Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN ANTARA MEAN PLATELET VOLUME DAN

PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS BAPTIS
KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Oleh :
INDAH DWI AGUSTINA
20115024

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ANALISIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
HUBUNGAN ANTARA MEAN PLATELET VOLUME DAN
PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RS BAPTIS
KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh :
INDAH DWI AGUSTINA
20115024

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ANALISIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal Skripsi ini

yang akan diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan Program Studi Diploma 4 Teknologi Laboratorium Medis dengan

judul “HUBUNGAN ANTARA MEAN PLATELET VOLUME DAN

PLATELET DISTRIBUTION WIDHT PADA PENDERITA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RS BAPTIS KOTA KEDIRI”.Selama penyusunan

proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta dorongan dari

pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak yang membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini, terutama kepada :

1. Dra. Ec. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Bhakti Wiyata.

2. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyelesaikan pendidikan.

3. Anang Setyo Wiyono, S.Farm., M.Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Sains

Teknologi dan Analisis Institut Bhakti Wiyata Kediri.

4. Sri Wahyuni S.ST.,M Imun selaku Ketua Program Studi Diploma 4

Teknologi Laboratorium Medis Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Kediri.

v
5. drh. Triffit Imasari, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Diploma 4

Teknologi Laboratorium Medis Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Kediri.

6. dr. Widodo Tiono Sp.PK selaku pembimbing I yang telah meluangkan

banyak waktu, memberikan bimbingan, pengarahan, saran serta bantuan

hingga proposal skripsi ini terselesaikan dengan baik.

7. dr. Sri Muntamah selaku dosen pembimbing II telah memberikan pengarahan,

bimbingan, saran dan bantuan hingga terselesaikannya proposal skripsi ini

dengan baik.

8. dr.Ekawati Sutikno, MM.,M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan

saran dan bimbingan untuk proposal skripsi ini dengan baik.

9. Aulia Risqi Fatmariza, S.Tr selaku penguji II yang membantu

menyempurnakan proposal skripsi menjadi lebih baik.

10. Kedua orang tua saya, kakak dan adik saya yang sangat saya cintai dan selalu

memberikan semangat, kasih sayang, doa dan finansial.

9. Teman-teman Diploma 4 Teknologi Laboratorim Medis angkatan 2015 yang

telah memberikan dukungan, motivasi dan kebersamaan selama ini.

10. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang telah membantu sampai skripsi ini

dapat penulis selesaikan.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan

proposal skripsi ini.

vi
Akhir kata penulis berharap agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua yang membacanya terutama untuk penulis senidri.

Kediri, 02 April 2019

Penulis

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MEAN PLATELET VOLUME DAN


PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RS BAPTIS KOTA KEDIRI

Indah Dwi Agustina, Widodo Tiono, Sri Muntamah

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Pada pasien DM tipe-2 terjadi percepatan
trombopoiesis dan peningkatan pergantian trombosit atau yang biasa disebut
platelet turnover. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum untuk mengetahui
hubungan antara mean platelet volume (MPV) dan platelet distribution width
(PDW) pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Baptis Kota Kediri.
Dan tujuan khusus untuk mengetahui berapa kadar MPV dan PDW pada pederita
Diabetes Melitus Tipe 2, untuk mengetahui adanya hubungan dan kekuatan antara
MPV dan PDW pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Desain penelitian ini
menggunakan penelitian survey jenis penelitian Cross Sectional Study dengan
variabel independent Diabetes Melitus Tipe 2 dan variabel dependent kadar MPV
dan PDW diperiksa dalam waktu yang sama di RS Baptis Kota Kediri. Populasi
pada penelitian ini adalah sebanyak 382 orang penderita Diabetes Melitus Tipe 2
pasien rawat jalan di RS Baptis kota kediri dan di ambil 30 responden yang
ditentukan dengan teknik Quota sampling. Data kadar MPV dan PDW di uji
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk berdasarkan uji normalitas data,
didapatkan nilai signifikan (sig) untuk kadar MPV 0,024 dan PDW 0,015 karena
nilai sig < 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa distribusi data atau sebaran
data tidak normal. Selanjutnya di analisis uji statistik menggunakan korelasi Rank
Spearman di dapatkan hasil nilai r-hitung = 0,506 > r-tabel 0,361 (df=30) dan
nilai sig 0,004 < α (0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan
signifikan dengan kolerasi sedang antara mean platelet volume (MPV) dan
platelet distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 pasien rawat jalan di
RS Baptis kota Kediri.

Kata Kunci : Mean Platelet Volume (MPV), Platelet Distribution Width


(PDW), Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

viii
ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN MEAN PLATELET VOLUME AND


PLATELET DISTRIBUTION WIDHT IN DIABETES MELLITUS TYPE 2 IN
BAPTIS Hospital KEDIRI CITY

Indah Dwi Agustina, Widodo Tiono, Sri Muntamah

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by


hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion, insulin action, or
both. In patients with type 2 diabetes, thrombopoiesis acceleration occurs and an
increase in platelet turnover or commonly called platelet turnover. This study was
conducted with the general objective to determine the relationship between mean
platelet volume (MPV) and platelet distribution width (PDW) in patients with type
2 diabetes mellitus at the Baptis Hospital in Kediri City. And the specific purpose
is to find out the level of MPV and PDW in Type 2 Diabetes Mellitus sufferers, to
find out the relationship and strength between MPV and PDW in Type 2 Diabetes
Mellitus sufferers. The design of this study used a survey research type cross
sectional study with the independent variable Diabetes Mellitus Type 2 and the
dependent variable MPV and PDW levels were examined at the same time in the
Baptis Hospital in Kediri. The population in this study was 382 people with type 2
diabetes mellitus outpatients the Baptis Hospital in Kediri and took 30
respondents who were determined by the Quota sampling technique. Data on
MPV and PDW levels were tested using the Shapiro-Wilk test based on data
normality tests, obtained significant values (sig) for MPV levels of 0.024 and
PDW 0.015 because sig values <0.05 can be simplified as data distribution or
abnormal data distribution. Furthermore, in the statistical test analysis using the
Spearman Rank, the r-count value = 0.506> r-table 0.361 (df = 30) and sig value
0.004 <α (0.05). The conclusion of this study is that there is a significant
correlation with moderate correlation between average platelet volume (MPV)
and platelet distribution width (PDW) in type 2 DM patients in outpatients at
Baptis Hospital in Kediri.
Keywords : Platelet Average Volume (MPV), Thrombocyte Distribution
Width (PDW), Type 2 Diabetes Mellitus Patients

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
DAFTAR LAMBANG DAN ISTILAH SINGKATAN…………………….. xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Diabetes Melitus ........................................................ 6
1. Defisini Diabetes Melitus ................................................... 6
2. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Melitus .......................... 7
3. Patofisiologi Diabetes Melitus............................................ 9
4. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2 ................................... 11
5. Gejala Klinis Diabetes Melitus ........................................... 14
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus...................................... 16
7. Komplikasi Diabetes Melitus ............................................. 18
B. Tinjauan Trombosit ................................................................. 19
1. Definisi Trombosit ............................................................. 19
2. Fungsi Trombosit ............................................................... 19
3. Morfologi Trombosit ......................................................... 20
4. Trombosit Pada Diabetes Melitus....................................... 21
5. Indeks Trombosit ................................................................ 23
6. Metode-metode Pemeriksaan MPV dan PDW ................... 25
7. Tinjauan Hubungan MPV dan PDW pada DM .................. 26

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep .................................................................... 30
B. Uraian Kerangka Konsep ......................................................... 31
C. Hipotesis Penelitian ................................................................. 32

x
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................... 33
B. Lokasi dan Tempat Penelitian ................................................. 33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .................................. 33
D. Variabel Penelitian .................................................................. 34
E. Definisi Operasional ................................................................ 35
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 36
G. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 36
H. Prosedur Pemeriksaan .............................................................. 37
I. Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 39
J. Kerangka Kerja ........................................................................ 42

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Hasil Peneltian ......................................................................... 43
B. Data Umum .............................................................................. 44
C. Data Khusus ............................................................................. 46

BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan ............................................................................. 50
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 53

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 54
B. Saran ........................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57


LAMPIRAN ...................................................................................................... 61

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel VI.I Definisi Operasional hubungan antara MPV dan PDW pada
penderita DM tipe 2 di RS Baptis Kota Kediri............................. 35
Tabel V.1 Hasil penelitian kadar Mean Platelet Volume (MPV) dan
Platelet Distribution Widht (PDW) .............................................. 43
Tabel V.2 Hasil uji normalitas data Shapiro-Wilk ....................................... 47
Tabel V.3 Hasil uji korelasi Person ............................................................... 48

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.I Kerangka konsep hubungan antara MPV dan PDW pada
penderita DM tipe 2 di RS Baptis kota Kediri. ............................ 30
Gambar VI.I Kerangka kerja hubungan antara MPV dan PDW pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 di RS Baptis Kota Kediri. ....... 42
Gambar V.1 Diagram karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ....... 44
Gambar V.2 Diagram karakteristik responden berdasarkan usia ...................... 45
Gambar V.3 Histogram hasil pemeriksaan Mean Platelet Volume (MPV) ...... 46
Gambar V.4 Histogram hasil pemeriksaan Platelet Distribution Widht
(PDW)........................................................................................... 46

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Persetujuan Judul Skripsi ................................................. 62
Lampiran 2. Surat Observasi ......................................................................... 63
Lampiran 3 Surat Ijin Pengambilan Data Awal ........................................... 64
Lampiran 4. Surat Keterangan melanjutkan penelitian .................................. 65
Lampiran 5. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian ........................... 66
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 67
Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penelitian ...................................................... 68
Lampiran 8. Lembar Informed Consent ......................................................... 69
Lampiran 9. Prosedur Kerja Alat Hematology Analyzer SYSMEX-XN
350 ............................................................................................. 70
Lampiran 10. Contoh Hasil Pemeriksaan......................................................... 71
Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 72
Lampiran 12. Lembar bimbingan skripsi ......................................................... 73
Lampiran 13. Dokumentasi Alat ...................................................................... 74
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 75

xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar arti lambang :


+ : Penjumlahan/Positif
- : Penjumlahan/Negatif
% : Persen
° : Derajat
/ : Atau
µ : Mikro
³ : Kubik
≥ : Lebih dari Sama dengan
± : Kurang Lebih
& : Dan
β : Beta
( : Buka kurang
) : Tutup kurang
Ho : Hipotesis nol
H1 : Hipotesis alternatif

Arti singkatan :
DM : Diabetes Melitus
PDW : Platelet Distribution widht
MPV : Mean Platelet Volume
EDTA : Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid
FFA : Fee Fanty Acid
SPSS : Statistical Package For The Social Science
WHO : World Health Organization
SNPs : Sigle Nucleotide Polimorphisms
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
PGI2 : Prostasiklin
NO : Nitrogen monoksida
ADP : Adenosine Diphosphate
PAF : Platelet Activating Factor
c-GMP : Cyclic Guanosinemonophosphate
c-AMP : Cyclic adenosinemophosphate
TF : Tissue Faktor
PCT : Platelet Crit
MPC : Mean Platelet Component
MPM : Mean Platelet Mass
PMDW : Platelet Mass Distribution Widht

xv
KHNK : Koma Hiperosmoler Non Ketotik
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PSC : pluripotential stem cell
HCT : Hematokrit

Arti istilah :
Agregasi : Berkumpulnya atau bergabungnya bagian-bagian yang
terpisah
Diagnosa : Penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa)
gejala-gejalanya
Inflamasi : Peradangan
Kronis : terus-menerus berlangsung, tahan dalam waktu yang lama
(tentang keadaan), berjangkit terus dalam waktu yang lama,
menahun (tentang penyakit yang melanda diri seseorang)
yang tidak sembuh-sembuh
Resistensi : Ketahanan
Hiperglikemi : tingginya kadar glukosa dalam darah
Hiperreaktif : meningkatnya aktivitas yang tinggi.
Adesi : sel tunggal membentuk jaringan dalam tubuh seperti diurat
dan pembuluh darah (vaskulatur)
Hemostasis : massa pembekuan darah didalam tubuh
Trombositopoisis : kadar trombosit tinggi didalam darah
Trun over : pergantian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik dengan

karakteristik hiperglikemia yang diakibatkan adanya kelainan pada sekresi

insulin, kerja insulin atau keduannya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

mengakibatkan kerusakan dan kegagalan pada beberapa organ tubuh yaitu

mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (PERKENI, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) penderita Diabetes

Melitus di seluruh dunia di atas umur 20 tahun berjumlah 180 juta orang dan

diperkirakan jumlah ini bertambah pada tahun 2030 menjadi 346 juta orang

(WHO, 2011). Penderita DM di dunia pada tahun 2013 terdapat 382 juta orang

dan pada tahun 2035 diperkirakan meningkat menjadi 592 juta orang hal ini

menurut estimasi terakhir, dari 382 juta orang diperkirakan 175 diantaranya

belum terdiagnosis sehingga hal ini dapat diperkirakan penyakit DM akan

berkembang secara progresif menyebabkan komplikasi, dikarenakan tidak

terdiagnosis dan tidak adanya pencegahan. Jumlah kematian pada pasien DM

lebih dari 80% berada pada negara miskin dan berkembang. Jumlah persentase

kematian ini diperkirakan bertambah dua kali lipatnya pada tahun 2030

(Jansson, 2014).

Berdasarkan data yang di dapat jumlah penderita DM di Indonesia

pada tahun 2011 mencapai 366 juta orang, jika tidak ada upaya pencegahan

dan pengendalian yang dilakukan diperkirakan akan mengalami peningkatan

1
2

menjadi 552 juta orang pada tahun 2030. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013

angka prevalensi DM di Indonesia meningkat dari 1.1% pada tahun 2007

menjadi 2.4% pada tahun 2013, untuk proporsi penderita DM di Indonesia

sebesar 6.9% , jika jumlah penduduk Indonesia di atas 15 tahun pada tahun

2013 sebesar 176.689.336 orang maka jumlah penderita DM kurang lebih

sebesar 12 juta orang. DM yang tidak ditangani dengan tepat akan

mengakibatkan berbagai komplikasi kronis yaitu komplikasi vaskular

(Kemenkes RI, 2013).

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. Pada pasien DM tipe-2 terjadi percepatan

trombopoiesis dan peningkatan pergantian trombosit atau yang biasa disebut

platelet turnover. Peningkatan dua kali lipat pergantian trombosit terjadi

karena waktu kelangsungan hidup trombosit yang menurun dan peningkatan

masuknya trombosit-trombosit baru ke dalam sirkulasi. Ketika pergantian

trombosit meningkat, terjadi peningkatan ukuran trombosit yang lebih besar

dan reaktif yang dilepaskan dari megakariosit sumsum tulang belakang,

sehingga bersifat lebih trombogenik (Kemenkes RI, 2013).

Trombosit pada pasien DM telah terbukti menjadi hiperaktivitas

dengan peningkatan adesi, aktivasi dan agregasi trombosit. Beberapa

mekanisme yang diduga berperan dalam peningkatan reaktivitas trombosit

antara lain: disebabkan oleh kelainan metabolisme dan seluler yang

dikelompokkan ke dalam kategori: hiperglikemia, resistensi insulin dan


3

kondisi-kondisi metabolik yang berkaitan dengan penyakit diabetes (obesitas,

dislipidemia dan inflamasi), serta kelainan-kelainan seluler lainnya.

Reaktivitas trombosit pada DM mengalami peningkatan akibat penurunan

kelenturan membran sel, perubahan pada homeostasis ion kalsium dan

magnesium, peningkatan metabolisme asam arakidonat, peningkatan sintesis

tromboksan A2, penurunan produksi prostasiklin, penurunan level antioksidan

dan peningkatan ekspresi molekul adhesi. Terjadinya peningkatan turnover

trombosit pada DM yang menyebabkan peningkatan jumlah platelet di

sirkulasi yang memiliki ukuran lebih besar dan lebih reaktif daripada

trombosit pada umumnya. Trombosit pada DM juga dilaporkan memiliki

ukuran yang lebih besar sehingga bersifat hiperreaktif karena ukuran trombosit

berkorelasi dengan kemampuan agregasi dan pelepasan isi granulanya

(Ferreiro, et al. 2011).

Mean Platelet Volume (MPV) dan platelet distribution width (PDW)

dapat digunakan sebagai indikator adanya peningkatan reaktivitas trombosit.

MPV menggambarkan volume rata-rata trombosit dalam tubuh, sedangkan

PDW menggambarkan variasi ukuran trombosit. PDW dapat digunakan

sebagai indikator reaktivitas trombosit karena trombosit yang berukuran lebih

besar memiliki potensi protrombotik, aktivitas enzimatik dan metabolik yang

lebih besar pula (Chu et al, 2010). Aktivasi trombosit juga akan menyebabkan

perubahan morfologi dan pembentukan pseudopodia sehingga ukurannya

bervariasi dan menyebabkan nilai PDW meningkat (Kumar & Das, 2011).
4

Martin J dan Jaroslav L (2014) mengemukakan MPV meningkat pada

pasien gagal jantung dan DM peningkatan tersebut dihubungkan dengan

peningkatan risiko komplikasi trombosis. MPV merupakan penunjuk fungsi

dan aktivasi trombosit (Martin J dan Jaroslav M, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka melalui penelitian ini akan dilakukan

penilaian Hubungan antara MPV (Mean platelet volume) dan PDW (platelet

distribution witdh) pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.

B. Rumusan Masalah

1. Berapakah kadar MPV (Mean platelet volume) pada penderita Diabetes

Melitus Tipe 2?

2. Berapakah kadar PDW (platelet distribution witdh) pada penderita Diabetes

Melitus Tipe 2?

3. Bagaimana hubungan antara MPV (Mean platelet volume) dan PDW

(platelet distribution witdh) pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan

anatara MPV (Mean platelet volume) dan PDW (platelet distribution witdh)

pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar MPV (Mean platelet volume) pada penderita

Diabetes Melitus tipe 2.


5

b. Mengetahui kadar PDW (platelet distribution witdh) pada penderita

Diabetes Melitus Tipe 2.

c. Menganalisa hubungan antara MPV (Mean platelet volume ) dan PDW

(platelet distribution witdh) pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan dalam

melakukan pemeriksaan uji Hematologi secara tepat kususnya dalam

hubungan antara MPV (Mean platelet volume) dan PDW (platelet

distribution witdh) pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama untuk

perkembangan ilmu penelitian.

2. Manfaat bagi Institusi

Menambah referensi kepustakaan sebagai bahan bacaan dan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara

MPV (Mean platelet volume) dan PDW (platelet distribution witdh) pada

penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini masyarakat dapat mengetahui bagaimana bahaya

kelebihan kadar MPV (Mean platelet volume) dan PDW (platelet

distribution witdh) dalam darah serta masyarakat dapat meningkatkan pola

hidup sehat agar terhindar dari penyakit DM.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Diabetes Melitus

1. Defisini Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) umumnya dikenal sebagai kencing manis.

DM merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal dan pembuluh darah, disertai lesi pada

membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Herlena,

2013). DM adalah suatu penyakit dengan keadaan abnormal yang

ditunjukkan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah (Masharani,

2007). DM merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan

konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya gejala utama yang

khas yaitu urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar (Bilous

Donelly, 2015).

Menurut Brunner & Suddart (2012), DM merupakan

sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar

glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemi kronik pada

DM berhubungan dengan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan

beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan

pembuluh darah (Brunner & suddart, 2012).

6
7

2. Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Melitus

Berdasarkan sebab yang mendasari kemunculannya, DM dibagi

menjadi beberapa golongan, yaitu:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

DM Tipe-1 disebababkan oleh defisiensi hormon insulin karena

kerusakan sel β pankreas, yang disebabkan oleh adanya reaksi

autoimun. Dektruksi sel β pankreas tersebut menyebabkan kadar

insulin menjadi sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali. DM

tipe 1 juga disebabkan oleh penghancuran sel pulau pankreas

mengenai anak-anak dan remaja sehingga DM ini disebut juvenile

diabetes (diabetes usia muda), namun saat ini DM ini juga dapat

terjadi pada orang dewasa. Faktor penyebab DM tipe 1 adalah infeksi

virus dan reaksi autoimun (rusaknya system kekebalan tubuh) yang

merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas, secara

menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak

dapat menghasilkan insulin. Penderita DM Tipe 1 bergantung pada

insulin dari luar untuk bisa bertahan. Oleh karena itu, diabetes tipe ini

biasa disebut juga dengan Insulin Dependent Diabetes Melitus

(IDDM). DM Tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda, yaitu sebelum

30-40 tahun (Inzucchi, et al. 2005) Namun dapat juga menyerang

berbagai usia (Goldstand & Mueller, 2008). Kasus DM Tipe 1

merupakan 5-10% dari keseluruhan kasus diabetes (Inzucchi, et al.

2005).
8

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Sebanyak 80-90% kasus DM tergolong ke dalam DM Tipe 2

atau Non Insulin Dependen DM (NIDDM). Diabetes tipe ini terjadi

karena resistensi insulin dan atau kurangya sekresi insulin. NIDDM

dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor gaya hidup atau

lingkungan (Goldstand & Mueller, 2008).

Pada penderita DM Tipe 2 , insulin yang dihasilkan oleh sel β

pankreas tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Hal ini

menimbulkan terjadinya hiperglikemia (tingginya kadar gula di dalam

darah) karena jumlah insulin yang dihasilkan kurang dari jumlah yang

dibutuhkan (Inzucchi, et al. 2005). DM tipe 2 disebabkan oleh

kombinasi resistensi insulin dan disfungsi sekresi insulin sel β.

Diabetes tipe 2 biasanya disebut diabetes life style karena selain faktor

keturunan, juga disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. DM

Tipe 2 juga dapat terjadi karena kurangya reseptor insulin pada sel-sel

sehingga meskipun jumlah insulin yang dihasilkan cukup, namun sel

tidak mengangkut cukup glukosa dalam darah sehingga kadar glukosa

darah tetap tinggi. Situasi ini dikenal dengan nama resistensi insulin

(Inzucchi, et al. 2005).

c. Diabetes Melitus Tipe khusus

DM tipe khusus disebabkan oleh suatu kondisi seperti

endokrinopati, penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetik, induksi

obat atau zat kimia, infeksi, dan lain-lain.


9

d. Diabetes Gestastisional

Diabetes gestasional adalah Diabetes yang terjadi pertama kali

saat hamil atau diabetes yang hanya muncul pada saat

kehamilan.Biasanya diabetes ini muncul pada minggu ke-24 (bulan

keenam). Diabetes ini biasanya menghilang sesudah melahirkan

(Bilous; Donelly, 2015). Berdasarkan data dari Kementrian

Kesehatan, jumlah pasien DM rawat inap maupun rawat jalan di

rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin

dan 4% perempuan hamil menderita diabetes gestasional. Angka lahir

mati terutama pada kasus dengan diabetes tak terkendali dapat terjadi

10 kali dalam normal. Diperkirakan kejadian diabetes gestasional

adalah sekitar 0,7%, tetapi sering sekali sukar ditemukan karena

rendahnya kemampuan deteksi dini (Kurniadi; Nurrahmani, 2014).

3. Patofisiologi Diabetes Melitus

Patologi DM dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama

kekurangan insulin (Guyton & Hall, 2006). Pada DM tipe I terdapat

ketidakemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa

terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Glukosa

yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati

meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan) (Brunner & Suddarth, 2012).


10

Konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya,

glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang

berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai

pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini

dinamakan diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan

menyebabkan pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih

(poliuria) dan peningkatan rasa haus (polidipsia) (Brunner & Suddarth

(2012).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi defisiensi

insulin, protein yang berlebihan di dalam sirkulasi darah tidak dapat

disimpan dalam jaringan. Semua aspek metabolisme lemak sangat

meningkat bila tidak ada insulin. Normalnya ini terjadi antara waktu

makan sewaktu sekresi insulin minimum, tetapi metabolisme lemak

meningkat hebat pada DM sewaktu sekresi insulin hampir nol (Guyton &

Hall, 2006). Peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel

beta pankreas diperlukan untuk mengatasi resistensi insulin dan

mencegah terbentuknya glukosa dalam darah. Pada penderita toleransi

glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang

normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta

tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka


11

kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM Tipe 2 (Brunner &

Suddarth, 2012).

4. Patogenesis DM tipe 2

DM Tipe 2 disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang

berhubungan dengan kelainan sekresi insulin dan sekresi insulin serta

faktor lingkungan seperti obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga,

stress, serta penuaan (Kaku, 2010).

a. Faktor genetik

Perkembangan DM tipe 2 sangat jelas berhubungan dengan

riwayat keluarga dengan DM, ini di buktikan oleh tingkat kesesuaian

penyakit yang lebih besar pada kembar identik disbanding dengan

kembar non identik. Patogenesis DM tipe 2 diperkirakan melibatkan

kelainan genetik pada molekul yang berhubungan dengan system

pengaturan metabolism glukosa, mulai dari kelainan genetik pada gen

glukokinase, gen mitokondria hingga gen reseptor insulin (Kaku,

2010).

b. Faktor lingkungan

Faktor resiko lingkungan yang paling utama pada DM tipe 2

adalah obesitas, terutama obesitas sentral. Lebih dari 80 % pasien

dengan DM tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas berkontribusi pada

kelainan metabolisme cardinal pada diabetes dan pada resistensi

insulin pada awal penyakit. Faktanya, penurunan berat badan sedikit

saja melalui modifikasi diet dapat menurunkan resistensi insulin dan


12

memperbaiki tolerasi glukosa. Gaya hidup yang kurang aktivasi adalah

faktor resiko lain. Penurunan berat badan dan latihan fisik dapat

membantu memperbaiki sensitivitas insulin dan sering digunakan

sebagai tindakan nonfarmakologik pada DM yang lebih ringan (Kaku,

2010; Maitra, 2015).

c. Faktor usia

Peningkatan kelompok umur ternyata juga diikuti dengan

peningkatan prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan DM.

Namun pada DM , prevelensi pada umur 75 tahun ke atas kembali

menurun jika dibandingkan dengan kelompok umur sebelumnya

(Riskedas, 2017).

DM Tipe 1 yang diduga diakibatkan oleh faktor genetik sebagian

besar terjadinya pada usia anak-anak dan remaja. Sementara itu,

diabetes Tipe 2 biasanya banyak terjadi pada usia 40 tahun ke atas

karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolerasi glukosa.

Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β

pankreas dalam memproduksi insulin (Budhiarta dkk, 2005).

Kelainan metabolik utama yang merupakan karakteristik DM tipe 2

adalah resistensi insulin dan disfungsi sel beta. Pada DM tipe 2,

resistensi insulin mendahului munculnya hiperglikemi dan biasanya

dibarengi oleh peningkatan kompensatorik fungsi sel beta dan

hiperinsulinemia pada awal perkembangan penyakit. Seiring

berjalannya waktu, ketidak mampuan sel beta untuk beradaptasi dalam


13

memenuhi kebutuhan insulin untuk menjaga keadaan euglikemik

menyebabkan hiperglikemia kronik dan komplikasi jangka panjanh DM

(Maitra, 2015).

d. Resistensi insulin

Resistensi insulin dapat didefinisikan sebagai penurunan

responsivitas jaringan terhadap insulin. Hepar ,otot rangka, dan

jaringan lemak merupakan jaringan utama dimana resistensi insulin

terjadi pada keadaan toleransi glukosa terganggu. Resistensi insulin

menyebabkan tingginya GDP akibat produksi glukosa endogen di hati

gagal dihalangi, level glukosa darah post-prandial yang tinggi akibat

kegagalan dalam pengambilan glukosa dan sintesis glikogen oleh otot

rangka setelah makan, serta asam lemak bebas yang berlebih pada

sirkulasi yang memperparah resistensi insulin akibat kerja ensim

lipoprotein lipase di jaringan lemak yang tidak diahlangi (Masharani &

German, 2011).

Terdapat berbagai kelainan fungsional pada jalur penghantarn

sinyal insulin pada keadaan resistensi insulin. Contohnya adalah

penurunan fosforilasi tirosin pada reseptor insulin dan protein IRS di

jaringan perifer. Kelainan ini akan membatasi penghantaran sinyal

insulin dan menurunkan level transporter glukosa GLUT-1 pada

permukaan sel otot rangka sehingga menurunkan sensitivitas insulin

(Masharani & German, 2011;Maitra, 2015).


14

Semua yang mengalami resistensi insulin akan mengalami diabetes,

meskipun mayoritas penderita DM tipe 2 mengalami resistensi insulin.

Hal ini diakrenakan sel beta mereka mengkompensasi resistensi insulin

yang terjadi dengan memproduksi insulin dalam jumlah yang lebih

banyak. Selain itu juga terjadi hyperplasia sel beta prankeas.

Mekanisme kompensasi ini jika mengalami kelainan, resistensi insulin

dapat berkembang menjadi DM tipe 2. Perbedaan genetik mendasar

pada mereka yang secara genetik memiliki resiko diabetes membatasi

kemampuan kompensensi sel beta ini. Selain itu, deposisi lemak

ektopik pada sel-sel pankreas, inflamasi local, dan sitokin proinflamasi

dapat meningkatkan kecepatan kerusakan sel beta. Seiring dengan

terjadinya kerusakan sel beta, level glukosa dan asam lemak bebas juga

naik. Keduanya akan memperparah kerusakan sel beta yang terjadi

(Masharani & German, 2011).

5. Gejala Klinis Diabetes Melitus

Gejala adalah hal-hal yang dirasakan dan dikeluhkan oleh penderita,

sedangkan tanda-tanda berarti keadaan yang dapat dilihat dari pemeriksaan

badan. Ada bermacam-macam gejala DM, yaitu:

a. Sering buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu lebih sering

dari pada biasanya, apalagi pada malam hari (poliuri), hal ini terjadi

karena kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal (>180mg/dl),

sehingga gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine

yang keluar tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak
15

mungkin kedalam urine sehingga urine keluar dalam volume yang

banyak dan buang air kecil pun menjadi sering. Dalam keadaan

normal, urine akan keluar sekitar 1,5 liter perhari, tetapi pada penderita

DM yang tidak terkontrol dapat memproduksi lima kali dari jumlah itu

(Ramaiah, 2008).

b. Sering merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya (polidipsi).

Dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau

dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan menimbulkan rasa

haus sehingga penderita selalu ingin minum terutama yang dingin,

manis, segar, dan banyak.

c. Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin

menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke

dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi

kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga.

Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir

bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian

berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm

rasa lapar (Ramaiah, 2008).

d. Berat badan turun dan menjadi kurus. ketika tubuh tidak bisa

mendapatkan energi yang cukup dari gula karena kekurangan insulin,

tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada didalam

tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine,

penderita DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gram


16

glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari

hilang dari tubuh) (Ramaiah, 2008).

e. Gejala lain. gejala lain yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan

karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang

tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah

selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit

(balanitis) (Kurniadi; Nurrahmani, 2014).

6. Penatalaksanaan DM

Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes:

b. Edukasi

Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes.

Dengan mengetahui faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes,

gejala diabetes, komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan

diabetes, penderita diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya

pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan

pengobatan diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu

menanggulangi diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit yang di

luar kendalinya (ADA, 2011).

b. Pengaturan makan

Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk

mengendalikan gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta

berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes dapat

dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan itu


17

sendiri. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita

diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan

karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam

porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan

untuk aktivitas sehari-hari penderita (ADA, 2011).

c. Olahraga

Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga

membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga

memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada

tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai.

Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat

sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah.

Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas

ringan-selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara bertahap.

Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter sehingga

tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olahraga dimulai

(ADA, 2011).

d. Obat

Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-

keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau pada

keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi.Hal tersebut pada

praktiknya mungkin tidak semudah seperti yang tertulis. Akan tetapi,

dengan motivasi, gaya hidup sehat dapat diterapkan dan dapat dimulai
18

secara bertahap. Dengan memperhatikan keempat pilar tersebut,

penderita diharapkan dapat terus menikmati kualitas hidup sehat dan

terhindar dari komplikasi yang diakibatkan diabetes (ADA, 2011).

7. Komplikasi DM

a. Komplikasi akut

1) Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai

normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita

DM Tipe-1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah

yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan

energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.

2) Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-

tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,

antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik

(KHNK) dan kemolakto asidosis.

b. Komplikasi Kronis

1) Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum

berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan

darah pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK),

gagal jantung kongestif, dan stroke.

2) Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi

pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, retinopati (kebetulan),

neuropati dan amputasi.


19

B. Tinjauan Trombosit

1. Definisi Trombosit

Trombosit adalah fragmen sitoplasma yang tidak berinti dan

terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang berukuran 2-4 µm,

berbentuk cakram bikonkaf dengan volume 5-8 fl. Trombosit setelah

keluar dari sumsum tulang, sekitar 20-30% trombosit mengalami

sekuestrasi di limpa (Kosasih, 2008).

Trombosit disebut juga platelet atau kepingan darah. Trombosit

tidak dapat dipandang sebagai sel utuh karena berasal dari sel raksasa yang

berada di sumsum tulang, yang dinamakan megakariosit. Megakariosit di

dalam pematangannya dipecah menjadi 3.000-40.000 serpihan sel, yang

dinamai sebagai trombosit atau kepingan sel (platelet) tersebut. Trombosit

mempunyai bentuk bulat dengan garis tengah 0,75-2,25 mm, tidak

mempunyai inti. Kepingan se linin masih dapat melakukan sintesis

protein, walaupun sangat terbatas, karena di dalam sitoplasma masih

terdapat sejumlah RNA. Trombosit masih mempunyai mitokondria, butir

glikogen yang mungkin berfungsi sebagai cadangan energi dan 2 jenis

granula yang granula-α dan granula yang lebih padat (Sadikin, 2013).

2. Fungsi trombosit

Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbat yang merupakan

respons hemostatik normal terjadi cedera vaskuler yang dapat terjadi

kebocoran spontan darah melalui pembuluh halus. Fungsi trombosit


20

ada tiga yaitu plekatan (adhesi), penggumpalan (agregasi), dan reaksi

plepasan (Hoffbrand, 2016).

Fungsi trombosit juga berhubungan dengan pertahanan, akan tetapi

terutama bukan terhadap benda atau se lasing. Trombosit berfungsi

penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila

terjadi luka. Trombosit ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga

tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan

benda atau sel asing. Trombosit bergerombol (agregasi) di tempat

terjadinya luka, ikut membantu penyumbatan luka tersebut secara fisik dan

sebagian trobosit akan pecah dan mengeluarkan isinya, yang berfungsi

untuk memanggil trombosit dan sel-sel leukosit dari tempat lain. Isi

trombosit yang pecah sebagian juga aktif dalam mengakalisis proses

pengumpalan darah, sehingga luka tersebut selanjutnya disumbat oleh

gumpalan yang terbentuk itu (Sadikin, 2013).

3. Morfologi Trombosit

Trombosit adalah elemen seluler yang terdapat didalam darah, dan

terdapat sekitar 150.000 sampai 350.000/mm darah (Fisiologi Sherwood).

Penurunan kadar trombosit dibawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan

spontan dalam waktu yang lama serta terjadi peningkatan waktu

perdarahan atau ekimosis (PARENKI, 2011).

Trombosit merupakan frgamen kecil sel yang dilepaskan dari tepi

luar sel sumsum tulang yang disebut dengan megakariosit. Megakariosit

berasal dari megakarioblas yang timbul dari proses diferensiasi sel asal
21

hemopoetik precursor myeloid paling awal yang membentuk megakariosit.

Biasanya satu megakariosit dapat menghasilkan 1000 trombosit (Bakta,

2006).

Trombosit berumur delapan hari, setelah itu trombosit akan

dibersihkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan dan digantikan oleh

trombosit baru. Trombosit bentuknya seperti cakram bikonveks dengan

diameter 2-4 μm. Trombosit memiliki empat zona yang memiliki fungsi

berbeda satu sama lainnya. Keempat zona tersebut adalah zona perifer

yang berguna untuk adhesi dan agregasi, zona sol gel menunjang struktur

dan mekanisme kontraksi, zona organel yang berperan dalam pengeluaran

isi trombosit serta zona membran yang keluar dari isi granula saat

pelepasan (Wirawan R, 2006).

4. Trombosit Pada DM

Gangguan pada endotel dan fungsi trombosit ditambah lagi dengan

efek berbahaya hiperlipidemia pada dinding vaskular dapat mengakibatkan

vaskulopati diabetik dan trombosis. Terdapat berbagai faktor yang

bertanggung jawab terhadap aktivasi trombosit dan pelepasan agen

proinflamasi serta protrombotik pada DM. Faktor-faktor tersebut antara lain

adalah inflamasi sistemik, stres oksidatif, perubahan pada metabolisme

kalsium, bioavailabilitas NO yang berkurang serta peningkatan fosforilasi

protein seluler (Gasparyan, et al. 2011).

Trombosit pada pasien DM bersifat hiperaktif, namun hiposensitif

terhadap efek anti-agregatorik dari prostasiklin dan NO. Selain itu, trombosit
22

pada pasien DM juga menghasilkan tromboksan A2 dalam jumlah banyak

sehingga dapat melemahkan efek antiplatelet aspirin dan clopidogrel

(Gasparyan, et al. 2011).

Proses agregasi dan adhesi trombosit dalam pembentukan sumbat

primer diregulasi oleh keseimbangan antara mediator pro-agregasi dan anti-

agregasi dalam darah. Endotel pembuluh darah menghasilkan mediator anti-

agregasi berupa prostasiklin (PGI2) dan nitrogen monoksida (NO) yang

mendukung vasodilatasi untuk mencegah pembentukan trombus di dalam

pembuluh darah yang sehat. Fungsi trombosit juga diregulasi oleh insulin

melalui reseptor pada permukaan sel. Insulin bekerja melawan efek aktivasi

trombosityang dihasilkan oleh adenosine diphosphate (ADP), platelet

activating factor (PAF), dan kolagen. Hiperinsulinemia diharapkan memiliki

efek protektif terhadap penyakit atero trombotik. Namun, penelitian in vivo

menunjukkan bahwa trombosit pada pasien DM tipe 2 resisten terhadap kerja

insulin, NO dan PGI2. Hal ini menunjukkan bahwa agregasi trombosit

meningkat dalam keadaan resistensi insulin (Grant, 2007).

Nitrogen monoksidadan PGI2, dibantu oleh insulin, menurunkan

agregasi trombosit melalui jalur yang melibatkan cyclic adenosine

monophosphate (c-AMP) dan cyclic guanosinemonophosphate (c-GMP).

Cyclic adenosine monophosphatedan c-GMP akan menurunkan level kalsium

intra trombosityang berperan dalam aktivasi trombosit. Keadaan resistensi

insulin menyebabkan insulin gagal meningkatkan level c-AMP dan c-GMP


23

sehingga level kalsium intra trombosit meningkat dan trombosit lebih mudah

mengalami aktivasi (Grant, 2007).

Disfungsi endotel merupakan karakterikstik DM. Hal ini dapat

meningkatkan reaktivitas trombosit akibat menurunnya produksi NO dan

PGI2 dan memicu keadaan prothrombotic melalui peningkatan produksi

tissue factor (TF). Pasien pada DM juga menunjukkan berbagai abnormalitas

pada trombosit berupa peningkatan ekspresi protein permukaan,

bertambahnya konsentrasi kalsium sitosolik, meningkatnya turnover

trombosit, dan stres oksidatif. Berbagai abnormalitas ini dapat meningkatkan

kemampuan trombosit untuk mengalami adhesi, agregasi dan aktivasi

(Colwell &Nesto, 2003; Grant, 2007).

5. Indeks Trombosit

Trombosit memiliki beberapa indeks yang dapat diukur, yaitu MPV,

PDW, Post Coital Test (PCT), Mean Platelet Component (MPC), Plateletcrit

Distribution Width (PCDW), Mean Platelet Mass (MPM), Platelet Mass

Distribution Width (PMDW), dan large platelet. MPV merupakan rerata dari

volume trombosit yang menandakan aktivitas dan fungsi dari trombosit. Nilai

normal MPV sebanyak 6,5–11,0 fL, jika nilai MPV meningkat, hal tersebut

mengindikasikan banyaknya trombosit berukuran besar yang merupakan tanda

dari peningkatan pergantian trombosit. PDW mengindikasikan tingkat

anisosistosis dari trombosit (Rechinski at al,. 2013). PDW berkorelasi dengan

hitung trombosit. MPV disebut juga sebagai indeks densitas trombosit

(pengukuran volume trombosit), dan menggambarkan degranulasi trombosit


24

(pelepasan granul trombosit). Degranulasi trombosit terjadi akibat peningkatan

aktivasi trombosit. Sehingga, semakin tinggi aktivasi trombosit, maka nilai

MPC juga akan semakin rendah (Giacomini, 2003). PCDW menggambarkan

variasi dari indeks densitas trombosit. MPM mengindikasikan variasi dari

indeks densitas trombosit. PMDW menggambarkan variasi dari masa

trombosit. Large platelet adalah hitung trombosit besar yang memiliki ukuran

lebih dari 20 fl. Hal ini disebabkan oleh dikeluarkannya trombosit yang masih

muda untuk memenuhi kebutuhan trombosit saat trombositopenia (Kim, et al.

2013).

MPV merupakan indeks trombosit yang lebih dikenal sebagai indikator

aktivasi trombosit dibandingan dengan indeks trombosit yang lainnya Nilai

normal MPV adalah 6,5-11,0/fL. Oleh karena trombosit muda berukuran lebih

besar maka MPV yang tinggi merupakan petanda peningkatan produksi

trombosit atau mungkin sebagai kompensasi lebih cepatnya penghancuran

platelet (Rechcinski, et al. 2013).

PDW adalah variasi ukuran diameter trombosit yang beredar dalam darah

perifer. PDW merupakan indeks trombosit yang lebih dikenal sebagai

indikator aktivasi trombosit dibandingan dengan indeks trombosit yang

lainnya (Rechcinski, et al. 2013). Nilai normal PDW adalah 10,0-18%.

Trombosit muda berukuran lebih besar dan trombosit tua mempunyai ukuran

yang lebih kecil. Sehingga, dalam sirkulasi darah terdapat trombosit bifasik

trombosit muda mempunyai ukuran yang lebih besar. Sebagai akibat

meningkatnya proporsi trombosit muda maka juga terjadi peningkatan ukuran


25

diameter rata rata trombosit yang beredar dalam darah perifer. Pada populasi

sehat, PDW dan MPV berada dalam hubungan terbalik dengan jumlah

trombosit (Rechcinski, 2013).

6. Metode-metode Pemeriksaan MPV dan PDW

a. Metode flowcytometri

Metode flowcytometri adalah metode pengukuran (metri) jumlah

dan sifat-sifat sel (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui

celah sempit yang ditembus oleh seberkas sinar laser. Setiap sel yang

melewati berkas sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat

oleh instrumen sebagai karakteristik sel bersangkutan. Setiap karakteristik

molekul pada permukaan sel maupun yang terdapat di dalam sel dapat

diidentifikasi dengan menggunakan satu atau lebih probe. Oleh karena itu,

instrumen dapat mengidentifikasi setiap jenis aktivitas sel dan menghitung

jumlah masih-masing dalam suatu populasi campuran. Prinsip dari.

sejumlah sel disuspensikan ke dalam suatu cairan konduktif, lalu sel-sel

tersebut diatur sedemikian rupa seperti diberikan tekanan hydrodynamic

focussing, sehingga dapat melewati suatu lorong satu demi satu.

Kemudian sel pun akan ditembak dengan sinar laser ketika sel sampai di

suatu titik di lorong tersebut, dan hasil tembakan tadi akan lansung dibaca

oleh detektor.

Kelebihan dari metode flowcytometri ini adalah, pemeriksaan

dilakukan dengan waktu yang relative cepat, menggunakan sampel yang

sedikit, memiliki hasil yang lebih akurat karena biasanya sudah melalui
26

quality control. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menghitung

sel abnormal karena terkadang ada beberapa sel yang tidak terhitung

karena sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal (Koeswardani, et al.

2002)

b. Metode Impendensi

Metode Impendensi adalah penghitungan jumlah dan ukuran sel

dengan cara mengukur perubahan tahanan listrik yang diakibatkan oleh

sel sewaktu melalui celah yang sempit. Perubahan itu kemudian dideteksi

oleh alat sensor. Sel-sel darah terlebih dahulu disuspensikan dalam

medium elektrolit yang bersifat tidak konduktif. Pada waktu sel darah

melewati celah dimana pada kedua sisinya terdapat elektroda beraliran

listrik konstan, akan terjadi perubahan tahanan listrik di antara kedua

elektroda tersebut. Prinsip dari metode ini adalah berdasarkan pada

variasi impedansi yang dihasilkan oleh sel-sel darah di dalam

mikrooperture (celah chamber mikro) yang mana sampel darah yang

diencerkan dengan elktrolit diluents akan melalui mikrooperture yang

dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan) yang

pada masing masing arus listrik berjalan secara continue maka akan

terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda

sesuai dengan volume sel (ukuran sel) (Hoffbrand, 2016).

7. Tinjauan Hubungan MPV dan PDW pada DM

Trombosit memiliki peranan sebagai sel hemostatik yang dimana

merupakan pertahanan kekebalan dan proses inflamasi. Trombosit juga


27

mampu mengikat sel lain seperti leukosit dan sel vaskular (Selma, 2015).

Selama intraksi tersebut, trombosit dapat memodulasi respons seluler

sehingga terjadi aktivasi inflamasi atau apoptosis. Trombosit juga dapat

mempengaruhi dari hasil infeksi bakteri dan virus serta tingkat cedera

jaringan jika terjadi iskemia (Koenen, 2016). Ketika tubuh mengalami

infeksi, terjadi serangkaian interaksi regulasi yang kompleks yang

mengakibatkan respon dari host yang tidak teratur, inflamasi dan juga

imunosupresi. Respon pro-infamasi terhadap infeksi menyebabkan akivasi

sistem koagulan dan fibrinolisis (Selma, 2015).

Setelah terjadi luka atau infeksi, sel mast atau makrofag yang

terdapat di dinding pembuluh darah akan bereaksi cepat terhadap luka

ataupun infeksi tersebut, dan melepaskan mediator yang menginduksi

terjadinya vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular dan

mengaktifkan sel vaskular. Hal ini menyebabkan presentasi molekul

adhesi dan kemokins pada pembuluh darah serta memfasilitasi

penangkapan dan ekstravasasi dari sel leukosit (Koenen, 2016).

Keadaan hiperglikemik kronik pada penderita DM tipe 2 merupakan

salah satu faktor penyebab terjadinya aktivasi dan hiperreaktivitas

trombosit. Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan nilai MPV dan

fungsi trombosit pada pasien DM. Hal ini mungkin memegang peranan

penting dalam perkembangan komplikasi vaskular yang dapat terjadi

(Radha & Selvam, 2016).


28

Meningkatnya destruksi trombosit dan pemakaian jumlah trombosit

yang berlebih. Peningkatan nilai PDW dan MPV diakibatkan oleh

meningkatnya proporsi trombosit muda sehingga terjadi perbedaan variasi

ukuran trombosit yang beredar dalam darah perifer. Perbedaan variasi

ukuran trombosit pada pasien disebabkan oleh keadaan trombositopenia

(Gunawan, et al. 2010).

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya. Pada pasien DM tipe-2 terjadi percepatan

trombopoiesis dan peningkatan pergantian trombosit atau yang biasa

disebut platelet turnover. Peningkatan dua kali lipat pergantian trombosit

terjadi karena waktu kelangsungan hidup trombosit yang menurun dan

peningkatan masuknya trombosit baru ke dalam sirkulasi. Ketika

pergantian trombosit meningkat, terjadi peningkatan ukuran trombosit

yang lebih besar dan reaktif yang dilepaskan dari megakariosit sumsum

tulang belakang, sehingga bersifat lebih trombogenik (Gunawan, et al.

2010).

Trombosit pada pasien DM telah terbukti menjadi hiperreaktif

dengan peningkatan adesi, aktivasi, dan agregasi trombosit. Beberapa

mekanisme yang diduga berperan dalam peningkatan reaktivitas trombosit

antara lain: disebabkan oleh kelainan metabolisme dan seluler yang

dikelompokkan ke dalam kategori: hiperglikemia, resistensi insulin, dan

kondisi-kondisi metabolik yang berkaitan dengan penyakit diabetes


29

(obesitas, dislipidemia dan inflamasi), serta kelainan-kelainan seluler

lainnya (Ferreiro JL, 2011).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konsep

Kerusakan fungsi sel β DIABETES MELITUS TIPE 2 Gejala klinis :


pankreas dan resistensi 1. Poliuria
insulin 2. Polidipsi
3. Poliphagia
Penurunan pengambilan
4. Berat badan menurun
glukosa oleh jaringan sebagai
10-50 kg dalam 2-4
respon terhadap insulin
minggu.
5. Gangguan syaraf dan
kesemutan
Hiperglikemi kronik 6. Gagal-gatal dan bisul
7. Gangguan fungsi
seksual
8. Mudah mengantuk
Aktivasi dan hiperaktivitas
9. Pandangan mulai
trombosit
kabur

Peningkatan Proposi 1. Peningkatan MPV


Trombosit muda 2. Peningkatan PDW

Keterangan
: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar III.I Kerangka konsep hubungan antara MPV dan PDW pada penderita
DM tipe 2 di RS Baptis kota Kediri.

30
31

B. Uraian Kerangka Konsep

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya. DM tipe 2 disebabkan oleh kerusakan fungsi sel β

pankreas dan resistensi insulin, dan penurunan pengambilan glukosa oleh

jaringan sebagai respon terhadap insulin, insulin yang dihasilkan oleh sel β

pankreas tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan. DM Tipe 2 juga

dapat terjadi karena kurangya reseptor insulin pada sel-sel sehingga meskipun

jumlah insulin yang dihasilkan cukup, namun sel tidak mengangkut cukup

glukosa dalam darah sehingga kadar glukosa darah tetap tinggi. Situasi ini

dikenal dengan nama resistensi insulin. Gejala klinis DM tipe 2 meliputi :

sering buang air kecil dengan volume yang banyak (poliuria), sering merasa

haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya (polidipsi) dan nafsu makan

meningkat (poliphagia), berat badan menurun 5-10 kg dalam waktu 2-4

minggu, gangguan syaraf dan kesemutan, gatal-gatal dan bisul, gangguan

fungsi seksual dan mudah mengantuk (Kurniadi; Nurrahmi, 2014).

Trombosit pada pasien DM telah terbukti menjadi hiperaktivitas dengan

peningkatan adesi, aktivasi dan agregasi trombosit. Beberapa mekanisme yang

diduga berperan dalam peningkatan reaktivitas trombosit antara lain:

disebabkan oleh kelainan metabolisme dan seluler yang dikelompokkan ke

dalam kategori: hiperglikemia, resistensi insulin dan kondisi-kondisi

metabolik yang berkaitan dengan penyakit diabetes. Hiperaktivitas trombosit

di pasien DM dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain hiperglikemia


32

merangsang protein kinase C, sehingga menurunkan ambang rangsang

trombosit pada pasien DM mengalami keadaan yang tidak baik sehingga

terjadi penurunan ambang rangsangnya, inflamasi menyebabkan peningkatan

kepekatan dan pelepasan kalsium intrasel, sehingga meningkatkan aktivitas

trombosit pada pasien DM mengekspresikan lebih banyak P-selektin dan

reseptor GPIIb/IIIa, sehingga trombosit menjadi lebih peka terhadap rangsang

rasa sangat nyeri pengurangan jumlah dan gangguan fungsi insulin (Kakourus,

et al. 2011). Terjadinya aktivasi dan hiperreaktivitas trombosit yang dimana

menyebabkan meningkatnya proporsi trombosit muda, sehingga terjadi

peningkatan kadar MPV dan PDW atau terjadi perubahan volume trombosit

dan perbedaan variasi ukuran trombosit yang beredar dalam darah perifer.

(Gunawan, et al. 2010).

C. Hipotesis penelitian

Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian dan kerangka konsep

penelitian ini, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan antara mean platelet volume (MPV) dan platelet

distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 di RS Baptis kota

Kediri.

H1 : Ada hubungan antara mean platelet volume (MPV) dan platelet

distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 di RS Baptis kota

Kediri.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis survey (observasional)

analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional Study. Cross sectional

survey adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini yang diteliti adalah hubungan antara

mean platelet volume dan platelet distribution width pada penderita DM tipe 2

B. Lokasi dan Tempat Penelitian

1. Lokasi

Penelitian di laksanakan di laboratorium RS Baptis kota Kediri.

2. Waktu

Penelitian di laksanakan bulan Juli 2019.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi Penelitian ini adalah

penderita DM tipe 2 rawat jalan di RS Baptis Kota Kediri, dengan jumlah

morbiditas DM Tipe 2 1 bulan terakhir sebanyak 382 pada pasien rawat

jalan.

33
34

2. Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang akan diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Notoamodjo, 2012). Sampel yang digunakan

pada penelitian ini adalah 30 penderita DM tipe 2 rawat jalan di RS Baptis

Kota Kediri

3. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Quota sampling yaitu pengambilan sampel secara quota dilkukan dengan

cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah yang

tersedia disuatu tempat yang sesuai dengan konteks penelitian

(Notoatmodjo, 2012).

D. Variable penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.

Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu

penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012).

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini dikenal

dengan variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain

(Notoatmodjo, 2012). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Diabetes

Melitus tipe 2.
35

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen merupakan variabel akibat atau yang dipengaruhi

oleh variabel bebas. Disebut variabel terikat artinya variabel ini

dipengaruhi atau tergantung dari variabel bebas (Notoatmodjo, 2012).

Variable terikat dari penelitian ini adalah kadar MPV dan PDW.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel VI.I Definisi Operasional hubungan antara MPV dan PDW pada
penderita DM tipe 2 di RS Baptis Kota Kediri

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional
Variabel DM tipe 2 Diagnosa Rekam Pemeriksaan Nominal
independen merupakan dokter pada medis laboratorium
(Bebas): penyakit Rekam
Diabetes melitus metabolik kronik medik
tipe 2 dengan
karakteristik
hiperglikemia
yang diakibatkan
adanya kelainan
pada sekresi
insulin, resistensi
insulin, atau
keduannya.
Variabel Kadar MPV Hasil Hematolo Satuan : Rasio
Dependen merupakan pemeriksaan gy fL
(terikat): ukuran rata-rata kadar MPV Analyzer
1. Kadar MPV diameter dengan SYSMEX
trombosit yang metode XN 350.
beredar dalam Flowcytomet
darah perifer. ri

2. Kadar PDW Kadar PDW Hasil Hematolo Satuan : Rasio


merupakan pemeriksaan gy %
36

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional
variasi ukuran kadar PDW AnalyzerS
diameter dengan YSMEX
trombosit yang metode XN 350.
beredar dalam Flowcytomet
darah perifer. ri

F. Instrument penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian terdapat data

primer dan sekunder berikut instrumen yang digunakan untuk memperoleh

data tersebut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti saat

berlangsungnya penelitian. Data primer tersebut berupa hasil penelitian,

yang meliputi kadar MPV dan PDW.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari instansi atau lembaga tertentu yang

bersangkutan dengan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini

diambil dari data rekam medis RS Baptis kota kediri meliputi umur , jenis

kelamin, lama pengobatan, riwayat penyakit dan keluarga.

G. Prosedur pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengamatan

(observasi), yaitu suatu prosedur yang berencana, meliputi melihat dan

mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti. Pada penelitian ini, prosedur pengumpulan data


37

dilakukan dengan cara megurus persyaratan pengambilan data ke RS Baptis

kota kediri. Mengambil data sekunder pasien serta melakukan pemeriksaan

Laboratorium.

H. Prosedur pemeriksaan

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien

Tidak diperlukan persiapan khusus untuk pemeriksaan kadar MPV

dan PDW.

b. Persiapan alat dan bahan

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar MPV dan PDW

adalah hematologi analyzer sysmex XN 350, tabung vakutainer dengan

EDTA, tourniquet, kapas alkohol, plester, holder, jarum 3 cc, sampel

darah vena dengan antikoagulan EDTA.

b. Metode : Flowcytometri

c. Prinsip

Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang

mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel

yang dilewatinya.

d. Pengambilan sampel darah vena

1) Menyapa pasien dan perkenalkan diri

2) Meminta pasien menunjukkan identitas pasien

3) Mencocokan dengan gelang identitas (untuk pasien rawat inap).

4) Mencocokan dengan formulir permintaan.


38

5) Memeriksa parameter pemeriksaan yang diminta.

6) Menyiapkan tabung sesuai dengan parameter yang diminta.

7) Menyiapkan perlengkapan plebotomi (tourniquet, swab, alkohol,

kasa kering, plester dan jarum vacutainer dengan holdernya).

8) Meminta pasien mengulurkan lenganya, identifikasi vena yang

mau diambil.

9) Mencuci tangan dan pakai sarung tangan.

10) Mengenakkan tourniquet pada lengan pasien ± 4 jari diatas fosa

cubiti (tourniquet tidak boleh terpasang > 1 menit).

11) Mengusap darah vena yang akan ditusuk dengan swab alcohol

dengan cara sirkuler (dari dalam mengarah keluar).

12) Menunggu sampai kering, sambil memasang jarum vakutainer

pada holder.

13) Menusuk vena dengan sudut ± 15-30 derajat.

14) Memasang tabung vacutainer pada jarum sesuai urutan sebagai

berikut (sesuai parameter yang diminta).

15) Melepaskan tourniquet, ambil tabung vacutainer jika darah sudah

cukup dan homogenkan.

16) Menutup bekas luka tusuk dengan kasa kering dan ambil holder.

17) Mengambil plester dan tutup bekas tusukkan dengan plester.


39

2. Analitik

Pemeriksaan MPV dan PDW menggunakan alat Hematology

Analyzer SYSMEX XN 350.

a. Lakukan order terlebih dahulu pada worklist

b. Masukkan sampel no, jenis test, pasien id, dan data pasien (bila ada),

akhiri dengan menekan Save

c. Klik manual dan ketik Sample No (no harus sesuai pada worklist)

kemudian tekan OK

d. Letakkan sampel yang telah dihomogenisasi pada sample probe

kemudian tekan tombol START

e. Dicatat hasilnya

3. Post Analitik

a. Nilai normal MPV: 6,8-10,0 fL

b. Nilai normal PDW: 9,0-17,0 %

I. Pengolahan dan analisa data

1. Pengolah data

a. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan beberapa

kumpulan data yang telah diperoleh (Notoadmojo, 2012).

b. Coding

Coding adalah kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data yang diperoleh (Notoadmojo, 2012).


40

c. Tabulating

Tabulating adalah memasukkan data ke dalam tabel dan

mengatur angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori (Notoadmojo, 2012).

d. Entering

Entering adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kode

(angka atau huruf) kedalam program komputer untuk di olah

(Notoadmojo, 2012).

e. Clearing

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahn kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data clearing) (Notoadmojo, 2012).

2. Analisa data

Hasil pemeriksaan Diabetes Melitus tipe 2 dianalisis dengan program

SPSS V.24. Uji data yang pertama dilakukan adalah uji normalitas data

bertujuan untuk melihat penyebaran dari data penelitian, dimana jika sig

(signifikan) > alpha (0,05/5%) data berdistribusi normal, sedangkan sig <

alpha (0,05/5%) data tidak berdistribusi normal. Uji statistika data yang

digunakan adalah uji kolerasi Pearson atau uji Rank spearman, karena

yang dilihat adalah adanya hubungan. Uji kolerasi menggunakan Pearson

jika data berdistribusi normal, dimana penarikan kesimpulan berdasarkan


41

nilai sig > alpha (0,05/5%) H1 diterima, sedangkan menggunakan uji

kolerasi Rank spearmen nilai sig > alpha (0,05/5%) H1 diterima (Santoso,

2017).
42

J. Kerangka kerja

Populasi:
Penderita DM tipe
2 rawat jalan di RS
Baptis Kota Kediri
Teknik Sampling:
Quota sampling

Sampel

Pemeriksaan MPV Pemeriksaan PDW

Hematology analyzer Hematology analyzer


SYSMEX XN 350 SYSMEX XN 350

Metode flowcytometri Metode flowcytometri

Hasil

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar VI.I Kerangka kerja hubungan antara MPV dan PDW pada penderita
Diabetes Melitus tipe 2 di RS Baptis Kota Kediri.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Rumah

Sakit Baptis Kota Kediri diperoleh 30 responden penderita Diabetes Melitus

Tipe 2, dengan data sebagai berikut:

Tabel V.1 Hasil penelitian kadar Mean Platelet Volume (MPV) dan Platelet
Distribution Widht (PDW)
Hasil Penelitian
Kode
No L/P Usia MPV PDW
Sampel
(fL) (%)
1 S1 P 43 10,9 10,8
2 S2 L 56 11,4 14,5
3 S3 P 55 10,4 13,1
4 S4 P 48 10,8 12,3
5 S5 P 64 11,3 15,4
6 Sǩ L 56 11,2 14,1
7 S7 L 46 10,8 12,6
8 S8 P 59 10,5 10,7
9 S9 P 51 10,4 12,1
10 S10 P 65 10,7 12,6
11 S11 P 61 10,8 11,6
12 S12 L 55 10,8 11,8
13 S13 L 79 11,1 13,8
14 S14 L 49 10,2 12,0
15 S15 P 51 10,3 10,7
16 S16 L 58 11,4 14,5
17 S17 P 64 11,8 13,7
18 S18 P 57 10,0 11.2
19 S19 P 44 10,2 11,6
20 S20 L 65 10,3 11,1
21 S21 L 69 10,1 11,9
22 S22 P 56 10,2 11,6
23 S23 P 54 10,3 11,8
24 S24 L 53 10,8 10,7
25 S25 P 62 10,5 11,5
26 S26 L 52 10,9 13,6

43
44

Hasil Penelitian
Kode
No L/P Usia MPV PDW
Sampel
(fL) (%)
27 S27 P 55 10,5 11,5
28 S28 P 54 10,4 11,4
29 S29 P 57 12,4 12,3
30 S30 L 72 11,2 11,0
Sumber : Hasil Penelitian 2019

B. Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium

Rumah Sakit Baptis Kota Kediri, diketahui karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :

Jenis Kelamin

40%
L
P
60%

Gambar V.1 Diagram karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan diagram pada gambar V.1 dapat diketahui jenis kelamin

responden laki-laki sebanyak 12 orang (40%) dan perempuan sebanyak 18

orang (60%).
45

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium

Rumah Sakit Baptis Kota Kediri, diketahui karakteristik responden

berdasarkan usia sebagai berikut :

USIA
3% 3%
17%

17% 43-49
50-56
57-63
64-70
71-77
20%
40% 78-84

Gambar V.2 Diagram karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan diagram pada gambar V.2 diatas, dapat diketahui jumlah

responden berdasarkan usia yaitu responden dengan usia antara 43-49 tahun

sebanyak 5 orang (17%), 50-56 tahun sebanyak 12 orang (40%), 57-63

tahun sebanyak 6 orang (20%), 64-70 tahun sebanyak 5 orang (17%), 71-77

tahun sebanyak 1 orang (3%), dan usia 78-84 tahun sebanyak 1 orang (3%).
46

C. Data Khusus

1. Hasil Pemeriksaan Mean Platelet Volume (MPV)

Gambar V.3 Histogram hasil pemeriksaan Mean Platelet Volume (MPV)


Berdasarkan gambar V.3 diatas dapat diketahui rata-rata hasil

pemeriksaan Mean Platelet Volume (MPV) dari 30 responden adalah 10,75

fL dengan nilai standart deviasi sebesar 0,545.

2. Hasil Pemeriksaan Platelet Distribution Widht (PDW)

Gambar V.4 Histogram hasil pemeriksaan Platelet Distribution Width (PDW)


Berdasarkan gambar V.4 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil

pemeriksaan Platelet Distribution Width (PDW) dari 30 responden adalah


47

12,25% dengan standart deviasi sebesar 1,284.

3. Uji Normalitas Data

Mengetahui data berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji

normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi

suatu data. Jumlah sampel sebanyak 30 responden, maka menggunakan uji

normalitas data berupa uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas data didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel V. 2 Hasil uji normalitas data Shapiro-Wilk

Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MPV 0,918 30 0,024
PDW 0,910 30 0,015
Sumber: Output SPSS

Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikasi

(Sig.) dari MPV 0,024,dan nilai signifikasi (Sig) dari PDW 0,015 oleh

karena nilai sig didapatkan < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

distribusi atau sebaran data tidak normal dan dapat dilanjutkan pada uji

korelasi Rank Spearman.

4. Hubungan Antara MPV dan PDW Pada Penderita DM Tipe 2

Pengolahan data atau uji statistik menggunakan uji Rank Spearman

Correlation, dalam melakukan uji Rank Spearman Correlation sumber data

untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber

yang tidak sama, jenis data yang dikorelasi adalah data rasio, serta data dari

kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Level of


48

significan: α = 0,05. Rank Spearman Correlation adalah bekerja dengan

data yang tidak normal.

Tabel V.3 Hasil uji korelasi Spearman


Correlationsb
MPV PDW
Spearman's rho MPV Correlation 1.000 0.506**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . 0.004
**
PDW Correlation 0.506 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) 0.004 .
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Listwise N = 30
Sumber: Output SPSS 2019

Uji statistik yang digunakan pada penelitian adalah Korelasi Rank

Spearman. Korelasi Rank Spearman adalah digunakan untuk jenis data yang

berdistribusi tidak normal. Sebelum dilakukan uji korelasi Rank Spearman,

dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah

sampel pada penelitian ini ≤ 50, dan nilai sig yang didapatkan pada uji

normalitas data tersebut (sig < α (0.050) maka menunjukkan bahwa jenis

data yang berdistribusi tidak normal.

Interprestasi hasil uji hipotesis korelasi Menurut Dahlan, 2014 sebagai

berikut:

a. 0,0-0,2 : Sangat rendah/tidak ada korelasi

b. 0,2-0,4 : Rendah

c. 0,4-<0,6 : Sedang

d. 0,6-<0,8 : Kuat

e. 0,8-1,00 : Sangat kuat


49

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman terhadap hubungan

hubungan antara mean platelet volume (MPV) dan platelet distribution

width (PDW) pada penderita DM tipe 2 di RS Baptis kota Kediri didapatkan

nilai r-hitung = 0,506 > r-tabel 0,361 (df=30) dan nilai sig 0,004 < α (0,05)

hal ini berarti H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

dengan kekuatan kolerasi sedang antara mean platelet volume (MPV) dan

platelet distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 di RS Baptis

kota Kediri.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Pasien DM tipe-2 terjadi percepatan trombopoiesis dan

peningkatan pergantian trombosit atau yang biasa disebut platelet turnover.

Peningkatan dua kali lipat pergantian trombosit terjadi karena waktu

kelangsungan hidup trombosit yang menurun dan peningkatan masuknya

trombosit-trombosit baru ke dalam sirkulasi. Pergantian trombosit meningkat,

terjadi peningkatan ukuran trombosit yang lebih besar dan reaktif yang

dilepaskan dari megakariosit sumsum tulang belakang, sehingga bersifat lebih

trombogenik (Kemenkes RI, 2013).

Pasien DM tipe 2 juga menunjukkan berbagai abnormalitas pada

trombosit berupa peningkatan ekspresi protein permukaan, bertambahnya

konsentrasi kalsium sitosolik, meningkatnya turnover trombosit dan stres

oksidatif. Berbagai abnormalitas ini dapat meningkatkan kemampuan trombosit

untuk mengalami adhesi, agregasi dan aktivasi (Colwell &Nesto, 2003; Grant,

2007)

MPV merupakan salah satu parameter dari indeks trombosit. Indeks

trombosit yaitu Mean platelet volume (MPV) indikator dalam menggambarkan

volume trombosit rerata yang merefleksikan perubahan morfologi akibat

50
51

rangsangan atau aktivasi trombosit, Platelet distribution width (PDW) yang

indikator yang menggambarkan keheterogenan dari ukuran trombosit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan tujuan untuk

mengetahui hubungan antara mean platelet volume (MPV) dan platelet

distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 yang dilaksanakan di

Rumah Sakit Baptis kota Kediri didapatkan 30 responden penderita DM tipe 2.

Hasil dari sampel yang diperoleh sebanyak 40% responden berjenis kelamin

laki-laki dan 60% responden berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini

sesuai dengan pendapat Setyowati (2015) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara jenis kelamin dengan pasien yang menderita DM tipe 2 dan

terutama pada jenis kelamin wanita. Hal ini disebabkan, karena perempuan

terutama dalam aspek mental atau psikologinya lebih mudah cemas dan depresi

yang dapat meningkatkan kadar gula darah hingga penyebab terkena penyakit

kronis lainnya.

Berdasarkan hasil peneliti yang dijelaskan gambar V.2 menunjukkan

bahwa DM tipe 2 di RS Baptis Kota Kediri terjadi pada usia 43-79 Tahun.

Hasil penelitian dari 30 sampel menunjukkan sebagaian besar DM tipe 2

adalah pasien dengan usai 50-56 tahun sebanyak 40%. Hal ini sependapat

dengan hasil penemuan Effendi (2012) bahwa diabetes Tipe 2 banyak terjadi

pada usia 50 tahun ke atas karena pada usia tersebut fungsi organ tubuh

semakin menurun mengakibatkan menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk

memproduksi insulin. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya

kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin.


52

Penderita DM tipe 2 juga terjadi perubahan morfologi dan fungsi

trombosit dimana terjadi peningkatan aktivasi trombosit dibandingkan dengan

subyek non diabetes. Sel trombosit pada penderita DM akan mengekspresikan

lebih banyak P-Selektin dan reseptor GP IIb/IIIa sehingga lebih sensitif

terhadap rangsangan zat-zat agonis ( zat yang bekerja dengan mengaktifikan

sel beta-2 reseptor yang berfungsi melemaskan otot-otot pada saluran

pernapasan dan membuka jalan napas), dibandingkan dengan trombosit pada

subjek non-DM. Trombosit ini mengakibatkan meningkatnya respon aktivasi

dan agregasi (hiperreaktivitas trombosit) (Kim, et al. 2013). Berdasarkan hasil

pemeriksaan pada MPV yang ditunjukkan gambar V.3 menunjukkan bahwa

penderita DM tipe 2 memiliki rerata volume trombosit 10.75 fL dan sebanyak

26,67% berada di atas nilai normal. Padahal Rechinski, et al (2013)

menyatakan nilai normal MPV sebanyak 6,5–11,0 fL, jika nilai MPV

meningkat, hal tersebut mengindikasikan banyaknya trombosit berukuran besar

yang merupakan tanda dari peningkatan pergantian trombosit. Meningkatnya

nilai MPV dan fungsi trombosit pada pasien DM akan meningkatkan

komplikasi vaskular yang dapat terjadi (Radha & Selvam, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan di RS Baptis Kota Kediri juga

menunjukkan hasil indeks trombosit PDW. Hasil penilitian dari 30 responden

memiliki rerata PDW sebesar 12,25%. Sehingga angka rerata PDW ini masih

berada pada nilai normal PDW adalah 10,0-17%, PDW merupakan gambaran

dari masa hidup trombosit yang pendek yang timbul akibat peningkatan

aktivasi dekstuksi trombosit, maka akan terjadi proses trombopoietik atau


53

pembentukan trombosit yang baru untuk mengatasi keadaan tersebut. Apabila

hal tersebut terus berlangsung maka sumsum tulang akan mengeluarkan

megakariosit muda yang berukuran lebih besar sebagai kompensasi dari

keadaan trombositopenia yang berlangsung secara terus-menerus, sehingga

terjadi variasi ukuran trombosit di sirkulasi. Meningkatnya proporsi trombosit

muda diiringi dengan peningkatan ukuran diameter rata-rata trombosit yang

beredar dalam darah perifer (Rechcinski, 2013).

Responden yang sehat, Nilai MPV dan PDW berada dalam hubungan

terbalik dengan jumlah trombosit dimana dalam keadaan normal, trombosit

bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah tetapi jika terdapat

kerusakan pembuluh darah, trombosit akan tertarik ke daerah tersebut sebagai

respon terhadap kolagen yang terpajan ke permukaan yang rusak dan

mengeluarga serotonin dan histamin yang menyebabkan terjadinya

vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah) (Rechcinski, 2013). Hasil uji

korelasi Rank Spearman dari penelitian ini menunjukkan nilai r-hitung = 0,506

> r-tabel 0,361 (df=30) dan nilai sig 0,004 < α (0,05) hal ini berarti H1 diterima

dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara mean platelet volume

(MPV) dan platelet distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 di RS

Baptis kota Kediri. Besarnya nilai r = 0,506 menunjukkan korelasi yang

sedang, yang artinya peningkatan nilai MPV juga seiring dengan meningkatnya

PDW dalam trombosit penderita DM tipe 2. Begitu juga dari tinjauan hasil

penelitian terdahulu oleh Setyowati (2015) bahwa tingkat MPV dan PDW juga

menjadi faktor penyebab DM tipe 2. Hal ini terbukti dengan hasil penelitiannya
54

mengenai hubungan MPV dan PDW terhadap penderita DM tipe 2 dengan

hasil penelitian kolerasi nilai r-hitung = 0,505 > r–table= 0,361 yang

menunjukan adanya kolerasi antara MPV dan PDW pada penderita DM Tipe 2.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak dapat melakukan pengambilan sampel sendiri

2. Peneliti tidak mengikuti Quality Control pada alat pemeriksaan

3. Peneliti tidak dapat memperhatikan faktor-faktor pengganggu dari

pemeriksaan seperti aktifitas fisik, makanan, obat ataupun riwayat

pengobatan lainnya kepada pasien.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara mean platelet volume

(MPV) dan platelet distribution width (PDW) pada penderita DM tipe 2 di RS

Baptis kota Kediri uji statistik menggunakan uji korelasi Rank Spearman maka

dapat disimpulkan bahwa: rata-rata MPV pada penderita Diabetes Melitus Tipe

2 yaitu 10,75 fL, rata-rata PDW pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu

12,25%, terdapat hubungan antara mean platelet volume (MPV) dan platelet

distribution width (PDW) dengan kolerasi sedang pada penderita DM tipe 2 di

RS Baptis kota Kediri.

B. Saran

1. Instansi kesehatan

Dijadikan referensi bahwa nilai MPV dan PDW dapat dijadikan

pemeriksaan penunjang bagi pederita Diabetes Melitus.

2. Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian ini, masyarakat diharapkan untuk lebih

menjaga pola hidup sehat yaitu melakukan olahraga, menjaga pola makan

dan rutin agar terhindar dari komplikasi mikrovaskuler maupun komplikasi

makrovaskuler yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus.

3. Ahli Teknologi Laboratorium Medis

a. Memperhatikan parameter yang tepat dalam melakukan pemeriksaan.

55
56

b. Menginformasikan kepada pasien untuk melakukan persiapan yang

harus dijalani pasien sebelum melakukan pengambilan darah untuk

pemeriksaan trombosit.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan

pengambilan sampel darah sendiri.

b. Diharapkan bagi peneliti untuk ikut melakukan Quality control pada alat.

c. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memperhatikan faktor-faktor

pengganggu dari pemeriksaan seperti aktifitas fisik, makanan, obat

ataupun riwayat pengobatan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2011. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. America: Diabetes Care.; hlm. 34.

Bakta, I Made, 2006. Relationship between platelet count and hematocrit. JACC
Journals. 39(6):1072-77

Bilous, R., Donelly, R., 2015. Buku pegangan Diabetes Edisi ke 4 (Terjemahan
Egi Komara Yudha). Jakarta: Bumi Medika

Brunnert & Suddarth’s. (2012). Texbook of medical surgical nursing.Lippincot:


Williams & Wilkins.

Budhiarta dkk, 2005. Pola Penderita Diabetes Melitus yang Dirawat di Bagian
Penyakit DalamRS Persahabatan. Naskah Lengkap. Kongres Nasional
Jakarta.

Chu SG, Becker RC, Berger PB, Bhatt DL, Eikelboom JW, Konkle B, et al,
2010. Mean platelet volume as a predictor of cardiovascular risk: A
systematic review and metaanalysis. J Thromb Haemost.;8(1);148-56. doi:
10.1111/j.1538-7836.2009.03584.x.

Colwell JA, Nesto RW. 2003. The platelet in diabetes: focus on prevention of
ischemic events. Diabetes Care. 26(7): 2181–88.

Effendi, 2012. Gambaran Distribusi Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan Di


Badan RSUD Manna Bengkulu Selatan 1999-2001: Universitas Sumatra
Utara

Ferreiro JL, Angiolillo DJ. 2011. Diabetes and antiplatelet therapy in acute
coronary syndrome. Circulation.;123:798-813.

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Gasparyan et al, Stanton B, St Geme JW, Schor NF, and Behrman RE 2011.
Platelet abnormalities in diabetes mellitus. 251 Diabetes and Vascular
Disease Research. 2010;7:251-9.

Giacomini, 2003. Platelet activity in patients with type 2 diabetes in eastern


Nigeria. Res. J. Pharmacol. 2012;6(3):48-51

Grant PJ. 2007. Diabetes mellitus as a prothrombotic condition. J Intern


Med.157–72.

Goldstand & Mueller. 2008 . Dietary Fat adn Risk of Clinic Type Diabetes.
A,erican Journal of Epidemiology. Vol 159, No. 1

57
58

Gunawan S, Sutanto FC, Tatura SNN, Mantik MFJ. 2010. Platelet distribution
width dan mean platelet volume: hubungan dengan derajat penyakit demam
berdarah dengue. Sari Pediatri. 12(2): 74-7.

Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2006). 11 Edition. Textbook of Medical


Physiology.Elsevier Inc.

Herlena, E., Widyaningsih. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap


Penderita Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di
RSUD AM. Parkesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal
Bedah, 1, 58-74.

Himawan, 2003. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes


Melitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Tesis Universitas
Diponegoro.

Hoffbrand, 2016. Sex related differences in platelet aggregation: influence of the


hematocrit. Blood Journal of American Society Hematology. 56(1):38-41

Inzucchi, Porte, Sherwin, dan Baron, 2005. Diabetes Type-2: Principles and
Practice. New York: Informa Healthcare.

Jansson, S.P.O. 2014. A Longiytudinal study of Diabetes Melitus. With Special


Reference to Incidenceand Prevalence, and to Determinants of
Macrovascular Complications and Mortality. Sweden: Uppsala
universitypress.

Kakourus, et al, 2011. Faktor resiko kejadian Diabetes Melitus Tipe II di


Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat . Jakarta.

Kaku K. 2010. Pathophysiology of type 2 diabetes and its treatment policy. Japan
Med Assoc J. 60(5–6): 361–8.

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kemenkes RI.
Jakarta

Kim et al. Feigin and Cherry’s, 2013. Textbook of Pediatric Infectious Diseases.
Philadelphia: Elsevier Saunders.

Koeswardani, Wulandari, A., Zulaikah, S., 2002. Perbandingan Antara Hitung


Trombosit Dengan Alat Hitung Otomatis Dan Cara Manual Tidak
Langsung. Jurnal Healthy Science.

Koenen, 2016. Platet indices. Karbala J Med. 2014; 7(2):1952-1958. 7

Kosasih ,2008. Regulasi Koagulasi dan Fibrinolisis, dalam : Sutaryo (ed).Tata


Laksana Syok dan Perdarahan Pada DBD. Yogyakarta : Medika FK-UGM.
59

Kumar & Das, 2011. Mean platelet volume and platelet distribution width in
hepatosteatrosis. Nat J of Med Res 3:264-6.

Kurniadi, H., Nurrahmi, U., 2014. Penyakit Jantung Koroner, Kolesterol Tinggi,
Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media

Maitra A. 2015. The endocrine system. Dalam: Kumar V, Abbas AK, Aster JC,
penyunting. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Edisi ke-9.
Philadelphia: Elsevier Saunders. hlm. 1073–140.

Martin J, Jaroslav M. 2015. Prognostic value of mean platelet volume in patients


after acute coronary syndrome. Anatolian J Cardiol.;15;31-2.

Masharani U, German MS. 2011. Pancreatic hormones and diabetes mellitus.


Dalam: Gardner DG, Shoback D, penyunting. Greenspan’s Basic and
Clinical Endocrinology. Edisi ke-9. New York: McGraw-Hill Medical. hlm.
573–656.

Mitchell RN, Kumar, Abbas, Fausto. 2008.Buku saku dasar patologis penyakit
robbins & cotran. Edisi 7. Jakarta: EGC;. h. 377-80

Mutlu F, Güven K, Yilmaz A, Aydin H, Korkmaz I. 2010. Platelet aggregation


responses in type 2 diabetic patients. Health. 2(7): 708–12.

Nathan DM, Davidson MB, DeFronzo RA, Heine RJ, Henry RR, Pratley R,
Zinman B, Kahn R. 2007. Impaired fasting glucose and impaired glucose
tolerance: Implications for care. Diabetes Care. 30(3): 753–9.

Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke


Cipta.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsensus pengelolaan


dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta;.

Radha & Selvan, 2016. Evaluation of Platelet Indices in Patients with Dengue
Infections. International Journal of Scientific Research. 2016; 5(7).

Ramaiah, Savitri. 2008. Diabetes: Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan


Mendeteksinya Sejak Dini. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Rechinski T, Jasinska, A, Forys J, Pakula, MK, Drabik KW, Plewka M, Peruga


JZ, Kasprzak JD. 2013. Prognostic value of platelet indices after acute
myocardial infarction treated with primary percutaneous coronary
intervention. Cardiology J: 20(5): 491-8

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2017. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI. Diakses 16 Oktober 2018.
60

Sadikin, 2013. Association of increased platelet-associated immunoglobulins with


thrombocytopenia and the severity of disease in secondary dengue virus
infections. Clin Exp Immunol.;138:299-303.

Saldek.2007 Hidup Secara Mandiri dengan: Diabetes Mellitus, Kencing Manis,


Sakit Gula. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selma Ates, 2015. Platelet Distributin Width (PDW) dan Mean Platelet Volume
(MPV) Sebagai Prediktor Beratnya Demam Berdarah Dengue pada Anak.
Surakarta: FK UNS. 14

Santoso, 2015. A Study of Serum Uric Acid in Diabetes Mellitus and Prediabetes
in a South Indian Tertyari Care Hospital.

Setyowati, 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Melaksanakan Diet Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Wolaang Kecamatan Langowan Timur”. Ejournal Keperawatan (e-Kp).
3(2).

Teixeria L. 2011. Regular physical exercise training assists in preventing type 2


diabetes development: focus on its antioxidant and anti-inflammantory
properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology.; 10(2);1-15.

Wirawan R, 2006. Analisis Indeks Trombosit Pada Pasien Infeksi dengue. FK


UGM. Yogyakarta.

World Health Organization (WHO). 2011. Cardiovaskular Disease.

World Health Organization (WHO). 2003. Global Diabetes mellitus Report.


Geneva: WHO Press.
61

LAMPIRAN
62

Lampiran 1. Surat Persetujuan Judul Skripsi


63

Lampiran 2. Surat Observasi


64

Lampiran 3. Surat ijin pengambilan data awal


65

Lampiran 4. Surat Keterangan melanjutkan penelitian


66

Lampiran 5. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian


67

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian


68

Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penelitian


69

Lampiran 8. Lembar Informed Consent


70
71

Lampiran 9. Prosedur Kerja Alat Hematology Analyzer SYSMEX-XN 350


72

Lampiran 10. Contoh Hasil Pemeriksaan


73

Lampiran 11. Surat keterangan melakukan penelitian


74

Lampiran 12. Lembar bimbingan skripsi


75

Lampiran 13. Dokumentasi Alat

Hematology Analyzer SYSMEX XN-350


76

Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian

Sampel di homogenkan pada rotator

Pemeriksaan kadar MPV dan PDW

Input Data Pasien

Anda mungkin juga menyukai