SKRIPSI
Oleh
NURUL IKE DWIYATNA
NIM. 16031029
Oleh
NURUL IKE DWIYATNA
NIM. 16031029
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NIM : 16031029
Agama : Islam
Alamat rumah : Jl. Mulya sari no.3 Bukit Raya, Tangkerang Selatan.
Riwayat Pendidikan :
vi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH PEKANBARU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
Skripsi, September 2020
Nurul Ike Dwiyatna
ABSTRAK
Penanganan hipoglikemia yang dilakukan kurang tepat dan fase hipoglikemia yang terjadi
secara berulang-ulang dapat menjadikan hipoglikemia semakin berat, hal tersebut
membutuhkan keluarga dalam penanganan dirumah yang benar dan tepat untuk mencegah
kondisi hipoglikemia yang lebih buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes mellitus. Penelitian
ini menggunakan studi kuantitatif dengan survei deskriptif. Jumlah sampel penelitian ini
adalah 88 orang yang diambil dengan teknik accidental sampling. Pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dilakukan pengujian validitas. Data
dianalisis secara univariat. Uji univariat seperti jenis kelamin, pendidikan, tanda dan gejala
hipoglikemia, penanganan hipoglikemia menggunakan distribusi frekuensi dan usia
menggunakan tendensi sentral. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia 27 tahun, 61
orang (69,3%) berjenis kelamin perempuan, pendidikan SMA 48 orang (54,5%), tanda dan
gejala hipoglikemia kategori sedang 50 orang (56,8%), penanganan hipoglikemia yang
dilakukan keluarga terbanyak adalah istirahat dan tidur 81 orang (92,0%). Dengan penelitian
ini diharapkan dapat menjadi edukasi bagi keluarga pasien tentang pentingnya memberikan
penanganan hipoglikemia dirumah yang tepat dan benar.
Daftar Pustaka : 56 Referensi (2005-2020)
Kata kunci : Diabetes mellitus, Hipoglikemia, Penanganan keluarga
vii
HANGTUAH PEKANBARU HEALTH SCHOOL
BACHELOR DEGREE of NURSING PROGRAME
Research, September 2020
Nurul Ike Dwiyatna
ABSTRACK
Inaccurate handling of hypoglycemia and phase of hypoglycemia that occur repeatedly can
make hypoglycemia even worse, it makes need right treatment by family at home to prevent
the worst hypoglycemia. The aim of this study to describe of Hypoglycemia treatment
family done for patient diabetes milletus. This study used quantitative with a descriptive
study. The number of samples was 88 people that taken by accidental sampling technique.
The data in this study used a questionnaire that already testing by validity tests. This study
used univariate analysis. Univariate analysis was gender, educated, signs and symptoms of
Hypoglycemia, Hypoglycemia handling used distribution frequency, and age used central
tendency. The results of this study were the average age was 27 years old, 61 people (69,3%)
was female, last educated Senior High School was 48 people (54,5%), signs and symptoms
of Hypoglycemia was medium category 50 people (56,85). The most frequent for
hypoglycemia by families was rest and sleep for 81 people (92,0%). From this study it
hopes can provide education for the patient’s family about the importance of providing
appropriate and correct treatment for hypoglycemia at home.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas hidayah dan
rahmatnya yang tak terhingga kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan kemampuan peneliti yang berjudul “Gambaran Penanganan
Hipoglikemia yang Dilakukan Keluarga Pada Pasien Diabetes Mellitus” untuk memenuhi
persyaratan dalam penyelesaian pendidikan di STIKes Hang Tuah Pekanbaru jurusan S1
Keperawatan.
Selama penyusunan skripsi ini, peneliti merasakan betapa besar dukungan dan bantuan
yang telah diberikan oleh semua pihak serta bimbingan, pengarahan yang diberikan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini izinkan peneliti untuk
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:
1. H. Ahmad Hanafi, SKM, M.Kes selaku ketua STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Siska Mayang Sari, M.Kep selaku ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Susi Erianti, M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Ns. Eka Wisanti, M.Kep., Sp.
Kep.Kom selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu dan bersabar untuk
membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Ibu Ns. Raja Fitrina, M.Kep sebagai pembimbingan akademik (PA) yang telah
memberikan motivasi bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi.
5. Puskesmas Rejosari yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melakukan penelitian dan telah membantu peneliti dalam pengambilan data awal dan
data penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar di Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes
Hang Tuah Pekanbaru yang bersedia memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman kelas Program Studi Sarjana Keperawatan angkatan 2016 yang
memberikan dukungan moril dan doa kepada peneliti.
ix
8. Kepada kedua orang yang sangat peneliti cintai ibunda Nurpriyanti dan ayahanda
Muhammad Markam serta kakak dan adik saya yang tak henti memberikan dukungan
dan motivasi serta doa untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi dengan baik.
9. Sahabat terdekat saya GEN MANUSIA SUKSES serta teman terbaik saya Resty
Janurita yang selalu mendoakan serta mendorong peneliti agar semangat dan
menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.
Semoga segala kebaikan dan amal shaleh yang diberikan diterima dan dibalas oleh Allah
Subhanahuwata’ala. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu peneliti sangat menghargai kritik dan saran yang diberikan untuk
memperbaiki skripsi menjadi lebih baik.
Peneliti
x
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................................... vii
ABSTRACT .........................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 6
1.4.1 Bagi Ilmu Keperawatan .............................................................................................. 6
1.4.2 Pelayanan Kesehatan .................................................................................................. 6
1.4.3 Bagi Peneliti Lain ....................................................................................................... 6
xi
2.1.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ..................................................................................... 8
2.1.2 Hipoglikemia .............................................................................................................. 8
2.1.2.1 Definisi Hipoglikemia ................................................................................................ 8
2.1.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Hipoglikemia .................................................................. 9
2.1.2.3 Patofisiologi Hipoglikemia ....................................................................................... 10
2.1.2.4 Klasifikasi Hipoglikemia .......................................................................................... 11
2.1.2.5 Manifestasi Klinis Hipoglikemia .............................................................................. 11
2.1.2.6 Penatalaksanaan Hipoglikemia ................................................................................. 12
2.1.2.7 Pencegahan Hipoglikemia ........................................................................................ 17
2.1.3 Keluarga....................................................................................................................... 18
2.1.3.1 Definisi Keluarga ...................................................................................................... 18
2.1.3.2 Fungsi Keluarga ........................................................................................................ 19
2.2 Penelitian Terkait ............................................................................................................ 21
2.3 Kerangka Teori ............................................................................................................... 22
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................................................... 23
xii
3.7.1 Jenis Data.................................................................................................................. 30
3.7.1.1 Data Primer ............................................................................................................... 30
3.7.1.2 Data Sekunder........................................................................................................... 30
3.7.2 Cara Pengumpulan Data ........................................................................................... 30
3.7.3 Alat Pengumpulan Data ............................................................................................ 30
3.7.4 Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................................... 31
3.8 Pengolahan Data ............................................................................................................. 31
3.8.1 Editing ...................................................................................................................... 31
3.8.2 Coding ...................................................................................................................... 32
3.8.3 Data Entry dan Processing ........................................................................................ 32
3.8.4 Cleaning .................................................................................................................... 32
3.9 Analisa Data ................................................................................................................... 33
3.9.1 Analisa Univariat ...................................................................................................... 33
3.10 Etika Penelitian ........................................................................................................... 33
3.10.1 Menghargai Hak Asasi Manusia............................................................................... 33
3.10.2 Keadilan (Justice) ..................................................................................................... 34
3.10.3 Tanpa Nama .............................................................................................................. 34
3.10.4 Benefecience............................................................................................................. 34
xiii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori .................................................................................................. 22
Skema 2.2 Kerangka Konsep................................................................................................ 23
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Hipoglikemia ....................................................................................... 13
Tabel 2.2 Penelitian Terkait.................................................................................................. 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................................. 27
xv
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat lulus Uji Etik
Lampiran 3 Surat Izin Validitas STIKes Hang Tuah
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian STIKes Hang Tuah
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Pekanbaru
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian
Lampiran 9 Output Uji Statistik
Lampiran 11 Lembar Konsultasi
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh karena defek sekresi dan jumlah insulin, ataupun kombinasinya dengan
resistensi insulin yang merupakan penyebab awal defek sekresi dan jumlah insulin tersebut.
Diabetes mellitus juga biasanya disebut dengan the silent killer karena penyakit diabetes
mellitus dapat menyebar ke beberapa anggota organ tubuh lainnya. Diabetes mellitus
biasanya ditandai dengan hasil glukosa darah yang melebihi batas normal tubuh yang
biasanya disebabkan oleh kurangnya produksi insulin yang dihasilkan oleh pancreas
sehingga hal tersebut membuat glukosa darah menjadi tinggi atau melebihi batas normal
(Black & Hawks, 2014).
Tingginya dampak yang ditimbulkan oleh penderita diabetes mellitus dari komplikasi yang
ditimbulkan seperti hipoglikemia bukanlah hanya kematian saja, namun akan berdampak
merusak organ utama manusia terutama otak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada
fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu
menyimpan cadangan glukosa untuk proses metabolismenya. Sel otak akan mengalami
iskemia apabila tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan
menimbulkan kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit. Pada
hipoglikemi berat sering muncul tanpa dirasakan, menimbulkan gejala kelemahan fisik,
kebingungan, perubahan perilaku, koma, kejang sampai terjadi kematian. Kondisi tersebut
membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat. Namun pada kondisi
Penatalaksanaan yang dilakukan oleh pasien dapat menekan angka komplikasi yang akan
terjadi pada penyakit diabetes mellitus termasuk komplikasinya yaitu hipoglikemia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutawardana, Yulia dan Wahyupada tahun 2016
tentang studi fenomenologi pengalaman penyandang diabetes mellitus yang pernah
mengalami episode hipoglikemia, di dapatkan hasil bahwa pada penderita diabetes mellitus
yang mengalami hipoglikemia merasakan perubahan fisik sementara meliputi adanya
kelemahan fisik, perubahan kognitif, penurunan kesadaran, gangguan pencernaan dan
gangguan dalam proses bicara, sehingga hal tersebut membutuhkan orang terdekat atau
keluarga untuk menjadi pendamping dalam penatalaksanaan atau pencegahan hipoglikemia
ke fase yang lebih berat (International Diabetes Federation, 2019).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang terdiri dari beberapa orang dengan adanya
perkawinan, pertalian darah atau adopsi. Friedman (2013) mengatakan ada lima tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yang pertama adalah mengenal
masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat bagi keluarga, setiap anggota keluarga yang sakit dan yang tidak bisa
membantu diri sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda, keluarga dapat
memberikan keperawatan, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan bagi
3
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
kesehatan, dan mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan. Ada juga lima fungsi keluarga, yang pertama fungsi reproduktif keluarga, fungsi
sosial keluarga, fungsi afektif keluarga, fungsi ekonomi keluarga dan fugsi perawatan
keluarga. Pada fungsi perawatan keluarga dimana keluarga mampu memberikan perawatan
kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga. Pada fungsi ini keluarga juga merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat menentukan kapan
anggota keluarga yang terganggu perlu meminta pertolongan tenaga professional
(Hernilawati, 2013).
Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut. Keluarga juga mempunyai fungsi
perawatan keluarga yang dapat merawat anggota keluarga yang terganggu kesehatannya
salah satunya cara penanganan yang tepat pada penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga, tidak hanya itu, keluarga juga menjadi pendukung bagi klien, dengan adanya
penanganan yang cepat dan tepat yang dilakukan oleh keluarga, dapat mencegah kematian
dan kondisi terburuk pada penderita diabetes mellitus pada komplikasinya yaitu
hipoglikemia (Ali, 2010).
Dari fenomena yang sudah didapatkan terdapat beberapa keluarga yang masih belum
4
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
memahami terkait hipoglikemia dan penanganan yang kurang tepat untuk mengatasinya.
Keluarga juga merasa bahwa kondisi hipoglikemia bukanlah sesuatu yang darurat sehingga
hanya dengan melakukan beberapa penanganan untuk menghilangkan hipoglikemia yang
dialami. Namun jika hipoglikemia terjadi secara terus menerus maka akan berdampak pada
kondisi fatal akibat penangaan yang tidak tepat sehingga perlu melakukan peneliti tentang
gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada penderita diabetes
mellitus.
1.2 Rumusan Masalah
Setiap tahun di dunia angka penyakit diabetes mellitus mengalami peningkatan yang
signifikan, Indonesia merupakan salah satu Negara yang masuk ke dalam sepuluh Negara
teratas yang mempunyai penyakit diabetes mellitus tertinggi. Salah satu komplikasi dari
diabetes mellitus adalah hipoglikemia dengan dampak kerusakan organ utama manusia
bahkan sampai kematian jika penanganan yang dilakukan tidak cepat dan tepat.
Penggunaan insulin yang tidak tepat, tidak ada pengontrolan gula darah, pola makan yang
tidak baik menjadi penyebab terjadinya hipoglikemia serta pengabaian terhadap tanda
gejala hipoglikemia akan berdampak pada kondisi yang buruk bahkan kematian.
Penanganan yang dilakukan kurang tepat dan fase hipoglikemia terjadi secara berulang-
ulang juga dapat menjadikan hipoglikemia menjadi semakin berat. Pada keadaan tersebut,
sangat dibutuhkan penanganan dirumah yang benar dan tepat. Keluarga merupakan orang
terdekat yang berada disekitar pasien sehingga dapat menjadi salah satu pendamping yang
penting dalam menangani hipoglikemia yang terjadi pada pasien diabetes mellitus untuk
dapat mencegah kondisi yang lebih buruk. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait “gambaran penanganan
hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes mellitus”.
5
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui karakteristik keluarga pasien diabetes melitus : usia, jenis kelamin,
pendidikan, pengetahuan tanda dan gejala hipoglikemia.
1.3.2.2 Mengetahui jenis penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien
diabetes mellitus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan untuk mengembangkan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan terkait dengan penanganan dirumah
yang tepat dalam menangani hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus yang dilakukan
oleh keluarga.
1.4.2 Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada klien dan
keluarga terkait penanganan hipoglikemia yang tepat dan cepat pada pasien diabetes
mellitus yang dapat dilakukan oleh keluarga pada saat dirumah.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan atau data dasar untuk melakukan peneltian
selanjutnya dengan metodologi penelitian kuantitatif dengan desain quasy experiment serta
dapat menjadi informasi tambahan dalam mencari referensi terkait dalam melakukan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penanganan hipoglikemia yang dilakukan
keluarga pada pasien diabetes mellitus.
6
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
7
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2.1.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi pada diabetes mellitus terbagi menjadi 2, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam jangka
waktu pendek, yaitu :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami penurunan dibawah
50 sampai 60 mg/dl disertai dengan gejala pusing, gemetar, lemas, pandangan kabur,
keringat dingin, serta penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan
keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH)
Terjadi gangguan metabolisme yang dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat
tinggi dan dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum sehingga membuat keadaan
kesadaran dalam kondisi koma.
Pada komplikasi kronik biasanya terjadi pada penderita dengan diabetes mellitus lebih dari
10-15 tahun, yaitu:
a. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar), mempengaruhi sirkulasi koroner,
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah otak.
b. Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil), mempengaruhi mata dan ginjal.
c. Penyakit neuropatik mempengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki (Smeltzer, 2013).
2.1.2 Hipoglikemia
2.1.2.1 Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia juga merupakan cirri umum dari diabetes mellitus tipe 1 dan juga dijumpai di
dalam klien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral.
Kadar glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai gejala hipoglikemia bervariasi, tapi
gejala itu tidak terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-60 mg/dl (Black dan Hawks, 2014).
Hipoglikemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi glukosa darah di bawah kisaran
Diabetes melitus
Hipoglikemia
Glikogenolisis
Respon SPP
Banyak keringat
Kekaburan yang dirasa
dikepala, sulit Takikardia, pucat, gemetar
berkonsentrasi/berpikir,
gemetar, tidak sadar, stupor,
kejang, koma
Mansyur, 2018
a. Adrenergik
Manfestasi adrenergik (autonomic) berhubungan dengan peningkatan kadar epinefrin dan
dianggap reaksi “ringan”. Defisit kognitif biasanya tidak terjadi, dan orang yang terkena
mampu mengobati sendiri. Diaphoresis, meskipun tidak diperantarai melalui ujung saraf
adrenergic, biasanya dikelompokkan dengan gejala adrenergic hipoglikemia. Biasanya
pada kategori adrenergic juga mengalami manifestasi seperti gemeteran, mudah marah,
gelisah, takikardia, palpitasi, tremor, rasa lapar, diaphoresis, pucat, parestesia.
b. Neuroglikopenik
Gejala neuroglikopenik berhubungan dengan kurangnya ketersediaan glukosa untuk otak
dan mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Black dan Hawks, 2014).
c. Kolinergik
Gejala kolinergik ini biasanya menimbulkan gejala seperti berkeringat dingin, lapar dan
parestesia.
Apabila glukosa darah turun di bawah 70 mg/dl. Maka keluarlah hormone cathecolamin,
glucogen, cortisol, growth hormone (hormone CGCG).
11
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
karakteristik reaksi ringan. Gejala umum adalah sakit kepala, mudah marah, mengantuk,
kelemahan, dan tremor. Klien mungkin perlu bantuan dalam pengobatan. Reaksi
hipoglikemia berat membuat klien tidak mampu untuk merawat sendiri. Klien mungkin
bangun dan waspada, semikoma, atau koma.
Hipoglikemia dapat terjadi pada waktu siang atau malam. Ini tampaknya terjadi paling
umum selama olahraga, 8-24 jam setelah olahraga berat, dan di dalam pertengahan malam.
Hipoglikemia berat tampak terjadi lebih sering pada klien yang tidak menyadari
hipoglikemia, melawan regulasi glukosa tidak sempurna, dan neuropati autonom dan juga
klien yang menerima terapi diabetes intensif.
Periode di mana klien paling mungkin mengalami reaksi insulin bergantung pada tipe
insulin yang diberikan, respons klien terhadap insulin, dan waktu suntikan insulin dalam
kaitannya dengan asupan makanan. Ketika insulin diberikan pada pagi hari, preparat kerja
pendek cenderung menghasilkan reaksi sebelum makan siang, insulin kerja sedang 2-3 jam
sebelum makan malam, dan insulin kerja panjang, antara jam 2 pagi dan makan pagi. NPH
atau insulin lente disuntikkan sebelum makan malam (5 sore) dapat menyebabkan
hipoglikemia sekitar jam 2 pagi, ketika kadar glukosa darah normal terendah karena
penurunan metabolisme, dan sekali lagi pada sekitar jam 8 pagi, ketika insulin mencapai
puncak jika waktu makan pagi tidak tepat waktu (Black dan Hawks, 2014).
Jangan pernah memaksa klien tidak sadar atau semisadar untuk minum cairan, karena
cairan mungkin teraspirasi ke dalam paru-paru. Klien tidak sadar dengan hipoglikemia berat
butuh glukagon atau glukosa IV segera. Anggota keluarga klien DM dapat memberikan
glukagon di rumah pada kejadian reaksi hipoglikemia serius. Glukagon, diberikan
intramuscular (IM) atau subkutan dalam jumlah 1 mg untuk dewasa, mungkin
menghilangkan kebutuhan intervensi IGD.
13
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Hipoglikemia berat Disorientasi 50% dekstrosa, 25 g IV
Kejang Glukagon, 1 mg IM atau IV
Tidak sadar
Sumber :(Tjokroprawiro, 2015).
Produsen obat menyediakan glucagon dalam bentuk bubuk, dengan menambahkan air
dalam botol terpisah. Instruksikan anggota keluarga tentang bagaimana serta kapan
mencampur dan menyuntikkan glucagon, beri tau bahwa klien mungkin mengalami mual
atau muntah sangat bangun. Meskipun glucagon efektif pada kebanyakan kasus,
pengaruhnya sementara dan lebih lambat dari pada dekstrosa. Hipoglikemia sering
berulang. Bantuan medis sebaiknya disarankan jika hipoglikemia berulang, muntah
mencegah asupan oral, atau kondisi klien tidak membaik. Klien yang mengalami
hipoglikemia berat dalam rumah sakit biasanya menerima 10-25 g glukosa IV (seperti 50%
atau 25% dekstrosa) dalam 1-3 menit. Ini diikuti dengan infuse dekstrosa 5% pada 5
sampai 10 g/jam sampai klien sepenuhnya pulih dan bisa makan (Black dan Hawks, 2014).
2. Penatalaksanaan di Rumah
Penatalaksanaan di rumah dapat d di rumah yang dapat dilakukan :
14
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
pelepasan melatonin di malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal waktu sistemik (Ganong,
2008).
Istirahat tidur dan irama sikardian berperan mengatur produksi insulin, sensitifitas insulin,
penggunaan glukosa dan toleransi glukosa selama malam hari. Pada saat durasi dan kualitas
tidur seseorang terganggu maka terjadi hambatan pelepasan hormon pertumbuhan dan
terjadi pengeluaran kortisol yang berlebihan. Sedangkan salah satu peran kortisol adalah
mengkonversi protein menjadi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Sehingga
pemenuhan istirahat tidur merupakan salah satu komponen yang harus dideteksi pada
penderita diabetes mellitus.
b. Mengkonsumsi teh daun tin
Unsur yang terkandung dalam buah tin adalah karbohidrat, protein, minyak, yodium,
kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, belerang (fosfat), chlorin, serta malic acid dan
nicotinic acid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tin termasuk buah yang dapat
merangsang pembentukan hemoglobin darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Di
samping itu buah tin juga mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi (Khasanah, 2011).
Dalam daun tin terdapat senyawa aktif mirip insulin. Kandungan pada daun tin yang
menyerupai insulin salah satunya yaitu Triterpenoid dan Flavonoid, senyawa ini berguna
untuk penderita DM sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh. Flavonoid juga
berfungsi antioksidan yang mampu menahan laju absorbsi glukosa darah dari saluran cerna
menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan laju peningkatan kadar glukosa darah.
Dengan mencegah peningkatan kadar glukosa darah karena diharapkan dapat menceggah
peningkatan radikal bebas Salah satu senyawa yang terkandung dalam daun tin adalah
flavonoid, yang mana termasuk kedalam senyawa golongan fenolik dan senyawa ini
merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi
(Redha, 2010).
c. Pemberian Jelly atau permen
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan di rumah berdasarkan dengan hipoglikemia yang
dialami yaitu pemberian glukosa (jelly atau permen). Pemantauan di perlukan secara
mandiri setelah 15 menit diberikan pengobatan, jika hipoglikemia masih ada maka
pengobatan tetap dilanjutkan. Kemudian lakukan pemantau secara berkala, apabila kadar
17
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
peduli dalam menjaga keseimbangan normoglikemia. Bahaya ini termasuk kehilangan
kesadaran,cedera karena jatuh setelah kehilangan kesadaran, cedera akibat buruknya
pengambilan keputusan, kejang, penurunan sel otak, dan bahkan kematian. Tekankan
kesadaran akan kepatuhan terhadap program teraupetik.
Dalam kasus lain, hipoglikemia berkembang karena dosis insulin yang diresepkan terlalu
besar atau asupan diet klien terlalu kecil. Instruksikan klien untuk mencatat waktu dan
kemungkinan penyebab serangan hipoglikemia pada catatan tes darah. Tim layanan
kesehatan dank lien dapat terus mengevaluasi catatan bersama, membuat perubahan yang
tepat. Ajarkan klien dengan diabetes mellitus tipe 1 untuk menyesuaikan diet dan insulin
dengan hasil pemantauan. Seperti dalam banyak gangguan kronis, klien perlu
mengembangkan konsep diri positif dan perasaan terkontrol. Bantu klien dan keluarganya
memahami komplikasi yang berhubungan dengan diabetes mellitus sama pentingnya, bantu
klien mengembangkan dan menjaga keterampilan perawatan mandiri yang memenuhi
kebutuhan emosional, sosial juga fisik (Black dan Hawks, 2014).
2.1.3 Keluarga
2.1.3.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dengan adanya perkawinan, pertalian darah atau adopsi yang tinggal di
suatu tempat di bawah atap atau terpisah dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Friedman (2010), keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
memengaruhi kehidupan masyarakat. Hubungan yang erat antara anggota keluarga dalam
masyarakat sangat menonjol, sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu
diperhitungkan. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga sangat berperan dalam
menentukan asuhan keperawatan yang perlu diberikan. Keberhasilan keperawatan di rumah
sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik
dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota
keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan (Ali,
2010).
20
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2.2 Penelitian Terkait
Terdapat beberapa penelitian terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Diabetes Mellitus
Klasifikasi Komplikasi
Hipoglikemia
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Medis di Rumah
Fungsi Keluarga
Keluarga
Sumber : Black & Hawks (2014), Tjokroprawiro (2015),American Diabetes Assosiation (2016),
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015), Tanto et al (2014), Smeltzer et al (2013),
Boedisantoso(2011).
Skema 2.2
23
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
27
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
kepala, suasana hati
berubah-ubah,
mudah marah, tidak
mampu
berkonsentrasi,
mengantuk,
keputusan
terganggu, bicara
tidak jelas,
pandangan ganda
atau kabur)
3. Berat (disorientasi,
kejang, tidak sadar)
(Tjokroprawiro,
2015)
5 Penangan Segala Pengisian Kuesioner Nominal 1. Istirahat dan tidur
an sesuatu kuesioner 2. Konsumsi teh
hipoglike tindakan daun seduh dauh
mia yang tin kering
dilakukan 3. 2-3 sendok teh
keluarga madu
dalam 4. Makanan ringan
mencegah yang mengandung
kondisi protein dan zat
yang tepung (susu, keju
membaha atau crakers)
yakan 5. Memberikan
jelly/permen
6. Selalu membawa
gula tebu
sepanjang waktu
7. Memberikan jus
buah tanpa gula
28
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
8. Memberikan
coklat (kue coklat,
coklat batangan,
susu coklat,
makanan yang
berbahan dasar
coklat)
9. Memberikan
karbohidrat
sederhana (nasi)
10. Segera membawa
kerumah sakit
Rahmah (2014),
Fadillah (2014),
Tjokroprawiro
(2015), Diane C
(2000), Ristanto
(2015), Sutanto,
Aswar dan
Sobijanto (2015).
29
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
3.7.1 Jenis Data
3.7.1.1 Data Primer
Data primer disebut juga dengan data tangan pertama. Data primer adalah data yang
diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, panel atau dari
hasilwawancara peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2018). Data primer didapat
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
datam hal tersebut lagsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono,
2010). Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
telah diisi atau dijawab oleh responden yang berada di puskesmas Rejosari dan wilayah
kecamatan Tenayan Raya.
3.7.1.2 Data Sekunder
Data sekunder disebut juga dengan data tangan kedua. Data sekunder merupakan data yang
didapat dari catatan buku, majalah, artikel, dan buku-buku sebagai teori (Sujarweni, 2018).
Data sekunder diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya, biasanya seperti data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia
(Saryono, 2010). Data sekunder yang didapatkan dalam penelitian ini adalah jumlah data
penyakit diabetes melitus di puskesmas Rejosari.
3.7.2 Cara Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan Nomor surat : 071/Dinkes- Umum/595/2020
dan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Peneliti melakukan pengurusan surat izin penelitian dari Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru ke Kesatuan Bangsa dan Politik
2. Setelah selesai melakukan pengurusan surat izin penelitian dari Kesatuan Bangsa dan
Politik, peneliti melanjutkan pengurusan ke Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
3. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan, peneliti langsung
mengurus surat izin penelitian ke puskesmas Rejosari.
4. Setelah medapatkan izin penelitian di Puskesmas Rejosari, peneliti langsung
melakukan penelitian dengan keluarga pasien diabetes mellitus.
5. Penelitian ini dibantu dengan enumerator dalam penyebaran kuesioner. Lima teman
sebagai enumerator merupakan teman sekelas dengan latar belakang mahasiswa
30
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
kesehatan, sebelum menyebarkan kuesioner peneliti bersama lima teman lainnya
melakukan persamaan persepsi terkait kuesioner yang akan disebarkan. Pada saat
memberikan kuesioner peneliti bersama lima teman yang lain bertanya terkait kriteria
responden yang diperlukan peneliti kemudian meminta izin dan menjelaskan terkait
kuesioner yang akan diberikan kepada responden.
3.7.3 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data atau instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner untuk mengetahui penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga
padapasien diabetes mellitus. Pada kuesioner penanganan hipoglikemia terdapat beberapa
pilihan yang boleh dipilih lebih dari satu oleh responden.
3.7.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui apakah item-item yang ada dalam kuesioner
pertanyaan benar-benar mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti, uji validitas
juga menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang memang akan diukur.
Valid merupakan apabila alat ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat variabel yang
hendak diukur (Nasir, Muhith dan Ideputri, 2011). Uji validitas dilakukan dalam jumlah
minimal 20 orang. Instrument dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Notoatmodjo, 2012).
Peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan uji content validity pada kuesioner
penanganan hipoglikemia. Content validity adalah tahap uji untuk melihat kelayakan
kuesioner yang akan digunakan, kepada pakar yang ahli dalam bidang sesuai dengan
penelitian yang akan diteliti, untuk dilakukannya validasi terhadap kelayakan isi, penyajian
dan juga redaksi kata pada kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian. Content validity
dilakukan dengan menemui dua orang pakar dalam bidang kegawatdaruratan dan
keperawatan keluarga yaitu Ns. Sandra, M.Kep dan Ns. Bayu Saputra, M.Kep, uji content
validity dilakukan sebanyak tiga kali setiap pakarnya. Hasil konsultasi dengan pakar terkait
kuesioner penelitian, ada penambahan pertanyaan pada instrument penelitian dan
mengubah redaksi kata agar lebih mudah dimengerti pada saat proses penelitian.
31
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2010). Data harus diolah sedemikian rupa untuk memperoleh informasi yang dapat
menjawab tujuan dari peneliti. Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
pengolah data, sebagai berikut :
3.8.1 Editing
Editing adalah proses pengolahan data yang memeriksa pengisian kuesioner yang telah
dibagikan kepada responden (Notoatmodjo, 2010). Pengolahan data dilakukan setelah
peneliti memberikan lembaran kuesioner kepada responden, kemudian diisi oleh responden
dan peneliti melakukan pengecekan kembali dan perbaikan jika kuesioner yang telah di isi
oleh responden tidak lengkap.
3.8.2 Coding
Coding adalah pengubahan data menjadi sebuah angka atau bilangan bisa juga digunakan
dalam pengubahan data menjadi suatu kalimat atau huruf (Notoatmodjo, 2010). Setelah
peneliti selesai mengedit kuesioner yang telah di isi oleh responden, peneliti melakukan
pengkodean atau coding. Coding sangat berguna dalam memasukkan data (entry data).
Untuk karakteristik responden jenis kelamin dengan kode (1=perempuan), (2=laki-laki),
pendidikan dengan kode (1=tidak bersekolah), (2=SD), (3=SMP), (4=SMA), (5=Lainnya),
dan suku dengan kode (1=minang), (2=batak), (3=jawa), (4=melayu), (5=bugis),
(6=lainnya). Untuk penanganan dengan kode peritem (0=tidak dilakukan), (1=dilakukan).
3.8.3 Data Entry atau Processing
Data yang telah berbentuk kode (angka atau bilangan) kemudian memasukkan kedalam
program komputer. Data yang dimasukkan ke dalam computer menggunakan cara manual,
dalam proses entry data yang dimasukkan harus dengan teliti karena dapat terjadi kesalahan
pada data (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan program komputer yaitu
aplikasi SPSS untuk mengentry data penelitian.
3.8.4 Cleaning
Data yang diperoleh dari setiap responden yang telah selesai di entry, harus dicek kembali
karena adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan data
sehingga dapat dilakukan perbaikan. Proses tersebut dinamakan dengan pembersihan data
(cleaning). Cleaning dilakukan untuk memeriksa kembali data-data yang dibutuhkan dan
menghapus data-data yang tidak diperlukan (Notoatmodjo, 2010).
33
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
3.10.2 Keadilan (Justice)
Dalam melakukan penelitian, responden harus dilakukan secara adil baik sebelum maupun
sesudah dan selama penelitian tanpa adanya deskriminasi apabila mereka tidak bersedia
untuk ikut serta dalam penelitian atau dikeluarkan pada saat penelitian (Nursalam, 2014).
Penelitian ini dilakukan secara adil dengan tidak memandang suku, agama, ras, tingkat
ekonomi para responden.
3.10.3 Tanpa Nama (Anonimity)
Responden memiliki hak untuk dijaga kerahasiannya dengan tidak menuliskan namanya
dalam penelitian (Nurusalam, 2014). Peneliti menggunakan inisial pada lembar kuesioner.
3.10.4 Kemanfaatan (Beneficience)
Penelitian ini memberikan manfaat pada responden, terkait informasi penanganan
hipoglikemia yang dilakukan keluarga, serta manfaat lainnya memberikan edukasi terkait
penanganan hipoglikemia yang tepat yang dapat dilakukan oleh keluarga saat dirumah.
34
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 4
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa, usia rata-rata keluarga pasien diabetes mellitus di
puskesmas rejosari adalah 27.91 tahun. Usia terendah keluarga adalah usia 20 tahun
sedangkan yang tertinggi adalah usia 45 tahun. Usia tengah dari keluarga pasien adalah
27.50 tahun. Standar deviasi atau varian yang didapat adalah 4.638. CI 95% atau 95%
Convidence Interval For Mean yang didapat adalah 26.93-28.89.
35
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
b. Jenis Kelamin dan Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan Pendidikan
No Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Jenis kelamin
Perempuan 61 69.3
Laki-Laki 27 30.7
Total 88 100.0
2. Pendidikan
Tinggi 18 20.5
Sedang 66 75.0
Rendah 4 4.5
Total 88 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa, mayoritas keluarga pasien diabetes mellitus di
puskesmas rejosari terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 61 orang (69.3%), dan
pendidikan keluarga pasien terbanyak adalah kategori sedang (SMP, SMA) dengan jumlah
66 orang (75.0%).
c. Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Hipoglikemia
No Tanda dan gejala hipoglikemia Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Ringan 31 36.4
2 Sedang 50 56.8
3 Berat 6 6.8
Total 88 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa tanda dan gejala hipoglikemia yang dialami pada
pasien diabetes mellitus di puskesmas rejosari terbanyak yaitu hipoglikemia sedang dengan
50 orang (56.8%).
36
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
4.1.1.2 Penanganan Hipoglikemia
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Penanganan Hipoglikemia
Penanganan Hipoglikemia Frekuensi (f) Persentase (%)
Menganjurkan penderita beristirahat dan tidur 81 92.0
Memberikan jelly/permen 43 48.9
Memberikan karbohidrat sederhana (nasi) 40 45.5
Memberikan 2-3 sendok teh madu 38 43.2
Segera membawa kerumah sakit 30 34.1
Memberikan jus buah tanpa gula 24 27.3
Memberikan makanan ringan yang mengandung 23 26.1
protein dan zat tepung (susu, keju atau crakers)
Menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh 20 23.7
daun tin kering
Memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, 12 13.6
susu coklat, makanan yang berbahan coklat
Menganjurkan penderita selalu membawa gula tebu 6 6.8
sepanjang waktu
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa, penanganan hipoglikemia yang dilakukan
keluarga yaitu menganjurkan penderita beristirahat dan tidur sebanyak 81 orang (92.0%),
memberikan jelly/permen sebanyak 43 orang (48.9%), memberikan karbohidrat sederhana
(nasi) sebanyak 40 orang (45.5%), memberikan 2-3 sendok teh madu sebanyak 38 orang
(43.2%), segera membawa kerumah sakit sebanyak 30 orang (34.1%), memberikan jus
buah tanpa gula sebanyak 24 orang (27.3%), memberikan makanan ringan yang
mengandung protein dan zat tepung (susu, keju atau crakers) sebanyak 23 orang (26.1%),
menganjurkan penderita mengkonsumsi teh seduh daun tin kering sebanyak 20 orang
(23.7%), memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu coklat, makanan yang
berbahan dasar coklat) sebanyak 12 orang (13.6%), menganjurkan penderita selalu
membawa gula tebu sepanjang waktu sebanyak 6 orang (6.8%).
37
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Univariat
4.2.1.1 Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari didapatkan bahwa dari 88
anggota keluarga pasien diabetes mellitus yaitu dengan rata-rata usia 27.91 tahun.
penelitian ini menggambarkan penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada
pasien diabetes mellitus lebih banyak dilakukan oleh usia dewasa muda. Nasir dan Muhith
(2011) menjelaskan bahwa, dewasa muda adalah usia yang berkisar antara 20-40 tahun, dan
dewasa menengah berkisar antara usia 40-65 tahun.
Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal
ini sejalan dengan penelitian Ingga (2010) bahwa saat semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Penelitian Yusra (2010) menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa secara normal
seiring bertambahnya usia seseorang terjadi perubahan fisik, psikologis bahkan intelektual.
Hal ini dikarenakan pada usia dewasa awal berada pada puncak perkembangannya dan dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimana didapatkan
usia muda lebih banyak yaitu usia rata-rata 27 tahun dan termasuk kedalam usia muda,
dimana dengan usia tersebut tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
mampu dalam berpikir untuk mengambil keputusan yang tepat bagi anggota keluarganya
dan keputusan yang diambil dapat mempertahankan kesehatan anggota keluarganya.
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari didapatkan bahwa dari 88 anggota
keluarga pasien diabetes mellitus yang melakukan penanganan pada pasien diabetes
mellitus saat hipoglikemia lebih banyak perempuan yaitu sebanyak 61 orang (69.3%).
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana responden dalam
penelitian tersebut lebih banyak dilakukan oleh perempuan, karena perempuan lebih sering
mengakses pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan peran perempuan yang sangat penting
dalam sebuah keluarga dikarenakan mayoritas perempuan yang berada dirumah bersama
keluarga dan mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan yang terjadi pada anggota
keluarga yang sakit, sehingga perawatan kesehatan anggota keluarga yang sakit dan
pengambilan keputusan lebih dipusatkan pada perempuan, sehingga perempuan harus lebih
diberi edukasi terkait penanganan hipoglikemia yang tepat untuk dapat merawat anggota
keluarga hipoglikemia dengan penanganan yang diberikan sesuai dan tepat.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pada karakteristik pendidikan terakhir, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak adalah sedang (SMP, SMA)
dengan jumlah 66 orang (75.0%) yang berarti sebagian besar responden masuk kedalam
kategori pendidikan menengah. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam
pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi. Menurut Huang, et al (2014) menunjukkan pasien dengan pendidikan tinggi
memiliki sikap yang lebih positif terhadap penyakit diabetes mellitus yang diderita dan
cenderung mencapai kontrol glukosa darah yang lebih baik. Orang dengan pendidikan
tinggi lebih mampu menerima dan memahami pengetahuan baru, sedangkan pada
pendidikan rendah akan lebih cenderung terjadinya kesalahpahaman tentang komplikasi
Menurut penelitian yang dilakukan Sutawardana, Yulia dan Waluyo (2016), kelemahan
fisik menjadi keluhan pertama yang diungkapkan partisipan ketika menceritakan
pengalamannya mengalami hipoglikemia. Hampir semua partisipan mengungkapkan gejala
kelemahan fisik yang mencakup badan lemas, badan gemetar, keluar keringat dingin,
pandangan berkunang-kunang dan rasa tidak enak badan. Serangan yang dialami oleh
partisipan juga sering kali secara tiba-tiba (spontan). Hal ini tejadi sebagai manifestasi dari
respon kounter-regulasi tubuh terhadap kondisi hipoglikemia. Hipoglikemia membutuhkan
penanganan dengan cepat dan tepat sehingga tidak berdampak merusak organ utama
manusia terutama otak.
Penurunan kadar glukosa di bawah nilai < 55 mg/dl akan berdampak secara akut pada
fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan glukosa dan otak tidak mampu
41
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin
(Ganong, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan Rahmah (2014), istirahat tidur dan irama sikardian
berperan untuk mengatur produksi insulin. Pada saat durasi dan kualitas tidur seseorang
terganggu maka terjadi hambatan pelepasan hormon pertumbuhan dan terjadi pengeluaran
kortisol yang berlebihan. Sedangkan salah satu peran kortisol adalah mengkonversi protein
menjadi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan ketika pasien mengalami kondisi
hipoglikemia, keluarga menganjurkan pasien untuk beristirahat dan tidur untuk membantu
mengembalikan kadar glukosa darah yang turun. Penanganan istirahat dan tidur dapat
dilakukan pada hipoglikemia yang ringan, pada hipoglikemia yang berat tidak bisa
diberikan penanganan dengan menganjurkan anggota keluarga dengan istirahat dan tidur
dikarenakan pada saat istirahat dan tidur dibutuhkan waktu untuk meningkatkan kadar gula
darah sehingga pada hipoglikemia berat penanganan yang diberikan harus diiringi dengan
penanganan lainnya. Namun pada hipoglikemia ringan, penanganan istirahat dan tidur
merupakan penanganan yang tepat dilakukan keluarga berdasarkan teori yang sudah
dijelaskan terkait penanganan hipoglikemia istirahat dan tidur.
42
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dikarenakan lambat untuk dicerna dan diserap
maka membantu untuk mempertahankan tingkat glukosa dalam darah dan untuk
mengurangi respon insulin. (Black dan Hawks, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan Fitri dan Yekti (2014), ada hubungan antara
mengkonsumsi karbohidrat baik sederhana atau pun kompleks terhadap peningkatan gula
darah, semakin tinggi konsumsi karbohidrat maka semakin tinggi kadar glukosa darah
namun kecepatan pencernaan karbohidrat di dalam saluran pencernaan, tidak sama untuk
setiap jenis pangan. Pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat memiliki
kadar indeks glikemik tinggi, sebaliknya yang menaikkan kadar glukosa darah dengan
lambat memiliki indeks glikemik rendah. Makanan berindeks glikemik tinggi
menyebabkan sekresi insulin dalam jumlah besar sebagai akibat dari kenaikkan kadar
glukosa darah yang tinggi dan cepat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan, karbohidrat pada nasi memiliki
glukosa yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan indeks glikemik yang
tinggi, namun nasi dengan kadar indeks glikemik rendah memiliki sifat lambat dalam
menaikkan kadar gula darah pada saat hipoglikemia, sehingga memberikan karbohidrat
berupa nasi pada pasien hipoglikemia, keluarga harus mengetahui jenis beras dengan
indeks glikemik tinggi untuk mencegah kondisi hipoglikemia yang lebih buruk, sehingga
pada penanganan ini perlunya edukasi yang diberikan pada anggota keluarga terkait nasi
yang memiliki indeks glikemia tinggi agar dapat menaikkan kadar gula darah pada saat
hipoglikemia terjadi agar anggota keluarga tepat dalam memberikan karbohidrat berupa
nasi.
c. Memberikan jelly/permen
Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas rejosari sebanyak 43 responden yang
memberikan jelly/permen. Penanganan hipoglikemia yang dapat dilakukan selama dirumah
yaitu dengan pemberian glukosa yang terdapat pada jelly atau permen. Permen adalah suatu
produk pangan yang dapat dikonsumsi di mana pun dan kapan pun, serta pada umumnya
berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Permen memiliki kadar gula yang relatif tinggi
sehingga olahan ini memiliki kalori yang tinggi. Permen pada dasarnya dapat
43
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
dikelompokkan menjadi dua, yaitu permen keras (hard candy) dan permen kenyal (chewy
candy). Permen keras dibuat dengan kadar gula yang tinggi, untuk mencegah kristalisasi
dengan menambahkan sirup gula. Permen jelly ini dibuat dengan menggunakan senyawa
pengenyal yaitu gelatin. Fungsi utama penambahan gelatin dalam pembuatan permen jelly
yaitu untuk meningkatkan elastisitas, konsistensi dan stabilitas produk. Permen jelly biasa
dibuat dengan penambahan gula sukrosa yang tinggi kalori dan lain-lain. Biasanya anggota
keluarga atau penderita akan selalu membawa jelly atau permen untuk penatalaksanaan
awal jika hipoglikemia ringan muncul (Tjokroprawiro, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan, pada saat tanda dan gejala
hipoglikemia ringan terjadi, anggota keluarga memberikan jelly/permen sebagai
penanganan awal sebelum sampai pada fase yang lebih berat, karena pembuatan
jelly/permen berbahan dasar gula, air dan sirup sukrosa yang akan membantu menaikkan
kadar gula darah, sebelum melakukan penanganan lainnya untuk menaikkan kadar gula
darah. Hal ini sangat tepat dilakukan pada penderita hipoglikemia yang berulang,
membawa permen/jelly kemana pun pada saat pergi dapat mencegah hipoglikemia kearah
yang lebih buruk, sehingga penanganan ini bisa dilakukan oleh penderita sendiri ataupun
diingatkan untuk membawa permen/jelly oleh anggota keluarga.
44
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Menurut penelitian Sutanto, Aswar dan Soebijanto (2015), penanganan hipoglikemia yang
dapat dilakukan dirumah adalah memberikan jus buah, karena kandungan glukosa yang
terdapat pada jus buah dapat menaikkan kadar gula darah yang rendah sehingga tidak
diperlukan gula dalam membuah jus buah. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti
simpulkan bahwa kandungan jus buah sudah terdapat glukosa yang bisa menaikkan kadar
gula darah, sehingga tidak diperlukan tambahan gula dalam jus buah karena akan beresiko
kenaikkan kadar gula darah yang berlebihan dan juga beresiko pasien dalam kondisi
hiperglikemia. Namun pada pemberian jus buah, perlunya edukasi dari pelayanan
kesehatan terkait buah yang tepat untuk menaikkan kadar gula darah pada kondisi
hipoglikemia.
45
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
terdapat didalam madu salah satunya adalah glukosa yang berperan penting untuk
menaikkan kadar gula darah pada kondisi hipoglikemia mengkonsumsi makanan atau
minuman yang mengandung unsur madu sebagai pemanis dapat diberikan untuk pemakaian
yang sifatnya kondisional atau dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan glukosa darah
segera. Edukasi dapat diberikan kepada anggota keluarga terkait pemberian madu atau
mengkonsumsi makanan dan minuman yang berbahan madu dalam menangani hipoglikemia
dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.
46
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
tin kering. Dalam daun tin terdapat senyawa aktif mirip insulin. Unsur yang terkandung
dalam buah tin adalah karbohidrat, protein, minyak, yodium, kalsium, fosfor, zat besi,
magnesium, belerang (fosfat), chlorin, serta malic acid dan nicotinic acid. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tin termasuk buah yang dapat merangsang pembentukan hemoglobin
darah, cocok sebagai obat penyakit anemia. Di samping itu daun tin juga mengandung
kadar glukosa yang cukup tinggi (Khasanah, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan Ruliana (2019) Terdapat penurunan kadar glukosa
darah setelah diberikan rebusan teh daun tin pada hari ke-14 pada penderita diabetes
mellitus. Kemampuan daun tin dapat menurunkan gula darah karena memiliki senyawa
aktif yang berfungsi mirip insulin yaitu hormon yang diproduksi sel betapankreas untuk
menurunkan kadar gula darah berlebih dalam darah Hal ini disebabkan karena pada teh
daun tin terdapat senyawa aktif yang berfungsi mirip insulin yang memiliki sifat
menurunkan kadar gula darah berlebih dalam darah. Berdasarkan uraian diatas, dapat
peneliti simpulkan, daun tin kering dengan cara diseduh dapat membantu menurunkan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus sehingga rebusan daun tin kering tidak
bisa diberikan pada saat hipoglikemia muncul karena akan berdampak pada penurunan gula
darah yang drastis.
47
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
dengan resiko peningkatan kadar glukosa darah puasa, gangguan toleransi glukosa, dan
penyakit kardiovaskuler. Zat tepung mengandung karbohidrat, dimana karbohidrat dengan
cepat diangkut ke dalam darah dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan energy bagi tubuh
manusia dan meningkatkan kadar gula darah. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti
simpulkan, bahwa mengkonsumsi susu, keju dan crackers merupakan penanganan yang
dapat dilakukan dirumah karena pada susu, keju dan crackers terdapat kandungan protein
dan juga zat tepung atau karbohidrat yang berperan menambah glukosa dalam darah dan
menaikkan kadar gula darah serta dapat mencegah kondisi yang lebih parah.
i. Memberikan Coklat
Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 12 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu
coklat, makanan yang berbahan coklat. Coklat, susu, dan makanan lain yang mengandung
lemak sebaiknya tidak diberikan sebagai terapi awal, karena menyebabkan glukosa diserap
lebih lambat (PERKENI, 2015). Menurut penelitian Sutanto, Aswar dan Soebijanto (2015),
coklat sebaiknya dihindari dalam penanganan hipoglikemia karena lemak yang terkandung
di dalam coklat dapat menghambat absorbsi glukosa, sehingga pada kondisi hipoglikemia,
kadar gula darah akan bertambah turun akibat tidak adanya glukosa yang masuk kedalam
tubuh dan beresiko menjadi hipoglikemia berat. Hasil wawancara yang di dapatkan oleh
peneliti, keluarga responden mengatakan bahwa coklat terasa manis sehingga keluarga
berasumsi jika coklat dapat menaikkan kadar gula darah yang rendah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga belum memahami
dan kurang mengerti apa saja penanganan yang tepata pada penderita hipoglikemia,
anggota keluarga juga berasumsi bahwa coklat merupakan makanan yang manis, sehingga
memberikan coklat dapat memulihkan kondisi hipoglikemia. Berdasarkan hal tersebut,
edukasi sangat diperlukan terkait pemberian coklat pada penderita hipoglikemia,
pemahaman serta peningkatan pengetahun bagi keluarga sangat penting terkait penanganan
hipoglikemia yang benar dan tepat, sehingga hal tersebut juga dapat mencegah kejadian
hipoglikemia pada kondisi yang lebih parah.
48
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
j. Menganjurkan Membawa Gula Tebu Sepanjang Waktu
Hasil penelitian di puskesmas rejosari didapatkan 6 responden yang melakukan
penanganan hipoglikemia dengan menganjurkan penderita selalu membawa gula tebu
sepanjang waktu. Sari tebu merupakan salah satu minuman yang disukai oleh masyarakat
untuk dikonsumsi. Menurut hasil penelitian ilmiah, tebu mempunyai banyak khasiat yang
bisa membantu atau bahkan mengobati beberapa jenis penyakit. Tebu mengandung zat- zat
yang diperlukan oleh tubuh antara lain sukrosa, protein, kalsium, lemak, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B6, vitamin C dan asam amino (Putri, 2013). Gula tebu termasuk
kedalam klasifikasi gula jawa/gula merah. Dimana gula jawa/gula merah biasanya
diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan
dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, tebu dan lontar (Sihombing,
2014).
Menurut penelitian yang dilakukan Hidayat (2015), yang menunjukkan adanya peningkatan
pada kadar glukosa darah setelah mengkonsumsi gula tebu sebanyak 27,53 mg/dl, karena
pada gula terdapat kandungan sukrosa, namun peningkatan kadar gula darah sedikit rendah
daripada pemberian madu. Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa gula
tebu memiliki kadar glukosa yang dapat membantu menaikkan kadar gula darah walaupun
tidak sebanyak madu dalam peningkatan kadar gula darah, namun hal tersebut juga dapat
membantu dalam penanganan hipoglikemia selama dirumah dengan memberikan beberapa
penangana yang lain untuk membantu meningkatkan kadar gula darah.
49
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Salah satu komplikasi penyakit diabetes mellitus adalah hipoglikemia. Penurunan kadar
glukosa akan berdampak secara akut pada fungsi otak dan otak tidak mampu menyimpan
cadangan glukosa untuk proses metabolismenya. Sel otak akan mengalami iskemia apabila
tidak mendapatkan suplai oksigen dan glukosa 4-6 menit, serta akan menimbulkan
kerusakan otak yang bersifat irreversible jika lebih dari 10 menit. Kondisi tersebut
membutuhkan bantuan penatalaksanaan medis secara cepat. Namun pada kondisi
hipoglikemia ringan dapat dilakukan penatalaksanaan di rumah sehingga hal tersebut
membutuhkan orang terdekat atau keluarga untuk menjadi pendamping dalam
penatalaksanaan atau pencegahan hipoglikemia ke fase yang lebih berat. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif survei deskriptif dengan jumlah responden yang didapat
sebanyak 88 orang dipuskesmas rejosari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
puskesmas rejosari tentang gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga
pada pasien diabetes melitus yang berjumlah 88 responden, dapat disimpulkan berdasarkan
pengolahan data bahwa rata-rata umur responden terbanyak adalah 28 tahun, dengan jenis
kelamin terbanyak yaitu perempuan dan pendidikan responden terbanyak yaitu SMA
dengan klasifikasi pendidikan menengah. Semua responden mengetahui tanda dan gejala
hipoglikemia dan terbanyak responden mengalami hipoglikemia sedang yaitu 66 responden
(75.0%). Hasil penelitian dan pengolahan data pada penanganan hipoglikemia didapatkan
yang terbanyak yaitu menganjurkan penderita beristirahat dan tidur sebanyak 81 orang
(92.0%), dan penanganan hipoglikemia yang terendah yaitu pada penanganan menganjurkan
penderita selalu membawa gula tebu sepanjang waktu sebanyak 6 orang (6.8%). Dari
keseluruhan penanganan hipoglikemia, penanganan hipoglikemia dengan memberikan 2-3
sendok teh madu menjadi penanganan yang tepat karena memiliki peningkatan kadar gula
darah setelah mengkonsumsi madu.
50
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Ilmu Keperawatan
Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para mahasiswa terkait
informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan penanganan hipoglikemia pada pasien
diabetes mellitus.
5.2.2 Pelayanan Kesehatan
Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan untuk peningkatan pengetahuan bagi keluarga pasien di puskesmas
rejosari terkait penanganan yang tepat saat hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus
seperti memberikan 2-3 sendok teh untuk meningkatkan kadar gula darah.
5.2.3 Bagi Peneliti Lainnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian ini jenis penelitian kuantitatif dengan
desain quasy experiment.
51
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
DAFTAR PUSTAKA
Abdi Redha. 2010. Flavonoid: Struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam sistem
biologis. http://repository.polnep.ac.idm
Almatsier, S, et al. (2011). Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Anggraeni, D., M. & Saryono. (2013). Metodologi penelitian kualitatif dan kantitatif dalam
bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Beck, Mary E. (2011). Ilmu gizi dan diet: Hubungannya dengan penyakit-penyakit untuk
perawat dan dokter. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Burns, K, K., et.al (2013).. Research: educational and psychological issues diabetes
attitudes, wishes and needs second study (DAWN2) : Cross-national benchmarking
indicators for family member living with peopole with diabetes. Diabetic Medicine.
Vol.30(7). http://onlinelibrary.wiley.com
Dharmastuti, Arnis P., & Sulistyowati, Dwi Ariani (2017). Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap upaya pencegahan hipoglikemia pada pasien diabetes melitus di ruang
intensive RSUD Dr. Moew Ardi Surakarta tahun 2016. Jurnal Keperawatan Global,
52
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Vol.2(3), 1-61, http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/JKG/article/view/342/307
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2019). Profil kesehatan kota pekanbaru. Pekanbaru.
Fatehi-Hassanabad. Z., Chan., C. B & Furman, B. L. (2010). Reactive oxygen species and
endothelial function in diabetes. european journal of pharmacology, Vol.636 (1-3), p.
8-17. http://doi.org/10/1016/j.ejphar.2010.03.048
Fitri R. I & Yekti Wirawanni. (2014). Hubungan konsumsi karbohidrat, konsumsi total
energi, konsumsi serat, beban glikemik dan latihan jasmani dengan kadar glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Journal Nursing Health. Vol.2(3).
http://media.neliti.com/media/publications/89842-ID-hubungan-konsumsi-
karbohidrat-konsumsi-t.pdf
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : riset, teori dan praktek,
edisi ke-5. (achir yani s. hamid, penerjemah). Jakarta : EGC.
Ganong, W. F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi ke-19. Jakarta: EGC.
Hidayat, Fauzan Mufti Tsani. (2015). Perbandingan peningkatan kadar glukosa darah
53
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
setelah pemberian madu, gula putih, dan gula merah pada orang dewasa yang
berpuasa. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.
http://media.neliti.com/media/publications/197145-ID-phenomenology-study-the-
experience-of-pe.pdf
Huang, M., Zhao, R., Li, S., dan Jiang, X. (2014). Self management behavior in patients
with type 2 diabetes: a cross sectional survey in western urban china. Journal of PLos
One. Vol.9(4).
http://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0095138&type=pr
intable
Istiqomah, A. (2015). Indeks glikemik, beban glikemik, kadar protein, serat dan tingkat
kesukaan kue kering tepung garut dengan substitusi tepung kacang merah. Journal of
Nutrition College. Vol.4(2), p. 620-627. http://ejournal-sl.undip.ac.id/index- php/jnc
Joyce, M. Black., & Jane, H. Hawks. (2014). Keperawatan medikal bedah manajemen
klinis untuk hasil yang di harapkan edisi 8 buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
54
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Khasanah, N. (2011). Kandungan buah-buahan dalam alqur’an: buah tin (ficus carica l.),
zaitun (olea europea l.), delima (punica granatum l.), anggur (vitis vinivera l.), dan
kurma (phoenixdacty lifera l.) untuk kesehatan. Jurnal Phenomenon, Vol. 1(1).
Nasir, A., & Muhith A. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa pengantar dan teori.
Jakarta : Salemba Medika.
Nasir, A.B.D., Muhith, A., & Ideputri, M.E. (2011). Buku ajar: metodologi penelitian
kesehatan-konsep pembuatan karya tulis dan thesis untuk mahasiswa kesehatan.
Yogyakarta : Nuhamedika.
Nugroho, dkk. (2016). Teori asuhan keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Potter& Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik.
edisike-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putri, K. J. (2013). Pemanfaatan sari tebu dalam pembuatan yoghurt dengan penambahan
55
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
lactobacillus bulgaricus dan sari buah naga merah (hylocereus polyrhizus) pada
konsentrasi yang berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Prosiding Semnas.
Rani, Ruliana. 2019. Pengaruh pemberian teh daun tin terhadap penurunan kadar gula darah
di updt puskesmas sukosewu kabupaten bojonegoro tahun 2019. Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Rintala, et.al. (2013). Everyday life of a family with diabetes as described by adults with
tyoe 1 diabetes. European Diabetes Nursing, Vol.10(3). http://doi.org/10/1002/edn.234
Ristanto, Riki. (2015). Pencegahan hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Vol.3(3), 57-63, http://jurnal.poltekkes-
soepraoen.id/index.php/HWS/article/download/113/46
Saryono. (Ed.). (2010). Metodologi penelitian kesehatan penuntun praktis bagi pemula
(A. Setiawan (ed.)). Mitra Cendekia Press.
Siswanto, Susila & Suyanto. (2017). Metodologi penelitian kombinasi kualitatif kuantitatif
kedokteran dan kesehatan. Klaten : Bossscript.
Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan medikal bedah brunner and suddarth, edisi 8. (eka
anisa mardella, penerjemah). Jakarta : EGC.
56
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/64/60
Sutawardana, Jon H., Yulia & Wahyu, Agung. (2016). Studi fenomenologi pengalaman
penyandang diabetes mellitus yang pernah mengalami episode hipoglikemia. Jurnal
NurseLine,Vol.1(1), ISSN 2540-7937,
Tjokroprawiro Askandar. (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Surabaya : Airlangga
University Press (AUP).
Wardani, Suci Rahma. (2015). Gambaran pengetahuan tentang pencegahan luka dm pada
anggota keluarga pasien dm di wilayah kerja puskesmas pisangan, ciputat timur.
Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Waspadji S, et al. (2003). Indeks glikemik berbagai makanan indonesia hasil penelitian.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Yusra, A. (2012). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien
diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik dalam rumah sakit umum pusat fatmawati Jakarta.
Disertasi Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
57
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2020
Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengambilan
data
2. Pembuatan
proposal
3. Ujian
proposal
4. Revisi
proposal
5. Penelitian
6. Data
Pengolahan
7. Ujian Skripsi
Kepada:
Responden
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang akan melakukan penelitian tentang
“Gambaran penanganan hipoglikemia yang dilakukan keluarga pada pasien diabetes
mellitus”
: 16031029
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanganan hipoglikemia yang dilakukan oleh
keluarga dan tidak akan merugikan responden. Pengisian lembar kuesioner selama ± 5 menit
apabila bersedia menjadi responden. Penelitian tidak akan mencantumkan nama responden
dan hanya menulisnya dalam bentuk kode atau inisial. Setiap jawaban responden akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Peneliti akan
memperlakukan responden secara adil dan tanpa paksaan dalam mengikuti penelitian ini.
Jika dalam proses penelitian responden berubah pikiran untuk tidak terlibat dalam penelitian
ini maka responden bisa mengundurkan diri dan data yang sudah diberikan tidak akan
dipergunakan dalam penelitian ini. Apabila mengikuti penelitian ini, responden dapat
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden penelitian dan menjawab
pertanyaan terkait penelitian yang dilakukan. Apabila saudara menyetujui mengikuti proses
penelitian ini, maka mohon ketersediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan
apabila saudara tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, saudara dapat
menolak mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Atas bantuan dan partisipasi
saudara dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Peneliti Responden
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
a. Inisial Responden :
b. Usia :
c. Jenis kelamin : Perempuan / Laki-Laki
d. Pendidikan
Tidak sekolah SMP atau sederajat Lainnya
SD atau sederajat SMA atau sederajat
*Tanda dan gejala yang dialami? (berilah ceklis (√) pada jawaban ini jika anda menjawab
YA. Jawaban boleh diisi lebih dari satu)
Rasa lapar berlebih Sakit kepala
Mual Vertigo
Tekanan darah menurun Tidak mampu berkonsentrasi
Gelisah Sering lupa
Gemetar mudah marah
Jantung berdetak kencang Fungsi rsa menurun
Pucat Penglihatan ganda atau kabur
Memberikan makanan ringan yang mengandung protein dan zat tepung (susu, keju
atau crakers)
Memberikan jelly/permen
Memberikan coklat (kue coklat, coklat batangan, susu coklat, makanan yang
berbahan dasar coklat
Memberikan karbohidrat sederhana (nasi) Segera membawa kerumah sakit
Explore
Cases
Descriptives
Median 27.50
Variance 21.509
Minimum 20
Maximum 45
Range 25
Interquartile Range 5
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Usia
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Frequencies
Statistics
N Valid 88 88
Missing 0 0
Frequency Table
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
karbohidrat sederhana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent