PENDAHULUAN
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dalam perkembangan anak, di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik
dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little
(1843), yang menyebutnya dengan istilah Little’s disease yang sekarang dikenal dengan
spastic diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser
adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral palsy, sedangkan Sigmund
penanganan penderita Cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah
tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar
biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia
dan terutama berasal dari metabolisme glukosa. Secara fungsional dan anatomis otak
dibagi menjadi:
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu:
hemisfer kiri dan kanan. Kedua hemisfer dipisahkan oleh fisura longitudinalis
mayor dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus
kolosum). Bila otak dibelah secara vertical tampak bagian otak sebelah luar
berwarna abu-abu (gray matter) dan otak bagian dalam berwarna putih (white
matter). Di dalam white matter tertanam massa gray matter yan disebut ganglia
basalis. Yang termasuk ganglia basalis yaitu klaustrum, putamen, globus palidus,
nucleus kaudatus dan amigdala. Kapsula interna berada di dalam ruang yang
dibatasi oleh thalamus, nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis. Daerah ini
penting sebagai jalur lintas bagi semua serabut saraf yang menghubungka
2
Gambar 2.1. potongan horizontal serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, dibagi ke dalam empat
bagian tubuhnya.
3
Gambar 2.2. Lobus otak
spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-
posisi sendi.
4
Gambar 2.3. Permukaan posrterior cerebellum
5
c. Batang otak
medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan
kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot
yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus
pembuluh darah.
o Pons
suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bangun,
d. Diensefalon
o Thalamus
lebih tinggi.
o Hipotalamus
6
o Subtalamus
ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis
tubuh. Gerakan involunter biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
o Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbik dan berperan pada beberapa dorongan emosi
2.2 Definisi
dan postur tubuh yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak sejak dalam
gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, tingkah laku, epilepsi, dan masalah
di otot. Palsy dapat berarti memiliki kesulitan dengan pergerakan dan postur tubuh.
Gejala cerebral palsy mulai dapat diamati pada anak-anak di bawah umur 3
tahun, yaitu manifestasi berupa hipotonia awal pada 6 bulan pertama hingga 1 tahun
dan umumnya diikuti spastisitas. Cerebral palsy merupakan penyakit yang tidak
progresif. Pengaruh gangguan otak terhadap pergerakan dan postur tidak hilang.
Namun, efeknya pada tubuh bisa menjadi lebih atau kurang jelas seiring berjalannya
waktu. Misalnya pada penderita cerebral palsy yang dapat menjadi semakin lebih baik
7
2.3 Epidemiologi
Prevalensi cerebral palsy secara global berkisar antara 1-1,5 per 1.000 kelahiran
hidup dengan insiden meningkat pada kelahiran prematur. Di negara maju, prevalensi
cerebral palsy dilaporkan sebesar 2-2,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup sedangkan di
negara berkembang berkisar antara 1,5-5,6 kasus per 1.000 kelahiran hidup.2
cerebral palsy, antara lain yaitu YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) cabang
Surakarta jumlah anak dengan kondisi cerebral palsy pada tahun 2001 berjumlah 313
anak, tahun 2002 berjumlah 242 anak, tahun 2003 berjumlah 265 anak, tahun 2004
berjumlah 239 anak, sedangkan tahun 2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 sampai
dengan bulan Desember berjumlah 112 anak, sedangkan tahun 2007 sampai dengan
bulan Desember yaitu berjumlah 198 anak. Pada klinik tumbuh kembang Rumah Sakit
dr. Kariadi Semarang sepanjang tahun 2005 mencatat kunjungan pasien anak dengan
pascanatal.
1. Prenatal
2. Perinatal
8
a. Anoksia/hipoksia
b. Perdarahan otak
kelumpuhan spatis.
c. Prematuritas
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan karena pembuluh darah, enzim,
d. Ikterus
e. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
9
3. Pascanatal
a. Letak sungsang.
awal yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak
otak permanen.
Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir <2500gram dan bayi
lahir dengan usia kehamilan <37 minggu. Resiko akan meningkat sesuai dengan
e. Kehamilan ganda.
f. Malformasi SSP.
SSP yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal (mikrosefali). Hal tersebut
menunjukkan bahwa masalah telah terjadi pada saat perkembangan SSP sejak
dalam kandungan.
10
g. Perdarahan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
CP pada bayi
2.5 Klasifikasi
2. Hemiplegia, yang terserang adalah tangan dan kaki tetapi hanya satu sisi.
3. Triplegia, menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki.
4. Diplegia, keempat anggota gerak tubuh terserang tetapi lebih berat pada
1. Spastik
spastisitas, maka pada saat berjalan akan akan tampak bergerak kaku dan lurus.
2. Atetosis
11
a. Distonik, umumnya menyerang kaki dan lengan bagian proksimal.
gerakan stereotype.
3. Ataksia
4. Campuran
GMFCS terdiri dari 5 level yang menggambarkan gerak motorik kasar pada
Level 1
Mampu berjalan di dalam dan luar rumah serta menaiki tangga tanpa
Level 2
Anak-anak mampu berjalan di dalam dan luar rumah serta menaiki tangga
permukaan yang tidak rata maupun pada tempat yang ramai atau sempit.
melompat.
12
Level 3
sendiri atau ditransportasikan pada jarak yang jauh dan di luar rumah pada
Level 4
Level 5
ditransportasikan.9
1. Ringan
sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan
khusus.
2. Sedang
3. Berat
13
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak
perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat,
2.6 Patofisiologi
yang mendasar pada otak; cedera yang terjadi pada prenatal awal, perinatal atau
penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi hampir sebagian besar kasus disebabkan
oleh multifaktor. Selama periode prenatal, pertumbuhan yang abnormal dapat terjadi
kapan saja (dapat karena abnormalitas yang bersifat genetik, toksik atau infeksi, atau
vascular insufficiency).
bulan ke 3 – 4 kehamilan.
14
4. Organization – pembentukan cabang, mengadakan sinaps, kematian sel,
menyebabkan otak sebagai subjek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral ischemia
yang terjadi sebelum minggu ke–20 kehamilan dapat menyebabkan defisit migrasi
leucomalacia (PVL) dan antara minggu ke–34 sampai ke–40 menyebabkan focal atau
Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor saat
terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah ke otak
dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia jaringan otak terhadap penurunan
oksigenasi.
Kelainan tergantung pada berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada
keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik yang
menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi patchy necrosis di daerah
paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia
grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung tempat yang
terkena.
Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur seperti
imaturitas pada otak dan vaskularisasi serebral merupakan suatu bukti yang
kejadian cerebral palsy. Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak
15
dapat menyebabkan tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular
Pada saat di mana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak
dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas air korteks (zona akhir dari arteri
basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang selanjutnya menyebabkan
yang terjadi pada saat perawatan seringkali terjadi dalam distribusi arteri serebral
Tidak ada hal–hal yang mengatur di mana kerusakan vaskular akan terjadi, dan
kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak janin.
Autoregulasi peredaran darah serebral pada neonatal sangat sensitif terhadap asfiksia
kerusakan yang meluas diduga berhubungan dengan vaskular regional dan faktor
Pada waktu antara minggu ke-26 sampai dengan minggu ke-34 masa kehamilan,
area periventricular white matter yang dekat dengan lateral ventricles sangat rentan
terhadap cedera. Apabila area ini membawa fiber yang bertanggung jawab terhadap
kontrol motorik dan tonus otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastik diplegia
(yaitu spastisitas utama dan kelemahan pada kaki, dengan atau tanpa keterlibatan
lengan dengan derajat agak ringan). Saat lesi yang lebih besar menyebar sebelum area
fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan
corona radiata, yang dapat menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah.
16
Suatu pengetahuan tentang urutan fase embrionik dan perkembangan otak janin,
dapat ditentukan kapan waktu terjadinya kerusakan otak. Suatu penemuan tentang
(PVL) menunjukkan kerusakan pada white matter. PVL pada umumnya simetris dan
diduga disebabkan oleh iskemik white matter pada anak–anak prematur. Cedera
asimetrik pada periventrikular white matter dapat menyebabkan salah satu sisi tubuh
lebih kuat daripada yang lainnya. Keadaan ini menyebabkan gejala yang menyerupai
kapiler germinal dalam daerah periventrikular, sebagian rentan terhadap cedera akibat
hipoksik-iskemik. Hal ini disebabkan karena lokasinya yang terletak pada zona batas
Kerentanan otak janin terhadap PVL bervariasi tergantung pada usia gestasi,
mencapai puncak pada usia gestasi 22 minggu dengan satu langkah penurunan pada
awal kematian postnatal dan setelah PVL. PVL akan tampak sebagai diplegia dan
sekitar 70% bayi yang mengalami cerebral palsy dilahirkan sebelum usia gestasi
mencapai 32 minggu dan 30% bayi yang mengalami cerebral palsy lahir tepat waktu
(cukup bulan).
17
d. Beberapa ahli lain mengemukakan grade IV, yaitu ada tidaknya darah
diskinetik (atau ekstrapiramidal) yang dapat terjadi baik pada bayi lahir cukup bulan
yang ditandai dengan hiperbilirubinemia atau pada bayi prematur tanpa ditandai
yang termasuk di dalamnya noda kelompok nuclear yang spesifik dan nekrosis
neuronal. Efek–efek ini utamanya melibatkan ganglia basalia, sebagian globus pallidus
nuclei – sebagian oculomotor, vestibular, cochlear dan facial nerve nuclei; saraf batang
otak seperti formasi retikular pada pons; saraf olivary inferior, saraf cerebellar seperti
pendengaran dan kelainan gerakan (terutama koreoathetosis atau distonia) adalah ciri–
Cerebral palsy diskinetik berjumlah kurang lebih 10% dari semua bentuk
cerebral palsy, umumnya terjadi pada bayi cukup bulan. Kernikterus akibat haemolitik
pada bayi baru lahir terjadi akibat Rhesus isoimmunisation yang menjelaskan
18
peningkatan insiden pada dekade terakhir. Sosialisasi kebijakan antenatal untuk
memberikan antibodi anti-D pada ibu dengan Rhesus negatif setelah kelahiran bayi
dengan Rhesus positif telah menunjukkan eradikasi pada seluruh bentuk cerebral palsy.
neonatal hypoxic-ischemic encephalopathy dan diduga lebih banyak terjadi pada bayi
cukup bulan daripada bayi prematur. Lesi ini adalah keadaan khusus munculnya
gumpalan karena suatu abnormalitas pembentukan myelin. Lesi ini merusak ganglia
lokalisasi serta kelainan bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan
sendi siku, dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi
sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap
adduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam plantar fleksi, dan telapak
kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada
19
Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung pada letak dan besarnya
kerusakan, yaitu:
Monoplegia/monoparesis
Hemiplegia/hemiparesis
Diplegia/diparesis
lengan.
Tetraplegia/tetraparesis
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flaksid dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower
motor neuron. Menjelang usia 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flaksid dan sikapnya
seperti kodok terlentang tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa tonus
ototnya berubah menjadi spastik. Refleks otot yang normal dan refleks Babinski
negatif tetapi yang khas ialah refleks neonatal dan tonic neck reflex menetap.
perinatal atau ikterus. Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus cerebral palsy.
3. Koreo-atetosis
20
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang
tampak bayi flaksid tetapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks
neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga
gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak pada ganglia basal dan
disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus. Golongan
4. Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid
keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat
5. Gangguan pendengaran
6. Gangguan bicara
otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak
anak berliur.
21
7. Gangguan mata
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita
2.8 Diagnosis
yang berisiko tinggi, dan pemeriksaan neurologis. Seperti dalam semua kondisi medis,
pendekatan yang sistemastis berfokus pada riwayat maternal, obstetrik, dan perinatal,
pemeriksaan neurologi seara menyeluruh serta observasi anak dalam berbagai posisi
kurang dari 6 bulan kecuali pada kasus yang sangat parah. Pola dari berbagai bentuk
dalam perkembangan mental dan fisik anak dan tonus otot yang abnormal. Pada
ditemukan adanya regresi pada cerebral palsy. Tonus bisa hipertonik atau hipotonia.
Banyak hipotonia dini berubah menjadi spastisitas atau distonia pada usia 2-3 tahun.
kelainan tonus berupa spastisitas atau hipotonia dengan berbagai distribusi, adanya
refleks neonatus yang abnormal, keterlambatan dalam refleks melindungi dan postural,
dan pergerakan yang tidak simetris. Refleks primitif seharusnya menghilang secara
bertahap pada usia 6 bulan. Di antara refleks primitif yang paling berguna secara klinis
22
adalah Moro, Tonic labyrinthine, dan Asymmetric Tonic Neck Reflex (ATNR). Pada
banyak kasus, diagnosis cerebral palsy tidak memungkinkan hingga usia 12 bulan.
Pada pemeriksaan lebih lanjut pada anak-anak dengan cerebral palsy, EEG
dilakukan pada masa nenonatus yang mendukung etiologi cerebral palsy. MRI lebih
dianjurkan disbanding CT-scan Pemeriksaan genetik dan metabolik jika terdapat bukti
2.9 Penatalaksanaan
Prinsip terapi:
Intervensi:
23
- Mencegah masalah ortopedi seperti subluksasi panggul, skoliosis, deformitas
lebih baik12
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptomatik. Pada keadaan ini perlu kerja
sama yang baik dan merupakan suatu tim antara dokter anak, neurolog, psikiater,
dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi, occupational therapist,
pekerja sosial, guru sekolah luar biasa, dan orang tua penderita.
Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
penderita pada waktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang penderita
hidup.
Pembedahan
pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan
berlebihan.
24
Pendidikan
luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal.
Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti anak yang normal, yaitu pulang ke rumah
dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan
untuk ini pekerja social dapat membantu di rumah dengan nasehat seperlunya.
Farmakoterapi
Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang sesuai
keadaan tonus otot yang berlebihan, obat dari golongan benzodiazepine dapat
2.10 Pencegahan
bisa dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi antara lain: 3
pengaman pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala saat
25
2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir
dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan transfusi tukar.
masalah pada kehamilan pertama, karena secara umum tubuh ibu hamil tersebut
kelahiran dapat mencegah produksi antibodi tersebut. Pada kasus yang jarang,
misalnya jika pada ibu hamil antibodi tersebut berkembang selama kehamilan
pertama atau produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu pengamatan secara
cermat perkembangan bayi dan jika perlu dilakukan transfusi ke bayi selama
sebelum hamil.
2.11 Prognosis
Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik; makin
dan pendengaran) dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya.
26
BAB III
KESIMPULAN
Cerebral palsy (CP) adalah suatu kelainan dari fungsi motorik (sebagai lawan
dari fungsi mental) dan nada postural yang diperoleh pada usia dini, bahkan sebelum
kelahiran. Tanda dan gejala cerebral palsy biasanya menunjukkan pada tahun pertama
kehidupan.
pergerakannya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Saunders. 104-114
2. Wibowo, Alinda R., & Saputra, Deddy R., 2012. Prevalens dan Profil Klinis
pada Anak Palsi Serebral Spastik dengan Epilepsi. Sari Pediatri.Volume 14.
3. Merlina, M., Kusnadi, Y., & Artati. 2012. Prospek Terapi Sel Punca untuk
Jakarta.
7. Selina, H., Priambodo, W. S., & Sakundarno, M. 2012. Gangguan Tidur pada
8. Dahlan, A. & Aminullah, A. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian
Disability Update.
28
12. Sankar, C. & Mundkur, N. 2005. Cerebral Palsy−Definition, Classification,
29