Anda di halaman 1dari 27

1.

Hipertensi pada Kehamilan


a. Klasifikasi
i. Hipertensi Gestasional : TD sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg, pada 2x
pemeriksaan dengan jarak 4 jam saat usia kehamilan ≥ 20 minggu tanpa proteinuria dan
gejala PE lain dan akan kembali normal selama masa post partum (ACOG,2020) /
hipertensi yang terjadi selama kehamilan pada ibu yang sebelumnya normotensif, tanpa
proteinuria dan kelainan lain sampai 12 minggu post partum -> Hipertensi transien (the
wroking group of hypertensive disorder complicating pregnancy, 2000 buku obpat
padjajaran)
ii. Preeklamsia : hipertensi yang paling sering terjadi usia kehamilan > 20 minggu, sering
disertai dengan proteinuria, pada beberapa wanita bisa tanpa adanya proteinuria namu
ada gejala PE lain. (ACOG, 2020) / hipertensi yang terjadi disertai proteinuria pada
kehamilan >20 minggu (kecuali pada penyakit trofoblast) - pasca salin dini pada ibu yang
sebelumnya normotensif. (buku obpat padjajaran)
iii. Eklamsia : Manifestasi kejang dari hipertensi kehamilan, onset baru dari kejang tonik
klonik, fokal, atau multifokal tanpa adanya riwayat hipertensi, iskemik dan infark serebral,
ICH, atau penggunaan obat.
iv. Hpertensi kronik : terjadi sebelum kehamilan/ TD ≥ 140/90 mmHg sebelum usia
kehamilan 20 minggu pada 2x pemeriksaan dengan selang 6 jam.
v. Superimposed eclampsi: hipertensi kronik disertai proteinuria atau tanda-tanda
preeklmasi
vi. Impending eclampsi: keadaan menjelang eklamsia yang ditandai pandangan kabur, sakit
kepala, nyeri perut kuadran akanan atas, mual muntah
b. Faktor risiko (ACOG,2020)
c. Diagnosis (ACOG, 2020+PNPK)

Kriteri diagnostik Preklamsi


▪ Tekanan Darah
o ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 diastollik pada 2x pengukuran dengan jarak 4 jam (15
menit lengan yang sama) dengan usia kehamilan ≥ 20 minggu pada ibu yang
sebelumnya normotensif
▪ Dan
▪ Proteinuria
o ≥300 mg /24 jam urine collection (Hal initerjadi akibat peningkatan permeabiilitas
tubulus ginjal terhadap molekul besar dan berat seperti protein
o Rasio protein/kreatinin ≥ 0,3 mg/dL
o Dipstik urine ≥ +2 (hanya apabila metode kuantitatif lain tidak ada)
▪ Atau salah satu dibawah ini jika tidak ada proteinuria
▪ Trombositopenia : < 100.000 u(mikro)/L
▪ Insufisiensi renal: Kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau peningkatan 2x konsentrasi serum tanpa
adanya penyakit renal lain
▪ Gangguan fungsi hepar: peningkatan konsentrasi transaminase 2x konsentrasi normal (nyeri
kuadran kanan atas/epigastrik)
▪ Edema paru
▪ Sakit kepala yang tidak responsif terhadap pengobatan + stroke + gangguan visus
▪ Oligohidromnion, fetal growth restriction, absent or reversed end diastolic velocity (pada
doppler ultrasound -> menurunnya aliran umbilikal arteri)

Kriteria PE berat (Gejala PE + salah satu dibawah ini)

▪ TD ≥160 mmHg sistolik atau 110 mmHG diastolik pada 2x pemeriksaan berjarak 4 jam
(berjarak 15 menit dgnlengan yang sama) (kecuali antihipertensi sudah diberikan
sebelumnya)
▪ Trombositopenia : < 100.000 u(mikro)/L (Trombositopenia dihasilkan dari peningkatan
aktivasi, agregasi, dan konsumsi trombosit)
▪ Insufisiensi renal: Kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau peningkatan 2x konsentrasi serum
tanpa adanya penyakit renal lain
▪ Gangguan fungsi hepar: peningkatan konsentrasi transaminase 2x konsentrasi normal
maksimal / nyeri perut persisten hebat quadran kanan atas atau epigastrium yang tidak
respon terhadap pengobatan (nyeri dianggap karena periporta dan fokal parenkimmal
nekrosis, sel hati edema, atau distensi Glissons capsuled, atau kombinasinya)
▪ Edema pulmonal
▪ Sakit kepala yang tidak responsif terhadap pengobatan (Acetaminophen)
▪ Gangguan penglihatan + stroke
▪ Oligohidromnion, fetal growth restriction, absent or reversed end diastolic velocity (pada
doppler US velocimetri -> menurunnya aliran umbilikal arteri)

Kemungkinan lain yang bisa erjadi pada preeklampsia

• Penurunan kalsium urin -> peningkatan reabsorbsi kalsium


• Peningkatan asam urat-> peningkatan peningkatan produksi oleh fetus/plasenta, berkurangnya ikatan
dengan albumin dan berkurangnya clearance
• Oliguria (<100 mL dalam 4 jam) -> akibat vasospaseme -> penurunan GFR

Kriteria diagnosis HELLP syndrome


• LDH bisa mencapai ≥ 600 IU/L (Laktat dehidrogenase terdapat didalam eritrosit dalam konsentrasi tinggi.
LDH juga bisa menunjukkan disfungsi hepar -> dihasilkan saat iskemik atau nekrosis jaringan. Konsentrasi
serum LDH yang tinggi (lebih dari 600 IU/L) mungkin merupakan tanda destruksi eritrosit -> hemolisis) ->
peningkatan bilirubin direk > 1,2 mg/dL atau pada apusan darah tepi tampak burr cell / skistosit
/sferrosit tanda adanya fragmentasi
• AST dan ALT meningkat > 2x. AST>ALT (mengindikasikan penyakit diakibatkan oleh preeklamsi bukan
penyakit hepar lain dimana terjadi ALT>AST)
• Trombositopeni < 100.000 u/L
• Bisa juga disertai nyeri kuadran kanan atas, malaise, mual dan muntah, peningkatan bilirubin

Eklampsia

• bisa menyebabkan hipoksia, trauma, aspirasi pneumonia.


• Bisa didahului sakit kepala bagian frontal/oksipital (merefleksikan peningkatan perfusi cerebral, edema
cerebral, dan hipertensi ensefalopati), pandangan kabur, fotofobia, perubahan status mental
• Bisa terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan

Tambahan

• Deteksi dini preeklampsia -> placental growth factor (PIGF) penurunan, tingginya pulsasi arteri uterina
indeks
• Untuk membedaka superimposed eclamsi dengan PE dilakukan pengecakan asam urat
• Pencegahan Preeklamsia
o intervensi gizi berupa vitamin C, D, dan E, minyak ikan, bawang putih, asam folat, pembatasan
garam -> belum cukup bukti
o Suplementasi kalsium (1g/hari pada wanita dengan asupan kalsium rendah/ WHO = 1,5-2 g/hari)-
> mampu menurunkan kejadian PE-> relaksasi otot polos uterus, mencegah aktivasi sel endotel -
> dampak buruknya meningkatkan hipertensi gestasional. Disarankan saat usia kehamian 20 – 28
minggu hingga aterm
o Tirah baring -> tidak efektif menurunkan PE
o Konsumsi aspirin (Tromboksan A2 inhibitor) (75 mg/hari) (profilaksis mulai 12 atau 28 minggu <20
minggu kehamilan hingga aterm) saat setelah minggu ke 16 kehamilan hanya sedikit yang
menunjukkan penurunan kejadian PE. Namun signifikan pada penurunan PEB dan IUGR. Hanya
direkomendasikan pada ibu dgn risiko tinggi riwayat PE, DM, multiple gestasi, hipertensi kronik,
penyakit ginjal, autoimun / nulipara, obes, usia > 35 riwayat LBW atau SGA

Tatalaksana

❖ Kejang dan pencegahannya


➢ MgSO4 first line (ACOG, 2020 dan Buku obPatPad):
• Direkomendasikan pada PEB atau eklamsia
• Loading dose IV 4-6 g dalam 20-30 menit diikuti dosis pemeliharan 1-2 g/jam (6 g 15 ml 40%
dilarutkan dalam 500 cc RL selama 6 jama 28 tts/menit) dalam 24 jam (larutkan dalam RL/dextrosa
10cc untuk sediaan 40% 10 cc)
• Pada SC pemberian dimulai sebelum operasi dimulai hingga 24 jam
• Pada pervaginam dilanjutkan 24 jam setelah persalinan
• Pada fasilitas yang tidak memiliki akses vena (Syringe pump) -> Inisial loading dose IM 10 g (5 g
tiap bokong) diikuti 5 g (12,5 ml 40%) tiap 4 jam + campurkan xylocaine/lidocaine 2%
(menghilangkan nyeri injeksi) -> efek samping terjadi lebih tinggi pada IM. Protap UNSRI : 8 gr (4
gr boka dan 4 gr boki -> 4 gr boka/boki / 6 jam)
• Efek samping MgSO4 : hilangnya tendon reflek (>9mg/dL) -> antisipasi , Depresi nafas (pada kadar
12 mg/dL), serangan jantung (relaksan otot polos pada dosis 30 mg/dL),

Syarat pemberian:

1. Tersedia antidotum (Ca glukonas 10% ->1 g dalam 10 cc IV dalam waktu 3 menit)
2. RR ≥ 16 x/menit
3. Output urinie ≥ 30 cc/jam (≥ 0,5/KgBB/jam)
4. Refleks patella +

Dihentikan bila:

1. Ada tanda intoksikasi (


2. Setelah 24 jam pasca persalinan
3. Dalam 6 jam sudah ada perbaikan -> normotensif

Kontraindikasi MgSO4 ; miastenia gravis, hipokalsemia, gagal ginjal moderate-berat, jantung


iskemik, miokarditis, block jantung)

Tatalaksana intoksikasi depresi napas

1. Pemberian ca glukonas 10% ->1 g dalam 10 cc IV dalam waktu 3 menit


2. Furosemid IV untuk mempercepat ekskresi
➢ Obat lain
o Benzodiazepin Diazepam 10 mg IV dapat diulang 6 jam berikutnya
o Fenitoin

❖ Antihipertensi
• Diberikan bila TD ≥160 mmHg sistolik dan atau ≥110 mmHg diastolik menetap dalam 15 menit
atau lebih
• Pilih salah satu dari Labetolol, hidralazin, nifedipine keefektifannya sama
• ACOG 2020, labetolol 200 mg/12 jam PO bisa ditingkatkan hingga 800 mg (max 2,400 mg/hari) ->
gagal -> nifedipine short acting 10-20 mg PO bisa diulang dalam 20 menit -> 10-20 mg tiap 2-6
jam (max dose 180 mg/hari)
• Efek samping sakit kepala dan takikardi
• Tekanan darah diturunkan tidak lebih dari 20 % dalam 1 jam dan tidak kurang dari 140/90 mmHg

❖ Obat tambahan lain


o Diuretik -> edema paru, gagal jantung, edema anasarka
o Kardiotonika -> ex digitalis untuk payah jantung
o Antipiretik -> demam
o Antibiotik -> tanda infeksi
o Analgesik -> kesakitan / sakit kepala NSAID

-Manajemen ekspektatif/konservatif vs aktif


Manajemen Preeklamsia Berat

Usia Kehamilan

<37 minggu ≥ 37 minggu

Manajemen Ekspektatif

Manajemen Aktif

- Keadaan Ibu, janin, dan hasil lab stabil


- Di lakukan hingga aterm
- <34 minggu -> Pematangan paru
- Pemberian tokolitik untuk
memperlama kehamilan
Aterm
- Evaluasi TTV ibu dan kesejahteraan
janin setiap 2x seminggu
Terminasi
kehamilan

Ibu Janin Laboratorium/


Penunjang Pervaginam
Perabdominan

HELLP Syndrome
❖ Eklamsia
o Cegah trauma -> ikat kendor
o Posisikan lateral dekubitus
o Cegah aspirasi -> pasang sudip lidah
o Oksigen
o Manitol/dexa/gliserol -> edema otak
o Antihipertensi
o TTV dan saturasi oksigen
o Setelah itu berikan anti kejang MgSO4 -> rekuren-> 2-4 g MgSO4 Iv dalam 5 menit ->
setelah 20 menit masih kejang -> Na Amobarbital (250 mg IV dalam 3 menit) / fenitoin
(1.250 mg IV 50 mg/menit)
o Endotrakeal intubasi -> ICU
o NGT
o Setelah keadaan hemodnamik stabil lakukan terminasi (Harus, no matter what) : 4-8
jam setelah pemberian obat kejang terakhir, kejang berakhir, obat antihipertensi,
sadar
o Metode terminasi bergantung pada usia kehamilan, presentasi janin, dan keadaan
cervix. Inpartu -> nilai dengan bishop -> induksi/augmentasi -> SC

Tatalaksana HELLP syndrome:

• Pemberian kortikosteroid -> meningkatkan platelet saja tidak menurunkan morbidatas ibu
(10 mg IV/12 jam 2 kali -> 5 mg/12 jam 2 x -> trombosit > 100.000 dan penurunan LDH.
(sarwono)
• Bisa dipertimbangkan pemberian transfusi trombosit jika ingin melakukan SC atau trombosit
menurun < 50.000 (sarwono)
2. PEEDARAHAN POSTPARTUM

❖ Definisi
o PNPK HOGI, 2016 : Kehilangan darah dari salurana gintalia >500 ml setelah
melahirkan pervaginam atau >1000 ml setelah melahirkan secara SC
o ACOG, 2017 : Kehilangan darah kumulatif ≥ 1000 mL atau kehilangan darah disertai
gejala hipovelemia dalam waktu 24 jam setelah persalinan (termasuk kehilangan
darah intrapartum) -> tujuan perubahan untuk mengurangi jumlah kasus post partum
hemoragik
❖ Klasifikasi
o Waktu Perdarahan
▪ Primer/Dini : Terjadi dalam 24 jam pertama pasca salin (lebih berat)
▪ Sekunder/Lanjut : Terjadi setelah 24 jam pasca salin – 12 minggu
o Banyaknya perdarahan
▪ Minor (500-1000 ml):
▪ Mayor
• Sedang (1000-2000 ml) :
• Berat (>2000 ml):
❖ Faktor Risiko
❖ Gejala Klinis
o Muncul ketika perdarahan >25% /1500 ml (Takikardi dn hipotensi)

❖ Etiologi dan tatalaksana

o Tonus (Atonia Uteri)


▪ Penyebab tersering (70-80%)
▪ Tatalaksana :
• Gagalnya manajemen aktif kala III
• Uterus terasa lunak, kontraksi lemah, TFU masih tinggi (umbilkus)
• Kosongkan kandung kemih
• Lakukan pemeriksaan dalam untuk membersihkan bekuan darah
• Lakukan masase
• Tambahkan uterotonik
• Lakukan kompresi bimanual interna dan eksterna
Tampon balon
o Trauma
▪ Laserasi vagina
▪ Laserasi Servik
▪ Laserasi Perineum
• Biasanya berasal dari pembuluh vena
• Jika berasal dari arteri diperlukan operasi eksplorasi dan ligasi
▪ Hematoma genital -> jika besar di insisi dan drainase
▪ Ruptur Uteri
▪ Inversio Uteri
o Tissue
▪ Sisa Konsepsi (Plasenta, kotiledon, selaput, atau bekuan darah)
▪ Diagnosis : pemeriksaan manual / USG
▪ Tatalaksana : Manual Plasenta / kuret
▪ Retensio plasenta

o Trombin
▪ Evaluasi dan koreksi status koagulasi

o Tatalaksana (Setelah manajemen Aktif kala III dilakukan) POGI


H Ask for Help
Rujuk
A Asses
Nilai tanda vital, kehilangan darah dan lakukan resusitasi:
- cek laboratorium (hb, pembekuan darah, elektrolit gol. Darah, dan crossmatch)
- RIMOT (Resusitasi, Infus 2 jalur kristaloid/koloid, Monitoring TTV, Oksigen, Team approach)
E Establish Aetiology
Temukan penyebab 4T -> Atonia lanjut
M Massage the Uterus
Masase dilakukan segera setelah plasenta lahir dan dipertahankan hingga kontraksi uterus baik
O Oxytocin infusion/Prostaglandin
- Oksitosin 40 IU dalam 500 cc normal saline dengan kecepatan 125 cc/jam
- Ergometrin (KI =Hipertensi) IM 0,2 mg perlahan -> 0,2 mg IM setelah 15 menit (bila diperlukan)
+ dapat diulang 2-4 jam maks 5 kali (1 mg)
Misoprostol perektal 800-1000 mcg
Transfusi darah
S Shift to theatre – exclude retained product and trauma/bimanual
-Singkirkan adanya plasenta dan selaput ketuban (kuret)
-Kompresi Bimanual Interna (menunggu jalannya uterotonik)
T Tamponed Ballon/Uterine packing
-Balon Bakri SOS balon (pengatur tekanan intrauterine -> sama sepertitekanan sistolik)/
tampon balon kondom kateter 300-400 -> perdarahan berhenti
- siapkan pembedahan
A Apply Compresson Sutures – B linch
Penjahitan uterus
S Systematic Devascularization
Ligasi arteri uterina dan ligasi arteri hipogastrika
I Interventional Radiologist
Embolisasi arteri Uterina
S Subtotal/total Histerektomi
❖ Komplikasi
o Respiratory distress syndrome
o Shock
o Disseminated Intravascular Coagulotion
o Gagal ginjal akut
o Infertil
o Nekrosis kelenjar pituitari (Sheehan syndrome)
o
❖ Pencegahan
o Manajemen aktif Kala III
▪ Injeksi oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir (10 IU IM pada 1/3 atas
disatl lateral paha)
▪ Peregangan tali pusat
▪ Masase uterus

TANDA LEPASNYA PLASENTA + PERASAT LEPASNYA PLASENTA

• Tanda
1. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat keras dan
keatas)
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
• Kustner : regangan tali pusat + penekanan atas simfisis (tidak lepas: tali pusat masuk)
• Klein : meneran (tidak lepas : ketika selesai tali pusat tertarik kembali)
• Strassman : regangan tali pusat + mengetok fundus uteri (tidak lepas : tali pusat
bergetar)
• Manuaba : regangan tali pusat + memegang segmen bawah rahim+dorong keduanya
dengan arah berlawanan ( tidak lepas : tarikan berat dan tali pusat tidak memanjang)

3. KPD/KPSW

• Definisi :
o KPSW : Pecahnya ketuban sebelum pembukaan 3 cm/ fase aktif (protap)
o KPD : Pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan (POGI 2016)
▪ PROM (premature rupture of membrane) ≥ 37 minggu
▪ PPROM (Preterm premature rupture of membrane) < 37 minggu
▪ KPD sangat preterm < 24 minggu
• Etiologi : Trauma (amniosentesis) , Infeksi, Inkompetensi seviks, over distensi uterus
• Diagnosis:
o Ferning test
o Nitrazine test
o IGFBP-1 (insuline like growth factor -1) (+)
o Vaginal pooling test (ada cairan di fornix/ketika valsava keluar ketuban)
o USG -> AFI <5cm (4 kuadran vertikal ditambahkan)
• Tatalaksana POGI 2016:
o Antibiotik KPD memanjang > 24 jam (Benzilpenislin 1,2 g/ 4 jam atau bila alergi
klindamisin 600 mg IV/8 jam) Ampisillin 2 g IV/6 jam atau eritromisin 250 mg IV/6 jam
selama 2 hari->amoxicillin 250 mg/8 jam selama 5 hari
o Tokolitik tidak disarankan pada preterm (POGI 2016 rekomendasi A) bila masih mau
diberikan neuroproteksi pada usia <31minggu (persalinan 24 jam) MgSO4 6 gr IV
selama 40 menit -> infus 2 g/jam sampai 12 jam atau pesalinan
o Pematangan paru <34 minggu (Betametason 12 mg/24 jam selama 2 hari atau
deksametason 6 mg/12 jam selama 2 hari)
o Manajemen ekspektan <34 minggu, >34 minggu risiko korioamnionitis (rekomendasi
B)
KONTRA INDIKASI PARTOGRAF (khusus dr.JK)

• SC elektif (DKP, plasenta previa, gawat janin, malpresentasi dan posisi dll)
• IUFD
• Prematur
• Bukaan > 8 saat ditangani
• Preeklampsia-eklampsia (Karena indeks gestosis dinilai setiap 6 jam, sedangkan pemeriksaan
dalam pada partograf tiap 4 jam sehingga terlalu sering melakukan pemeriksaan dan
pelaporan -> tekanan darah)

SKORING

• Bishop Score : Keberhasilan induksi


Interpretasi : <= 3 (gagal), < 5 (pamatangan terlebih dahulu), ≥ 6 (berhasil) >8 (lahir spontan)

• Index gestosis: Menilai keparahan dan keberhasilan terapi preklamsi


Interpretasi : 1-4 (ringan), 5-7 (sedang), 8-11 (Berat) dinilai tiap 6 jam (M.Yunus)

• Zatuchni Andros : keberhasilan pervaginam presbo

• VBAC : Keberhasilan pervaginam setelah riwayat SC


• Indeks tokolitik : keberhasilan pemberian tokolitik
• APGAR score: Menilai status kesehatan bayi baru lahir dan tanggapan untuk melakukan
resusitasi jika diperlukan (ACOG)

Interpretasi : <3 (asfiksia berat), 4-6 (asfiksia sedang), >7 (normal) dinilai pada 1 dan 5 menit pertama
serta tiap 5 menit hingga 20 menit untuk skor <7 (ACOG)

• Ballard Score: kematangan fisik dan neuromuskular neonatus


4. PERDARAHAN ANTE PARTUM

• Definisi : perdarahan pervaginam yang terjadi dari 24 minggu kehamilan hingga sebelum
kelahiran bayi (RCOG, 2011)
• Plasenta Previa : Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutup OUI (unpad)
o Marginal, Parsial, total
• Vasa Previa : Pembuluh darah janin terdapat di membran yang melintasi ostium (obpad)
perdarahan tidak nyeri apabilah ketuban pecah
• Abruptio/solusio/ablasio Plasenta : lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang
terimplantasi normal diatas usia 22 minggu dan sebelum lahirnya anak (unpad)
o Revealed hemorrhage (keluar melalui vagina)
o Cocealed hemorrhage (tidak keluar melalui vagina)
o Marginal, Parsial, total
o Ringan (<25% <250 ml), Sedang (>25% 250-999 ml), Berat (>50% ≥ 1000 ml)
o Bisa menyebabkan Apopleksia uteroplasenta (Couvelaire uterus) perdarahan dalam
otot rahim dan dibawah endometrium hingga uterus berwarna biru akibat
fibrinogenemia

• Tatalaksana (Sarwono):
o ABC, Resusitasi cairan (infus dan atau transfusi sesuai kebutuhan)
o Pantau TVI dan janin (bila memungkinkan gunakan KTG)
o Tirah Baring
o Plasenta Previa
▪ Perdarahan sedikit, TVI baik (rawat jalan, kembali bila perdarahan ulang +
steroid apabila usia kehamilan 24-34 minggu)
▪ Perdarahan banyak (terminasi bila sudah viabel -> SC)
o Vasa Previa : SC
o Solusio plasenta : SC (janin hidup,cukup bulan, gawat janin, belum inpartu),
pervaginam bila janin mati/perdarahan sedikti
• Diagnosis : USG + color doppler, hipofibrinogen <100 mg%, oliguria (solusio)
5. MALPOSISI DAN MALPRESENTASI (sarwono,protap unsri,unpad)

❖ Istilah
o Sikap (habitus) : Hubungan bagian janin (muka terhadap punggung janin) fleksi-
defleksi maksimal
o Letak (situs) : Hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu
(memanjang, melintang, oblik)
o Presentasi : Bagian terbawah janin
o Posisi/denominator /bagian janin penunjuk terhadap jalan lahir sesuai kiri, kanan,
depan dan belakang ibu
• Normoposisi
o UUK depan
o UUK kanan depan
o UUK kiri depan
• Malposisi : penunjuk tidak berada di anterior
o UUK belakang
o UUK kanan belakang
o UUK kiri belakang
o UUK melintang
• Malpresentasi : bagian terbawah janin bukan belakang kepala
o Dahi
▪ Denoominator frontum (dahi)
▪ Teraba orbita, UUB, pangkal dagu
▪ Bisa jadi presentasi muka atau oksiput
o Muka
▪ Diagnosis : VT: teraba dagu, mulut (perbedaan dari bokong tonjolan
molar dan mulut membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuber
iskia sejajar+mekonium), DJJ di bagian kecil
▪ Bisa lahir spontan (dagu didepan)
▪ Bisa diabantu forsep ( dagu depan & hodge IV)
▪ Dagu belakang saran SC (defleksi kepala maksimal)/ perasat Thorn
pervaginam
o Bokong
▪ Diagnosis : DJJ letak tinggi, dari leopold, VT : bokong, mekonium, USG
▪ Dicoba versi bila belum inpartu dan bokong bebas (metode lama)
▪ Complete, Frank (bokong murni) bisa pervaginam apabila memenuhi
skor zatuchni andros dengan metode:
• Bracht, pinard (Bokong dan kaki) SPONTAN
• Klasik/deventer (bahu belakang), Muller (bahu depan),
Lovset (Bahu) PARTIAL EKSTRAKSI
• Mauriceau smille veit (muka) PARTIAL, piper cunam,
• EKSTRAKSI TOTAL
▪ Fase persalinan : lambat (bokong-pusat) cepat (pusat-mulut) lambat
(mulut-kepala)
▪ Komplikasi : after coming head (tali pusat terjepit kepala saat di
panggul harus lahir 8 menit),Perdarahan intakrnial (cepatnya lahir
kepala), prolaps tali pusat, kerusakan tulang belakang ( hiperekstensi
saat persalinan)
▪ Footling dan kepala hiperekstensi : di SC
o Bahu : Versi kalau bisa, tidak -> SC

6. PERBEDAAN BRAXTON HICK VS HIS

7. ABORTUS

• Definisi : Suatu ancaman atau keluarnya hasil konsepsi sebelum dapat hidup diluar kandungan
dengan usia kehamilan < 20 minggu atau berat < 500 gram. (WHO) ada juga yang bilang 22
minggu karna usia 20 minggu rata2 berat hanya mencapai 320 gram (william obstetrik)
• Etiologi :
o Kelainan janin : blighted ovum, kelainan kromosom
o Maternal: infeksi TORCH atau yang lain, inkompatbilitas, kelainan anatomi, penyakit
vaskular / endokrin
o Trauma, radiasi, obat-obatan
• Klasifikasi :
o Spontan
o Provokatus
▪ Medisinalis
▪ Kriminalis
o Klinis
Diagnosis Definisi Perdarahan Serviks Tinggi Konsepsi Tatalaksana
Fundus / nyeri
Iminens Abortus sedikit tertutup Sesuai sedikit -Tirah baring + X
mengancam coital (3 hari)
-Progesteron 5-10
mg
Insipiens Abortus sedang Sedang- terbuka sesuai Sedang- -Evakuasi hasil
berlangsung banyak berat konsepsi <16
minggu kuretase, >
16 minggu
oksitosin 20 IU/500
cc Rl/40 gtt/menit
-uterotonik post
evakuasi
-antibiotik
Inkomplit Konsepsi lahir Sedang- Terbuka Tidak Sedang- -Perbaikan KU
tidak lengkap banyak sesuai berat + -Evakuasi hasil
sebagian konsepsi <16
hasil minggu kuretase, >
konsepsi 16 minggu
oksitosin 20 IU/500
cc Rl/40 gtt/menit
-uterotonik post
evakuasi
-antibiotik 3 hari
Komplit Konsepsi lahir Sedikit/- Terbuka Tidak Observasi
lengkap ./ sesuai perdarahan (10 hari
tertutup berhenti)
Missed Abortus Sedikit tertutup Tidak -Perbaikan KU
Abortion tertunda berwarna sesuai -Dilatasi
(konsepsi yang kehitaman / - (Misoprostol 200
telah mati mcg/ 6 jam atau
tertahan laminaria) dan
didalam rahim) kuretasi/evakuasi
oksitosin bila > 12
minggu

• Habitualis : Abortus berturut-turut ≥ 3x


• Septik/febrilis : abortus insipien/inkomplit yang disertai infeksi
o Gejala: demam, perdarahan, riwayat menggugurkan, fluxus bau, nyeri tekan
o Tatalaksana : Perbaikan KU, posisi fowler (duduk), antibiotik IV 24 jam,
uterotonik, evakuasi isi uterus (obpad)
• Missed abortion : hasil konsepsi telah mati tertahan didalam rahim selama 8 minggu atau
lebih dan biasanya tes kehamilan negatif (obpad dan protap)

Diagnosis :
• Mekanisme ketoasidosis dan asam laktat

8. RUPTUR UTERI (Sarwono, ObPad,Protap Unsri)

• Definisi :
o Robeknya dinding uterus saat kehamilan atau persalinan
o Komplit :Keadaan dimana telah terjadi robekan pada rahim dimana telah terjadi
hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum (ketiga lapisan
uterus robek)
o Inkomplit : Hubungan antara amnion dan peritoneum masih dibatasi oleh
peritonemum viseral (hanya 2 lapisan yang robek, endo dan miometrium)
o Dehisen : Bekas luka parut merekah dikit demi sedikit dengan kantong ketuban belum
robek
o Kolpaporeksis : Perluasan ruptur ke korpus, serviks, atau vagina
• Faktor risiko
o Riwayat SC atau operasi pada uterus (kuretase, miomektomi, histerorafi, dll)
o Manuver kristeller
o Kelainan anatomi
o Trauma
o DKP, malpresentasi (presentasi bahu), makrosomia, hidrosefalus
• Klasifikasi
o Sebab
▪ Spontan : Karena kekuatan his semata
▪ Violent : manipulasi tenaga tambahan (induksi/dorongan)
▪ Traumatika : kecelakaan/kekerasan
o Anatomik
▪ Komplit : transperitoneal (3 lapis rahim)
▪ Inkomplit : subperitoneal (2 lapis rahim X serosa)
o Waktu
▪ Kehamilan
▪ Persalinan
o Sifat
▪ Silent: tanpa gejala khas (bekas sesar)
▪ Dehisen : Merekah sedikit demi sedikit (bekas parut)
▪ Overt : tanda gejala jelas, cepat, dan akut
o Lokasi
▪ SBR
▪ Serviks
▪ Korpus
o Gambaran klinis
▪ Ruptur uteri iminens /ancaman: Ring van Bandl ( Kontraksi dan retraksi
berulang uterus yang menarik keatas SBR sehingga melebar dan tipis
kemudian menimbulkan lingkaran retraksi batas kedua segmen yang semakin
meninggi melewati batas fisiologik), ibu gelisah, nyeri diluar his dan tekan, DJJ
abnormal atau tidak ada, hematuria
▪ Setelah Ruptur:
• Tanda syok hipovolemik (HB rendah, anemia, takikardi, tensi turun,
sesak)
• Nyeri tekan
• Bagian janin teraba jelas
• His hilang
• Hemiperitoneum : merangsang diafragma-> nyeri memancar ke dada
• DJJ hilang atau deselerasi variabel berat dengan KTG
• Pemeriksaan dalam: teraba robekan->usus, janin berpindah
• Perdarahan pervaginam/hematuria
o Tatalaksana
▪ Perbaiki ABC/ perbaikan KU/transfusi
▪ Antibiotik spektrum luas
▪ Histerektomi (multigravida dengan luka compang-camping+tubektomi,
nekrosis luas)
▪ Histerorafi (masih ingin punya anak, luka rapi tanpa nekrosis)
o Komplikasi
▪ Syok hipovolemik
▪ Sepsis
9. DISPROPORSIO KEPALA PANGGUL (Obspad+sarwono ilmu bedah)

▪ Ciri ibu : Cebol <145 cm, perut menggantung


▪ Persalinan Percobaan: percobaan melakukan persalinan pervaginam pada perempuan yang
memiliki panggul relatif sempit (CV 8,5-10 cm) berhasil bila lahir spontan atau dibantu ektraksi
dengan keadaan anak dan ibu baik
• Kesempitan PAP : Konjugata vera <10 cm atau <8,5 cm (absolut) / diamter transversa <12 cm
• Kesempitan PTP : Diameter antar spina <9 cm
• Kesempitan PBP : Diameter tuber ischii < 8cm
*Konjugata vera = diagonalis -1,5 cm normalnya +- 11 cm
Konjugata diagonalis normal = 12 cm
Diameter transversa = 12,3-13 cm
Diamter interspinosum = 9,5-10

PCOS (Medscape)

Definisi : Suatu kondisi yang ditandai dengan infertilitas, pembesaran ovarium, masalah menstruasi,
level hormon pria yang tinggi, pertumbuhan berlebih rambut pada wajah, tubuh, jerawat, dan
obesitas. (NIH)

Etiologi : tidak jelas (genetik)

Faktor risiko: Obesitas, DM

Kriteri diagnosis American society for reproductive Medicine (ASRM) 2003

• Oligo-ovulasi/anouvulasi (oligomenore atau amenore)-> infertil


• Hiperandrogenisme/hiperandrogenemia (Hirsutisme, alopecia, acne
• Polycystic ovaries (roda pedati)

Tatalaksana:

• modifikasi gaya hidup


• oral kontrasepsi (agar mens dan mengatasi hiperandrogen)
• metformin anti diabetes
• anti androgen (spironolakton 100 mg/hari)
• klomifen sitrat (50-100 mg/hari) untuk infertil
• analog GnRh

Komplikasi : Dm,ca endometrium, hipertensi (NIH)

10. ENDOMETRIOSIS

• Definisi : suatu penyakit di mana jaringan yang mirip dengan endometrium tumbuh di luar
uterus yang menyebabkan rasa sakit dan atau infertiilitas (WHO, 2021)
• Etiologi : retrograde menstruasi, metaplasia sel membentuk endometrium, stem sel yang
menyebar melalui pembuluh darah dan limfatik, dan banyak lagi teori lain seperti estrogen
(WHO)
• Lokasi : peritoneum pelvis, ovarium, rectovaginal septum, usus, vesika, bahkan bisa di luar
pelvis (WHO)
• Gejala : Nyeri panggul, dismenore, dispareunia, disuria, diskezia, kelelahan, kembung dan
mual (WHO), infertilitas akibat reaksi inflamasi kronik -> jaringan parut
• Diagnosis : TVUS/MRI (POGI) Laparaskopi -> biopsi (WHO)
• Tatalaksana : Operasi (bergantung ukuran lesi dan bisa mengembalikan kesuburan akibat
perlengketan), kontrasepsi hormonal (menurunkan estrogen dan meningkatkan progesteron
agar lingkungan yang mempromosikan pertumbuhan endometriosis berkurang), NSAID,
analgesik (WHO) agonis GnRH (down regulasi reseptor GnRH ->hipogonad->pengecilan
endometrium)

11. MOLAHIDATIDOSA

• Definisi : masa vili korion yang besar, membengkak, kadang berdilatasi kistik, secara
makroskopik mirip anggur (Patologi robin)
• Klasifikasi :
o Komplit : tanpa embrio, etiologi teori sitogenetika : ovum yang kosong/tidak berinti
akibat kelainan meiosis dibuahi sebuah sperma haploid yang berduplikasi sendiri
(diploid androgenetik) ->obspad
o Parsial : gejala lebih ringan dibanding komplit, ada unsur janin/embrionik, satu ovum
normal dibuahi 2 sperma (diandro triploid)
• Gejala dan Diagnosis: Perdarahan pervaginam, meningkatan B hCG > 100.000 mIU/ml,
amenore, mual mintah hebat, uterus > dari usia kehamilan, adanya kista lutein uni/bilateral
akibat peningkatan b hCG, tirotoksikosis, DJJ(-), USG (gambaran honey comb/snow strom),
hasil PA
• Tatalaksanan : Perbaikan KU, transfusi, AVM+kuretase tumpul -> tajam, diulang kuret jika ada
indikasi
• Follow up : B hcG < 5mIU/ml, atau 8 minggu B hcG urin negatif, kembali hamil normal (obspad)
• Komplikasi : Koriokarsinoma prognosis 100% sembuh walau invasi sudah ke paru (robin), mola
invasif -> kemoterapi (metotrexate 20 mg/hari + antidotum asam folate)

12. ASHERMAN SYNDROME

Definisi : Perlengketan/adhesi intra uterin akibat jaringan parut di dalam uterus atau servix (NCBI)

Tatalaksana : menghilangkan parut dengan gunting dengan bantuan USG/histereskopi/laparaskopi.


Di M yunus (businasi)

13. KONTRASEPSI (Sarwono ilmu kandungan)


• IUD :
o Mekanisme: Memicu peradangan -> peningkatan leukosit penghancur blastokis dan
sperma, Ionisiasi logam CU sebagai spermasid yang efektifitasnya makin lama makin
berkurang.
o Komplikasi : PID, KET, Perdarahan,Perforasi
o Kekurangan : mengganggu suami, bisa eksplusi, butuh tenaga terlatih
o Waktu pemasangan yg pas : post abortum, post SC, post partum (ingat waktunya >48
jam-4 minggu tidak disarankan risiko perforasi), menstruasi
o Saran : sebaiknya diganti 2-3 tahun sekali
• Hormonal
o Mekanisme : umpan balik negatif hipofisis -> penurunan FSH (pematang folikel) -> LH
menurun -> anovulasi, peningkatan kekentalan lendir servik dan anti estrogenik
(penebal endometrium-> penghalang imlantasi (progestin)
o Komplikasi dan efek samping: trombosis, hipertensi, obes, emosianal tidak stabil dll
• Vasektomi : boleh koitus tanpa pengaman apabila sudah ejakulasi 8-12 kali

FARMAKOLOGI OBAT

Nama Obat Mekanisme kerja Keterangan


MgSO4 + Menghambat atau menurunkan
kadar asetilkolin pada rangsangan
serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskular
+ Menggeser kalsium sehingga
rangsangan tidak terjadi (sarwono)
Asam traneksamat + Anti fibrinolitik ( memindahkan
plasminogen dari fibrin)
+ Menurunkan aktivitas plasmin
Misoprostol + Analog PGE sintetik
Ergotamin + Stimulasi reseptor alfa untuk
vasokonstriksi pembuluh

14. GAWAT JANIN

• Disebut gawat janin apabila djj > 160 x/menit atau dibawah 100x/menit, ireguler, atau
keluarnyamekonium yang kental (Sarwono)
• DJJ diukur setelah kontraksiagar bisa mengetahui ada atau tidaknya deselerasi lambat yang
merupakan salah satu tanda hipoksia (Sarwono)
• Tatalaksana: Resusitasi intrauterin (Sarwono)
o Miringkan ibu ke sebelah kiri untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
o Hentikan infus oksitosin (bila diberikan)
o Terapi cairan pada ibu dengan RL 1L untuk memperbaiki hipotensi ibu pasca anastesi
epidural -> dipercepat
o Beri oksigen 6-8 L/menit
o Jika terdapat hiperstimulasi uterus berikan tokolitik
o Dilakukan selama 20 menit -> tidak bisa pervaginam -> perabdominan
o
15. INERSIA UTERI

Kelemhana His yang terjadi pada kala I

• Fase laten : Serviks yang belum matang atau penggunaan analgetik ( prostaglandin inhibitor)
• Fase aktif : disporposio kepala panggul, fetal pelvic disporpotion,
• Regangan berlebihan (Hidramnion/gemeli)

Soal Dobs dr.Demsi

1. 60 Langkah ANC

Jawaban : Terdiri dari 10 langkah besar

I. Mengenali tanda dan gejala kala II


1 DoRan, TekNus, PerJol, VulKa (Sfingter anal membuka)
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2 Tempat, alat dan obat untuk resusitasi : masukan spuit dalam tempat instrumen buka ampul
oksitosin 10 unit
3 Pakai pelindung diri lengkap
4 Mencuci tangan sesuai standard, keringkan
5 Pakai satu sarung tangan DTT untuk P
6 Masukkan oksitosin dalam tabung suntik, pakai kedua sarung tangan
III. Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7 Bersihkan vulva
8 Lakukan pemeriksaan dalam – pecahkan ketuban
9 Dekontaminasi sarung tangan – lepaskan
10 Periksa DJJ
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga
11 Beritahu ibu
12 Minta keluarga membantu
13 Bimbing ibu untuk meneran
14 Bila belum ada dorongan meneran, ubah-ubah posisi ibu
V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15/16 Letakkan handuk diatas perut ibu dan alas untuk bokong
17 Buku tutup partus set
18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Pertolongan kelahiran bayi
19 Setelah kepala tampak 5-6 cm, lindungi perineum dan tahan kepala bayi
20 Kepala lahir periksa lilitan tali pusat
21 Tunggu kepala mengadakan putaran paksi luar
Lahirnya bahu
22 Pegang kkepala secara biparietal , arahkan kebawah untuk melahirkan bahu depan, arahkan
keatas untuk melahirkan bahu belakang
Lahirnya bdan dan tungkai
23 Sanggah dan susur
24 Lanjutkan sanggah dan susur
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25 Nilai bayi
26 Keringkan tubuh bayi kecuali tangan, ganti handuk dengan selimut
27 Periksa tinggi fundus uteri
28 Beritahu ibu akan disuntik
29 Suntikkan oksitosin
30 Klem tali pusat
31 Potong danikat tali pusat
32 Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit dengan kulit
33 Selimuti ibu dan bayi, pakaikan topi
VII. Penatalaksanaan aktif kala III
34 Pindahkan klem 5-10 cm dari vulva
35 Letakkan satu tangan diatas perut ibu
36 Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri berada diatas simpisis mendorong
kearah dorso kranial
Mengeluarkan plasenta
37 Bila plasenta telah lepas, minta ibu bantu meneran
38 Saat lahir dari introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan
Rangsangan taktil
39 Bilaplasenta tela lahir, segera lakukan masase pada fundus uteri
IX. Menilai perdarahan
40 Periksa kedua sisi plasenta
41 Evaluasi kemungkinan laserasi perineum
X. Prosedur Paska persalinan
42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik
43 Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan kulit minimal 1 jam
44 Setelah menyusu berikan vitamin K 1 mg paha kiri, salep mata, timbang dan periksa
45 Setelah 1 jam pemberian Vit K, berikan imunisasi hepatitis B paha kanan
Evaluasi
46 Pantau kontraksi
47 Ajari ibu/ keluarga melakukan masase
48 Periksa nadi ibu
49 Periksa suhu dan pernafasan bayi, pastikan dalam keadaan baik
50 Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan
Kebersihan dan keamanan
51 Masukkan semuaperalatan bekas pakai dalam klorin
52 Buang bahan terkontaminasi
53 Bersihkan ibu
54 Pastika ibu nyaman
55 Dekontaminasi tempat persalinan
56 Celupkan sarung tangan dalam larutan klorin
57 Cuci kedua tangan
58 Lengkapi partograf, periksa ttanda vital asuhan kala IV
2. 10 T dan 14 T
Jawaban :

3. Jelaskan Kala I, II, III, dan IV

Jawaban :

• Kala I : Pembukaan serviks


o Fase Laten : 1-3 cm, 8-10 jam (primigravida) 6-8 jam multi gravida
o Fase Aktif : 1 jam/cm (6 jam) Primigravida / 2 cm/jam (3 jam) multigravida
▪ Akselerasi = 3-4 cm (2 jam)
▪ Dilatasi maksmal = 4-9 cm (2 jam)
▪ Deselerasi = 9-10 cm (2 jam)
• Kala II : Pengeluaran bayi (Bukaan lengkap – lahirnya bayi)
o 2 jam primigravida
o 1 jam multigravida
4. Jelaskan tentang cara menilai kontraksi dan arah His, perbedaan dengan barxton his

Jawaban :

• Cara menilai dengan menekan dinding rahim pada puncak kontraksi (Acme) selama
10 menit
• His dikatakan kurang apabila : lemah (dari plpasi), pendek (lamanya), dan jarang (dar
sela waktu antara 2 his)
• His dikataan adekuat apabila ≥ 3x dalam 10 menit selama > 40 detik atau 50-60 mmHg
pada KTG(Buku ObPad hal 131 ->WHO)
• His >50 detik -> risiko gawat janin
• His yang terjadi terus menurus diantara 2 his tanpa istirahat -> tetania uteri
• Kelainan his : Inersia Uteri (pemanjangan fase laten dan atau fase aktif dari kala
pembukaan/lemahnya his)
5. Tanda pasti dan tidak pasti hamil

Jawaban :

6. Cara mengukur DJJ

Jawaban : Dilakukan setelah selesai kontraksi -> kesempatan jantung berdenyut normal

- Fetoskop /laennec/stetoskop monoaural = ukur pada saat 5 detik ke 1,3, dan 5 kemudian di
x 4 dikatakan ireguler apabila terdapat perbedaan djj yang jauh dari 3 pengukuran

- Kardiotokografi, lebih baik dari doppler dan laennec, bisa juga untuk menilai kekuatan his

7. Apa yang didapat dari pemeriksaan leopold dan bagaimana caranya

Jawaban :

8. Apa yang dimaksud dngan fase laten memanjang

Jawaban :

9. Prinsip hecting
Jawaban :
10. Bidang hodge
Jawaban :
11. Edukasi untuk pasien hamil

Jawaban :

12. Partus normal dan spontan


Jawaban :
13. Perdarahan selama persalinan
Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai