PREEKLAMSIA
Di susun Oleh:
Aria Jaya, S.Ked
FAB 116 018
Pembimbing:
dr. Herlina Eka Shinta, M.Biomed, Sp.PA
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALAGKA RAYA
PALANGKA RAYA
Hipertensi dalam kehamilan adalah penyebab
kematian utama ketiga pada ibu hamil
setelah perdarahan dan infeksi
WHO (2010) AKI sebesar 287.000 80%
perdarahan, infeksi (setelah melahirkan),
tekanan darah tinggi selama kehamilan
(preeklampsia dan eklamsia) dan aborsi
Indonesia (2011) perdarahan nifas 26,9%,
eklamsia 23%, infeksi 11%, komplikasi
puerpurium 8%, trauma obtetrik 5%, emboli
obstetric 8%, aborsi 8%, dan lain-lain 10,9%
Hipertensi Gestasional
Preeklamsia
Eklamsia
Preeklamsia superimposed pada hipertensi
kronis
Hipertensi kronis
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan.
Obesita Paritas
Hiperplasentosis
Sirkulasi uteroplasenta pada
kehamilan normal dan
preeklampsia
Pada gambar di samping gambar
sebelah kiri (A) : kehamilan
normal terjadi perubahan pada
cabang arteri spiralis dari
dinding otot yang tebal menjadi
dinding pembuluh darah yang
lunak sehingga memungkinkan
terjadinya sejumlah aliran
darah ke uteroplasenta.
Sedangkan pada gambarsebelah
kanan (B) : preeklampsia,
perubahan arteri spiralis ini
tidak terjadi dengan sempurna
sehingga dinding otot tetap
kaku dan sempit dan akibatnya
akan terjadi penurunan aliran
darah ke sirkulasi uteroplasenta
yang mengakibatkan hipoksia.
Ketika ketidakseimbangan dalam stres
oksidatif dan kapasitas antioksidan
menyebabkan gangguan invasi trofoblas,
gangguan remodeling spiral arteri dan
fenomena iskemia reperfusi yang mengarah
ke stres oksidatif kronis di unit plasenta
• - tekanan darah >140/90 mmHg setelah kehamilan 20
minggu
• - proteinuri >300mg/24 jam atau > +1
Kriteria umum
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
FISIK
sakit kepala
di daerah
frontal
Mual dan
muntah
takikardia, takipneu,
edema paru,
≥ 140/90mmHg perubahan kesadaran,
preeklampsia ringan hipertensi
dan≥ 160/110 mmHg ensefalopati,
pada preeklampsia hiperefleksia,sampai
berat tanda-tanda
pendarahan otak
• Pada preeklampsia ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu ≥ 300
mg perliter dalam 24 jam atau secara kualitatif +1 sampai +2 pada
urine kateter atau midstream. Sementara pada preeklampsia
PEMERIKSAAN berat kadanya mencapai ≥ 500 mg perliter dalam 24 jam atau
secara kualitatif ≥ +3.
URIN
mencegah perdarahan
intrakranial serta mencegah
gangguan fungsi organ vital
Istirahatmerupakan terapi utama dalam penanganan
preeklampsia ringan.
Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak, garam secukupnya dan roboransia prenatal.
Tidak diberikan obat-obat diuretik antihipertensi, dan
sedative.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium HB, hematokrit,
fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.
a) Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah,
kadar proteinuria selama 2 minggu.
Janin
Adanya tanda-tanda fetal distress
Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction
Terjadinya oligohidramnion Laboratorik
Adanya tanda-tanda “sindroma HELLP” khususnya
menurunnya trombosit dengan cepat
bilakehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai
tanda –tanda impending eklampsia dengan keadaan
janin baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan
medikamentosa pada pengelolaan secara aktif.
Selama perawatan konservatif, sikap terhadap
kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri.
Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai
tanda-tanda preeclampsia ringan, selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam.
Serangkaian
gejala yang membentuk sebuah
syndrom yang dapat mempengaruhi ibu hamil
Sindrom hellp :
H : Hemolysis
El : Elevated liver enzymes (↑ ALT, AST)
LP : low platelet
Preeklamsia
Etiologi
Diagnosis
Komplikasi
Tujuan utama penanganan
Angsar, M. D. (2013). Ilmu Kebidanan (4 ed.). Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. (2013). Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi (9 ed.). (S. S. Primarianti, & T. Resmisari, Eds.)
Jakarta: EGC.
Cunningham, F. G., Lenevo, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y.,
Dashe, J. S., Hoffman, B. L., et al. (2014). Williams Obstetrics
(24th ed.). United States: McGraw-Hill Education.
Hollingworth, T. (2014). Differential Diagnosis in Obstetrics and
Gynaecology: An A-Z. (A. Ganda, & M. Surya, Eds.) Jakarta: EGC.
Taber, B. Z. (2013). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi. (M. S, Ed.) Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (2004). Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGC.
Mustafa, R., Ahmed, S., Gupta, A., & Venuto, R. C. (2012). A
Comprehensive Review of Hipertension in Pregnancy. J Pregnancy
, 1-19.
POGI. (2005). Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan
di Indonesia. Jakarta: Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI.