Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih
sayang dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Problem Based Learning
Sistem Reproduksi” sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai problem based learning pada
sistem Reproduksi.
Laporan problem based learning ini tentang “Amenore”. Pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada tutor kami :dr. H.
Ahmad Muchlis MS atas bimbingan, nasehat, bantuan serta dorongan yang sangat besar dan
berarti bagi kami selama problem based learning, sehingga laporan problem based learning ini
dapat diselesaikan.
Terima Kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua atas do’a dan dukungannya, selalu
mendampingi dan penuh pengertian memberi semangat selama kami mengikuti pendidikan di
Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan laporan problem based learning. Harapan dan do’a kiranya kebaikan dan
bantuannya yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah Yang Maha Pemurah.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melimpahkan rahmat
dan karuniaNya kepada kita semua. Amin.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul AMENOREA, mahasiswa dapat mengerti dan memahami apa yang
dimaksud dengan AMENOREA , penyebab , patofisiologi berikut penatalaksanaannya.
SASARAN BELAJAR
Skenario-6:
Seorang wanita usia 59 tahun datang ke klinik untuk konsultasi masalah menopause karena takut menderita
osteoporosis seperti yang diderita oleh ibunya. Pasien terlihat sehat dengan tinggi badan 160 cm dan berat
90 kg. Pasien mengaku bahwa dirinya sudah tidak mendapatkan haid sejak usia 50 tahun. Pasien merasa
sehat dan hasil pemeriksaan kesehatan umum menunjukkan hasil yang baik. Pasien tidak pernah berolah
raga dan memiliki kebiasaan merokok. Pasien tak pernah mencari terapi untuk mengatasi masalah
menopause. Ibu pasien meninggal pada usia 71 tahun, 3 bulan setelah menderita patah Collum Femoris
Katasulit
Katakunci
PEMBAHASAN
Terdiri dari :
4. TUBA FALLOPI
5. OVARIUM
• VULVA
Terdiri dari :
MONS PUBIS
LABIUM MAJUS
LABIUM MINUS
VESTIBULUM VAGINAE
CLITORIS
BULBUS VESTIBULI
GLD. VESTIBULARIS MAJUS
LABIUM MAJUS
LABIUM MINUS
Suatu lipatan kulit tanpa rambut
Terletak diprofunda (sisi dalam)/ditutupi Labium majus
Celah diantaranya VESTIBULUM VAGINAE
Ujung ventral + dorsal bertemu FRENULUM (Frenulum
Clitoridis dan Frenulum labiorum pudendi)
VESTIBULUM VAGINAE
Suatu celah antara Labium minus kiri & kanan
Padanya terdapat muara (dari ventral ke dorsal) :
1. Orificium Urethrae Externum (OUE) dibawah Clitoris
2. Muara Gld.Paraurethralis Skene kiri kanan OUE (homolog gld. Prostat
pria)
3. Orificium Vaginae
4. Muara Gld.Vestibularis Majus Bartholini dikiri kanan caudal Orificium
Vaginae.
5. Bagian Caudal/dorsal Vestibulum Vaginae terdapat cekungan FOSSA
NAVICULARIS
CLITORIS
Homolog dengan PENIS PRIA
Panjang ± 2,5 cm (erectio)
Terletak pada Commisura labiorum anterior dibawah Symphysis Pubis
Dibentuk oleh :
– 2 CORPUS CAVERNOSUM CORPUS CLITORIDIS
– 1 Pars intermedia BULBUS VESTIBULI GLANS CLITORIDIS
– dibungkus oleh struktur sama dengan Penis
CLITORIS
Bagian – bagiannya :
1. Glans Clitoridis
2. Corpus Clitoridis
3. Crus Clitoridis
4. Frenulum Clitoridis
5. Preputium Clitoridis
6. Glans Clitoridis ditutupi FRENULUM CLITORIDIS
CRUS CLITORIDIS ( = Radix Clitoridis )
– Melekat pada Ramus puboischiadicum
– Ditutupi M. Ischiocavernosus
BULBUS VESTIBULI
Homolog dengan BULBUS PENIS PRIA
Sepasang kantong jaringan erectil di kiri kanan Orificium Vaginae, dalam Labium Minus
Ke ventral dilateral OUE bersatu di bawah clitoris PARS INTERMEDIA Glans
Clitoridis
Ditutupi M. Bulbocavernosus
Ujung caudalnya terdapat Gld. Bartholini (homolog dengan Gld. Bulbourethralis pria)
VAGINA 1(3)
Suatu saluran fibromuscular ± 8 – 10 cm
BUKAN saluran terbuka rapat pada posisi ANT – POST sehingga terdapat DINDING
ANT –POST
Dinding Anterior > pendek terhadap Dinding Posterior
Mucosa :
– Lipatan horizontal = RUGAE VAGINALIS
– Lipatan longitudinal = COLUMNA RUGARUM (ant + post)
LETAK :
1. Dalam Cavum Pelvis
2. Sejajar Aditus Pelvis
3. Dorsal Urethra + Vesica Urinaria
4. Diventral Rectum
5. Dicaudal cervix Uteri
VAGINA 2(3)
Ujung CAUDAL VAGINA
– Suatu lubang = ORIFICIUM VAGINAE, pada Nullipara HYMEN
– Bermuara pada Vestibulum Vaginae
– Dikelilingi otot-otot dari
Diaphragma Pelvis
Diaphragma UG
Membentuk M. SPHINCTER VAGINAE
VAGINA 3(3)
Ujung CRANIAL VAGINA
– Terdapat tonjolan Cervix Uteri PORTIO VAGINALIS
– Sekeliling Portio berupa Kantong FORNIX VAGINAE (ant, post, lat)
– FORNIX POSTERIOR :
Paling luas / besar
Berhadapan langsung dengan SPATIUM RECTOUTERINA ( =
Cavum Douglasi )
UTERUS 1(4)
Suatu Organ muscular, seperti buah “PEER”
Ukuran P x L x T = 7,5 x 5 x 3-4 cm
LETAK
– Dalam cavum pelvis
– Dicranial Vagina
– Didorsal Vesica Urinaria (bagian Corpus Uteri) SPATIUM
VESICO UTERINA
– Dicranial Vesica Urinaria (bagian Fundus Uteri)
– Diventral Rectum SPATIUM RECTOUTERINA ( = Cavum
Douglasi )
UTERUS 2(4)
Posisi Uterus :
ANTEVERSI = bentuk sudut antara CERVIX UTERI terhadap
VAGINA
ANTEFLEXI = bentuk sudut antara CERVIX UTERI terhadap
CORPUS UTERI
Posisi anteflexi-anteversi, sesuai sumbu/lengkung cavum pelvis
Permukaan :
Facies Vesicalis (diventral)
Facies Intestinalis (didorsal)
Lapisan dinding (dari luar ke dalam)
1. PERIMETRIUM
2. MYOMETRIUM
3. ENDOMETRIUM
UTERUS 3(4)
Bagian-bagian:
Saluran muscular, ± 10 cm
Bagian-bagian :
Siklus ovarium
Fase folikular
Hari ke 1-8 :
Pada awal siklus, kadar FSH dam LH relative tinggi dan memacu perkembangan 10-20
folikel dengan satu folikel dominan dimana dari folikel-folikel primer mulai berkembang. Folikel
yang lain, karena tidak mendapatkan bantuan dari hormone, mengalami atrasia. Relative tingginya
kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya Estrogen dan progesteron pada akhir siklus.
Selama dan segera setelah haid kadar estrogen relative rendah tapi mulai meningkat karena terjadi
perkembangan folikel.
Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar sel
granulosa dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di ruang sentral yang
disebut antrum yang merupakan transformasi folikel primer menjadi sebuah Graafian folikel
dimana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi oleh 2 sampai 3 lapis sel granulosa yang
disebut cumulus ooforus.
Perubahan hormone: hubungan nya dengan pematangan folikel adalah ada kenaikan yang
progresif dalam produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa dari folikel yang
berkembang. Mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar estrogen meningkat,
pelepasan kedua gonadotropin ditekan (umpan balik negative) yang berguna untuk mencegah
hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel. Sel granulosa juga menghasilkan
inhibin dan mempunyai implikasi sebagai faktor dalam mencegah jumlah folikel yang matang.
Ovulasi
Hari ke-14
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti dengan protrusi dari permukaan
korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh cumulus
ooforus. Pada beberapa perempuan saat ovulaosi dapat dirasakan dengan adanya nyeri di fosa
iliaka. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya rasa sakit yang terjadi sebelum folikel pecah.
Fase Luteal
Hari ke-15 – 28
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenetrasi oleh kapilar dan fibroblast dari teka. Sel granulosa
mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormone
steroid seks, estrogen dan progesterone disekresi oleh ovarium pada fasse pasca-ovulasi.
Korpus luteum meningkatkan produksi progesterone dan estradiol. Kedua hormone tersebut
diproduksi dari precursor yang sama.
Selama fase luteal kadar hormone gonadotropin mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi
regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke-26 – 28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi,
korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh gonadotropin yang diihasilkan
oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi korpus luteum akan mengalami regresi
dan terjadilah haid. Setelah kadar hormone steroid turun akan diikuti peningkatan kadar
gonadotropim untuk inisiasi siklus berikutnya.
Siklus Uterus
Dengan diproduksinya hormone steroid oleh ovarium secara siklik akan menginduksi perubahan
penting pada uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.
Fase Proliferasi
Selama fase folikular di ovarium, endometrium di bawah pengaruh estrogen. Pada akhir haid
proses regenerasi berjalam dengan cepat. Saat ini disebut fase proliferasi, kelenjar tubular yang
tersusun rapi sejajar dengan sedikit sekresi.
Fase Sekretoris
Fase Haid
Ditandai dnegan pengeluaran darah dan sisa endomentrium dari vagina. Sewaktu korpus luteum
berdegenerasi karena tidak ada terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama
siklus sebelumnya, kadar progesterone dan estrogen darah turun drastic. Karena efek akhir
progesterone dan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang
dibuahi maka terhentinya sekresi kedua hormone ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang kaya
vascular dan nutrient ini kehilangan hormon-hormon penunjangnya.
Turunnya kadar hormone ovarium juga merangsang pembebasan suatu prostaglandin uterus yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh-pembuluh endometrium, menghambat aliran darah ke
endometrium. Penurunan penyaluran O2 yang kemudian menyebabkan kematian endometrium,
termasuk pembuluh darahnya. Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan pembuluh darah ini
membilas jaringan endometrium yang mati ke dalam lumen uterus. Sebagian besar lapisan dalam
uterus terlepas selama haid kecuali sebuah lapisan dalam yang tipis berupa sel epitel dan kelenjar,
yang menjadi asal regenerasi endometrium. Prostaglandin uterus yang juga merangsang kontraksi
ritmik ringan myometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa
endometrium dari rongga uterus yang terlalu kuat akibat produksi berlebihan prostaglandin
menyebabkan kram haid (dismenore). Hadi biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari
setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase folikular ovarium
Siklus Menstruasi
A. Fase Folikular
Hari ke 1-10
Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi
lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen .
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan hormon ini akan merangsang pertumbuhan
10 – 20 folikel namun hanya 1 folikel yang ‘dominan’ yang menjadi matang dan sisanya akan
mengalami atresia. Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi dipicu oleh penurunan kadar estrogen
dan progesteron pada akhir fase sebelumnya.
Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah namun dengan pertumbuhan folikel
kadarnya akan segera meningkat.
Hari ke 10 - 14
Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan diantara sel granulosa dan
menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga folikel primer berubah bentuk menjadi folikel
d’graaf, disini oosit menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 – 3 lapisan sel granulosa
dan disebut sebagai cumulus oophorus .
Dengan semakin matangnya folikel, kadar estrogen menjadi semakin bertambah (terutama
dari jenis estradiol) dan mencapai puncaknya 18 jam sebelum ovulasi. Dengan semakin
meningkatnya kadar estrogen, produksi FSH dan LH menurun ( umpan balik negatif ) untuk
mencegah hiperstimulasi ovarium dan maturasi folikel lainnya.
B. Fase Ovulasi
Hari ke 14
Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti protrusi permukaan
kortek ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan keluarnya oosit dan cumulus oophorus yang
melekat dengannya.
Pada sejumlah wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini menimbulkan rasa sakit sekitar
fossa iliaka yang dikenal dengan nama ‘mittelschmerz’. Peningkatan kadar estradiol pada
akhir mid-cycle diperkirakan akibat LH surge dan penurunan kadar FSH akan menyebabkan –
peristiwa umpan balik positif. Sesaat sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol secara
tiba-tiba dan peningkatan produksi progesteron.
C. Fase Luteal
Hari 15-28
Sisa folikel yang telah ruptur berada didalam ovarium. Sel granulosa mengalami luteinisasi
dan membentuk corpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari hormon steroid
seksual, estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh ovarium pada fase pasca ovulasi (fase
luteal)
Terbentuknya corpus luteum akan menyebabkan sekresi progesteron terus meningkat dan
terjadi pula kenaikan kadar estradiol berikutnya.
Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi regresi corpus luteum
pada hari ke 26 – 28. Bila terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum tidak akan mengalami
regresi oleh karena keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas.
Namun, bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum akan mengalami regresi dan
siklus haid akan mulai berlangsung kembali.
Akibat penurunan kadar hormon steroid, terjadi peningkatan kadar gonadotropin dan siklus haid
akan berlangsung kembali.
4. Patomekanisme Menopause
Menopause adalah berhentinya siklus perdarahan uterus yang teratur, merupakan satu peristiwa
dalam klimakterium. Klimakterium adalah fase fisiologis yang terjadi jika fungsi ovarium telah
mengalami regresi. Menopause biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun. Selama klimakterium,
kadar estradiol menurun dan ovarium mengecil dan akhirnya folikel juga menghilang.
Pemeriksaan mikroskopi menunjukan korteks yang menipis dan medula yang relatif menebal
akibat bertambahnya jaringan ikat fibrosa. Pembuluh-pembuluh darah pada hilus dan medula
menjadi sklerotik secara progresif. Involusi anatomis dari ovarium disertai oleh penurunan fungsi
ovulasi dan fungsi-fungsi endokrinnya. Menurunnya kadar estradiol dalam sirkulasi meningkatkan
sekresi gonadotropin oleh hipofisis melalui umpan balik negatif. Ini menyebabkan produksi FSH
yang meningkat dan terus diproduksinya LH selama beberapa tahun setelah awitan menopause.
Tanda, gejala dan perubahan fisiologik yang menyertai menopause adalah akibat menurunnya
estrogen dalam sirkulasi. Gejala-gejala menopause bisa dimulai sebelum perubahan pada siklus
menstruasi terjadi.
Gejala umum menopause adalah hot flushes (panas pada kulit), berdebar-debar, sakit
kepala, tangan dan kaki terasa dingin, mudah tersinggung, vertigo, cemas, gelisah, depresi,
insomnia, keringat waktu malam, pelupa, tidak dapat berkonsentrasi, lelah dan penambahan berat
badan.
Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya hubungan antara usia
pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopouse. Kesimpulan
dari penelitian-penelitian ini mengungkapkan, bahwa semakin muda seorang mengalami haid
pertamakalinya, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopouse.
b. Faktor psikis
Keadaan seorng wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi
perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian, mereka akan mengalami
masa menopouse lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja
atau tidak menikah dan tidak bekerja.
c. Jumlah Anak
Meskipun belum ditemukan hubungan antara jumlah anak dan menopouse, tetapi beberapa
peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau
lama mereka memasuki masa menopouse.
d. Usia melahirkan
Masih berhubungan dengan melahirkan anak, bahwa semakin tua seseorang melahirkan
anak, semakin tua ia mulai memasuki usia menopouse. Penelitian yang dilakukan Beth Israel
Deacones Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan
diatas usia 40 tahun mengalami usia menopouse yang lebih tua.Hal ini terjadi karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi bahkan, akan
memperlambat proses penuaan tubuh.
e. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi ini, khususnya alat kontrasepsi jenis hormonal. Hal ini bisa terjadi
karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi
sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki
menopouse.
f. Merokok
g. Sosial ekonomi
Meskipun data pasti belum diperoleh, dalam bukunya, Dr. Faisal menyebutkan bahwa
menopouse kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, disamping pendidikan dan
pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita yang
bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosial ekonomi (Kasdu, 2002 : 58).
6. Faktor Resiko Osteoporosis
1. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain
itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
2. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia
75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami
kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan
fungsi hormon paratiroid meningkat.
3. Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki
risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah.
Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari
hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun
rendah.
4. Keturunan Penderita osteoporosis
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang
keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen
Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang
menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang.
Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung
kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan
alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang
(osteoblas).
Malas Olahraga
Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses
pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin
banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.
Merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan
terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang.
Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen
dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi
proses pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami
hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Jika darah
sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas
menyebabkan osteoporosis baik secara langsung ataupun tidak langsung. Saat masih
berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk
tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35 tahun, efek rokok pada tulang
akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.
Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan
mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.
Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma
dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi
dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Karena, kortikosteroid menghambat
proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit
osteoporosis.
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang
dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat.
Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk
massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh
ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.
Osteoporosis adalah keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan
kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteroporosis, terjadi penurunan kualitas tulang
dan kuantitas kepadatan tulang, yang keduanya sangat menentukan kekuatan tulang.
Beberapa kondisi yang terjadi ketika tingkat hormon estrogen menurun seperti siklus remodeling
tulang berubah, pengurangan jaringan dimulai, dan tingkat absorpsi tulang menjadi lebih tinggi
daripada formasi tulang sehingga mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus
menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi. Secara normal
wanita akan mengalami menopause antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause,
wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh
bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan terus berjalan dan setiap orang seiring dengan
bertambahnya usia tidak akan lepas dari predikat tua. Dengan bertambahnya usia maka gerak-
gerik, tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa
produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh
berkurangnya hormon estrogen dan progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Sehubungan
dengan terjadinya menopause pada lansia maka biasanya hal itu diikuti dengan berbagai gejolak
atau perubahan yang meliputi aspek fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan si lansia tersebut.
Fisik
Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku
dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada
bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening,
kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan
fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
c. Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya
adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan
kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri
pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan
seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa
frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat
batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
d. Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan
terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di
bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini
menjadi lebih permanen dan jelas (Hurlock, 1992)
f. Sulit Tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya
dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain.
h. Kerapuhan Tulang
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan
tulang). Osteoporosismerupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan
bagi yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita
kehilangan 1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri
persendian), tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton
(1984:35) memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses
menua. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang
terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali
kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
j. Penyakit
Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik
ada 2 (dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya
kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di
dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan
seperti stroke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang
yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu
menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih
umum terjadi pada wanita yang telah melampaui masa menopause.
Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang
dapat menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama
berjangkit pada wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan
vagina setelah persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid.
Sementara kanker indometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45
tahun, yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang
mempunyai kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya
adalah pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih
kental dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir dalam menopause.
Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam
kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan
pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang
lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik,
sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan
spiritual dalam kehidupan lansia.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar
tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia
yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak
dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi
reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause yaitu:
a. Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada
hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.
b. Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas.
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke
luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh
larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya
bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan
semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas,
meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu
yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya.
Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja
sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir
namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut
Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah,
perasaan sangat tegang. Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir,
sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat
sensitif, merasa tidak berdaya.Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti :
menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari
kenyataan. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan
yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti
: berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara
alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya.
Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar
melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau
ancaman.
Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk
mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak
sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah
klinis.
c. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan
marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan
dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang
berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku
orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai
menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia
menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak
ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan
kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.
Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan
dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana
individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang
kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi
pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi
kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.
Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana
perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya
ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat
psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk
keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.
e. Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26%
wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan
mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan
menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua
kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan
daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon
terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan
tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau
proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.
Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Marie
Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :
Mungkin masih ada gejala-gejala fisik maupun psikologis lain yang menyertai menopause. Gejala-
gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut diharapkan lansia dapat mengerti
apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak keluarga pun diharapkan dapat
merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa dikucilkan atau disia-siakan. Mari
kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai gejala fisik maupun psikologis sehingga
tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu mereka.
Merokok
Dengan merokok,hormone estrogen dalam tubuh akan menurun dan akan mudah mengalami
kehilangan masa tulang. Hal tersebut yang menyebabkan kebiasaan merokok sejak dini pada
wanita akan lebih awal untuk mengalami menopause . Wanita perokok akan lebih cepat memasuki
masa menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok. Efek nikotin
terhadap regulasi dan metabolisme hormon sex juga diduga berpengaruh dalam menimbulkan
menopause lebih awal ini. Oleh karena asap rokok mempunyai efek anti estrogenik, maka banyak
terjadi yang diakibatkan defisiensi estrogen dan penurunan resiko terjadinya penyakit akibat kadar
tinggi estrogen. Penelitian menunjukkan adanya perbedaan metabolisme estrogen secara berbeda
dibanding wanita yang tidak merokok. Perokok akan lebih banyak menghasilkan 2 hidroxy
estradiol yang mempunyai aktifitas estrogenik lebih rendah, sedangkan yang tidak merokok lebih
banyak menghasilkan estriol yang mempunyai aktifitas estrogenik yang tinggi.
Akitifitas Fisik
gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang olahraga dan kurang konsumsi kalsium. Semakin
menurun aktifitas fisik seseorang atau imobilisasi yang disertai penyangga berat badan merupakan
stimulus penting bagi reabsorbsi tulang. Beban fisik yang terintergrasi merupakan penentu dari
puncak massa tulang. Aktifitas fisik juga dapat membantu meningkatkan hormone estrogen ,
namun jika seseorang tidak pernah berolahraga maka kemungkinan akan mengalami defisiensi
hormone estrogen yang dapat mempercepat menopause lebih awal.
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah masalah tulang yang paling menonjol , berkurangnya massa tulang sengan
rasio mineral terhadap matriks yang normal , menyebabkan peningkata kejadian fraktur dan
kejadiannya 4 kali lebih pada perempuan dibandingkan dengan laki laki . Banyak faktor yang
berpengaruh terhadap osteoporosis antara lain :
1. Faktir patofisologik : umur, ras , kekurangan estrogen , berat badan , dan berbagai penyakit
2. Fakotor lingkungan :
Diet : rendah kalsium rendah vitamin D, kelebihan kafein tetapi rendah kalsium , kelebihan
alkohol
Obat obatan : heparin , antikolvusan , tiroksin , kortikosteroid
Gaya hidup : merokok , kurang gerak
Tulang adalah organ yang sangat aktif , mempunyai proses berkelanjutan yang disebut remodelling
tulang , yang melibatkan reasorpsi (aktivitas osteoklastk ) dan formasi (aktivitas osteoblastik )
yang konstan . Osteoblas ataupun osteoklas berasal dari progenitor progenitor sumsum tulang
,osteoblas dari sel sel mesenkimal , dan osteoklas dari turunan sel darah putih hematopoietik .
Sitokin terlibat dalam proses perekembangan ini , sebuah proses yang diregulasi oleh steroid
steroid seks . Penuaan dan hilangnya estrogen , keduanya menyebabkan akifitas osteoklastik
berlebihan . Penurunan asupan dan absorbsi kalsium menurunkan kadar kalsium terionisasi dalam
serum . Hal ini menstimulasi sekresi hormon paratiroid (PTH ) untuk memobilisasi kalsium dari
tulang melalui stimulasi langsung pada aktivitas osteoklastik . Peningkatann PTH juga
menstimulasi produksi vitamin D untuk meningkatkan absorbsi kalsium usus . Defisiensi estrogen
berhubungan dengan responsivitas tulang yang lebih besar terhadap PTH . Kadar PTH berapa pun
, lebih banyak kalsium yang diambil dari tulang, meningkatkan kalsium serum , yang pada
gilirannya menurunkan PTH dan menurunkan vitamin D serta absorbsi kalsium oleh usus .
Kerangka tulang terdiri dari 2 macam . Tulang Kortikal (tulang rangka perifer ) , tulang trabekular
(tulang rangka aksial ) : kolum vertebralis , panggul , femur proksimal . Risiko fraktur akibat
menopause tergantung kehilangan massa tulang trabekular serta kehilangan massa tulang total 1-
1,5% pertahun .
Gejala klinis
Tanda dan gejala osteoporosis pascamenopause meliputi nyeri punggung , penurunan tinggi badan
dan mobilitas , fraktur pada korpus luteum vertebrata , humerus , femur atas , lengan atas sebelah
distal , dan iga . Nyeri punggung adalah gejala klinis mayor dari fraktur .
Terapi
Terapi hormon dengan estrogen atau kombinasi progesteron dan estrogen pasca menopasue adalah
pilihan yang harus dipertimbangkan oleh hampir semua perempuan sebagai bagian yang penting
dari program kesehatan preventif .
c. Atrofi Urogenital
Berkurangnya estrogen mengakibatkan perubahan pada jaringan kolagen , epitel dan berkurangnya
hialuronidase yang menyebabkan cairan ekstraseluler berkurang . Kekakuan sendi pada
menopasue sering dianggap tidak berhubungan dengan defesiensi hormon . berkurangnya kolagen
dan hialuronidase pada kulit akan menyebabkan berkurangnya airan darah pad akulit sehingga
produksi sebum dari kelenjar akan berkurang maka penampakan kulit akna pada menopasue akan
keriput dan kasar . Dampak yang di timbulkan pada traktur urogenital akibat kekurangan estrogen
antara lain vaginitis , senilis , kering pada vagina , keputihan , perasaan perih dan terbakar pada
vulva , perasaaan panas dan perih pada saat miksi (infeksi saluran kemih ) , dispareunia dan dapat
terjadi prolapsus uteri . Masalah ini merupakan maslaah utama pada perempuan menopasue usia
75 tahun dan terdapat 50% pada usia 60 tahun .
d. Diabetes Mellitus
Meski menopause adalah sesuatu yang alami, menurut spesialis gizi Dr. Melani, Sp.G,
perubahan yang terjadi pada wanita saat menopause sering berkaitan dengan gizi. Antara lain, berat
badan bertambah karena aktivitas berkurang sehingga pengeluaran energi pun berkurang. Lemak
juga meningkat, sehingga lingkar perut dan panggul bertambah lebar serta kolesterol naik.
Bagaimana agar terhindar dari osteoporosis , bagaimana pola makan yang sehat? Menurut Melani,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup. Melani mengingatkan bahwa kebutuhan dua hal
tersebut berbeda pada tiap orang, tergantung berat, tinggi badan, usia dan aktivitasnya. Kalsium,
misalnya, bisa diperoleh dari susu, keju, yogurt, ikan kering yang dimakan seluruhnya beserta
tulangnya (antara lain ikan teri), sereal, kacang-kacangan dan hasil olahannya (misalnya tahu
dan tempe). Dalam sejumlah makanan, tutur Melani, ada zat isoflavon yang tugasnya mirip
estrogen yang bisa didapat antara lain dari kacang-kacangan.
2. Tak hanya sekadar cukup, tapi jenisnya pun harus diperhatikan. Penuhi kebutuhan karbohidrat.
Juga, batasi mengonsum lemak. Sebaiknya, hanya gunakan lemak dengan asam lemak tak
jenuh.
3.Tambahkan vitamin dalam menu sehari-hari. Vitamin yang diperlukan antara lain:
a. Vitamin A, C dan E untuk antioksidan. Vitamin A dapat diperoleh dengan mengonsum hati,
kuning telur, susu dan mentega. Sedangkan dari tumbuhan, vitamin ini bisa diperoleh lewat
sayuran warna hijau, jingga dan buah seperti tomat. Sedangkan vitamin E banyak didapat
lewat kacang-kacangan, sayur dan buah.
b. Vitamin D untuk penyerapan kalsium yang terdapat pada kuning telur, hati, mentega dan
keju.
Bab III
KESIMPULAN
Referensi :
Editor ketua, Hanifa Wiknjasastro. 2009. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol.2. Jakarta: EGC
Wright Jill.2001.menopause.herbalhealt;UnitedKingdom
Sheerwood, lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Referensi : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39078/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2008-noviprihat-178-3-bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21262/4/Chapter%20II.pdf