4. Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2 (3,7) Usia >35 tahun (1,2) usia >40 tahun (1,68 nulli – 1,96 multi)
5. Riwayat khusus pasien (interval kehamilan > 10 tahun) (1,5
Penyakit ginjal (1,8)
tiap 5 tahun jarak kehamilan pertama dan kedua)
6. Penyakit autoimun (contoh: SLE (1,8), APS
(2,8))
DOSIS
ACOG: 81
mg/hari
NICE/WHO:
75 mg/hari
patofisiologi
Photopsia (flash of
light) dan atau
yang tidak membaik dengan pengobatan
skotomata (daerah
gelap/ celah pada
pandangan)
tatalaksana
TATALAKSANA
POGI, 2016
Menurunkan pelepasan presinaps neurotransmitter glutamate, blokade reseptor glutamatergik NMDA, potensiasi aksi
adenosine, meningkatkan buffering calcium oleh mitokondria, blockade masuknya klasium ke kanal voltage-gate.
diazepam
Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4
tidak dipenuhi.
Cara pemberian:
- Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120 mg/24 jam.
- Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di ruang
ICU
• Tidak ada data yang menujukkan bahwa terapi OAH antenatal perlu
dilanjutkan hanya untuk menurunkan risiko hipertensi postpartum
tapi belum ada bukti WHO (2011) merekomendasikan.
• Biasanya dilanjutkan ±2 minggu postpartum (sumber lain 6 minggu).
• Pilihan terapi postpartum: nifedipin XL, labetalol, metildopa, captopril dan
enalapril.
• NB: hipertensi pada PEB biasanya butuh 3-6 bulan untuk membaik
biasanya postpartum normotensive, tapi 3-6 hari kemudian bisa naik lagi.
• Metildopa perlu dihindari risiko depresi (ACOG 2019)
Persalinan Pasien PEB
• ACOG: persalinan tidak harus SC ditentukan berdasarkan usia
kehamilan, presentasi janin, status serviks, kondisi maternal dan fetal.
• FIGO: absent or reversed end-diastolic flow by umilical artery Doppler,
profil biofisik abnormal, gambaran gelombang A ductal SC.
Eklampsia (kejang yang terjadi pada PE)