Anda di halaman 1dari 64

SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN KADAR HbA1C DAN GDP (GULA DARAH PUASA) PADA
PASIEN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI LABORATORIUM
KLINIK MAXIMA KENDARI

MUHAMMAD FADHLAN
NIM : A201701034

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kesehatan

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya Kendari


Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis
Skripsi, 23 September 2021

Muhammad Fadhlan (A201701034)


“Analisis Hubungan Kadar HbA1c dan GDP (Gula Darah Puasa) Pada Pasien
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Klinik Maxima Kendari”
Pembimibing I : Tiara Mayang Pratiwi Lio, S.Ked., M.Si
Pembimbing II : Suwarny Ruhi, S.Si.,M.Si
x + 51 Halaman + 3 Gambar + 5 Tabel + 6 Lampiran

HbA1c adalah komponen dari hemoglobin yang berikatan dengan glukosa.


Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk mengetahui jumlah glukosa dalam darah
secara rata-rata 3 bulan. Sedangkan gula darah puasa adalah gula darah seseorang
yang diperiksa setelah menjalani puasa selama 10-12 jam. Baik buruknya
pengendalian DM dapat dilihat dari kadar HbA1c dan kadar glukosa darah sehingga
dimungkinkan adanya korelasi antara kadar HbA1c dan glukosa darah. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan kadar HbA1c dan GDP pada pasien
penderita diabetes melitus tipe 2 di Laboratorium Klinik Maxima Kendari. Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini
adalah pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 yang melakukan pemeriksaan rutin
gula darah per 3 bulan. Sampel penelitian berjumlah 30 pasien penderita diabetes
mellitus tipe 2. Data yang didapatkan dianalisa menggunakan uji normalitas dan
dilanjutkan menggunakan uji spearman. Hasil yang diperoleh yaitu nilai p = 0.000;
nilai (p<0.050) yang berarti ada hubungan antara kadar HbA1c dan GDP. Koefisien
korelasi antara HbA1c dan GDP adalah 0.667 yang menunjukkan korelasi positif.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan kadar HbA1c dan GDP pada pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Laboratorium Klinik Maxima Kendari. Saran dalam penelitian ini adalah diperlukan
lebih lanjut mengenai hubungan kadar HbA1c dengan GDP terkait lama menderita
dan lama terapi DM Tipe 2.

Kata Kunci : HbA1c, GDP, Diabetes Melitus Tipe 2.


Daftar Pustaka : 32 (2004 – 2019).
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian yang berjudul “Analisis Hubungan Kadar HbA1C Dan GDP

(Gula Darah Puasa) Pada Pasien Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di

Laboratorium Maxima Kendari ” guna memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis

di Universitas Mandala Waluya Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu

Tiara Mayang Pratiwi Lio,S.Ked., M.Si selaku pembimbing I dan kepada Ibu Suwarny

Ruhi , S.Si., M.Si Selaku pembimbing II, beserta tim penguji ibu Sri Anggarini Rasyid,

S.Si., M.Si, ibu Titi Purnama, S.Si., M.Kes, dan M.Si dan bapak H.M. Idrus, SKM.,

M.Kes atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal ini.

Tak lupa pula penulis haturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yang

telah memberikan dukungan, dan kasih sayang serta motivasi

2. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari


3. Rektor Universitas Mandala Waluya Kendari

4. Wakil Rektor I, II, III, dan IV Universitas Mandala Waluya Kendari

5. Ketua Prodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis Universitas Mandala Waluya

Kendari

6. Dosen-dosen Universitas Mandala Waluya Kendari yang telah banyak membantu

penulis semasa pendidikan, tak lupa pula staf/karyawan yang telah membantu

penulis semasa pendidikan.

7. Seluruh teman-teman khususnya Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium

Medis yang telah memberikan bantuan dan motivasi hingga selesainya skripsi ini.

8. Untuk teman-teman seperjuangan Andi Muhammad Faldi Yunus, Muh. Salman Al

Faridzhi, Hardianto, Ahmad Hanafi, Dendi, Iksan Fajrin, Renaldi Dhavid, Ical, Aldi,

Waode Suharni, Alini Purnama Sari, Arif Rahman, Ikram Buton, Hairun. Dan

semua teman-teman yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

motivasi dan dukungannya selama ini.

9. Senior saya yang selalu membimbing dan memberikan arahan, Kak Joni dan Kak

Inggit.

10. Ucapan terimakasih sebanyak - banyaknya kepada perempuan yang selalu

menemani suka dan duka, hingga dalam pengerjaan Skripsi sampai dengan akhir

yaitu Nurul Ainun Fauzia.

11. Terimakasih pula kepada Mama Nisa, Kakak Ifa, Mama Azizah, Kakak Dini,

Kakak Buyung, Kakak Yudi, dan untuk Seluruh Keluarga yang pernah membantu

dalam kuliah saya selama ini.


12. Kepada Komunitas Custom Clasic Sulawesi Tenggara, Motor Custom Clasic

Raha, dan Sendayu Racing Team. Terimaksih banyak karena telah memberikan

dukungan dalam mengerjakan Skripsi sampe dengan akhir.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak terdapat

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari

semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini, semoga dapat

bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Kendari , 25 September 2021

Muhammad Fadhlan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR SINGKAT .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 4
2. Manfaat Praktis ................................................................................... 5
E. Kebaruan Penelitian ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 7
1. Definisi Diabete Melitus tipe II ........................................................ 7
2. Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................ 8
3. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe II ................................................ 9
4. Patofisiologi .................................................................................. 10
5. HbA1c .......................................................................................... 11
6. GDP (Gula Darah Puasa) ............................................................ 13
B. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 15
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pikir Penelitian ............................................................................. 17
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 20
C. Variabel Penelitian .................................................................................. 20
D. Definisi Operasional ................................................................................ 20
E. Kriteria Objektif ....................................................................................... 21
F. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 22
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 22
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................... 23
E. Instrument Penelitian .............................................................................. 24
F. Pengumpulan Data ................................................................................. 26
G. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data .............................................. 27
H. Etika Penelitian ....................................................................................... 28
I. Jadwal Penelitian .................................................................................... 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 40
B. Pembahasan ......................................................................................... 41
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 46
B. Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN

GDP : Gula Darah Puasa

HbA1C : Hemoglobin A1c

DM : Diabetes Melitus

IDF : Internasional Diabetes Federation

ADA : American Diabetes Association

WHO : World Health Organization


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Struktur HbA1C

Gambar 3.1 : Bagan Kerangka Pikir

Gambar 3.2 : Kerangka Konsep


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebaruan Penelitian.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 4. Hasil Penelitian HbA1c dan GDP di Laboratorium Klinik Maxima Kendari

Tabel 5. Hasil Statistik HbA1c dan GDP


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian dari LPPM

Lampiran 2. Surat izin penelitian dari KESBANGPOL

Lampiran 3. Surat izin selesai penelitian di Laboratorium Klinik Maxima Kendari

Lampiran 4. Hasil Penelitian

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6. Riwayat Hidup


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

IDF International Diabetes Federation (2019) menjelaskan bahwa

diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di dunia,

terjadi ketika tidak ada produksi insulin pada pankreas, sehingga pada saat

tubuh menggunakan insulin dalam memecah gula darah tidak dapat digunakan

secara efektif. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit degenerative yang

menjadi perhatian penting karena merupakan bagian dari empat prioritas

penyakit tidak menular yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun dan

menjadi ancaman kesehatan dunia pada era saat ini.

Penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung,

dan gagal ginjal. Organisasi IDF (International Diabetes Federation)

memperkirakan setidaknya terdapat 483 juta orang pada usia 20-79 tahun di

dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka

prevalensi sebesar 9,3 % dari total penduduk pada usia yang sama.

Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes di tahun

2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes

diperkirakan meningkat seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9%

atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka dipredikasi terus

meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045

(Kemenkes, 2019).
Negara di wilayah Arab, Afrika Utara, dan Pasifik Barat menempati

peringkat pertama dan kedua dengan prevalensi diabetes pada penduduk

umur 20-79 tahun tertinggi diantara 7 regional di dunia, yaitu sebesar 12,2%

dan 11,4%. Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada, menempati

peringkat ke-3 dengan prevalensi sebesar 11,3%. IDF juga memproyeksikan

jumlah penderita diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa

negara di dunia yang telah mengindentifikasi 10 negara dengan jumlah

penderita tertinggi. Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga

teratas dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia

menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara pada daftar tersebut, sehingga

dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia terhadap prevalensi kasus

diabetes di Asia Tenggara (Kemenkes, 2019).

DM (Diabetes Melitus) tipe 2 merupakan kelompok DM dengan

resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Kecurigaan adanya DM perlu

mendapatkan perhatian bila ada keluhan klasik DM berupa poliuria, polidipsia,

polifagia dan terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya. DM tipe 2 sering tidak dapat dirasakan gejalanya pada stadium

awal dan tetap tidak terdiagnosis dalam waktu lama sampai terjadi berbagai

komplikasi (Ramadhan, dkk 2015 ).

Pemantauan kadar glukosa secara rutin pada penderita DM tipe II dapat

dilakukan melalui pemeriksaan kadar HbA1C dan pemeriksaan GDP (Gula

Darah Puasa). HbA1C merupakan ikatan molekul glukosa pada hemoglobin

secara non-enzimatik melalui proses glikasi post translasi, hemoglobin


terglikasi yang terdiri dari beberapa asam amino HbA yaitu HbA1a, HbA1b,

dan HbA1c. Komponen yang terpenting dari glikasi hemoglobin tersebut dalam

penyakit DM adalah HbA1C yang dapat mengambarkan kadar gula darah

dalam rentang waktu 1-3 bulan karena usia sel darah merah yang terikat oleh

molekul glukosa adalah 120 hari (Ramdhan, dkk 2015).

Gula darah puasa (GDP) adalah gula darah seseorang yang diperiksa

setelah menjalani puasa selama 10-12 jam. Kadar GDP menjadi salah satu

pedoman dalam melakukan diagnosis DM. Jika hasil pemeriksaan kadar GDP

≥ 126 mg/dl dan terdapat keluhan khas DM, diagnosis DM dapat ditegakkan.

Dengan demikian, kadar GDP yang buruk adalah kadar GDP ≥ 126 mg/dl atau

dalam penelitian akan disebut dengan GDP tidak terkendali. Kondisi gula

darah yang tidak terkendali dapat memicu timbulnya komplikasi akibat DM tipe

2 (Fahmiyah, dkk 2016).

Kadar glukosa darah yang baik belum dapat mengambarkan bahwa

regulasi glukosa darah juga sudah baik. Pemantauan status glikemik jangka

panjang dalam DM dapat dilakukan dengan suatu pengukuran protein

terglikasi dalam bentuk HbA1c, dimana akan diketahui kualitas pengendalian

glukosa darah jangka panjang antara 2-3 bulan (Soegondo, 2004). Hba1c juga

direkomendasikan sedikitnya 2 kali setahun apabila sasaran pengobatan

belum tercapai maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan HbA1c 4 kali

setahun (Indriyanti,2013).

Berdasarkan Waspaji dalam Soesilowati, 2012; menjelaskan bahwa bila

kadar glukosa darah berada pada kisaran normal antara 70-140 mg% selama
2-3 bulan terakhir, maka hasil tes HbA1C akan menunjukan nilai normal.

Karena pergantian hemoglobin yang lambat, nilai HbA1C yang tinggi

menunjukan bahwa kadar glukosa darah tinggi selama 4-8 minggu.

Pemeriksaan kadar HbA1c biasanya ditujukkan untuk penderita DM

kronis, pemeriksaan ini sudah rutin dilakukan di Laboratorium Klinik Maxima

yang merupakan salah satu Laboratorium swasta di Kota Kendari. Pasien DM

dengan rutin melakukan pemeriksaan kadar HbA1c dan kadar GDP (Gula

Darah Puasa), oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan kadar

HbA1c dan GDP di Laboratorium Klinik Maxima.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan

kadar HbA1C dan GDP pada pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2 di

Laboratorium Maxima Kendari?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kadar HbA1C dan GDP (Gula Darah

Puasa) pada pasien penderita Diabetes melitus tipe 2 di Laboratorium Maxima

Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai kadar HbA1c pada pasien penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Laboratorium Klinik Maxima Kendari.

b. Untuk mengetahui nilai kadar GDP pada pasien penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Laboratorium Klinik Maxima Kendari.


D. Manfaat Penelitian

Penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

khususnya dibidang kimia darah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman

secara langsung dalam merencanakan, melaksanakan, dan

melaporkan hasil penelitian serta menambah pengetahuan dalam

bidang kimia darah.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan ajar bagi

dosen dan kalangan mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih

lanjut.

E. Kebaruan Penelitian
Tabel 1. Kebaruan Penelitian

No. Nama dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


Fahmiyah, dkk (2016)
1. Faktor yang Kadar GDP Dan Peneliti
Mempengaruhi Kadar Gula Pasien Diabetes menggunakan
Darah Puasa Pasien Melitus Tipe II. sampel dari pasien
Diabetes Melitus tipe II di DM tipe 2 yang
Poli Diabetes RSUD Dr. melakukan
Soetomo Surabaya pemeriksaan
Menggunakan Regresi HbA1c dan hasil
Probit Biner yang abnormal.
Dan metode yang
digunakan yaitu
Kuantitatif
(Purposive
Sampel).

2. Hartini (2016) Hubungan HbA1C, dan Pada penelitian ini


HBA1c Terhadap Kadar penderita diabetes menggunakan
Glukosa Darah Pada melitus. metode kuantitatif
Penderita Diabetes (Purposive Sampel)
Mellitus Di RSUD. Abdul dengan
Wahab Syahranie menggunakan
Samarinda Tahun 2016. sampel dari pasien
DM tipe 2 yang
melakukan
pemeriksaan GDP
dengan hasil yang
abnormal.

3. Sihombing, dkk (2019) Kadar Hb1 AC Penelitian ini


Analisa Kadar Hba1c Pada pada penderita menggunakan hasil
Penderita Diabetes Melitus diabetes melitus pemeriksaan GDP
Tipe 2 Di Rsu Martha tipe II. abnormal pada
Friska Multatuli Medan. pasien penderita
DM tipe 2 sebagai
sampel dan
menggunakan
metode kuantitatif
(Purposive
Sampel).

4. Driyah, dkk (2016) Kadar Hb1Ac Hasil pemeriksaan


Hubungan Antara HbA1c GDP yang
Dengan LDL-K dan diperoleh dengan
Albuminuria pada nilai abnormal
Penderita DM dengan pada pasien
Riwayat Komplikasi penderita DM tipe 2
Jantung Koroner. digunakan sebagai
sampel dan
menggunakan
metode kuantitatif
(Purposive
Sampel).
5. Hubungan Kadar HbA1c Kadar HbA1c pada Pada penelitian ini
Pada Pasien Diabetes pasien diabetes sampel yang
Melitus Tipe II dengan mellitus tipe II digunakan yaitu
Kejadian Azotemia Di RS hasil pemeriksaan
Angkatan Laut Dr. GDP pada pasien
Ramelan Surabaya diabetes mellitus
tipe II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid

dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi

insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin

oleh sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 2009 ).

Definisi lain menyatakan bahwa diabetes melitus merupakan suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya

yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja

atau sekresi insulin (ADA, 2010).

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang tidak

menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila

pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan

secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat.

Diabetes Melitus terjadi jika kadar gula dalam darah terlalu tinggi.

Tubuh menggunakan glukosa untuk energi, bahan bakar untuk

menjalankan berbagai aktifitas tubuh. Tubuh akan mengubah sebagian


besar makanan menjadi glukosa. Darah sebagai pembawa glukosa akan

mengantarkannya ke sel-sel seluruh tubuh. Glukosa membutuhkan insulin

untuk masuk ke sel-sel tubuh. Insulin adalah hormon yang diproduksi

dalam pankreas. Pankreas melepaskan insulin ke dalam aliran darah dan

insulin akan membantu glukosa, dari makanan masuk ke dalam sel-sel

tubuh dan membukakan pintu-pintu sel agar gula darah dapat

memasukinya. Jika tubuh tidak membuat cukup insulin atau insulin tidak

bekerja dengan baik, glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel, sehingga

tetap dalam darah. Hal ini membuat kadar gula dalam darah menjadi tinggi,

dan menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Jika tidak terkontrol, diabetes

bisa menyebabkan kebutaan, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan

kerusakan saraf. Diabetes pada wanita dapat menyebabkan masalah

selama kehamilan dan membuatnya lebih rentan akan melahirkan bayi

dengan cacat lahir.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus (DM) tipe I sering dikategorikan seagai kelainan

terhadap system imun/kekebalan tubuh. Hal tersebut dikarenakan pada

DM tipe 1, sistem kekebalan tubuh merusak sel penghasil hormon

insulin yang terdapat dipankreas. DM tipe 1 terjadi saat tubuh

kekurangan hormon insulin, sehingga kadar glukosa ( gula darah )

meningkat hingga diatas normal. Penderita DM tipe 1 hanya


memproduksi insulin dalam jumlah yang sangat sedikit atau bahkan

tidak sama sekali (Amran, dkk 2018).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat

insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun

atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh

sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai

non insulin dependent diabetes mellitus.

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik

yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin

(resistensi insulin) (Fatimah,2015).

3. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2

Kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita

lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki

peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset

Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di

Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian

diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi

kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang

menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita

diabetes mellitus tipe 1.


4. Patofisologi

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang

berperan yaitu :

a. Resistensi insulin

Suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat menggunakan gula

darah dengan baik dikarenakan atau disebabkan oleh terganggunya

respon sel tubuh terhadap insulin.

b. Disfungsi sel β pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya

sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak

mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut

sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari

obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita

diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang

berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel β langerhans secara

autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada

penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.

Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel β

menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya

sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak

ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi

kerusakan sel-sel β pankreas. Kerusakan sel-sel β pankreas akan

terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,


sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada

penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua

faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Dwikayana,

dkk 2016).

5. HbA1C

Hemoglobin A1c atau HbA1c adalah komponen minor dari

hemoglobin yang berikatan dengan glukosa. HbA1c disebut sebagai

glikosilasi atau hemoglobin glikosilasi atau glycohemoglobin. Hemoglobin

adalah pigmen pembawa oksigen yang memberikan warna merah pada sel

darah merah dan juga merupakan protein dominan dalam sel darah merah

( Que, dkk 2013 ).

Komponen utama hemoglobin adalah hemoglobin A (Adulf/dewasa),

yaitu sekitar 90% dari total komponen hemoglobin. Komponen minor

hemoglobin adalah hemoglobin A2 / HbA2 dan HbF, yang merupakan hasil

rantai gen hemoglobin yang berbeda δ dan Υ. Komponen minor lainnya

adalah modikasi post-translasional hemoglobin A yaitu A1a, A1b dan A1c .

Hemoglobin A1c merupakan komponen minor paling besar dari sel darah

manusia, normalnya 4% dari total hemoglobin A. HbA1c adalah istilah

secara internasional untuk glycosylatedhemoglobin / glycated

hemoglobinum yang direkomendasikan oleh ADA. HbA1c (Hemoglobin

Adulf 1c) merupakan derivat adulf hemoglobin (HbA), dengan penambahan

monosakarida (fruktosa atau glukosa) yang merupakan subtipe utama dan

fraksi terpenting yaitu sekitar 4-5% dari total hemoglobin yang banyak
diteliti di antara tiga jenis HbA1 (HbA1a,b dan c). Hemoglobin A1c

merupakan ikatan antara hemoglobin dengan glukosa sedangkan fraksi-

fraksi lain merupakan ikatan antara hemoglobin dan heksosa lain (Rahayu,

2014).

Struktur molekuler HbA1c adalah N-(1-doxy)-fructosyl-hemoglobin

atau N-(1- deoxyfructose-1-yl) hemoglobin beta chain. Hemoglobin A1c

adalah glukosa stabil yang terikat pada gugus N-terminal pada rantai

HbA0, membentuk suatu modifikasi post translasi sehingga glukosa

bersatu dengan kelompok amino bebas pada residu valin N-terminal rantai

β hemoglobin. Schiff base yang dihasilkan bersifat tidak stabil, kemudian

melalui suatu penyusunan ulang yang ireversibel membentuk suatu

ketoamin yang stabil. Glikasi dapat terjadi pada residu lisin tertentu dari

hemoglobin rantai α dan β, glikohemoglobin total atau total hemoglobin

terglikasi yang dapat diukur, dikenal dengan HbA1c. Glikasi hemoglobin

tidak dikatalisis oleh enzim, tetapi melalui reaksi kimia akibat paparan

glukosa yang beredar dalam darah pada sel eritrosit. Laju sintesis HbA1c

merupakan fungsi konsentrasi glukosa yang terikat pada eritrosit selama

pemaparan. Konsentrasi HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa

darah dan usia eritrosit, beberapa penelitian menunjukkan adanya

hubungan antara konsentrasi HbA1c dan rata-rata kadar glukosa darah

(Rahayu, dkk 2014 ).


Gambar 2.1 Struktur HbA1c ( Rahayu, 2014).

Kadar HbA1c normal adalah 3,5%-5%. Kadar rata-rata glukosa

darah 30 hari sebelumnya merupakan kontributor utama HbA1c. Kontribusi

bulanan rata-rata glukosa darah terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari

terakhir, 25% dari 30-60 hari sebelumnya dan 25% dari 60- 120 hari

sebelumnya. Hubungan langsung antara HbA1c dan rata-rata glukosa

darah terjadi karena eritrosit terus menerus terglikasi selama 120 hari masa

hidupnya dan laju pembentukan glikohemoglobin setara dengan

konsentrasi glukosa darah, oleh sebab itu pengukuran HbA1c penting

untuk kontrol jangka panjang status glikemi pada pasien diabetes (Putri,

2016).

6. GDP (Gula Darah Puasa)

GDP (Gula Darah Puasa) adalah gula darah seseorang yang diperiksa

setelah menjadi puasa selama 10-12 jam. Kadar GDP menjadi salah satu

pedoman dalam melakukan diagnosis DM. Jika hasil pemeriksaan kadar

GDP ≥ 126 mg/dl dan terdapat keluhan khas DM, diagnosis DM dapat

ditegakkan. Dengan demikian, kadar GDP yang buruk adalah kadar GDP ≥
126 mg/dl atau dalam penelitian akan disebut dengan GDP tidak terkendali.

Kondisi gula darah yang tidak terkendali dapat memicu timbulnya

komplikasi akibat DM tipe 2 (Fahmiyah, 2016).

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi GDP (Gula Darah Puasa)

Kadar GDP (Gula Darah Puasa) dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik,

faktor yang berpengaruh secara langsung maupun yang tidak langsung.

Faktor yang berpengaruh secara langsung yaitu konsumsi gula. Konsumsi

gula murni seperti gula pasir, gula batu, gula aren berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan GDP (Gula Darah Puasa) (Erikson, 2015). Adapun

faktor yang mempengaruhi GDP (Gula Darah Puasa) secara tidak

langsung meliputi faktor resiko DM tipe 2 diantaranya yaitu usia, jenis

kelamin, riwayat keluarga diabetes, tingakat aktifitas fisik, tingkat

pendidikan dan pengetahuan tentang diabetes, pola konsumsi pangan,

obesitas dan stress (Ratnasari, 2018).

8. Perbedaan antara GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS (Gula Darah

Sewaktu

Pemeriksaan kadar GDP Gula Darah Puasa) adalah pemeriksaan yang

dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam. Pemeriksaan ini

bertujuan unutuk mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoglikemik.

Standarnya pemeriksaan ini dilakukan minimal 3 bulan sekali. Kadar gula

normal pada saat puasa adalah 70-100 mg/dl. Menurut IDF, ADA, dan

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) telah sepakat bahwa

apabila kadar gula darah pada saat puasa diatas 7,0 mmol/dl (126 mg/dl)
dan 2 jam sesudah makan diatas 11,1 mmol/dl (200 mg/dl) maka

seseorang mengalami DM (Rahmawati, 2010)

Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah

yang dilakukan setiap waktu, tanpa ada syarat puasa dan makan.

Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak 4 kali sehari pada saat sebelum

makan dan sebelum tidur sehingga dapat dilakukan secara mandiri.

Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu tidak menggambarakan

pengendalian DM jangka panjang (pengendalian gula darah selama kurang

lebih 3 bulan). Normalnya hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu

berkisar antara 80-144 mg/dl. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengatasi

permasalahan yang mungki n timbul akibat perubahan kadar gula secara

mendadak (Rahmawati, 2010).

B. TINJAUAN EMPIRIS

1. Penelitian oleh Sihombing (2019), Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Sari Mutiara Indonesia. Analisa Kadar Hba1c (Hemoglobin

Glikosilasi) Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, hasil dari penelitian ini diperoleh 20

sampel dimana 8 sampel dengan kadar HbA1c 10,9% dengan kriteria

pengendalian DM buruk, 4 sampel dengan kadar HbA1c 7% dengan

kriteria pengendalian DM sedang, dan 8 sampel dengan kadar HbA1c 5,6%

dengan kriteria pengendalian DM baik. Untuk mendapatkan pengendalian

DM yang baik, sebaiknya diabetes melakukan pemeriksaan HbA1c setiap 3

bulan sekali sebagai bagian dari pengelolaan diabetes.


2. Penelitian oleh Hartini (2016), Jurusan Analis Kesehatan Politeknik

Kemenkes Kalimantan Timur. Hubungan HBA1c Terhadap Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di RSUD. Abdul Wahab Syahranie

Samarinda Tahun 2016, hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kadar

HBA1c terhadap kadar gula darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu

(GDS) dengan nilai p-Value 0,01.

3. Penelitian Oleh Anggraheni (2018), Program Studi D IV Analis Kesehatan

Fakultas Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Semarang. Hubungan Kadar Glukosa Darah, Glukosa 2 Jam Post Prandial

Dengan HbA1C Pada Diabetes Melitus Tipe 2, hasil penelitian ini rata-rata

GDP 192,5 mg/dl, rata-rata kadar GD2JPP 250,03 mg/dl dan rata-rata

kadar HbA1C 7,18 %. Antara GDP dengan GD2JPP memberikan hasil

korelasi (r = 0,992 ; p<0,000), kadar GDP dengan HbA1C memberikan

hasil korelasi bermakna (r = 0,563 ; p<0,001), GD2JPP dengan HbA1c

memberikan korelasi bermakna (r = 0,610 ; p<0,000 sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan antara GDP, GD2JPP dan HbA1C. Semakin

tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi kadar HbA1C.


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. DASAR PIKIR PENELITIAN

Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu golongan penyakit DM yang

disebabkan oleh resistensi insulin hingga terjadi kenaikan gula darah. Dapat

pula diakatakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah

akibat dari penurunan sekresi insulin oleh sel β pancreas atau gangguan

fungsi insulin.

Pemantauan kadar glukosa secara rutin pada penderita DM tipe II dapat

dilakukan melalui pemeriksaan kadar HbA1C dan pemeriksaan glukosa darah

puasa (GDP) dengan puasa 8-12 jam. Kadar HbA1C yang tinggi

mengimplikasikan bahwa kadar glukosa pada penderita DM terakumulasi

tinggi secara berkepanjangan, dimana pada penderita DM tipe 2 terjadi

gangguan fungsi insulin atau resistensi insulin yang dapat menyebabkan

pengaturan masuknya glukosa dari darah kedalam sel terganggu sehingga

glukosa darah tetap tinggi.

Korelasi kadar HbA1C dengan glukosa darah yaitu karena pada DM

tipe 2 terjadi hiperglikemia yaitu kadar glukosa dalam darah mengalami

peningkatan yang menyebabkan eritrosit terus menerus terglikasi selama 120

hari. Sehingga hemoglobin yang mengikat banyak glukosa menyebabkan

kadar HbA1C meningkat, yang dimana HbA1C adalah suatu glikohemoglobin

yang diikat oleh hemoglobin A.


Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP) dilakukan yaitu untuk

mengetahui glukosa darah pada saat dilakukan pemeriksaan atau dapat

disebut juga pemeriksaan saat sekarang, serta untuk mengetahui efektifitas

terapi obat. Pemeriksaan HbA1C untuk mengetahui kontrol glikemik selama 2-

3 bulan sebelum pemeriksaan sehingga dapat digunakan untuk menentukan

kontrol glikemik dan juga mengontrol penderita DM tipe 2 yang terkontrol atau

tidak terkontrol.
Struktur kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Diabetes
Melitus Tipe 2

Gula darah

GDS (Gula HbA1C GDP (Gula GD2PP (Gula


Darah (Hemoglobin Darah Darah 2 Post
Sewaktu) A1C) Puasa) Prandial)

Analisis Data

Hasil

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Pikir

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

: Berpengaruh
BAGAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kadar HbA1c

Pasien DM tipe
2 Kadar GDP
(Gula Darah
Puasa)

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

B. VARIABEL PENELITIAN

Variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas : Variabel bebas atau variabel independent adalah pasien

DM tipe 2.

Variabel terikat : Variabel terikat atau variabel dependent adalah kadar

Gula Darah Puasa (GDP) dan HbA1c.

DEFINISI OPERASIONAL

1. DM tipe 2 merupakan penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta

ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi atau di atas nilai normal.

2. HbA1C merupakan pemeriksaan rutin untuk melihat kadar gula darah

dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.


3. GDP (Gula Darah Puasa) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

melihat konsentrasi glukosa darah pada saat diukur dan sangat

dipengaruhui oleh makanan, olah raga dan obat yang baru diminum.

C. KRITERIA OBJEKTIF

Indikator penilaian dalam penelitian ini adalah:

1. HbA1c

Normal : 5,7 - 6,4 %

Abnormal : > 6.5 %

2. GDP (Glukosa Darah Puasa)

Normal : 70 – 100 mg/dl.

Abnormal : > 100 mg/dl.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada hubungan HbA1c dan GDP pada penderita diabetes melitus

tipe II di Laboratorium Klinik Maxima Kendari.

H1 : Ada hubungan HbA1c dan GDP pada penderita diabetes mellitus tipe 2

di Laboratorium Klinik Maxima Kendari.


BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional

analitik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antar variabel

yaitu dengan melakukan analisis kadar hubungan HbA1c dan GDP (Gula

Darah Puasa) pada pasien penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

B. WAKTU DAN TEMPAT

1. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 13 Agustus – 2 September

2021.

2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Klinik Maxima Kendari.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 43 pasien penderita DM tipe 2

yang melakukan pemeriksaan kadar HbA1c dan GDP (Gula Darah Puasa)

per 3 bulan dengan hasil pemeriksaan abnormal.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel yang diperoleh dari

metode kuantitatif (Purposive Sampling) dan rumus Slovin.


a. Rumus Besar Sampel (Rumus Slovin)
𝑁
n = 1+𝑁.𝑒 2

( Sumber Firdaus, 2021)

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumalah Sampel

e = Batas Kesalahan (Error Tolerance)

𝑁
n = 1+𝑁.𝑒 2

43
= 1+43 .0,102

43
= 1+423 0,01

43
= 1+0,43

43
= 1,43

= 30,0

D. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik atau persyaratan umum yang

dihadapkan peneliti untuk bisa memenuhi objek penelitian (Sani, 2018).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah darah pada pasien penderita DM

tipe 2 yang melakukan pemeriksaan Hba1c dan GDP sebagai objek

penelitian.
2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik dari populasi yang dapat

menyebabkan subjek memenuhi kriteria inklusi namun tidak disertakan

menjadi objek penelitian (Sani, 2018). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah darah dari pasien yang melakukan pemeriksaan HbA1c dan GDP

sebagai pemantauan pada pengobatan diabetes melitus.

E. INSTRUMENT PENELITIAN

1. Alat dan Bahan Penelitian.

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel

berikut :

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Fungsi

1. Tabung tutup ungu (EDTA) Untuk pemeriksaan HbA1C.

2. Tabung tutup merah Untuk pemeriksaan Gula Darah


Puasa (GDP).
3. Chemistry Analyzer TRX 7010 Untuk menentukan kadar Gula
Darah Puasa (GDP).
4. Alere Afinion TM Untuk menentukan kadar
HbA1c.
5. Sentrifuge Untuk memperoleh serum.

6. Roller Untuk menghomogenkan darah.


b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel

berikut :

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Bahan Fungsi


1. Kapas Alkohol Untuk desinfeksi.
2. Vacumtainer/Spoit 3 ml Untuk pengambilan darah.
3. Torniquet Untuk mengontrol aliran darah
pada vena.

2. Prosedur Kerja

A. Gula Darah Puasa (GDP)

• Pra Analitik

Persiapan pasien : Pasien puasa selama 8-10 jam.

Persiapan sampel : Serum

Prinsip kerja : cahaya dilewatkan dengan panjang gelombang

tertentu pada suatu objek kaca atau wadah yang disebut kuvet, yang

membedakan yaitu cara pengoperasian alat dan penggunaan filter

sebagai monokromatornya.

Analitik

Running di alat TRX 7010.

• Pasca Analitik

Normal : 70-100 mg/dl.


B. HbA1C

• Pra Analitik

Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus.

Persiapan sampel : darah vena dengan antikoagulan (EDTA).

Prinsip kerja : Mengukur persentasi hemoglobin sel darah merah

yang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya berarti control

gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi semakin tinggi.

• Analitik

Running di alat Alere Afinion TM.

• Pasca Analitik

Normal : <5,7 - 6,4 %

DM : > 6,5%.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian terdiri dari :

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pemeriksaan langsung

pada sampel darah di laboratorium dengan prosedur yang telah ditetapkan.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan buku-

buku dan jurnal yang berhubungan dalam penyusunan proposal penelitian.


G. Pengelolaan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan

penelitian setelah pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan bertujuan

untuk mengolah data yang masih mentah dengan sedemikian rupa

sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian. Dalam pengolahan data terdapat tiga tahap,

yaitu :

a. Coding

Coding yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh dari

hasil pengambilan sampel dilaboratorium.

b. Editing

Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi

kesalahan.

c. Tabulasi

Tabulasi yaitu menyusun data-data ke dalam tabel sesuai

dengan kategorinya untuk selanjutnya dianalisa.

2. Analisis data

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan program

computer SPSS. Kemudian, uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk dan

diperoleh data terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji statistic

parametric yaitu uji korelasi pearson untuk melihat adanya hubungan

antara kadar GDP dan HbA1C dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 atau
nilai p ≥ 0.05. setelah itu, uji ketidaknormalan dengan uji Spearman dan

diperoleh data distribusi tidak normal sehingga akan terlihat tidak adanya

hubungan antara kadar GDP dan HbA1C dengan tingkat kemaknaan α =

0.05 atau nilai p ≤ 0.05, yang akan digunakan untuk penarikan kesimpulan

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang adanya rekomendasi

dari pihak kepihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi

tempat penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan selanjutnya dilakukan

penelitian dengan menetapkan masalah etika penelitian meliputi:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memeberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan unutk menjadi responden. Tujuan

Informed consent adalah agar subjek menegerti maksud dan tujuan

penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonyme (tanpa nama)

Dilakukan dengan cara tidak memeberikan nama pada lemebar alat ukur,

hanya menuliskan kode pada lemebar pengumpulan data.


3. Confidentiality

Kerahasian informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik untuk melihat

hubungan kadar HbA1c dan GDP (Gula Darah Puasa) pada pasien DM tipe 2

di Laboratorium Klinik Maxima Kendari. Penelitian yang dilaksanakan di

Laboratorium Maxima kendari Daerah Sulawesi Tenggara pada tanggal 13

Agustus sampai dengan 2 September 2021 diperoleh 30 sampel kadar HbA1c

dan GDP penderita pasien diabetes mellitus tipe 2.

Tabel 4. Hasil Penelitian HbA1C dan GDP di Laboratorium Maxima


Kendari

Variabel Jumlah Minimum Maksimum Mean


Sampel
GDP 30 100 mg/dl 429 mg/dl 184,8
HbA1c 30 6,8% 15,0% 10,2
(Sumber : Data primer, 2021)
Tabel 5. Hasil analisis Statistik HbA1c dan GDP

Analisis Statistik GDP HbA1c


Uji Normalitas 0.000 0.071
(Tidak Normalitas) (Normalitas)

Uji Spearman 0.000


(Nilai p<0.050)

Koefisien 0.667
Korelasi (Korelasi Positif)

(Sumber : Olahan Data SPSS 20, 2021).

Data yang sudah dianalisis secara deskriptif kemudian dilakukan uji

normalitas. Uji normalitas dengan Shapiro wilk menunjukkan distribusi data


yang tidak normal pada GDP. Hal ini terlihat dari nilai sig < 0.050. Uji

normalitas menujukkan bahwa distribusi data tidak normal, maka metode

korelasi yang digunakan adalah spearman.

Nilai signifikan < 0.050 pada uji korelasi spearman menujukkan adanya

korelasi antara variabel. GDP dan HbA1c memberikan hasil bermakna

(p=0.000; p<0.050). Adanya korelasi signifikan antara GDP dan HbA1c,

menunjukkan bahwa ada hubungan antara GDP dan HbA1c.

B. Pembahasan

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang

menyebabkan peningkatan glukosa darah diakibatkan karena pengurangan

sekresi insulin atau gangguan fungsi insulin itu sendiri. Diabetes melitus juga

merupakan penyakit kronis/menahun yang ditandai dengan meningkatnya

glukosa darah melebihi normal dan disertai gangguan metabolik lainnya yaitu

gangguan glukosa, lemak dan protein yang disebabkan sekresi insulin baik

relatif maupun absolut (Wahyuni, 2018).

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

insulin atau berkurangnya efektivitas insulin. Hal ini ditandai dengan

hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa melebihi normal. Diabetes

ditandai dengan kondisi hiperglikemia berlangsung terus-menerus. Insulin

adalah hormon yang dibentuk oleh pankreas. Pankreas mengeluarkan insulin

ke dalam aliran darah. Insulin membantu glukosa untuk dapat masuk ke dalam

sel. Insulin menurunkan jumlah gula di dalam darah (Health, 2012).


Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena kekurangan insulin, dimana

tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang

dihasilkan tidak dapat bekerja secara memadai. Hal ini menyebabkan tubuh

memiliki masalah dalam mengubah karbohidrat menjadi energi sehingga

terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah (Health, 2012).

Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk

dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan kadar

glukosa darah yang terkontrol, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala

diabetes mellitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diabetes melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya

saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid

maupun HbA1c (Soewondo, 2002).

Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang

terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung

konstan, karena penganturan karbohidrat yang baik. Pengaturan kadar

glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormone yang menaikkan glukosa

darah oleh hormone glukagon, hormone epinefrin, hormone glukkortikoid, dan

hormone pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam

sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan

glukoagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan

sekresi insulin dan peningkatan glucagon (Soeryodibroto, 2000).

Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat

dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh


melalui 2 cara yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah maka glukosa akan

disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya bila glukosa

darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan di bawa ke hati dan diubah

menjadi glikogen atau masuk ke otot diubah menjadi glukogen otot (Musaira,

2003).

Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah makhluk

hidup dan terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai

glikogen dihati dan otot rangka. Gula darah adalah bahan bakar utama dalam

jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi, kadar glukosa

darah sangat erat kaitannya dengan penyakit DM. Gula Darah Puasa (GDP)

adalah gula darah seseorang yang diperiksa setelah menjalani puasa selama

10-12 jam.

Kadar glukosa darah yang baik belum tentu dapat menggambarkan

bahwa regulasi glukosa darah juga sudah baik. Kadar HbA1c meningkat yaitu

dapat disebabkan oleh pola makan, pola hidup, dan pasien DM tersebut telah

melakukan perawatan maupun pengobatan. Pemantauan status glikemik

jangka panjang penderita DM dapat dilakukan dengan suatu pengukuran

protein terglikasi dalam bentuk HbA1c, dimana akan diketahui kualitas

pengendalian glukosa darah jangka panjang 2-3 bulan (Soegondo dkk, 2004).

HbA1c merupakan zat yang berasal dari glukosa yang berikatan

dengan hemoglobin A tepatnya pada N-terminal valine pada rantai beta

hemoglobin melalui reaksi non enzimatik. Dikatakan reaksi non enzimatik

karena reaksinya tidak menggunakan enzim, tetapi melalui proses kimia akibat
paparan glukosa yang beredar didalam sirkulasi terhadap sel darah merah.

HbA1c tersimpan dalam eritrosit dan akan terurai bersamaan dengan masa

akhir hidup eritrosit itu sendiri (Rahayu, dkk 2014).

HbA1c juga kadang-kadang disebut sebagai hemoglobin glikosilasi

pada pasien diabetes, yang dimana pemeriksaan ini berfungsi untuk mengukur

rata-rata jumlah hemoglobin A1c yang berikatan dengan gula darah (glukosa)

selama tiga bulan terakhir. Apabila sasaran pengobatan belum tercapai maka

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan HbA1c 4 kali setahun

(Indriyanti,2013).

Pemeriksaan HbA1c akan mengukur persentase sel darah merah yang

memiliki hemoglobin yang berikatan dengan gula. Saat gula memasuki aliran

darah, gula akan menempel pada hemoglobin (protein yang ada di dalam sel

darah merah). Pada kondisi normal, setiap orang memiliki sedikit gula yang

berikatan dengan hemoglobin. Ketika seseorang memiliki kadar gula darah

yang lebih tinggi maka gula yang berikatan dengan hemoglobin juga akan

semakin banyak. Hemoglobin yang berikatan dengan gula akan disebut

hemoglobin A1c (HbA1c).

Metode yang digunakan untuk menentukan pengontrolan glukosa pada

semua tipe diabetes adalah pengukuran glikat hemoglobin. Hemoglobin pada

keadaan normal tidak mengandung glukosa pertama kali keluar dari sum-sum

tulang. Selama 120 hari masa hidup hemoglobin dalam eritrosit, normalnya

hemoglobin sudah mengandung glukosa. Bila kadar glukosa meningkat diatas

normal, maka jumlah glikat hemoglobin juga akan meningkat. Karena


pergantian hemoglobin yang lambat, nilai hemoglobin yang tinggi

menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tingggi selama 4 hingga 8 minggu

(Price, dkk 2005).

Cek gula darah HbA1c atau hemoglobin A1c berbeda dengan tes gula

darah puasa. Cek gula darah puasa menunjukkan kadar gula darah sesaat

atau saat itu. Ceknya terukur dalam darah setelah puasa delapan jam.

Sementara itu, cek gula darah HbA1c menunjukkan kadar gula darah rata-rata

dalam 2-3 bulan. Durasi ini sesuai dengan siklus hidup sel darah merah yaitu

tiga bulan. Dengan kata lain, pemeriksaan HbA1c ini lebih akurat untuk

menggambarkan kadar gula darah dalam waktu cukup lama.

Cek HbA1c ini akan mengukur tingkat HbA1c (hemoglobin A1c) dalam

darah. HbA1c atau hemoglobin terglikasi merupakan hemoglobin yang

berikatan dengan glukosa darah. Di dalam tubuh, glukosa secara alami akan

mengikat dengan hemoglobin yang berada di dalam sel darah merah.

Hemoglobin sendiri merupakan protein yang mengandung zat besi di dalam

sel darah merah yang tugasnya mengangkut oksigen.

Dalam penelitian Soewondo 2009, mengatakan bahwa hasil

pemeriksaan HbA1c mencerminkan rata-rata kadar glukosa darah dalam

jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. Dalam penelitian Slamet 2007,

menyatakan bahwa korelasi antara kadar glukosa darah dan kadar HbA1c

pada DM terjadi karena adanya hiperglikemia, yaitu suatu keadaan dimana

kadar glukosa dalam darah mengalami peningkatan. Peningkatan


menyebabkan proses glikasi (pengikatan glukosa oleh hemoglobin) semakin

cepat dan meningkat.

Dalam penelitian Suyono 2007, menyatakan bahwa jika hemoglobin

yang mengikat banyak glukosa maka kadar HbA1c juga akan meningkat

dimana HbA1c ini adalah suatu glycohemoglobin yang diikat oleh hemoglobin

A. Sedangkan Di Laboratorium Klinik Maxima didapatkan glukosa darah puasa

tinggi tetapi tidak selalu diikuti HbA1c yang tinggi pula.

Berdasarkan hasil uji spearman diperoleh bahwa N atau jumlah data

penelitian adalah 30, kemudian nilai sig.(2-tailed) adalah 0.000 menunjukan

adanya hubungan antara HbA1c dan GDP pada pasien DM tipe 2 di

Laboratorium Klinik Maxima Kendari. Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa terkait dengan masa hidup eritrosit yang

berlangsung selama 120 hari, HbA1c atau sel darah merah terglikasi dianggap

dapat mempresentasikan kualitas kadar glukosa darah untuk jangka panjang

yaitu sekitar 2-3 bulan sebelumnya dan tidak terpengaruh oleh keadaan gula

darah harian yang umunya sangat fluktuatif (Paputungan, 2014).

Koefisien korelasi antara HbA1c dan GDP adalah 0.667 yang

menunjukan korelasi positif. Hasil ini didukung dengan penelitian sebelumnya

oleh ADA (2011) yang menyatakan bahwa kadar HbA1c berkorelasi positif

dengan rata-rata GDP pada pasien DM tipe 2 yang berarti setiap kenaikan

persentase HbA1c bermakna kenaikan pula pada GDP pasien penderita DM

tipe 2.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil adanya

hubungan antara kadar HbA1c dan GDP pada pasien penderita DM tipe 2

dengan nilai signifikan 0.000; p < 0.050.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, dapat disarankan bahwa diperlukan penelitian

lebih lanjut mengenai hubungan kadar HbA1c dengan GDP terkait lama

menderita dan lama terapi DM tipe 2.


DAFTAR PUSTAKA

Amran, P., Rahman. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan HbA1c Pada Penderita
Diabetes Melitus di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal Media Analis
Kesehatan, Vol. 9 No. 2 Hal : 149-155.
Anggraheni, Deasy. 2018. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa, Glukosa 2 Jam
Post Prandial Dengan HbA1C Pada Diabetes Melitus Tipe 2. Thesis.
Universitas Muhammadiyah Semarang : Semarang.
[ADA] American Diabetes Association. 2010. Standars Of Medical Care In Diabetes
Amran , Prawansa. Rahman. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan HbA1C Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal
Medis Analis Kesehatan, Vol. 9 No. 2 Hal. 149-155
[IDF] Internasional Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas 8th Edition.
Brussels : International Diabetes Federation
Driyah, Srilaning., Rachmawati, Banundari., Asti, Herniah. 2016. Hubungan Antara
HbA1c Dengan LDL-K Dan Albuminuria Pada Penderita DM Dengan Riwayat
Komplikasi Jantung Koroner. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia Vol. 5 No. 2
Dwikayana. Subawa, N. Yasa. 2016. Gambaran HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Dengan Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik Di Poliklinik Penyakit Dalam. Jurnal
UNUD. Vol. 5 No. 7
Erikson. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Fahmiyah, Indah . Latra, Nyoman I. 2016. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula
Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus tipe II di Poli Diabetes RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner. Jurnal Sains Dan Seni
ITS, Vol. 5 No. 2 Hal. 457-461
Fatimah, Noor R. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority, Vol. 4 No. 5 Hal. 93-101
Hartini,Supri. 2016. Hubungan HBA1c Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus di RSUD. Abdul Wahab Syahranie Samarinda
Tahun 2016. Jurnal Husada Mahakam, Vol. 4 No.3 Hal 171-180
Health, Viva. 2012. Diabetes Melitus. Artikel Kesehatan : Yogyakarta.
Indriyanti, Sulistyarini, Mulyani. 2013. Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di wilayah
Puskesmas Bukateja Purbalingga. Semarang
[KEMENKES] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Situasi dan Analisis
Diabetes, Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Musaira, Mira. 2002. Gambaran Epidemiologi DM dan Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Anggota Klub
Persadia RS. Islam Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta
Price, Sylvia. 2006. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Putri. Larasati. 2013. Hubungan Obesitas Dengan Kadar HbA1c Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Medical Journal Of Lampung University Vol.15 No. 6
Rahayu, Sri. Harsinem, S. 2014. Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c Pada
Pengelolaan Diabetes Melitus. Sub Bagian Penyakit Endoktrin Metabolik
Diabetes Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin : Makassar
Ramadhan, N. Marissa, N. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Berdasarkan Kadar HbA1C di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Jurnal
Penelitian Kesehatan, Vol 2. No. 2 Hal 49-56
Rahmawati, Ova. 2010. Hubungan Latihan Jasmani Terhadap Kadar Glukosa Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
Ratnasari, Isnaini, Nur. 2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Tipe
Dua. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyah, Vol. 14 No. 1 Hal. 59-68
Sani, Abdullah., Ridwan. 2018. Penelitian Pendidikan. Tanggerang : TSMart.
Sihombing ,Ria J. Margareta, Eka. 2019. Analisa Kadar HBA1c Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU Martha Friska Multatuli Medan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup , Vol. 1 No. 2 Hal. 422-433
Slamet.,Suyono. 2007. Patofisiologi Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Soesilowati. 2012. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Jakarta: IGC
Soegondo. 2004. Peranan Pemeriksaan Hemoglobin A1c Pada Pengelolahan
Diabetes Melitus. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soewondo,P.2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta
Que, A., Sutirta, Y., Wiradewi, L.2013. Gambaran Hasil Pemeriksaan Kadar HbA1C
Pada Penderita Diabetes Melitus Di Laboratorium Rumah Sakit Umum Surya
Husadha. E-Jurnal Medika Udayana, Vol. 2 No. 3
Wahyuni, Sri. 2018. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diabetes
Melitus (DM) Daerah Perkotaan Di Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
WHO and International Diabetes Federation. 2009. Definition and Diagnosis Of
Diabetes Melitus and Intermediate Hyperglycemia. Atlas Diabetes
LAMPIRAN IZIN DARI LPPM
LAMPIRAN IZIN DARI KESBANGPOL
LAMPIRAN IZIN SELESAI PENELITIAN DARI LABORATORIUM KLINIK MAXIMA

KENDARI
LAMPIRAN HASIL PENELITIAN

Kode Sampel GDP HbA1c

A1 166 11,2
A2 196 10,0
A3 226 13,2
A4 212 8,8
A5 162 10,6
A6 100 6,8
A7 347 15,0
A8 143 10,8
A9 213 10,9
A10 200 13,4
A11 226 12,3
A12 138 8,2
A13 195 8,2
A14 178 8,3
A15 115 7,0
A16 148 8,6
A17 162 8,2
A18 429 12,7
A19 134 8,3
A20 130 8,1
A21 129 7,3
A22 131 10,3
A23 208 12,9
A24 265 12,2
A25 162 8,1
A26 160 11,9
A27 217 12,3
A28 152 10,7
A29 180 7,0
A30 121 11,6
LAMPIRAN ANALISIS UJI STATISTIK

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

GDP .174 30 .021 .819 30 .000

HbA1c .220 30 .001 .936 30 .071

a. Lilliefors Significance Correction

Nonparametric Correlations
Correlations

GDP HbA1c

Spearman's rho GDP Correlation Coefficient 1.000 .667**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

HbA1c Correlation Coefficient .667** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
Correlations

GDP HbA1c

GDP Pearson Correlation 1 .646**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

HbA1c Pearson Correlation .646** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


LAMPIRAN DOKUMENTASI

1. Proses running GDP 3. Alat TRX 7010

2. Proses running HbA1c 4. Alat Alere Afinion


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Muhammad Fadhlan

2. NIM : A201701034

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Tempat, Tanggal Lahir : Raha, 31 Juli 1999

5. Agama : Islam

6. Nama Ayah : Alias Bagdat

7. Nama Ibu : Sisalma

8. Alamat : Jln. Gatot Subroto

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SDN 10 Katobu

2. SMPN 2 Raha

3. SMAN 1 Raha

4. Universitas Mandala Waluya

Anda mungkin juga menyukai