Anda di halaman 1dari 90

GAMBARAN PENANGANAN HIPOGLIKEMIA YANG DILAKUKAN

KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELITUS

SKRIPSI

Oleh
NURUL IKE DWIYATNA
NIM. 16031029

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2020
GAMBARAN PENANGANAN HIPOGLIKEMIA YANG DILAKUKAN
KELUARGA PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Oleh
NURUL IKE DWIYATNA
NIM. 16031029

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2020

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Ike Dwiyatna


NIM : 16031029
Judul Skripsi : Gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada
pasien diabetes mellitus

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Pekanbaru, 29 September 2020


Yang membuat pernyataan

(Nurul Ike Dwiyatna)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Ike Dwiyatna

NIM : 16031029

Tempat/tanggal lahir : Tanjungbatu, 20 Juli 1998

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum menikah

Jumlah saudara : 3 anak ke 2

Alamat rumah : Jl. Mulya sari no.3 Bukit Raya, Tangkerang Selatan.

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 004 Kundur Barat


2. SMP Negeri 002 Kundur Barat
3. SMA Negeri 4 Kundur
Riwayat Pekerjaan : Tidak bekerja

Pekanbaru, September 2020


Yang menyatakan

(Nurul Ike Dwiyatna)

vi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH PEKANBARU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
Skripsi, September 2020
Nurul Ike Dwiyatna

Gambaran Penanganan Hipoglikemia Yang Dilakukan Keluarga


Pada Pasien Diabetes Melitus

xv + 48 halaman + 7 tabel + 2 skema + 13 lampiran

ABSTRAK
Penanganan hipoglikemia yang dilakukan kurang tepat dan fase hipoglikemia yang terjadi
secara berulang-ulang dapat menjadikan hipoglikemia semakin berat, hal tersebut
membutuhkan keluarga dalam penanganan dirumah yang benar dan tepat untuk mencegah
kondisi hipoglikemia yang lebih buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes mellitus. Penelitian
ini menggunakan studi kuantitatif dengan survei deskriptif. Jumlah sampel penelitian ini
adalah 88 orang yang diambil dengan teknik accidental sampling. Pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan pengujian validitas. Data
dianalisis secara univariat. Uji univariat seperti jenis kelamin, pendidikan, tanda dan gejala
hipoglikemia, penanganan hipoglikemia menggunakan distribusi frekuensi dan usia
menggunakan tendensi sentral. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia 27 tahun, 61
orang (69,3%) berjenis kelamin perempuan, pendidikan SMA 48 orang (54,5%), tanda dan
gejala hipoglikemia kategori sedang 50 orang (56,8%), penanganan hipoglikemia yang
dilakukan keluarga terbanyak adalah istirahat dan tidur 81 orang (92,0%). Dengan penelitian
ini diharapkan dapat menjadi edukasi bagi keluarga pasien tentang pentingnya memberikan
penanganan hipoglikemia dirumah yang tepat dan benar.
Daftar Pustaka : 56 Referensi (2005-2020)
Kata kunci : Diabetes mellitus, Hipoglikemia, Penanganan keluarga

vii
HANGTUAH PEKANBARU HEALTH SCHOOL
BACHELOR DEGREE of NURSING PROGRAME
Research, September 2020
Nurul Ike Dwiyatna

Describe of Hypoglycemia Treatment Family Done for Patient Diabetes Milletus

xv + 48 pages + 7 tables + 2 scheme + 13 attachments

ABSTRACK

Inaccurate handling of hypoglycemia and phase of hypoglycemia that occur repeatedly can
make hypoglycemia even worse, it makes need right treatment by family at home to prevent
the worst hypoglycemia. The aim of this study to describe of Hypoglycemia treatment
family done for patient diabetes milletus. This study used quantitative with a descriptive
study. The number of samples was 88 people that taken by accidental sampling technique.
The data in this study used a questionnaire that already testing by validity tests. This study
used univariate analysis. Univariate analysis was gender, educated, signs and symptoms of
Hypoglycemia, Hypoglycemia handling used distribution frequency, and age used central
tendency. The results of this study were the average age was 27 years old, 61 people (69,3%)
was female, last educated Senior High School was 48 people (54,5%), signs and symptoms
of Hypoglycemia was medium category 50 people (56,85). The most frequent for
hypoglycemia by families was rest and sleep for 81 people (92,0%). From this study it
hopes can provide education for the patient’s family about the importance of providing
appropriate and correct treatment for hypoglycemia at home.

Bibliography : 56 References (2005-2020)


Key Words : Diabetes Milletus, Hypoglycemia, Treatment Family

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas hidayah dan
rahmatnya yang tak terhingga kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan kemampuan peneliti yang berjudul “Gambaran Penanganan
Hipoglikemia yang Dilakukan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus” untuk memenuhi
persyaratan dalam penyelesaian pendidikan di STIKes Hang Tuah Pekanbaru jurusan S1
Keperawatan.

Selama penyusunan skripsi ini, peneliti merasakan betapa besar dukungan dan bantuan
yang telah diberikan oleh semua pihak serta bimbingan, pengarahan yang diberikan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini izinkan peneliti untuk
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. H. Ahmad Hanafi, SKM, M.Kes selaku ketua STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Siska Mayang Sari, M.Kep selaku ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Susi Erianti, M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Ns. Eka Wisanti, M.Kep., Sp.
Kep.Kom selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu dan bersabar untuk
membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Ibu Ns. Raja Fitrina, M.Kep sebagai pembimbingan akademik (PA) yang telah
memberikan motivasi bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi.
5. Puskesmas Rejosari yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian dan telah membantu peneliti dalam pengambilan data awal dan
data penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar di Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes
Hang Tuah Pekanbaru yang bersedia memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman kelas Program Studi Sarjana Keperawatan angkatan 2016 yang
memberikan dukungan moril dan doa kepada peneliti.

ix
8. Kepada kedua orang yang sangat peneliti cintai ibunda Nurpriyanti dan ayahanda
Muhammad Markam serta kakak dan adik saya yang tak henti memberikan dukungan
dan motivasi serta doa untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi dengan baik.
9. Sahabat terdekat saya GEN MANUSIA SUKSES serta teman terbaik saya Resty
Janurita yang selalu mendoakan serta mendorong peneliti agar semangat dan
menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.

Semoga segala kebaikan dan amal shaleh yang diberikan diterima dan dibalas oleh Allah
Subhanahuwata’ala. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu peneliti sangat menghargai kritik dan saran yang diberikan untuk
memperbaiki skripsi menjadi lebih baik.

Pekanbaru, September 2020

Peneliti

(Nurul Ike Dwiyatna)

x
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................................... vii
ABSTRACT .........................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 6
1.4.1 Bagi Ilmu Keperawatan .............................................................................................. 6
1.4.2 Pelayanan Kesehatan .................................................................................................. 6
1.4.3 Bagi Peneliti Lain ....................................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Telaah Pustaka .................................................................................................................. 7
2.1.1 Diabetes Melitus ......................................................................................................... 7
2.1.1.1 Definisi Diabetes Melitus ........................................................................................... 7
2.1.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus....................................................................................... 7

xi
2.1.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ..................................................................................... 8
2.1.2 Hipoglikemia .............................................................................................................. 8
2.1.2.1 Definisi Hipoglikemia ................................................................................................ 8
2.1.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Hipoglikemia .................................................................. 9
2.1.2.3 Patofisiologi Hipoglikemia ....................................................................................... 10
2.1.2.4 Klasifikasi Hipoglikemia .......................................................................................... 11
2.1.2.5 Manifestasi Klinis Hipoglikemia .............................................................................. 11
2.1.2.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia ................................................................................. 12
2.1.2.7 Pencegahan Hipoglikemia ........................................................................................ 17
2.1.3 Keluarga....................................................................................................................... 18
2.1.3.1 Definisi Keluarga ...................................................................................................... 18
2.1.3.2 Fungsi Keluarga ........................................................................................................ 19
2.2 Penelitian Terkait ............................................................................................................ 21
2.3 Kerangka Teori ............................................................................................................... 22
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................................................... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................................ 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................................... 24
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................................................... 24
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................................................... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................................... 24
3.3.1 Populasi .................................................................................................................... 24
3.3.2 Sampel ...................................................................................................................... 25
3.4 Besar Sampel .................................................................................................................. 25
3.5 Teknik Sampling............................................................................................................. 25
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................................ 26
3.6.1 Variabel Penelitian ................................................................................................... 26
3.6.2 Definisi Operasional Data ........................................................................................ 26
3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................................. 30

xii
3.7.1 Jenis Data.................................................................................................................. 30
3.7.1.1 Data Primer ............................................................................................................... 30
3.7.1.2 Data Sekunder........................................................................................................... 30
3.7.2 Cara Pengumpulan Data ........................................................................................... 30
3.7.3 Alat Pengumpulan Data ............................................................................................ 30
3.7.4 Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................................... 31
3.8 Pengolahan Data ............................................................................................................. 31
3.8.1 Editing ...................................................................................................................... 31
3.8.2 Coding ...................................................................................................................... 32
3.8.3 Data Entry dan Processing ........................................................................................ 32
3.8.4 Cleaning .................................................................................................................... 32
3.9 Analisa Data ................................................................................................................... 33
3.9.1 Analisa Univariat ...................................................................................................... 33
3.10 Etika Penelitian ........................................................................................................... 33
3.10.1 Menghargai Hak Asasi Manusia............................................................................... 33
3.10.2 Keadilan (Justice) ..................................................................................................... 34
3.10.3 Tanpa Nama .............................................................................................................. 34
3.10.4 Benefecience............................................................................................................. 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................................... 35
4.1.1 Analisa Univariat ...................................................................................................... 35
4.2 Pembahasan .................................................................................................................... 38
4.2.1 Analisa Univariat ...................................................................................................... 38
4.3 Keterbatasan Peneliti ...................................................................................................... 49

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 50
5.2 Saran ............................................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 52

xiii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori .................................................................................................. 22
Skema 2.2 Kerangka Konsep................................................................................................ 23

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Hipoglikemia ....................................................................................... 13
Tabel 2.2 Penelitian Terkait.................................................................................................. 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................................. 27

xv
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat lulus Uji Etik
Lampiran 3 Surat Izin Validitas STIKes Hang Tuah
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian STIKes Hang Tuah
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Pekanbaru
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian
Lampiran 9 Output Uji Statistik
Lampiran 11 Lembar Konsultasi

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh karena defek sekresi dan jumlah insulin, ataupun kombinasinya dengan
resistensi insulin yang merupakan penyebab awal defek sekresi dan jumlah insulin tersebut.
Diabetes mellitus juga biasanya disebut dengan the silent killer karena penyakit diabetes
mellitus dapat menyebar ke beberapa anggota organ tubuh lainnya. Diabetes mellitus
biasanya ditandai dengan hasil glukosa darah yang melebihi batas normal tubuh yang
biasanya disebabkan oleh kurangnya produksi insulin yang dihasilkan oleh pancreas
sehingga hal tersebut membuat glukosa darah menjadi tinggi atau melebihi batas normal
(Black & Hawks, 2014).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penyakit diabetes mellitus


menempati urutan ke empat terbesar di dunia pada tahun 2017 yaitu terdapat sekitar 425
juta penderita dan diperkirakan jumlah penderita akan terus mengalami peningkatan
sebesar 56,2% pada tahun 2040. Indonesia berada pada urutan ke tujuh untuk pendeita
diabetes mellitus terbanyak di dunia sebanyak 10,3 juta jiwa pada tahun 2017. Diantara
provinsi yang ada di Indonesia, Provinsi DKI menempati urutan paling pertama dengan
kejadian Diabetes Mellitus terbanyak yaitu sebesar 3,4%. Provinsi Riau memiliki
prevalensi Diabetes mellitus sebanyak 1,9%. Provinsi NTT menempati uratan paling
rendah dengan kejadian Diabetes mellitus yaitu sebesar 0.9% (Riskesdas, 2018).
Jawa Tengah memiliki prevalensi diabetes yang cukup tinggi. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia sebesar
2.0 %. Hal ini menunjukkan peningkatan dari hasil Riskesdas tahun 2013, sebesar 1,5%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Pekanbaru penyakit tidak menular (PTM) diabetes
mellitus menduduki peringkat teratas pada tahun 2019 terdapat pada wilayah puskesmas
Rejosari yaitu sebanyak 2.268, wilayah puskesmas Lima Puluh menjadi terbanyak kedua
dengan angka kejadian diabetes mellitus sebanyak 843 dan angka kejadian diabetes

1 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


mellitus ketiga terdapat di wilayah puskesmas Sidomulyo sebanyak 765. Pada tahun 2018
wilayah puskesmas Rejosari terdapat angka kejadian diabetes mellitus sebanyak 1.048,
terdapat peningkatan angka kejadian penderita diabetes melitus yang signifikan pada tahun
2019 (Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2019). Diabetes menyebabkan 4,2 juta kematian dan
jutaan orang mengalami dampak buruk dari diabetes atau berada dalam kondisi komplikasi
jangka panjang dan komplikasi jangka pendek yang mengancam jiwa terutama kondisi
hipoglikemia. Jumlah penderita hipoglikemia banyak terjadi pada diabetes mellitus
terutama untuk yang menggunakan insulin, namun masih banyak terjadi pada pengobatan
lainnya. Sebanyak 83% penderita diabetes tipe 1 mengalami hipoglikemia. Sedangkan 47%
penderita diabetes tipe 2 mengalami kejadian hipoglikemia. Hipoglikemia ringan/sedang
dengan tingkat prevalensi 50% dan untuk hipoglikemia berat dengan tingkat prevalensi
21%. Untuk pengobatan yang termasuk sulfonilurea, prevalensi ringan/sedang adalah 30%
dan prevalensi berat adalah 13%. (International Diabetes Federation, 2019).

Hipoglikemia adalah episode ketidaknormalan konsentrasi glukosa dalam plasma darah


yang menunjukkan nilai kurang dari 3,9 mmol/1 (70mg/dl) dan merupakan komplikasi akut
diabetes mellitus yang seringkali terjadi secara berulang. Ada sedikit variasi nilai kadar
glukosa darah dalam mendefinisikan hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi ketika kadar
glukosa kurang dari 50-60 mg/dl (Smeltzer, 2013).

Tingginya dampak yang ditimbulkan oleh penderita diabetes mellitus dari komplikasi yang
ditimbulkan seperti hipoglikemia bukanlah hanya kematian saja, namun akan berdampak
merusak organ utama manusia terutama otak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada
fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu
menyimpan cadangan glukosa untuk proses metabolismenya. Sel otak akan mengalami
iskemia apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan
menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit. Pada
hipoglikemi berat sering muncul tanpa dirasakan, menimbulkan gejala kelemahan fisik,
kebingungan, perubahan perilaku, koma, kejang sampai terjadi kematian. Kondisi tersebut
membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat. Namun pada kondisi

2 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


hipoglikemia ringan dapat dilakukan penatalaksanaan di rumah (Bonds et al, 2010).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dirumah menurut penelitian Ristanto pada tahun
2015 tentang pencegahan hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2 adalah dengan
mengkonsumsi air gula jika tubuh memberikan tanda dan gejala hipoglikemia ringan,
dengan melakukan tindakan tersebut dengan segera makan akan terhindar dari efek
hipoglikemia berat. Sedangkan penanganan hipoglikemia ringan-sedang yang dapat
dilakukan menurut penelitian Sutanto, Aswar dan Soebijanto pada tahun 2015 tentang
Hipoglikemia : sindrom paraneoplastik pada karsinoma hepatoselular yaitu pemberian
glukosa oral dengan dosis 20 gram, idealnya berupa jelly dan permen, atau bisa diberikan
150-200 mL cairan yang mengandung glukosa, seperti jus buah. Coklat sebaiknya dihindari
karena lemak yang terkandung didalamnya dapat menghambat absorbsi glukosa.
Pemberian glukosa oral dapat diulang 15-20 menit kemudian.

Penatalaksanaan yang dilakukan oleh pasien dapat menekan angka komplikasi yang akan
terjadi pada penyakit diabetes mellitus termasuk komplikasinya yaitu hipoglikemia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutawardana, Yulia dan Wahyupada tahun 2016
tentang studi fenomenologi pengalaman penyandang diabetes mellitus yang pernah
mengalami episode hipoglikemia, di dapatkan hasil bahwa pada penderita diabetes mellitus
yang mengalami hipoglikemia merasakan perubahan fisik sementara meliputi adanya
kelemahan fisik, perubahan kognitif, penurunan kesadaran, gangguan pencernaan dan
gangguan dalam proses bicara, sehingga hal tersebut membutuhkan orang terdekat atau
keluarga untuk menjadi pendamping dalam penatalaksanaan atau pencegahan hipoglikemia
ke fase yang lebih berat (International Diabetes Federation, 2019).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang terdiri dari beberapa orang dengan adanya
perkawinan, pertalian darah atau adopsi. Friedman (2013) mengatakan ada lima tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yang pertama adalah mengenal
masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat bagi keluarga, setiap anggota keluarga yang sakit dan yang tidak bisa
membantu diri sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda, keluarga dapat
memberikan keperawatan, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan bagi

3
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
kesehatan, dan mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan. Ada juga lima fungsi keluarga, yang pertama fungsi reproduktif keluarga, fungsi
sosial keluarga, fungsi afektif keluarga, fungsi ekonomi keluarga dan fugsi perawatan
keluarga. Pada fungsi perawatan keluarga dimana keluarga mampu memberikan perawatan
kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga. Pada fungsi ini keluarga juga merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat menentukan kapan
anggota keluarga yang terganggu perlu meminta pertolongan tenaga professional
(Hernilawati, 2013).

Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Keluarga juga mempunyai fungsi
perawatan keluarga yang dapat merawat anggota keluarga yang terganggu kesehatannya
salah satunya cara penanganan yang tepat pada penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga, tidak hanya itu, keluarga juga menjadi pendukung bagi klien, dengan adanya
penanganan yang cepat dan tepat yang dilakukan oleh keluarga, dapat mencegah kematian
dan kondisi terburuk pada penderita diabetes mellitus pada komplikasinya yaitu
hipoglikemia (Ali, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di wilayah kecamatan Tenayan Raya,


Pekanbaru pada tanggal 22-26 juni Maret 2020, dimana dari ke enam keluarga yang di
wawancara terdapat empat keluarga yang pernah mengalami hipoglikemia dan kondisi
tersebut sudah dialami beberapa kali namun keluarga menganggap bahwa kondisi yang
dialami tidak berbahaya sehingga hanya memberikan memberikan beberapa permen dan
menganjurkan untuk tidur. Hasil wawancara pada keluarga lainnya mengatakan bahwa
mereka hanya memberikan teh hangat untuk mengatasi hipoglikemia yang muncul. Hasil
wawancara pada 2 keluarga lainnyamengatakan bahwa ia mengetahui terkait hipoglikemia,
namun tidak begitu mengerti pengobatan yang akan dilakukan, keluarga hanya
menganjurkan untuk tidur dan hanya memberikan sedikit gula karena khawatir gula
darahnya akan naik jika memberikan gula terlalu berlebihan.

Dari fenomena yang sudah didapatkan terdapat beberapa keluarga yang masih belum

4
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
memahami terkait hipoglikemia dan penanganan yang kurang tepat untuk mengatasinya.
Keluarga juga merasa bahwa kondisi hipoglikemia bukanlah sesuatu yang darurat sehingga
hanya dengan melakukan beberapa penanganan untuk menghilangkan hipoglikemia yang
dialami. Namun jika hipoglikemia terjadi secara terus menerus maka akan berdampak pada
kondisi fatal akibat penangaan yang tidak tepat sehingga perlu melakukan peneliti tentang
gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada penderita diabetes
mellitus.
1.2 Rumusan Masalah
Setiap tahun di dunia angka penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan yang
signifikan, Indonesia merupakan salah satu Negara yang masuk ke dalam sepuluh Negara
teratas yang mempunyai penyakit diabetes mellitus tertinggi. Salah satu komplikasi dari
diabetes mellitus adalah hipoglikemia dengan dampak kerusakan organ utama manusia
bahkan sampai kematian jika penanganan yang dilakukan tidak cepat dan tepat.
Penggunaan insulin yang tidak tepat, tidak ada pengontrolan gula darah, pola makan yang
tidak baik menjadi penyebab terjadinya hipoglikemia serta pengabaian terhadap tanda
gejala hipoglikemia akan berdampak pada kondisi yang buruk bahkan kematian.
Penanganan yang dilakukan kurang tepat dan fase hipoglikemia terjadi secara berulang-
ulang juga dapat menjadikan hipoglikemia menjadi semakin berat. Pada keadaan tersebut,
sangat dibutuhkan penanganan dirumah yang benar dan tepat. Keluarga merupakan orang
terdekat yang berada disekitar pasien sehingga dapat menjadi salah satu pendamping yang
penting dalam menangani hipoglikemia yang terjadi pada pasien diabetes mellitus untuk
dapat mencegah kondisi yang lebih buruk. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait “gambaran penanganan
hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes mellitus”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien
diabetes mellitus.

5
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui karakteristik keluarga pasien diabetes melitus : usia, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan tanda dan gejala hipoglikemia.

1.3.2.2 Mengetahui jenis penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien
diabetes mellitus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan untuk mengembangkan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan terkait dengan penanganan dirumah
yang tepat dalam menangani hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus yang dilakukan
oleh keluarga.
1.4.2 Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada klien dan
keluarga terkait penanganan hipoglikemia yang tepat dan cepat pada pasien diabetes
mellitus yang dapat dilakukan oleh keluarga pada saat dirumah.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan atau data dasar untuk melakukan peneltian
selanjutnya dengan metodologi penelitian kuantitatif dengan desain quasy experiment serta
dapat menjadi informasi tambahan dalam mencari referensi terkait dalam melakukan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penanganan hipoglikemia yang dilakukan
keluarga pada pasien diabetes mellitus.

6
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Telaah Pustaka


2.1.1 Diabetes Melitus
2.1.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme glukosa yang disebabkan oleh gangguan
dalam tubuh. Tubuh individu dengan diabetes tidak menghasilkan cukup insulin, sehingga
menyebabkan kelebihan glukosa dalam darah. Diabetes adalah penyakit kronis yang
membutuhkan perawatan medis terus-menerus dengan strategi pengurangan resiko
multifaktorial di luar kendali glikemik (American Diabetes Association, 2016). Diabetes
mellitus merupakan sekelompok penyakit metabolic dengan beberapa karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau kerja insulin serta bisa
terjadi karena kedua-duanya (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015).

2.1.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Ada 3 klasifikasi diabetes mellitus menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015),
yaitu :
a. Diabetes Melitus tipe 1
Desktruksi sel beta, umumya menuurus ke defisiensi insulin absolute, seperti autoimun dan
idiopatik.

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Terjadi karena dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative bahkan sampai
yang dominan defek sekresi insulin yang juga disertai resistensi insulin.
c. Diabetes Tipe Lain
Terjadi karena zat kimia atau obat-obatan, infeksi, endokrinopati, penyakit eksokrin
pancreas, dapat juga terjadi karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin
dan sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus.

7
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2.1.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi pada diabetes mellitus terbagi menjadi 2, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam jangka
waktu pendek, yaitu :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami penurunan dibawah
50 sampai 60 mg/dl disertai dengan gejala pusing, gemetar, lemas, pandangan kabur,
keringat dingin, serta penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan
keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH)
Terjadi gangguan metabolisme yang dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat
tinggi dan dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum sehingga membuat keadaan
kesadaran dalam kondisi koma.
Pada komplikasi kronik biasanya terjadi pada penderita dengan diabetes mellitus lebih dari
10-15 tahun, yaitu:
a. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar), mempengaruhi sirkulasi koroner,
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah otak.
b. Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil), mempengaruhi mata dan ginjal.
c. Penyakit neuropatik mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki (Smeltzer, 2013).
2.1.2 Hipoglikemia
2.1.2.1 Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia juga merupakan cirri umum dari diabetes mellitus tipe 1 dan juga dijumpai di
dalam klien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral.
Kadar glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai gejala hipoglikemia bervariasi, tapi
gejala itu tidak terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-60 mg/dl (Black dan Hawks, 2014).
Hipoglikemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi glukosa darah di bawah kisaran

8 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


fisiologis. Pada orang sehat nilai glikemik bahwa 54 mg/dl (3 mmol/L) yang dianggap
sebagai hipoglikemia. Namun, dalam literature nilai konsentrasi glukosa plasma lebih
rendah dari 45 atau 55 mg/dl (2,5-3,1 mmol/L) juga bisa disebut sebagai salah satu definisi
hipoglikemia (International Hypoglycaemia Study Group, 2017). Hipoglikemia adalah
suatu keadaan berupa gangguan saraf yang disebabkan karena penurunan glukosa darah
biasanya disertai dengan gejala ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma disertai
kejang (Boedisantoso, 2011).
2.1.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia mungkin terjadi akibat dari akibat berikut :

a. Dosis berlebihan insulin atau sulfonylurea (jarang diresepkan).


b. Menghindari makanan atau makan lebih sedikit dari biasanya.
c. Pemakaian tenaga berkebihan tanpa penambahan kompensasi karbohidrat.
d. Ketidakseimbangan nutrisi dan cairan disebabkan mual dan muntah.
e. Asupan alkohol.
Kurang hati-hati atau kesalahan sengaja dalam dosis insulin sering menyebabkan
hipoglikemia. Perubahan lain dalam jadwal makan atau pemberian insulin, latihan fisik
penuh semangat yang tidak diharapkan, atau tidur kebih dari biasanya di pagi hari dapat
juga menyebabkan hipoglikemia. Pengaruh alcohol, ganja atau obat-obatan lain dapat
menyamarkan kesadaran klien akan hipoglikemia pada tahap paling dini. Hipoglikemia
dapat juga terjadi sekunder terhadap pemberian agen hipoglikemia oral. Kebanyakan kasus
tercatat pada klien yang menerima klorpropamida (diabinese), yang durasi kerjanya 24-72
jam. Klien berisiko hipoglikemia yang minum obat hipoglikemia oral adalag berusia >60
tahun, asupan nutrisi jelek, memakai alcohol, memiliki disfungsi ginjal dan hati, dan
rejimen banyak obat. Reaksi hipoglikemia dapat meberat dan lama (Black dan Hawks,
2014).

9 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


2.1.2.3 Patofisiologi Hipoglikemia

Diabetes melitus

Dosis insulin tinggi Puasa/intake kurang

Hipoglikemia

Glucagon meningkat Epineprin meningkat

Glikogenolisis

Defisit glikogen pada hepar

Gula darah menurun <60 mg/dl Pengkattifan saraf simpatis

Penurunan nutrisi jaringan otak Pelepasan adrenalin

Respon SPP

Respon otak Respon vegetatif

Kortek serebri kurang suplai Adrenalin


energy <50 mg/dl

Banyak keringat
Kekaburan yang dirasa
dikepala, sulit Takikardia, pucat, gemetar
berkonsentrasi/berpikir,
gemetar, tidak sadar, stupor,
kejang, koma
Mansyur, 2018

10 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


2.1.2.4 Klasifikasi Hipoglikemia
a. Hipoglikemia ringan, apabila pasien masih mengenali tanda dan gejala hipoglikemia
dan bisa menolong dirinya sendiri. Bisa melakukan tindakan preventif untuk
mengembalikan glukosa darah menjadi normal kembali.

b. Hipoglikemia berat, apabila didapatkan gangguan kesadaran sampai terjadi koma.


Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk terapinya. Mempunyai resiko terjadi
episode hipoglikemia asimptomatik (Tjokroprawiro, 2015).

2.1.2.5 Manifestasi Klinis Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia umumnya di bagi ke dalam 2 kategori utama, yaitu :

a. Adrenergik
Manfestasi adrenergik (autonomic) berhubungan dengan peningkatan kadar epinefrin dan
dianggap reaksi “ringan”. Defisit kognitif biasanya tidak terjadi, dan orang yang terkena
mampu mengobati sendiri. Diaphoresis, meskipun tidak diperantarai melalui ujung saraf
adrenergic, biasanya dikelompokkan dengan gejala adrenergic hipoglikemia. Biasanya
pada kategori adrenergic juga mengalami manifestasi seperti gemeteran, mudah marah,
gelisah, takikardia, palpitasi, tremor, rasa lapar, diaphoresis, pucat, parestesia.

b. Neuroglikopenik
Gejala neuroglikopenik berhubungan dengan kurangnya ketersediaan glukosa untuk otak
dan mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Black dan Hawks, 2014).

c. Kolinergik
Gejala kolinergik ini biasanya menimbulkan gejala seperti berkeringat dingin, lapar dan
parestesia.

Apabila glukosa darah turun di bawah 70 mg/dl. Maka keluarlah hormone cathecolamin,
glucogen, cortisol, growth hormone (hormone CGCG).

Gejala tersebut terjadi akibat dari hiperkatekolaminemia, apabila terdapat neuropati


otonom, gejala klinis ini berkurang bahkan tidak ada (symptomless hypoglycemia)
(Tjokroprawiro, 2015).
Reaksi-reaksi ini secara tipikal menghasilkan gejala lebih lama dan berat dibanding

11
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
karakteristik reaksi ringan. Gejala umum adalah sakit kepala, mudah marah, mengantuk,
kelemahan, dan tremor. Klien mungkin perlu bantuan dalam pengobatan. Reaksi
hipoglikemia berat membuat klien tidak mampu untuk merawat sendiri. Klien mungkin
bangun dan waspada, semikoma, atau koma.
Hipoglikemia dapat terjadi pada waktu siang atau malam. Ini tampaknya terjadi paling
umum selama olahraga, 8-24 jam setelah olahraga berat, dan di dalam pertengahan malam.
Hipoglikemia berat tampak terjadi lebih sering pada klien yang tidak menyadari
hipoglikemia, melawan regulasi glukosa tidak sempurna, dan neuropati autonom dan juga
klien yang menerima terapi diabetes intensif.
Periode di mana klien paling mungkin mengalami reaksi insulin bergantung pada tipe
insulin yang diberikan, respons klien terhadap insulin, dan waktu suntikan insulin dalam
kaitannya dengan asupan makanan. Ketika insulin diberikan pada pagi hari, preparat kerja
pendek cenderung menghasilkan reaksi sebelum makan siang, insulin kerja sedang 2-3 jam
sebelum makan malam, dan insulin kerja panjang, antara jam 2 pagi dan makan pagi. NPH
atau insulin lente disuntikkan sebelum makan malam (5 sore) dapat menyebabkan
hipoglikemia sekitar jam 2 pagi, ketika kadar glukosa darah normal terendah karena
penurunan metabolisme, dan sekali lagi pada sekitar jam 8 pagi, ketika insulin mencapai
puncak jika waktu makan pagi tidak tepat waktu (Black dan Hawks, 2014).

2.1.2.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia


Ada 2 penatalaksanaan atau penanganan yang dapat dilakukan ketika penderita mengalami
fase hipoglikemia, yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipoglikemia bergantung pada keparahan reaksi. Untuk mengembalikan
hipoglikemia ringan, 15 g karbohidrat sederhana diberikan dan bekerja cepat untuk
meningkatkan kadar glukosa darah. Reaksi yang terjadi sepanjang malam seharusnya
diobati dengan karbohidrat diikuti dengan campuran kerja panjang karbohidrat dan protein.
Tes glukosa darah (dengan alat ukur glukosa) seharusnya dilakukan segera mungkin pada
permulaan manifestasi dan gejala. Jika alat ukur tidak tersedia, lebih aman menganggapnya
terjadi dan merawat hipoglikemia. Kadar glukosa darah diperiksa ulang dalam 15-30 menit,

12 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


dan perawatan diulang jika kadar tidak lebih dari 100 mg/dl. Reaksi sedang mungkin butuh
2 atau lebih pengobatan dengan 15 g karbohidrat.

Jangan pernah memaksa klien tidak sadar atau semisadar untuk minum cairan, karena
cairan mungkin teraspirasi ke dalam paru-paru. Klien tidak sadar dengan hipoglikemia berat
butuh glukagon atau glukosa IV segera. Anggota keluarga klien DM dapat memberikan
glukagon di rumah pada kejadian reaksi hipoglikemia serius. Glukagon, diberikan
intramuscular (IM) atau subkutan dalam jumlah 1 mg untuk dewasa, mungkin
menghilangkan kebutuhan intervensi IGD.

Tabel 2.1 Intervensi Hipoglikemia

Klasifikasi Manifestasi Klinis Intervensi


Hipoglikemia ringan Tremor 10-15 g karbohidrat
Takikardia terkandung dalam :

Diaphoresis 4 ons jus jeruk

Parestesia 6 ons soda

Lapar berlebihan 6-8 ons 2% susu

Pucat gemetaran 6-8 ons manisan


1 selang kecil (2 ons) es kue
4 sendok the gula pasir
Hipoglikemia sedang Manifestasi yang terjadi pada 20-30 g karbohidrat
hipoglikemia berat dengan Glukagon, 1 mg subkutan
tambahan : atau IM
Sakit kepala
Berubah-ubah suasana hati
Mudah marah
Tidak mampu berkonsentrasi
Mengantuk
Keputusan terganggu
Bicara tidak jelas (meracau)
Pendangan ganda atau kabur

13
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Hipoglikemia berat Disorientasi 50% dekstrosa, 25 g IV
Kejang Glukagon, 1 mg IM atau IV
Tidak sadar
Sumber :(Tjokroprawiro, 2015).
Produsen obat menyediakan glucagon dalam bentuk bubuk, dengan menambahkan air
dalam botol terpisah. Instruksikan anggota keluarga tentang bagaimana serta kapan
mencampur dan menyuntikkan glucagon, beri tau bahwa klien mungkin mengalami mual
atau muntah sangat bangun. Meskipun glucagon efektif pada kebanyakan kasus,
pengaruhnya sementara dan lebih lambat dari pada dekstrosa. Hipoglikemia sering
berulang. Bantuan medis sebaiknya disarankan jika hipoglikemia berulang, muntah
mencegah asupan oral, atau kondisi klien tidak membaik. Klien yang mengalami
hipoglikemia berat dalam rumah sakit biasanya menerima 10-25 g glukosa IV (seperti 50%
atau 25% dekstrosa) dalam 1-3 menit. Ini diikuti dengan infuse dekstrosa 5% pada 5
sampai 10 g/jam sampai klien sepenuhnya pulih dan bisa makan (Black dan Hawks, 2014).

2. Penatalaksanaan di Rumah
Penatalaksanaan di rumah dapat d di rumah yang dapat dilakukan :

a. Beristirahat dan tidur


Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang yang dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah
yang berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan
menurun, dan meningkatkan iritabilitas. Sebagian besar, organisme hidup menunjukkan
adanya fluktuasi fungsi tubuh yang berirama sepanjang kurang lebih 24 jam, yaitu berirama
sirkadian. Umumnya, organisme- organisme tersebut menjadi terlatih seirama dengan
siklus cahaya siang-malam yang terjadi di lingkungannya (Potter dan Perry, 2005). Irama
sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan
prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan
sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Zona
tidur otak depan basal meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari hipotalamus, jalur
endokrin dan saraf yang menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur irama ini, termasuk

14
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
pelepasan melatonin di malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal waktu sistemik (Ganong,
2008).
Istirahat tidur dan irama sikardian berperan mengatur produksi insulin, sensitifitas insulin,
penggunaan glukosa dan toleransi glukosa selama malam hari. Pada saat durasi dan kualitas
tidur seseorang terganggu maka terjadi hambatan pelepasan hormon pertumbuhan dan
terjadi pengeluaran kortisol yang berlebihan. Sedangkan salah satu peran kortisol adalah
mengkonversi protein menjadi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Sehingga
pemenuhan istirahat tidur merupakan salah satu komponen yang harus dideteksi pada
penderita diabetes mellitus.
b. Mengkonsumsi teh daun tin
Unsur yang terkandung dalam buah tin adalah karbohidrat, protein, minyak, yodium,
kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, belerang (fosfat), chlorin, serta malic acid dan
nicotinic acid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tin termasuk buah yang dapat
merangsang pembentukan hemoglobin darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Di
samping itu buah tin juga mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi (Khasanah, 2011).
Dalam daun tin terdapat senyawa aktif mirip insulin. Kandungan pada daun tin yang
menyerupai insulin salah satunya yaitu Triterpenoid dan Flavonoid, senyawa ini berguna
untuk penderita DM sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh. Flavonoid juga
berfungsi antioksidan yang mampu menahan laju absorbsi glukosa darah dari saluran cerna
menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan laju peningkatan kadar glukosa darah.
Dengan mencegah peningkatan kadar glukosa darah karena diharapkan dapat menceggah
peningkatan radikal bebas Salah satu senyawa yang terkandung dalam daun tin adalah
flavonoid, yang mana termasuk kedalam senyawa golongan fenolik dan senyawa ini
merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi
(Redha, 2010).
c. Pemberian Jelly atau permen
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan di rumah berdasarkan dengan hipoglikemia yang
dialami yaitu pemberian glukosa (jelly atau permen). Pemantauan di perlukan secara
mandiri setelah 15 menit diberikan pengobatan, jika hipoglikemia masih ada maka
pengobatan tetap dilanjutkan. Kemudian lakukan pemantau secara berkala, apabila kadar

15 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


gula darah sudah normal, maka berikan makan makanan berat atau snack untuk mencegah
berulangnya hipoglikemia. Pada penderita diabetes mellitus yang menyadari bahwa
tubuhnya mengalami tanda dan gejala hipoglikemia biasanya mengkonsumsi gula sebagai
penatalaksaan hipoglikemia. Namun pada pasien dengan diabetes mellitus terkadang tidak
menyadari gejala yang ditimbulkan dari hipoglikemia, sehingga terkadang terlambatnya
penanganan yang diberikan, sehingga jatuh pada hipoglikemia berat yang memerlukan
penatalaksanaan di rumah sakit, sehingga diperlukan orang terdekat seperti keluarga atau
pasangan dalam mendeteksi tanda dan gejala yang ditimbulkan dari hipoglikemia tersebut
(Tjokroprawiro, 2015).
d. Pemberian gula tebu
Sari tebu merupakan salah satu minuman yang disukai oleh masyarakat untuk dikonsumsi.
Menurut hasil penelitian ilmiah, tebu mempunyai banyak khasiat yang bisa membantu atau
bahkan mengobati beberapa jenis penyakit. Tebu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh antara lain sukrosa, protein, kalsium, lemak, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6,
vitamin C dan asam amino (Putri, 2013). Gula tebu termasuk kedalam klasifikasi gula
jawa/gula merah. Dimana gula jawa/gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis
gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga
palma, seperti kelapa, aren, tebu dan lontar (Sihombing, 2014)
e. Pemberian 2-3 sendok teh madu
Madu memiliki kandungan seperti karbohidrat dan protein dimana gula utama yang
terkandung dalam madu adalah monosakrida, fruktosa dan glukosa. Sekitar 25
oligosakarida yang berbeda telah terdekteksi. Madu mengandung sejumlah senyawa dan
sifat antioksidan. Sifat antioksidan dari madu yang berasal dari zat- zat enzimatik (katalase,
glukosa oksidase dan peroksidase) (Khalil, 2012).
f. Konsumsi buah-buahan (jus buah)
Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan Karotin atau provitamin
A) dan mineral seperti zat kalsium, zat pospor dan lainnya dalam jumlah kecil. Serat banyak
terdapat pada buah-buahan di bagian kulitnya. Buah merupakan pangan penting yang dapat
menjadi sumber karbohidrat, vitamin, mineral, serat, dan senyawa fenolat yang berfungsi
sebagai antioksidan. Sejumlah studi epidemiologi menunjukkan bahwa tingginya konsumsi

16 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


buah berkorelasi negatif dengan risiko penyakit-penyakit kardiovaskular, kanker, dan kronis
seperti obesitas dan diabetes. Pengaruh konsumsi pangan berkarbohidrat, termasuk buah,
terhadap kadar glukosa darah yang juga disebut respon glikemik, saat ini telah menjadi isu
penting, baik untuk pasien diabetes mellitus (diabetesi), pra-diabetes, maupun orang sehat,
khususnya dalam memilih jenis, bentuk asupan, dan jumlah karbohidrat ataupun buah yang
dikonsumsi (Waspadji, 2003). Penambahan gula kedalam jus bahkan pada jus yang tidak
manis sekalipun. Anjurkan penderita untuk membawa gula dalam bentuk sederhana
sepanjang waktu.
g. Berikan makanan ringan yang mengandung protein dan zat tepung seperti susu, keju atau
crakers
Sumber karbohidrat kompleks terdapat dalam padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-
tepungan (Almatsier et al, 2011). Karbohidrat merupakan sumber energi utama sehingga
sering disebut dengan zat tenaga. Karbohidrat yang ada di dalam makanan berbentuk pati,
sukrosa, laktosa, dan fruktosa. Hasil penguraian karbohidrat berupa monosakarda, yaitu
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Sumber protein berasal dari hewan dan tumbuhan.
Makanan protein tinggi yang berasal dari hewan antara lain susu, keju, daging, dan telur.
Protein yang berasal dari tumbuhan berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan.konsumsi
protein merangsang sekresi insulin terutama pada orang dengan diabetes mellitus tipe 2.
Ketika protein diberikan bersama dengan glukosa, insulin dapat menangkap glukosa
dengan baik sehingga glukosa di dalam darah berkurang, respon insulin sejalan dengan
jumlah protein yang dikonsumsi. Protein juga dapat merangsang peningkatan konsentrasi
insulin terutama pada orang dengan diabetes mellitus tipe 2 (Beck, 2011).

2.1.2.7 Pencegahan Hipoglikemia


Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu kapan pun pemberian insulin atau agen
hipoglikemia oral dimulai, klien harus belajar mengidentifikasi menifestasi klinis dan
menangani hipoglikemia. Jika klien mengalami dan kemudian sudah pulih dari episodik
hipoglikemia, kaji kembali program terapi. Pada beberapa kasus, reaksi insulin berkembang
karena klien kurang memperhatikan cara mempersiapkan dosis insulin, tidak makan atau
olahraga berlebihan. Jelaskan bahaya reaksi insulin berulang terhadap klien yang kurang

17
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
peduli dalam menjaga keseimbangan normoglikemia. Bahaya ini termasuk kehilangan
kesadaran,cedera karena jatuh setelah kehilangan kesadaran, cedera akibat buruknya
pengambilan keputusan, kejang, penurunan sel otak, dan bahkan kematian. Tekankan
kesadaran akan kepatuhan terhadap program teraupetik.

Dalam kasus lain, hipoglikemia berkembang karena dosis insulin yang diresepkan terlalu
besar atau asupan diet klien terlalu kecil. Instruksikan klien untuk mencatat waktu dan
kemungkinan penyebab serangan hipoglikemia pada catatan tes darah. Tim layanan
kesehatan dank lien dapat terus mengevaluasi catatan bersama, membuat perubahan yang
tepat. Ajarkan klien dengan diabetes mellitus tipe 1 untuk menyesuaikan diet dan insulin
dengan hasil pemantauan. Seperti dalam banyak gangguan kronis, klien perlu
mengembangkan konsep diri positif dan perasaan terkontrol. Bantu klien dan keluarganya
memahami komplikasi yang berhubungan dengan diabetes mellitus sama pentingnya, bantu
klien mengembangkan dan menjaga keterampilan perawatan mandiri yang memenuhi
kebutuhan emosional, sosial juga fisik (Black dan Hawks, 2014).

2.1.3 Keluarga
2.1.3.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dengan adanya perkawinan, pertalian darah atau adopsi yang tinggal di
suatu tempat di bawah atap atau terpisah dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Friedman (2010), keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
memengaruhi kehidupan masyarakat. Hubungan yang erat antara anggota keluarga dalam
masyarakat sangat menonjol, sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu
diperhitungkan. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga sangat berperan dalam
menentukan asuhan keperawatan yang perlu diberikan. Keberhasilan keperawatan di rumah
sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik
dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota
keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan (Ali,
2010).

18 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Dengan adanya pemberian pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua
keuntungan sekaligus karena keluarga menempati posisi di antara individu dan
masyarakat. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan
kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan,
perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta
berbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakini dalam keluarga tersebut.
(Hernilawati, 2013).

2.1.3.2 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga merupakan hal penting yang harus dijalankan dan dipatuhi oleh setiap
anggotanya. Jika salah satu anggota keluarga terkendala atau tidak taat, organisasi keluarga
akan terhambat. Hal ini akan berakibat buruk atau tertundanya tujuan yang sudah
direncanakan. Aspek fungsional keluarga merupakan usaha pembentukan ikatan keluarga
yang interaktif, dan saling ketergantungan dengan memiliki nilai-nilai, tujuan,
tanggungjawab dan keputusan yang dapat diambil sepanjang waktu. Menurut Friedman
(2013) ada 5 poin fungsi keluarga, sebagai berikut :
a. Fungsi reproduktif keluarga
Sebuah peradaban dimulai dari rumah, yaitu dari hubungan suami istri terkait pola
reproduksi. Sehingga adanya fungsi ini ialah untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan sebuah keluarga.
b. Fungsi sosial keluarga
Fungsi sosial keluarga ialah fungsi yang mengembangkan dan melatih anak untuk hidup
bersosial sebelum meninggalkan rumah dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini,
anggota keluarga belajar disiplin, norma-norma, budaya, dan perilaku melalui interaksi
dengan anggota keluarganya sendiri.
c. Fungsi afektif keluarga
Fungsi ini hanya bisa diperoleh dalam keluarga, tidak dari pihak luar. Maka komponen
yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi affektif yaitu saling mendukung,
menghormati, dan saling asuh. Intinya, antara anggota keluarga satu dengan anggota lain
berhubungan baik secara dekat. Dengan cara inilah, seorang anggota keluarga merasa

19 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


mendapatkan perhatian, kasih sayang, dihormati, kehangatan dan lain sebagainya.
Pengalaman di dalam keluarga ini akan mempu membentuk perkembangan individu dan
psikologis anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi yang stabil akan mampu menjamin kebutuhan anggota keluarga sehingga
mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Terutama dalam hal kebutuhan
pokok, paling tidak kebutuhan ini harus terpenuhi. Fungsi ekonomi keluarga meliputi
keputusan rumah tangga, pengelolaan keuangan, pilihan asuransi, jumlah uang yang
digunakan, perencanaan pensiun dan tabungan. Kemampuan keluarga untuk memiliki
penghasilan yang baik dan mengelola finansialnya dengan bijak merupakan factor kritis
untuk mencapai kesejahteraan ekonomi.
a. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga merupakan perawat primer bagi anggotanya. Untuk itu, fungsi ini penting ada
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktifitas tinggi (Bakri, 2019). Keluarga berperan dalam mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan adanya anggota keluarga yang sakit, dengan melaksanakan praktek asuhan
keperawatan. Bagi tenaga kesehatan keluarga yang professional, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Untuk
menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan
perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan
memelihara kesehatan. Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu
meminta pertolongan tenaga professional. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan memengaruhi tingkat kesehatan dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga
tentang sehat-sakit juga memengaruhi perilaku keluarga dalam menyaksikan masalah
kesehatan keluarga (Ali,2010).

20
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2.2 Penelitian Terkait
Terdapat beberapa penelitian terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :

Tabel 2.2 Penelitian Terkait

Keterangan Penelitian Sari (2017) Sutawardana, Supadi (2011)


Sekarang Yulia dan
Wahyu (2016)
Topik Gambaran Pengalaman Studi Faktor-Faktor
Penelitian penanganan pencegahan dan fenomenologi yang berhubungan
hipoglikemia penanganan pengalaman dengan
yang dilakukan hipoglikemia Penyandang kemampuan
keluarga pada pada pasien diabetes mellitus pasien diabetes
pasien diabetes diabetes mellitus yang pernah mellitus dalam
mellitus di kelurahan Mengalami mendeteksi
Sendang Mulyo Episode episode
Semarang Hipoglikemia hipoglikemi di
RSUD Margono
Soekarjo
Purwokerto
Desain Deskriptif Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Kuantitatif Kualitatif Kualitatif Kuantitatif
Variabel Usia, jenis Pengalaman Penurunan fungsi Jenis kelamin,
kelamin, pencegahan, fisik sementara, umur, pendidikan
pendidikan, pengalaman Perasaan formal, Status
penanganan penanganan traumatis, pekerjaan, Pernah
hipoglikemia hipoglikemia pemahaman, mengalami gula
Kesadaran darah rendah,
pencegahan, memiliki alat
Kebutuhan pengukur gula
Pelayanan darah, lama
Keperawatan menderita diabetes
Subjek Keluarga pasien Pasien Pasien Pasien diabetes
hipoglikemia hipoglikemia Hipoglikemia mellitus
Tempat Di Puskesmas Di Kelurahan Di Persadia Kota RSUD Margono
Rejosari Sendang Mulyo Depok Soekarjo
Pekanbaru Semarang Purwokerto
Analisis Univariat - - Bivariat

21 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Skema 2.1 Kerangka Teori

Diabetes Mellitus

Klasifikasi Komplikasi

Hipoglikemia

Etiologi dan Patofisiologi Klasifikasi Manifestasi Penatalaksanaan Pencegahan


Faktor resiko

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Medis di Rumah

Fungsi Keluarga

Keluarga

Fungsi Fungsi sosial Fungsi afektif Fungsi ekonomi Fungsi


reproduktif keluarga keluarga keluarga perawatan
keluarga keluarga

Sumber : Black & Hawks (2014), Tjokroprawiro (2015),American Diabetes Assosiation (2016),
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015), Tanto et al (2014), Smeltzer et al (2013),
Boedisantoso(2011).

22 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antar
variabel satu dengan variabel lain (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan kerangka konsep dalam gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan


keluarga pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Rejosari Pekanbaru, berikut adalah
kerangka konsep yang akan diteliti :

Skema 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

Gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluaga pada pasien


diabetes mellitus

1. Menganjurkan penderita beristirahat dan tidur


2. Menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh daun tin kering
3. Memberian 2-3 sendok teh madu
4. Memberikan makanan ringan yang mengandung protein dan zat
tepung (susu, keju atau crakers)
5. Memberikan jelly/permen
6. Menganjurkan penderita selalu membawa gula tebu sepanjang waktu
7. Memberikan jus buah tanpa gula
8. Memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu coklat,
makanan yang berbahan dasar coklat)
9. Memberikan karbohidrat sederhana (nasi)
10. Segera membawa kerumah sakit

23
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu cara untuk
menemukan hasil penelitian menggunakan data berupa angka. Kemudian data berupa
angka diperoleh digunakan sebagai alat untuk menganalisis, mencari hasil dari objek yang
teliti. Desain yang digunakan survei deskriptif terhadap sekumpulan objek yang bertujuan
untuk melihat gambaran fenomena tertentu (Notoatmodjo, 2010). Survey deskriptif pada
penelitian ini untuk melihat gambaran penanganan hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus yang dilakukan oleh keluarga.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di puskesmas Rejosari dan wilayah kecamatan Tenayan Raya.
Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di puskesmas rejosari karena di puskesmas
tersebut data pasien diabetes mellitus tertinggi di kota Pekanbaru.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret – September 2020, diikuti dengan pengumpulan
data penelitian dan pengolahan data yang dilakukan sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu dan
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peneliti di suatu wilayah penelitian (Sugiyono,
2016). Menurut Notoatmodjo (2018), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang akan menjadi sasaran
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang mendampingi
pasien penyakit diabetes mellitus dengan jumlah pasien diabetes mellitus sebanyak 2.268
pasien di wilayah puskesmas Rejosari pada tahun 2019.

24 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2018). Sampel ditetapkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Kriteria ini berupa kriteria inklusi, kriteria inklusi merupakan batasan pada subjek
penelitian. Kriteria inklusi didukung oleh kriteria ekslusi yang masuk dalam kriteria. Dalam
penelitian sampel ekslusi harus dikeluarkan karena dapat mempengaruhi penelitian dengan
berbagai sebab yang dapat menyebabkan penelitian menjadi bias (Saryono dan Anggraeni,
2013). Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien diabetes mellitus di puskesmas
Rejosari dan wilayah kecamatan Tenayan Raya dengan kriteria:
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Keluarga yang tinggal bersama pasien diabetes mellitus.
2. Keluarga yang mempunyai alat cek gula darah.
3. Keluarga yang bisa membaca dan menulis.
4. Keluarga yang bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Pasien diabetes melitus dengan riwayat penyakit komplikasi GGK, CHF, Hipertensi.

3.4 Teknik Sampling


Menurut Sugiyono, (2016) teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini
menggunakan jenis pengambilan sampel bentuk non probability sampling adalah suatu
teknik pengambilan sampel yang tidak dilakukan secara acak, dengan menggunakan teknik
accidental sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel sesuai dengan keinginan
peneliti tanpa sistematika tertentu. Seseorang dapat diambil sebagai sampel karena
kebetulan ditemukan atau dikenal oleh peneliti (Siswanto, Susila dan Suyanto, 2017).
Sampel didapat dengan cara menunggu keluarga pasien di poli lansia dan jika kebetulan
bertemu dengan keluarga pasien yang memenuhi syarat menjadi responden, penelitian
memberikan kuesioner penelitian pada responden tersebut. Pada saat penelitian, peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan datang kerumah responden sesuai
dengan alamat yang didapatkan karena responden kunjungan puskesmas tidak mencukupi,
sehingga sampel yang didapatkan 88 responden.

25 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala hal yang berupa apa saja yang ditentukan oleh
peneliti, baik informasi tentang hal yang diteliti lalu dapat menarik kesimpulan (Sujarweni,
2018). Menurut Saryono (2010), variabel adalah suatu ukuran ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variabel dalam penelitian ini adalah penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga
pada pasien diabetes mellitus.
3.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian mengenai batasan variable atau tentang apa yang akan
diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Variabel yang dimasukkan
dalam defenisi operasional yaitu variabel penting yang dapat diukur secara operasional dan
dapat dipertanggungjawabkan. Dengan defenisi operasional, maka dapat ditentukan cara
yang dipakai untuk mengukur variabel, tidak terdapat arti dan istilah-istilah ganda yang
apabila tidak dibatasi akan muncul tafsiran yang berbeda (Saryono, 2010).

26 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Cara Alat Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Usia Tingkatan Pengisian Kuesioner Rasio Mean : 27.91
atau lama kuesioner Median : 27.50
hidup Standar Deviasi : 4.638
seseorang CI 95% : 26.93-28.89
dalam tahun Min-max= 20-45
2 Jenis Ciri Pengisian Kuesioner Nominal 1. Perempuan
Kelamin biologis kuesioner 2. Laki-Laki
seseorang
dengan
membeda
kan antara
laki-laki
dan
perempua n
3 Pendidika Jenjang Pengisian Kuesioner Ordinal 1. Tinggi (Tinggi
n pendidikan kuesioner Perguruan)
formal 2. Sedang (SMP,
berdasarkn SMA)
ijazah 3. Rendah (Tidak
terakhir Sekolah, SD)
yang
diselesaikan (Wikananda, 2017)
4 Tanda dan Tanda dan Pengisian Kuesioner Ordinal 1. Ringan (tremor,
Gejala gejala yang kuesioner takikardia,
Hipoglikem dirasakan diaphoresis,
ia oleh pasien parestesia, lapar
pada saat berlebihan, pucat
hipoglikemi gemeteran)
a muncul 2. Sedang (sakit

27
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
kepala, suasana hati
berubah-ubah,
mudah marah, tidak
mampu
berkonsentrasi,
mengantuk,
keputusan
terganggu, bicara
tidak jelas,
pandangan ganda
atau kabur)
3. Berat (disorientasi,
kejang, tidak sadar)
(Tjokroprawiro,
2015)
5 Penangan Segala Pengisian Kuesioner Nominal 1. Istirahat dan tidur
an sesuatu kuesioner 2. Konsumsi teh
hipoglike tindakan daun seduh dauh
mia yang tin kering
dilakukan 3. 2-3 sendok teh
keluarga madu
dalam 4. Makanan ringan
mencegah yang mengandung
kondisi protein dan zat
yang tepung (susu, keju
membaha atau crakers)
yakan 5. Memberikan
jelly/permen
6. Selalu membawa
gula tebu
sepanjang waktu
7. Memberikan jus
buah tanpa gula

28
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
8. Memberikan
coklat (kue coklat,
coklat batangan,
susu coklat,
makanan yang
berbahan dasar
coklat)
9. Memberikan
karbohidrat
sederhana (nasi)
10. Segera membawa
kerumah sakit

Rahmah (2014),
Fadillah (2014),
Tjokroprawiro
(2015), Diane C
(2000), Ristanto
(2015), Sutanto,
Aswar dan
Sobijanto (2015).

29
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
3.7.1 Jenis Data
3.7.1.1 Data Primer
Data primer disebut juga dengan data tangan pertama. Data primer adalah data yang
diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, panel atau dari
hasilwawancara peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2018). Data primer didapat
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
datam hal tersebut lagsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono,
2010). Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
telah diisi atau dijawab oleh responden yang berada di puskesmas Rejosari dan wilayah
kecamatan Tenayan Raya.
3.7.1.2 Data Sekunder
Data sekunder disebut juga dengan data tangan kedua. Data sekunder merupakan data yang
didapat dari catatan buku, majalah, artikel, dan buku-buku sebagai teori (Sujarweni, 2018).
Data sekunder diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya, biasanya seperti data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia
(Saryono, 2010). Data sekunder yang didapatkan dalam penelitian ini adalah jumlah data
penyakit diabetes melitus di puskesmas Rejosari.
3.7.2 Cara Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan Nomor surat : 071/Dinkes- Umum/595/2020
dan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Peneliti melakukan pengurusan surat izin penelitian dari Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru ke Kesatuan Bangsa dan Politik
2. Setelah selesai melakukan pengurusan surat izin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan
Politik, peneliti melanjutkan pengurusan ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
3. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan, peneliti langsung
mengurus surat izin penelitian ke puskesmas Rejosari.
4. Setelah medapatkan izin penelitian di Puskesmas Rejosari, peneliti langsung
melakukan penelitian dengan keluarga pasien diabetes mellitus.
5. Penelitian ini dibantu dengan enumerator dalam penyebaran kuesioner. Lima teman
sebagai enumerator merupakan teman sekelas dengan latar belakang mahasiswa

30
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
kesehatan, sebelum menyebarkan kuesioner peneliti bersama lima teman lainnya
melakukan persamaan persepsi terkait kuesioner yang akan disebarkan. Pada saat
memberikan kuesioner peneliti bersama lima teman yang lain bertanya terkait kriteria
responden yang diperlukan peneliti kemudian meminta izin dan menjelaskan terkait
kuesioner yang akan diberikan kepada responden.
3.7.3 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data atau instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner untuk mengetahui penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga
padapasien diabetes mellitus. Pada kuesioner penanganan hipoglikemia terdapat beberapa
pilihan yang boleh dipilih lebih dari satu oleh responden.
3.7.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah item-item yang ada dalam kuesioner
pertanyaan benar-benar mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti, uji validitas
juga menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang memang akan diukur.
Valid merupakan apabila alat ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat variabel yang
hendak diukur (Nasir, Muhith dan Ideputri, 2011). Uji validitas dilakukan dalam jumlah
minimal 20 orang. Instrument dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Notoatmodjo, 2012).
Peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan uji content validity pada kuesioner
penanganan hipoglikemia. Content validity adalah tahap uji untuk melihat kelayakan
kuesioner yang akan digunakan, kepada pakar yang ahli dalam bidang sesuai dengan
penelitian yang akan diteliti, untuk dilakukannya validasi terhadap kelayakan isi, penyajian
dan juga redaksi kata pada kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian. Content validity
dilakukan dengan menemui dua orang pakar dalam bidang kegawatdaruratan dan
keperawatan keluarga yaitu Ns. Sandra, M.Kep dan Ns. Bayu Saputra, M.Kep, uji content
validity dilakukan sebanyak tiga kali setiap pakarnya. Hasil konsultasi dengan pakar terkait
kuesioner penelitian, ada penambahan pertanyaan pada instrument penelitian dan
mengubah redaksi kata agar lebih mudah dimengerti pada saat proses penelitian.

3.8 Pengolahan Data


Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan dilakukan pengolahan data (Notoatmodjo,

31
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2010). Data harus diolah sedemikian rupa untuk memperoleh informasi yang dapat
menjawab tujuan dari peneliti. Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
pengolah data, sebagai berikut :
3.8.1 Editing
Editing adalah proses pengolahan data yang memeriksa pengisian kuesioner yang telah
dibagikan kepada responden (Notoatmodjo, 2010). Pengolahan data dilakukan setelah
peneliti memberikan lembaran kuesioner kepada responden, kemudian diisi oleh responden
dan peneliti melakukan pengecekan kembali dan perbaikan jika kuesioner yang telah di isi
oleh responden tidak lengkap.
3.8.2 Coding
Coding adalah pengubahan data menjadi sebuah angka atau bilangan bisa juga digunakan
dalam pengubahan data menjadi suatu kalimat atau huruf (Notoatmodjo, 2010). Setelah
peneliti selesai mengedit kuesioner yang telah di isi oleh responden, peneliti melakukan
pengkodean atau coding. Coding sangat berguna dalam memasukkan data (entry data).
Untuk karakteristik responden jenis kelamin dengan kode (1=perempuan), (2=laki-laki),
pendidikan dengan kode (1=tidak bersekolah), (2=SD), (3=SMP), (4=SMA), (5=Lainnya),
dan suku dengan kode (1=minang), (2=batak), (3=jawa), (4=melayu), (5=bugis),
(6=lainnya). Untuk penanganan dengan kode peritem (0=tidak dilakukan), (1=dilakukan).
3.8.3 Data Entry atau Processing
Data yang telah berbentuk kode (angka atau bilangan) kemudian memasukkan kedalam
program komputer. Data yang dimasukkan ke dalam computer menggunakan cara manual,
dalam proses entry data yang dimasukkan harus dengan teliti karena dapat terjadi kesalahan
pada data (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan program komputer yaitu
aplikasi SPSS untuk mengentry data penelitian.
3.8.4 Cleaning
Data yang diperoleh dari setiap responden yang telah selesai di entry, harus dicek kembali
karena adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan data
sehingga dapat dilakukan perbaikan. Proses tersebut dinamakan dengan pembersihan data
(cleaning). Cleaning dilakukan untuk memeriksa kembali data-data yang dibutuhkan dan
menghapus data-data yang tidak diperlukan (Notoatmodjo, 2010).

32 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


3.8.5 Pengolahan data (processing)
Apabila data yang telah dimasukkan tidak ditemukan kesalahan, maka selanjutnya peneliti
akan memproses data dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan variabelnya.
Setelah memasukkan data, peneliti akan mengolah data menggunakan program di
komputer.
3.9 Analisa Data
3.9.1 Analisa Univariat
Tujuan dari analisa univariat ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-
masing variabel yang akan diteliti. Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi, untuk menjelaskan karekteristik, dan presentase dari setiap variabel dalam
sebuah penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi
yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, tanda dan gejala yang dialami dan penanganan
hipoglikemia yang dilakukan keluarga. Semua data yang diperoleh dari analisis univariat
ini kemudian akan dihitung dengan menggunakan frekuensi tiap kategori dan presentase
(%) tiap kategori serta disajikan kedalam bentuk tabel serta diinterpretasikan.

3.10 Etika Penelitian


Penelitian ini sudah lolos uji etik, oleh Komite Etik STIKes Hang Tuah Pekanbaru dengan
Nomor : 571/KEPK/STIKes-HTP/VIII/2020. Dalam sebuah penelitian, peneliti harus
memiliki etika penelitian yang harus di lakukan dan dijalankan dengan benar dalam
memperlakukan seorang responden dan hasil penelitian yang dihasilkan nantinya.
3.10.1 Menghargai Hak Asasi Manusia
Dalam menghargai hak asasi manusia terdapat beberapa hal yaitu pertama hak untuk ikut
maupun tidak ikut dalam penelitian. Sebuah penelitian, responden memiliki hak setuju atau
tidak setuju untuk mengikuti sebuah penelitian dan hal tersebut tidak diberikan sanksi
apapun (Nursalam, 2014). Prinsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah menjelaskan
prosedur terkait penelitian yang akan dilakukan, waktu yang dibutuhkan, tujuan dari
penelitian serta manfaat yang didapatkan. Peneliti juga memberi lembar persetujuan lebih
dulu apakah responden setuju untuk mengikuti penelitian atau tidak.

33
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
3.10.2 Keadilan (Justice)
Dalam melakukan penelitian, responden harus dilakukan secara adil baik sebelum maupun
sesudah dan selama penelitian tanpa adanya deskriminasi apabila mereka tidak bersedia
untuk ikut serta dalam penelitian atau dikeluarkan pada saat penelitian (Nursalam, 2014).
Penelitian ini dilakukan secara adil dengan tidak memandang suku, agama, ras, tingkat
ekonomi para responden.
3.10.3 Tanpa Nama (Anonimity)
Responden memiliki hak untuk dijaga kerahasiannya dengan tidak menuliskan namanya
dalam penelitian (Nurusalam, 2014). Peneliti menggunakan inisial pada lembar kuesioner.
3.10.4 Kemanfaatan (Beneficience)
Penelitian ini memberikan manfaat pada responden, terkait informasi penanganan
hipoglikemia yang dilakukan keluarga, serta manfaat lainnya memberikan edukasi terkait
penanganan hipoglikemia yang tepat yang dapat dilakukan oleh keluarga saat dirumah.

34
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada bab ini menyajikan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti tentang gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien
diabetes mellitus penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja puskesmas rejosari dari
tanggal Agustus – September 2020. Responden pada penelitian ini yaitu keluarga pasien
diabetes mellitus yang pernah mengalami hipoglikemia dengan jumlah sampel sebanyak 88
orang responden.
4.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat aka ditampilkan karakteristik dan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel untuk tindakan keluarga pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja
puskesmas rejosari, diantaranya usia, jenis kelamin, pendidikan, tanda dan gejala
hipoglikemia dan penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes
mellitus. Hasil dari analisis univariat yang didapatkan dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel berikut :
4.1.1.1 Karakteristik responden
a. Usia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden

Mean Median Std.Deviasi Mm-Max Ci 95%


Usia
27.91 27.50 4.638 20-45 26.93-28.89

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa, usia rata-rata keluarga pasien diabetes mellitus di
puskesmas rejosari adalah 27.91 tahun. Usia terendah keluarga adalah usia 20 tahun
sedangkan yang tertinggi adalah usia 45 tahun. Usia tengah dari keluarga pasien adalah
27.50 tahun. Standar deviasi atau varian yang didapat adalah 4.638. CI 95% atau 95%
Convidence Interval For Mean yang didapat adalah 26.93-28.89.

35
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
b. Jenis Kelamin dan Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan Pendidikan
No Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Jenis kelamin
Perempuan 61 69.3
Laki-Laki 27 30.7
Total 88 100.0
2. Pendidikan
Tinggi 18 20.5
Sedang 66 75.0
Rendah 4 4.5
Total 88 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa, mayoritas keluarga pasien diabetes mellitus di
puskesmas rejosari terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 61 orang (69.3%), dan
pendidikan keluarga pasien terbanyak adalah kategori sedang (SMP, SMA) dengan jumlah
66 orang (75.0%).
c. Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Hipoglikemia
No Tanda dan gejala hipoglikemia Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Ringan 31 36.4
2 Sedang 50 56.8
3 Berat 6 6.8
Total 88 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa tanda dan gejala hipoglikemia yang dialami pada
pasien diabetes mellitus di puskesmas rejosari terbanyak yaitu hipoglikemia sedang dengan
50 orang (56.8%).

36
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
4.1.1.2 Penanganan Hipoglikemia
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Penanganan Hipoglikemia
Penanganan Hipoglikemia Frekuensi (f) Persentase (%)
Menganjurkan penderita beristirahat dan tidur 81 92.0
Memberikan jelly/permen 43 48.9
Memberikan karbohidrat sederhana (nasi) 40 45.5
Memberikan 2-3 sendok teh madu 38 43.2
Segera membawa kerumah sakit 30 34.1
Memberikan jus buah tanpa gula 24 27.3
Memberikan makanan ringan yang mengandung 23 26.1
protein dan zat tepung (susu, keju atau crakers)
Menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh 20 23.7
daun tin kering
Memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, 12 13.6
susu coklat, makanan yang berbahan coklat
Menganjurkan penderita selalu membawa gula tebu 6 6.8
sepanjang waktu
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa, penanganan hipoglikemia yang dilakukan
keluarga yaitu menganjurkan penderita beristirahat dan tidur sebanyak 81 orang (92.0%),
memberikan jelly/permen sebanyak 43 orang (48.9%), memberikan karbohidrat sederhana
(nasi) sebanyak 40 orang (45.5%), memberikan 2-3 sendok teh madu sebanyak 38 orang
(43.2%), segera membawa kerumah sakit sebanyak 30 orang (34.1%), memberikan jus
buah tanpa gula sebanyak 24 orang (27.3%), memberikan makanan ringan yang
mengandung protein dan zat tepung (susu, keju atau crakers) sebanyak 23 orang (26.1%),
menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh daun tin kering sebanyak 20 orang
(23.7%), memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu coklat, makanan yang
berbahan dasar coklat) sebanyak 12 orang (13.6%), menganjurkan penderita selalu
membawa gula tebu sepanjang waktu sebanyak 6 orang (6.8%).

37
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Univariat
4.2.1.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari didapatkan bahwa dari 88
anggota keluarga pasien diabetes mellitus yaitu dengan rata-rata usia 27.91 tahun.
penelitian ini menggambarkan penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada
pasien diabetes mellitus lebih banyak dilakukan oleh usia dewasa muda. Nasir dan Muhith
(2011) menjelaskan bahwa, dewasa muda adalah usia yang berkisar antara 20-40 tahun, dan
dewasa menengah berkisar antara usia 40-65 tahun.

Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal
ini sejalan dengan penelitian Ingga (2010) bahwa saat semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Penelitian Yusra (2010) menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara normal
seiring bertambahnya usia seseorang terjadi perubahan fisik, psikologis bahkan intelektual.
Hal ini dikarenakan pada usia dewasa awal berada pada puncak perkembangannya dan dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimana didapatkan
usia muda lebih banyak yaitu usia rata-rata 27 tahun dan termasuk kedalam usia muda,
dimana dengan usia tersebut tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
mampu dalam berpikir untuk mengambil keputusan yang tepat bagi anggota keluarganya
dan keputusan yang diambil dapat mempertahankan kesehatan anggota keluarganya.

b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari didapatkan bahwa dari 88 anggota
keluarga pasien diabetes mellitus yang melakukan penanganan pada pasien diabetes
mellitus saat hipoglikemia lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 61 orang (69.3%).

38 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Rintala et.al (2013) mengatakan bahwa perempuan lebih bertanggung jawab terhadap
kegiatan rutin keluarga dan mereka berpengalaman dalam memilih dan merawat kesehatan
anggota keluarga. Sejalan dengan hasil tersebut, Wardani (2015) dalam hasil penelitiannya
juga mengatakan bahwa perempuan manjadi responden terbanyak dalam penelitiannya.
Berdasarkan hal tersebut responden perempuan lebih memiliki toleransi terhadap menjaga
dan merawat kesehatan anggota keluarga dibandingkan laki-laki.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana responden dalam
penelitian tersebut lebih banyak dilakukan oleh perempuan, karena perempuan lebih sering
mengakses pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan peran perempuan yang sangat penting
dalam sebuah keluarga dikarenakan mayoritas perempuan yang berada dirumah bersama
keluarga dan mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan yang terjadi pada anggota
keluarga yang sakit, sehingga perawatan kesehatan anggota keluarga yang sakit dan
pengambilan keputusan lebih dipusatkan pada perempuan, sehingga perempuan harus lebih
diberi edukasi terkait penanganan hipoglikemia yang tepat untuk dapat merawat anggota
keluarga hipoglikemia dengan penanganan yang diberikan sesuai dan tepat.

c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada karakteristik pendidikan terakhir, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak adalah sedang (SMP, SMA)
dengan jumlah 66 orang (75.0%) yang berarti sebagian besar responden masuk kedalam
kategori pendidikan menengah. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam
pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi. Menurut Huang, et al (2014) menunjukkan pasien dengan pendidikan tinggi
memiliki sikap yang lebih positif terhadap penyakit diabetes mellitus yang diderita dan
cenderung mencapai kontrol glukosa darah yang lebih baik. Orang dengan pendidikan
tinggi lebih mampu menerima dan memahami pengetahuan baru, sedangkan pada
pendidikan rendah akan lebih cenderung terjadinya kesalahpahaman tentang komplikasi

39 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


hipoglikemia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Burns et.al (2013) diperoleh bahwa keluarga dengan
perguruan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, dimana hasil penelitian yang didapatkan, pendidikan terakhir terbanyak
adalah sedang (SMP, SMA) dimana pendidikan SMP, SMA dengan kategori sedang
termasuk kedalam pendidikan menengah.

d. Tanda dan Gejala Hipoglikemia


Hasil penelitian yang sudah dilakukan di wilayah kerja rejosari didapatkan tanda dan gejala
yang terbanyak dialami adalah tanda dan gejala hipoglikemia sedang berupa sakit kepala,
berubah-ubah suasana hati, mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, mengantuk,
keputusan terganggu, bicara tidak jelas (meracau), pandangan ganda atau kabur. Pada
hipoglikemia sedang penurunan kadar glukosa darah dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik sehingga dapat menyebabkan sakit
kepala, oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena
dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran darah
otak. Selain itu, hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang
menstimulasi rasa lapar,gelisah, berkeringat dan takikardia (Nugroho, dkk, 2016).

Menurut penelitian yang dilakukan Sutawardana, Yulia dan Waluyo (2016), kelemahan
fisik menjadi keluhan pertama yang diungkapkan partisipan ketika menceritakan
pengalamannya mengalami hipoglikemia. Hampir semua partisipan mengungkapkan gejala
kelemahan fisik yang mencakup badan lemas, badan gemetar, keluar keringat dingin,
pandangan berkunang-kunang dan rasa tidak enak badan. Serangan yang dialami oleh
partisipan juga sering kali secara tiba-tiba (spontan). Hal ini tejadi sebagai manifestasi dari
respon kounter-regulasi tubuh terhadap kondisi hipoglikemia. Hipoglikemia membutuhkan
penanganan dengan cepat dan tepat sehingga tidak berdampak merusak organ utama
manusia terutama otak.
Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada
fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu

40 STIKes Hang Tuah Pekanbaru


menyimpan cadangan glukosa untuk proses metabolismenya. Sel otak akan mengalami
iskemia apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan
menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit. Selain
secara fisiologis telah diketahui bahwa hipoglikemia akan mengancam kehidupan, secara
psikologis hipoglikemi juga memberi dampak negatif bagi pasien dan pengelolaan diabetes
melitusnya. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa penderita
hipoglikemia banyak menderita hipoglikemia sedang dan dampaknya berupa perubahan
aliran darah diotak yang dapat membuat kerusakan pada otak secara irreversible.

4.2.2 Penanganan Hipoglikemia


a. Menganjurkan Istirahat dan Tidur
Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari menunjukkan sebanyak 81
responden melakukan penanganan hipoglikemia dengan menganjurkan beristirahat dan
tidur pada pasien diabetes mellitus. Penanganan hipoglikemia yang dapat dilakukan pada
saat kondisi hipoglikemia terjadi dengan menganjurkan beristirahat dan tidur merupakan
salah satu penanganan yang tepat. Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang dialami
seseorang yang dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup.
Sebagian besar, organisme hidup menunjukkan adanya fluktuasi fungsi tubuh yang
berirama sepanjang kurang lebih 24 jam, yaitu berirama sirkadian (Potter dan Perry, 2005).
Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi
dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan
sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Zona
tidur otak depan basal meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari hipotalamus, jalur
endokrin dan saraf yang menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur irama ini, termasuk
pelepasan melatonin di malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal waktu sistemik Kualitas
tidur yang buruk bagi pasien diabetes mellitus adalah sering berkemih di malam hari,
makan berlebihan sebelum waktu tidur, stress dan kecemasan yang berlebihan serta
peningkatan suhu tubuh dapat menggangu pola tidur di malam hari, sehingga menyebabkan
kurangnya kualitas tidur. Beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan
fungsi kardiovaskuler. Akibatnya adalah mempengaruhi sistem endokrin terutama terkait

41
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin
(Ganong, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan Rahmah (2014), istirahat tidur dan irama sikardian
berperan untuk mengatur produksi insulin. Pada saat durasi dan kualitas tidur seseorang
terganggu maka terjadi hambatan pelepasan hormon pertumbuhan dan terjadi pengeluaran
kortisol yang berlebihan. Sedangkan salah satu peran kortisol adalah mengkonversi protein
menjadi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan ketika pasien mengalami kondisi
hipoglikemia, keluarga menganjurkan pasien untuk beristirahat dan tidur untuk membantu
mengembalikan kadar glukosa darah yang turun. Penanganan istirahat dan tidur dapat
dilakukan pada hipoglikemia yang ringan, pada hipoglikemia yang berat tidak bisa
diberikan penanganan dengan menganjurkan anggota keluarga dengan istirahat dan tidur
dikarenakan pada saat istirahat dan tidur dibutuhkan waktu untuk meningkatkan kadar gula
darah sehingga pada hipoglikemia berat penanganan yang diberikan harus diiringi dengan
penanganan lainnya. Namun pada hipoglikemia ringan, penanganan istirahat dan tidur
merupakan penanganan yang tepat dilakukan keluarga berdasarkan teori yang sudah
dijelaskan terkait penanganan hipoglikemia istirahat dan tidur.

b. Memberikan Karbohidrat Sederhana (Nasi)


Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari menunjukkan sebanyak 40
responden melakukan penanganan hipoglikemia dengan memberikan karbohidrat
sederhana (nasi) pada pasien diabetes mellitus. Nasi mengandung pati tinggi yang akan
mengalami pencernaan di usus halus dan menghasilkan glukosa yang diserap ke dalam
tubuh. Karena itu, usaha menurunkan daya cerna pati nasi dapat menjadi cara alternatif
untuk menurunkan penyerapan glukosa. Memberikan karbohidrat sederhana (nasi)
merupakan penanganan hipoglikemia yang dapat dilakukan keluarga saat dirumah. Pada
saat hipoglikemia terjadi, anggota keluarga dapat memberikan karbohidrat sederhana (nasi)
sebanyak 15 g karena karbohidrat yang didapatkan pada nasi bekerja cepat untuk
meningkatkan kadar glukosa darah. Konsumsi beras sebagai makanan pokok yang
memiliki indeks glikemik rendah bagi penderita diabetes melitus berguna untuk

42
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dikarenakan lambat untuk dicerna dan diserap
maka membantu untuk mempertahankan tingkat glukosa dalam darah dan untuk
mengurangi respon insulin. (Black dan Hawks, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan Fitri dan Yekti (2014), ada hubungan antara
mengkonsumsi karbohidrat baik sederhana atau pun kompleks terhadap peningkatan gula
darah, semakin tinggi konsumsi karbohidrat maka semakin tinggi kadar glukosa darah
namun kecepatan pencernaan karbohidrat di dalam saluran pencernaan, tidak sama untuk
setiap jenis pangan. Pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat memiliki
kadar indeks glikemik tinggi, sebaliknya yang menaikkan kadar glukosa darah dengan
lambat memiliki indeks glikemik rendah. Makanan berindeks glikemik tinggi
menyebabkan sekresi insulin dalam jumlah besar sebagai akibat dari kenaikkan kadar
glukosa darah yang tinggi dan cepat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan, karbohidrat pada nasi memiliki
glukosa yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan indeks glikemik yang
tinggi, namun nasi dengan kadar indeks glikemik rendah memiliki sifat lambat dalam
menaikkan kadar gula darah pada saat hipoglikemia, sehingga memberikan karbohidrat
berupa nasi pada pasien hipoglikemia, keluarga harus mengetahui jenis beras dengan
indeks glikemik tinggi untuk mencegah kondisi hipoglikemia yang lebih buruk, sehingga
pada penanganan ini perlunya edukasi yang diberikan pada anggota keluarga terkait nasi
yang memiliki indeks glikemia tinggi agar dapat menaikkan kadar gula darah pada saat
hipoglikemia terjadi agar anggota keluarga tepat dalam memberikan karbohidrat berupa
nasi.

c. Memberikan jelly/permen
Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari sebanyak 43 responden yang
memberikan jelly/permen. Penanganan hipoglikemia yang dapat dilakukan selama dirumah
yaitu dengan pemberian glukosa yang terdapat pada jelly atau permen. Permen adalah suatu
produk pangan yang dapat dikonsumsi di mana pun dan kapan pun, serta pada umumnya
berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Permen memiliki kadar gula yang relatif tinggi
sehingga olahan ini memiliki kalori yang tinggi. Permen pada dasarnya dapat

43
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
dikelompokkan menjadi dua, yaitu permen keras (hard candy) dan permen kenyal (chewy
candy). Permen keras dibuat dengan kadar gula yang tinggi, untuk mencegah kristalisasi
dengan menambahkan sirup gula. Permen jelly ini dibuat dengan menggunakan senyawa
pengenyal yaitu gelatin. Fungsi utama penambahan gelatin dalam pembuatan permen jelly
yaitu untuk meningkatkan elastisitas, konsistensi dan stabilitas produk. Permen jelly biasa
dibuat dengan penambahan gula sukrosa yang tinggi kalori dan lain-lain. Biasanya anggota
keluarga atau penderita akan selalu membawa jelly atau permen untuk penatalaksanaan
awal jika hipoglikemia ringan muncul (Tjokroprawiro, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan, pada saat tanda dan gejala
hipoglikemia ringan terjadi, anggota keluarga memberikan jelly/permen sebagai
penanganan awal sebelum sampai pada fase yang lebih berat, karena pembuatan
jelly/permen berbahan dasar gula, air dan sirup sukrosa yang akan membantu menaikkan
kadar gula darah, sebelum melakukan penanganan lainnya untuk menaikkan kadar gula
darah. Hal ini sangat tepat dilakukan pada penderita hipoglikemia yang berulang,
membawa permen/jelly kemana pun pada saat pergi dapat mencegah hipoglikemia kearah
yang lebih buruk, sehingga penanganan ini bisa dilakukan oleh penderita sendiri ataupun
diingatkan untuk membawa permen/jelly oleh anggota keluarga.

d. Memberikan Jus Buah tanpa Gula


Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 24 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan memberikan jus buah tanpa gula pada penderita diabetes
mellitus. Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan Karotin atau
provitamin A) dan mineral seperti zat kalsium, zat pospor dan lainnya dalam jumlah kecil.
Serat banyak terdapat pada buah-buahan di bagian kulitnya. Buah merupakan pangan
penting yang dapat menjadi sumber karbohidrat, vitamin, mineral, serat, dan senyawa
fenolat yang berfungsi sebagai antioksidan. Pengaruh konsumsi pangan berkarbohidrat,
termasuk buah, terhadap kadar glukosa darah yang juga disebut respon glikemik, saat ini
telah menjadi isu penting, baik untuk pasien diabetes mellitus (diabetesi), pra-diabetes,
maupun orang sehat, khususnya dalam memilih jenis, bentuk asupan, dan jumlah
karbohidrat ataupun buah yang dikonsumsi (Waspadji, 2003).

44
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Menurut penelitian Sutanto, Aswar dan Soebijanto (2015), penanganan hipoglikemia yang
dapat dilakukan dirumah adalah memberikan jus buah, karena kandungan glukosa yang
terdapat pada jus buah dapat menaikkan kadar gula darah yang rendah sehingga tidak
diperlukan gula dalam membuah jus buah. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti
simpulkan bahwa kandungan jus buah sudah terdapat glukosa yang bisa menaikkan kadar
gula darah, sehingga tidak diperlukan tambahan gula dalam jus buah karena akan beresiko
kenaikkan kadar gula darah yang berlebihan dan juga beresiko pasien dalam kondisi
hiperglikemia. Namun pada pemberian jus buah, perlunya edukasi dari pelayanan
kesehatan terkait buah yang tepat untuk menaikkan kadar gula darah pada kondisi
hipoglikemia.

e. Memberikan 2-3 sendok teh Madu


Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 38 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan memberikan 2-3 sendok teh madu. Madu memiliki
berbagai manfaat, salah satunya dapat meningkatkan kadar gula darah karena madu
mengandung sejumlah senyawa dan sifat antioksidan. Sifat antioksidan dari madu yang
berasal dari zat-zat enzimatik (katalase, glukosa oksidase dan peroksidase). Madu memiliki
kandungan seperti karbohidrat dan protein dimana gula utama yang terkandung dalam madu
adalah monosakrida, fruktosa dan glukosa. Sekitar 25 oligosakarida yang berbeda telah
terdekteksi. Kandungan yang terbanyak dari madu adalah karbohidrat yaitu sekitar 95%
yang sebagian besar terdiri dari fruktosa dan glukosa. Indeks glikemik untuk sebagian besar
madu dengan porsi 25 gram itu rendah dan ebberapa tipe ada dalam rentang sedang,
konsumsi tipe madu yang memiliki indeks glikemik rendah memiliki keuntungan efek
fisiologis (Khalil, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan Hidayat (2015), yang
menunjukkan adanya peningkatan pada kadar glukosa darah setelah pemberian madu
sebanyak 32,13 mg/dl, dikarenakan pada madu terdapat kandungan karbohidrat yaitu
sekitar 95% yang juga terdiri dari dari fruktosa dan glukosa, sehingga adanya peningkatan
yang signifikan pada penderita yang mengkonsumsi madu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan, pemberian madu merupakan
penanganan hipoglikemia yang bisa dilakukan dirumah, karena adanya kandungan yang

45
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
terdapat didalam madu salah satunya adalah glukosa yang berperan penting untuk
menaikkan kadar gula darah pada kondisi hipoglikemia mengkonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung unsur madu sebagai pemanis dapat diberikan untuk pemakaian
yang sifatnya kondisional atau dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan glukosa darah
segera. Edukasi dapat diberikan kepada anggota keluarga terkait pemberian madu atau
mengkonsumsi makanan dan minuman yang berbahan madu dalam menangani hipoglikemia
dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.

f. Segera Membawa Kerumah Sakit


Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 30 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan segera membawa kerumah sakit. Tujuan tindakan dibawa
kerumah sakit dilakukan hasilnya akan lebih baik, dan hal tersebut dapat mencegah
terjadinya kondisi pasien hipoglikemia kedalam kondisi yang lebih parah. Pemberian
glucagon pada pasien via IM dan IV dapat membantu mengembalikan kondisi pasien. Pada
pasien dengan kondisi hipoglikemia berat diberikan 10-25 g glukosa IV (seperti 50% atau
25% dekstrosa) dalam 1-3 menit, diikuti dengan infuse dekstrosa 5% pada 5 sampai 10
g/jam sampai klien sepenuhnya pulih dan bisa makan (Black dan Hawks, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan ketika pasien hipoglikemia


menunjukkan tanda dan gejala berat, anggota keluarga membawa pasien kerumah sakit
untuk segera diberikan tindakan yang tepat agar dapat menurunkan resiko yang lebih parah,
karena pada saat dirumah sakit, penangaan yang diberikan akan langsung dapat
memulihkan kondisi atau dapat menaikkan kadar gula darah secara signifikan. Pada
penanganan ini pelayanan kesehatan dapat memberikan edukasi terkait segera membawa
pasien kerumah sakit jika penderita menunjukkan gejala yang sedang atau berat, karena
jika penanganan hipoglikemia berat terlambat dilakukan maka akan berdampak terjadinya
mati batang otak bahkan kematian.

g. Mengkonsumsi The Seduh Daun Tin Kering


Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 20 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh daun

46
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
tin kering. Dalam daun tin terdapat senyawa aktif mirip insulin. Unsur yang terkandung
dalam buah tin adalah karbohidrat, protein, minyak, yodium, kalsium, fosfor, zat besi,
magnesium, belerang (fosfat), chlorin, serta malic acid dan nicotinic acid. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tin termasuk buah yang dapat merangsang pembentukan hemoglobin
darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Di samping itu daun tin juga mengandung
kadar glukosa yang cukup tinggi (Khasanah, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan Ruliana (2019) Terdapat penurunan kadar glukosa
darah setelah diberikan rebusan teh daun tin pada hari ke-14 pada penderita diabetes
mellitus. Kemampuan daun tin dapat menurunkan gula darah karena memiliki senyawa
aktif yang berfungsi mirip insulin yaitu hormon yang diproduksi sel betapankreas untuk
menurunkan kadar gula darah berlebih dalam darah Hal ini disebabkan karena pada teh
daun tin terdapat senyawa aktif yang berfungsi mirip insulin yang memiliki sifat
menurunkan kadar gula darah berlebih dalam darah. Berdasarkan uraian diatas, dapat
peneliti simpulkan, daun tin kering dengan cara diseduh dapat membantu menurunkan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus sehingga rebusan daun tin kering tidak
bisa diberikan pada saat hipoglikemia muncul karena akan berdampak pada penurunan gula
darah yang drastis.

h. Memberikan Makanan Ringan yang Mengandung Protein dan Zat Tepung


Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 23 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan memberikan makanan ringan yang mengandung protein
dan zat tepung (susu, keju atau crakers). Sumber karbohidrat kompleks terdapat dalam
padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan (Almatsier et al, 2011). Karbohidrat
merupakan sumber energi utama sehingga sering disebut dengan zat tenaga. Hasil
penguraian karbohidrat berupa monosakarda, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Beck,
2011).
Menurut penelitian yang dilakukan Istiqomah (2015), menunjukkan protein dalam kedelai
dapat membantu menurunkan resistensi insulin, mencegah hipoglikemia serta membantu
menurunkan berat badan. Protein yang diperoleh dari kedelai bisa didapatkan dari susu
kedelai dan crackers. Asupan lemak jenuh tinggi yang terdapat didalam keju berhubungan

47
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
dengan resiko peningkatan kadar glukosa darah puasa, gangguan toleransi glukosa, dan
penyakit kardiovaskuler. Zat tepung mengandung karbohidrat, dimana karbohidrat dengan
cepat diangkut ke dalam darah dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan energy bagi tubuh
manusia dan meningkatkan kadar gula darah. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti
simpulkan, bahwa mengkonsumsi susu, keju dan crackers merupakan penanganan yang
dapat dilakukan dirumah karena pada susu, keju dan crackers terdapat kandungan protein
dan juga zat tepung atau karbohidrat yang berperan menambah glukosa dalam darah dan
menaikkan kadar gula darah serta dapat mencegah kondisi yang lebih parah.

i. Memberikan Coklat
Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 12 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu
coklat, makanan yang berbahan coklat. Coklat, susu, dan makanan lain yang mengandung
lemak sebaiknya tidak diberikan sebagai terapi awal, karena menyebabkan glukosa diserap
lebih lambat (PERKENI, 2015). Menurut penelitian Sutanto, Aswar dan Soebijanto (2015),
coklat sebaiknya dihindari dalam penanganan hipoglikemia karena lemak yang terkandung
di dalam coklat dapat menghambat absorbsi glukosa, sehingga pada kondisi hipoglikemia,
kadar gula darah akan bertambah turun akibat tidak adanya glukosa yang masuk kedalam
tubuh dan beresiko menjadi hipoglikemia berat. Hasil wawancara yang di dapatkan oleh
peneliti, keluarga responden mengatakan bahwa coklat terasa manis sehingga keluarga
berasumsi jika coklat dapat menaikkan kadar gula darah yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga belum memahami
dan kurang mengerti apa saja penanganan yang tepata pada penderita hipoglikemia,
anggota keluarga juga berasumsi bahwa coklat merupakan makanan yang manis, sehingga
memberikan coklat dapat memulihkan kondisi hipoglikemia. Berdasarkan hal tersebut,
edukasi sangat diperlukan terkait pemberian coklat pada penderita hipoglikemia,
pemahaman serta peningkatan pengetahun bagi keluarga sangat penting terkait penanganan
hipoglikemia yang benar dan tepat, sehingga hal tersebut juga dapat mencegah kejadian
hipoglikemia pada kondisi yang lebih parah.

48
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
j. Menganjurkan Membawa Gula Tebu Sepanjang Waktu
Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 6 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan menganjurkan penderita selalu membawa gula tebu
sepanjang waktu. Sari tebu merupakan salah satu minuman yang disukai oleh masyarakat
untuk dikonsumsi. Menurut hasil penelitian ilmiah, tebu mempunyai banyak khasiat yang
bisa membantu atau bahkan mengobati beberapa jenis penyakit. Tebu mengandung zat- zat
yang diperlukan oleh tubuh antara lain sukrosa, protein, kalsium, lemak, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B6, vitamin C dan asam amino (Putri, 2013). Gula tebu termasuk
kedalam klasifikasi gula jawa/gula merah. Dimana gula jawa/gula merah biasanya
diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan
dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, tebu dan lontar (Sihombing,
2014).

Menurut penelitian yang dilakukan Hidayat (2015), yang menunjukkan adanya peningkatan
pada kadar glukosa darah setelah mengkonsumsi gula tebu sebanyak 27,53 mg/dl, karena
pada gula terdapat kandungan sukrosa, namun peningkatan kadar gula darah sedikit rendah
daripada pemberian madu. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa gula
tebu memiliki kadar glukosa yang dapat membantu menaikkan kadar gula darah walaupun
tidak sebanyak madu dalam peningkatan kadar gula darah, namun hal tersebut juga dapat
membantu dalam penanganan hipoglikemia selama dirumah dengan memberikan beberapa
penangana yang lain untuk membantu meningkatkan kadar gula darah.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Selama proses penelitian berlangsung terdapat kendala, sehingga peneliti memasukkannya
sebagai keterbatasan penelitian. Pengumpulan data yang didapat sebanyak 88 responden
dari jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 202 responden yang memenuhi kriteria
inklusi dikarenakan jumlah kunjungan puskesmas mengalami penurunan dan tidak semua
pengunjung puskesmas dan berujung pada berkurangnya jumlah sampel yang diteliti, pada
saat pengambilan data kerumah responden, ada beberapa keluarga yang menolak untuk
dijadikan responden dikarenakan khawatir terhadap paparan COVID-19.

49
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Salah satu komplikasi penyakit diabetes mellitus adalah hipoglikemia. Penurunan kadar
glukosa akan berdampak secara akut pada fungsi otak dan otak tidak mampu menyimpan
cadangan glukosa untuk proses metabolismenya. Sel otak akan mengalami iskemia apabila
tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan menimbulkan
kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit. Kondisi tersebut
membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat. Namun pada kondisi
hipoglikemia ringan dapat dilakukan penatalaksanaan di rumah sehingga hal tersebut
membutuhkan orang terdekat atau keluarga untuk menjadi pendamping dalam
penatalaksanaan atau pencegahan hipoglikemia ke fase yang lebih berat. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif survei deskriptif dengan jumlah responden yang didapat
sebanyak 88 orang dipuskesmas rejosari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
puskesmas rejosari tentang gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga
pada pasien diabetes melitus yang berjumlah 88 responden, dapat disimpulkan berdasarkan
pengolahan data bahwa rata-rata umur responden terbanyak adalah 28 tahun, dengan jenis
kelamin terbanyak yaitu perempuan dan pendidikan responden terbanyak yaitu SMA
dengan klasifikasi pendidikan menengah. Semua responden mengetahui tanda dan gejala
hipoglikemia dan terbanyak responden mengalami hipoglikemia sedang yaitu 66 responden
(75.0%). Hasil penelitian dan pengolahan data pada penanganan hipoglikemia didapatkan
yang terbanyak yaitu menganjurkan penderita beristirahat dan tidur sebanyak 81 orang
(92.0%), dan penanganan hipoglikemia yang terendah yaitu pada penanganan menganjurkan
penderita selalu membawa gula tebu sepanjang waktu sebanyak 6 orang (6.8%). Dari
keseluruhan penanganan hipoglikemia, penanganan hipoglikemia dengan memberikan 2-3
sendok teh madu menjadi penanganan yang tepat karena memiliki peningkatan kadar gula
darah setelah mengkonsumsi madu.

50
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Ilmu Keperawatan
Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa terkait
informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan penanganan hipoglikemia pada pasien
diabetes mellitus.
5.2.2 Pelayanan Kesehatan
Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan untuk peningkatan pengetahuan bagi keluarga pasien di puskesmas
rejosari terkait penanganan yang tepat saat hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus
seperti memberikan 2-3 sendok teh untuk meningkatkan kadar gula darah.
5.2.3 Bagi Peneliti Lainnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian ini jenis penelitian kuantitatif dengan
desain quasy experiment.

51
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
DAFTAR PUSTAKA

Abdi Redha. 2010. Flavonoid: Struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam sistem
biologis. http://repository.polnep.ac.idm

Ali, Zaidin (2010). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC.

Almatsier, S, et al. (2011). Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

American Diabetes Association.(2016). Standards of medical care in diabetes 2016.


Diabetes Care.

Anggraeni, D., M. & Saryono. (2013). Metodologi penelitian kualitatif dan kantitatif dalam
bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anshori, Muchlis.,& Iswati, Sri. (2017). Metodologi penelitian kuantitatif. Surabaya :


Airlangga University Press.

Bakri, Maria H. (2019). Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta : Pustaka Mahardika.

Beck, Mary E. (2011). Ilmu gizi dan diet: Hubungannya dengan penyakit-penyakit untuk
perawat dan dokter. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Boedisantoso, A. (2011). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta : Badan


Penerbit FKUI.

Burns, K, K., et.al (2013).. Research: educational and psychological issues diabetes
attitudes, wishes and needs second study (DAWN2) : Cross-national benchmarking
indicators for family member living with peopole with diabetes. Diabetic Medicine.
Vol.30(7). http://onlinelibrary.wiley.com

Dharmastuti, Arnis P., & Sulistyowati, Dwi Ariani (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap upaya pencegahan hipoglikemia pada pasien diabetes melitus di ruang
intensive RSUD Dr. Moew Ardi Surakarta tahun 2016. Jurnal Keperawatan Global,

52
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Vol.2(3), 1-61, http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/JKG/article/view/342/307
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2019). Profil kesehatan kota pekanbaru. Pekanbaru.

ESY, Sihombing. (2014). Tingkat pengetahuan pedagang tentang bahan tambahan


pangan, zat pewarna, zat pengawet, rhodamin B dan formalin. Universitas Sumatera
Utara.

Fadillah, R.,U. (2014). Antidiabetic effect of morinda citrifolia L. as A treatment of


diabetes mellitus. Jurnal Majority. Vol.3(7),
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/486/487

Fatehi-Hassanabad. Z., Chan., C. B & Furman, B. L. (2010). Reactive oxygen species and
endothelial function in diabetes. european journal of pharmacology, Vol.636 (1-3), p.
8-17. http://doi.org/10/1016/j.ejphar.2010.03.048

Fitri R. I & Yekti Wirawanni. (2014). Hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total
energi, konsumsi serat, beban glikemik dan latihan jasmani dengan kadar glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Journal Nursing Health. Vol.2(3).
http://media.neliti.com/media/publications/89842-ID-hubungan-konsumsi-
karbohidrat-konsumsi-t.pdf

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : riset, teori dan praktek,
edisi ke-5. (achir yani s. hamid, penerjemah). Jakarta : EGC.

Friedman, Marilyn M. (2013). Keperawatan keluarga. (Achir Yani S. Hamid,


Penerjemah).Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Ganong, W. F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi ke-19. Jakarta: EGC.

Hernilawati. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Diponegoro : Pustaka As


Salam.

Hidayat, Fauzan Mufti Tsani. (2015). Perbandingan peningkatan kadar glukosa darah

53
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
setelah pemberian madu, gula putih, dan gula merah pada orang dewasa yang
berpuasa. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.
http://media.neliti.com/media/publications/197145-ID-phenomenology-study-the-
experience-of-pe.pdf

Huang, M., Zhao, R., Li, S., dan Jiang, X. (2014). Self management behavior in patients
with type 2 diabetes: a cross sectional survey in western urban china. Journal of PLos
One. Vol.9(4).
http://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0095138&type=pr
intable

Ingga, Ifada (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat


mengenai pelayanan kesehatan mata. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

International Diabetes Federation. (2019). IDF risk and factors.


http://www.idf.org/about-diabetes/risk-factors Diakses : 23 Januari 2020.

International Hypoglycaemia Study Group. (2017). Glucose concentrations of less than


3.0 mmol/l (54 mg/dl) should be reported in clinical trials. a joint position statement of the
american diabetes association and the european association for the study of diabetes.
Diabetes Care. Vol.40(1), 155-157.

Istiqomah, A. (2015). Indeks glikemik, beban glikemik, kadar protein, serat dan tingkat
kesukaan kue kering tepung garut dengan substitusi tepung kacang merah. Journal of
Nutrition College. Vol.4(2), p. 620-627. http://ejournal-sl.undip.ac.id/index- php/jnc

Joyce, M. Black., & Jane, H. Hawks. (2014). Keperawatan medikal bedah manajemen
klinis untuk hasil yang di harapkan edisi 8 buku 2. Jakarta : Salemba Medika.

Khalil, I. M., (2012). Physicochemical and antioxidant properties of algerian honey.


Molecules, 2012, 11199-11215.

54
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Khasanah, N. (2011). Kandungan buah-buahan dalam alqur’an: buah tin (ficus carica l.),
zaitun (olea europea l.), delima (punica granatum l.), anggur (vitis vinivera l.), dan
kurma (phoenixdacty lifera l.) untuk kesehatan. Jurnal Phenomenon, Vol. 1(1).

Nasir, A., & Muhith A. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa pengantar dan teori.
Jakarta : Salemba Medika.

Nasir, A.B.D., Muhith, A., & Ideputri, M.E. (2011). Buku ajar: metodologi penelitian
kesehatan-konsep pembuatan karya tulis dan thesis untuk mahasiswa kesehatan.
Yogyakarta : Nuhamedika.

Notoatmodjo, S (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S.


(2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, dkk. (2016). Teori asuhan keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi penelitian keperawatan: Pendekatan praktis. Jakarta :


Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes


melitus tipe 2 di indonesia. PB PERKENI. http://www.pbperkeni.or.id

Potter& Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik.
edisike-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Putri, K. J. (2013). Pemanfaatan sari tebu dalam pembuatan yoghurt dengan penambahan

55
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
lactobacillus bulgaricus dan sari buah naga merah (hylocereus polyrhizus) pada
konsentrasi yang berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Prosiding Semnas.

Rani, Ruliana. 2019. Pengaruh pemberian teh daun tin terhadap penurunan kadar gula darah
di updt puskesmas sukosewu kabupaten bojonegoro tahun 2019. Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Lamongan.

Rintala, et.al. (2013). Everyday life of a family with diabetes as described by adults with
tyoe 1 diabetes. European Diabetes Nursing, Vol.10(3). http://doi.org/10/1002/edn.234

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan penelitian dan pengembangan


kesehatan kementerian RI.

Ristanto, Riki. (2015). Pencegahan hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Vol.3(3), 57-63, http://jurnal.poltekkes-
soepraoen.id/index.php/HWS/article/download/113/46

Saryono. (Ed.). (2010). Metodologi penelitian kesehatan penuntun praktis bagi pemula
(A. Setiawan (ed.)). Mitra Cendekia Press.

Siswanto, Susila & Suyanto. (2017). Metodologi penelitian kombinasi kualitatif kuantitatif
kedokteran dan kesehatan. Klaten : Bossscript.

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan medikal bedah brunner and suddarth, edisi 8. (eka
anisa mardella, penerjemah). Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitiatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Sujarweni, V., W. (2018). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta : Gava Media.

Sutanto, Hari., Aswar, Andra & Soebijanto N. (2015). Hipoglikemia: Sindrom


paraneoplastik pada karsinoma hepatoselular. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia,
Vol.2(1),49-52,

56
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/64/60

Sutawardana, Jon H., Yulia & Wahyu, Agung. (2016). Studi fenomenologi pengalaman
penyandang diabetes mellitus yang pernah mengalami episode hipoglikemia. Jurnal
NurseLine,Vol.1(1), ISSN 2540-7937,

Tjokroprawiro Askandar. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Surabaya : Airlangga
University Press (AUP).

Wardani, Suci Rahma. (2015). Gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka dm pada
anggota keluarga pasien dm di wilayah kerja puskesmas pisangan, ciputat timur.
Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Waspadji S, et al. (2003). Indeks glikemik berbagai makanan indonesia hasil penelitian.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Yusra, A. (2012). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik dalam rumah sakit umum pusat fatmawati Jakarta.
Disertasi Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

57
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Lampiran 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan 2020
Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengambilan
data
2. Pembuatan
proposal
3. Ujian
proposal
4. Revisi
proposal
5. Penelitian
6. Data
Pengolahan
7. Ujian Skripsi

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 2

Surat Uji Etik

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 3

Surat Izin Validitas

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 4
Surat Permohonan Izin Penelitian

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 5
Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH PEKANBARU

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:

Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang akan melakukan penelitian tentang
“Gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes
mellitus”

Nama : Nurul Ike Dwiyatna NIM

: 16031029

Alamat: Jl. Mulya Sari No.3, Tangkerang Selatan, Pekanbaru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan hipoglikemia yang dilakukan oleh
keluarga dan tidak akan merugikan responden. Pengisian lembar kuesioner selama ± 5 menit
apabila bersedia menjadi responden. Penelitian tidak akan mencantumkan nama responden
dan hanya menulisnya dalam bentuk kode atau inisial. Setiap jawaban responden akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti akan
memperlakukan responden secara adil dan tanpa paksaan dalam mengikuti penelitian ini.
Jika dalam proses penelitian responden berubah pikiran untuk tidak terlibat dalam penelitian
ini maka responden bisa mengundurkan diri dan data yang sudah diberikan tidak akan
dipergunakan dalam penelitian ini. Apabila mengikuti penelitian ini, responden dapat

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


menambahkan ilmu pengetahuan dan wawasan terkait gambaran penanganan hipoglikemia
yang tepat sehingga sangat bermanfaat untuk kedepannya dalam mengatasi atau menangani
kondisi hipoglikemia yang terjadi.

Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden penelitian dan menjawab
pertanyaan terkait penelitian yang dilakukan. Apabila saudara menyetujui mengikuti proses
penelitian ini, maka mohon ketersediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan
apabila saudara tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, saudara dapat
menolak mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Atas bantuan dan partisipasi
saudara dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, September 2020

Nurul Ike Dwiyatna

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
PEKANBARU

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No HP :
Telah membaca penjelasan penelitian yang diberikan oleh peneliti, saya yang bertanda
tangan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Hang Tuah Pekanbaru. Adapun penelitian ini dilakukan oleh Nurul Ike
Dwiyatna dengan judul “Gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga
pada pasien diabetes mellitus”. Saya memahami dan mengerti bahwa peneliti ini tidak
berdampak buruk terhadap saya, maka dari itu saya bersedia menjadi responden peneliti

Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, September 2020

Peneliti Responden

Nurul Ike Dwiyatna ( )

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 8

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENANGANAN HIPOGLIKEMIA YANG DILAKUKAN KELUARGA


PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Kepada responden diharapkan untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya, untuk


kebenaran penelitian yang akan dilakukan. Kuesioner ini tidak berpengaruh kepana nama bai
pribadi, jabatan dan sebagainya.

Petunjuk untuk pengisian kuesioner:

1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan baik


2. Diharapkan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan sebenar-benarnya
3. Pilihlah salah satu dengan menceklis (√) pada jawaban yang sesuai
4. Pastikan pertanyaan yang diajukan terisi dengan lengkap
5. Bila kurang memahami pertanyaan yang sudah diberikan, dapat menanyakan kepada
peneliti.

A. Identitas Responden
a. Inisial Responden :
b. Usia :
c. Jenis kelamin : Perempuan / Laki-Laki
d. Pendidikan
Tidak sekolah SMP atau sederajat Lainnya
SD atau sederajat SMA atau sederajat

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lembar Kuesioner Gambaran Penanganan Hipoglikemia Yang Dilakukan
Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus

Petunjuk untuk pengisian kuesioner

1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan baik


2. Diharapkan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan sebenar-sebenarnya
3. Pilihlah salah satu jawaban dengan menceklis (√) pada jawaban yang sesuai dan
pertanyaan yang diberikan tanda bintang (*) boleh mengisi jawaban lebih dari satu
4. Pastikan pertanyaan yang diajukan terisi dengan lengkap
5. Bila kurang memahami pertanyaan yang sudah diberikan, dapat menanyakan kepada
peneliti.

a. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala gula darah rendah/hipoglikemia?


Ya Tidak

*Tanda dan gejala yang dialami? (berilah ceklis (√) pada jawaban ini jika anda menjawab
YA. Jawaban boleh diisi lebih dari satu)
Rasa lapar berlebih Sakit kepala
Mual Vertigo
Tekanan darah menurun Tidak mampu berkonsentrasi
Gelisah Sering lupa
Gemetar mudah marah
Jantung berdetak kencang Fungsi rsa menurun
Pucat Penglihatan ganda atau kabur

Tidak bisa mengenal waktu


Tidak menjawab pertanyaan dengan benar
Kejang
Kesadara menurun
Tidak sadarkan diri

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


b. *Apa saja penanganan yang dilakukan keluarga pada saat hipoglikemia/gula darah
rendah terjadi?

Menganjurkan penderita beristirahat dan tidur

Menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh daun tin kering

Memberikan 2-3 sendok teh madu

Memberikan makanan ringan yang mengandung protein dan zat tepung (susu, keju
atau crakers)

Memberikan jelly/permen

Menganjurkan penderita selalu membawa gula tebu sepanjang waktu

Memberikan jus buah tanpa gula

Memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu coklat, makanan yang
berbahan dasar coklat
Memberikan karbohidrat sederhana (nasi) Segera membawa kerumah sakit

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


Lampiran 9

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia 88 100.0% 0 0.0% 88 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

usia Mean 27.91 .494

95% Confidence Interval for Lower Bound 26.93


Mean
Upper Bound 28.89

5% Trimmed Mean 27.62

Median 27.50

Variance 21.509

Std. Deviation 4.638

Minimum 20

Maximum 45

Range 25

Interquartile Range 5

Skewness 1.060 .257


Kurtosis 1.888 .508

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

usia .133 88 .001 .930 88 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Usia
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Frequencies

Statistics

jenis kelamin pendidikan

N Valid 88 88

Missing 0 0

Frequency Table

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 61 69.3 69.3 69.3

laki-laki 27 30.7 30.7 100.0

Total 88 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 18 20.5 20.5 20.5

Sedang 66 75.0 75.0 95.5

Rendah 4 4.5 4.5 100.0

Total 88 100.0 100.0

tanda dan gejala

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ringan 32 36.4 36.4 36.4

sedang 50 56.8 56.8 93.2

berat 6 6.8 6.8 100.0

Total 88 100.0 100.0

istirahat dan tidur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 7 8.0 8.0 8.0

Dilakukan 81 92.0 92.0 100.0

Total 88 100.0 100.0


konsumsi teh seduh daun tin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 68 77.3 77.3 77.3

Dilakukan 20 22.7 22.7 100.0

Total 88 100.0 100.0

2-3 sendok teh madu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 50 56.8 56.8 56.8

dilakukan 38 43.2 43.2 100.0

Total 88 100.0 100.0

makanan ringan protein zat tepung

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 65 73.9 73.9 73.9

dilakukan 23 26.1 26.1 100.0

Total 88 100.0 100.0


jelly/permen

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 45 51.1 51.1 51.1

dilakukan 43 48.9 48.9 100.0

Total 88 100.0 100.0

bawa gula tebu sepanjang waktu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 82 93.2 93.2 93.2

dilakukan 6 6.8 6.8 100.0

Total 88 100.0 100.0

jus buah tanpa gula

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 64 72.7 72.7 72.7

dilakukan 24 27.3 27.3 100.0

Total 88 100.0 100.0


memberikan coklat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 76 86.4 86.4 86.4

dilakukan 12 13.6 13.6 100.0

Total 88 100.0 100.0

karbohidrat sederhana

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 48 54.5 54.5 54.5

dilakukan 40 45.5 45.5 100.0

Total 88 100.0 100.0

segera bawa rumah sakit

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 58 65.9 65.9 65.9

dilakukan 30 34.1 34.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai