Anda di halaman 1dari 52

PENELITIAN

Prevalensi pasien dengan PEB usia risiko tinggi di Rumah


Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,
Kalimantan Tengah tahun
periode mei 2020 - mei 2021

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti


Program Pendidikan Profesi Bagian Obstetrik dan Ginekologi

Disusun oleh :
Nurfadhillah H. Sitepu, S.Ked 196100802027
Mikhael Jevon Dandan, S.Ked 196100802053
Gabriela Ulita Lumban Toruan, S.Ked 196100802004
Maria Sinta Dwi Yaniria L. Gaol, S.Ked 196100802004
Lika Hanifah, S.Ked 196100802021

Pembimbing :

dr. I Gde Hary Eka Adnyana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN PEREMPUAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
KOTA PALANGKARAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi pasien dengan PEB usia risiko tinggi di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, Kalimantan Tengah tahun
periode mei 2020 - mei 2021

Disusun oleh :

Nurfadhillah H. Sitepu, S.Ked 196100802027


Mikhael Jevon Dandan, S.Ked 196100802053
Gabriela Ulita Lumban Toruan, S.Ked 196100802004
Maria Sinta Dwi Yaniria L. Gaol, S.Ked 196100802004
Lika Hanifah, S.Ked 196100802021

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diuji dihadapan tim penguji


Pada tanggal : Juli 2021

Pembimbing :

dr. I Gde Hary Eka Adnyana

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penelitian yang berjudul “ Prevalensi pasien dengan
PEB usia risiko tinggi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, Kalimantan Tengah tahun periode mei 2020 - mei 2021” ini
akhirnya dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada pembimbing penelitian, yaitu dr. I Gde Hary Eka Adnyana,
Sp,OG yang dengan sabar dan tekun dalam membimbing untuk penyusunan
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada dr. Rully
P. Adhie, Sp.OG., M.Si., Med., dr. Mikko U Ludjen, Sp.OG., M.Kes, dr. Tumpal
Simatupang, Sp. OG(K), dr. Sigit Nurfianto, Sp.OG(K) dan semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih banyak
kekurangan, semoga dalam penyusunan selanjutnya bisa lebih baik lagi. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Kiranya penelitian ini dapat berguna sebagai referensi dan sumber bacaan
tambahan untuk menambah ilmu pengetahuan.

Palangka Raya, Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................3

BAB II Tinjauan Pustaka ...................................................................................4

2.1. Preeklampsia .........................................................................................4

2.2. Usia Risiko Tinggi ...............................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................18

3.1. Kerangka Teori ...................................................................................18

3.2. Kerangka Konsep ................................................................................19

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................20

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................20

4.2. Populasi Penelitian ..............................................................................20

4.3. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................................20

4.4. Estimasi Besar Sampel........................................................................20

4.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.............................................................20

4.6. Alat dan Bahan penelitian ..................................................................21

4.7. Definisi Operasional ............................................................................21

iv
4.8. Prosedur Penelitian .............................................................................21

4.9. Alur Penelitian.....................................................................................22

4.10. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................23

5.1. Hasil Penelitian ....................................................................................23

5.2. Keterbatasan Penelitian .....................................................................28

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................30

6.1. Kesimpulan ..........................................................................................30

6.2. Saran ....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31

LAMPIRAN .......................................................................................................34

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) dan bayi merupakan salah satu indikator
pembangunan dalam bidang kesehatan di seluruh dunia yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara termasuk di Indonesia.1
WHO memperkirakan pada tahun 2015, sekitar 303.000 orang perempuan
meninggal saat kehamilan dan setelah melahirkan.2 Data dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2015 menunjukkan bahwa dari
100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya berakhir dengan kematian
sang ibu.3,4 Jumlah kasus kematian ibu hamil yang dilaporkan di Provinsi
Kalimantan Tengah pada Tahun 2016 sebanyak 74 kasus. Angka ini menurun
dibandingkan tahun 2015.5
AKI adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, melahirkan, dan
setelah melairkan menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.1,13 Diperlukan kesiapan pelayanan
berkualitas setiap saat atau 24 jam dalam 7 hari agar seluruh ibu hamil/melahirkan
yang mengalami komplikasi setiap saat memiliki akses ke pelayanan darurat
berkualitas dalam waktu cepat, karena sebagian komplikasi memerlukan pelayanan
kegawatdaruratan.1 Kematian ibu akibat persalinan merupakan masalah yang
bersifat multidimensional yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kesehatan sang
ibu semata seperti kekurangan gizi, anemia dan hipertensi, melainkan juga turut
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketersediaan infrastruktur kesehatan yang
memadai, serta kesadaran keluarga untuk meminta bantuan tenaga kesehatan dalam
proses persalinan.6 Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
kematian ibu adalah perdarahan hebat, infeksi, hipertensi selama kehamilan
(preeklampsia dan eklampsia), komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak aman

1
dan sisanya disebabkan oleh atau terkait dengan penyakit seperti malaria, dan
AIDS.
Preeklampsia/eklampsia selain merupakan salah satu penyebab kematian ibu,
juga mempunyai kontribusi besar terhadap kematian janin dan BBL karena terkait
dengan asfiksia dan prematuritas.1,7 Preeklampsia merupakan penyebab ke-2
kematian ibu di dunia setelah perdarahan.8 Pada preeklampsia/eklampsia terjadi
penurunan perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel
endotel pembuluh darah plasenta.9,10,11
Salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia adalah usia ibu. Usia yang
tergolong menjadi risiko penyebab preeklampsia adalah usia resiko tinggi. Risiko
tinggi adalah bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan,
bila dibandingkan dengan ibu hamil normal. Penyebab risiko tinggi dalam
kehamilan adalah usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hal ini sesuai
dengan hasil studi Mutihir J.T dan Maduka W.E di Nigeria tahun 2006, ibu hamil
primi usia 20 tahun memiliki risiko komplikasi persalinan dan perinatal.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan diperoleh data pada
tahun 2017 terdapat 241 kasus preeklampsia dan meningkat pada tahun 2018
sebanyak 260 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis di RSUD
Dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya ini, peneliti tertarik melakukan penelitian
bagaimana prevalensi ibu hamil dengan preeklampsia yang termasuk usia risiko
tinggi di di RSUD Dr. Doris Sylvanus bulan Mei 2020-Mei 2021.12
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana prevalensi ibu hamil dengan preeklampsia yang termasuk usia risiko
tinggi di RSUD Dr. Doris Sylvanus bulan Mei 2020-Mei 2021.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi ibu preeklampsia di RSUD Dr. Doris Sylvanus bulan
Mei 2020-Mei 2021.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi ibu hamil dengan preeklampsia yang termasuk usia
risiko tinggi di RSUD Dr. Doris Sylvanus bulan Mei 2020-Mei 2021
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehingga peneliti dapat
memberikan informasi mengenai jumlah ibu hamil dengan preeklampsia di RSUD
dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya bulan Mei 2020-Mei 2021.. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya serta untuk memicu penelitian-penelitian
berikutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan mengenai berat badan bayi lahir yang dilahirkan
dari ibu preeklampsia dan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penyuluhan mengenai faktor risiko preeklampsia.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Preeklampsia
2.1.1. Definisi
Preeklampsia adalah sindrom spesifik pada kehamilan berupa berkurangnya
perfusi plasenta akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang akhirnya dapat
mempengaruhi seluruh sistem organ, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria
pada pertengahan akhir kehamilan atau di atas 20 minggu kehamilan. Proteinuria
didefinisikan sebagai ekskresi protein dalam urin yang melebihi 300 mg dalam 24
jam, rasio protein:kreatinin urin ≥ 0,3, atau terdapatnya protein sebanyak 30 mg/dL
(carik celup +1) dalam sampel acak urin secara menetap.11,35
2.1.2. Klasifikasi
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Preeklampsia11
Minimal Preeklampsia

Hipertensi Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90


mmHg diastolik pada 2 kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama

Dan

Protein urin Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik
> +1

Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu di
bawah ini:

Trombositopenia: Trombosit < 100.000 / mikroliter

Gangguan Ginjal Kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal lainnya

Gangguan Hati Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal atau


adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen

4
Minimal Preeklampsia

Edema Paru

Gejala Stroke, nyeri kepala, gangguan visus


Neurologis
Gangguan Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction atau didapatkan
Sirkulasi adanya absent or reversed end diastolic velocity.
Uteroplasenta
Kriteria Preeklampsia Berat

Hipertensi Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau


110 mmHg diastolik pada 2 kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama

Trombositopeni Trombosit < 100.000 / mikroliter

Gangguan Ginjal Kreatinin serum di atas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum dari sebelumnya pada kondisi dimana
tidak ada kelainan ginjal lainnya

Gangguan Hati Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau


adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen

Edema Paru

Gejala Stroke, nyeri kepala, gangguan visus


Neurologis
Gangguan Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction atau didapatkan
Sirkulasi adanya absent or reversed end diastolic velocity
Uteroplasenta

2.1.3. Epidemiologi
Preeklampsia sering mengenai perempuan muda dan nulipara, sedangkan
perempuan yang lebih tua lebih berisiko mengalami hipertensi kronis yang
bertumpang tindih dengan preeklampsia. Selain itu, insiden sangat dipengaruhi oleh
ras dan etnis-dan karena itu, oleh predisposisi genetik. Pada perempuan yang

5
normotensif selama kehamilan pertamanya, insiden preeklampsia pada kehamilan
selanjutnya lebih rendah dibandingkan angka yang diberikan tadi.
Pada analisis kohort retrospektif berbasis-populasi, Getahun, dkk (2007)
mempelajari hampir 137.000 kehamilan kedua pada perempuan seperti demikian.
Insiden preeklampsia kulit putih adalah 1,8% dibandingkan dengan 3 persen pada
perempuan Afrika-Amerika. Soto dkk (Obstetric Critical Care Unit of Hospital
General de Mexico Experience During 2014-2015) menyatakan bahwa
preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab utama mortalitas maternal
dengan patofisiomekanisme yang terlibat di dalamnya yaitu gangguan neurologik,
gangguan ginjal, gangguan hepatik, hemodinamik, dan hematologik yang
selanjutnya akan menyebabkan gangguan pada janin. Selain itu Republic of
RWANDA Ministry of Health melaporkan bahwa terdapat 5 penyebab utama
morbiditas pada obstetri ginekologi di antaranya yaitu eklamsia dan preeklampsia
berat yang menempati nomor urut teratas.16

Gambar 2.1 Perbandingan arteri spiralis normal dan preeklampsia


(dimodifikasi dari Chunningham, et al)11.
2.1.4. Etiologi
Preeklampsia tidak sederhana seperti satu penyakit saja, melainkan hasil
akhir dari berbagai faktor yang meliputi faktor pada ibu, janin, dan plasenta.
Sementara itu etiologinya dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok utama, yaitu
genetik, immunologik, nutrisi, dan infeksi, serta interaksi diantara semuanya,
didukung oleh faktor lingkungan. Penyakit ini dikelompokkan menjadi 4 teori
dasar, yaitu11:

6
1. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh darah
uterus
Pada implantasi normal, yang diperlihatkan pada gambar 2.1, arteriola
spiralis uteri mengalami remodeling ekstensif karena diinvasif oleh trofoblas
endovaskular. Sel-sel ini menggantikan lapisan otot dan endotel untuk memperlebar
diameter pembuluh darah. Vena-vena hanya diinvasi secara superfisial.
Namun, pada preeklampsia, mungkin terjadi invasi trofoblastik
inkomplet. Bila terjadi invasi yang dangkal seperti ini, pembuluh desidua, dan
bukan pembuluh miometrium, akan dilapisi oleh trofoblas endovaskular. Arteriola
miometrium yang lebih dalam tidak kehilangan lapisan endotel dan jaringan
muskuloelastik mereka, dan rerata diameter eksternal mereka hanya setengah
diameter pembuluh plasenta normal.11
2. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif di antara jaringan maternal,
paternal (plasental), dan fetal
Beberapa faktor imunogenetik yang diwariskan yang dapat mengubah
ekspresi genotipe dan fenotipe pada preeklampsia, berikut ditampilkan pada tabel
3.11
Tabel 2.2 Contoh Faktor Imunogenetik yang Diwariskan yang Dapat.11
Mengubah Ekspresi Genotipe dan Fenotipe pada Preeklampsia

“Imunisasi” akibat kehamilan sebelumnya Haplotipe HLA-A, -B, -D, -1a, -11
yang diwariskan Haplotipe untuk reseptor sel NK yang diwariskan disebut juga
killer immunoglobulin-like receptors-KIR
Mungkin gen-gen kerentanan yang juga berperan pada diabetes dan hipertensi
kronis

HLA = human leukocyte antigen (antigen leukosit manusia);


NK = natural killer.

Teori baru mengungkapkan kemungkinan adanya peran maladaptasi


imunitas dalam patofisiologi preeklampsia, trofoblas ekstravilus mengeskpresikan

7
antigen leukosit manusia G (HLA-G) yang bersifat imunosupresif dalam jumlah
yang sedikit sehingga memberikan pengaruh dalam kecacatan vaskularisasi
plasenta.11,36
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamatorik yang
terjadi pada kehamilan normal
Terdapat sebuah teori yang mengatakan bahwa disfungsi endotel disebabkan
oleh keadaan leukosit yang mengalami hiperaktivasi dalam sirkulasi ibu.16 Sitokin-
sitokin seperti TNF-α dan interleukin berperan dalam timbulnya stress oksidatif
yang ditandai dengan ditemukannya oksigen reaktif dan radikal bebas yang
menyebabkan terbentuknya peroksida lipid. Kemudian terbentuklah radikal-radikal
yang amat toksik yang dapat mencederai sel endotel, mengganggu keseimbangan
prostaglandin, dan mengubah produksi nitrat oksida yang pada akhirnya
menyebabkan munculnya sindrom preeklampsia.11,36
4. Faktor-faktor genetik, termasuk gen predisposisi yang diwatiskan, serta
pengaruh epigenetik
Kecenderungan herediter ini diduga merupakan akibat dari interaksi ratusan
gen yang diwariska oleh orang tua yang mengendalikan sejumlah besar fungsi
metabolik dan enzimatik pada setiap sistem organ. Ward dan Lindheimer (2009)
mengemukakan bahwa mereka menemukan lebih dari 70 gen telah dipelajari yang
terdapat kemungkinan terkait dengan preeklampsia.11
2.1.5. Patogenesis
1. Vasospasme
Terjadinya konstriksi vaskular yang menyebabkan meningkatnya
tahanan pembuluh sehingga timbul hipertensi. Pada waktu yang
bersamaan, terjadi kebocoran interstitial akibat rusaknya sel endotel,
tempat lewatnya komponen-komponen darah, termasuk fibrinogen dan
trombosit yang kemudian tertimbun di subendotel. Berkurangnya aliran
darah akibat maldistribusi, iskemia pada jaringan sekitar akan
menyebabkan nekrosis, perdarahan, dan gangguan pada organ-organ
lainnya yang khas terdapat pada sindrom preeklampsia.11
2. Aktivasi Sel Endotel

8
Endotel yang normal memiliki sifat antikoagulan dan sel tersebut
dapat menumpulkan respons otot polos pembuluh darah terhadap agonis
dengan cara melepaskan nitrat oksida. Sel endotel yang abnormal atau
rusak atau teraktivasi menghasilkan lebih sedikit nitrat oksida dan
menyekresikan substansi yang mengacu koagulasi dan meningkatkan
sensitivitas terhadap vasopresor.11
3. Peningkatan Respons Presor
Pada umumnya secara normal perempuan hamil tidak sensitif
terhadap vasopresor yang diinfuskan, namun pada perempuan dengan
preeklampsia dini memiliki peningkatan reaktivitas vaskular terhadap
norepinefrin dan angiotensin II yang diinfuskan.11
4. Prostaglandin
Pada kehamilan yang normal, terjadi penumpulan terhadap presor
yang disebabkan oleh turunnya responsivitas vaskular yang dipengaruhi
oleh sintesis prostaglandin endotel. Pada ibu hamil dengan preeklampsia,
terjadi penurunan produksi prostaglandin endotel (PGI2). Efek ini
dimediasi oleh fosfolipase A2 oleh trombosit meningkat, dan rasio
prostasiklin: tromboksan A2 menurun. Akibatnya, cenderung
meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II yang diinfuskan
sehingga terjadi vasokonstriksi.11
5. Nitrat Oksida
Penelitian yang lakukan Conrad dan Vernier (1998) menemukan
adanya penurunan nitrat oksida yang menyebabkan munculnya
gambaran klinis yang serupa dengan preeklampsia pada model binatang
yang sedang hamil. Pada manusia, nitrat oksida diduga merupakan
senyawa yang mempertahankan kondisi normal pembuluh darah yang
berdilatasi dan bertekanan rendah, yang khas untuk perfusi fetoplasenta.
Zat ini juga dihasilkan oleh endotel janin dan kadarnya meningkat
sebagai respons terhadap preeklampsia, eklamsia, diabetes, dan infeksi.11
6. Endotelin

9
Peptida 21-asam amino ini merupakan vasokonstriktor poten dan
endotelin-1 (ET-1) merupakan isoform utama yang dihasilkan oleh
endotel manusia. 11

7. Protein Angiogenik dan Antiangiogenik


Terdapat jumlah berlebih dari faktor angiogenik yang diduga
dirangsang oleh hipoksia yang memburuk pada permukaan kontak
uteroplasenta. Pada preeklampsia, jaringan trofoblastik menghasilkan
sedikitnya dua peptide antiangiogenik secara berlebihan yang
selanjutnya memasuki sirkulasi maternal. 11
2.1.6. Patofisiologi
Walaupun penyebab pasti dari preeklampsia masih belum diketahui,
manifestasi klinisnya telah tampak sejak awal kehamilan yang berupa perubahan
patofisiologi tersamar yang terakumulasi sepanjang kehamilan. Patofisiologi
terjadinya preeklampsia dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem kardiovaskular
Pada preeklampsia, endotel mengeluarkan vasoaktif yang
didominasi oleh vasokontriktor, seperti endotelin dan tromboksan A2.
Selain itu, terjadi penurunan kadar renin, angiotensin I, dan angiotensin II
dibandingkan kehamilan normal. 11
2. Darah dan Koagulasi
Pada perempuan dengan preeklampsia terjadi trombositopenia,
penurunan kadar beberapa faktor pembekuan, dan eritrosit dapat memiliki
bentuk yang tidak normal sehingga mudah mengalami hemolisis. Jejas pada
endotel dapat menyebabkan peningkatan agregasi trombosit, menurunkan
lama hidupnya, serta menekan kadar antitrombin III.11

3. Homeostasis Volume
Pada preeklampsia terjadi retensi natrium karena meningkatnya
sekresi deoksikortikosteron yang merupakan hasil konversi progesteron.

10
Pada wanita hamil yang mengalami preeklampsia berat, volume
ekstraseluler akan meningkat dan bermanifestasi menjadi edema yang lebih
berat daripada wanita hamil yang normal. Mekanisme terjadinya retensi air
disebabkan karena kerusakan endotelial.11
4. Ginjal
Pada kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah ke ginjal dan
laju filtrasi glomerulus sedangkan pada ibu hamil dengan preeklampsia
terjadi perubahan seperti peningkatan resistensi arteri aferen ginjal dan
perubahan bentuk endotel glomerulus. Filtrasi yang semakin menurun
menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat. Terjadi penurunan aliran
darah ke ginjal, menimbulkan perfusi dan filtrasi ginjal menurun
menimbulkan oliguria. Kerusakan pembuluh darah glomerulus dalam
bentuk “gromerulo-capilary endhotelial” menimbulkan proteinuria.11
5. Hepar
Pada preeklampsia ditemukan infark hepar dan nekrosis. Infark
hepar dapat berlanjut menjadi perdarahan sampai hematom. Apaabila
hematom meluas dapat terjadi rupture subscapular. Nyeri perut kuadran
kanan atas atau nyeri epigastrium disebabkan oleh teregangnya kapsula
Glisson.11
6. Otak
Gangguan seperti sakit kepala dan gangguan pengelihatan.
Mekanisme pasti penyebab kejang belum jelas. Kejang diperkirakan terjadi
akibat vasospasme serebral, edema, dan kemungkinan hipertensi
mengganggu autoregulasi serta sawar darah otak.11
7. Mata
Dapat terjadi vasospasme retina, edema retina, ablasio retina, sampai
kebutaan.11
2.1.7. Gejala
Gejala klinis preeklampsia sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang
mengancam kematian pada ibu. Efek yang sama terjadi pula pada janin, mulai dari

11
yang ringan, pertumbuhan janin terlambat (PJT) dengan komplikasi pascasalin
sampai kematian intrauterine. Gejala dan tanda preeklampsia meliputi11:
1. Hipertensi: Peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg atau diastolik sebesar
15 mmHg.
2. Hiperrefleksia nyata, terutama disertai klonus pada pergelangan kaki yang
sementara hingga terus-menerus
3. Edema wajah
4. Gangguan penglihatan
5. Mengantuk atau sakit kepala berat (pertanda konvulsi)
6. Peningkatan tajam jumlah proteinuria (≥ 5g pada spesimen 24 jam, atau
bila menggunakan uji dipstik +3 hingga +4)
7. Oliguria: Pengeluaran urin ≤ 30 ml/jam atau ≤ 500 ml/24 jam.
8. Nyeri epigastrium karena distensi hepar
2.1.8. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko preeklampsia antara lain11:
1. Obesitas
2. Kehamilan ganda
3. Usia ibu
4. Hiperhomosisteinemia
5. Sindrom metabolik
2.1.9. Diagnosis
Pada umumnya diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya dua dari trias
tanda utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk
kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat
merupakan bahaya kendatipun ditemukan sendiri.11

Tabel 2.3 Diagnosis Preeklampsia11


Parameter Keterangan

Tekanan darah 1. Tekanan darah sistol ≥ 140 mmHg atau diastol ≥


90 mmHg pada dua kali pengukuran setidaknya

12
Parameter Keterangan

dengan selisih 4 jam, pada usia kehamilan lebih


dari 20 minggu pada perempuan dengan tekanan
darah normal
2. Tekanan darah sistol ≥ 160 mmHg atau diastol ≥
110 mmHg hipertensi dapat ditegakkan dalam
hitungan menit untuk mempercepat dimulainya
pemberian antihipertensi
Dan

Proteinuria Protein urin kuantitatif ≥ 300 mg/24 jam atau


Protein/rasio kreatinin ≥ 0,3 mg/dL
Pemeriksaan carik celup urine +1 (hanya jika protein
urine kuantitatif tidak tersedia

Atau jika tidak ada proteinuria hipertensi yang baru timbul dengan awitan
salah satu dari:

Trombositopenia Hitung trombosit < 100.000/ul

Insufisiensi ginjal Konsentrasi kreatinin serum >1,1 mg/dL atau lebih


dari dua kali kadarnya dan tidak terdapat penyakit
ginjal lainnya

Gangguan fungsi hati Konsentrasi transaminase lebih dari dua kali normal

Edema paru

Gangguan serebral atau


pengelihatan
Sumber American College of Obstetrics and Gynecologists. 2013

2.1.10. Tatalaksana
Tujuan dasar tata laksana untuk setiap kehamilan yang disertai komplikasi
preeklampsia adalah terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin bagi

13
ibu dan janin, kelahiran bayi yang dapat bertahan hidup dan pulihnya kesehatan ibu
secara sempurna.
1. Pertimbangan untuk pelahiran
Nyeri kepala, gangguan penglihatan, dan atau nyeri epigastrium
merupakan petunjuk bahwa kejang mungkin akan terjadi, dan oliguria
merupakan tanda bahaya lainnya. Preeklampsia berat memerlukan terapi
antikonvulsan dan antihipertensi, yang akan dilanjutkan dengan persalinan.
Apabila janin masih kurang bulan, cenderung dilakukan penundaan
terminasi kehamilan dengan harapan bahwa beberapa minggu tambahan di
dalam rahim akan mengurangi risiko kematian janin atau penyakit berat
akibat kurang bulan.
Pada preeklampsia yang berat yang tidak kunjung membaik setelah
perwatan inap, biasanya dianjurkan terminasi kehamilan untuk
kesejahteraan baik ibu maupun janin. Induksi persalinan dapat dilakukan,
biasanya dengan pematangan serviks prainduksi menggunakan
prostaglandin atau dilator osmotik. Bila induksi tampak tidak berhasil atau
usaha induksi telah gagal, maka pelahiran dengan bedah caesar
diindikasikan. Beberapa indikasi untuk pelahiran pada preeklampsia,
yaitu11:
a. Ibu mengalami gangguan penglihatan atau nyeri kepala menetap
b. Ditemukan napas pendek pada ibu; sesak napas disertai rhonki basah
dan/ SaO2 < 94% udara pernapasan dalam ruangan; edema paru
c. Hipertensi berat yang tidak terkendali meskipun telah mendapat terapi
d. Oliguria < 500 mL/ 24 jam atau kreatinin serum ≥ 1,5 mg/dL
e. Hitung trombosit terus menerus < 100.000/ul
f. Dugaan solusio plasenta, persalinan maju, dan atau ketuban pecah
g. Retriksi pertumbuhan berat janin -< persentil ke-5 untuk masa
kehamilan yang diperkirakan
h. Oligohidramnion berat –ICA < 5cm
i. Profil biofisis ≤ 4 dilakukan dengan interval 6 jam
j. Aliran arteria umbilikalis yang membalik pada akhir diastolik

14
k. Dan kematian janin
2. Terapi hipertensi
a. Antihipertensi lini pertama
Nifedipin dengan dosis awal 5-10 mg per oral yang dapat diulang
sampai 8 kali dalam 24 jam. Nifedipin merupakan salah satu
penghambat kanal kalsium yang sudah digunakan sejak dekade terakhir
untuk mencegah persalinan preterm (tokolisis) dan sebagai
antihipertensi. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan
tambahan 5 mg sublingual nifedipin.15
b. Antihipertensi lini kedua
Sodium nitroprusside dengan dosis 0,25 µg iv/kg/menit infus,
ditingkatkan 0,25 µg iv/kg/ 5 menit atau diakzoside 30-60 mg iv/5
menit.15
3. Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang
Pada kasus preeklampsia yang lebih berat dan juga kasus eklampsia,
magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral merupakan
antikonvulsan yang efektif dan tidak menimbulkan penekanan sistem saraf
pusat pada ibu maupun janin.
2.1.11. Komplikasi
1. Komplikasi ibu
a. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah keadaan dimana terlepasnya plasenta dari
tempat implantasinya sebelum kelahiran. Solusio plasenta dapat pula
disebut abruptio placentae yang berarti “robek dan terlepasnya
plasenta”, serta mengandung makna suatu peristiwa yang terjadi tiba-
tiba, adalah ciri klinis pada sebagian besar kasus solusio plasenta.18
b. Gagal Organ

2. Komplikasi janin
a. Prematuritas

15
Aliran darah ke plasenta yang menurun akan menyebabkan
gangguan pada plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
janin. Akibat dari kurangnya suplai oksigen maka dapat
mengakibatkan gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering
terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan,
sehingga terjadi partus prematur.20
b. Retardasi pertumbuhan intrauterin
Teori implantasi plasenta yang abnormal akan menghambat invasi
trofoblas sehingga nutrisi yang disalurkan kepada janin dapat
berkurang dan mengakibatkan retardasi pertumbuhan intrauterin.21
c. IUFD
Terdapat risiko kematian janin intrauterin pada kehamilan dengan
preeklampsia yaitu 11,6 per 1000 diminggu 26, lalu 4,6 per 1000
diminggu 28, dan 2,5 per 1000 diminggu 32.22
2.1.12. Pencegahan
Berbagai macam strategi yang digunakan untuk mencegah atau
memodifikasi keparahan dari preeklampsia telah dievaluasi. Beberapa di antaranya
di bawah ini11:
1. Manipulasi diet
2. Obat-obatan kardiovaskular
3. Antioksidan
4. Obat antitrombotik
2.2. Usia Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan dengan adanya kondisi
yang dapat menambah risiko terjadinya kelainan atau ancaman bahaya pada janin.
Pada kehamilan risiko tinggi terdapat tindakan khusus terhadap ibu dan janin.
Kesehatan atau bahkan kehidupan ibu dan janin menjadi terancam bahaya akibat
adanya gangguan kehamilan. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa
menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100% siap. Kehamilan dan
persalinan di usia ini meningkatkan angka kematian ibu dan janin 4-6 kali lipat
dibandingkan wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-35 tahun.

16
Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan ini adalah
kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. Bisa jadi
secara mental pun wanita belum siap, hal ini dapat memicu terjadinya kecemasan
ibu hamil jelang persalinan. Menurut jurnal Obstetri Ginekologi UGM usia ibu
resiko tinggi yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun meningkatkan risiko
dibandingkan dengan ibu hamil berusia 20-35 tahun. Menurut Benson dan Pernoll,
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor predisposisi
preeklampsia disamping penyakit vaskuler dan ginjal, diabetes mellitus, hipertensi
kronis, dan penyakit lainnya. Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi
diantaranya yaitu usia ibu.
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata mencapai 5 kali lebih tinggi
dibandingkan pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesuadah usia 30 sampai 35 tahun.11,13

17
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

Bagan 1. Kerangka Teori


Sumber : Cunningham dkk., 2013

18
3.2 Kerangka Konsep

Usia Kehamilan:
<20 tahun Preeklampsia
Ibu Hamil Berat
>35 tahun

Keterengan:

Menyebabkan

19
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pada
penelitian ini, peneliti mencari data pasien dari rekam medik (usia pasien yang
mengalami PEB).

4.2 Populasi Penelitian


Populasi yang ditargetkan pada penelitian ini adalah semua pasien yang
didiagnosis PEB di RSUD dr. Doris Sylvanus dari tahun Mei 2020- Mei2021 dan
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah sampel semua pasien yang terdiagnosis
PEB di RSUD dr. Doris Sylvanus dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

4.4 Estimasi Besar Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling,
yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
Digunakan total sampling karena peneliti ingin mendapatkan hasil yang maksimal
dari sampel untuk menentukan umur yang paling banyak terdapat kejadian PEB

4.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


a. Inklusi
1. Pasien yang terdiagnosis PEB
2. Pasien yang dirawat di RSUD Doris dari Mei 2020 sampai mei 2021

b. Eksklusi

20
1. Ibu hamil yang bukan didiagnosis PEB yang masuk dari mei 2020 sampai
mei 2021.

4.6 Alat dan Bahan penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari data pelayana fasilitas kesehatan yang dimiliki ruangan
IKR RSUD dr.Doris Sylavnus Palngka Raya.

4.7 Definisi Operasional

Tabel 4.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Kategori Skala


ukur
1 Prevalensi PEB Angka kejadian PEB Data 1. <50% nominal
Yang Memenuhi Rekam 2. >50%
kriteria diagnosis Medik
PEB
2 Umur Umur dari pasien Data rekam 1. <50% nominal
saat menderita PEB medik 2. >50%

4.8 Prosedur Penelitian

1. Peneliti mendapat tugas dari SMF Ilmu Ksehatan Perempuan untuk


melakukan penelitian di RSUD Doris Sylavnus
2. Setelah mendapat tugas, selanjutnya peneliti mennetukan waktu
penelitian
3. Setelah mendpaatkan waktu, peneliti meminta izin ke rekam medis untuk
mencari data
4. Melakukan identifikasi responden berdasarkan kriteria yang ditentukan
5. peneliti mengumpulkan data yang diperoleh

21
6. menganalisis data dan membuat hasil penelitian

4.9 Alur Penelitian

Meminta izin penelitian dari Institusi terkait

Menentukan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi

Melakukan penelitian dengan menggunakan data RM

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data yang sudah didapat

Menuliskan hasil analisis data pada hasil laporan hasil penelitian

4.10 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di RSUD dr. Doris Sylvanus palangkaraya. Dilakukan
pada bulan Mei 2020-Mei 2021 di RSUD dr. Doris Sylvanus palangkaraya.

BAB V

22
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis variabel bebas (Ibu dengan


persalinan SC dan spontan) dan variabel terikat (Ibudengan PEB) Secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi yang disajikan dengan tabel.

Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Pasien Ibu Hamil dengan Pre Eklamsia Berat
pada Bulan Mei 2021 – Mei di RSUD Doris
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Usia
Tidak berisiko (20-35) 82 55,4%
Risiko (<20 dan >35) 66 44,6%
2. Paritas
Primigravida 34 22,97%
Multigravida 114 77,02%
3. Usia Kehamilan
Preterm 40 27%
Aterm 98 66,2%
Post term 10 6,75%
4. Persalinan
Pervaginam 44 29,7%
Sectio Caesarea 104 70,3%

Total 148 100%

23
Hasil pada tabel 5.1 didapatkan bahwa sebagian besar responden ibu
dengan usia tidak beresiko (20-35) sebanyak 82 (55,4%), ibu dengan dengan
resiko (<20->35) sebanyak 62 (44,6%), ibu dengan paritas primigravida sebanyak
34 (22,97%), ibu dengan multigravida sebanyak 114 (77,02%), ibu dengan usia
kehamilan preterm sebanyak 40 (27%), ibu dengan aterm sebanyak 98 (66,2%),
ibu dengan posterm sebanyak 10 (6,75%), ibu dengan persalinan pervaginam
sebanyak 44 (29,7%), ibu dengan persalinan SC sebanyak 104 (70,3%).
Tabel 5.2 Tingkat Kejadian PEB dengan usia risiko tinggi pada Ibu Hamil
dengan Tindakan Seksio Sesarea (SC) dan partus normal pada Bulan
Mei 2020-Mei 2021
No Karakteristik Jum Persenta
lah se (%)
1. Ibu usia risiko tinggi dengan persalinan SC 45 68,2%

2. Ibu usia risiko tinggi dengan persalinan normal 21 31,8%


Total 69 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pada tabel 5.2 didapatkan


bahwa jenis persalinan terbanyak pada ibu PEB dengan usia risiko yaitu jenis
persalinan SC sebanyak 45 orang (68,2%) pada bulan Mei 2020 sampai dengan
Mei 2021.

Tabel 5.3 Tingkat Kejadian PEB dengan usia tidak beresiko pada Ibu Hamil
dengan Tindakan Seksio Sesarea (SC) dan partus normal pada
Bulan Mei 2020-Mei 2021
No Karakteristik Jum Persenta
lah se (%)
1. Ibu usia tidak beresiko dengan persalinan SC 59 72%

2. Ibu usia tidak berisiko dengan persalinan normal 23 28%


Total 79 100%

24
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pada tabel 5.3 didapatkan
bahwa pasien hamil PEB dengan usia tidak berisiko (20-35 tahun) paling banyak
yaitu jenis persalinan SC sebanyak 59 orang (72%) sedangkan jenis persalinan
spontan sebanyak 23 orang (28%) pada bulan Mei 2020 sampai dengan Mei 2021.

Tabel 5.4 Ibu Hamil PEB yang memiliki usia beresiko tinggi
Tahun 2020
MEI JUNI JULI AGUS SEPT OKT NOV DES

Jumlah pasien
PEB 11 10 9 16 14 12 10 11

PEB dengan
usia bersiko 4 7 6 5 7 5 4 8

% usia resiko 36% 70% 66,6% 31,2% 50% 41,6% 40% 72,7%

Tahun 2021

JAN FEB MAR APR MEI

Jumlah pasien PEB 10 6 9 13 17

PEB dengan usia


bersiko 3 2 5 6 4

% usia resiko 30% 33,3% 55,5% 46,15% 23,52%

Dapat dilihat pada tabel 5.4 diatas bahwa pasien ibu hamil dengan PEB
paling banyak terjadi pada bulan Mei 2021 yaitu 17 orang dan usia bersiko
sebanyak 4 orang (23,52%) dan bulan agustus 2020 sebanyak 16 orang dan usia

25
beresiko sebanyak 5 orang (31,25%). Namun, usia beresiko paling banyak terjadi
pada bulan Juni 2020 dari 10 pasien PEB terdapat 7 orang yang memiliki usia
beresiko (70%).

5.1.2 Pembahasan
Definisi preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang
kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik dengan proteinuria
ditetapkan bila ekskresi protein dalam urin ≥ 5 g/24 jam atau tes urin dipstik ≥
positif 2 . Pada penelitian ini diagnosis Preeklamsia berat didapatkan berdasarkan
diagnosis yang telah ditetapkan dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
Pada penelitian ini dari 148 kasus preeklamsia berat usia beresiko
didapatkan sebanyak 44,6%, dimana usia menjadi salah satu fator risiko terjadinya
preeklamsia pada ibu. Berdasarkan teori, usia sangat mempengaruhi kehamilan
maupun persalinan. Usia yang baik untuk hamil atau melahirkan 20 sampai 35
tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi
secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau
diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karena kehamilan
pada usia ini memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan
persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua
memiliki tingkat resiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik melemah,
juga kemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti darah
tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lain. 11,15
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa dari 148 kasus preeklampsia
berat, 82 kasus (55,4%) di antaranya merupakan kelompok usia 20 – 35 tahun. Hal
ini berarti bahwa dari seluruh kasus, kelompok usia yang dominan adalah
kelompok usia 20 – 35 tahun yang bukan merupakan faktor risiko .Penelitian
yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal juga mendapatkan
hasil bahwa preeklampsia berat lebih dominan terjadi pada kelompok usia 20 – 35
tahun, yakni sebanyak 78 kasus (78%), sedangkan pada kelompok usia 35 tahun
hanya sebanyak 22 kasus (22%). Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian

26
di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal tahun 2011, dimana
preeklampsia berat didominasi pada kelompok usia 20 – 35 tahun, yakni sebanyak
52 kasus (62,5%). Begitu juga penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit
Dr. M. Djamil Padang tahun 2004 – 2005, dimana didapatkan angka kejadian
preeklampsia didominasi pada kelompok usia 20 – 35 tahun, yakni 67,68%.23
Terdapatnya perbedaan data ini dengan teori yang ada dapat disebabkan
karena perbedaan jumlah sampel pada kedua kelompok usia, dimana sampel
pada kelompok usia 20 – 35 tahun lebih banyak daripada usia beresiko.
Dari hasil penelitian ini didapatkan multigravida sebanyak 77,02%
sedangkan sisanya paritas primigravida sebanyak 22,98%. Menurut Cunningham
(2012), bahwa insiden pre-eklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan
dengan ras (etnis) juga predisposisi genetik serta lingkungan. Pada primipara
kejadian pre-eklampsia lebih besar karena terjadi perubahan hormonal dan ada
perubahan uterus karena ibu baru hamil untuk pertama kalinya. Secara teori,
primigravida lebih berisiko untuk mengalami pre-eklampsia daripada multigravida
karena pre-eklampsia biasanya timbul pada wanita yang pertama kali terpapar
vulus korion. Primigravida juga rentan mengalami stres dalam menghadapi
persalinan yang akan menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan kortisol. Efek dari
kortisol adalah meningkatkan respon simpatis, sehingga curah jantung dan tekanan
darah juga akan meningkat.11 Terdapatnya perbedaan antara hasil penelitian
ini dengan teori dapat disebabkan oleh berbagai faktor , dimana faktor risiko
preeklamsia lainnya bisa menjadi faktor pemicu terjadinya preeklamsia berat
pada ibu dengan multigravida.
Pada penelitian ini juga didapatkan usia kehamilan aterm paling banyak
yaitu 66,2%. Hal ini dikarenakan kejadian pre-eklampsia meningkat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada trimester III
kehamilan tetapi dapat terjadi sebelumnya. Pre-eklampsia adalah suatu sindroma
spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasopasme pembuluh darah dan aktivasi endotel yang ditandai dengan tingginya
tekanan darah dan kelebihan kadar protein dalam urin setelah kehamilan 20
minggu.24

27
Tindakan persalianan yang dilakukan paling banyak pada ibu dengan PEB
yaitu sectio caesaria sebanyak 70,3% dan sisanya partus spontan. Hal ini
dikarenakan Ibu hamil dengan hipertensi dikhawatirkan akan berlanjut menjadi
eklampsia, maka untuk menghindari komplikasi yang lebih berat dilakukan
tindakan untuk mengakhiri kehamilan yang salah satunya dengan sectio caesarea.2
Pada tabel 5.2 dan 5.3 juga terlihat persalinan terbanyak pada ibu PEB
dengan usia risiko yaitu jenis persalinan SC sebanyak 45 orang (68,2%) sedangkan
usia tidak beresiko sebanyak 72% dengan tindakn SC. Hal ini bisa disebabkan
penyakit penyerta ataupun penyulit kehamilan lainnya yang diderita pasien. Pasien
dengan tekanan darah yang tidak normal berpeluang hampir 5 kali menjalani sectio
caesarea dibanding pasien dengan tekanan darah normal. Pada hasil penetilian-
penelitian lain menunjukkan bahwa ibu dengan tekanan darah tinggi (hipertensi)
pada kondisinya tidak menjadi faktor langsung yang menyebabkan persalinan
sectio caesarea, tetapi ibu hamil dengan hipertensi memiliki risiko terjadinya
preklampsi/eklampsi yang menjadi indikasi persalinan sectio caesarea. Gangguan
hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan membentuk satu dari tiga trias
mematikan, bersama dengan perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab
tersering morbiditas dan mortalitas terkait kehamilan.25
Pada tabel 5.4 ibu dengan PEB paling banyak terjadi pada bulan Mei 2021
yaitu 17 orang dengan usia beresiko sebanyak 4 orang (23,52%) Namun, usia
beresiko paling banyak terjadi pada bulan Juni 2020 yaitu 7 dari 10 ibu preeklamsia
berat merupakan usia beresiko yaitu (70%). Lonjakan kasus preeklampsia pada
bulan Mei 2021 disebabkan oleh peningkatan jumlah kehamilan pada bulan
tersebut, mengingat preeklampsia tidak akan berkembang tanpa adanya
kehamilan. Sedangkan, usia beresiko paling banyak terjadi pada bulan Juni
2020 dikarenakan banyak usia beresiko melakukan kunjungan ke RSUD
Doris pada bulan tersebut.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam proses penelitian ini, ada beberapa keterbatasan yang dialami dan
dapat menjadi faktor yang agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti

28
yang akan datang dalam lebih menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini
sendiri tentu memiliki kekurangan yang perlu terus diperbaiki, antara lain:
1) Jumlah responden terbatas, tentu masih kurang untuk menggambarkan
keadaan yang sesunguhnya.
2) Penelitian ini tidak dilakukan studi analitik dan bersifat penelitian deskriptif,
sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan anatara usia beresiko dengan
kejadian PEB dalam kehamilan
3) Penurunan angka kunjungan ke rumah sakit umum akibat dampak COVID-19,
sehingga menurunkan jumlah responden.
4) Informasi terhadap data pasien yang kurang lengkap, sehingga membuat
variabel menjadi sulit untuk ditambah.

29
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini usia beresiko didapatkan sebanyak 62 pasien (44,6%)
2. Usia beresiko paling banyak terjadi pada bulan Juni 2020 dari 10 pasien PEB
terdapat 7 orang yang memiliki usia beresiko (70%).
6.2. Saran
1. Kepada petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi tentang
faktor risiko preeklampsia pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya melalui konseling maupun
penyuluhan yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu dalam
menjaga kehamilan yang sehat
2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian
dengan jangka waktu yang lebih panjang dan menggunakan sampel yang juga
lebih banyak.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Endang L A. Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia. Rakernas


Depkes FK UI. Jakarta. 2019. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 di
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/rakerkesnas
2019/SESI%20I/Kelompok%201/1-Kematian-Maternal-dan-Neonatal-di-
Indonesia.pdf
2. WHO. Maternal Mortality. 2015 Diakses pada tanggal 29 Maret 2019
di http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hasil Riset Kesehatan
Dasar Kalimantan Tengah. 2013.
4. Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Situasi Kesehatan Ibu. 2015
5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah. Palangkaraya: Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah.
2016
6. Arief R. Kematian Ibu dan Upaya-Upaya Penanggulangannya.
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. 2019. Diakses pada tanggal
18 Maret 2019 di https://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-
penanggulangannya/
7. Saifuddin AB. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC. 2009
8. Eny P. Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu Berdasarkan Lingkar
Lengan Atas Dengan Jenis BBLR. Jurnal Penelitian Kesehatan.
2016;7(1):1-2
9. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). Hypertension
in Pregnancy: The Management of Kingdom. National Institute for Health
and Clinical Excellence. 2010
10. Rekam Medik RSUD Dr Doris Sylvanus Kota Palangka Raya Provinsi
Kalimantan Tengah. 2018

31
11. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta:
EGC. 2014
12. Chung SH, Choi YS, Bae CW. Changes in the neonatal and infant mortality
rate and the causes of death in Korea. Korean Journal of Pediatrics. 2014
13. Nuning S. Hipertensi Dalam Kehamilan, Ilmu Kebidanan Ed 4. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010:53
14. Burton GJ, Wood AW, Jauniaux E, Kingdom JCP. Rheological and
Physiological Consequences of Conversion of The Maternal Spiral Arteries
For Uteroplacental Blood Flow During Human Pregnancy. 2009:473-482
15. Manuaba, et al. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan Ed 2. Jakarta: EGC. 2010.
16. Laneloh, DC. Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia
Perioperatif. Ed 1. Yogyakarta: Deepublish. 2018:4-5
17. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. 2010
18. Parker SE, Werler MM, Gissler M, Tikkanen M, Ananth CV. Placental
Abruption and Subsequent Risk of Pre-eclampsia: A Population-Based
Case–Control Study. Pediatric and Perinatal Epidemiologi. 2015;29(3):
211–9
19. Eastabrook G, Brown M, Sargent I. The origins and end-organ consequence
of pre-eclampsia. Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2011;25(4):435–
447
20. Loftin RW, Habli M, Snyder CC, Cormier CM, Lewis DF, DeFranco EA.
Late Preterm Birth. Reviews in Obstetrics and Gynecology. 2010;3(1): 10–
19
21. Srinivas SK, Edlow G, Neff PM, Sammel MD, Andrela CM, Elovitz M.
Rethinking IUGR in preeclampsia: dependent or independent of maternal
hypertension. Journal of Perinatology : Official Journal of the California
Perinatal Association. 2009;29(10): 680–4

32
22. Harmon Q, Huang L, Umbach D, Klungsoyr K, Engel S, Magnus P, et al.
Risk of Fetal Death With Preeclampsia. HHS Public Access. 2012;73(4):
389– 400.
23. Asmana, SK. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia
Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2012 – 2013.
Available on:http://jural.fk.unand.ac.id
24. Karima, NM.Hubungan faktor risiko dengan preeklamsia mataram tahun
2016. Skripsi.
25. Supriatiningsih. Hubungan antara Preeklamsia dan Persalinan Tindakan:
2013; 6(1).

33
LAMPIRAN

34
Lampiran 1. Data Mei 2020

35
Lampiran 2. Data Juni 2020

36
Lampiran 3. Data Juli 2020

37
Lampiran 4. Data Agustus 2020

Lampiran 5. Data September 2020

38
39
Lampiran 6. Data Oktober 2020

40
Lampiran 7. Data November 2020

41
Lampiran 8. Data Desember 2020

42
Lampiran 9. Data Januari 2021

43
Lampiran 10. Data Februari 2021

44
Lampiran 11. Data Maret 2021

45
Lampiran 12. Data April 2021

46
Lampiran 13. Data Mei 2021

47

Anda mungkin juga menyukai