Anda di halaman 1dari 70

MORBUS HANSEN

dr. Sylvia Marfianti, Sp.KK


Morbus Hansen / Lepra
• Penyakit infeksi menular kronik 
Mycobacterium leprae
• Manifestasinya terutama di kulit, saraf tepi,
mukosa dari saluran nafas atas dan juga pada
mata.

Penularan, kecacatan, penolakan dan


pengisolasian dari komunitas masyarakat.
Etiologi
Micobacterium Lepra

 Identifikasi awal  Dr Genhard A.Henrikh Hansen (Norwegia)


1873
 Bakteri tahan asam, gram (+), obligat intercellular , berkelompok
dan tersebar satu-satu
 Tidak dapat dikultur in vitro
 Host  manusia ( utama) , wild armadillo,
simpanse
 Tumbuh pada jaringan dingin (kulit, saraf perifer,
Mata, saluran nafas atas )
 Diluar host  bertahan hidup 9 hari
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Penularan :

 Hubungan kontak yang lama


 Melalui saluran nafas dan percikan dari
hidung
 Kontak kulit (tidak intak)
 Penularan tidak berkaitan dengan hubungan
seks, makanan, dan alat alat makan serta
pakaian
Masa tunas sekitar 2- 5 tahun
Pathogenesis
Pathogenesis
Pathogenesis
DIAGNOSIS :
Tanda Kardinal Lepra:

1. Lesi yang khas berupa makula, papula, plak,


nodule atau infiltrasi + gangguan
sensibilitas pada lesi kulit (Hipoanestesi /
Anestesi )
2. Pembesaran dan gangguan fungsi saraf
3. BTA (Bakteri tahan asam)

Diagnosis  1 dari tiga tanda kardinal


Pemeriksaan Pasien MH
ANAMNESIS
Riwayat penyakit
Kapan bercak / keluhan muncul
Riwayat kontak
Riwayat pengobatan sebelumnya
Riwayat keluhan lain : mimisan, hidung
sengau, luka tidak sembuh dan tidak nyeri,
bengkak pada tangan dan kaki
Inspeksi
 Alis madarosis
 Lagopthtalmus
 Saddle nose / hidung pelana
 Nodul infiltrate
 Bercak merah yang mengkilat, lesi punch out, permukaan kering
 Bercak putih yang kering, permukaan kasar
 Oedema pada jari-jari tangan, pada kaki dan bagian tubuh lainnya
 Periksa adanya kecacatan misalnya :
Claw hand, Mutilasi, Ulkus , Kontraktur , Drop foot , Drop hand , Atrofi
pada otot, terutama otot hipothenar dan interosseus jari 2 tangan
Alis madarosis
Plak eritematosa
Nodul infiltrate
Gambaran Klinis

Loss of sweating in
hypopigmented leprosy
Bercak putih kering macules
Gambaran Klinis
Gambaran Klinis
Gambaran Klinis

Bercak mengkilat

Lesi Punch out , Oedema ,


permukaan mengkilat
Gambaran Klinis

Madarosis, saddle nose, nodul


infiltrate, ulkus
Pemeriksaan
• Tempat harus pencahayaan terang
• Waktu pemeriksaan siang hari ( sinar matahari)
• Penjelasan pemeriksaan. Anak anak memakai
celana pendek. Orang dewasa memakai sarung
tanpa baju.
Pemeriksaan Sensibilitas

Raba  kapas dipilin


 bolpoint

Suhu  Tabung reaksi yang berisi air dingin dan


panas

Nyeri  Jarum
Pemeriksaan Rasa Raba

• s

• Pasien duduk
• Terangkan pemeriksaan yang dilakukan
• Pasien diminta menutup mata  periksa
kelainan kulit bergantian dengan kulit
normal
Pemeriksaan Suhu

 Menggunakan tabung reaksi berisi air panas dan dingin


 Menerangkan pemeriksaan
 Mata terbuka Interpretasi panas dingin
 Mata tertutup  menjelaskan sensasi panas atau dingin
pada lesi disbanding kulit normal
DIAGNOSIS :
Tanda Kardinal Lepra:

1. Lesi yang khas berupa makula, papula, plak,


nodule atau infiltrasi + gangguan
sensibilitas pada lesi kulit (Hipoanestesi /
Anestesi )
2. Pembesaran dan Gangguan fungsi saraf
3. BTA (Bakteri tahan asam)
Pemeriksaan saraf
Pemeriksaan n. auricularis magnus

• Pasien duduk berhadapan dengan


pemeriksa
• Menoleh ke samping maksimal
• 3 jari  raba n. auricularis magnus
Pemeriksaan n. ulnaris

• Pasien duduk berhadapan dengan


pemeriksa
• Tangan kanan pemeriksa memegang
lengan bawah pasien, siku ditekuk,
posisi relaks
• Jari telunjuk dan tengah kiri pemeriksa
raba n. ulnaris  sulcus nervi ulnaris
antara olecranon dan epicondiulus
medialis
• Gulirkan ringan sambil melihat mimic
pasien
Pemeriksaan n. peroneus communis

• Pasien duduk menggantung


• Pemeriksa duduk di depan pasien dengan
kedua tangan memeriksa n. peroneus
communis.
• Pertengahan betis bagian luar ke atas 
caput fibula , 1 cm posterior
• Gulirkann, lihat mimik pasien
Pemeriksaan n. tibiallis posterior

• Pasien duduk
• Raba saraf tibialis posterior di belakang
bawah malleolus medialis dengan tangan
menyilang
• Gulirkan ringan dan lihat mimik
Pemeriksaan Fungsi Motorik
N. Ulnaris

 Telapak tangan pasien menghadap ke atas,


ekstensi
 Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari
manis, tengah, dan telunjuk
 Dekat dan jauhkan jari kelingking
 Tahan posisi, dorong ujung kelingking
Pemeriksaan Fungsi Motorik
N. Medianus

 Telapak tangan pasien menghadap ke atas


 Ibu jari pasien ditegakkan ke atas sehingga tegak
lurus ( menunjuk hidung )
 Jika pasien bisa  tahan posisi
 Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari
pasien
Pemeriksaan Fungsi Motorik
N. Radialis

 Tangan kiri pemeriksa memegang punggung


lengan bawah tangan kanan pasien
 Pasien diminta menggerakkan pergelangan
tangan kanan pasien posisi terkepal ( ekstensi )
 Pertahankan posisi  tangan kanan pemeriksa
menekan ke arah fleksi
DIAGNOSIS :
Tanda Kardinal Lepra:

1. Lesi yang khas berupa makula, papula, plak,


nodule atau infiltrasi + gangguan
sensibilitas pada lesi kulit (Hipoanestesi /
Anestesi )
2. Pembesaran dan gangguan fungsi saraf
3. BTA (Bakteri tahan asam)
Pemeriksaan BTA
• Pemeriksaan BTA

Indeks Bakteriologis
Pemeriksaan BTA

Solid Fragmented
Index Morfologi
Menilai hasil pengobatan
Mengetahui resistensi obat
Klasifikasi: WHO
 Lepra Pausibasiler (PB) :
Didapatkan 2-5 lesi, dengan sediaan apus BTA
negative

 Lepra Multibasiler (MB) :


Didapatkan lebih dari 5 lesi dengan lesi yang simetris
serta sediaan apus BTA positif
Klasifikasi: WHO
Klasifikasi: WHO
MH Paubasiler
MH Multibasiler

the lesions are


typically raised
Klasifikasi: Ridley Jopling
DIAGNOSIS BANDING

Vitiligo

Dermatitis kontak

Nevus / tanda lahir


DIAGNOSIS BANDING

Pityriasis versikolor

Pityriasis alba
DIAGNOSIS BANDING

Liken simpleks kronis

Dermatitis seboroik
DIAGNOSIS BANDING

Tinea

Psoriasis vulgaris
Granuloma annulare

Diskoid Lupus Eritematosa


Penatalaksanaan
Regimen MDT WHO
Lepra Paucibasiler (PB)
Rifampicin : 600 mg sebulan sekali
Dapsone : 100 mg setiap hari
Durasi : selama 6 - 9 bulan

Lepra Multibasiler (MB)


Rifampicin : 600 mg sebulan sekali
Dapsone : 100 mg setiap hari
Clofazimin : 50 mg setiap hari dan 300 mg sebulan kali.
Durasi : selama 12 -18 bulan
Penatalaksanaan
Konseling , Informasi, Edukasi

• Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang


penyakit, terutama cara penularan dan pengobatannya.
• Keluarga  membantu memberikan motivasi dan
memonitor pengobatan pasien sehingga dapat tuntas
sesuai waktu pengobatan
• Informasi efek samping obat, informasi kemungkinan
terjadi nya reaksi kusta dan pencegahannya
• Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggota
keluarga lainnya, perlu dibawa dan diperiksakan ke
pelayanan kesehatan.
Efek Samping Obat
• Rifampicin
- Gangguan fungsi hati dan ginjal
- Erupsi kulit
- Kencing merah

• Dapson
- Dapson hypersensitivity syndrome
- Anemia

• Lamprene
- Gangguan saluran cerna
- Hiperpigmentasi pada kulit dan mukosa
- Kulit dan mukosa kering
REAKSI KUSTA

Episode akut dari perjalanan penyakit kusta


yang bersifat kronis

Ada 2 jenis reaksi lepra:


1. Reaksi tipe 1 Reaksi Reversal
2. Reaksi tipe 2  ENL / Eritema Nodusum
Leprosum
Reaksi Kusta Tipe 1 (Reversal )
Reaksi Kusta Tipe 2 (ENL )
Prinsip Penatalaksanaan Reaksi Kusta

 Istirahat
 Imobilisasi
 MDT diteruskan
 Pemberian analgetik /antipiretik
 Obati factor pencetus ( stress psikis &
fisik, Infeksi, penyakit sistemik,
malnutrisi, kehamilan )
 Pemberian obat anti reaksi
- Anti reaksi ringan: NSAID
- Reaksi Berat : Prednison , Lamprene
Kecacatan Kusta
Kecacatan Kusta
Kecacatan Kusta
Kecacatan Kusta
Kecacatan Kusta
Pencegahan Kecacatan
Kusta
• Penemuan dini kasus
• Pengobatan pasien sampai RFT
• Deteksi dini reaksi kusta  pemeriksaan rutin
• Penanganan reaksi kusta
• Penyuluhan
• Perawatan diri
• Penggunaan alat bantu
• Rehabilitasi medis

Prinsip : 3 M ( Memeriksa, Melindungi, Merawat diri )


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai