SKRIPSI
IKA PRATIWI
NIM : 030.12.124
SKRIPSI
IKA PRATIWI
NIM : 030.12.124
i
PERSETUJUAN
Skripsi
Judul:
HUBUNGAN ANTARA KADAR GULA DARAH POST
PRANDIAL DAN HEMOGLOBIN TERGLIKOSILASI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
IKA PRATIWI
030.12.124
Pembimbing
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul:
HUBUNGAN ANTARA KADAR GULA DARAH POST
PRANDIAL DAN HEMOGLOBIN TERGLIKOSILASI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
IKA PRATIWI
030.12.124
Anggota Penguji
Nama : Dr. Ronald Irwanto, SpPD-KPTI, FINASIM .
NIK : 2604 / USAKTI
Anggota Penguji
Nama :Prof. Dr. Julius E. Surjawidjaja, Sp.MK ...
NIK : 0111 / USAKTI
Jakarta, 2015
Dekan FK Trisakti
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai
suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No.17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Materai
Rp6.000
IKA PRATIWI
030.12.124
iv
KATA PENGANTAR
v
9. Seluruh Staff di Rekam Medik beserta Staff Laboratorium Rumah
Sakit Siloam Semanggi atas bantuannya kepada peneliti.
10. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
11. Teman-teman satu dosen pembimbing peneliti (Harum Melati, Heri
Angga Prayogo) yang telah memberikan dukungan,bantuan dan saran
dalam penulisan skripsi
12. Teman-teman peneliti yang telah memberikan dukungan ,motivasi
dan saran dalam penulisan skripsi (Lifftizia Effif, Dwi Nimas
Soepeno, Fitria Ayu Lestari, Ira Rahmawati Sigit dan seluruh teman-
teman peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta )
13. Teman-teman kelompok KKD 22 yang telah memberikan dukungan
(Mas Aditya Subangil, Risadayanti, Retno Manggalih, dan Marcella
Karauan)
14. Semua pihak lain yang turut membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu peneliti mengharapkan berbagai saran dan masukan untuk
perbaikan selanjutnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para penuntut ilmu, pengajar, dan bagi
perkembangan ilmu khususnya di bidang kesehatan.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI DAN DEKAN iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN. iv
KATA PENGANTAR.. v
DAFTAR ISI .... vii
DAFTAR TABEL. ix
DAFTAR GAMBAR.... x
DAFTAR LAMPIRAN. xi
ABSTRAK. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..... 1
1.2 Perumusan Masalah. 2
1.3 Tujuan Umum . 2
1.4 Tujuan Khusus 2
1.5 Hipotesis . 2
1.6 Manfaat
1.6.1 Ilmu Pengetahuan .. 2
1.6.2 Profesi 3
1.6.3 Masyarakat .... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA,RINGKASAN PUSTAKA DAN
KERANGKA TEORI
2.1 Diabetes Melitus...... 4
2.1.1 Epidemiologi.. 4
2.1.2 Klasifikasi...... 5
2.1.3 Faktor Risiko ........................ 6
2.1.4 Diagnosis............................... 6
2.2 HbA1c...................... 7
2.2.1 Cara Kerja HbA1c............. 7
2.2.2 Aspek Klinik HbA1c................. 7
2.2.3 Interpretasi Dan Faktor Yang
Mempengaruhi HbA1c ............ 8
2.3 Gula Darah Postprandial. 9
2.4 Hubungan Kadar Gula 2 jam Postprandial Dengan
HbA1c............................. 11
2.5 Ringkasan Pustaka 12
2.6 Kerangka Teori ........ 14
vii
BAB IV METODE
4.1 Rancangan Penelitian .. 18
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 18
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian .......... 19
4.5 Analisis Data ........ 19
4.6 Alur Penelitian ..... 19
4.7 Etika Penelitian ........ 19
4.8 Penjadwalan Penelitian 20
4.9 Biaya Penelitian 20
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subyek Penelitian.. 21
5.2 Hubungan gula darah puasa dan HbA1c. 21
BAB VI PEMBAHASAN 25
viii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Melitus.... 5
Tabel 2. Faktor Risiko Diabetes Melitus... 6
Tabel 3. Intepretasi Kadar Diabetes Melitus .... 8
Tabel 4. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar HbA1c 9
Tabel 5. Ringkasan Pustaka.. 12
Tabel 6. Definisi Operasional 16
Tabel 7. Karakteristik Subyek Penelitian.. 21
Tabel 8. Kadar HbA1c dan gula darah puasa berdasarkan kelompok usia. 22
Tabel 9. Kadar HbA1c dan gula darah puasa berdasarkan jenis kelamin. 22
ix
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Diagnosis Diabetes Melitus.. 6
Gambar 2. Kerangka Teori. 14
Gambar 3. Kerangka Konsep. 15
Gambar 4. Alur Penelitian.. 20
Gambar 5. Scatter plot hubungan antara gula darah
post prandialdengan HbA1c 23
x
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Penjadwalan Penelitian. 31
Lampiran 2. Hasil SPSS 32
Lampiran 3. Kaji Etik Penelitian 38
Lampiran 4. Surat Keterangan Pengambilan Data. 39
xi
ABSTRAK
Hubungan Antara Kadar Gula Darah Post Prandial dan Hemoglobin A1c
pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2
HASIL: subyek terdiri dari 67 laki-laki dan 33 perempuan, sebagian besar berusia
45-54 tahun (34%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan r = 0,76 yang
menandakan adanya korelasi searah yang kuat antara gula darah post prandial
dengan HbA1c.
KESIMPULAN: Semakin tinggi kadar gula darah post prandial pasien diabetes
melitus tipe 2, maka semakin tinggi kadar HbA1c.
KATA KUNCI: Gula darah post prandial, Hemoglobin A1c, Diabetes melitus tipe 2
xii
ABSTRACT
METHODS This study used a cross-sectional design Analytical. The samples used
were 100 people with type 2 diabetes aged 22 to 79 years. The data is secondary data
from the medical records of patients who examine HbA1c and Post Prandial Blood
Sugar at Siloam Hospital Semanggi laboratory from 2014 to 2015. Data analysis is
univariate and bivariate, where the bivariate analysis is using Pearson and processed
with SPSS version 21
RESULTS: subjects consisted of 67 male and 33 female, with most aged 45-54 years
(34%). Based on the sample studied r = 0.76 which indicates the direction of a strong
correlation between post-prandial blood sugar with HbA1c
CONCLUSION: The higher the post prandial blood sugar levels of patients with
diabetes mellitus type 2, the higher the levels of HbA1c. Which means there is
significant correlation between post prandial blood sugar and HbA1c.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi Diabetes
melitus yang terdiagnosis atau bergejala tertinggi pada umur 55-64 tahun.(2)
Prevalensi DM di perkotaan (14,7%) dan di daerah pedesaan (7,2%) , hal tersebut
memprediksikan bahwa pada tahun 2003 akan ada 8,2 juta orang di daerah perkotaan
dan 5,5 juta orang di daerah perdesasaan yang mederita DM. Sebuah studi oleh
Asosiasi Riset Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2007,
menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah perkotaan di Indonesia seseorang yang
berumur 15 tahun dan diatas 15 tahun adalah 5,7%.Tingkat prevalensi terendah dan
tertinggi di indonesia adalah 1,7% di Papua dan 11,1% di Maluku Utara dan
Kalimantan Barat. Prevalensi gangguan toleransi glukosa berkisar antara 4,0% di
Provinsi Jambi dan 21,8% di Provinsi Papua Barat. (3)
Uji A1C memberikan ukuran yang dapat diandalkan pada glikemia kronis dan
berkorelasi baik dengan risiko komplikasi diabetes jangka panjang. Diagnosis
diabetes ditegakkan jika tingkat A1C adalah 6.5%. Diagnosis harus dikonfirmasi
dengan tes ulang A1C kecuali jika terdapat gejala klinis dan kadar glukosa darah 200
mg / dl (11.1 mmol / l) . (4)
1
Arti dari kata postprandial adalah setelah makan; Oleh karena itu, konsentrasi
pemeriksaan gula darah post prandial mengacu pada konsentrasi glukosa plasma
setelah makan. Profil gula darah Postprandial ditentukan oleh penyerapan
karbohidrat, insulin , sekresi glukagon, dan efek koordinasi dari tiga hal tersebut
terhadap metabolisme glukosa di hati dan jaringan perifer . Besar dan waktu
konsentrasi puncak glukosa plasma tergantung pada berbagai faktor yaitu waktu,
jumlah, dan komposisi makanan. Pada individu nondiabetes, konsentrasi puncak
glukosa plasma terjadi dalam 60 menit setelah dimulainya makan, jarang melebihi
140mg/dl, dan kembali ke tingkat preprandial dalam waktu 2-3 jam. (5)
banyak spekuslasi mengenai hubungan pemeriksaan HbA1c dan kadar gula darah
post prandial tersebut ,tetapi pada penelitian yang dilakukan Roesdiani pada tahun
2006 di Malaysia yang meneliti hubungan gula darah puasa , gula darah jam post
prandial , HbA1c dan fruktosamin didapatkan bahwa gula darah post prandial
memiliki korelasi yang lebih baik terhadap HbA1c dari pada gula darah puasa .(6) dan
pada penelitian lain yang dilakukan oleh Saeed pada tahun yang sama di India
didapatkan hasil yang berbeda dimana gula darah puasa lebih berhubungan dengan
HbA1c daripada gula darah post prandial (7)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya kontrol gula darah Postprandial yang
baik terhadap kadar HbA1c.
Menentukan korelasi antara kadar gula darah post prandial dan HbA1c
2
1.5 Hipotesis
Terdapat korelasi HbA1c dengan kadar gula darah post prandial pada pasien
diabetes melitus tipe 2
1.6 Manfaat
1.6.1 ilmu pengetahuan
Mengetahui adanya hubungan kadar gula darah 2 jam post prandial dengan HbA1c
1.6.2 profesi
Degan hasil penelitian ini diharapkan sejawat dapat mengedukasi mengenai peran
HbA1c dalam penegakan diagnosis dan terapi Diabetes melitus
1.6.3 masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kesadaran kepada masyarakat mengenai
pentingnya HbA1c dalam kendali gula darah 2 jam post prandial dalam tatalaksana
Diabetes Melitus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA,RINGKASAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1.1 Epidemiologi
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 prevalensi Diabetes
melitus yang terdiagnosis atau bergejala tertinggi pada umur 55-64 tahun.(2)
prevalensi DM di perkotaan (14,7%) dan di daerah pedesaan (7,2%) , hal tersebut
memprediksikan bahwa pada tahun 2003 akan ada 8,2 juta orang di daerah perkotaan
dan 5,5 juta orang di daerah perdesasaan yang mederita DM. Sebuah studi oleh
Asosiasi Riset Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2007,
menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah perkotaan di Indonesia seseorang yang
berumur 15 tahun dan diatas 15 tahun adalah 5,7%.Tingkat prevalensi terendah dan
tertinggi di indonesia adalah 1,7% di Papua dan 11,1% di Maluku Utara dan
Kalimantan Barat. Prevalensi gangguan toleransi glukosa berkisar antara 4,0% di
Provinsi Jambi dan 21,8% di Provinsi Papua Barat. (3)
2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya Diabetes Mellitus dibagi menjadi empat yaitu DM tipe
1,DM tipe 2,DM tipe lainnya dan DM gestasional. (3)
4
Diabetes tipe 1 atau juga disebut juvenile-onset diabetes timbul karena proses
autoimmune (selular-mediated autoimmune) yang merusak sel pankreas. Pada tipe
ini produksi insulin sangat sedikit atau bahkan tidak ada, biasanya terlihat dari
rendahnya atau tidak terdeteksinya kadar C-peptide plasma.(10,11)
Pada diabetes tipe 2 kebanyakan penderita diabetes ini mengalami obesitas dan
obeitas inilah yang dapat menyebabkan resistensi insulin.(10,12)
Sedangkan diabetes tipe lainnya disebabkan oleh penyakit eksokrin pankreas,karena
zat kimia ,infeksi dan lain-lain.(10) Dan terakhir adalah diabetes melitus gestasional
yang biasanya terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dengan penyebab
diabetes yang tidak jelas. Biasanya faktor resiko meningkat pada kehamilan dengan
peningkatan berat badan berlebihan.(10,13) Dan berikut adalah tabel klasifikasi
diabetes melitus ;
Tabel 1 : Klasifikasi Diabetes Melitus(3)
5
2.1.3 Faktor resiko
Berikut ini adalah faktor resiko dari diabetes mellitus ;
Tabel 2: Faktor Risiko Diabetes Melitus(9)
ATAU
ATAU
6
2.2 HbA1C
Tes HbA1C adalah suatu pemeriksaan darah yang memberikan informasi tentang
tingkat glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir. Tes HbA1C kadang-kadang
disebut A1c hemoglobin atau tes glycohemoglobin. Tes A1C adalah tes utama yang
digunakan untuk manajemen diabetes dan penelitian diabetes. (4)
7
2.2.3 Interpretsi HbA1c dan Faktor Yang Mempengaruhi HbA1c
Target umum untuk perawatan pasien diabetes adalah 53 mmol / mol (7%) dan
direkomendasi untuk memperkuat terapi ketika tingkat HbA1c melebihi 64 mmol /
mol (8%). Konsentrasi HbA1c dengan nilai <40 mmol / mol (5,8%) menunjukkan
risiko rendah untuk diabetes, sedangkan yang> 46 mmol / mol (6,4%) menunjukkan
adanya diabetes. Konsentrasi HbA1c dari 40-46 mmol / mol (5,8-6,4%) berhubungan
dengan peningkatan risiko diabetes. (14,15) Berikut adalah tabel standar interpretasi
HbA1c:
8
Dan berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar HbA1c:
Tabel 4 : Faktor Yang Mempengaruhi Kadar HbA1c(16)
3.1 Erythropoiesis
Meningkatkan HbA1c: defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, penurunan
eritropoesis.
Menurunkan HbA1c: pemberian eritopoetin, besi, vitamin B12,
retikulositosis, penyakit hati kronik.
3.2 Perubahan Hemoglobin
Meningkatkan atau menurunkan HbA1c: Genetik atau perubahan kimia
pada hemoglobin: haemoglobiniphaties, HbF, methaemoglobin,
3.3 Glikasi
Meningkatkan HbA1c: alkohol, penyakit ginjal kronik, penurunan pH
eritrosit
Menurunkan HbA1c: aspirin, vitamin C dan E, haemoglobinophaties,
peningkatan pH eritrosit,
3.4 Kerusakan Eritrosit.
Meningkatkan HbA1c: penignkatan siklus hidup eritrosit,: Splenectomy.
Menurunkan HbA1c: penurunan siklus hidup eritrosit:
haemoglobinopathies, splenomegaly, rheumatoid arthritis atau obat-obatan
seperti antiretrovirus, ribavirin dan dapsone.
3.5 Lain-lain
Meningkatakan HbA1c: hyperbilirubinaemia, carbamyl hemoglobin,
alcoholism, penggunaan aspirin dosis tinggi, pecandu opiate.
Variable HbA1c : haemoglobinopathies.
Menurunkan HbA1c: hypertriglyceridaemia.
9
2.3 Gula Darah Postprandial
Arti dari kata post prandial adalah setelah makan; Oleh karena itu, konsentrasi
pemeriksaan ini mengacu pada konsentrasi glukosa plasma setelah makan. Banyak
faktor yang menentukan profil gula darah post prandial. Profil gula darah post
prandial ditentukan oleh penyerapan karbohidrat, insulin , sekresi glukagon, dan efek
koordinasi dari tiga hal tersebut terhadap metabolisme glukosa di hati dan jaringan
perifer . Besar dan waktu konsentrasi puncak glukosa plasma tergantung pada
berbagai faktor yaitu waktu, jumlah, dan komposisi makanan. Pada individu
nondiabetes, konsentrasi puncak glukosa plasma terjadi dalam 60 menit setelah
dimulainya makan, jarang melebihi 140mg/dl, dan kembali ke tingkat preprandial
dalam waktu 2-3 jam. (17)
Pada tipe 2 pasien diabetes, kadar puncak insulin tertunda dan tidak cukup untuk
mengontrol gula darah setelah makan . Dalam diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 ,
kelainan pada insulin dan sekresi glukagon, penyerapan glukosa hepatik, penekanan
produksi glukosa hepatik, dan penyerapan glukosa perifer berkontribusi untuk
meningkatkan dan membuat ekskursi gula darah setelah makan lebih lama daripada
individu nondiabetes. Karena penyerapan makanan yang berlangsung dalam 5- 6 jam
setelah makan pada individu yang terkena dibetes maupun yang tidak terkena
diabetes, Secara umum pengukuran glukosa plasma 2 jam setelah makan umumnya
mendekati nilai puncak pada pasien dengan diabetes. (20)
10
cukup kuat pada pemeriksaan tersebut.(6,18,21) Dan tidak terdapat pengaruh yang
signifikan pada ras terhadap pemeriksaan HbA1c dan gula darah Postprandial. (22)
Pada studi yang meneliti tentang hubungan antara HbA1c dan monitor gula darah
yang kontinu pada daerah urban di China yang melibatkan 673 subyek, pemeriksaan
tersebut dibagi menjadi tiga grup yaitu subjek yang non diabetes yang memiliki
regulasi gula yang normal n=121 ,regulasi gula yang buruk n=209 dan penderita
yang baru di diagnosis menderita DM tipe 2 .Dalam pemeriksaan tersebut dapat kita
lihat terdapat korelasi antara gula darah 2 jam Postprandial dengan HbA1c yang
cukup kuat. (23)
Pada penelitian lain dijelaskan bahwa gula 2 jam Postprandial,gula darah puasa
memimiliki asosiasi positif dengan eGFR pada HbA1c yang memiliki kadar < 7 %,
penelitian ini dilakukan pada subyek yang berumur > 40 tahun yang kemudian dibagi
menjadi dua group yaitu subyek yang memiliki kadar HbA1c <7% dan subyek yang
memiliki HbA1c > 7%.(24)
HbA1c memiliki kontribusi relatif pada gula darah Postprandial yang menurun
secara bertahap dari kuantil yang terendah sampai kuantil tertinggi HbA1c, yang
dimana kuantil HbA1c terendah dari pemeriksaan tersebut adalah <7,3% dan kuantil
yang tertinggi adalah > 10,2 % . Jadi kesimpulan dari pemeriksaan tersebut adalah
gula darah Postprandial memiliki kontribusi yang predominan (>50%) pada HbA1C
dengan kadar <7,3% . (17)
Dan dalam penilitian hubungan HbA1c dan gula darah post prandial yang lain
terdapat pro dan kontra dimana Gupta dkk, Saeed dkk menyatakan bahwa gula darah
puasa lebih berkolerasi dengan HbA1c dibandingkan gula darah postprandial.(7,25)
Sedangkan beberapa peniliti lain yaitu Ketema dan Datta menyatakan bahwa gula
darah puasa postprandial lebih berkolerasi dengan HbA1c dibandingkan dengan gula
darah puasa.(26,27)
11
2.5 Ringkasan Pustaka
Table 5. Ringkasan Pustaka
Peneliti Lokasi Studi Desain Subyek Variabel yang Lama Hasil Akhir
Penelitia Studi diteliti Waktu
n Studi
Jian Zhou, China Cohort Subjek HbA1c,gula darah - Terdapat korelasi yang kuat antara
et al, Prospective n=673 puasa, gula darah 2 gula darah 2 jam post prandial dan
2013(24) jam post prandial, HbA1c
24h MBG(24 Hour
Mean Blood
Glucose)
Xinguo China Cross Sectional Subyek >40 Gula darah 2 jam - Terdapat asosisasi positif yang
Hou, et tahun post prandial,gula signifikan antara gula darah
al,2014(23) n = 679 darah puasa,HbA1c , puasa,gula darah 2 jam postprandial
eGFR dengan eGFR pada kadar HbA1c <
7%
Rohlfing U.S dan Randomized Pasien Gula darah (sebelum - Terdapat hubungan Antara HbA1c
CL, et al, Canada Clinical Trial diabetes tipe makan, sesudah dengan gula darah postprandial.
2002(21) 1 umur 13- makan dan pada saat Dimana pada kadar gula darah saat
39 tahun tidur) dan HbA1c sesudah/sebelum makan pada siang
(n=1,441 dan malam menunjukan korelasi
yang lebih tinggi dengan HbA1c
dibanding pada pagi hari
sbelum/sesudah sarapan
12
Shrestha L, Nepal Cross Pasien diabetes Gula darah - Terdapat korelasi yang signifikan
et al, Sectional tipe 2 (n=60) puasa,gula darah antara HbA1c, gula post prandial dan
2011(28) post prandial dan gula darah puasa tetapi pada
HbA1c pemeriksaan tersebut korelasi gula
darah post prandial dan HbA1c lebih
kuat dari pada gula darah puasa dan
HbA1c
Rosediani Malaysia Cross Pasien diabetes Gula darah - Didapatkan bahwa gula darah puasa
M, et al, Sectional tipe 2 (n=82) puasa,gula darah dan gula darah post prandial
2006(6) dengan usia post prandial , memiliki korelasi yang signifikan
35-70 fruktosamin dan terhadap HbA1c dan
HbA1c fruktosamin.tetapi pada pemeriksaan
tersebut korelasi gula darah post
prandial dan HbA1c lebih kuat dari
pada gula darah puasa dan HnA1c
Mohammad Sudan Cross Sectional Subjek n=99 HbA1c, gula darah - Terdapat korelasi antara HbA1c dan
kalafalla puasa, gula darah 2 gula darah post prandial tetapi disini
saeed, et al, jam post prandial, 3 hubungan HbA1c dengan gula darah
2006(7) jam post prandial puasa lebih kuat dari pada gula darah
post prandial
13
2.6. Kerangka Teori
Diabetes Melitus
Tipe 1 Tipe 2
Uptake glukosa
Glikasi glukosa
dengan eritrosit
Kadar HbA1c
14
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
HbA1C
15
3.2 Definsi Operasional
Umur Ukuran yang menyatakan Wawancara Kartu tanda Tahun Rasio Kamus Besar
lamanya seseorang telah penduduk Bahasa Indonesia,
hidup dari awal kelahiran 2014
16
Jenis Perbedaan antara pria dan Wawancara Kartu tanda 1. Pria Nominal Hungu, 2007
Kelamin wanita secara biologis penduduk 2. Wanita
sejak lahir
17
Bab IV
METODE
18
Subyek dengan anemia
4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian
Bahan penelitian menggunakan data sekunder hasil laboratorium subyek yang
memeriksakan GD2PP(gula darah 2 jam post prandial) dan HbA1c di Rumah
Sakit Siloam di jakarta.
4.5 Analisis Data
Data univariat dianalisa dengan menggunakan analisis statistika deskriptif, yaitu
distribusi frekuensi, presentase, rerata dan standar deviasi (SD). Data bivariate
dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson karena didapatkan distribusi data
normal dari uji normalitas untuk menentukan distribusi data, jika distribusi
normal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) versi 21.
Pengolahan data
Analisis data
19
*Pengambilan data akan dilakukan sewaktu namun data subyek akan dilihat
kebelakang2 yaitu 3 bulan sebelum pengecekan data pertama.
20
BAB V
Hasil Penelitian
21
5.2 Hubungan kadar gula darah post prandial dan HbA1c
Dari 100 subyek yang diteliti didapatkan rata-rata usia penderita diabetes
melitus tipe 2 adalah 49,4510,129 dengan kadar hbA1c rata-rata 8,731,92 dan
229.39106,33 sebagai rata-rata kadar gula darah 2 jam post prandial
22
Tabel 9. kadar HbA1c dan gula darah 2 jam post prandial berdasarkan
jenis kelamin.
Jenis kelamin HbA1c(%) GD2PP(mg/dL)
Laki-laki 8,841,95 169,6160,6
Perempuan 8,51,89 211,7893,64
GD2PP: Gula darah 2 jam post prandial
Dari data sekunder penderita diabetes melitus tipe 2 peneliti menetapakan
hubungan gula darah 2 jam post prandial dan HbA1c dengan menggunakan
analisis korelasi pearson adalah (y = 5,58 + 0,01x; R2 = 0.573). Dengan r = 0,76
yang menandakan adanya hubungan yang kuat antara kadar gula darah 2 jam post
prandial dengan HbA1c. Makin tinggi kadar gula darah 2 jam post prandial pada
pasien diabetes melitus tipe 2, maka makin tinggi kadar HbA1c pasien.
Gambar 5. Scatter plot hubungan kadar gula darah 2 jam post prandial dan
HbA1c
Sebagai tambahan, dalam penelitian ini peneliti juga mengukur hubungan antara
usia dengan HbA1c (y=11,29 + -0,05x; R2 : 0,64) dengan r = 0,272 yang
menandakan adanya hubungan terbalik yang rendah antara usia dan HbA1c pada
penderita diabetes melitus tipe 2. Makin tinggi usia penderita diabetes melitus tipe
2 maka makin rendah kadar HbA1c
23
BAB VI
Pembahasan
24
perbedaan ini dapat diabaikan karena berbedanya antara jumlah dan kriteria
inklusi ekslusi antara penelititian ini dan riskesdas.(2,32)
Rata-rata gula darah 2 jam post prandial pada penelitian ini adalah 229.39106,33
mg/dl. Sedangkan penelitian Gupta(25) di india didapatkan hasil rata-rata gula
darah 2 jam post prandial sebesar 258,4470,70 mg/dl.
Rata-rata HbA1c pada penelitian ini adalah 8,731,929 % sedangkan pada
(7)
penelitian Saeed mendapatkan rata-rata 8,471,97 pada 99 subyek pasien
diabetes tipe 2 yang telah mendapat terapi oral . Perbedaan yang terjadi dapat
dikarena berbeda subyek penelitian baik dalam hal jumlah ataupun jenis terapi.
Korelasi antara gula darah 2 jam post prandial dan HbA1c menunjukan
korelasi searah yang kuat (y = 5,58 + 0,01x; R2 = 0.573). Dengan r = 0,76.Hal ini
juga diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya oleh Roesdiani dkk(6)(r = 0,60)
Gupta dkk(25) (r=0,62), Datta dkk(27) (r=0,86) dan Shrestha(28)dkk(r=0,63) dan dari
yang mereka temukan hubungan antara HbA1c dan gula darah 2 jam post prandial
korelasi nya adalah sedang sampai sangat kuat dari beberapa penelitian
sebelumnya .
Pada penelitian ini juga ditemukan adanya hubungan antara usia dan
HbA1c pada penderita diabetes melitus. Dimana didapatkan hubungan antara
kedua variabel (y = 11,29 + -0,05x; R2 = 0.074) dan dapat disimpulkan bahwa pada
penderita diabetes melitus tipe 2 kadar HbA1c meningkat sesuai umur, namun
akan cenderung menurun pada usia diatas 45 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil
penilitian oleh K.Winier dkk(33) dimana didapatkan hubungan HbA1c dan usia
pada penderita diabetes (r = -0,153;p <0,05)
Adanya ditemukan hubungan yang kuat pada penelitian ini juga dapat
mendukung pernyataan dari studi sebelumnya yang menyatakan bahwa gula
darah 2 jam post prandial dengan HbA1c memiliki hubungan yang cukup kuat,
terutama dalam hal sensitivitas, spesifisitas, dan dapat digunakan sebagai perdiksi
dalam deteksi keabnormalan gula darah. Sehingga dapat membantu pasien dan
pelayan kesehatan dalam menentukan target gula darah harian untuk mencapai
kadar HbA1c yang diharapkan.(21)
25
Kekurangan dari penelitian ini adalah karena terbatasnya waktu dan dana peneliti
maka penelitian ini hanya dilakukan secara cross sectional (sewaktu) tanpa
mengikuti data pasien secara berkala dan juga oleh karena penelitian ini
menggunakan cross sectional penelitian tidak menjelaskan hubungan sebab dan
akibat. Walaupun demikian, hasil data ini sudah dapat menjadi gambaran
mengenai hubungan antara gula darah 2 jam post prandial dan HbA1c
26
BAB VII
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan : (1) jenis kelamin tidak memberikan dampak
signifikan terhadap kadar HbA1c tetapi cukup signifikan pada gula darah 2 jam
post prandial (2) pada penderita diabetes melitus tipe 2 kadar HbA1c menurun
seiring bertambahnya usia (3) berdasarkan penelitian ini, ditemukan adanya
hubungan yang kuat antara gula darah 2 jam post prandial dan HbA1c (r = 0,74)
sehingga dapat digunakan untuk memprediksi kadar gula darah 2 jam post
prandial pasien diabetes melitus tipe 2 dalam kurun waktu 3 bulan.
Saran
HbA1c adalah suatu pemeriksaan yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi yang dapat digunakan sebagai perdiksi dalam deteksi keabnormalan gula
darah sehingga pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mengkontrol kadar gula darah
dan untuk diagnosa dini Diabetes Melitus. Mengingat masih adanya kelemahan
dari penelitian ini maka diharapkan agar peneliti lain dapat melanjutkan dan
membahas lebih dalam lagi pemelitian ini di kemudian hari agar dapat
menyempurnakan hasil penelitian yang sudah dilakukan
27
DAFTAR PUSTAKA
28
15. American Diabetes Association.A1C Level and Future Risk of Diabetes:
A Systematic Review. Diabetes Care. 2010.33:16651673
16. World Health Organization.Use of Glycated Haemoglobin (HbA1c) in the
Diagnosis of Diabetes Melitus. Abbreviated Report of a WHO
Consultation. 2011.p.6-16
29
29. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto IH.
Perkiraan Besar Sampel. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-
Dasar Metodologi Klinis. 3rd ed. Jakarta : Sagung Seto;2008.p.302-31.
30. Agarwall N, Joshi S, Deshpande VK, Biswas DA. Correlation between
glycated haemoglobin and glucose testing for diabetes mellitus screening.
Indian J Med Sci. 2013;67:149-54.
31. Saudek CD, Herman WH, Sacks DB, Bergenstal RM, Edelman D,
Davidson MB. A new look at screening and diagnosing diabetes mellitus.
J Clin Endocrinol Metab 2008;93:2447-53.
32. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 prevalensi
diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Availableat:
http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-
melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html. Accessed May 10th ,
2015.
33. Wiener K, Robert NB. Age does not influenece levels of HbA1c in normal
subject. Q J Med .1999; 92:169173
30
Lampiran 1. Penjadwalan penelitian
Waktu
Oktober November Desember Januari
Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I
V
Persiapan
perijinan
Pengambilan
data di
laboratorium
Pengolahan
data
Pembuatan
laporan skripsi
Penyusunan
manuskrip
31
Lampiran 2. Hasil Output SPSS
2.a
jenis.kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
laki-laki 67 67.0 67.0 67.0
Valid perempuan 33 33.0 33.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
2.b
kel.usia
32
2.c
Case Summariesa
usia HbA1c GD2PP
N 6 6 6
15-34 Total Mean 29.83 8.5167 195.8333
Std. Deviation 4.167 1.54844 114.59741
N 24 24 24
35-44 Total Mean 38.83 9.7875 253.9167
Std. Deviation 2.854 2.46952 123.51234
N 34 34 34
45-54 Total Mean 49.82 8.6118 228.7059
Std. Deviation 3.060 1.88515 128.26311
group.n.baru
N 32 32 32
55-64 Total Mean 58.00 8.3250 222.5313
Std. Deviation 2.874 1.31345 63.70800
N 4 4 4
>64 Total Mean 71.00 6.9750 193.2500
Std. Deviation 5.831 .32016 45.58783
N 100 100 100
Total Mean 49.45 8.7310 229.3900
Std. Deviation 10.129 1.92924 106.33594
a. Limited to first 100 cases.
33
2d.
Case Summariesa
usia HbA1c GD2PP
N 67 67 67
laki-laki Total Mean 49.19 8.8448 238.0597
Std. Deviation 10.343 1.95000 111.70631
N 33 33 33
jenis.kelamin perempuan Total Mean 49.97 8.5000 211.7879
Std. Deviation 9.815 1.89473 93.64119
N 100 100 100
Total Mean 49.45 8.7310 229.3900
Std. Deviation 10.129 1.92924 106.33594
a. Limited to first 100 cases.
2.e
34
2.f
Correlations
HbA1c GD2PP
Pearson Correlation 1 .757**
HbA1c Sig. (2-tailed) .000
N 100 100
Pearson Correlation .757** 1
GD2PP Sig. (2-tailed) .000
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2.g
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .757a .573 .569 1.26709
a. Predictors: (Constant), GD2PP
b. Dependent Variable: HbA1c
2.h
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 5.581 .303 18.447 .000
1
GD2PP .014 .001 .757 11.468 .000
a. Dependent Variable: HbA1c
35
2.i
2.j
Correlations
HbA1c usia
Pearson Correlation 1 -.272**
HbA1c Sig. (2-tailed) .006
N 100 100
Pearson Correlation -.272** 1
usia Sig. (2-tailed) .006
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
36
2.k
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
a
1 .272 .074 .064 1.86615
a. Predictors: (Constant), usia
b. Dependent Variable: HbA1c
2.l
37
Lampiran 3. Kaji Etik Penelitian
38
Lampiran 4. Surat Keterangan Pengambilan Data
39