Anda di halaman 1dari 47

DI SUSUN OLEH :

1. Riza Safira Noviana ( 18710106)


2. Fatmawati (18710015 )
Pembimbing
drg. Wahyuni Dyah Parmasari, Sp.Ort
drg. Theodora, Sp.Ort
drg. Enny Willianti, M.kes

SMF ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA SURABAYA
1
2018
 Kesehatan rongga mulut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain perilaku individu dan kondisi
biologis.
 Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang
dapat mempengaruhi jaringan lunak rongga mulut
yaitu hormon FSH dan LH.
 Hormon pada wanita hamil yang berperan dan
mempengaruhi beberapa perubahan yang terjadi di
rongga mulut pada saat kehamilan adalah hormon
seks steroid, yaitu hormon progesteron dan estrogen.
 Gangguan fungsi hormon biasanya disebabkan
keadaan patologis akut atau kronis seperti tumor,
infeksi atau perubahan jaringan yang mempengaruhi
kelenjar endokrin.

2
Kelainan pada hormon :
 Dwarfisme
 Akromegali
 Gigantisme

3
 Rongga mulut merupakan sebuah bagian
tubuh yang terdiri dari : lidah bagian oral
(dua pertiga bagian anterior dari lidah),
palatum durum (palatum keras), dasar dari
mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa
bukal, ‘alveolar ridge’, dan gingiva.

4
5
 Bibir dan Palatum
 LIDAH
 GIGI

6
7
Kasus 1
 Pasien laki-laki 13 tahun
 KU : Cacat wajah sejak kecil.
 Pasien didiagnosis lipoma dan menjalani operasi
eksisi pada usia 4,5 bulan. Pembengkakan kembali
muncul pada usia 7 tahun dan diagnosis hamartoma
dan menjalani operasi lain. Setelah 5 tahun, pasien
kembali kambuh yang menyebabkan kerusakan mata
dan telinga. Pasien memiliki riwayat penurunan
pendengaran, pengurangan penglihatan pada mata
kanan dan sakit kepala. Tidak ada riwayat keluarga
yang relevan.

8
Pemeriksaan:
Terdapat Café au lait macule - asimetris,
berwarna coklat, batas tidak beraturan, di sisi
kanan wajah pada daerah zigomatik dan
rahang atas.

9
Pemeriksaan intra oral :
Terdapat dua pembengkakan jaringan lunak yang
tidak nyeri jika di palpasi pada mukosa bukal kanan;
macroglossia dengan pembesaran papila lidah;
perluasan rahang atas dan rahang bawah di sisi
kanan; jarak rahang atas dan mandibular gigi
anterior.

10
Radiografi panoramik:
Menunjukkan pola trabecular yang tidak teratur dan
jarang; peningkatan pertumbuhan ramus kanan dari
mandibula, proses kondilus dan koronoid,
perpindahan kanalis mandibula yang lebih rendah,
perpindahan gigi, gigi kecil dan tumpul di sisi kanan,
dan gigi di sisi kanan tampak membesar karena
posisi pasien dan asimetri wajah.

11
 Biopsi insisional dari lesi kulit didapatkan
hiperkeratosis, acanthosis, peningkatan pigmentasi
lapisan basal dan dermis menunjukkan inflamasi
kronik perivaskular dan periadneksal. Pemindaian
tunggal menunjukkan peningkatan serapan
radiotracer di wilayah orbital kanan, kanan rahang
atas dan daerah tulang temporal kanan.

12
Diskusi:
 Tidak ada manajemen operatif displasia
kraniofasial yang jelas dalam MAS. Untuk kelainan
bentuk ringan, follow-up pasien secara hati-hati
selama pertumbuhan tulang. Untuk kelainan berat,
memerlukan pembedahan untuk tujuan estetik atau
fungsional setelah penyakit menjadi tidak aktif.
 Jika diperlukan, pembentukan tulang displastik
dapat diulang dari waktu ke waktu untuk menunda
operasi radikal yang terdiri dari pengangkatan
tulang displastik dan rekonstruksi dengan cangkok
tulang autologus.

13
Kesimpulan:
Sindrom McCune-Albright adalah lesi fibro-osseous
yang langka, terkait dengan manifestasi oral yang
bervariasi. Pendekatan awal dari manifestasi ini dapat
membantu memfasilitasi perawatan yang lebih baik
dan meningkatkan prognosis.

14
 Pasien laki-laki, usia 38 tahun
 KU: Rahang bawah yang semakin memanjang sejak
12 tahun.
 Ada riwayat trauma 12 tahun lalu. Pasien
mengatakan ada suara “klik” pada sisi kanan
rahang ketika sedang menguap, sakit kepala dan
keringat berlebih. Rekam medis pasien menyatakan
bahwa ia memiliki riwayat nyeri pada sendi lutut
sejak 6-7 tahun lalu. Pasien sudah menikah dan
memiliki satu anak.

15
 Pemeriksaan
Pada pemeriksaan umum didapatkan ekstremitas
membesar dan jaringan lunak yang menebal di
seluruh tubuh. Tekanan darah 138/90 mmHg dan
denyut nadi 78x/menit. Pembesaran jumbai dari
falang terminal.
Pada pemeriksaan Foto Ekstraoral menunjukkan
peningkatan ketinggian vertikal sepertiga bagian
bawah wajah

16
Pada pemeriksaan Radiografi periapikal intraoral
[IOPA] dari daerah posterior rahang atas
mengungkapkan adanya hipertresi, dan daerah
posterior mandibula mengungkapkan pola trabecular
kasar.

17
Cephalogram lateral mengungkapkan rahang
prognatik dengan peningkatan sudut gonial dan
hilangnya takik antegonial. Pembesaran Sella turcica
dan pembesaran sinus paranasal khususnya frontal
dengan peningkatan pneumatisation, Kubah
tengkorak yang menebal.

18
Pemeriksaan Ultrasonografi abdomen
mengungkapkan cholelithiasis dan kalsifikasi
parenkim ginjal bilateral. MRI menunjukkan lesi
isointense yang terdefinisi dengan baik di sella pada
sisi kiri dengan ekstensi suprasellar berukuran
sekitar 2,5 X 2 cm dengan ekstensi parenkim kiri.

19
 Pasien dirawat untuk operasi Trans-sphenoidal
 Jaringan Octreotide acetate di ambil : - 50
mikro gram / hari 3 kali sehari hingga 1500
mikrogram /hari.
 Jaringan yang dikeluarkan dikirim untuk
pemeriksaan histopatologi untuk mengetahui
adanya tumor.
 Setelah radioterapi, disarankan untuk
meningkatkan hormon pertumbuhan sebanyak
34 ng / ml dan pasien masih difollow-up

20
 Akromegali didefinisikan sebagai cacat
somatik progresif yang melibatkan wajah dan
ekstremitas dan banyak organ lainnya, yang
berhubungan dengan manifestasi sistemik.
 Peningkatan sekresi hormon pertumbuhan
dapat terjadi karena hamartoma hipotalamus,
choristoma, ganglioneuroma dll atau karena
penyebab perifer seperti karsinoid bronkus,
tumor sel pulau pankreas, karsinoma sel
kecil, karsinoma tiroid meduler,
pheochromocytoma.

21
Akromegali adalah penyakit langka, dengan
prevalensi 40 hingga 70 kasus per juta
penduduk dan kejadian pertahun ada 3
hingga 4 kasus baru per juta penduduk tanpa
perbedaan geografis atau jenis kelamin

22
Seorang perempuan berusia 26 tahun, hamil
trimester kedua dengan keluhan pembesaran
gusi dan perdarahan pada maksilaris kanan
depan dan regio insisor lateral.

23
Pemeriksaan :
Pembesaran gusi diantara maksilaris kanan
depan dan regio insisor lateral

24
 Terapi: Terapi konvensional periodontal,
termasuk pembersihan karang gigi dan
penanaman akar dapat mengurangi
inflamasi pada gusi. Pasien diberikan
intruksi untuk menjaga higenitas mulut dan
memperbaiki teknik sikat gigi yang
didemonstrasikan dengan obat kumur
kloreksidin 0.12%. Ini gambar gigi 3 minggu
setelah di terapi awal.

25
Pasien diberikan Parasetamol (500 mg) yang
diminum saat pasien merasa sakit. Dan ini
gambar hasil kontrol 2 bulan setelah operasi.
Tidak ada kekambuhan lesi.

26
Diskusi :
 Granuloma piogenik merupakan lesi
peradangan hiperplastik. Granuloma
kehamilan atau tumor kehamilan merupakan
bentuk khusus dari granuloma piogenik
yang terjadi pada gusi selama kehamilan.

27
Pasien perempuan berusia 12 tahun. Pasien
tersebut memiliki trias klasik yaitu akalasia,
alacrima dan insuffisiensi adrenal dan pasien
tersebut didiagnosis menderita sindrom
Allgrove. Dia dirujuk dengan keluhan utama
mulut kering, candida dan demineralisasi gigi
yang luas.

28
 Gejala-gejala pada awal pengamatan,
disfungsi kognitif ringan dengan sedikit
retardasi mental, dysautonomia, kesulitan
belajar yang dikeluhkan orang tua,
kelemahan otot dan gangguan pengllihatan
atau lebih tepatnya photopobia.

29
 Pemeriksaan ekstra oral pertama pada usia
12 tahun. Wajah Dismorfik dengan
hipertelorism, prominensia pada telinga,
malar hypolplasia, astenia, kelemahan otot
bicara dan dysarthria dengan suara sengau
menunjukkan insufisiensi velar. Dan ada
hiperpigmentasi pada kulit.

30
 Pemeriksaan intraoral menunjukkan
xerostamia, infeksi candida dan pigmentasi
pada mukosa dorsal lidah. Secara bersamaan
ditemukan tingginya tingkat karies gigi
terkait dengan demineralisasi enamel pada
semua permukaan gigi palatal.

31
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
insufisiensi adrenocortical resisten ACTH
dengan kadar ACTH tinggi, kadar cortisol
rendah , sehingga diberikan terapi subtitusi
hydrocortisone.
Pasien juga di resepkan triple obat kumur
selama 15 hari dan secara terpisah
Chlorexcidine 0.12 %, natrium bikarbonat 14
% dan anti jamur (Ampothericine B: Fungsione
10 %).

32
 seorang gadis berusia 12 tahun dengan sindrom Allgrove
dengan gejala dan tanda selain tiga 'A (alacrimia, akalasia,
dan insufisiensi adrenal), menunjukkan beberapa kelainan
gigi yang spesifik.
 Gambaran oral paling umum pada sindrom Allgrove yang
dilaporkan dalam literatur adalah xerostomia, hipoplasia
malar, prognati yang konkomitan dengan gigi permanen
normal, lidah pecah-pecah. Kombinasi xerostomia, karies,
penyakit periodontal, dan kehilangan gigi prematur.
 Untuk diagnosis awal dan terapi yang sesuai, pencegahan
dari gejala sindrom allgrove seharusnya tidak diremehkan.
Perubahan jaringan keras karena erosi,perubahan pada
jaringan periodontal pada beberapa kasus yang
berhubungan dengan sindrom triple A

33
 Kesimpulan:
 Dokter gigi pediatrik bisa
mempertimbangkan melakukan perawatan
ganda, yang pertama memperhatikan
sindrom yang diderita dan melakukan
perawatan gigi yang sesuai, yang kedua
manajemen komplikasi yang berhubungan
dengan aliran saliva yang buruk dengan
terapi Periodic fluoride, perawatan oral
profesional, pengganti saliva dan instruksi
kebersihan oral.

34
 Wanita 26 tahun
 KU: Gatal dan perdarahan luka pada kulit dan
mukosa oral yang muncul 2 bulan setelah ia
melahirkan anak yang sehat. Terdapat lesi
dan muncul 48 jam pertama.

35
 Pemeriksaan :
 Di temukan beberapa bula hemoragik pada
langit-langit lunak, mukosa bukal, gingival
dan bibir.

36
 Vesikulobulosa pada kulit kepala, periokular
dan lipatan perinasal, serta pada kulit
ekstremitas atas dan bawah.

37
 Pada vesikel menunjukkan lapisan sel basal
utuh dan vesikel yang terdiri dari jaringan
ikat menunjukkan infiltrate lymphohistiocytic.

38
 DIF dari mukosa mulut dan kulit
menunjukkan linear, lapisan bawah zona
membran menunjukkan pengendapan IgG
dan C3.

39
 Terapi :
 Pasien diresepkan 60 mg prednisolon/hari
untuk Lesi mulut dan kulit gatal
 Di lakukan pengurangan dosis prednisolon
40 mg/hari mengakibatkan lesi kulit semakin
kambuh dan parah. Lalu dosis prednisolon
ditingkatkan hingga 85 mg / hari disertai 100
mg azathioprine per hari selama 2 minggu.
Sedikit demi sedikit prednisolon diturunkan
dari 25 mg / hari ke 10 mg per hari. Dia
mengalami pemulihan lengkap.
 Pada kunjungan dan follow-up 3 tahun
kemudian, tidak ada bukti kekambuhan dan
tetap bebas dari penyakit sampai saat ini.

40
 Diskusi :
Sebuah imunoblot tidak dilakukan sebagai
penentuan antigen auto tidak akan membantu
lebih jauh dalam diagnosis diferensial antara
PG dan pemfigoid bulosa. Namun, serologi
dan histologis fitur penyakit pasien serta
hubungannya dengan kehamilan dan respon
terhadap pengobatan merupakan ciri khas
dari PG dan jelas membedakannya dari
pemfigoid bulosa.

41
 Wanita Sudan berusia 28 tahun
 KU: Pembengkakan tanpa rasa sakit di sisi
kanan lidah sejak lahir dan semakin
membesar.

42
 Pada pemeriksaan menunjukkan kubah kompresibel,
lidah dengan pembengkakan dengan mukosa berwarna
utuh dan normal.

43
 Pada biopsi aspirasi, ada darah.
 Pasien dirawat dengan suntikan rutin normal saline panas
sebagai agen sklerotik dan menunjukkan regresi bertahap dan
pemadatan pembengkakan

44
 malformasi vena adalah malformasi vaskular umum, di kepala dan leher
menyumbang 40% sekitar. Hadir pada saat lahir dan perlahan-lahan
tumbuh selama masa kanak-kanak, dan bisa membesar selama trauma,
pubertas, dan kehamilan; karena perubahan hormonal dan terdiri dari
koleksi abnormal pembuluh darah, yang saluran berdinding tipis, seperti
spons ukuran variabel, kurang dalam otot polos. Secara umum massal
kompresibel kebiruan dan cenderung perlahan-lahan memperluas dengan
waktu .

45
 Kesimpulan :
 Malformasi vena lidah dapat dikaitkan dengan
beberapa komplikasi, dalam hal ini terapi
sclera dengan garam panas adalah metode
yang aman dan efektif untuk mengobati
malformasi vena.

46
TERIMA KASIH

47

Anda mungkin juga menyukai