Anda di halaman 1dari 36

REFERAT

PENEGAKAN DIAGNOSIS
MORBUS HANSEN

Ibnu Fajar Sidik - 2013730148


Pembimbing: dr. Vita Noor’aini Atmadi Har tati, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR – FKK UMJ
MORBUS HANSEN
SINONIM: Lepra, Kusta

DEFINISI:
Penyakit infeksi yang kronik, dan
penyebabnya ialah Mycobacterium
leprae yang bersifat obligat
intraselular. Saraf perifer sebagai
afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke
organ lain kecuali susunan saraf
pusat.
MORBUS HANSEN

CARA PENULARAN: belum


diketahui pasti.

•Melalui kontak langsung


antar kulit yang erat dan
lama.
•Inhalasi. Sebab, M.leprae
masih dapat hidup
beberapa hari dalam
droplet.
ETIOLOGI

Kuman penyebab adalah


Mycobacterium leprae yang
ditemukan oleh G.A Hansen pada
tahun 1874 di Norwegia.

M.leprae berbentuk kuman dengan


ukuran 3-8 µm x 0,5 µm, tahan
asam dan alkohol serta gram-positif.
DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit kusta Bila kuman M.leprae masuk


didasarkan gambaran klinis, ke dalam tubuh seseorang
GEJALA KLINIS bakterioskopis, dapat timbul gejala klinis
histopatologis, dan sesuai dengan kerentanan
serologis. orang tersebut.

Bila SIS baik akan tampak


Bentuk tipe klinis
gambaran klinik ke arah -->
bergantung pada sistem
tuberkuloid, sebaliknya SIS
imunitas seluler (SIS)
rendah memberikan
penderita.
gambaran --> lepromatosa.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI ZONA SPEKTRUM KUSTA
Ridley &
TT BT BB BL LL
Jopling

Madrid Tuberkuloid Bordeline Lepromatosa

Pausibasilar Multibasilar
WHO
(PB) (MB)
Puskesmas PB MB
BAGAN DIAGNOSIS KLINIS MENURUT WHO (1995)

PAUSIBASILAR (PB) MULTIBASILAR (MB)

1. Lesi kulit - 1-5 lesi - >5 lesi


(makula datar, papul yang - hipopigmentasi/eritema - distribusi lebih simetris
meninggi, nodus) - distribusi tidak simetris - hilangnya sensasi kurang
- hilangnya sensasi yang jelas
jelas

2.Kerusakan saraf - hanya satu cabang saraf - banyak cabang saraf


(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh saraf
yang terkena).
LESI KUSTA TIPE TT
LESI KUSTA TIPE BT
LESI KUSTA TIPE BB
LESI KUSTA TIPE BL
LESI KUSTA TIPE LL
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
PENUNJANG

Pemeriksaan
Inpeksi Kulit
Bakterioskopik

Pemeriksaan
Palpasi Saraf Tepi
Histopatologik

Pemeriksaan
Serologik
CARDINAL SIGNS
Makula hipopigmentasi,
eritema + anastesi/
hipoanastesi.

Penebalan saraf
tepi + gangguan
fungsi syaraf.

Kuman batang tahan asam


(BTA) didalam kerokan
jaringan kulit (BTA +).
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
N. aurikularius magnus

N. ulnaris

N. medianus YANG PERLU


DINILAI:
N. radialis - Pembesaran
- Konsistensi
N. poplitea lateralis - Nyeri

N. tibialis posterior

N. Proneus komunis
GANGGUAN SARAF TEPI

Pembesaran saraf Kelumpuhan batang


(biasanya tidak simetris), saraf, dapat disertai
Gangguan sensorik pada
didapatkan pada dengan atau tanpa
lesi.
persarafan yang dekat inflamasi sebagai
dengan kulit. tandanya.

Gangguan sensorik, gangguan


untuk membedakan panas dan Anhidrosis pada telapak
dingin sebelum pada akhirnya tangan dan telapak kaki,
kehilangan rangsangan nyeri disebabkan oleh
atau sentuhan, biasanya dimulai gangguan saraf simpatis.
dari daerah ekstremitas.
PALPASI SARAF TEPI
N. Auricularis Magnus: Kepala menoleh
kearah yang berlawanan, teraba syaraf
menyilang M. Sternokleidomastoidius
bagian 1/3 atas dan tengah.

N. Ulnaris: Posisi tangan dalam keadaan


pronasi ringan, sendi siku fleksi, jabat
tangan penderita, raba epikondilus
medialis humerus, dibelakang dan atas
pada sulkus ulnaris. Urut kearah
proksimal untuk membedakan dengan
tendon.
PALPASI SARAF TEPI
N. Peroneus Lateralis: Penderita duduk
dalam keadaan keadaan lutut fleksi 90
derajat, raba kapitulum fibulae, kearah
bagian atas dan belakang.

N. Tibialis Posterior: Raba maleulus


medialis kaki, raba bagian posterior dan
urutkan kebawah kearah tumit.
Pemeriksaan harus dibandingkan kiri dan
kanan dalam hal besar, bentuk, seratnya,
lunaknya.
TES FUNGSI
SENSORIK
Rasa Raba

Rasa Nyeri

Perbedaan Suhu

! BANDINGKANDENGAN
KULIT YANG SEHAT.
TES FUNGSI SARAF MOTORIK
N. Ulnaris: Pemeriksa memegang digiti II, III, IV
jari tangan pada posisi supinasio, pasien
diminta merapatkan jari kelingkingnya. Jika
pasien dapat merapatkan jari kelingking,
lanjutkan memeriksa kekuatan otot, letakkan
selembar kartu diantara jari kelingking dan jari
manis, minta pasien menahannya.

N. Medianus: Pada posisi tangan supinasio,


oleh pemeriksa tangan ditahan dan ditekuk ke
belakang, minta pasien mengangkat dan
meluruskan ibu jarinya ke atas. Bila dapat
dilakukan tekan dan dorong dengan telunjuk
ibu jari tersebut dan perhatikan apakah pasien
dapat menahannya.
TES FUNGSI SARAF MOTORIK
N. Radialis: pada posisi pronasio, peganglah
pergelangan tangan pasien, kemudian mintalah pasien
mengepal dan menekukkan pergelangannya ke atas.
Bila pasien dapat melakukannya, doronglah dengan
telapak tangan pemeriksa bagian punggung tangan
pasien guna menilai kekuatan otot, perhatikan apakan
pasien dapat menahannya.

N. Peroneus Komunis: pasien dalam posisi duduk, angkat


kakinya dan pegang bagian betis pasien, kemudian mintalah
pasien menekukkan kaki ke atas. Bila pasien dapat
melakukannya, tekanlah dengan telapak tangan bagian
punggung kaki pasien guna menilai kekuatan otot. Mintalah
pasien memutar kaki tersebut kearah luar, bila pasien dapat
melakukannya tekan dengan telapak tangan pemeriksa
kearah yang berlawanan (ke dalam/arah medial). Perhatikan
apakan pasien dapat menahannya.
TES FUNGSI SARAF OTONOM
TES DENGAN PENSIL TES PILOCARPIN
TINTA (TES GUNAWAN)

Pensil tinta digariskan Daerah kulit pada


mulai dari bagian makula dan
GANGGUAN SARAF tengah lesi yang perbatasannya disuntik
OTONOM ditandai dengan dicurigai terus sampai dengan pilocarpin
adanya hipohidrosis ke daerah kulit normal. subkutan. Setelah
(gangguan berkeringat), beberapa menit
terjadi akibat atrofi pada tampak daerah kulit
yang normal
kelenjar keringat.
berkeringat,
sedangkan daerah lesi
tetap kering.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Pemeriksaan
Bakterioskopik Histopatologik

Pemeriksaan
Serologik
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK

Pemeriksaan bakterioskopik
untuk basil tahan asam •Mikroskop cahaya
•Gelas objek
(BTA) M. Leprae dilakukan
•Minyak emersi
dengan membuat sediaan •Skalpel dengan
hapusan kerokan jaringan ALAT mata pisau No. 15
kulit. •Api Bunsen
DAN
•Sarung tangan
WHO menetapkan BAHAN •Kapas alkohol
pengambilan sampel diambil •Bahan pewarna
tahan asam : Ziehl
dari daerah cuping telinga Nielsen atau
kanan dan kiri, dan dari 2-4 Kinyoun Gabett
lesi kulit lainnya.
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
1. B e r s i h ka n c up i ng tel i ng a d e ng an ka p as spesimen dengan pensil kaca
a l ko ho l d a n d ar i 2 - 4 l es i l a i n ya n g a kt if 7. Tu a n g l a r ut a n k a r b o l f u k h s in 1 %
( p l a k er ite m ato s a ) at au b il a t id a k ad a, 8. P a n a s ka n d i at as a p i b u n s e n s am p ai
p i l i h d a r i l e s i y a n g p a l in g a n e s te s i . u a p ke l u ar, j a n g a n t e r la l u p a n a s
2. J e p it d e ng a n ib u j ar i d a n j ar i te lu n ju k 9. B i a rk a n 1 5 m e n i t t a n p a p e m a n a s a n
s a m p a i p uc a t , a g a r t i d a k ke l u a r d a r a h , 1 0 . C uc i d e ng a n ai r m e ng al ir s am p ai
3. D i l a ku ka n ir i s an / s ayat d e ng a n s ka lp e l b e r wa r n a m e r a h m u d a
s e p a nj a ng 2 - 3 m m , s e j a j ar d e ng a n g ar i s 1 1 . Tua ng c a m p ur a n asam a lko ho l
l i p a t a n k u l it ( H 2S O 4)
4. P ut ar p is au 𝟗 𝟎 ° , s e h i ng g a s i s i le b ar 1 2 . C u c i d e n g a n a i r m e n g a li r
p is au d a n l et ak ka n j a r i ng a n te r s eb ut 1 3 . Tua ng l ar ut a n m et i l e n b ir u 1%
d i a t a s g e l a s o b je k d a n r a t a k a n s e l a m a 1 0 d et ik
5. S p e s i m e n d i fi k s a s i d e ng a n d i ke r i ng ka n 1 4 . C uc i d e ng a n a ir m e ng al ir dan
p ad a s u hu ka m a r at au d e ng a n ke r i n g ka n
p e m a n a s a n m e l a l ui a p i B u n s e n
6. Ta nd a i te m p at - te m p at p e ng am b il a n
PENILAIAN HASIL
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
• Gunakan mikroskop cahaya
• Gunakan pembesaran 100x
Indeks Bakteri (IB) ialah
dengan menggunakan minyak
jumlah seluruh basil yang
emersi
hidup (solid) dan yang mati
• Baca hasil dan hitung indeks
(batang yang
bakteri (IB) dan indeks
terputus/fragmented atau
morfologi (IM) dengan arahan :
berbutir granular).

Indeks Morfologi (IM) ialah


persentase jumlah basil hidup
dibandingkan dengan seluruh
basil (basil hidup dan mati).
Bentuk batang utuh (solid) Batang terputus(fragmented)
basil hidup
PEMERIKSAAN
BAKTERIOSKOPIS…

Granular

Globus

Clumps
Title
Add your
text
SKALA RIDLEY

Kepadatan BTA
tanpa
membedakan • 0: tidak didapatkan basil dalam 100
solid dan non-solid lapang pandang
pada sebuah • 1+: 1 – 10 basil/100 lapang pandang
sediaan • 2+: 1 – 10 basil/10 lapang pandang
dinyatakan • 3+: 1 – 10 basil/lapang pandang
dengan Indeks • 4+: 10 – 100 basil/lapang pandang
Bakteri (IB) • 5+: 100 – 1000 basil/lapang pandang
dengan nilai 0 • 6+: > 1000 basil/lapang pandang
sampai 6+
menurut RIDLEY.
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIK
Biopsi dilakukan sesuai indikasi. Bila ada keraguan dalam
menegakkan diagnosis penyakit, biopsy dan pemeriksaan
histopatologik merupakan pemeriksaan penunjang
pilihan.

Tipe Tuberkuloid: tuberkel dan kerusakan


saraf yang lebih nyata, tidak ada kuman atau
hanya sedikit dan non-solid.

Tipe Lepromatosa: terdapat suatu daerah


langsung di bawah epidermis yang
jaringannya tidak patologik, didapati sel
Virchow dengan banyak kuman.
TT: Terdapat satu granuloma
Gambaran sel histiosit (HE)
pada saraf kutan
Tampak basil tahan asam pada TT. Non caseating granuloma
pewarnaan ZN tampak disekitar dermis
LL: terdapat globi dalan Indeterminate leprosy: tampak
sitoplasma makrofag serbukan limfosit di dalam saraf

Indeterminate leprosy: Tampak serbukan


limfosit pada lapisan superficial dan lapisan
dalam dermis. Tampak sel epiteloid.
PEMERIKSAAN SEROLOGIK

Pemeriksaan serologik kusta didasarkan atas


terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang
yang terinfeksi oleh M.leprae.
• Antibodi yang spesifik: antibodi anti phenolic
glycolipid-1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein
16 kD serta 35 kD.
• Antibodi yang tidak spesifik: antibodi anti-
liporabinomanan (LAM) yang juga dihasilkan
oleh kuman M.tuberculosis.
PEMERIKSAAN SEROLOGIK

Kegunaan pemeriksaan serologik ini ialah dapat membantu diagnosis


kusta yang meragukan, karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas.
Pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan, diantaranya:

Uji MLPA (Mycobacterium leprae Particle Aglutination)

Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay)

ML dipstick test (Mycobacterium leprae Dipstick)

ML flow test (Mycobacterium leprae Flow Test)


DAFTAR PUSTAKA
Boedirdja, Siti Aisah. 2015. Uji Diagnosis Di Bidang Dermato-
Venereologi,. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI: Jakarta.

Rea, Thomas H; Modlin, Robert L. 2008. Leprosy. Fitzpatrick’s


Dermatology in General Medicine, Seventh Editon, Volume Two.
McGrawHill.

Wisu, I Made; Daili; Menaldi, Sri Linuwih. 2015. Kusta. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai