ENDOMETRIUM
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Alfandi (21119047)
2. Aurellia Zafirah Abeer Jacinda (21119050)
3. Putri Juliantri (21119075)
4. Tri Agung Saputra (21119087)
5. Sri Utami (21119085)
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas dari dosen MATERNITA II Makalah ini
membahas tentang “PENYAKIT KEGANASAN REPRODUKSI : CA
ENDOMETRIUM” Semoga dengan makalah yang kami susun ini, kita sebagai
mahasiswa dapat menambah dan memperluas pengetahuan.
Kami mengetahui makalah ang kami susun ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk dapat
membangun kami dari yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfat bagii kita,
akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Kanker Endometirum ?
C. TUJUAN PENULISAN
D. MANFAAT
Agar pembaca dapat memahami apa pengertian, penyebab serta factor
penyebab dari Kanker Endometrium.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Endometrium
Korpus uteri dibagi atas tiga bagian yaitu endometrium, myometrium, dan
perimetrium. Perimetrium ke arah lateral melanjut sebagai ligamentum, ke
anterior melanjut ke vesica urinaria, dan ke posterior melanjut ke rectum.
Endometrium merupakan bagian dari korpus uteri yang membatasi cavum
uteri dengan myometrium. Endometrium ini mempunyai tiga fungsi penting, yaitu
sebagai:
Tempat nidasi
Tempat terjadinya proses haid
Petunjuk gangguan fungsional dari steroid seks.
Pada usia reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, endometrium
mengalami berbagai perubahan siklik yang berkaitan dengan aktivitas ovarium.
Endometrium terdiri dari dua lapisan , yaitu lapisan basal dan lapisan fungsional.
Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron, endometrium akan
dimatangkan dan kemudian akan terlepas secara teratur setiap bulannya sebagai
menstruasi. Perubahan kandungan salah satu hormon tersebut di dalam darah akan
memberikan perubahan pada endometrium. Dikatakan endometrium sangat
sensitif terhadap perubahan kadar estrogen ataupun progesteron. Hal ini yang
menyebabkan endometrium dapat digunakan untuk menilai kualitas kandungan
kadar kedua hormon tersebut, secara tidak langsung.
Penilaian kadar estrogen dan atau progesteron dilakukan dengan memeriksa
struktur histologik endometrium. Penilaian tersebut dilakukan pada kasus-kasus
infertil dalam upaya menemukan salah satu penyebab kemandulan. Untuk
penilaiannya maka kerokan endometrium dilakukan beberapa jam sebelum
menstruasi. Di samping menetapkan waktu tersebut cukup sulit serta untuk
menghindari kerokan pada telur yang telah nidasi, maka kerokan dilakukan
beberapa jam pada hari pertama menstruasi. Apabila kadar progesteron cukup,
maka pada waktu itu diharapkan endometrium dalam fase sekresi akhir yang
lengkap, sesuai dengan hari ke-14 setelah ovulasi. Perlu diingat bahwa patokan
5
siklus menstruasi adalah 28 hari. Apabila struktur histologik endometrium tidak
sesuai dengan yang diharapkan, misalnya menunjukkan fase sekresi pertengahan,
maka dikatakan bahwa penderita mempunyai kadar progesteron yang kurang.
Makin jauh kenyataan gambaran histologiknya dibandingkan gambaran yang
diharapkan, maka makin sulit kemungkinan hamilnya.
Secara umum struktur histologik endometrium dibagi atas fase proliferatif
(permulaan, pertengahan, dan akhir), ovulasi yang kemudian langsung masuk ke
fase sekresi (permulaan, pertengahan, dan akhir), dan diakhiri dengan fase
menstruasi. Jarak waktu yang dipakai sebagai pegangan untuk penilaian ini ialah
28 hari antara dua menstruasi. Begitu pelepasan endometrium berhenti pada akhir
menstruasi dan sebelum proliferasi terjadi maka terjadi proses regenerasi.
Penilaian fase endometrium didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu:
1. Banyaknya mitosis sel epitel kelenjar
2. Banyaknya susunan semu berlapis sel epitel kelenjar
3. Banyaknya vakuolisasi basalis epitel kelenjar
4. Banyaknya sekresi kelenjar
5. Kesembaban stroma endometrium
6. Terjadinya reaksi pseudo atau pre-desidua stroma endometrium
7. Banyaknya mitosis sel stroma endometrium
8. Banyak sebukan lekosit dalam stroma endometrium.
6
Perubahan-perubahan endometrium setiap kriteria tersebut, berkaitan dengan
fase-fase endometrium dapat dilihat pada grafik.
7
yang padat. Pengaruh estrogen mulai tampak pada fase pertengahan (sampai hari
ke-10). Endometrium tampak menebal karena stroma yang edema. Kelenjar mulai
tumbuh berkelok-kelok, berepitel torak selapis dengan bagian yang mulai berlapis.
Pada fase akhir proliferatif stroma mulai berkurang edemanya, sedang kelenjar
terus tumbuh, sehingga bentuknya lebih berkelok-kelok. Karena tebal
endometrium terbatas dan kelenjar tumbuh terus, maka sel epitel menjadi seperti
bertumpuk-tumpuk di mana setiap sel masih melekat pada membran basal
(pseudostratified).
8
melakukan kerokan endometrium yang kemudian penentuan diagnosis dilakukan
secara pemeriksaan histopatologik. Dengan materi kerokan yang cukup, maka
diagnosis perdarahan dapat ditegakkan. Untuk mengevaluasi perubahan
endometrium perlu dilakukan kerokan. Berbagai penyebab perdarahan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu perdarahan karena penyakit sistemik,
kelainan fungsional, kelainan lokal. Dua kelainan terakhir, biasanya dapat
ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan histopatologik kerokan
endometrium. Kelainan fungsional yang berkaitan dengan perubahan hormonal,
banyak ditemukan.
Kelainan fungsional misalnya: disfungsi ovarium, tumor ovarium yang
memproduksi hormon, dan pemberian hormon dari luar (pil KB). Kelainan lokal
misalnya pada endometrium: radang, abortus, polip, tumor, dan benda dalam
cavum uteri (IUD). Pada miometrium: myoma, radang, dan adenomiosis.
B. Neoplasma Endometrium
Neoplasma Jinak
Neoplasma jinak endometrium yang sering ditemukan ialah polip
endometrium. Sedangkan yang berasal dari pembuluh darahnya jarang ditemukan.
Bentuk polip sendiri dapat pula ditemukan pada hyperplasia glandularis
endometrii ataupun adenocarsinoma endometrium.
Keluhan biasanya adalah perdarahan melalui vagina, sehingga kadang-
kadang klinikus mendiagnosis sebagai perdarahan disfungsi. Tumor dapat tunggal
atau multiple bertonjol-tonjol mengisi cavum uteri. Lokasi biasanya dekat fundus
dan kornu uterus.
Mikroskopik
Memberi gambaran sebagai pertumbuhan polipoid mukosa endometrium
dengan stroma oedema, pembuluh darah bertambah dan melebar. Kelenjar
endometrium sebagian tampak melebar dengan epitel yang hiperplastik.
9
Hiperplasia endometrium
Tanpa atipia – 1% menjadi Ca, 80% regresi spontan
Dengan atipia
Simpleks – 8% menjadi Ca
Kompleks – 29% menjadi Ca
Ca in situ – “borderline diagnosis”, kontroversial
Saran: histerektomi
Pemberian progestin: 50-94% relaps
Neoplasma Ganas
Tumor ganas endometrium, pada dekade terakhir ini menunjukkan kenaikan
insidensinya, terutama di negara-negara yang telah mencapai kemajuan.
Peningkatan program penanggulangan kanker serviks uteri (misalnya program pap
smear), disertai makin tingginya umur harapan hidup, maka kanker serviks akan
mengurang jumlahnya dan kanker endometrium akan naik. Perbandingan age
standardized cancer incidence rate (kanker serviks uteri dibanding endometrium)
ialah 8,2:1. Umur yang ditemukan sebagian besar setelah umur 45 tahun.
Adenokarsinoma merupakan tumor ganas yang paling banyak ditemukan diantara
berbagai jenis tumor ganas endometrium3.
C. Carcinoma Endometrium
Ditemukan paling banyak pada wanita berusia di atas 45 tahun. Keluhan
biasanya berupa perdarahan yang tidak teratur baik meno maupun metroragi, atau
kadang-kadang perdarahan pada waktu menopause.
Salah satu faktor yang memegang peran terjadinya proses ganas ini ialah
stimuli estrogen yang berlebihan untuk jangka waktu yang lama4,5.
Nama Lain
Carcinoma corpus uteri, Adenocarcinoma endometrium, Adenocarcinoma corpus
uteri.
10
Definisi
Keganasan sel-sel epithelial pada korpus uteri (terutama bagian
endometrium), satu di antara kanker ginekologi yang paling sering, terutama
menyerang wanita pascamenopause; gejala yang sering terjadi adalah perdarahan
per vaginam abnormal. Karsinoma ini terdiri dari berbagai tipe keganasan dari
yang menginvasi lokal sampai yang bermetastasis.
D. Klasifikasi Morfologi
Endometrioid adenocarcinoma
o Usual type
o Variant
Villoglandular or papillary
Secretory
With squamous differentiation
Mucinous carcinoma
Papillary serous carcinoma
Clear cell carcinoma
Squamous carcinoma
Undifferentiated carcinoma
Mixed carcinoma
E. Mucinous Carcinoma
Sekitar 5% carcinoma endometrium memiliki gambaran mucinous yang
predominan di mana lebih dari setengah tumor terdiri dari sel dengan mucin
intrasitoplasmik. Kebanyakan tumor memiliki arsitektur glandular yang
berdiferensiasi baik; karakteristiknya mirip dengan dengan common endometrioid
carcinoma dan prognosisnya baik. Hal ini penting untuk membedakan mucinous
carcinoma dari endometrium dengan endocervical adenocarcinoma.
Gambaran carcinoma endometrium primer terdiri dari jaringan endometrium
normal, adanya foamy endometrial stromal cell, adanya metaplasia squamosa,
atau adanya typical endometrioid carcinoma area. Hasil positif pewarnaan
11
perinuclear immunohistochemical dengan vimentin menandakan tumor berasal
dari endometrium.
12
G. Clear Cell Carcinoma
Jenis clear cell carcinoma terhitung <5% dari seluruh carcinoma
endometrium. Clear cell carcinoma biasanya memiliki gambaran histologik
campuran, meliputi gambaran papiler, tubulokistik, glandular, dan tipe solid. Sel
memiliki inti atipikal dan sitoplasma yang jernih atau eosinofilik.
Clear cell carcinoma terjadi pada wanita dengan usia lanjut dan merupakan
jenis carcinoma endometrium yang sangat agresif; prognosisnya sama atau lebih
buruk daripada papillary serous carcinoma. Invasi myometrium dan LVSI penting
sebagai indicator untuk menentukan prognosis.
H. Squamous Carcinoma
Squamous carcinoma pada endometrium jarang terjadi. Beberapa tumor
merupakan tumor sejati, tetapi kebanyakan memiliki beberapa kelenjar. Squamous
carcinoma sering disertai dengan cervical stenosis, inflamasi kronik, dan pyometra
saat didiagnosis. Tumor ini memiliki diagnosis yang buruk dengan perkiraan 36%
survival rate pada pasien dengan stadium I.
13
J. Klasifikasi Berdasarkan Stadium Pembedahan
Stadium Keterangan
Stadium IA Tumor terbatas pada endometrium
Stadium IB Invasi kurang dari ½ bagian miometrium
Stadium IC Invasi lebih dari ½ bagian miometrium
Stadium IIA Tumor hanya menginvasi kelenjar
endoserviks
Sadium IIB Tumor menginvasi stroma serviks
Stadium IIIA Tumor menginvasi lapisan serosa dan atau
ke adneksa dan atau ditemukannya sel
ganas pada bilasan peritoneum
Stadium IIIB Tumor menginvasi ke vagina
Stadium IIIC Tumor bermetastasis pada kelenjar getah
bening pelvik dan atau paraaorta
Stadium IVA Tumor menginvasi mukosa vesika urinaria
dan atau rektum
Stadium IVB Tumor dengan metastasis jauh
G1 Gambaran pertumbuhan nonskuamosa atau
nonmorular padat 5% atau kurang,
diferensiasi baik
G2 Gambaran pertumbuhan nonskuamosa atau
nonmorular padat 6%-50%, diferensiasi
sedang
G3 Gambaran pertumbuhan nonskuamosa atau
nonmorular padat lebih dari 50%,
diferensiasi buruk
14
K. Klasifikasi UICC
L. Makroskopik
Dikenal dua bentuk yaitu:
a. Difus/ merata: pada bentuk ini seluruh atau hampir seluruh permukaan
endometrium terkena. Endometrium menebal, bentuk menyerupai polyp,
berbenjol-benjol, dengan bagian nekrosis dan ulseratif. Cavum uteri terisi
oleh massa tumor, sehingga uterus membesar, tidak simetris. Pada
pertumbuhan lanjut, terjadi penembusan ke dalam miometrium sampai ke
peritoneum dan akan memberikan tonjolan-tonjolan sampai di permukaan
uterus;
b. Polipoid/terbatas: tumor mengenai sebagian kecil dari endometrium dan
terbatas, yang sering berbentuk polip. Tumor kadang-kadang sangat kecil
tetapi sudah diikuti penembusan ke dalam miometrium. Karena lokasi
yang terbatas, maka pada waktu dilakukan kuretase, semua massa tumor
terambil. Akibatnya apabila dilakukan pemeriksaan hasil histerektomi,
maka tidak ditemukan lagi struktur tumor ganasnya. Dibanding dengan
bentuk difus, maka jenis terbatas mempunyai prognosis yang lebih baik.
15
Gambar 2.2 Uterus dengan Tumor Endometrium
Mikroskopik
Arsitektur
o Jumlah kelenjar bertambah
o Bentuk atypis
o Disertai hyperplasia adenomatous
o Pembentukan papil-papil.
Perubahan tiap sel
o Tidak matang
o Dediferensiasi
o Hyperchromasi
o Aktivitas mitosis
Pada adenokarsinoma berdiferensiasi baik, struktur kelenjar terlihat masih
dalam kondisi yang baik, berisi sedikit mucus. Sel epitel tersusun berlapis semu
atau berlapis-lapis disertai pertumbuhan papiliferum ke dalam lumen kelenjar. Inti
besar, pleiomorfik, dengan beberapa nucleoli, hiperkromatik, sitoplasma
berkurang. Pada beberapa tempat kelenjar tersusun sangat berdekatan tanpa
stroma di antaranya, yang sering diikuti membran basalis yang tidak utuh lagi.
Pada yang berdiferensiasi jelek, terlihat sel tumor bentuk bulat lonjong tersusun
padat. Di beberapa tempat membentuk struktur kelenjar yang imatur sebagai
bentuk rosette.
16
Pada yang berdiferensiasi moderat kedua macam bentuk kelenjar tersebut di
atas dapat ditemukan dalam satu sediaan. Bila metaplasia ditemukan pada
sebagian epitel kelenjar, maka disebut sebagai adenoakantoma. Adenokarsinoma
berdiferensiasi baik mempunyai prognosis lebih baik dibanding berdiferensiasi
jelek (imatur).
Adenokarsinoma in situ masih merupakan perdebatan. Sangat sulit untuk
membedakannya dengan hyperplasia endometrium atipik10,11,12.
17
Gambar 2.6 Histopatologi SCC
18
Gambar 2.7 Metastase ke Pancreas
19
M. Etiologi
Penyebab carcinoma endometrium belum diketahui secara pasti namun
umumnya disebabkan oleh perangsangan estrogen pada endometrium tanpa
halangan periodik dari progesteron.
Hiperestrogenisme: DM, HT, SOPK, obesitas, estrogen eksogen
Tamoxifen: anti estrogen, tapi memiliki efek estrogenik
Risiko meningkat bila didapatkan keganasan ovarium/kolon/mammae
pada RPK
N. Patogenesis
Estrogen yang berlebihan diasosiasikan dengan faktor risiko yang
berhubungan dengan carcinoma endometrium. Estrogen yang berlebihan
menyebabkan stimulasi yang terus-menerus pada endometrium, yang dapat
menyebabkan hyperplasia endometrium. Wanita dengan hyperplasia tetapi tanpa
penemuan sitologik atipikal digolongkan menjadi hyperplasia simple atau
kompleks pada basis arsitektur selular yang memiliki risiko yang rendah terkena
carcinoma uterus.
Obesitas merupakan salah satu dari risiko terkena carcinoma endometrium.
Perkembangan kanker pada wanita obese dipercaya dimediasi oleh estrogen
endogen, melalui konversi androstenedione menjadi estrogen oleh enzim
aromatase pada jaringan lemak. Menarche awal dan menopause terlambat,
keduanya merupakan faktor risiko carcinoma endometrium, terutama sejak
memanjangnya paparan estrogen pada endometrium.
Dua puluh persen wanita dengan kanker endometrium adalah premenopause,
lima persennya kurang dari 40 tahun. Kebanyakan wanita muda dengan carcinoma
endometrial adalah obese atau memiliki kadar estrogen endogen yang tinggi
karena mereka mengalami anovulasi kronik, seperti polycystic ovarian syndrome.
Adapun kadar serum estrogen dan progesteron meningkat menjelang kehamilan,
progesteron adalah hormon pada kehamilan yang predominan. Kehamilan
melindungi dari carcinoma endometrium dengan menginterupsi stimulasi
endometrium berlanjut oleh estrogen. Nulliparitas merupakan faktor risiko
carcinoma endometrium.
20
Tamoxifen adalah antiestrogen sintetik (estrogen antagonis) yang digunakan
pada terapi carcinoma mammae. Di samping itu, tamoxifen juga memiliki efek
estrogenik (agonis) pada endometrium dan meningkatkan risiko carcinoma
endometrium.
21
Gambar 2.9 Patogenesis Ca Endometrium II
22
Hubungan Estrogen dengan Kejadian Adenocarsinoma Endometrium
23
Hubungan antara Tumor Endometrium dan Tumor Ovarium
Pada umumnya, baik tumor ovarium maupun tumor endometrium
merupakan endometrioid adenocarcinoma yang berdiferensiasi baik pada stadium
awal. Pasien seringnya merupakan pasien premenopause atau menopause dengan
perdarahan uterus abnormal (abnormal uterine bleeding). Kanker ovarium
biasanya ditemukan secara tidak sengaja dan terdiagnosis pada stadium awal.
Sebanyak 29% pasien dengan endometrioid ovarian adenocarcinoma juga
berhubungan dengan kanker endometrium. Studi imunohistokimia, flow
cytometry, dan pemeriksaan gambaran DNA molecular untuk mendeteksi
hilangnya heterozigositas mungkin dapat membantu membedakan mana yang
merupakan tumor independen dan mana yang merupakan hasil metastasis, tetapi
diagnosis banding juga dapat ditentukan dari kriteria klinis konvensional dan
kriteria patologik.
O. Faktor Risiko
Menopause terlambat
Wanita yang menopause sesudah umur 52 tahun akan terjadi peningkatan
risiko sebesar 2,4 kali untuk terjadinya carcinoma endometrium. Di
samping itu carcinoma endometrium dapat terjadi pada wanita
premenopause dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada beberapa
observasi ternyata bahwa adenocarcinoma sering terjadi pada wanita yang
mengalami menopause yang terlambat. Seperti diketahui siklus pada masa
menopause biasanya anovulatoar di mana lebih banyak pengaruh estrogen.
Obesitas
Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan risiko carcinoma
endometrium sebesar 20-80%. Wanita yang mempunyai kelebihan berat
badan 11-25 kg mempunyai peningkatan risiko 3 kali dan 10 kali pada
wanita yang mempunyai kelebihan berat badan >25 kg.
Diabetes mellitus
Didapati peningkatan risiko sebesar 2,8 kali pada wanita penderita
diabetes mellitus untuk terjadinya carcinoma endometrium.
24
Hipertensi
Sebesar 25-75% penderita carcinoma endometrium mengidap hipertensi.
Nulliparitas
Pada wanita nulliparitas dijumpai peningkatan risiko sebesar 2-3 kali.
Polycystic ovarian syndrome
Dalam anamnesis pernah dikuret.
Sterilitas atau subfertilitas.
Ras
Ras Kaukasia lebih sering terkena daripada orang Negro.
Carcinoma colorectal
Wanita dengan riwayat penyakit pernah menderita carcinoma colorectal
memiliki risiko lebih besar untuk terkena carcinoma endometrium.
Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena carcinoma endometrium.
Usia
Wanita berumur di atas 50 tahun atau wanita yang sudah menopause lebih
berisiko terkena carcinoma endometrium.
Tidak memiliki anak atau tidak pernah menikah
Kastrasi
Kadang-kadang ditemukan kasus adenocarcinoma pada wanita-wanita
yang telah mengalami oophorectomy bilateral.
Feminizing Ovarian Tumors
Sering kali tumor sel granulosa dapat memproduksi estrogen disertai
dengan adenocarcinoma (15-20%).
Bloody menopause
Adenocarcinoma sering juga didahului oleh menstruasi pada masa
premenopause yang berlebihan sehingga memerlukan kuretase.
Penyakit kandung empedu
Didapati peningkatan risiko sebesar 3,7 kali terjadinya carcinoma
endometrium.
25
Merokok
Terjadinya peningkatan risiko carcinoma endometrium sebesar 30% pada
wanita perokok. 1 pak sehari, +30% risiko
Tamoxifen
Pada wanita pengguna tamoxifen akan terjadi peningkatan risiko
carcinoma endometrium sebesar 2-3 kali.
Pemakaian estrogen eksogen
Pada wanita menopause yang mengkonsumsi estrogen akan terjadi
peningkatan risiko carcinoma sebesar 4,5-13,9 kali. Telah banyak
ditemukan kasus-kasus adenocarcinoma yang terjadi pada wanita-wanita
yang diberi terapi estrogen untuk jangka waktu yang lama. Walaupun
belum ada bukti yang nyata, banyak ahli yang tidak menyukai pemberian
yang terlalu lama.
Percobaan Binatang
Kelinci diberi suntikan estrogen, timbul adenocarcinoma. Setelah
dihentikan, adenocarcinomanya tetap ada dan mengadakan metastase.
26
tampaknya benigna. Tetapi acanthosis yang terjadi bersama-sama dengan
carcinoma corpus adalah maligna. Dari mana asalnya sel gepeng ini belum jelas12.
Ada beberapa teori:
Berasal dari sel reserve yang terletak pada batas epitel
Metaplasia langsung dari sel-sel endometrium
Rangsangan kronis misalnya IUD
Irradiasi
Avitaminosis vitamin A dan D
Stimuli hormonal
Frekuensi adenoacanthoma lebih kecil 10% dari adenocarcinoma. Secara
relatif adenoacanthoma lebih jinak.
Gambaran Klinis
Penyakit ini dapat terjadi pada:
Post menopause : 75%
Menopause : 15%
Masa reproduksi : 10%
Perdarahan yang abnormal umumnya bersifat menorrhagi.
Metrorrhagia dapat terjadi pada 80-90% wanita post menopause yang
mengalami perdarahan menunjukkan suatu carcinoma endometrium.
Keluar cairan pervaginam yang abnormal. Mula-mula seperti air akhirnya
bercampur darah.
27
Pembesaran abdomen dan gejala penekanan kandung kemih dan rectum.
Rasa nyeri bersifat his (kolik).
Penurunan berat badan pada stadium yang lebih lanjut.
Debilitas umum.
Anemia.
Pyometra (karena sumbatan canalis cervicalis). Pada pyometra selalu
harus diingat kemungkinan carcinoma corpus.
Diagnosis
Gejala klinis
o Metroragi
o Perdarahan pasca menopause
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ginekologi
o Pembesaran uterus dan atau massa tumor di rongga panggul
o Dilakukan pemeriksaan rektovaginal.
Pemeriksaan sitologi (pap smear)
Pemeriksaan ini kurang berarti oleh karena sel-sel adenocarcinoma yang
eksfoliatif. Biasanya telah mengalami sitolisis dalam rongga uterus.
Derajat ketepatan 80-85%.
Pemeriksaan histology
o Office endometrial aspration biopsy
Aspirasi atau lavage cavum uteri.
o Dilatasi dan kuretase
Kuretase
Perdarahan dalam climacterium dan menopause harus
diperiksa dengan kuretase. Terutama sudut tuba harus
dikerok dengan teliti.
Kuretase dilakukan dalam dua tahap:
Dari canalis cervicalis
Dari cavum uteri
o Histeroskopi-endometrial biopsy
28
Ke suction vakum
Aspirator Vabra,
akurasi 95-98% (80-
98%)
Gambar 2.12 Aspirator
Vabra
Kuret Novak,
akurasi 80-90% (67-97%)
Gambar 2.11 Kuret Novak
Histerorafi
Pemeriksaan tambahan
o Darah
o Urine
o USG dan MRI
o Foto thorax
o Fungsi hati dan kadar gula darah
o Fungsi ginjal dan kadar gula darah
o Sigmoidoscopy dan barium enema
o Ca 125
29
Pemeriksaan Penunjang
Kuretase bertahap
USG
Histeroskopi
P. Terapi
1. ABCDE (airway, breathing, circulation, disability of the central nervous
system, examination)
2. Dilatasi & kuretase bila infeksi (–) PA
3. Radioterapi pra bedah
Hanya bila pasien tidak bisa dilaparotomi saat itu, atau bila ada
keterlibatan serviks/vagina.
4. Terapi bedah (histerektomi total simpleks dan salpingo-ooforektomi
bilateral)
5. Radioterapi ajuvan tergantung surgical staging
6. Metastase: terapi hormon dan/atau kemoterapi
Stadium I
Pembedahan
1. Histerektomi totalis dan salpingo-ooforektomi bilateral yang diperluas:
a. Dengan penjahitan serviks atau eksisi sedikit puncak vagina.
b. Secara ekstrafasial atau teknik Te Linde yang diperluas.
c. Dilakukan pencucian peritoneum.
Histerektomi radikal hasilnya sama dengan histerektomi simpleks +
radiasi.
(catatan: bukan lesi rekuren dan pasien belum pernah diterapi radiasi
sebelumnya)
2. Limfadenektomi pelvis. Dilakukan pada kelompok dengan risiko tinggi
(stad IB, G3, tumor adenoskuamosa dan clear cell)
Limfadenektomi: peranan dalam terapi belum jelas, tetapi kelenjar yang
besar sebaiknya dibuang saja15.
30
3. Histerektomi vaginalis. Lebih cocok dikerjakan pada pasien dengan:
a. Obesitas
b. Prolapsus uteri
c. Komplikasi medis yang serius.
31
Tumor tidak berdiferensiasi (G3)
Penetrasi myometrium lebih dari ½ (Stad Ic)
Metastasis serviks dan atau adneksa yang tersembunyi
Hasil sitologi pencucian peritoneum yang positif
Jenis: adenoskuamosa dan sel jernih (clear cell) atau serosa
berpapil (papillary serous)14
Radiasi
a. Intravagina
Diberikan setelah pemberian radiasi eksterna;
b. Eksterna
Terapi radiasi sebagai terapi primer pada stadium I jarang dilakukan , kecuali
kalau tidak dapat dilakukan pembedahan diberikan radiasi eksterna dan radiasi
interna.
Dipakai pada:
Wanita yang jelek keadaan umumnya.
Life expectancy yang terbatas.
Hasil : 33% salvage.
Radiasi menggunakan:
– Radium intrakaviter (brachyterapy)
– Cobalt -60
Terapi radiasi pada:
Stage IA tidak perlu
32
Stage IB atau IIA whole pelvis / intravaginal brachytherapy
Stage IC, IIB, IIIA, IIIB whole pelvis
Stage IIIC extended field
Stage III atau IV paliatif
Radiasi + Operasi
Mula-mula dipasang radium intracavitair. Operasinya dilakukan 6 minggu
kemudian setelah edema dan vaskularisasi sebagai akibat radium jadi
berkurang. Ada beberapa sarjana yang mengusulkan agar waktu
intervalnya diperpendek.
Mula-mula operasi kemudian disusul dengan X-ray radiasi. Penyembuhan
±76%15.
Terapi progesteron
Untuk stadium yang lanjut dan berulang.
Menurut Baker dkk. dapat memperpanjang remisi sampai ±2 tahun. Hasil
yang terbaik ialah pada tumor yang timbulnya perlahan-lahan.
Caranya: progesteron 750 mg disuntikkan tiap minggu secara IM.
Lebih banyak berhasil untuk metastase daripada tumor primer.
Untuk hyperplasia adenomatous yang berlebihan.
Mulai diberikan sebelum radiasi, dengan dosis 400 mg sehari (2 x 200 mg)
per oral
Terapi diberikan selama 3 tahun atau sampai timbul residif
Dosis harus diturunkan bila terjadi:
o Tromboflebitis superficial
o Adanya efek samping: berat badan bertambah, hot flushes, kejang
otot dan tremor halus.
Obat dihentikan bila terjadi tromboflebitis dan tromboemboli.
33
Stadium II
Terapi: (sama seperti stadium Ic)
Pembedahan: modifikasi Wartheim
Radiasi: radiasi eksterna + radiasi intra vagina
Kemoterapi
a. Doxorubicin – response rate 38%, 26% komplit
b. Cisplatin
Minor: carboplatin, siklofosfamid, 5-FU
34
diberikan terapi adjuvan diperlukan pemantauan ketat sehingga kejadian
rekurensi pada tunggul vagina dapat didiagnosis secara awal.
2. Radiasi vagina
Radiasi intrakaviter secara signifikasn menurunkan risiko rekurensi pada
tunggul vagina. Lotocki dkk melaporkan bahwa penggunaan radium
preoperatif atau postoperatif menurunkan risiko rekurensi pada tunggul
vagina 14 % menjadi 1,7 %.
3. Radiasi pelvis eksternal
Pasien dengan KGB pelvis postif anak sebar, merupakan kandidat untuk
pemberian radiasi pelvis eksternal, dan jika dibutuhkan dapat dikombinasi
dengan radiasi paraaorta.Dan juga sangat rasional dilakukan pada pasien
dengan risisko tinggi, yang tidak menjalani surgical staging tetapi
memiliki foto rontgen thoraks, yang negatif, CT scan pelvis dan abdominal
negatif, dan kadar Ca 125 yang normal.
Radiasi ekternal memiliki efektifitas yang sama denga radiasi vaginal
dalam menghilangkan mikrometastasis pada tunggul vagina, sehingga
sangatlah tidak beralasan untuk memberikan radiasi vaginal dan radiasi
eksternal secara bersamaan oleh karena morbiditasnya meningkat secara
bermakna.
4. Extended-field radiation
Indikasi pemberian radiasi ini adalah pasien dengan biopsi KGB paraaorta
yang postif atau KGB pelvis positif secara makroskopis/beberapa KBG
pelvis positif.
5. Whole abdominal radiation
Pasien dengan metastasis peritoneum atau omentum yang telah direseksi
dapat diberikan radiasi ini. Sedangkan pada kasus dengan residu tumor
yang besar, sebaiknya dipertimbangkan pemberian terapi sistemik.
6. Progestin adjuvan
Terapi profilaksis dengan progesteron pada pasien kanker endometrium
mungkin tidak cost effektif kecuali pada pasien dengan risiko tinggi dan
merupakan reseptor-positive tumor. Namun masih diperlukan banyak
penelitian.
35
Penatalaksanan kanker endometrium stadium III bersifat individual tetapi
sebaiknya dilakukan histerektomi total dan salpingooverektomi bilateral. Dengan
adanya massa pada adneksa, pembedahan sebaiknya dilakukan untuk menilai asal
massa dan mengangkat jaringan tumor sebanyak-banyaknya. Terangkatnya
seluruh tumor yang terdeteksi secara makroskopis merupakan faktor prognosis
penting pada seluruh pasien dengan kanker endometrium stadium III.
Pembedahan sebaiknya meliputi pengangkatan KGB pelvis atau paraaorta
yang membesar, pemeriksaan sitologi, biopsi omentum dan sampling KGB
paraaorta.8 Pada kasus dengan stadium IV, terapi yang diberikan juga bersifat
individual, namun biasanya termasuk kombinasi antara operasi, terapi radiasi dan
atau terapi kemoterapi.
Metastasis sistemik merupakan masalah utama, namun efektivitas pemberian
terapi adjuvan sistemik masih belum dapat dibuktikan. Pasien-pasien dengan
metastasis sistemik ini biasanya memiliki tumor dengan differensiasi yang kurang
baik, dan umumnya memiliki sedikit reseptor hormon, sehingga respon terhadap
progestin menjadi terhambat.8,9
36
Kanker endometrium residif
Terapi
Individual, tergantung lokasi residif dan terapi sebelumnya
KANKER ENDOMETRIUM
Pengawasan lanjut
Jadwal Pemeriksaan Pemeriksaan yang dilakukan
3 tahun I : tiap 3 bl Pemeriksaan klinis/ginekologis
Pemeriksaan laboratorium
Th ke-4 s/d 5 : tiap 6 bulan Apus vagina
Foto toraks (tiap 6 bulan)
Selanjutnya tiap tahun USG/Scanning/Biopsi; bila diperlukan
37
Indikasi diseksi selektif pelvis dan nodus limfatikus paraaorta:
Histology tumor clear cell, serous, squamous, atau endometrioid grade 2-3
Invasi myometrium > ½
Ekstensi isthmus-cervix
Ukuran tumor >2 cm
Penyakit ekstra uterine
Follow Up
Pemeriksaan fisik
o Abdomen, hati, kelenjar limfe perifer, rectum, dan vagina.
Pemeriksaan laboratorium
o Darah, LFT, RFT, CA125
38
Foto thorax
o Pemeriksaan dilakukan 2-4 bulan sekali selama 2-3 tahun pertama
dan 6 bulan sekali pada tahun selanjutnya.
Prognosis
Kemampuan tumor ganas endometrium untuk tumbuh agresif dan menyebar,
adalah relatif rendah, dengan prognosis pada umumnya baik, angka ketahanan
hidup tergantung dari luasnya keganasan.
39
Invasi ke myometrium
Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita mengidap tumor yang
hanya invasi ke permukaan saja sebesar 92%, grade 2 sebesar 86%, dan
pada grade 3 adalah 64%.
Lymph-Vascular Space Invasion (LVSI)
Subtype patologis
o Adenoacanthoma : sama seperti yang adenocarcinoma sejati.
o Adenosquamous : prognosis lebih buruk.
Ekstensi isthmus dan cervix
Perluasan ke adnexa
Sitologi peritoneum
Dari beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada
sitologi peritoneumnya positif.
Metastasis ke nodus limfatikus
Tumor intraperitoneal
Ukuran tumor
Status reseptor hormon
DNA ploidy dan index proliferasi
Marker genetic dan marker molecular13
40
BAB III
KESIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
42