Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Ny U


P1A1 POST PARTUS SPONTAN DIAGNOSA PEB
DI RUANG PONEK RSD MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas PKK Lanjut


Di RS Daerah Moewardi Surakarta

Disusun oleh :
Rosita Anjani
20018

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN


JAWA TENGAH
2023
A. DEFINISI
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Nanda, 2012)
B. ETIOLOGI
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada
berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin
bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang
menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum
diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
- Hypertensi
- Pada otak (sakit kepala, kejang)
- Pada placenta (solution placentae, kematian janinPada ginjal (oliguri,
insuffisiensi)
- Pada hati (icterus)
- Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu:
- Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa
- Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
- Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
- Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
- Molahidatidosa
- Diabetes melitus
- Kehamilan ganda
- Hidrocepalus
- Obesitas
- Umur yang lebih dari 35 tahun
C. KLASIFIKASI
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30
mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
3) Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ &
2+ pada urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
1) TD 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5gr atau lebih perliter
3) Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
4) Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium
5) Terdapat edema paru dan sianosis
D. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit.Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine
porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam
G. KOMPLIKASI
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia
uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes,
Low Platelet Cown), ablasiretina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
H. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan pre eklamsia yaitu
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah Lengkap dan Apusan Darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normalhemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%).
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150.000-450.000/mm3
2) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi Hati
a) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dL).
b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL.
d) Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat(N= 15-45 u/ml)
e) Serum Glutamat Oxaloacetic transaminase (SGOT)meningkat (N= <
31 u/ml)f) Total protein serum menurun (N= 6,7 – 8,7 g/dL)
4) Tes Kimia Darah
Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL, dimana nilai normalnyayaitu 2,4 – 2,7
mg/dL b. Pemeriksaan Radiologi
1) Ultrasonografi (USG)
Hasil USG menunjukan bahwa ditemukan retardasiperteumbuhan
janin intra uterus. Pernafasan intrauteruslambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketubansedikit.
2) Kardiotografi
Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiotografimenunjukan
bahwa denyut jantung janin lemah
I. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan medis :
a. Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%sebanyak 500cc
tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4: dosisawal 2 gram intravena diberikan
dalam 10 menit dilanjutkandengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram
perjam dripinfus (80ml/jam atau 15-20 tetes/menit)
b. Obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebihdari 160 mmHg
dan tekanan diastolic lebih dari 110 mmHg
c. Obat nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10mg oral. Bila dalam 2 jam belum
turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi (Rohan,2013).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penanganan aktif
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah
kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap. Penderita ditangani aktif bila ada
satu atau lebih kriteria ini.
- Ada tanda-tanda impending eklampsia
- Ada hellp syndrome
- Ada kegagalan penanganan konservatif
- Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
- Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500 cc tiap 6 jam.
Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit,
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80
ml/jam atau 15-20 tetes/menit).
Syarat pemberian MgSO4 :
- Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit
- Tidak ada tanda-tanda gawat napas
- Diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya
- Refleks patella positif.
MgSO4 dihentikan bila :
- Ada tanda-tanda intoksikasi
- Atau setelah 24 jam pasca persalinan
- Atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.
Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah
sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat
yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam
belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita
belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip,
kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi
tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan
pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi (D.0003)
2. Hipervolemia b.d kehilangan cairan aktif (D.0123)
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)
4. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)
K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. SDKI : Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi (D.0003)
SLKI : Pertukaran Gas (L.01003)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan gangguan
pertukaran gas pasien dapat meningkat dengan kriteria hasil:
- Tingkat kesadaran meningkat
- Dispnea menurun
- Bunyi nafas tambahan menurun
- Nafas cuping hidung menurun
- Takikardia membaik
- Sianosis membaik
- Pola nafas membaik
SIKI : Pemantauan Respirasi (L.01014)
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya nafas
- Monotor pola nafas
- Monitor bunyi nafas
- Monotor saturasi
Teraupetik
- Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemmantauan
Edukasi
Jelaskan prosedur pemantauan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian terapi oksigen
2. SDKI : Hipervolemia b.d Kehilangan cairan aktif (D.0123)
SLKI : Keseimbangan cairan (L.03020)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x60 menit diharapkan
hipervolemia dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Edema, dari sedang (3) ke menurun (5)
- Tekanan darah, dari sedang (3) ke membaik (5)
- Denyut nadi radial, dari sedang (3) ke membaik
- Tekanan arteri, dari sedang (3) ke membaik (5)
SIKI : Management Hipervolemia (I.03114)
Observasi
- Periksa tanda gejala hypervolemia
- Identifikasi penyebab hipervolemia
- Moitor status hemodinamik
- Monitor intake dan ouput cairan
Terapeutik
- Timbang BB setiap hari
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala 30-40 derajat
Edukasi
Anjurkan melapor jika BB bertambah lebih dari 1 kg dalam sehari
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian deuritik jika diperlukan
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat deuritik
3. SDKI : Nyeri akut b/d agen pencendera fisik (D. 0077)
SLKI : Tingkat Nyeri (L.08066)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan Nyeri akut
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri, dari sedang (3) ke menurun (5)
- Meringis, dari sedang (3) ke menurun (5)
- Gelisah, dari sedang (3) ke menurun (5)
- Pola tidur, dari cukup buruk (2) ke cukup membaik (4)
SIKI : Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
- Identifikasi respon non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor keberhasilan terapi yang sudah dilakukan
Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis dalam melakukan penanganan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
- Ajarkan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan dan menganjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
- Mengajarkan tehnik non farmakologis yang tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
4. SDKI : Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
SLKI : Status Nutrisi (L.03030)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan status nutrisi dapat
membaik dengan kriteria hasil :
- Porsi makan yang dihabiskan meningkat
- Berat badan membaik
- Nafsu makan membaik
SLKI : Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Membrane mukosa membaik
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta:EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC
Nuratif, Kusuma, Nanda : Nic-Noc. 2015
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka
Cipta
Purwoastusti, Walyani, Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk Kebidanan, 2015
Rohan, Soyoto, 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa . Pengantar Ilmu Kebidanan, Edisi 4, 2010. Yayasan
Pustaka
Sumiati & Dwi F. (2012). “Hubungan obesitas terhadap pre eklamsia pada kehamilan di
RSU Haji Surabaya”. Embrio, Jurnal Kebidanan, Vol 1, No.2, Hal. 21-24.
Widiastuti, N. P. A. (2012). “Asuhan keperawatan pre eklamsia”.
http://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/12/03/askep-preeklampsia/

Anda mungkin juga menyukai