 350 302 287 247
46
Cases
Efektivitas Total
Tidak Terkendali
Terkendali
Count 24 56 80
Metformin
% within ADO 30.0% 70.0% 100.0%
ADO
Count 38 42 80
Gliklazid
% within ADO 47.5% 52.5% 100.0%
Count 62 98 160
Total
% within ADO 38.8% 61.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.161 1 .023
b
Continuity Correction 4.450 1 .035
Likelihood Ratio 5.196 1 .023
Fisher's Exact Test .034 .017
Linear-by-Linear
5.129 1 .024
Association
N of Valid Cases 160
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.00.
b. Computed only for a 2x2 table
47