ANALISIS HUBUNGAN KADAR HbA1C DAN GDP (GULA DARAH PUASA) PADA
PASIEN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI LABORATORIUM
KLINIK MAXIMA KENDARI
MUHAMMAD FADHLAN
NIM : A201701034
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
proposal penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Kadar HbA1C Dan GDP
dari kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat penulis harapkan.
Tiara Mayang Pratiwi Lio,S.Ked., M.Si selaku pembimbing I dan kepada Ibu Suwarny
Ruhi , S.Si., M.Si Selaku pembimbing II, beserta tim penguji ibu Sri Anggarini Rasyid,
S.Si., M.Si, ibu Titi Purnama, S.Si., M.Kes, dan M.Si dan bapak H.M. Idrus, SKM.,
M.Kes atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam
kepada :
1. Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yang
Kendari
penulis semasa pendidikan, tak lupa pula staf/karyawan yang telah membantu
Medis yang telah memberikan bantuan dan motivasi hingga selesainya skripsi ini.
Faridzhi, Hardianto, Ahmad Hanafi, Dendi, Iksan Fajrin, Renaldi Dhavid, Ical, Aldi,
Waode Suharni, Alini Purnama Sari, Arif Rahman, Ikram Buton, Hairun. Dan
semua teman-teman yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas
9. Senior saya yang selalu membimbing dan memberikan arahan, Kak Joni dan Kak
Inggit.
menemani suka dan duka, hingga dalam pengerjaan Skripsi sampai dengan akhir
11. Terimakasih pula kepada Mama Nisa, Kakak Ifa, Mama Azizah, Kakak Dini,
Kakak Buyung, Kakak Yudi, dan untuk Seluruh Keluarga yang pernah membantu
Raha, dan Sendayu Racing Team. Terimaksih banyak karena telah memberikan
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini, semoga dapat
Muhammad Fadhlan
DAFTAR ISI
DM : Diabetes Melitus
Tabel 4. Hasil Penelitian HbA1c dan GDP di Laboratorium Klinik Maxima Kendari
diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di dunia,
terjadi ketika tidak ada produksi insulin pada pankreas, sehingga pada saat
tubuh menggunakan insulin dalam memecah gula darah tidak dapat digunakan
secara efektif. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit degenerative yang
penyakit tidak menular yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun dan
memperkirakan setidaknya terdapat 483 juta orang pada usia 20-79 tahun di
dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka
prevalensi sebesar 9,3 % dari total penduduk pada usia yang sama.
2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes
atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka dipredikasi terus
meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045
(Kemenkes, 2019).
Negara di wilayah Arab, Afrika Utara, dan Pasifik Barat menempati
umur 20-79 tahun tertinggi diantara 7 regional di dunia, yaitu sebesar 12,2%
jumlah penderita diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa
penderita tertinggi. Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga
teratas dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia
polifagia dan terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
awal dan tetap tidak terdiagnosis dalam waktu lama sampai terjadi berbagai
dan HbA1c. Komponen yang terpenting dari glikasi hemoglobin tersebut dalam
dalam rentang waktu 1-3 bulan karena usia sel darah merah yang terikat oleh
Gula darah puasa (GDP) adalah gula darah seseorang yang diperiksa
setelah menjalani puasa selama 10-12 jam. Kadar GDP menjadi salah satu
pedoman dalam melakukan diagnosis DM. Jika hasil pemeriksaan kadar GDP
≥ 126 mg/dl dan terdapat keluhan khas DM, diagnosis DM dapat ditegakkan.
Dengan demikian, kadar GDP yang buruk adalah kadar GDP ≥ 126 mg/dl atau
dalam penelitian akan disebut dengan GDP tidak terkendali. Kondisi gula
darah yang tidak terkendali dapat memicu timbulnya komplikasi akibat DM tipe
regulasi glukosa darah juga sudah baik. Pemantauan status glikemik jangka
glukosa darah jangka panjang antara 2-3 bulan (Soegondo, 2004). Hba1c juga
setahun (Indriyanti,2013).
kadar glukosa darah berada pada kisaran normal antara 70-140 mg% selama
2-3 bulan terakhir, maka hasil tes HbA1C akan menunjukan nilai normal.
dengan rutin melakukan pemeriksaan kadar HbA1c dan kadar GDP (Gula
Darah Puasa), oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan kadar
B. Rumusan Masalah
kadar HbA1C dan GDP pada pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2 di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kendari.
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan ajar bagi
lanjut.
E. Kebaruan Penelitian
Tabel 1. Kebaruan Penelitian
yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja
Diabetes Melitus terjadi jika kadar gula dalam darah terlalu tinggi.
memasukinya. Jika tubuh tidak membuat cukup insulin atau insulin tidak
bekerja dengan baik, glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel, sehingga
tetap dalam darah. Hal ini membuat kadar gula dalam darah menjadi tinggi,
atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh
insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset
diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi
berperan yaitu :
a. Resistensi insulin
sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak
obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
dkk 2016).
5. HbA1C
adalah pigmen pembawa oksigen yang memberikan warna merah pada sel
darah merah dan juga merupakan protein dominan dalam sel darah merah
Hemoglobin A1c merupakan komponen minor paling besar dari sel darah
fraksi terpenting yaitu sekitar 4-5% dari total hemoglobin yang banyak
diteliti di antara tiga jenis HbA1 (HbA1a,b dan c). Hemoglobin A1c
fraksi lain merupakan ikatan antara hemoglobin dan heksosa lain (Rahayu,
2014).
adalah glukosa stabil yang terikat pada gugus N-terminal pada rantai
bersatu dengan kelompok amino bebas pada residu valin N-terminal rantai
ketoamin yang stabil. Glikasi dapat terjadi pada residu lisin tertentu dari
tidak dikatalisis oleh enzim, tetapi melalui reaksi kimia akibat paparan
glukosa yang beredar dalam darah pada sel eritrosit. Laju sintesis HbA1c
bulanan rata-rata glukosa darah terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari
terakhir, 25% dari 30-60 hari sebelumnya dan 25% dari 60- 120 hari
darah terjadi karena eritrosit terus menerus terglikasi selama 120 hari masa
untuk kontrol jangka panjang status glikemi pada pasien diabetes (Putri,
2016).
GDP (Gula Darah Puasa) adalah gula darah seseorang yang diperiksa
setelah menjadi puasa selama 10-12 jam. Kadar GDP menjadi salah satu
GDP ≥ 126 mg/dl dan terdapat keluhan khas DM, diagnosis DM dapat
ditegakkan. Dengan demikian, kadar GDP yang buruk adalah kadar GDP ≥
126 mg/dl atau dalam penelitian akan disebut dengan GDP tidak terkendali.
Kadar GDP (Gula Darah Puasa) dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik,
gula murni seperti gula pasir, gula batu, gula aren berpengaruh signifikan
8. Perbedaan antara GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS (Gula Darah
Sewaktu
normal pada saat puasa adalah 70-100 mg/dl. Menurut IDF, ADA, dan
apabila kadar gula darah pada saat puasa diatas 7,0 mmol/dl (126 mg/dl)
dan 2 jam sesudah makan diatas 11,1 mmol/dl (200 mg/dl) maka
yang dilakukan setiap waktu, tanpa ada syarat puasa dan makan.
B. TINJAUAN EMPIRIS
Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, hasil dari penelitian ini diperoleh 20
Samarinda Tahun 2016, hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kadar
HBA1c terhadap kadar gula darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu
Dengan HbA1C Pada Diabetes Melitus Tipe 2, hasil penelitian ini rata-rata
GDP 192,5 mg/dl, rata-rata kadar GD2JPP 250,03 mg/dl dan rata-rata
disebabkan oleh resistensi insulin hingga terjadi kenaikan gula darah. Dapat
pula diakatakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah
akibat dari penurunan sekresi insulin oleh sel β pancreas atau gangguan
fungsi insulin.
puasa (GDP) dengan puasa 8-12 jam. Kadar HbA1C yang tinggi
kontrol glikemik dan juga mengontrol penderita DM tipe 2 yang terkontrol atau
tidak terkontrol.
Struktur kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Diabetes
Melitus Tipe 2
Gula darah
Analisis Data
Hasil
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berpengaruh
BAGAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Kadar HbA1c
Pasien DM tipe
2 Kadar GDP
(Gula Darah
Puasa)
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
B. VARIABEL PENELITIAN
DM tipe 2.
DEFINISI OPERASIONAL
ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi atau di atas nilai normal.
dipengaruhui oleh makanan, olah raga dan obat yang baru diminum.
C. KRITERIA OBJEKTIF
1. HbA1c
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Ho : Tidak ada hubungan HbA1c dan GDP pada penderita diabetes melitus
H1 : Ada hubungan HbA1c dan GDP pada penderita diabetes mellitus tipe 2
analitik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antar variabel
yaitu dengan melakukan analisis kadar hubungan HbA1c dan GDP (Gula
1. Waktu
2021.
2. Tempat
1. Populasi
yang melakukan pemeriksaan kadar HbA1c dan GDP (Gula Darah Puasa)
2. Sampel
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumalah Sampel
𝑁
n = 1+𝑁.𝑒 2
43
= 1+43 .0,102
43
= 1+423 0,01
43
= 1+0,43
43
= 1,43
= 30,0
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah darah pada pasien penderita DM
penelitian.
2. Kriteria eksklusi
menjadi objek penelitian (Sani, 2018). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah darah dari pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c dan GDP
E. INSTRUMENT PENELITIAN
a. Alat
berikut :
No Alat Fungsi
berikut :
2. Prosedur Kerja
• Pra Analitik
tertentu pada suatu objek kaca atau wadah yang disebut kuvet, yang
sebagai monokromatornya.
Analitik
• Pasca Analitik
• Pra Analitik
• Analitik
• Pasca Analitik
DM : > 6,5%.
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
1. Pengolahan data
yaitu :
a. Coding
b. Editing
kesalahan.
c. Tabulasi
2. Analisis data
computer SPSS. Kemudian, uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk dan
antara kadar GDP dan HbA1C dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 atau
nilai p ≥ 0.05. setelah itu, uji ketidaknormalan dengan uji Spearman dan
diperoleh data distribusi tidak normal sehingga akan terlihat tidak adanya
0.05 atau nilai p ≤ 0.05, yang akan digunakan untuk penarikan kesimpulan
H. Etika Penelitian
dari pihak kepihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi
1. Informed consent
Dilakukan dengan cara tidak memeberikan nama pada lemebar alat ukur,
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik untuk melihat
hubungan kadar HbA1c dan GDP (Gula Darah Puasa) pada pasien DM tipe 2
Koefisien 0.667
Korelasi (Korelasi Positif)
Nilai signifikan < 0.050 pada uji korelasi spearman menujukkan adanya
B. Pembahasan
sekresi insulin atau gangguan fungsi insulin itu sendiri. Diabetes melitus juga
glukosa darah melebihi normal dan disertai gangguan metabolik lainnya yaitu
gangguan glukosa, lemak dan protein yang disebabkan sekresi insulin baik
ke dalam aliran darah. Insulin membantu glukosa untuk dapat masuk ke dalam
tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang
dihasilkan tidak dapat bekerja secara memadai. Hal ini menyebabkan tubuh
Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk
glukosa darah yang terkontrol, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala
diabetes mellitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diabetes melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya
saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid
terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung
disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya bila glukosa
darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan di bawa ke hati dan diubah
menjadi glikogen atau masuk ke otot diubah menjadi glukogen otot (Musaira,
2003).
hidup dan terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dihati dan otot rangka. Gula darah adalah bahan bakar utama dalam
darah sangat erat kaitannya dengan penyakit DM. Gula Darah Puasa (GDP)
adalah gula darah seseorang yang diperiksa setelah menjalani puasa selama
10-12 jam.
bahwa regulasi glukosa darah juga sudah baik. Kadar HbA1c meningkat yaitu
dapat disebabkan oleh pola makan, pola hidup, dan pasien DM tersebut telah
pengendalian glukosa darah jangka panjang 2-3 bulan (Soegondo dkk, 2004).
karena reaksinya tidak menggunakan enzim, tetapi melalui proses kimia akibat
paparan glukosa yang beredar didalam sirkulasi terhadap sel darah merah.
HbA1c tersimpan dalam eritrosit dan akan terurai bersamaan dengan masa
pada pasien diabetes, yang dimana pemeriksaan ini berfungsi untuk mengukur
rata-rata jumlah hemoglobin A1c yang berikatan dengan gula darah (glukosa)
selama tiga bulan terakhir. Apabila sasaran pengobatan belum tercapai maka
(Indriyanti,2013).
memiliki hemoglobin yang berikatan dengan gula. Saat gula memasuki aliran
darah, gula akan menempel pada hemoglobin (protein yang ada di dalam sel
darah merah). Pada kondisi normal, setiap orang memiliki sedikit gula yang
yang lebih tinggi maka gula yang berikatan dengan hemoglobin juga akan
keadaan normal tidak mengandung glukosa pertama kali keluar dari sum-sum
tulang. Selama 120 hari masa hidup hemoglobin dalam eritrosit, normalnya
Cek gula darah HbA1c atau hemoglobin A1c berbeda dengan tes gula
darah puasa. Cek gula darah puasa menunjukkan kadar gula darah sesaat
atau saat itu. Ceknya terukur dalam darah setelah puasa delapan jam.
Sementara itu, cek gula darah HbA1c menunjukkan kadar gula darah rata-rata
dalam 2-3 bulan. Durasi ini sesuai dengan siklus hidup sel darah merah yaitu
tiga bulan. Dengan kata lain, pemeriksaan HbA1c ini lebih akurat untuk
Cek HbA1c ini akan mengukur tingkat HbA1c (hemoglobin A1c) dalam
berikatan dengan glukosa darah. Di dalam tubuh, glukosa secara alami akan
jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. Dalam penelitian Slamet 2007,
menyatakan bahwa korelasi antara kadar glukosa darah dan kadar HbA1c
yang mengikat banyak glukosa maka kadar HbA1c juga akan meningkat
dimana HbA1c ini adalah suatu glycohemoglobin yang diikat oleh hemoglobin
sebelumnya yang menyatakan bahwa terkait dengan masa hidup eritrosit yang
berlangsung selama 120 hari, HbA1c atau sel darah merah terglikasi dianggap
yaitu sekitar 2-3 bulan sebelumnya dan tidak terpengaruh oleh keadaan gula
oleh ADA (2011) yang menyatakan bahwa kadar HbA1c berkorelasi positif
dengan rata-rata GDP pada pasien DM tipe 2 yang berarti setiap kenaikan
tipe 2.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
hubungan antara kadar HbA1c dan GDP pada pasien penderita DM tipe 2
B. Saran
lebih lanjut mengenai hubungan kadar HbA1c dengan GDP terkait lama
Amran, P., Rahman. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan HbA1c Pada Penderita
Diabetes Melitus di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal Media Analis
Kesehatan, Vol. 9 No. 2 Hal : 149-155.
Anggraheni, Deasy. 2018. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa, Glukosa 2 Jam
Post Prandial Dengan HbA1C Pada Diabetes Melitus Tipe 2. Thesis.
Universitas Muhammadiyah Semarang : Semarang.
[ADA] American Diabetes Association. 2010. Standars Of Medical Care In Diabetes
Amran , Prawansa. Rahman. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan HbA1C Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal
Medis Analis Kesehatan, Vol. 9 No. 2 Hal. 149-155
[IDF] Internasional Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas 8th Edition.
Brussels : International Diabetes Federation
Driyah, Srilaning., Rachmawati, Banundari., Asti, Herniah. 2016. Hubungan Antara
HbA1c Dengan LDL-K Dan Albuminuria Pada Penderita DM Dengan Riwayat
Komplikasi Jantung Koroner. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol. 5 No. 2
Dwikayana. Subawa, N. Yasa. 2016. Gambaran HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Dengan Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik Di Poliklinik Penyakit Dalam. Jurnal
UNUD. Vol. 5 No. 7
Erikson. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Fahmiyah, Indah . Latra, Nyoman I. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula
Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus tipe II di Poli Diabetes RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner. Jurnal Sains Dan Seni
ITS, Vol. 5 No. 2 Hal. 457-461
Fatimah, Noor R. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority, Vol. 4 No. 5 Hal. 93-101
Hartini,Supri. 2016. Hubungan HBA1c Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus di RSUD. Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Tahun 2016. Jurnal Husada Mahakam, Vol. 4 No.3 Hal 171-180
Health, Viva. 2012. Diabetes Melitus. Artikel Kesehatan : Yogyakarta.
Indriyanti, Sulistyarini, Mulyani. 2013. Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di wilayah
Puskesmas Bukateja Purbalingga. Semarang
[KEMENKES] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Situasi dan Analisis
Diabetes, Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Musaira, Mira. 2002. Gambaran Epidemiologi DM dan Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Anggota Klub
Persadia RS. Islam Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta
Price, Sylvia. 2006. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Putri. Larasati. 2013. Hubungan Obesitas Dengan Kadar HbA1c Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Medical Journal Of Lampung University Vol.15 No. 6
Rahayu, Sri. Harsinem, S. 2014. Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c Pada
Pengelolaan Diabetes Melitus. Sub Bagian Penyakit Endoktrin Metabolik
Diabetes Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin : Makassar
Ramadhan, N. Marissa, N. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Berdasarkan Kadar HbA1C di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Jurnal
Penelitian Kesehatan, Vol 2. No. 2 Hal 49-56
Rahmawati, Ova. 2010. Hubungan Latihan Jasmani Terhadap Kadar Glukosa Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Ratnasari, Isnaini, Nur. 2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Tipe
Dua. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyah, Vol. 14 No. 1 Hal. 59-68
Sani, Abdullah., Ridwan. 2018. Penelitian Pendidikan. Tanggerang : TSMart.
Sihombing ,Ria J. Margareta, Eka. 2019. Analisa Kadar HBA1c Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU Martha Friska Multatuli Medan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup , Vol. 1 No. 2 Hal. 422-433
Slamet.,Suyono. 2007. Patofisiologi Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Soesilowati. 2012. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta: IGC
Soegondo. 2004. Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c Pada Pengelolahan
Diabetes Melitus. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soewondo,P.2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta
Que, A., Sutirta, Y., Wiradewi, L.2013. Gambaran Hasil Pemeriksaan Kadar HbA1C
Pada Penderita Diabetes Melitus Di Laboratorium Rumah Sakit Umum Surya
Husadha. E-Jurnal Medika Udayana, Vol. 2 No. 3
Wahyuni, Sri. 2018. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diabetes
Melitus (DM) Daerah Perkotaan Di Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
WHO and International Diabetes Federation. 2009. Definition and Diagnosis Of
Diabetes Melitus and Intermediate Hyperglycemia. Atlas Diabetes
LAMPIRAN IZIN DARI LPPM
LAMPIRAN IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN IZIN SELESAI PENELITIAN DARI LABORATORIUM KLINIK MAXIMA
KENDARI
LAMPIRAN HASIL PENELITIAN
A1 166 11,2
A2 196 10,0
A3 226 13,2
A4 212 8,8
A5 162 10,6
A6 100 6,8
A7 347 15,0
A8 143 10,8
A9 213 10,9
A10 200 13,4
A11 226 12,3
A12 138 8,2
A13 195 8,2
A14 178 8,3
A15 115 7,0
A16 148 8,6
A17 162 8,2
A18 429 12,7
A19 134 8,3
A20 130 8,1
A21 129 7,3
A22 131 10,3
A23 208 12,9
A24 265 12,2
A25 162 8,1
A26 160 11,9
A27 217 12,3
A28 152 10,7
A29 180 7,0
A30 121 11,6
LAMPIRAN ANALISIS UJI STATISTIK
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Nonparametric Correlations
Correlations
GDP HbA1c
N 30 30
N 30 30
Correlations
Correlations
GDP HbA1c
N 30 30
N 30 30
2. NIM : A201701034
5. Agama : Islam
1. SDN 10 Katobu
2. SMPN 2 Raha
3. SMAN 1 Raha